A. Latar Belakang
Kegiatan pinjam-meminjam uang telah dilakukan sejak lama dalam
kehidupan masyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat pembayaran. Dapat
diketahui bahwa hampir semua masyarakat telah menjadikan kegiatan
pinjam-meminjam uang sebagai sesuatu yang sangat diperlukan untuk mendukung
perkembangan kegiatan perekonomiannya dan untuk meningkatkan taraf
kehidupannya. Pihak pemberi pinjaman yang mempunyai kelebihan uang bersedia
memberikan pinjaman uang kepada yang memerlukannya. Sebaliknya, pihak
peminjam berdasarkan keperluan atau tujuan tertentu melakukan peminjaman
uang.
Secara umum dapat dikatakan bahwa peminjam dalam meminjam uang
dipergunakan untuk membiayai kebutuhan yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari atau untuk memenuhi keperluan dana guna pembiayaan kegiatan
usaha. Dengan demikian, kegiatan pinjam-meminjam uang sudah merupakan
bagian dari kehidupan masyarakat saat ini.1
Kredit ialah penyedian uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil
keuntungan.2
1
M.Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, hal. 1
2
Perbankan merupakan salah satu sumber pendanaan diantaranya dalam
bentuk pengkreditan bagi masyarakat perorangan atau badan usaha untuk
memenuhi kebutuhan yang menyangkut kebutuhan produktif misalnya untuk
meningkatkan dan memperluas usaha. Fungsi perbankan sendiri di Indonesia
diatur didalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan bahwa “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu,
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”
Maka dapat dikatakan bahwa terdapat dua fungsi bank di Indonesia yaitu
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan
kembali pada masyarakat dalam bentuk kredit. Fungsi bank yang seperti ini
disebut fungsi intermediary antara masyarakat yang kelebihan dana dan
masyarakat yang memerlukan dana.3
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia ini, kegiatan bank
terutama dalam pemberian kredit merupakan salah satu kegiatan bank yang sangat
penting, sehingga pendapatan dari kredit yang berupa bunga merupakan
komponen pendapatan yang paling besar dibanding dengan pendapatan dasar
(FeeBase Income). Berbeda dengan bank di negara-negara yang ada di negara
maju, laporan keuangan menunjukkan bahwa komponen pendapatan bunga
dibanding dengan pendapatan jasa perbankan lainnya cukup berimbang.4
3
Try Widiyono, Agunan Kredit dalam Finansial Engineering, Ghalia Indonesia, Bogor, 2009, hal. 1.
4
Masyarakat sangatlah membutuhkan keberadaan lembaga perbankan,
timbulnya kebutuhan masyarakat terhadap perbankan tersebut disebabkan karena
semakin banyaknya orang atau badan-badan usaha yang membuat
perjanjian-perjanjian terutama perjanjian-perjanjian kredit, kontrak, pinjam-meminjam uang dan
kegiatan lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan kehidupan
perekonomiannya. Dengan banyaknya kebutuhan masyarakat yang melibatkan
pihak bank tersebut secara otomatis akan terwujud adanya suatu hubungan hukum
berupa perjanjian kredit dimana pihak bank berkedudukan sebagi kreditur
sedangkan para nasabahnya berkedudukan sebagai debitur.5
Kebutuhan akan keperluan kredit mempunyai berbagai corak ragam alasan
dan latar belakang. Perorangan, perusahaan, negara, atau bangsa di dunia ini
mempunyai berbagai kepentingan dan alasan untuk berusaha dengan aneka jalan
mendapatkan kredit. Hal ini dikarenakan bantuan permodalan berupa kredit pada
dasarnya merupakan daya perangsang baik kepada pihak yang mendapatkan
bantuan kredit harus dapat menunjukkan prestasi-prestasi yang lebih tinggi demi
kemajuan usahanya sendiri, maupun kepada pihak yang memberi kredit secara
materil mendapatkan rentabilitas berdasarkan perhitungan yang wajar dan secara
spiritual harus merasa bangga dapat membantu sesuatu perusahaan untuk
mencapai kemajuan, yang bersifat baik mikro maupun makro ekonomis demi
kepentingan negara dan rakyat.6
Pemberian Kredit merupakan salah satu perbuatan hukum perjanjian
dengan mana pihak yang berprestasi melakukan kewajiban disebut dengan debitur
5
Setiawan, Aneka Masalah Hukum dan Hukum Acara Perdata, Bandung : Alumni, 1992, hal. 222.
