PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pemerintah daerah selaku pihak yang diberikan mandat oleh rakyat
untuk mengelola dan menyelenggarakan pemerintah didaerah harus
mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada rakyat. Laporan keuangan
yang dibuat pada akhir tahun anggaran oleh pemerintah daerah merupakan
salah satu mekanisme pertanggungjawaban pemerintah kepada rakyat
untuk memenuhi tuntutan transparansi dan akuntabilitas dalam
menyelenggarakan pemerintahan.
Pengelolaan keuangan daerah khususnya yang berkenaan dengan
akuntansi dan pertanggungjawaban mengacu pada peraturan
perundang-undangan yaitu antara lain Undang-undang No.17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang pemerintah
daerah, peraturan pemerintah No.24 Tentang standar akuntansi
pemerintahan, peraturan pemerintahan No.58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, peraturan pemerintah No.8 Tahun 2006
tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan
peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang pedoman
pengelolaan keuangan daerah.
Dalam struktur pemerintahan daerah, Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) merupakan entitas akuntansi yang mempunyai kewajiban
melakukan pencatatan atas transaksi-transaksi pendapatan, belanja, asset
tersebut dilakukan oleh Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja
Perangkat Daerah (PPK-SKPD). Dan pada akhir periode dari catatan
tersebut PPK-SKPD menyusun laporan keuangan untuk satuan kerja
bersangkutan.
Pada SKPD yang dapat berupa Badan Pengelola Keuangan Daerah
(BPKD) pencatatan transaksi-transaksi akuntansi diklasifikasikan menjadi
dua yaitu :
a. Transaksi-transaksi yang dilakukan oleh SKPD sebagai satuan kerja
yaitu mencatat transaksi-transaksi keuangan dalam melaksanakan
program dan kegiatan pada bagian atau biro yang ada pada BPKD.
b. Transaksi-transaksi yng dilakukan oleh SKPD sebagai pemerintah
daerah untuk mencatat transaksi-transaksi keuangan seperti pendapatan
yang berasal dari dana perimbangan da pendapatan hibah, belanja
bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan social, belanja
bagi hasil, belanja bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga, serta
penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pebiayaan daerah.
Namun pada SKPD tidak perlu dibuat laporan keuangan khusus
sebagai satuan kerja dan sebagai pemerintah daerah. Secara teknik
akuntansi, laporan keuangan untuk SKPD ini dapat disatukan menjadi
laporan keuangan SKPD sebagai kantor pusat. Pada akhir tahun
penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah dilakukan dengan cara
mengkonsolidasikan laporan keuangan dari setiap SKPD dengan laporan
keuangan SKPD yang prosesnya dikerjakan oleh fungsi akuntansi SKPD.
“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan
perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara
seperti misal, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan
juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan
laporan tersebut, misal informasi keuangan segmen industri dan geografis
serta pengungkapan pengaruh perubahan harga”.
Penyusunan laporan keuangan disiapkan mulai dari berbagai
sumber data, terdiri dari faktur-faktur, bon-bon, nota kredit, salinan faktur
penjualan, laporan bank dan sebagainya. Data yang asli bukan saja
digunakan untuk mengisi buku perkiraan, tetapi dapat juga dipakai untuk
membuktikan keabsahan transaksi. Laporan keuangan menurut Munawir
(1991 : 2) terdiri dari:
1. Neraca, menginformasikan posisi keuangan pada saat tertentu, yang
tercermin pada jumlah harta yang dimiliki, jumlah kewajiban, dan
modal perusahaan.
2. Perhitungan laba rugi, menginformasikan hasil usaha perusahaan
dalam suatu periode tertentu.
3. Laporan arus kas, menginformasikan perubahan dalam posisi
keuangan sebagai akibat dari kegiatan usaha, pembelanjaan, dan
investasi selama periode yang bersangkutan.
4. Catatan atas laporan keuangan, menginformasikan kebijaksanaan
akuntansi yang mempengaruhi posisi keuangan dari hasil keuangan
Sedangkan laporan keuangan yang dihasilkan dari pencatatan transaksi
keuangan pada SKPD berupa :
1. Neraca
2. Laporan Realisasi Anggaran
3. Catatan atas Laporan Keuangan
Untuk menyelenggarakan akuntansi pemerintahan daerah, kepala
daerah menetapkan sistem akuntansi pemerintahan daerah dengan
mengacu pada peraturan daerah tentang pokok-pokok pengelolaan
keuangan daerah. Dari sistem akuntansi pemerintahan ditetapkan entitas
pelaporan dan entitas akuntansi yang menyelenggarakan sistem akuntansi
pemerintahan daerah.
Entitas pelaporan dan entitas akuntansi tersebut menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan wajib yang menyampaikan laporan
pertanggungjawaban berupa laporan keuangan pada akhir periode. Melihat
pentingnya pengelolaan keuangan daerah maka penulis tertarik untuk
membuat laporan praktek dengan judul :
“
Sistem dan Prosedur Penyusunan Laporan Keuangan SatuanKerja Perangkat Daerah (SKPD) Pada Badan Pengelola keuangan Daerah
Kota Medan
”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas,maka untuk
membatasi ruang lingkup dalam penulisan Laporan Tugas Akhir
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang diidentifikasi penulis, maka tujuan tugas
akhir ini adalah untuk mengetahui sistem dan prosedur penyusunan
laporan keuangan di BPKD telah terlaksana dengan baik atau tidak.
2. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
a. Untuk memperoleh pengetahuan tentang sistem dan prosedur
penyusunan laporan keuangan pada BPKD Kota Medan.
b. Dapat memperoleh gambaran dunia kerja yang nantinya berguna
bagi penulis apabila telah menyelesaikan perkuliahannya, sehingga
dapat menyesuaikan diri dengan dunia kerja.
c. Dapat mengaplikasikan ilmu dan keterampilan yang telah
diperoleh pada masa kuliah dan sekalian dapat menambah
wawasan dan pengalaman.
d. Melatih kemampuan mahasiswa dalam menghadapi situasi dan
kondisi yang berbeda antara teori dan praktek.
2. Bagi Akademik
a. Dapat menigkatkan kerjasama antara lembaga pendidikan
khususnya akademik dengan instansi.
b. Dapat mempromosikan keberadaan akademik di tengah-tengah
dunia kerja.
3. Bagi Instansi.
b. Instansi atau perusahaan dapat membentuk semangat kerja yang
tangguh serta ulet pada pada diri mahasiswa secara dini yaitu
sebelum memasuki dunia kerja sehingga dapat membantu