• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE Pemilihan Lokasi Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAHAN DAN METODE Pemilihan Lokasi Penelitian"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

# # Koresp onde nsi: Pusat Rise t Perikanan. Ge d ung BRSDMKP II,

Jl. Pasir Put ih II, Anco l Tm ur, Jakart a Ut ara 14430 Te l. + 62 21 647 00928

E-m ail: ar i ani andayani @ gmai l .com

Tersedia online di: ht t p://ej ournal-balit bang.kkp.go.id/index.php/j ra

DAYA DUKUNG EKOLOGI UNTUK BUDIDAYA IKAN KAKAP

DALAM KERAM BA JARING APUNG, STUDI KASUS DI PERAIRAN BIAK-NUM FOR

Ariani Andayani#, Wartono Hadie, dan Ketut Sugama

Pusat Riset Perikanan

Gedung BRSDMKP II, Jl. Pasir Putih II, Ancol Tmur, Jakarta Utara 14430

(Naskah dit erima: 17 Januar i 2018; Revisi final: 28 M ei 2018; Diset ujui publikasi: 28 M ei 2018)

ABSTRAK

Kabupaten Biak-Numfor merupakan salah satu lokasi yang ditetapkan sebagai Sentra Kelautan dan Perikanan Te rpadu (SKPT), yang memiliki pot ensi untuk pengembangan budidaya laut, sehingga perlu dilakukan kajian kesesuaian lokasi dan daya dukung lingkungannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kesesuaian perairan dan estimasi daya dukung lingkungan (ekologi) untuk pengembangan budidaya ikan kakap (Lat es calcarifer). Kajian ini dilakukan di dua lokasi yaitu Pulau Nusi dan Teluk Urfu. Pengumpulan data primer dilakukan melalui survai lapangan dan pengumpulan data sekunder me lalui Dinas terkait . Dat a survai lapangan yang dikumpulkan meliputi: arus, kedalaman, pH, suhu, salinitas, dissoloved oxygen (DO), amonia,

nitrit, nitrat, fosfat, t ot al suspended solid (TSS), dan kecerahan. Data sekunder yang dikumpulkan antara lain: Peta RBI dan data spasial dari Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil RZWP3K Kabupaten Biak-Numfor 2015. Analisis kesesuaian perairan dilakukan dengan perangkat lunak Quant um GIS (QGIS). Analisis spasial berbasis raster. Hasil analisis kesesuaian perairan untuk budidaya ikan kakap dalam keramba jaring apung (KJA), di sekitar Pulau Nusi memiliki potensi yang sesuai seluas 324,11 ha dari total area seluas 2.643 ha, sedangkan di Teluk Urfu area yang sesuai seluas 0,247 ha dari total area 33 ha. Hasil perhitungan daya dukung ekologi, Teluk Urfu tidak direkomendasikan adanya kegiatan budidaya ikan, kenyataannya saat ini telah terpasang 12 lubang KJA. Sedangkan di Pulau Nusi potensi pengembangan budidaya laut khususnya ikan kakap cukup luas. Daya dukung ekologinya adalah 158 lubang KJA (3 m x 3 m x 3 m) dengan terget panen per lubang adalah 175 kg.

KATA KUNCI: analisis spasial; daya dukung ekologi; pemilihan lokasi; QGIS

ABSTRACT: Ecological carrying capacity of seabass culture in cage, a case study in water of Biak-Numfor. By: Ariani Andayani, Wartono Hadie, and Ketut Sugama

Biak-Numfor Regency has been designat ed as one of t he locat ions of Int egrat ed M arine and Fisheries Cent er (SKPT). The region has t he pot ent ial t o be developed as maricult ure area. Thus, it is necessary t o det ermine t he sit e suit abilit y and calculat e t he environment al carrying capacity of t he area for mariculture development. This st udy aimed to assess t he sit e suit abilit y and est imat e t he environment al carrying capacit y (ecology) of t he region wat ers for Asian seabass/ barramundi (Lates calcarifer) maricult ure. The st udy was carried out in t wo locat ions: Nusi Island and Urfu Bay. Primary dat a were collect ed from a field survey and secondary dat a was gat hered from t he local fisheries ext ension office in Biak Dist rict . On-t he-field measured paramet ers included: wat er current , dept h, pH, t emperat ure, salinit y, dissolved oxygen, ammonia, nit rit e, nit rat e, phosphat e, t ot al suspended solids, and t ransparency. Secondar y dat a collect ed from t he local agency were: t opographical maps of t he region and vect or-based spat ial dat a from RZWP3K Biak-Numfor Regency. Sit e suit ability analysis was done with QGIS. Spat ial analysis was based on GIS raster environment. This st udy found t hat the suitable sit e for Asian seabass/barramundi floating net cages mariculture (FNC) was estimated around 324.11 ha and 0.247 ha for Nusi Island and Urfu Bay, respect ively. Based on est imat es of environment al carrying capacit y (ecology), Urfu Bay is not recommended for fish cult ure despit e t he st udy had found one float ing fish farm wit h 12 net cages operat ing in t he area. In cont rast , wat ers of Nusi Island Based has significant ly higher ecological carrying capacit y which is est imat ed able to hold 158 float ing net cages ( 3m x 3m x 3m) with the maximum holding densit y of 175 kg per cage.

(2)

180 Co pyright @ 2018, Jurnal Rise t Akuakult ur, p-ISSN 1907-6754; e-ISSN 2502-6534 Daya dukung ekologi untuk budidaya ikan kakap dalam keramba jaring apung ... (Ariani Andayani)

PENDAHULUAN Terpadu (SKPT) berbasis pulau-pulau kecil terdepan dan/atau kawasan perbatasan secara terintegrasi dan menyeluruh. Program tersebut pene kanannya pada pembangunan sarana dan prasarana penunjang, serta sistem pengelolaan sumber daya perikanan, yang tidak h a n ya b e r t u m p u p a d a p e n g u a t a n s e k t o r h ilir (pengolahan). Pada sektor hulu adalah penyediaan bahan baku industri perikanan. Program SKPT ini mengarah p a d a o p t im a lis a s i u s a h a p e n a n gk a p a n ika n , pe mbudidayaan ikan, usaha t ambak garam, se rt a pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Dengan demikian pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan perikanan akan mendapatkan keuntungan ekonomi (margin ekonomi) yang tinggi. Pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan perikanan khususnya di pulau-pulau kecil dan/atau kawasan perbatasan yang merupakan bagian dari SKPT yang dicanangkan o le h Me nt e ri Kelautan dan Perikanan.

