• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Organologi Sarunei Buluh Simalungun Buatan Bapak Rabes Saragih Di Desa Nagori Purba Tongah Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Organologi Sarunei Buluh Simalungun Buatan Bapak Rabes Saragih Di Desa Nagori Purba Tongah Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN BIOGRAFI BAPAK RABES SARAGIH

Bab II ini merupakan penjelasan tentang gambaran umum wilayah penelitian dan biografi singkat Bapak Rabes Saragih sebagai seniman alat musik tradisional Simalungun.Wilyah yang dimaksud disini adalah bukan hanya lokasi penelitian, tetapi lebih berfokus kepada gambaran masyarakat Simalungun khususnya yang ada di Nagori Purba Tongah secara umum. Namun sebelum membahas topiktersebut, akan diuraikan terlebih dahulu Desa Nagori Purna Tongah Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun.

2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang penulis teliti berada di Desa Nagori Purba Tongah yang merupakan tempat tinggal sekaligus sebagai tempat pembuatan Sarunei Buluh bapak Rabes Saragih yang bertempat tinggal Jalan Purba Tongah,

Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun. Menurut data yang didapat dari Kantor Lurah Desa Nagori Purba Tongah, secara geografis Desa Nagori Purba Tongah adalah terletak antara 02’50’18 LU- 99’11’20 BT. Dengan luas wilayah adalah 172,71Km² dengan letak geografis. Adapaun batas-batas wilayah Desa Nagori Purba Tongah adalah sebagai berikut:

▸ Baca selengkapnya: tari simalungun tolu sahundulan

(2)

(2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Haranggaol Horisan dan Kecamatan Dolok Pardamean,

(3) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Silimakuta,

(4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Dolok Pardamean dan Kecamatan Raya.

2.2 Keadaan Penduduk

Pada awalnya penduduk asli Desa Nagori Purba Tongah didominasi oleh suku Simalungun, namun setelah terjadi urbanisasi kependudukkan, Desa Nagori Purba Tongah menjadi bersifat heterogen, karena terdiri dari berbagai ragam suku dan etnis, yaitu Simalungun, Toba, Mandailing, Angkola, Jawa, Aceh, Pakpak,, Minang Kabau, Melayu. Pada tahun 2013 penduduk Desa Nagori Purba Tongah mencapai 22.773 jiwa.Dengan jumlah rumah tangga 5.852. Dengan kepadatan penduduk 131,86 jiwa/km2. Penduduk perempuan di Desa Nagori Purba Tongah lebih banyak dari penduduk laki-laki. Pada tahun 2013 penduduk Desa Nagori Purba Tongah yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 11.298 jiwa dan penduduk laki-laki 101,57 jiwa.

Secara etimologi kata “Simalungun” dapat dibagi kedalam tiga suku kata yaitu: Sibearti “orang”, masebagai kata sambung berarti “yang” dan lungun berarti “sunyi,kesepian”. Dengan demikian, Simalungun berarti “ia yang bersedih hati, sunyi dan kesepian.”

(3)

tertutup. Menurut Hendrik Kraemer ketika berkunjung ke Tanah Batak pada bulan Februari-April tahun 1930 melaporkan bahwa jika dibangdingkan dengan orang Batak Toba, orang Simalungun jelas lebih berwatak halus, lebih suka meyendiri di hutan dan secara alamaiah kurang bersemangat dibangdingkan dengan orang Batak Toba. Hal yang senada juga dikatakan oleh Walter Lempp tentang tabiat dariu pada masyarkat Simalungun yaitu orang Simalungun lebih halus dan tingkah lakunya hormat sekali,tidak pernah keras atau meletus, meskipun sakit hati.

Hal itu dimungkinkan karena suku Simalungun satu-satunya yang pernah dijajah oleh suatu kerajaan di Jawa yang berkedudukkan di Tanah Jawa.Masyarakat Simalungun yang bertempat tinggal di Kecamatan Purba mengenal satu lembaga adat yang disebut Parhuta Maujana Simalungun.Lembaga adat ini telah ada mulai dari tingkat Serikat Tolong

(4)

2.3 Sistem Bahasa

Asal-usul kependudukan masyarakat Simalungun banyak dipengaruhi oleh berbagaiaspek dan juga berbagai pendapat atau teori yang berbeda-beda untuk memberikan pembuktian terhadap kebenarannya.Sistem kemasyarakatan dalam suatu daerah tentu didasari oleh bahasa sehari-hari yang digunakan oleh masyarakat di dalamnya.Menurut informasi dari informan saya dengan terkaitnya lokasi penelitian penulis bahwa keragaman suku yang berada di daerah tersebut menggunakan bahasa simalungun untuk komunikasi bahasa sehari-hari.

