• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Bahan Baku Semen di Papua Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Potensi Bahan Baku Semen di Papua Barat"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH GEOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

Potensi Bahan Baku Semen di Papua Barat

NAMA : Muhammad Dzaki Ibrahim

NIM

: 12014033

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

(2)

A. Geologi Regional, Stratigrafi, dan Tektonik

Tatanan Tektonik Geologi Di Kepala Burung Papua

Struktur Regional Papua

Geologi Papua dipengaruhi dua elemen tektonik besar yang saling bertumbukan dan serentak aktif. Pada saat ini, Lempeng Samudera Pasifik-Caroline bergerak ke barat-baratdaya dengan kecepatan 7,5 cm/th, sedangkan Lempeng Benua Indo-Australia bergerak ke utara dengan kecepatan 10,5 cm/th. Tumbukan yang sudah aktif sejak Eosen ini membentuk suatu tatanan struktur kompleks terhadap Papua Barat (Papua), yang sebagian besar dilandasi kerak Benua Indo-Australia.

Periode tektonik utama daerah Papua dan bagian utara Benua Indo-Australia dijelaskan dalam empat episode (Henage, 1993), yaitu (1) periode rifting awal Jura di sepanjang batas utara Lempeng Benua Indo-Australia, (2) periode rifting awal Jura di Paparan Baratlaut Indo-Australia (sekitar Palung Aru), (3) periode tumbukan Tersier antara Lempeng Samudera Pasifik-Caroline dan Indo-Australia, zona subduksi berada di Palung New Guinea, dan (4) periode tumbukan Tersier antara Busur Banda dan Lempeng Benua Indo-Australia. Periode tektonik Tersier ini menghasilkan kompleks-kompleks struktur seperti Jalur Lipatan Anjakan Papua dan Lengguru, serta Antiklin Misool-Onin-Kumawa

Tektonik Papua, secara umum dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu Badan Burung atau Papua bagian timur dan Kepala Burung atau Papua bagian barat. Kedua bagian ini menunjukkan pola kelurusan barat-timur yang ditunjukan oleh Tinggian Kemum di Kepala Burung dan Central Range di Badan Burung, kedua pola ini dipisahkan oleh Jalur Lipatan Anjakan Lengguru berarah baratdayatenggara di daerah Leher Burung dan juga oleh Teluk Cenderawasih.

Tatanan Tektonik Kepala Burung Papua

(3)

(Dow dan Sukamto, 1984). Elemen-elemen struktur utama adalah Sesar Sorong, Blok Kemum – Plateu Ayamaru di utara, Sesar Ransiki, Jalur Lipatan-Anjakan Lengguru dan Cekungan Bintuni dan Salawati di timur dan Sesar Tarera-Aiduna, Antiklin Misool-Onin-Kumawa dan Cekungan Berau di selatan dan baratdaya. Cekungan-cekungan Bintuni, Berau dan Salawati diketahui sebagai cekungancekungan Tersier.

Blok Kemum adalah bagian dari tinggian batuan dasar, dibatasi oleh Sesar Sorong di utara dan Sesar Ransiki di timur. Dicirikan oleh batuan metamorf, pada beberapa tempat diintrusi oleh granit Permo-Trias. Batas selatannya dicirikan oleh kehadiran sedimen klastik tidak termetamorfosakan berumur Paleozoikum-Mesozoikum dan batugamping-batugamping Tersier (Pigram dan Sukanta, 1981; Pieters dkk., 1983).Blok Kemum terangkat pada masa Kenozoikum Akhir dan merupakan daerah sumber sedimentasi utama pengisian sedimen klastik di utara Cekungan Bintuni.

Cekungan Bintuni merupakan cekungan Tersier di selatan Blok Kemum, di bagian timurnya dibatasi oleh Jalur Lipatan Anjakan Lengguru.Cekungan ini dipisahkan dari Cekungan Salawati oleh Paparan Ayamaru dan dari Cekungan Berau oleh Perbukitan Sekak.