Ke m e n t e r ia n Ke la u t a n d a n Pe r ika n a n t e la h menetapkan 20 lokasi Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (PSKPT) di pulau-pulau kecil dan kawasan pe rbat asan, yang dite tapkan me lalui Ke putusan Me nt e ri (Ke pme n) No . 51 Tahun 2016 t e n t an g Pe ne t ap a n Lo ka si Pe m ba n gu n an Se n t ra Kelautan dan Perikanan Terpadu di Pulau-Pulau Kecil dan Kawasan Pe rbat asan. Kabupat e n Biak-Numfor, Provinsi Papua adalah salah satu lokasi yang ditetapkan sebagai PSKPT. Posisi geografis Biak cukup strategis dikembangkan dengan jalur penerbangan ke Hawai dan Palau, serta ke Jepang.

Dalam Pe rme n KP t e rse but dise but ka n bahwa pembudidayaan ikan merupakan salah satu target pro -gram yan g a ka n dike mb a n gka n . Pe n ge m b a nga n budidaya ikan menurut FAO (2010), telah beralih dari pendekatan konvensional ke pendekatan ekosistem (ecosyst em approach t o aquacult ure/EAA). EAA adalah sebuah pendekatan budidaya berbasis ekosistem yang merupakan strategi terintegrasi antara kegiatan dalam ekosistem yang lebih luas seperti mengede pankan pembangunan berkelanjutan, ekuitas, dan ketahanan (r esilient) yang saling t erkait dalam sist e m so sial-ekologi. Ada tiga sasaran utama dalam EAA yaitu: 1) memastikan kesejahteraan manusia; 2) memastikan

kelestarian ekologi; dan 3) memfasilitasi pencapaian ke duanya. Hasil ut ama yang diharapkan adalah: 1) Sektor budidaya yang benar-benar berkelanjutan dalam dimensi ekologi, ekonomi dan sosial dan; 2) Perubahan masyarakat pada tingkat pola pikir, sikap dan tindakan dalam usaha budidaya.

Tiga prinsip utama sebagai panduan dalam EAA menurut FAO (2010) adalah: 1) Pengembangan dan p e n ge lo la a n b u d id a ya h a ru s m e m p e rh it u n gka n jangkauan jasa dan fungsi ekosistem dan seharusnya tidak mengancam kelestarian; 2) Kegiatan budidaya harus meningkatkan kesejahteraan pembudidaya dan keadilan bagi seluruh pemangku kepentingan; dan 3) Kegiatan budidaya harus dikembangkan dalam konteks apa yang dimaksud dalam EAA, namun merupakan salah satu hal penting sebelum dilaksanakannya kegiatan budidaya, yaitu pemilihan lokasi budidaya yang sesuai dengan memperhitungkan fungsi ekosistem. Hal ini untuk menunjang salah satu sasaran dalam EAA yaitu memastikan kelestarian ekologi. Pemilihan lokasi yang calcarifer) dan estimasi daya dukung ekologi di Pulau Nusi dan Teluk Urfu, Kabupaten Biak-Numfor. Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP3K) tahun 2015 yang telah disusun oleh Pemda Kabupaten Biak Numfor, serta dengan memperhatikan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No m o r 6 2 /k e p m e n -k p /2 0 1 4 t e n t a n g r e n ca n a p e n ge lo la a n d a n z o n a s i t a m a n wis a t a p e ra ira n Kepulauan Padaido dan laut di sekitarnya di Provinsi Papua tahun 2014-2034.

(3)

Pem ilihan Komoditas

Komoditas yang dipilih dalam penelitian ini adalah ik a n k a k a p p u t ih . Dir je n Pe rik a n a n Bu d id a ya mengatakan bahwa pangsa pasar ekspor ikan kakap putih lebih luas daripada ikan kerapu (Simorangkir, 2 0 1 7 ). Te k n o lo gi b u d id a ya ika n ka ka p t e la h be rkembang de ngan baik. Be nih ikan kakap unt uk budidaya telah diproduksi di Bali, Batam, Jawa Timur (Priyono et al., 2013) dan di Lampung (Akmal, 2011). Ika n ka k a p la ya k d ib u d id a ya , s e la in m e m ilik i karakt e rist ik yang disukai ko nsume n ant ara lain: lembut dengan rasa ringan dan dalam bentuk tanpa tulang (fillet), ikan tumbuh cepat dan bersifat euryha-line atau dapat tumbuh pada salinitas 0 atau air tawar hingga salinitas tinggi atau air laut. Juvenilnya terlihat lebih cepat tumbuh pada salinitas yang rendah (Schipp et al., 2007). Menurut FAO, ukuran siap panen kakap putih dalah 350 gram sampai dengan 3 kg dalam waktu enam bulan hingga dua tahun.

Pengum pulan Data

Pe n gu m p u la n d a t a d ila ku ka n m e la lu i s u r va i lapangan pada Agustus 2016 dan akhir Oktober 2016 untuk Teluk Urfu, sedangkan untuk Pulau Nusi hanya dilaksanakan pada Agustus 2016. Data kualitas perairan diukur secara langsung dan diambil sampel unt uk dianalisis di laboratorium (Proling IPB Bogor).