6
sedangkan pihak yang berhak menerima prestasi disebut kreditur. Perjanjian
menurut Pasal 1313 KUHPerdata adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.7
“Semua perjanjian baik yang mempunyai suatu nama khusus maupun yang
tidak dikenal dengan suatu nama khusus maupun yang tidak dikenal
dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum yang
termuat dalam Bab II dan Bab I KUHPerdata”
KUHPerdata pada buku
III Bab I s/d Bab IV Pasal 1319 menegaskan:
8
Di dalam KUHPerdata terdapat perjanjian khusus atau perjanjian bernama,
disebut perjanjian khusus atau bernama karena jenis-jenis perjanjian yang diatur
didalam KUHPerdata tersebut oleh pembentuk undang-undang sudah diberikan
namanya misalnya perjanjian jual beli, sewa menyewa dan lain-lain. Seiring
berkembangnya zaman, jenis-jenis perjanjian yang terdapat di dalam KUHPerdata
tidak dapat memenuhi kebutuhan kehidupan masyarakat dalam bidang ekonomi
dan perdagangan sehingga muncul berbagai jenis perjanjian bernama yang tidak
diatur didalam KUHPerdata seperti perjanjian kredit itu sendiri. Perjanjian
bernama diluar KUHPerdata kemudian oleh pemerintah diatur melalui berbagai
keputusan.9
Perjanjian kredit merupakan suatu bentuk perjanjian yang dibuat antara
dua pihak yang melahirkan hubungan piutang antara kedua pihak. Mengenai
perjanjian kredit sendiri tidak ada diatur secara jelas di dalam Buku III
KUHPerdata, namun berdasarkan asas kebebasan berkontrak maka diberikan
7
R.Subekti & R.Tjitrosudibio, KItabUndang-Undang Hukum Perdata, Pradnya Paramitha, Jakarta, 2009, hal. 338.
8
Sutarno, Aspek-aspek Hukum Pengkreditan Pada Bank, Alfabeta CV, Bandung, 2003, hal. 68.
kebebasan bagi para pihak untuk menentukan sendiri isi dari perjanjian kredit
sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum,
kesusilaan dan kepatutan. Menurut Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata “Semua
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
yang membuatnya”.10
Pelaksanaan kredit, baik kredit biasa maupun Kredit Usaha Rakyat (KUR)
harus memperhatikan prinsip kehati-hatian, hal ini dikarenakan penyediaan dana
oleh bank wajib dilakukan berdasarkan prinsip kehati-hatian.
Perjanjian kredit dapat dilakukan baik di lingkungan bank maupun non
bank, yang mana pada prinsipnya perjanjian kredit merupakan hubungan hukum
antara pihak pemberi kredit (bank) dengan pihak penerima kredit (debitur) yang
diatur dalam suatu dokumen tertentu. Dalam pemberian kredit yang dilakukan
oleh bank selaku kreditur, bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang
sehat.
11
10
R.Subekti & R.Tjitrosudibio, Op.Cit, hal. 342 11
Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, Pasal 2 ayat 1
Prinsip
kehati-hatian dikenal juga dengan Prudential Banking adalah suatu prinsip yang
menegaskan bahwa bank dalam menjalankan kegiatan usaha baik dalam
menghimpun terutama dalam penyaluran dana kepada masyarakat harus sangat
berhati-hati. Tujuan dilakukannya prinsip kehati-hatian agar bank selalu dalam
keadaan sehat menjalankan usahanya dengan baik dan mematuhi
ketentuan-ketentuan dan norma-norma hukum yang berlaku di dunia perbankan. Karena
yang mempengaruhi pelaksanaan kredit tersebut. Hambatan tersebut biasanya
datang dari kedua pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) efektivitas berasal dari kata
“efektif” yang berarti mempunyai nilai efektif, pengaruh atau akibat, bisa juga
diartikan sebagai kegiatan yang bisa memberikan hasil yang memuaskan, dapat
dikatakan juga bahwa efektivitas merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil
yang dinyatakan dengan hasil yang dicapai. Dengan kata lain, penilaian efektivitas
harus berkaitan dengan masalah sarana yang dimiliki oleh organisasi dan juga
tujuan-tujuan organisasi.12
Hambatan yang terkadang timbul pada saat pelaksanaan kredit adalah
seperti prosedur permohonan yang menurut sebagian calon debitur sulit untuk
dipenuhi. Prosedur permohonan kredit dianggap sebagai suatu prosedur yang
relatif sulit. Terutama pada saat harus melengkapi syarat-syarat untuk mengajukan
kredit. Hal ini dikarenakan pada umumnya dokumen-dokumen yang diperlukan
untuk melengkapi syarat kredit adalah dokumen yang baru hanya diperhatikan
ketika calon debitur ingin mengajukan kredit. Sehingga calon debitur harus
mengurus dokumen dokumen yang diperlukan tersebut melalui instansi-instansi
lain yang ada hubungannya dengan dokumen yang diperluka n.