Sejak berabad-abad yang lampau suku-suku bangsa yang tinggal di berbagai kepulauan di Nusantara memiliki bahasa masing-masing yang dipergunakan dalam pergaulan dan komunikasi antar sesama suku tersebut.Bahasa itu dinamakan sebagai “bahasa daerah” yang disebutkan sesuai dengan suku bangsa yang memiliki bahasa tersebut.Misalnya bahasa Batak Toba dipergunakan oleh Batak Toba.Demikian juga dengan bahasa Simalungun.Disamping itu masyarakat Simalungun juga memiliki aksara yang sudah sangat tua usianya. Menurut seorang peneliti bahasa Dr. P. Voorhoeve, yang menjadi pejabat Taalambtenaar di Simalungun tahun 1937, mengatakan bahwa bahasa Simalungun merupakan bahasa rumpun austronesia yang lebih dekat dengan bahasa sansekerta yang banyak sekali mempengaruhi bahasa-bahasa di Nusantara.

(5)

apuy dan babuy, huruf g dalam kata dolog, huruf b dalam kata arbab, huruf

ddalam kata bagod, huruf ah dalam kata babah dan sabah, juga ei dalam kata

simbei dan ou dalam kata sopou dan lapou. Salah satu ciri masyarakat

simalungun adalah memiliki tingkatan bahasa yang disebut dengan ratting ni hata. Adapun tingkatan tersebut adalah:

1. Lapung ni hata, merupakan bahasa sehari-hari yang dipakai oleh masyarakat biasa atau bahasa yang dipakai sehari-hari.

2. Guru ni hata, merupakan bahasa yang dipakai untuk mengucapkan sesuatu dan dianggap lebih halus. Guru ni hata merupakan bahasa tertinggi yang digunakan oleh kalangan keturunan raja-raja. Dimana bahasa tersebut adalah bahasa yang sopan hormat, dan berisi nasehat, yang sering disampaikan melalui perumpamaan. Misalnya adalah Simakidop artinya mata, Jambulan artinya rambut. Simakulsop artinya

mulut.

(6)

2.4 Sistem Kesenian

Kesenian adalah merupakan ekspresi perasaan manusia terhadap keindahan, dalam kebudayaan suku-suku bangsa yang pada mulanya bersifat deskriptif (Koentjaraniningrat, 1980:395-397).Kesenian pada masyarakat simalungun sangat banyak dan beragam. Taralamsyah Saragih dalam Seminar Kebudayaan Simalungun 1964 mengatakan bahwa kesenian yang ada di Simalungun dapat dibagi atas Seni Musik (Gual), Seni Suara (Doding), Seni Tari (Tortor).

2.4.1 Seni Musik

Seni musik digunakan untuk upacar-upacara hiburan dan upacara-upacara adat lainnya misalnya upacara dukacita (pusok ni uhur) dan sukacita (malas ni uhur). Alat-alat musik pada masyarakat simalungun dapat dimainkan secara

ensambel dan dapat pula dimainkan secara tunggal. Alat musik yang dimainkan secara ensambel adalah Gonrang Sidua-dua dan Gonrang Sipitu-pitu sangat penting, diantaranya:

1. Manombah yaitu suatu upacara untuk mendekatkan diri kepada sembahan.

2. Maranggir yaitu upacara untuk membersihkan badab dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik, dan juga membersihkan diri dari gangguan roh-roh jahat.

(7)

4. Rondang Bittang yaitu acara tahunan yang diadakansuatu desa karena mendapatkan panen yang baik. Muda-mudi menggunakan kesempatan tersebut untuk mencari jodoh.

Adapun alat-alat musik yang dimainkan secara tunggal diantaranya Jatjaulul/Tengtung, Husapi, Hodong-hodong, Tulila,Ole-ole, Saligung, Sordam dsb. Alat-alat musik tersebut dimainkan untuk hiburan pribadi ketika lelah bekerja di ladang, maupunsetelah pulang dari pekerjaan.