Dat a p arame t e r ku alit as pe rairan yang diukur s e ca r a la n gs u n g a d a la h ke d a la m a n (b a t im e t ri),

ke ce p a t a n a ru s , ke ce ra h a n p e ra ira n , p H, s u h u , salinitas, dan oksigen terlarut (DO). Dalam penelitian ini, alat yang digunakan untuk mengukur batimetri adalah Garmin Mapsounder 585, yang dipasang pada sisi luar lambung kapal dengan kecepatan kapal pada s a a t s u r ve i ± 4 k n o t . Ke c e p a t a n a ru s d iu ku r menggunakan cur rent met er yang dicelupkan pada kedalaman 1-2 m selama ± 5 menit pada setiap titik sam p l i n g. Ke c e ra h a n p e ra ir a n d iu k u r d e n g a n menurunkan sacchi disk dengan tali yang telah diberi skala dalam satuan meter. Kemudian untuk parameter pH, suhu, salinitas, dan DO diukur menggunakan YSI mult iparamet er sonde.

Beberapa parameter yang dianalisis di laboratorium adalah t ot al suspended solid (TSS), nitrat, nitrit, fosfat, total P, dan amonia. Pengambilan sampel air untuk pe ngujian TSS, nit ra t , nit rit , fo s fa t , da n am o n ia m e n ggu na ka n a la t Van Dor n w at er sam pl er pa d a kedalaman tiga meter. Khusus sampel untuk pengujian TSS, d ia m b il s a t u lit e r a ir la u t la lu d is a rin g menggunakan vacuum pump de ngan kert as saring berukuran pori 0,45 ìm. Kertas saring ini kemudian dilipat dan disimpan pada suhu dingin. Pengujian untuk parameter lainnya adalah dengan mengambil sampel air laut dengan volume satu liter kemudian disimpan pada wadah botol PE dan diberi pengawet (H2SO4) hingga pH < 2. Be be rapa da t a pe n dukung ya ng dikumpulkan yaitu Peta Rupa Bumi Indo nesia (RBI) ke luaran Badan Info rma si Ge o s pasial (BIG) ska la 1:50.000 dan data arus musim barat dan musim timur, Gambar 1. Lokasi penelitian dan sebaran titik pengambilan sampel.

Figure 1. St udy area and dist ribut ion of sampling point s. Keterangan (Remark):

(4)

182 Co pyright @ 2018, Jurnal Rise t Akuakult ur, p-ISSN 1907-6754; e-ISSN 2502-6534 Daya dukung ekologi untuk budidaya ikan kakap dalam keramba jaring apung ... (Ariani Andayani)

serta zona inti konservasi di Padaido dari dokumen data Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) tahun 2015 Kabupaten Biak-Numfor budidaya ikan kakap dalam keramba. Parameter kualitas perairan yang memiliki nilai maksimum dan minimum yang masuk dalam julat angka sesuai kriteria untuk budidaya ikan kakap, tidak dianalisis lebih lanjut secara sp asia l, se hingga ha nya parame t e r yang nilain ya bervariasi yang diolah secara spasial.

Analisis spasial dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Quant um GIS (QGIS 2.18.15). Data kualitas perairan yang berupa titik diinterpolasi dengan metode inver se dist ance weight ed (IDW). Hasil int erpolasinya b e ru p a d a t a r a s t e r ya n g ke m u d ia n d ike la s k a n b e r d a s a r k a n k rit e ria s e s u a i d a n t id a k s e s u a i menggunakan menu rast er calculat or. Kriteria sesuai ditunjukkan o leh digit al number 1 dan tidak sesuai dengan nilai digit al number 0. Parameter-parame ter ya n g d iin t e r p o la s i d a n d ik e la s k a n , ke m u d ia n d it u m p a n gs u s u n k a n d e n ga n o p e ra s i p e r ka lia n me nggunakan r ast er calculat or. Hasil dari se luruh p e rka lia n t e rse b ut m e ru p aka n h a sil akh ir ke la s kese suaian perairan. Khusus unt uk dat a zona int i konservasi yang dalam bentuk vektor, terlebih dahulu d ig a b u n g ka n (u n i on) d e n g a n p o t o n g a n lo ka s i penelitian, kemudian dikonversi ke data raster. Data raster ke sesuaian ini kemudian diko nversi menjadi data vektor untuk dihitung luasannya dan dibuat tata letak (layout) peta.

Analisis Daya Dukung Ekologi

Perhitungan daya dukung ekologi perairan untuk kegiatan budidaya ikan mengacu pada estimasi jumlah limbah nitrogen (N) yang dibuang ke lingkungan tidak boleh melebihi ambang batas yang telah ditentukan menurut KepMen LH No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. Baku mutu amonia untuk kehidupan biota laut adalah 0,3 mg/L. Selisih antara nilai baku mutu dan nilai awal sebelum ada budidaya (Yulianto, 2015):

di mana:

Nb m = nilai nut rie n baku mut u/amonia (mg/L) N0 = nilai awal nutrie n/am onia (mg/L)

Menurut Leung et al. (1999), nilai amonia adalah 53% dari total nitrogen (N) yang dihasilkan, sehingga untuk menghitung ÄN nitrogen adalah nilai ÄN amonia dibagi 53% (Yulianto, 2015).

Nilai ÄN nitroge n ini adalah untuk menghitung jumlah limbah yang diperbolehkan atau tidak melebihi ambang batas, dimodifikasi dari Gowen et al. (1989) yang dikut ip Barg (1992):

di mana:

Vi = volume perairan saat surut (L)

D = laju p enge nce ran (hari) / dilut ion rat e(day)

Flushing t ime merupakan waktu yang diperlukan u n t u k lim b a h t in g ga l d i s u a t u p e ra ira n h in gga berpindah sehingga perairan me njadi bersih (No or, 2009; Rachmansyah, 2004). Estimasi flusing t ime (F)

Perhitungan volume perairan pada saat surut (Vh) dan volume pada saat pasang (Vi) dihit ung dengan perangkat lunak QGIS dengan t ool r.volume (GRASS). Titik kedalaman pada saat surut dan pasang disiapkan dalam bentuk hasil interpolasi raster dan dipotong pada area yang sesuai untuk budidaya ikan kakap.