Berdasarkan uraian latar belakang dan beberapa alasan di atas, maka
mendorong untuk mengadakan penelitian dengan judul Efektivitas Pelaksanaan
Kredit Usaha Rakyat (Studi di PT. Bank XXX Medan).
12
B. Permasalahan
1. Bagaimana proses dan syarat pemberian kredit usaha rakyat pada PT.
Bank XXX Medan?
2. Bagaimana hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan kredit usaha
rakyat pada PT. Bank XXX Medan?
3. Bagaimana efektivitas dan pelaksanaan kredit usaha rakyat pada PT. Bank
XXX Medan?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan dari penulisan skripsi
ini adalah :
a. Untuk mengetahui proses dan syarat pemberian kredit usaha rakyat di PT.
Bank XXX Medan.
b. Untuk mengetahui hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan kredit
usaha rakyat di PT. Bank XXX Medan.
c. Untuk mengetahui efektivitas dan dampak pelaksanaan kredit usaha rakyat
di PT. Bank XXX Medan.
D. Manfaat Penulisan
Sementara hal yang diharapkan menjadi manfaat dari adanya penulisan
skripsi ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk
berbagai konsep ilmiah yang pada waktunya nanti dapat memberikan
dan pada pengkreditan, khususnya didalam penyelesaian masalah
efektivitas pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada PT. Bank XXX
Medan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pemerintah
Penulis berharap bahwa penulisanan skripsi ini dapat menjadi bahan
bagi pemerintah untuk tetap memperhatikan peraturan yang berlaku
serta pelaksanaan pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) ini.
b. Bagi Masyarakat
Penulis berharap bahwa tulisan ini dapat bermanfaat sebagai masukkan
dan pengetahuan bagi masyarakat dan para pelaku usaha mengenai
berbagai problema pengkreditan yang mungkin dihadapi di dunia
perbankan.
c. Bagi PT. Bank XXX Medan
Penulisan skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
bagi PT. Bank XXX Medan untuk meminimalisir hambatan ataupun
kendala selama pelaksanaan pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR).
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan
dengan permasalahan yang diangkat di dalamnya. Untuk mendapatkan
data yang diperlukan sesuai dengan masalah yang diteliti, maka dalam hal
ini penulis menggunakan metode penulisan yang bila dilihat dari jenisnya,
maka dapat digolongkan kedalam penelitian normatif empiris. Penelitian
meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka atau bisa juga disebut
dengan penelitian hukum kepustakaan.13
Penelitian empiris merupakan penelitan berupa studi lapangan dengan
melakukan wawancara pada responden yang berkaitan dengan PT. Bank
XXX Medan. Penelitian hukum sosiologis atau empiris dilakukan dengan
cara meneliti data primer yang diperoleh dilapangan selain juga meneliti
data sekunder dari perpustakaan.14
2. Sumber Data
Data dan sumber data yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah
bahan hukum primer, sekunder dan tersier.
a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang terdiri dari
peraturan perundang-undangan di bidang hukum perbankan dan
pengkreditan, antara lain Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
Kitab UndangUndang Hukum Dagang, Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perbankan, Undang-Undang nomor 23 tahun
1999 jo. Undang-Undang nomor 3 tahun 2004 tentang Bank
Indonesia, Peraturan Presiden nomor 2 tahun 2008 tentang
Lembaga Penjaminan, Keputusan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian Nomor: KEP-07/M.EKON/01/2010 tentang
Penambahan Bank Pelaksana Kredit Usaha Rakyat, dll.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum pimer, yakni hasil karya para
13
Soerjono Soekanto dan Sri Mumadji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hal. 13.