2.4.2 Seni Suara (Doding)

Musik vokal simalungun dikenal dengan istilah doding dan ilah.Doding dipakai unutk nyanyian solo sedangkan ilah dipakai sebagai nyanyian kelompok.(Sihotang 1993:31).Nyanyian dalam masyarakat Simalungun sangat banyak dan memiliki fungsi masing-masing.Selain itu masyarakat Simalungun memiliki teknik bernyanyi yang disebut inggou. Adapun nyanyian tersebut diantaranya adalah :

1. Taur-taur yaitu nyanyian yang dilagukan oleh sepasang muda-muda secara bergantian untuk mengungkapkan perasaan satu sama lainnya. 2. Ilah yaitu suatu nyanyian yang dinyanyikan oleh sekelompok pemuda

dan pemudi sambil menepuk tangan sambil membentuk lingkaran,

(8)

4. Urdo-urdo atau Tihtah yaitu suatu nyanyian yang dinyanyikan oleh seorang ibu kepada anaknya atau seorang anak perempuan kepada adiknya. Urdo-urdo untuk menidurkan sementara Tihtah untuk bermain. 5. Tangis-tangis yaitu suatu nyanyian yang dinyanyikan seorang gadis

karena putus asa ataupun karena berpisah dengan keluarga karena akan menikah.

6. Manalunda/Mangmang adalah mantera yang dinyanyikan oleh seorang datu untuk menyembuhkan suatu penyakit ataupun menobatkan seorang raja pada waktu dulu (Setia Dermawan Purba, 2009).

2.4.3 Seni Tari (Tor-Tor)

Seni tari dalam masyarakat Simalungun banyak mengalami penurunan dari segi pertunjukkan dimana pada saat ini sudah jarang dijumpai tor-tor yang sering dilakukan pada zaman dahulu.Tor-tor yang dapat bertahan sampai saat ini adalah Tor-tor Sombah. Adapun tor-tor yang sering dipertunjukkan pada zaman dahulu

antaralain:

(9)

undangan, namun mereka juga bertugas mengumpulkan oleh-oleh dari tamu undangan. Zaman dulu kegiatan tersebut biasa dilakukan dalam pemakaman seorang raja.

2. Tor-tor Turahan yaitu Tor-tor yang dilakukan untuk menarik kayu untuk membangun istana atau rumah besar. Seorang mandor bergerak melompati barang kayu yang ditarik sambil mengibaskan daun-daun yang dipegan ke batang kayu dan ke badan orang yang menarik untuk memberi semangat.

(10)

2.5 Sistem Kekerabatan

Menurut M.D. Purba dalam bukunya yang berjudul Adat Perkawinan Simalungun(1985), ada dua cara yang umum yang dipakai untuk menarik garis keturunan, yaitu:

1. Menarik garis keturunan hanya dari satu pihak, yaitu mungkin dari pihak laki-laki dan mungkin pula dari pihak permpuan. Masyarakat demikian dinamakanmasyarakat unilateral.Jika masyarakat tersebut menarik garis keturunan dari pihaklaki-laki atau ayah saja, maka keturunan tersebut disebut masyarakat patrilineal.Danjika menarik dari garis keturunan perempuan (ibu) maka disebut matrilineal.

2. Menarik garis keturunan dari kedua orang tua, yaitu ayah dan ibu, masyarakat demikian disebut masyarakat bilateral atau masyarakat parental.

Dari kedua cara tersebut diatas,masyarakat Simalungun termasuk masyarakat yang menarik garis keturunan dari salah satu pihak saja, yaitu dari pihak laki-laki atau ayah. Dengan demikian masyarakat Simalungun adalah masyarakat unilateralpatrilineal, yang artinya bahwa setiap anak-anak yang lahir baik laki-laki maupun perempuan dengan sendirinya akan mengikuti klan atau marga dari ayahnya (1985:108).