Kapasitas produksi yang dibolehkan (t ot al accept -able product ion/TAP)merupakan jumlah ikan yang dapat diproduksi tanpa melebihi ambang batas. Nilai TAP d ie st im as i me nggun akan rum us se ba ga i be riku t (Soewardi, 2012):

di mana:

TAP = t ot al accept able product ion/kapasitas produksi yang dibolehkan (kg)

Nika n= lim bah nitrogen pro duksi ikan (kg/to n)

Da lam pe ne lit ian ini p e rh it u nga n jumlah limbah nitrogen (Nikan) yang dihasilkan dari produksi ikan merujuk pada Islam (2005). Dengan perhitungan

(5)

sebagai berikut: pakan yang tidak dimakan adalah 20%; N dalam pakan adalah 6,5%; P (fosfat) dalam pakan adalah 1,4%; N dalam ikan 3%; dan P dalam ikan 1%. N dan P yang dihasilkan oleh ekresi dan feses dihitung dari N dan P dalam pakan yang dikonsumsi ikan dikurangi N dan P yang terkandung dalam ikan yang dipanen.

Pakan yang digunakan dalam perhitungan ini dengan kandungan protein 43% dan nilai konversi pakan (FCR) sebesar 1:2. KJA ukuran 3 m x 3 m x 3 m satu siklus menghasilkan 350 ekor ikan dengan bobot rata-rata 500 g atau sekitar 175 kg ikan (Trobos, 2016); sehingga untuk menghasilkan 175 kg ikan membutuhkan 350 kg pakan. Limbah fosfat dalam penelitian ini tidak yang diukur sebagian besar masih masuk dalam batas ambang krite ria yang sesuai unt uk budidaya ikan kakap. Parame te r dengan krit eria se suai t e rsebut adalah pH, suhu, salinitas, DO, amonia, nitrit, nitrat, fo sfat , dan TSS. Hal ini kemungkinan dikarenakan kondisi Teluk Urfu yang perairannya masih alami, di mana masukan cemaran relatif sedikit. Parameter yang t e rlihat me miliki nilai be rvariasi, se bagian masuk ambang kriteria sesuai dan sebagian lainnya masuk krit e ria t idak se suai adalah ke dalaman, arus, dan kecerahan, sehingga ketiga parameter tersebut yang kemudian dianalisis secara spasial. Parameter arus dan kecerahan juga terlihat berubah saat diukur pada musim kemarau dan musim hujan.

Hasil pengukuran dan analisis laboratorium di Teluk Urfu dan di sekitar Pulau Nusi disandingkan dengan kriteria kesesuaian perairan untuk budidaya ikan kakap disajikan dalam Tabel 1.

Pada Pulau Nusi hanya diukur satu kali pada Agustus 2016. Sebagian besar parameter masuk dalam batas ambang krite ria yang sesuai unt uk budidaya ikan kakap, parameter tersebut adalah pH, suhu, salinitas, DO, amonia, nitrit, nitrat, fosfat, TSS, dan kecerahan. Parameter-parameter tersebut diasumsikan sama baik pada musim kemarau maupun musim hujan, karena di Pulau Nusi kondisinya lebih jauh dari input bahan pe n ce mar. Parame t e r yan g dipe rhit ungkan un t uk analisis spasial adalah parameter kedalaman, arus, dan zona inti konservasi yang diperoleh dari data RZWP3K. Pa ra m e t e r ya n g re la t if b e ru b a h s e irin g d e n ga n perubahan musim adalah arus, sehingga dalam analisis

spasial ditambahkan arus hasil pengkuran musim barat dan musim timur dari data RZWP3K.

Kesesuaian Perairan untuk Budidaya Ikan Kakap

Pe raira n Te lu k Urfu me ne mp at i wilayah yan g sempit yaitu hanya sekitar 33 ha, tipologi perairan yang re latif t ert ut up, de ngan ke cepat an arus yang lemah. Menurut Cardia & Lovatelli (2015), kecepatan arus 0-30 cm/dt adalah tergolong lemah. Pada lokasi ini diperoleh area yang sesuai untuk kegiatan budidaya ikan kakap menggunakan KJA hanya 0,247 ha; luasan ini sangat kecil yaitu hanya sekitar 0,7% dari luasan Teluk Urfu. Pada saat survai lapangan di Teluk Urfu te rdapat ke giatan budidaya ikan menggunakan 12 lubang KJA di dua titik. Sementara itu, hasil analisis spasial ditemukan bahwa lokasi budidaya e ksisting tidak masuk dalam wilayah yang sesuai. Berdasarkan wawancara de ngan DKP Biak-Numfor, ikan ke rapu macan yang ditebar pada kedua KJA tersebut tidak menunjukkan pe rtumbuhan yang baik, diduga ikan ke ra p u m a ca n ku r a n g co c o k d ib u d id a ya ka n d i lingkungan perairan Teluk Urfu karena kondisi arus yang sangat lemah.

Pe rairan se kit ar Pulau Nusi di Dist rik Padaido tepatnya terletak antara 3 pulau berpenghuni yaitu Pu la u Nu s i, Pu la u Pa i, d a n Pu la u Mio s w u n d i, merupakan lokasi yang cukup luas dengan total area kajian pada wilayah ini yaitu sekitar 2.643 ha. Hasil analisis spasial diperoleh luas area yang sesuai untuk KJA yaitu 324,11 ha atau sekitar 12,26% dari luas total area kajian. Peta kesesuaian perairan untuk budidaya ikan kakap di Teluk Urfu dan di sekit ar Pulau Nusi disajikan dalam Gambar 2.

Daya Dukung Ekologi

Perhitungan daya dukung budidaya ikan dalam KJA yang dilakukan berdasarkan input pakan dan pupuk dengan mempertimbangkan konsent rasi nut rien di a wa l s e b e lu m b u d id a ya . Da la m p e n e lit ia n in i, ka ndu nga n nu t rie n did asa rka n p ada ko n se n t ra si amo nia dalam perairan. Pe rhit ungan daya dukung lingkungan dipe rlukan be be rapa parame te r input seperti yang disajikan dalam Tabel 2.