Plateu Ayamaru dan Pematang Sekak merupakan tinggian di tengah Kepala Burung, dicirikan oleh sedimen tipis berumur Mesozoikum dan Tersier. Kedua tinggian ini memisahkan Cekungan Bintuni dan Salawati (Visser and Hermes,1962; Pigram and Sukanta, 1981).

(4)
(5)
(6)

Stratigrafi

Basement (Formasi Kemum) / Pra-Kambium

Di daerah Kepala Burung atau Salawati-Bintuni, batuan dasar yang berumur Paleozoikum terutama tersingkap di sebelah timur kepala Burung yang dikenal sebagai Tinggian Kemum, serta disekitar Gunung Bijih Mining Access (GBMA) yaitu di sebelah barat daya Pegunungan Tengah. Batuan dasar tersebut disebut Formasi Kemum yang tersusun oleh batusabak, filit dan kuarsit.

Formasi ini di sekitar Kepala Burung dintrusi oleh bitit Granit yang berumur Karbon yang disebut sebagai Anggi Granit pada Trias.Oleh sebab itu Formasi Kemum ditafsirkan terbentuk pada sekitar Devon sampai Awal Karbon (Pigram dkk, 1982).

Formasi Grup Aifam

Selanjutnya Formasi Kemum ditindih secara tidak selaras oleh Group Aifam. Di sekitar Kepala Burung group ini dibagi menjadi 3 Formasi yaitu Formasi Aimau, Aifat dan Ainim. Group ini terdiri dari suatu seri batuan sedimen yang taktermalihkan dan terbentuk di lingkungan laut dangkal sampai fluvio-delataik.Satuan ini di daerah Bintuni ditutupi secara tidak selaras oleh Formasi Tipuma yang berumur Trias (Bintoro & Luthfi, 1999).

Formasi Tipuma

Formasi Tipuma tersebar luas di Papua, mulai dari Papua Barat hingga dekat perbatasan di sebelah Timur.Formasi ini dicirikan oleh batuan berwarna merah terang dengan sedikit bercak hijau muda.

Formasi ini terdiri dari batulempung dan batupasir kasar sampai halus yang berwarna abu-abu kehijauan dengan ketebalan sekitar 550 meter.Umur formasi ini diperkirakan sekitar Trias Tengah sampai Atas dan diendapkan di lingkungan supratidal.

Formasi Kelompok Kembelangan

Di daerah Kepala Burung, Formasi Tipuma ditutupi secara tidak selaras oleh Kembelangan Grup (Kelompok Kembelangan) yang tak terpisahkan.Kelompok ini diketahui terbentang mulai dari Papua Barat hingga Arafura Platform.

(7)

atas, dimana pada bagian atasnya di sebut Formasi Jass terdiri dari batupasir kuarsa dan

Formasi Waripi terutama tersusun oleh karbonat dolomitik, dan batupasir kuarsa diendapkan di lingkungan laut dangkal yang berumur Paleosen sampai Eosen. Di atas formasi ini diendapkan Formasi Faumai secara selaras dan terdiri dari batugamping berlapis tebal (sampai 15 meter) yang kaya fosil foraminifera, batugamping lanauan dan perlapisan batupasir kuarsa dengan ketebalan sampai 5 meter, tebal seluruh formasi ini sekitar 500 meter.

Formasi Faumai terletak secara selaras di atas Formasi Waripi yang juga merupakan sedimen yang diendapkan di lingkungan laut dangkal. Formasi ini terdiri dari batuan karbonat berbutir halus atau kalsilutit dan kaya akan fosil foraminifera (miliolid) yang menunjukkan umur Eosen.