(11)

perkawinan. Hubungan perkawinan antar marga-marga mengakibatkan adanya penggolongan antar tiap-tiap marga. Marga yang satu akan mempunyai kedudukan tertentu terhadap marga lain. Perkerabatan dalam masyarakat Simalungun disebut sebagai Partuturan. Partuturan ini menetukan dekat atau jauhnya hubungan kekeluargaan (pardihadihaon), dan dibagi kedalam beberapa kategori sebagai berikut:

1. Tutur Manorus / Langsug

Perkerabatan yang langsung terkait dengan diri sendiri. Misalnya: Botou artinya saudara perempuan baik lebih tua atau lebih muda. Mangkela (baca:Makkela) artinya suami dari saudara perempuan dari ayah. Sima-sima artinya anakdari Nono/Nini,

2. Tutur Holmouan / Kelompok

Melalui tutur Holmouan ini bisa terlihat bagaimana berjalannya adat Simalungun. Misalnya: Bapa Tongah artinya saudara lelaki ayah yang lahir dipertengahan (bukan paling muda, bukan paling tua). Tondong Bolon artinya pambuatan (orang tua atau saudara laki dari istri/suami).Panogolan artinya kemenakan, anak laki/perempuan dari saudara perempuan.

3. Tutur Natipak / Kehormatan

Tutur Natipak digunakan sebagai pengganti nama dari orang yang diajak

(12)

Ikatan kekerabatan diklasifikasikan dalam suatu sistem yang dalam bahasa Simalungun dikenal Tolu Sahundulan,yaitu :

1. Tondong (Pemberi istri)

2. Anak Boru/Boru (Penerima Istri)

3.Sanina/Sapanganonkon (Sanak saudara, individu semarga atau pembawa garis keturunan)

Dalam masyarakat Simalungun seorang pria belum dianggap sebagai orangdewasa dan belum dapat berperan serta dalam fungsi-fungsi adat bila yang bersangkutan belum menikah atau sudah menikah tapi belum mempunyai keturunan.

2.5.1 Marga-marga Simalungun

Terdapat empat marga asli suku Simalungun yang populer dengan akronimSisadapur, yaitu:

1. Sinaga, 2. Saragih, 3. Damanik, dan 4. Purba.

(13)

1. Raja Nagur bermarga Damanik

Damanik berarti Simada Manik (pemilik manik), dalam bahasa Simalungun, Manik berarti Tonduy, Sumangat, Tunggung, Halanigan (bersemangat, berkharisma, agung/terhormat, paling cerdas).Raja ini berasal dari kaum bangsawan India Selatan dari Kerajaan Nagore. Pada abad ke-12, keturunan raja Nagur ini mendapat serangan dari Raja Rajendra Chola dari India, yang mengakibatkan terusirnya mereka dari Pamatang Nagur di daerah Pulau Pandan hingga terbagi menjadi 3 bagian sesuai dengan jumlah puteranya: Marah Silau yang menurunkan Raja Manik Hasian, Raja Jumorlang, Raja Sipolha, Raja Siantar, tuan raja siantar dan tuan raja damanik Soro Tilu (yang menurunkan marga rajaNagur di sekitar gunung Simbolon: Damanik Nagur, Bayu, Hajangan, Rih, Malayu, Rappogos, Usang, Rih, Simaringga, Sarasan, Sola) Timo Raya (yang menurunkan raja Bornou, Raja Ula dan keturunannya Damanik Tomok). Selain itu datang marga keturunan Silau Raja, Ambarita Raja, Gurning Raja, Malau Raja, Limbong, Manik Raja yang berasal dari Pulau Samosir dan mengaku Damanik di Simalungun.

2. Raja Banua Sobou bermarga Saragih

Saragih dalam bahasa Simalungun berarti Simada Ragih, yang mana Ragih berarti atur, susun, tata, sehingga simada ragih berarti Pemilik aturan atau pengatur, penyusun atau pemegang undang-undang. Keturunannya adalah :

(14)

menjadi raja di Padang Badagei, Dajawak merantau ke Rakutbesi dan Tanah Karo dan menjadi marga Ginting Jawak.

Saragih Sumbayak keturunan Tuan Raya Tongah, Pamajuhi, dan Bona ni Gonrang.Walaupun jelas terlihat bahwa hanya ada dua keturunan Raja Banua Sobou, pada zaman Tuan Rondahaim terdapat beberapa marga yang mengaku dirinya sebagai bagian dari Saragih (berafiliasi), yaitu: Turnip, Sidauruk, Simarmata, Sitanggang, Munthe, Sijabat, Sidabalok, Sidabukke, Simanihuruk. Ada satu lagi marga yang mengaku sebagai bagian dari Saragih yaitu Pardalan Tapian, marga ini berasal dari daerah Samosir. Rumah Bolon Raja Purba di Pematang Purba, Simalungun.