14
ahli hukum berupa buku-buku dan pendapat-pendapat para sarjana
yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.
c. Bahan hukum tersier atau bahan penunjang yaitu bahan hukum
yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap
bahan hukum primer dan/atau bahan hukum sekunder, yaitu kamus
huku m dan lain-lain
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam hal usaha untuk mengumpulkan data yang diperlukan
mengenaiskripsi ini, maka penulis menggunakan dua cara, yaitu :
a. Studi pustaka, yaitu metode pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh data sekunder dengan cara menggali sumber-sumber
tertulis, baik dari instansi yang terkait, maupun buku literatur yang ada
relevansinya dengan masalah penelitian yang digunakan sebagai
kelengkapan penelitian.
b. Penelitan Lapangan (Field Research) Metode pengumpulan data ini
dilakukan dengan cara mengunjungi langsung objek penelitian.
Penelitian akan dilakukan di PT Bank XXX Medan. Untuk melengkapi
data-data penelitian, maka dilakukan juga studi dokumentasi dan
wawancara secara langsung.
4. Responden dan Informan
Dalam menyelesaikan penelitian ini, penulis melakukan wawancara yang
terdiri dari beberapa responden dan informan, yang terdiri dari :
5. Teknik Analisis
Analisis data dilakukan secara kualitatif yang digambarkan secara
deskriptif, rangkaian kegiatan analisis data dimulai setelah terkumpulnya
data sekunder, kemudian disusun menjadi sebuah pola dan dikelompokkan
secara sistematis. Analisis data lalu dilanjutkan dengan membandingkan
data sekunder terhadap data primer untuk mendapat penyelesaian
permasalahan yang diangkat. Pada akhirnya dapat ditarik suatu kesimpulan
serta memberikan suatu saran.
F. Keaslian Penulisan
Keaslian penulisan skripsi ini benar merupakan hasil dari pemikiran, ide,
dan gagasan penulis dengan mengambil panduan dari buku-buku,
literatur-literatur dari perpustakaan, dan media-media lainnya yang berkaitan dengan judul
skripsi ini.
Sepanjang pengetahuan penulis dan berdasarkan informasi yang diperoleh
dari perpustakaan. Hingga saat ini belum ada skripsi yang mengambil judul
“Efektivitas Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat (Studi PT. Bank XXX Medan)”.
Oleh karena itu keaslian skripsi ini terjamin keasliannya, kalaupun ada
pendapat atau kutipan dalam skripsi ini, semata-mata dijadikan pendukung dan
pelengkap dalam penulisan yang memang sangat dibutuhkan dalam
menyempurnakan skripsi ini.
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini dibagi atas 5 (lima) bab, yang tiap bab dibagi pula atas
beberapa sub bab yang disesuaikan dengan isi dan maksud dari penulisan skripsi
BAB I : Bab ini merupakan bab pendahuluan, yang menjadi suatu pengantar
dari permasalahan, terdiri dari 7 (tujuh) sub bab, yaitu Latar
Belakang, Permasalahan, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan,
Metode Penulisan, Keaslian Penulisan dan Sistematika Penulisan.
BAB II : Bab ini berjudul “Tinjauan Umum Mengenai Perjanjian Kredit”
yang terdiri dari 3 (tiga) sub bab, yaitu Sejarah Pengkreditan dan
Pengertian Perjanjian Kredit Menurut Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 Tentang Perbankan, Kedudukan Perjanjian Kredit
dalam Hukum Perjanjian Beserta Asas-Asasnya, dan Jenis-Jenis
Perjanjian Kredit dan Prosedur Perjanjian dan Berakhirnya
Perjanjian Kredit.
BAB III : Bab ini berjudul “Pelaksanaan dan Dasar Hukum Kredit Usaha
Rakyat Ditinjau Dari Peraturan Perundang-Undangan” yang terdiri
dari 3 (tiga) sub bab, yaitu Sejarah, Dasar Hukum dan
Perkembangan Kredit Usaha Rakyat, Peranan Bank Terhadap
Perkembangan Kredit Usaha Rakyat, dan Berbagai Pedoman Bank
dalam Kredit Usaha Rakyat.
BAB IV : Bab ini berjudul “Efektivitas Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat
Pada Bank Negara Indonesia 46 Kantor Cabang Sutomo Medan”
yang terdiri dari 3 (tiga) sub bab, yaitu Proses dan Syarat
Pemberian Kredit Usaha Rakyat, Hak dan Kewajiban Para Pihak
dalam Pemberian Kredit Usaha Rakyat dan Efektivitas dan
BAB V : Bab ini berjudul “Penutup” yang terdiri dari 2 (dua) sub bab, yaitu
Kesimpulan dan saran. Dimana bab ini merupakan bab penutup