• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2012 dan 2014 Tentang Merokok Sebagai Faktor Risiko PPOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2012 dan 2014 Tentang Merokok Sebagai Faktor Risiko PPOK"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

(2)

Hampir 80% dari perokok berasal dari negara dengan pendapatan rendah hingga sedang-dimana terdapat tingginya morbiditas dan mortalitas akibat rokok-dan diperkirakan masih terjadi peningkatan (WHO 2014). Sebaliknya pada negara-negara dengan pendapatan tinggi, terdapat penurunan jumlah perokok. Menurut WHO, hal ini berkaitan dengan intelektualitas suatu masyarakat, yang pada hakekatnya mendasari pengetahuan tentang risiko dan bahaya merokok bagi kesehatan.

Di Indonesia, Informasi perilaku penggunaan tembakau pada Riskesdas tahun 2013 dibagi menjadi dua kelompok, yaitu perilaku merokok dan perilaku penggunaan tembakau dengan mengunyah. Hal tersebut dikarenakan efek samping yang ditimbulkan akibat merokok dan dengan metode mengunyah tembakau berbeda. Perokok hisap menimbulkan polusi pada perokok pasif dan lingkungan sekitarnya, sedangkan mengunyah tembakau hanya berdampak pada dirinya sendiri. Rerata proporsi perokok saat ini di Indonesia adalah 29,3 persen (laki-laki 64,9%; perempuan 2,1%), dengan proporsi terbanyak perokok aktif setiap setiap hari pada umur 30-34 tahun sebesar 33,4 persen. Di Sumatera Utara, jumlah perokok mencapai 28,4% dengan konsumsi rokok 14,9 batang rokok per hari.

Dengan banyaknya jumlah perokok disertai tingginya konsumsi rokok per hari, Indonesia menduduki peringkat ke-5 dalam mengonsumsi rokok di dunia setelah China (2.163 milyar batang), Amerika Serikat (357 milyar batang), Rusia (331 milyar batang), dan Jepang (259 milyar batang). Tobacco Atlas 2009 menunjukkan konsumsi rokok Indonesia yang berjumlah 239 milyar batang, kenaikan tajam dari tahun 2005 sebesar 214 milyar batang per tahun.

(3)

rokok antara lain: nikotin, tar, sianida, arsen, formalin, karbon monoksida dan nitrosamine (TCSC-IAKMI 2007).

Konsumsi rokok di Indonesia yang meningkat lebih cepat dibandingkan negara-negara lain, akan berakibat pada tingginya prevalensi penyakit obstruksi saluran nafas yang salah satunya adalah PPOK (Yunus 2003). Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah salah satu penyebab peningkatan tinggi morbiditas dan mortalitas pada negara-negara dengan ekonomi berkembang, dengan asap rokok sebagai faktor risiko utamanya. Kematian pada pria perokok disebabkan PPOK 25 kali lebih tinggi dibandingkan pria yang tidak merokok (Faucci 2008). WHO mengestimasi terdapatnya 65 juta penderita PPOK sedang hingga berat. Sedangkan mortalitas akibat PPOK sudah mencapai 3,1 juta orang di tahun 2012, menjadikan PPOK sebagai salah satu dari 5 besar penyakit penyebab kematian tersering di tahun tersebut. Diperkirakan PPOK akan menjadi penyebab mortalitas ketiga tersering dari total mortalitas pada tahun 2030 apabila tidak dilakukan tindakan untuk mengatasi faktor risikonya, terutama rokok. Namun sebenarnya statistic dari penyakit saluran napas kronik ini sulit didapatkan, dan kebanyakan diperoleh dari negara-negara maju., padahal kurang-lebih 90% kematian karena PPOK terjadi di negara berkembang. Hal ini disebabkan penderita PPOK di negara-negara berkembang pada umumnya tidak terdiagnosis meskipun memiliki gejala PPOK berat, dan akhirnya meninggal premature karena PPOK atau pun karena komplikasi PPOK.