Formasi Sirga dijumpai terletak secara selaras di atas Formasi Fauma i, terdiri dari batupasir kuarsa berbutir kasar sampai sedang mengandung fosil foraminifera, dan batuserpih yang setempat kerikilan.Formasi Sirga ditafsirkan sebagai endapan fluvial sampai laut dangkal dan berumur Oligosen Awal.

Formasi Kais terletak secara selaras di atas Formasi Sirga. Formasi Kais terutama tersusun oleh batugamping yang kaya foraminifera yang berselingan dengan lanau, batuserpih karbonatan dan batubara. Umur formasi ini berkisar antara Awal Miosen sampai Pertengahan Miosen dengan ketebalan sekitar 400 sampai 500 meter.

Formasi Miosen (Klasaman, Steenkool dan Buru)

(8)

Klasafat.Formasi Klasafat yang berumur Mio-Pliosen dan terdiri dari batupasir lempungan dan batulanau secara selaras ditindih oleh Formasi Klasaman dan Steenkool. Endapan aluvial dijumpai terutama di sekitar sungai besar sebagai endapan bajir, terutama terdiri dari bongkah, kerakal, kerikil, pasir dan lempung dari rombakan batuan yang lebih tua.

B. Jenis Batuan

Dibutuhkan beberapa bahan baku untuk membuat semen diantara lain adalah

batugamping, lempung, pasir besi, pasir silikat, dan gypsum.

1. Batugamping

Batu kapur merupakan komponen yang banyak mengandung CaCO3 dengan sedikit tanah

liat, magnesium karbonat, alumina silikat dan senyawa oksida lainnya.Senyawa besi dan

(9)

2. Lempung

Komponen utama pembentuk tanah liat adalah senyawa alumina silikat hidrat. Klasifikasi

senyawa alumina silikat berdasarkan kelompok mineral yang dikandungnya antara lain:

kelompok montmorilonite meliputi monmorilosite, beidelite, saponite, dan nitronite;

kelompok kaolin meliputi kaolinite, dicnite, nacrite, dan halaysite. Kelompok tanah liat

beralkali meliputi tanah liat mika (ilite).

Gambar 2: Tarmac

(10)

3. Pasir Besi dan Pasir Silikat

Bahan ini merupakan bahan koreksi pada campuran tepung baku (raw mix), digunakan

sebagai pelengkap komponen kimia esensial yang diperlukan untuk pembuatan

semen.Pasir silika digunakan untuk menaikkan kandungan SiO2dan pasir besi digunakan

untuk menaikkan kandungan Fe2O3 dalam raw mix.

4. Gypsum

Berfungsi sebagai retarder atau memperlambat proses pengerasan dari semen. Hilangnya

kristal air pada gipsum menyebabkan hilangnya atau berkurangnya sifat gipsum sebagai

retarder.

(11)

C. Jenis Bahan Konstruksi

Bahan kontruksi yang dibutuhkan untuk semen berkualitas tinggi memiliki beberapa

kriteria.Semen yang berkualitas tinggi biasanya digunakan jenis semen Portland.Semen

Portland adalah jenis semen yang dapat menjadi keras secara cepat apabila dicampur air.

Persenyawaan-persenyawaan utama yang menyusun semen Portland memerlukan bahan

baku utama yaitu CaO, SiO, Al2O3.

Komposisi adalah:

 Silikat trikalsium = 3 CaOSiO2 (C3S)

 Silikat dikalsium = 2 CaOSiO2 ( C2S)

 Aluminat trikalsium = 3 CaOAl2O3 (C3A)

 Aluminoferit tetrakalsium = 4CaOAl2O3Fe2O3 (C4AF)

Komposisi kimia dalam pembuatan semen Portland memakai rumus (ASTM):

C3S = 65 %; C2S = 16 %; C3A = 8 %; C4F = 5 %

ASTM adalah standar yang ditentukan AASHO (Association of State Highway Officials

dan FED (U.S Federal Government).ASTM singkatan dari American Society for Testing

Materials.