(6)

1

Tabel 1. Kriteria kelayakan kualitas untuk budidaya ikan kakap dalam keramba (Sumber: FAO, 1989; Ahmad et al., 1991 dalam Mayunar, 1999; Effendi, 2003 dalam Kangkan, 2006; DKP, 2002 dalam Kangkan, 2006; Schipp et al., 2007; FAO, 2015; Philipose et al., 2012; WWF-Indonesia, 2015), serta hasil pengukuran kualitas perairan di Teluk Urfu pada Agustus 2016 dan Oktober 2016 serta di Pulau Nusi pada Agustus 2016

Table 1. Crit eria of Seawat er Suit abilit y for Seabass Aquacult ure in cage (Sources: FAO, 1989; Ahmad et al. in M ayunar, 1999; Effendi, 2003 in

(7)

ge ografis tersedia dan se cara fisik memadai unt uk b ud id aya je nis t e rt e n t u . Da ya d u ku n g p ro d u ks i merupakan tingkat produksi optimal komoditas yang dibud idayakan . Daya du kung e ko lo gi me ru pakan tingkat maksimum produksi yang dimungkinkan tanpa memiliki dampak ekologi yang tidak dapat diterima. Menurut Dolmer & Frandsen; Hoagland et al., Stead et al., Gibb yang dikut ip McKindsey et al. (2006), daya dukung sosial mencakup tiga hal daya dukung tersebut d i a t a s , m e ru p a ka n t im b a l b a lik a n t a ra s e m u a pemangku ke pent ingan dalam me ncapai t unt utan antara kepentingan sosial ekonomi dan lingkungan.

Daya dukung fisik dan produksi menganggap bahwa pe ngaruh kegiatan budidaya sangat ke cil te rhadap e ko sist e m (Kurn ia, 200 5). Ole h kare na it u, da ya

dukung fisik dan pro duksi co co k unt uk ke giat an budidaya yang dilakukan tanpa penambahan pakan atau pupuk, seperti budidaya rumput laut ataupun budidaya pembesaran kerang hijau.

Pemberian pakan pada kegiatan budidaya ikan dapat be rpe ngaruh t e rhadap ke naikan nut rie n pe rairan. Ke be radaan nut rie n me le bihi ambang bat as akan menyebabkan menurunnya kualitas perairan. Nutrien utama yang memegang peranan penting adalah nitro -ge n (N) dan fosfat (P). Me nurut Soe wardi (2012), nutrien yang menjadi faktor pembatas pada perairan laut biasanya adalah nitrogen (N). Ackefors & Enell (1990) yang dikut ip Islam (2005) menyatakan bahwa sistem budidaya laut dalam KJA tidak menggunakan pupuk baik organik maupun non-organik dengan N Gambar 2. Peta kesesuaian perairan budidaya ikan kakap dalam KJA.

Figure 2. M ap of sit e suit abilit y for seabass cult ure in FNC. Keterangan (Remark):

Sesuai Tidak sesuai KJA eksisting

Tabel 2. Parameter input untuk menghitung daya dukung lingkungan KJA Table 2. Input paramet ers for calculat ing environment al carrying capacit y of FNC

Param et er

Parameters

Sat uan

Unit

Teluk Urfu

Urfu Bay

Pulau Nusi

Nusi Island

Luas kesesuaian (LK) / Suit able area m2 2 ,4 70 3,24 1,10 0

Luas un it bu didaya (LU) / Area for cult ure m2 9 9

N awal (amo nia) / Init ial N (ammonia) mg/L 0.1 9 0.12

N BM (amon ia) / N qualit y st andard (ammonia) mg/L 0.3 0.3

mg/L 0.1 1 0.18

mg/L 0.2 0.34

T (p erio de p asang surut) / T (t ide period) Hari (Day) 0.5 0.5

ΔN amon ia

(8)

186 Co pyright @ 2018, Jurnal Rise t Akuakult ur, p-ISSN 1907-6754; e-ISSN 2502-6534 Daya dukung ekologi untuk budidaya ikan kakap dalam keramba jaring apung ... (Ariani Andayani)

dan P yang tinggi, akan tetapi menggunakan pakan yang tinggi N. Zat pembatas ini yang diperhitungkan dalam menentukan daya dukung lingkungan, walaupun ke be ra daa nnya se dikit n amun da pat me n ggan gu produktivitas pe rairan. Nitrogen dalam air t erbagi menjadi empat bent uk, yaitu nitrat, nitrit, amonia, dan nitro gen o rganik. Dalam pe ne lit ian ini hanya amonia yang akan dijadikan acuan dalam perhitungan daya dukung lingkungan (dalam hal ini daya dukung ekologi). Konsentrasi maksimum amonia ditentukan dengan mengacu kepada KepMen. LH No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut untuk kehidupan biota laut adalah 0,3 mg/L.

Periode pasang surut di Biak adalah dua kali dalam s e h a ri d e n ga n jara k p a sa n g t e rt inggi d a n s u ru t te re ndah adalah 1,8 m berdasarkan dat a dari BIG. Kandungan nutrien sebelum ada aktivitas budidaya diambil konsentrasi amonia rata-rata pada area yang sesuai untuk budidaya KJA.

Luas unit Budidaya diasumsikan adalah KJA kotak 9 m perse gi atau KJA de ngan ukuran 3 m x 3 m. Perhitungan daya dukung fisik lebih sederhana, faktor yang harus dipertimbangkan adalah kegiatan lain di sekitar lokasi, direkomendasikan hanya 10% dari to -tal daya dukung fisik atau luas wilayah yang sesuai untuk KJA (Hidayah & Wardhani, 2015; Soewardi, 2012), seperti yang disajikan dalam Tabel 3.

Hasil perhitungan jumlah N dan P yang dibuang ke lingkungan disajikan dalam Tabel 4.