(4)

(Riskesdas 2013). Sedangkan pada laki-laki di atas 65 tahun justru ditemukan sedikit penurunan prevalensi merokok.

Conrad and Miller (dalam Sitepoe 2000) menyebutkan bahwa seseorang akan menjadi perokok dikarenakan dorongan psikologis dan fisiologis. Dorongan psikologis contohnya, rokok sebagai rangsangan seksual, menunjukkan kejantanan (bangga diri), mengalihkan kecemasan, dan menunjukkan kedewasaan. Sedangkan dorongan fisiologis biasanya disebabkan nikotin yang menyebabkan ketagihan. Hal ini sesuai dengan Kebiasaan merokok pada remaja. Remaja merupakan masa perkembangan anak yang mencari identitas diri. Dengan merokok, remaja ingin menunjukkan dirinya telah dewasa atau sebagai simbolisasi. Simbol dari kematangan, kekuatan, kepemimpinan, dan daya tarik terhadap lawan jenis. Awalnya hanya mencoba-coba kemudian menjadi ketagihan akibat terkandungnya zat nikotin dalam rokok.

Tingginya remaja yang merokok mungkin disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan sikap remaja tentang bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan rokok terutama PPOK. Maka untuk menurunkan tingkat prevalensi merokok terutama pada kalangan remaja, maka pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa FK USU terhadap bahaya rokok terhadap PPOK penting diteliti sebagai dasar untuk menetapkan intervensi dan pencegahan merokok di FK USU.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan dan sikap remaja terhadap rokok sebagai faktor risiko PPOK. Oleh karena itu, maka masalah dapat dijabarkan dalam rumusan:

(5)

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan tahun masuk 2012 dan 2014 tentang merokok sebagai faktor risiko terjadinya PPOK.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah info, wawasan dan meningkatkan kesadaran mahasiswa FK USU mengenai bahaya dari merokok sebagai faktor risiko utama PPOK.

b. Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Menjadi bahan masukan dan evaluasi dalam perencanaan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mahasiswa mengenai rokok dan PPOK.

c. Bagi Organisasi Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Menjadi bahan masukan dalam merencanakan kegiatan yang meningkatkan kepedulian mahasiswa mengenai rokok serta meningkatkan keaktifan mahasiswa dalam berpartisipasi mensukseskan hari tanpa tembakau sedunia di lingkungan kampus.

d. Bagi Peneliti

Sebagai penerapan mata kuliah Metodologi Penelitian, menambah pengalaman dalam menyusun KTI, serta sebagai masukan tentang sikap dan pengetahuan mahasiswa FK USU terhadap kebiasaan merokok.

e. Bagi Masyarakat Umum

Referensi

Dokumen terkait

Suatu kebakaran tidak akan pernah terjadi tanpa tersedia oksigen, bahan bakar dan sumber panas yang cukup yang dapat berkombinasi dengan sesuai. Berdasarkan konsep segitiga

Durianto, Darmadi, Sugiarto, dan Tony Sitinjak, Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas Perilaku Merek , (Jakarta: Gramedia Utama Pustaka, 2011), hal.. tanpa sepengetahuan

HAIKAL HANIF NASUTION: Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Berbagai Perbandingan Media Tanam Sludge dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) di Pre

Merupakan teori yang dikembangkan berdasarkan pandangan perkembangan manusia bersifat kompleks sehingga tidak bisa hanya didasarkan pada satu fakor saja yaitu kematangan

Peserta e-Lelang Pemilihan Langsung yang memasukkan Dokumen Penawaran dapat menyampaikan sanggahan secara elektronik melalui aplikasi SPSE atas penetapan hasil

Berdasarkan hasil crossplot impedansi akustik dengan porositas yang ditunjukkan pada gambar 2 (a) dan posisinya pada log oleh gambar 2 (b) terlihat bahwa

Pada percobaan ini penggunaan pupuk organik berupa kompos dari jerami padi dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan produksi tanaman ubi jalar ungu,

Mata Pelajaran Nilai Rata-rata Rapor.. Nilai Ujian