(12)

CaO, SiO2, Al2O3 terdapat di batugamping, batupasir, dan lempung. Analisis kimia di

laboratorium harus mencantumkan jenis unsur yang diperlukan untuk persenyawaan

tersebut. Unsur-unsur yang diperlukan dalam analisis kimia adalah:

 Batugamping: SiO2,Fe2O3,Al2O3, CaO, MgO, SO3, K2O, Na2O,H2O dan LOI

Fungsi semen Portland type I digunakan untuk keperluan konstruksi umum yang tidak

memakai persyaratan khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal. Cocok

dipakai pada tanah dan air yang mengandung sulfat 0 % – 0, 10 % dan dapat digunakan untuk bangunan rumah pemukiman, gedung-gedung bertingkat, perkerasan jalan, struktur

rel, dan lain-lain.

b. Semen Portland type II

Fungsi semen Portland type II digunakan untuk konstruksi bangunan dari beton massa

yang memerlukan ketahanan sulfat (pada lokasi tanah dan air yang mengandung sulfat

antara 0,10 – 0,20 %) dan panas hidrasi sedang, misalnya bangunan dipinggir laut, bangunan dibekas tanah rawa, saluran irigasi, beton massa untuk dam-dam, dan landasan

jembatan.

c. Semen Portland type III

Fungsi semen portland type III digunakan untuk konstruksi bangunan yang memerlukan

kekuatan tekan awal tinggi pada fase permulaan setelah pengikatan terjadi, misalnya

untuk pembuatan jalan beton, bangunan tingkat tinggi, dan

bangunan-bangunan dalam air yang tidak memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat.

d. Semen Portland type IV

Fungsi semen Portland type IV digunakan untuk keperluan konstruksi yang memerlukan

jumlah dan kenaikan panas harus diminimalkan. Oleh karena itu semen jenis ini akan

(13)

semen seperti ini digunakan untuk struktur beton masif seperti dam gravitasi besar yang

mana kenaikan temperatur akibat panas yang dihasilkan selama proses curing merupakan

faktor kritis.

e. Semen Portland type V

Fungsi semen portland type V dipakai untuk konstruksi bangunan-bangunan pada tanah/

air yang mengandung sulfat melebihi 0, 20 % dan sangat cocok untuk instalasi

pengolahan limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan, dan

pembangkit tenaga nuklir.

f. Super Masonry Cement

Semen ini dapat digunakan untuk konstruksi perumahan gedung, jalan, dan irigasi yang

struktur betonnya maksimal K 225, dapat juga digunakan untuk bahan baku pembuatan

genteng beton, hollow brick, paving block, tegel, dan bahan bangunan lainnya.

g. Oil Well Cement, Class G-HSR (High Sulfate Resistance)

Semen khusus yang digunakan untuk pembuatan sumur minyak bumi dan gas alam

dengan konstruksi sumur minyak bawah permukaan laut dan bumi. OWC yang telah

diproduksi adalah class G-HSR (High Sulfat Resistance) disebut juga sebagai basic

OWC. Adaptif dapat ditambahkan untuk pemakaian pada berbagai kedalaman dan

temperatur.

h. Portland Composite Cement (PCC)

Semen memenuhi persyaratan mutu Portland Composite Cement SNI 15-7064-2004.

Dapat digunakan secara luas untuk konstruksi umum pada semua beton, struktur

bangunan bertingkat, struktur jembatan, struktur jalan beton, bahan bangunan, beton pra

tekan dan pra cetak, pasangan bata, plesteran dan acian, panel beton, paving block,

hollow brick, batako, genteng, dan potongan ubin. Lebih mudah dikerjakan, suhu beton

lebih rendah sehingga tidak mudah retak, lebih tahan terhadap sulfat, lebih kedap air, dan

permukaan acian lebih halus.

i. Super Portland Pozzolan Cement (PPC)

Semen yang memenuhi persyaratan mutu semen Portland Pozzoland SNI 15-0302-2004

dan ASTM C 595 M-05 s. Dapat digunakan secara luas seperti:

- konstruksi beton massa (bendungan, dam, dan irigasi)

(14)

pantai, tanah rawa)

- bangunan / instalasi yang memerlukan kekedapan yang lebih tinggi

- pekerjaan pasangan dan plesteran.