3. Raja Banua Purba bermarga Purba

Purba menurut bahasa berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Purwa yang berarti timur, gelagat masa datang, pegatur, pemegang Undang-undang, tenungan pengetahuan, cendekiawan atau sarjana. Keturunannya adalah: Tambak, Sigumonrong, Tua, Sidasuha (Sidadolog, Sidagambir). Kemudian ada lagi Purba Siborom Tanjung, Pakpak, Girsang, Tondang, Sihala, Raya.Pada abad ke-18 ada beberapa marga Simamora dari Bakkara melalui Samosir untuk kemudian menetap di Haranggaol dan mengaku dirinya Purba.Purba keturunan Simamora ini kemudian menjadi Purba Manorsa dan tinggal di Tangga Batu dan Purbasaribu.

4. Raja Saniang Naga bermarga Sinaga

(15)

di Kerajaan Tanah Jawa, Batangiou di Asahan.Saat kerajaan Majapahit melakukan ekspansi di Sumatera pada abad ke-14, pasukan dari Jambi yang dipimpin Panglima Bungkuk melarikan diri ke kerajaan Batangiou dan mengaku bahwa dirinya adalah Sinaga.

Menurut Taralamsyah Saragih, nenek moyang mereka ini kemudian menjadi raja Tanoh Djawa dengan marga Sinaga Dadihoyong setelah ia mengalahkan Tuan Raya Si Tonggang marga Sinaga dari kerajaan Batangiou dalam suatu ritual adu sumpah (Sibijaon). (Tideman, 1922).

2.6 Sistem Kepercayaan

Sepanjang yang dapat diketahui melalui catatan (analisis) Tiongkok sewaktu Dinasty SWI (570-620) Kerajaan Nagur sebagai Simalungun Tua, telah banyak disebut-sebut dalam hasil penelitian Sutan Martua Raja Siregar yang dimuat dalam Buku Sejarah Batak oleh Batara Sangti Simanjuntak, dimana dinyatakan bahwa pada abad ke V sudah ada Kerajaan “Nagur” sebagai satu “Simalungun Batak Friest Kingdom” yang sudah mempunyai hubungan dagang dengan bangsa-bangsa lain terutama dengan Tiongkok (China).

(16)

Agama yang dianut kerajaan Nagur adalah Animisme yang disebut dengan supajuh begu-begu/sipele begu. Sebagai jabatan pendeta disebut Datu, mereka percaya akan adanya sang pencipta alam yang bersemayam di langit tertinggi, dan mengenal adanya tiga Dewa, yaitu :

1. Naibata na i babou/i nagori atas (di Benua Atas) 2. Naibata na i tongah/i nagori tongah (di Benua Tengah) 3. Naibata na i toruh/i nagori toruh (di Benua Bawah)

Pemanggilan arwah nenek moyang disebut “Pahutahon” yaitu melalui upacara ritual, dimana dalam acara itu roh tersebut hadir melalui “Paninggiran” (kesurupan) salah seorang keturunannya atau seseorang yang mempunyai kemampuan sebagai perantara (paniaran).

Menurut penelitian G.L Tichelman dan P. Voorhoeve seperti dimuat dalam bukunya “Steenplastiek Simaloengoen” terbitan Kohler & Co Medan tahun 1936 bahwa di Simalungun (kerajaan Nagur) terdapat 156 Panghulubalang (Berhala) yaitu patung-patung batu yang ditempatkan pada

tempat yang dikeramatkan (Sinumbah) dan ditempat inilah dilakukan upacara pemujaan.

(17)

bangsawan mereka sebut juga “tuhan” bukan saja disegani tetapi ditakuti masyarakat, tetapi akhirnya sesudah masuknya agama Islam dan Kristen sebutan tersebut berubah menjadi Tuan.