Kapasit as pro duksi yang dibolehkan (TAP) yang kemudian dikonversi menjadi jumlah unit lubang KJA yang diperbolehkan disajikan dalam Tabel 5.

Hasil perhitungan daya dukung fisik lebih besar daripada daya dukung e kologi. Jika mengacu pada perhitungan daya dukung ekologi untuk budidaya ikan dalam KJA, untuk Teluk Urfu tidak direkomendasikan adanya budidaya ikan. Hasil pe rhitungan kapasit as pro duksi yang dibo le hka n (TAP) adalah 12,75 kg sedangkan total nutrien yang dibuang ke lingkungan dalam satu kali siklus adalah 17,5 kg atau lebih besar dari nilai TAP. Saat ini di Teluk Urfu telah dipasang

KJA bentuk kotak 12 lubang, sehingga untuk Teluk urfu sebaiknya tidak dipasang lagi KJA mengingat daya dukung lingkungannya yang kurang memadai.

Daya dukung ekologi di Pulau Nusi untuk budidaya ikan dalam KJA adalah 158 unit atau 1.422 me te r persegi, jika per unit mampu produksi 175 kg atau 0,175 ton maka bisa menghasilkan produksi sekitar 27,65 ton per siklus. Kondisi saat ini belum terdapat KJA ya n g t e r p a s a n g d i lo k a s i in i, s e h in g g a pengembangannya masih sangat luas.

Dari estimasi perhitungan daya dukung ekologi ini, Pulau Nusi memiliki luasan area yang cukup besar untuk dikembangkan. Pengembangan budidaya ikan s e b a ikn ya m a m p u m e m p r o d u ks i ik a n m in im a l sejumlah 4 ton atau 8 ton per bulan. Hal ini berkaitan de ngan t o nnase kapal angkut ikan yang biasanya memuat 4 ton atau 8 ton ikan dalam sekali angkut.

DKP (2 0 0 2) yang di kut i p Co co n et al. (20 1 6 ) me nya t akan bah wa daya d uku ng pe rairan unt uk pengembangan budidaya laut sistem KJA berdasarkan persentase kapasitas perairan yaitu seluas 20% dari total luas perairan yang sesuai. Namun penentuan 20% dari t otal luasan yang sesuai kemungkinan kurang cocok diterapkan untuk area studi yang dilaksanakan oleh Cocon et al. (2016) di kawasan perairan Teluk Ekas Kabupaten Lombok Timur. Cocon et al. (2016) me nghit ung dari 20% are a yang sesuai dihasilkan kapasitas unit KJA yang dapat ditampung, yaitu sekitar 16.222 unit. Cocon et al. (2016) kemudian melanjutkan dengan menghitung nilai indeks keberlanjutan melalui pendekatan dengan metode M ult idimensional Scalling d e n g a n t e k n ik or di n a si Ra p f i sh . Ha s il a n a lis is keberlanjutan tersebut masuk dalam kategori “kurang berkelanjutan”.

Hasil penelitian lainnya untuk penghitungan daya d uku n g d a ri p e n d u ga a n b e ba n lim b ah n it ro ge n (amonia), diperoleh luasan kurang dari 0,05% dari area yang diteliti (sesuai). Seperti penelitian yang dilakukan o leh Bramana (2015), pe nghit ungan daya dukung lingkungan untuk budidaya ikan kerapu dalam KJA di Pu la u Se m a k Da u n Ke p u la u a n Se rib u , h a s il

Param et er

Par am eter s

Sat uan

Unit

Teluk Urfu

Ur fu Bay

Pulau Nusi

Nusi Island

Daya dukung fisik (DDF)

Physycal carrying capacity (CCF) Unit 274 360,122

Rekomendasi (10% DDF)

Reccomended (1 0% of FCC) Unit 27 36,012 Tabel 3. Rekomendasi daya dukung fisik (DDF) KJA

(9)

pe nghit ungan daya dukung dari pendugaan beban limba h nit ro ge n (amo nia) budidaya dan akt ivit as antropogenik yaitu 90 unit (3 m x 3 m) KJA atau dalam jumlah produksi mencapai 97 ton ikan, dengan luas area penelitian adalah 315,19 ha.

Pe n e lit ia n No o r (2 0 0 9 ) d i Te lu k Ta m ia n g , Kabupat en Ko tabaru dipe role h luas perairan yang

sesuai untuk budidaya ikan kerapu mencapai 385 ha. Berdasarkan perhitungan beban limbah (tingkat mutu amonia 0,3 mg/L) pro duksi optimal yang diijinkan adalah 18,8 ton ikan atau 80 lubang KJA ukuran 3 m x 3 m x 2,5 m atau sekitar 1.800 meter persegi, sehingga menempati sekitar 0,047% dari area yang sesuai untuk budidaya ikan.

6.50% 1.40% 3% 1%

N P N P

FCR 1:02

Jumlah Pakan 350 kg

80% pakan dikonsumsi ikan 280 18.2 3.92 kg

Panen ikan 175 - - 5.25 1.75 kg

Dibuang ekresi dan feses 105 12.95 2.17 kg

20% pakan tidak dimakan 70 4.55 0.98 kg

Total yang dibuang ke lingkungan 175 17.5 3.15 kg

Sat uan

Unit

Param et er

Parameters

Pakan I kan

Ni lai

Value

Tabel 4. Nutrien yang dihasilkan dari budidaya ikan dengan KJA (adopsi dari Islam, 2005) Table 4. Nut rien produced by fish cult ure by FNC (adopt ed from Islam, 2005)

Tabel 5. Hasil perhitungan daya dukung pada lingkungan KJA

Table 5. The result of calculat ion of environment al carrying capacit y in FNC

Param et er

Par ameters

Sat uan

Unit

Teluk Urfu

Urfu Bay

Pulau Nusi

Nusi Island

∆N Nitrogen mg /L 0 .2 0.34

Volume saat su rut

Volume at low t ide L 13 ,8 13.10 3 6 37 .8 0.31 8.62 2

Vou lme saat p asan g

Volume at high t ide L 17 .2 53.98 6 6 79 .9 6.31 6.10 9

D (laju pen genceran) Dilution rat e (D)