D. Persyaratan Teknis

Syarat kimiawi dari bahan baku material semen adalah sebagai berikut:

- Batugamping bahan baku utama semen harus memenuhi syarat kimiawi tertentu :

1. CaO = 49% - 55%

2. Al2O3 + Fe2O3 = 5% - 12%

3. SiO2 = 1% - 15%

4. MgO = < 5%

Faktor kejenuhan batu gamping antara 0,66-1,02. Faktor kejenuhan (Fk) dihitung dengan

memakai persamaan sebagai berikut : Faktor kejenuhan (Fk) = ((%CaO) + 0,7 (%SiO2)) /

(2,8(%SiO2)+1,2(%Al2O3)+0,65(%Fe2O3))

- Batulempung sebagai bahan baku utama semen harus memenuhi syarat kimiawi tertentu:

SiO2 > 70%

Al2O3 < 10%

Fe2O3 > 10%

- Gypsum sebagai retarder atau pengontrol kecepatan pengerasan semen memiliki syarat

kimia tertentu yang adalah:

kurang dari 70%. Pasir kuarsa yang digunakan memiliki syarat:

1. Kadar SiO2 = 95 % - 99 %

2. Kadar Al2O3 = 3 % - 4 %

(15)

- Pasir Besi merupakan bahan korektif yang penggunaannya dikontrol tinggi rendahnya

kada Fe2O3 lempung. Pasir besi yang digunakan sebagai material semen memiliki syarat:

SiO2 = 30% - 45%

Fe2O3 = 20% - 35%

TiO2 = 1% - 3%

CaO = 7% - 10%

H2O = 0% - 1%

Setelah semua material terkumpul, harus diolah secara sistematis dengan komposisi

tertentu untuk menghasilkan semen dengan komposisi tertentu. Berikut merupakan

diagram dalam proses pembuatan semen:

E. Lokasi

(16)

(Gambar: pesebaran batugamping di Papua Barat)

1. Kabupaten Fak-fak, Papua Barat

Bahan Baku Utama

 Batugamping terdapat di Distrik Kramomongga, Kokas, Fak-fak, Fak-fak Barat, Fak-fak

Tengah, Fak-fak Timur, dan Teluk Patipi, dengan kandungan 50,11 – 54,82% CaO, 0,05 – 0,14% MgO, 0 – 0,21% Fe2O3, dengan sumber daya hipotetik 92.000.000 ton (Radja, 2007).

 Endapan batugamping di Kabupaten Fak-fak tersebar sangat luas terdapat di beberapa

wilayah distrik dan mencakup sebaran beberapa formasi batuan, yaitu Formasi

Batugamping Ogar, Batugamping Onin, dan Batugamping Rumbati.

 Endapan lempung di wilayah Kabupaten Fak-fak tersebar cukup luas terutama di bagian

timur, mengikuti sebaran satuan endapan aluvium dan Formasi Aluvium dan Pantai (Qh).  Lempung terdapat di Distrik Kokas, Bomberai, dan Kramomongga, kandungan 19,75 –

21,22% Al2O3, dengan sumber daya hipotetik 3.486.000 ton.

Bahan Baku Penunjang

 Pasirkuarsa di Kabupaten Fak-fak merupakan pasirkuarsa lepas yang umumnya

berasosiasi dengan aluvial. Pasirkuarsa jenis ini terjadi karena rombakan batuan asal

(17)

 Pasir kuarsa terdapat di Distrik Bomberai, kandungan 94,82 – 98,53% SiO2, dengan

sumber daya hipotetik 1.100.000 ton.