Masuknya Agama Islam ke Simalungun adalah pada abad ke-15 melalui daerah Asahan dan Bedagai yang dibawa oleh orang-orang dari kerajaan Aceh. Awalnya perkembangan Agama Islam berada di daerah sekitar Perdagangan dan Bandar (Sihotang, 1993:23).

Kemudian sekitar tahun 1903, Gereja Batak Toba (HKBP) yang berada dalam fase perkembangan kemudian berkembang hingga menjangkau masyarakat di luar lingkungan mereka sendiri.Pada suatu konferensi yang dilakukan pada tahun tersebut diambil suatu keputusan untuk memulai karya misi pada masyarakat Simalungun.Kelompok Kristen Simalungun yang masuk dari upaya ini pada awalnya hanya sekadar bagian dari Gereja Batak Toba (dinamakan HKBP-S).Namun pada tahun 1964terjadi pemisahan dan lahirlah organisasi baru yang menamakan diri sebagai Gereja Kristen Protestan Simalungun(GKPS). Salah satu bagian integral dari proses Kristenisasi adalah berupa pendirian gereja-gereja dan sekolah-sekolah. Di sana anak-anak dan orang-orang dewasa dapat belajar membaca dan menulis dalam bahasa mereka sendiri dan kemudian dalam bahasa Indonesia.

2.7 Biografi Singkat Bapak Rabes Saragih

(18)

Kampung Baru, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun, pada 01-Agustus-1953. Ayahnya bernama Hormat (Alm.) seorang seniman Sarunei Simalungun. Ibunya bernama Rosmentina Purba.Bapak Rabes Saragih memiliki dua bersaudara perempuan dan satu laki-laki, beliau merupakan anak paling besar.Selain bekerja petani, ayah beliau juga memiliki pekerjaan sampingan yaitu sebagai pemaian Sarunei, jiwa seni yang dimiliki beliau diwariskan oleh orang tuanya.Beliau menikah dengan Ibu br. Purba pada tanggal 02-februari-1972 dan memiliki empat orang anak laki-laki dan perempuan.

Beliau mengenal alat musik Sarunei dari Ayahnya dan mulai belajar alat musik tersebut dengan cara melihat orang bermain Sarunei pada acara pesta-pesta. Dengan keinginan yang besar beliau belajar sendiri memainkan Sarunei Buluh, lambat laun beliau sudah bisa memainkan Sarunei Buluh dan pada saat

beliau berumur 18 tahun, beliau sudah bias memainkan Sarunei Buluh.

Banyak acara yang sudah diikuti oleh Bapak Rabes Saragih di Kabupaten Simalungun khususnya bahkan di Sumatera Utara.Pada tahun 1986 bapak Rabes Saragih mengikuti Festival pertandinagn Gondrang Simalungun.Beliau merupakan seniman yang sangat diseganin dan terpandang di masyarakat Simalungun.Beliau selalu dipangil kalau ada acara resmi seperti Rondang Bittang sebagai Pemain Sarunei.Dikarenakan kondisi kesehatan beliau saat sekarang sudah sangat menurun, beliau mendapatkan penghargaan/piagam dari pemerintah, pada tahun 1986.

(19)

Referensi

Dokumen terkait

Keywords: Remote sensing; Spatial and temporal dynamics; San Pedro River basin; Fractional cover; Green leaf area

IMPROVING VOLUNTEERED GEOGRAPHIC DATA QUALITY USING SEMANTIC SIMILARITY

Keluaran Tersedianya Materai 3000 dan 6000 200 lembar Hasil Meningkatnya layanan persuratan pada

If the requested content is cached by multiple cache servers, the cache control server sends the instruction message to the cache server with the lowest load to forward

Tanam semangka buahnya besar Buah semangka siap diambil Selagi muda giatlah belajar Kelak kan jadi orang berhasilA. Giatlah belajar menanam kelak hidupmu akan

Dalam perwujudan zona lindung di Kawasan Inti Teknopolis Gedebage untuk mewujudkan fungsi kawasan yang dapat meningkatkan kualitas lingkungan, maka perlu diwujudkan dengan

In the classroom there are kinds of things the watch is green and the chalk is colourful the ruler is brown.. In the classroom there are kinds

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penurunan jumlah bakteri rongga mulut berkumur seduhan teh hitam 80 mg/ml dibandingkan teh hijau 80 mg/ml.. Untuk