Hari

Day 0.39 9 0 .1 24

F (Laju pembilasan)

F (Flushing rat e) 2 .5 8.1

D (laju pen genceran selama masa pemeliharaan 180 hari) D (Dilut ion rat e during periods of cult ure 18 0 days)

Hari

Day 71 .7 9 22 .3

Ju mlah nu trien yang d ib olehkan

TAL ( Tot al accept able loading) kg 22 3 48 4,042

Kap asitas p rodu ksi yang d ib olehkan

TAP (Tot al accept able production) kg 12 .7 5 27 ,6 59.5 4

Targ et p anen

Harvest t arget kg 17 5 1 75

Ju mlah KJA

(10)

188 Co pyright @ 2018, Jurnal Rise t Akuakult ur, p-ISSN 1907-6754; e-ISSN 2502-6534 Daya dukung ekologi untuk budidaya ikan kakap dalam keramba jaring apung ... (Ariani Andayani)

KESIM PULAN

Area yang potensial untuk pengembangan budidaya laut utamanya ikan kakap putih (Lates calcarifer) di Pulau Nusi adalah 324,11 ha; sedangkan untuk Teluk Urfu areanya sangat kecil yaitu 0,247 ha.

Di Te lu k Urfu t id ak d ire ko me nd as ika n un t u k budidaya ikan mengingat daya dukung lingkungan yang kurang memadai.

Lokasi budidaya laut yang pengembangannya masih sangat luas adalah di Pulau Nusi, yaitu 158 lubang KJA atau menempati area 1.422 meter persegi atau 0,04% dari area yang sesuai untuk budidaya ikan kakap putih.

UCAPAN TERIM A KASIH

Ucapan terima kasih kepada Pusat Penelitian dan Pe nge mba ngan Pe rikanan (Puslit bang Pe rikanan), Badan Penelitian dan pengembangan Perikanan dan Kelautan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang telah membiayai penelitian ini melalui DIPA T.A. 2016. Ucapan terima kasih kepada rekan peneliti di Puslitbang Perikanan atas dukungannya. Serta ucapan terima kasih kepada Bapak Muta Ali Khalifa (Universi-tas Sultan Ageng Tirtayasa).

DAFTAR ACUAN

Akmal, S.G. (2011). Pembenihan dan pembesaran ikan ka ka p p u t ih (Lat es cal car i f er) Di Ba la i Be s a r dukung lingkungan dan sosial ekonomi (St udi Kasus: Kelompok sea farming perairan Pulau Semak Daun Kepul auan Ser ibu DKI Jakar t a). Te sis . Se ko la h Pascasarjana Institut Pertanian Bogor; Bogor. http:/ /repository.ipb.ac.id/handle/123456789/77413. Cardia, F. & Lovatelli, A. (2015). Aquacult ure Operat ion

in Float ing Net Cages A Field Hanbook. FAO Fisher-ie s and Aquacult ure Technical Pape r No . 593. Rome, FAO, 152 pp.

Cocon, Yusuf, M., & Anggoro, S. (2016). Kajian daya dukung kapasitas perairan dan status keberlanjutan d im e n s i e ko lo gi p a d a ka w a s a n s u b z o n a pe ngembangan budidaya laut sist e m karamba ja r in g a p u n g (KJA) d i p e ra ira n Te lu k Eka s ,

Kabupaten Lombok Timur, NTB. Seminar Nasional Per i kanan dan Kel aut an 2 01 6. Pro gra m St u d i Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. htt p://semnas.fp.unila.ac.id/index.php/ semnas/Semnaskan/paper/viewFile/67/12.

FAO. (1989). Site selection criteria for marine finfish netcage culture in Asia. http://www.fao.org/3/con-t e nhttp://www.fao.org/3/con-t s/c64db3a7-9ff0-5c7b-bf4c-d9bc657ab35d/ AC262E00.htm

FAO. (2010). Aquaculture development. 4. Ecosystem approach to aquaculture. FAO Technical Guidelines for Responsible Fisheries. No. 5, Suppl. 4. Rome. FAO, 53 pp.

FAO. (2015). Aquaculture operat ion in float ing net cages a field handbook. Eds Cardia Francesco and Lovat eli Alessandro. Food and Agriculture Organi-zation of the United Nations. Rome, 151 pp. FAO (2018). Cult ure d aquat ic spe cie s info rmat io n

programme Lat es calcarifer (Block, 1790). Fisher-ie s a n d Aq u a c u lt u re De p a r t m e n t . h t t p :// w w w. f a o . o r g / f i s h e r y / c u l t u r e d s p e c i e s / Lates_calcarifer/en.

Hid a ya h , Z. & Wa rd h a n i, M.K. (2 0 1 5 ). An a lis a kesesuaian dan daya dukung lingkungan untuk budidaya laut di perairan Kabupaten Situbondo dan Banyuwangi. Nept unus Jurnal Kelaut an, 20(1), 40-50.

Islam, Md.S. (2005). Nitrogen and phosphorus bud-get in coastal and marine cage aquaculture and impacts of effluent loading on ecosystem: review and analysis towards model development. M arine Polut ion Bullet in, 50, 48-61.

Kangkan, A.L. (2006). Studi Penentuan Lokasi Untuk Pengembangan Budidaya Laut Berdasarkan Param-eter Fisika, Kimia Dan Biologi Di Teluk Kupang, Nusa Tenggara Timur. Tesis S2. Program Studi Mag-ister Manajemen Sumberdaya Pantai. Universitas Diponegoro Semarang.

Kurnia, R. (2005). Penentuan daya dukung lingkungan p e s is ir. Ma ka la h Fa ls a fa h Sa in s Se ko la h Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Leung, K.M.Y., Chu, J.C.W., & Wu, R.S.S. (1999). Ni-t ro g e n b u d g e Ni-t s fo r Ni-t h e a r e o la Ni-t e d gr o u p e r Epinephelus areolatus cultured under laboratory con-ditio ns and in o pe n-se a cage s. M ar ine Ecology Progress Series, 186, 271-281.