(Gambar: Pesebaran batugamping (biru) batulempung (hijau) dan batupasir kuarsa

(coklat) di Fakfak.

(Gambar: Peta Geologi Fakfak)

2. Kabupaten Manokwari, Papua Barat

Bahan Baku Utama

 Batugamping terdapat di Desa Maruni, Distrik Manokwari mempunyai kandungan

rata-rata 54,81% CaO, rata-rata-rata-rata 0,65% MgO dan hasil analisis derajat putih menunjukkan

(18)

 Batugamping terdapat di Desa Tanah Merah mempunyai kandungan rata-rata 54,41% CaO, 0,83% MgO, dan hasil analisis derajat putih menunjukan nilai 89,80.

 Batugamping terdapat di Desa Andai mempunyai kandungan rata-rata 54,52% CaO, dan

0,66% MgO, sedangkan hasil analisis derajat putih menunjukan nilai 91,65 dan 95,41.

 Luas seluruh sebaran batugamping diperkirakan 2.500 Ha, dengan sumber daya hipotetik

1 milyar ton (Abdullah, 2002).

 Lempung terdapat di daerah Saowi, Distrik Manokwari yang berupa sisipan dari

batugamping Formasi Manokwari mempunyai kandungan 14,60% Al2O3; 44.20% SiO2;

10,69% CaO dan 7,58% Fe2O3. Sumber daya hipotetik 50 juta ton.

Bahan Baku Penunjang

 Pasir kuarsa terdapat di Distrik Kebar, kadar 69,00 – 87,00% SiO2; 7,12 – 14,86%

Al2O3; 0,84 – 10,48% Fe2O3. Luas sebaran 3.500 Ha, sumber daya hipotetik 25 juta ton.

 Pasir Besi terdapat di Kecamatan Sarmi, Kabupaten Sarmi kualitas dan sumber daya

belum diketahui.

(19)

(Gambar: peta geologi Manokwari)

F. Akses Jalan

Analisis Akses Jalan Terhadap Potensi Batu Gamping Kabupaten Fak – Fak dan Manokwari

Berdasarkan data sebaran potensi batu gamping dan plot sebaran jalan sebagai infrastruktur pendukung industry dan perdagangan, ditampilkan pada peta diatas. Warna jingga terang adalah ruas jalan arteri dan kolektor, dan segitiga biru adalah sebaran potensi batu gamping.

Jenis dan pembagian ruas jalan menurut administrasi pemerintahan :

(Mengutip dari http://lamongankab.go.id/instansi/dishub/2014/05/13/jenis-klasifikasi-jalan/)

1. Jalan nasional: merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol.

2. Jalan arteri: merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk (akses) dibatasi secara berdaya guna.

3. Jalan kolektor: merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

Klasifikasi jalan menurut muatan sumbu:

(Mengutip dari http://lamongankab.go.id/instansi/dishub/2014/05/13/jenis-klasifikasi-jalan/)

(20)

2. Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton, jalan kelas ini merupakan jalan yang sesuai untuk angkutan peti kemas;

3. Jalan Kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton; 4. Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk

muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton;

5. Jalan Kelas III C, yaitu jalan lokal dan jalan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.

Kemudian menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2006 Mengenai Jalan:

Pasal 10 ayat (1) :

Jalan arteri primer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4) menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah.

Pasal 10 ayat (2) :

Jalan kolektor primer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4) menghubungkan secara berdaya guna antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal

Pasal 13 ayat (1) :

Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 (enam puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 11 (sebelas) meter.

Pasal 13 ayat (2) :

Jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 (empat puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 9 (sembilan) meter.

(21)

kolektor primer memiliki spesifikasi angkut kelas I,II dan III ( seperti yang telah dijelaskan diatas), maka dapat dimungkinkan pendayagunaan secara cukup ekonomis potensi gamping pada kabupaten Fak Fak.

