• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terpaan “Reportase Investigasi” Dan Tingkat Kecemasan Ibu Rumah Tangga(StudiKorelasional Tentang Terpaan “Reportase Investigasi” Trans Tv Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Rumah Tangga Di Lingkungan Iv Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Terpaan “Reportase Investigasi” Dan Tingkat Kecemasan Ibu Rumah Tangga(StudiKorelasional Tentang Terpaan “Reportase Investigasi” Trans Tv Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Rumah Tangga Di Lingkungan Iv Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel atau pokok masalah yang ada dalam penelitiannya (Arikunto, 1998:93).

Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.1.1 Komunikasi

Komunikasi merupakan sebuah kata yang sering kita dengar sehari-hari. Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin “communis” yang berarti “sama”, communico, communicato, atau communicare, yang berarti ”membuat sama” (to make common). Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh si pengirim pesan (komunikator) kepada si penerima pesan (komunikan) (Effendy, 2005:3).

Menurut Harold Lasswell, cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan berikut: ”Who Says What InWhich Channel To Whom With What Effect?” (Siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan pengaruh bagaimana?) (Fajar, 2009:32).

Berdasarkan definisi diatas, dapat diturunkan lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu dengan yang lain, yaitu : (Mulyana, 2007:141).

1. Sumber (source), sering disebut sebagai pengirim (sender), penyandi (encoder), komunikator (communicator), pembicara (speaker) atau originator. Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi, boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu negara.

(2)

komponen: makna, simbol, bentuk. Simbol terpenting adalah kata-kata (bahasa), yang dapat merepresentasikan objek (benda), gagasan dan perasaan, baik ucapan maupun tulisan.

3. Saluran atau media, yakni alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Pada dasarnya saluran komunikasi manusia adalah dua saluran, yakni cahaya dan suara. Saluran juga merujuk pada cara penyajian pesan ; apakah langsung (tatap-muka) atau lewat media cetak atau media elektronik (radio, televisi).

4. Penerima (Reciever), sering juga disebut sasaran/ tujuan (destination), komunikate (communicatee), penyandi-balik (decoder) atau khalayak (audience), pendengar (listener), penafsir (interpreter), yakni orang yang menerima pesan dari sumber. Berdasarkan pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola pikir dan perasaan, penerima pesan ini menerjemahkan atau menafsirkan seperangkat simbol verbal dan/atau nonverbal yang diterima menjadi gagasan yang dapat dipahami. Proses ini disebut dengan penyandian balik (decoding).

5. Efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut,misalnya penambahan pengetahuan (dari yang tidak tahu menjadi tahu), terhibur, perubahan sikap (dari yang tidak setuju menjadi setuju), perubahankeyakinan, perubahan perilaku (dari yang tidak bersedia membeli menjadi bersedia).

(3)

Arti yang lain menyebutkan komunikasi didefinisikan sebagai apa yang terjadi bila makna yang diberikan kepada suatu perilaku. Sedangkan makna adalah relatif bagi kita masing-masing, oleh karena kita masing-masing adalah seorang manusia yang unik dengan suatu latar belakang dan pengalaman-pengalaman yang unik pula (Rakhmat, 2000 : 13).

Everett M. Rogersseorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika yang telah banyak memberi perhatian pada studi riset komunikasi, khususnya dalam hal penyebaran inovasi membuat defenisi bahwa: Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Rogers mencoba menspesifikasikan hakikat suatu hubungan dengan adanya perubahan sikap dan tingkah laku serta kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian dari orang-orang yang ikut serta dalam suatu proses komunikasi (Cangara, 2006:19).

Para pakar Psikologi melihat komunikasi dalam pengertian fenomena stimuli-respons, sebagaimana dikemukakan oleh Dance(1970). Komunikasi adalah pengungkapan respons malalui simbol-simbol verbal. Sedangkan Edwin Neiman (1984) mendefenisikan komunikasi sebagai suatu proses ketika sejumlah orang diubah menjadi kelompok yang berfungsi (Arifin, 2003:26).

(4)

2.1.2 Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan jenis komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu. (Rakhmat, 2005 : 189).

Adapun ciri-ciri komunikasi massa menurut Nurrudin dalam buku “Komunikasi Massa”(Nurrudin, 2004 :16-28) antara lain:

1. Komunikasi massa berlangsung satu arah, ini berarti bahwa tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator.

2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga, artinya media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi.

3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum, pesan yang disebarkan melalui media massa bersifat umum (public) karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum.

4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan, kemampuan media massa untuk menimbulkan keserempakan pada pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan.

5. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen, komunikasi atau khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen.

(5)

Devito merumuskan defenisi komunikasi massa yang pada intinya merupakan penjelasan tentang pengertian massa, serta tentang media yang digunakannya. Yakni, “pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan / atau visual (Ardianto, 2004:3-6).

Berdasarkan definisi mengenai komunikasi massa diatas dapat disimpulkan bahwa inti dari komunikasi massa adalah proses penyampaian ide atau pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media massa sehingga pesan dapat diterima secara serempak. Media massa baik media cetak maupun elektronik efektif menjangkau dan menyebarkan informasi, ide, nilai-nilai kepada komunikan yang beraneka ragam serta terpisah secara geografis.Setiap proses komunikasi mempunyai hasil akhir yang disebut dengan efek. Efek muncul dari seseorang yang menerima pesan komunikasi baik secara disengaja maupun tidak disengaja. Dalam penelitian efek komunikasi massa, media massa dipandang sangat berpengaruh, tetapi ada saat lain ketika dianggap sedikit bahkan hampir tidak berpengaruh sama sekali. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan pandangan dalam memandang efek dari media massa tersebut.