Mayunar. (1999). Produktivitas Beberapa Jenis Ikan Laut yang Dibudidaya dalam Keramba Jaring Apung. Oseana, Volume XXIV, Nomor 2, 1999 : 21-26. http:/ /oseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_xxiv(2)21-26.pdf.

(11)

models for bivalve culture and recommendations for research and management. Aquacult ure, 261, 451-462. ht t p://www.e casa.o rg.uk/Do cume nt s/ Silvert_Aquaculture2006.pdf.

Noor, A. (2009). M odel pengelolaan kualit as lingkungan berbasis daya dukung (carring capacit y) perairan t eluk bagi pengembangan budidaya keramba j aring apung ikan kerapu (St udi kasus di Teluk Tamiang, Kabupat en Kot abaru Provinsi Kalimant an Selat an). Disertasi S3. Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut pertanian Bogor.

Ph ilip o s e , K.K., Lo k a , J., Sh ra m a , S.R.K., & Danmodaran, D. (2012). Open sea cage culture. Ce n t ral Ma rine Fis h e rie s Re s e a rch In s t it u t e , Karwar Research Centre, Karnataka, India. Priyono, A., Slamet, B., Aslianti, T., Setiadharma, T.,

Se tyadi, I., Permana, I G.N., & Set iawibawa, G. (2013). Pembesaran kakap putih, seabass (Lat es calcar ifer Blo ch) di t ambak de ngan pe mbe rian pakan pe let kandungan prot ein be rbe da unt uk calon induk melaui seleksi pertumbuhan. Konferensi Akuakult ur Indonesia, hlm. 245-251.

Rachmansyah. (2004). Analisis daya dukung lingkungan perairan Teluk Awarange Kabupat en Barru, Sulawesi Selat an bagi peng em bang an budi daya bandeng dalam keramba j ar ing apung. Dise rtasi S3. Ilmu Pe n ge lo la a n Su mb e rd aya Pe s is ir d a n La ut an . Institut Pertanian Bogor.

Sanusi, H.S., Kaswadji, R.F., Nurjaya, I.W., & Rafni, R. (2 0 0 5 ). Ka jia n k a p a s it a s a s im ila s i b e b a n pe ncemaran organik dan anorganik di pe rairan Teluk Jobokuto Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.

Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, 12(1), 9-16.

Sch ip p , G., Bo sm an s , J., & Hu mp hre y, J. (2 00 7). Nortern territory barramundi farming handbook. Departme nt o f Primary Indust ry, Fishe rie s and Mines, Darwin Aquaculture Centre. ISBN: 0 7245 4727 4. https://dpir.nt.gov.au/__data/assets/pdf_file/ 0011/233696/nt_barra_farming_handbook_online_ 1107.pdf.

Simorangkir, E. (2017). Budidaya kakap putih digenjot, p r o d u k s i d it a rge t 2 .4 1 5 t o n /t a h u n . h t t p s :// finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/3451545/ budidaya-kakap-putih-digenjot-produksi-ditarget-2415-tontahun.

So ewardi, K. (2012). Carr ying capacity open wat er wit h re spe ct t o fo sfat (P). bahan mat a kuliah p e n ge lo la a n s u m b e r da ya p e ra ira n . Se ko la h Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Trobos. (2016). KJA Aquatec dukung budidaya laut. ht tp://www.t robos.com/det ail-berita/2016/11/23/ 8 6/81 5 3/a qu at e c-d ukun g-p e n e lit ia n-d i-b bp bl-lampung.

WWF-Indonesia. (2015). Seri Panduan Perikanan Skala Kecil: Budidaya Ikan Kakap Put ih Di Karamba Jaring Apung Dan Tambak. ht t p://awsasse t s.wwf.o r.id/ do wnlo a ds/bmp_budida ya_ikan_kakap _put ih_ 2015.pdf

Gambar

Gambar 1.Lokasi penelitian dan sebaran titik pengambilan sampel.Figure 1.Study area and distribution of sampling points.
Table 1.Criteria of Seawater Suitability for Seabass Aquaculture in cage (Sources: FAO, 1989; Ahmad et al
Tabel 2.Parameter input untuk menghitung daya dukung lingkungan KJATable 2.Input parameters for calculating environmental carrying capacity of FNC
Table 3.Physical carrying capacity recommendation (FCC) for FNC
+2

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Spasial Citra Satelit Landsat untuk Penetuan Lokasi Budidaya Keramba Jaring Apung Ikan Kerapu di Perairan Pulau Semujur Kabupaten Bangka Tengah.Institut

Identifikasi dan Prevalensi Cacing Endoparasit pada Saluran Pencernaan Kakap Merah (Lutjanus argentimaculatus) di Keramba Jaring Apung Balai Besar Perikanan

Keramba Jaring Apung memiliki nilai produktivitas perairan yang paling tinggi hal tersebut dapat dikarenakan bahan organik yang terdapat di keramba jaring apung

Hasil analisis secara spasial terhadap kesesuaian lahan budidaya laut dengan sistem keramba jaring apung di perairan Teluk Ambon Dalam dibagi menjadi tiga

Usaha budidaya ikan dalam keramba jaring apung di waduk dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat sekitar (Nasution, 2000). Perairan waduk

Analisis daya dukung lahan perairan Kepulauan Tanakeke untuk kegiatan budidaya ikan dengan keramba jaring apung dilakukan dengan pendekatan luas areal kegiatan budidaya yang

Untuk itu, perakitan teknologi budidaya sangat diperlukan dan salah satu diantaranya adalah budidaya sistem Keramba Jaring Apung (KJA). Beberapa keuntungan dapat

Hal tersebut terjadi karena masyarakat sekitar Danau Toba yang melakukan budidaya Keramba Jaring Apung ini telah melakukan kegiatan KJA yang telah melebihi batas yang ditetapkan dan di