Sementara itu, pada kabupaten Manokwari, ditemukan sebaran potemsi gamping pada jarak terjauh -/+ 6 km dan terdekat +/- 3 km dari ruas jalan arteri terdekat. Dengan mempertimbangkan spesifikasi jalan arteri primer berdasar muatan sumbu dan dimensinya, dimungkinkan adanya pendayagunaan potensi gamping pada kabupaten Manokwari secara ekonomis, walau secara relatif kurang menguntungkan ketimbang kabupaten Fak Fak berdasarkan penilaian letak potensi terhadap infrastruktur jalan.

(Gambar: akses jalan Fak-fak)

(22)

G. Kesimpulan

Papua Barat memiliki material bahan baku semen yang sangat melimpah, terlihat di

daerah Manokwari dan Fak-fak yang cadangan batugampingnya mencapai miliyaran ton.

Selain itu, Papua Barat juga memiliki material lempung yang melimpah dan cukup

banyak di kedua daerah tersebut. Terlebih itu, pembangunan infrastruktur yang

dilakukan di daerah Papua, seperti jalan tol Trans-Papua akan mempercepat mobilisasi

dan mempermudah akses jalan untuk membuat pabrik semen di Papua Barat. Oleh

karena itu, dapat disimpulkan Papua Barat memiliki potensi yang sangat besar sebagai

pemasok bahan baku semen, terutama di daerah Manokwari dan Fak-fak.

H. Daftar Pustaka

- http://psdg.bgl.esdm.go.id/buletin_pdf_file/Bul%20Vol%203%20no.%202%20thn%2020

08/2.%20Potensi%20Bahan%20Baku%20Semen%20di%20Indonesia%20Timur%20_fin

al_.pdf

- http://basemap.blogspot.co.id/2015/04/peta-geologi-lembar-papua.html

- http://webmap.psdg.bgl.esdm.go.id/pmapper_webmap/pmapper-4.2.0/map_default.phtml

-

https://syawal88.wordpress.com/2012/11/27/tatanan-tektonik-geologi-di-kepala-burung-papua/#more-672

- https://syawal88.wordpress.com/tag/geologi-regional/

- https://demimaki.wordpress.com/biokisah-ku/tektonik-geologi-papua/

Gambar

Gambar 1:Spanish Limestone
Gambar 3: Pasir Besi
Gambar 4: Kristal

Referensi

Dokumen terkait

9 Prototipe Alat Titik Pengirim Dua 4.7 Pengujian Sistem Alat Pendeteksi Performansi Tujuan utama pengujian alat pendeteksi performansi tanpa monitoring adalah untuk memastikan

Kondisi dimana hubungan sosial membantu untuk menolong individu merasa lebih baik tentang dirinya, tentang keterampilan dan kemampuannya, dengan ekspresi dari penghargaan positif

Mengingat pengolahan tanah sawah membutuhkan air dalam jumlah besar, yaitu 2,1 l/dt dalam satu hektar dan setelah tanam membutuhkan sekitar 0,8 l/dt dalam satu hektar

Pertanaman pada kondisi kahat P memperlihatkan genotipe 25EC mengeksudasikan asam oksalat dan malat, genotipe 13ED mengeksudasikan asam sitrat, sedangkan genotipe Slamet dan

Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikroorganisme yang tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada permukaan media dapat meningkatkan efisiensi

yang matang menyebabkan 90% dari perdarahan uterus yang tidak normal ini terjadi pada wanita saat dan akhir masa produktif. Anovulasi ini menyebabkan pola menstruasi yang

Pengalihan Unit Penyertaan baik pada Bank Kustodian yang sama maupun yang berbeda akan diproses oleh Bank Kustodian sesegera mungkin berdasarkan Nilai Aktiva

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Hubungan Stimulasi Motorik Kasar Dengan Perkembangan Anak Balita 3-5 Tahun Di Posyandu Kelurahan