Secara umum terdapat tiga efek dari komunikasi massa, (Nurrudin, 2004:192-199) yaitu:

1. Efek kognitif

Pesan komunikasi massa akan menimbulkan perubahan dalam hal pengetahuan, pandangan dan pendapat terhadap sesuatu yang diperoleh khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau informasi.

2. Efek afektif

(6)

3. Efek behavioral

Pesan komunikasi massa yang merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Adegan kekerasan dalam televisi atau film akan menyebabkan orang menjadi beringas. Siaran kesejahteraan keluarga yang banyak disiarkan dalam televisi menyebabkan para ibu rumah tangga memiliki keterampilan baru. Pernyataan – pernyataan ini mencoba mengungkapkan tentang efek komunikasi massa pada perilaku, tindakan dan gerakan khalayak yang tampak dalam kehidupan mereka sehari-hari.

2.1.3 Media Massa

Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, televisi, dan internet (Cangara, 2006:122). Media massa merupakan istilah yang digunakan untuk mempertegas kehadiran suatu kelas, seksei media yang dirancang sedemikian rupa agar dapat mencapai audiens yang sangat besar dan luas (yang dimaksudkan dengan besar dan luas adalah seluruh penduduk dari suatu bangsa/negara). Secara tak sengaja memang media massa yang menerpa audiens sekaligus membuat masyarakat membentuk masyarakat massa (mass society) dengan karakteristik budaya tertentu yakni budaya massa (mass culture, popular culture).

(7)

Media massa berperan sebagai agent of change yaitu sebagai pelopor perubahan (Bungin, 2006:85). Ini adalah paradigma utama media massa. Dalam menjalankan paradigmanya media massa berperan:

1. Media edukasi yaitu media massa menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat menjadi cerdas, pikiran terbuka dan menjadi masyarakat yang maju.

2. Media informasi yaitu media yang selalu menyampaikan informasi yang terbuka dan jujur kepada masyarakat, menjadikan masyarakat kaya akan informasi dan terbuka dengan informasi.

3. Media hiburan juga menjadi media massa yang institusi terhadap budaya, dimana mendorong agar perkembangan budaya itu bermanfaat bagi masyarakat yang bermoral dan juga mencegah agar perkembangan budaya itu tidak merusak peradaban masyarakat.

Media massa pada masyarakat luas saat ini dapat dibedakan atas tiga kelompok, meliputi media cetak, media elektronik, dan media online (Monry, 2008:12).

1. Media cetak merupakan media tertua yang ada di muka bumi. Media cetak berawal dari media yang disebut dengan Acta Diurna dan Acta Senatus di kerajaan Romawi, kemudian berkembang pesat setelah Johannes Guttenberg menemukan mesin cetak, hingga kini sudah beragam bentuknya, seperti surat kabar (koran), tabloid, dan majalah.

2. Media elektronik muncul karena perkembangan teknologi modern yang berhasil memadukan konsep media cetak, berupa penulisan naskah dengan suara (radio), bahkan kemudian dengan gambar, melalui layar televisi. Maka kemudian, yang disebut dengan media massa elektronik adalah radio dan televisi.

(8)

yang disalurkan melalui sarana elektronik, tetapi juga berhubungan dengan komunikasi personal yang terkesan perorangan.

2.1.4 Televisi

Menurut Effendy (1994:21) yang dimaksud dengan televisi adalah siaran yang merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menmbulkan keserampakan, dan komunikasinya bersifat heterogen. Televisi adalah sistem telekomunikasi untuk penyiaran dan penerimaan gambar dan suara dari jauh atau media komunikasi yang mentransmisikan gambar (visual) dan suara (audio).

Menurut Defleur and Dennis :

“Television 's sound is basically FM Radio. Sounds are picked up from amicrophone, turntable, or tape recorder. They are them mixed in an audioboard and sent to the transmitter, where the waves we described earlier inthe chapter are generated, modulated, and sent out the antenna to hereceived in the home. Off course, since not all television is live, the sounds(ard the pictures) may be stored on video tape and broadcast orrebroadcast”.

Artinya ialah suara televisi pada dasarnya adalah radio FM. Suara yang diambil dan mikrophone, atau tape perekam. Semua ini kemudiandikombinasikan di papan audio dan dikirim ke transmitter, dimana gelombang diterjemahkan pada awal bagian dan digeneralisasikan, dimodulasi dan dikirimkeluar ke antena dan diterima di rumah. Tentu saja, karena tidak sama siarantelevisi disiarkan langsung, suara (dan gambar) bisa dikirim di tape video dandisiarkan atau disiarkan ulang kemudian. Jadi dapat disimpulkan bahwa definisi televisi adalah gabungan danbentuk gambar dan suara atau visual dan audio visual meliputi segala sesuatuyang dapat kita lihat seperti gambar hidup, tulisan, logo televisi, jam penayangan,dan lain-lain.

(9)

dimiliki oleh masyarakat diperkotaan saja namun juga bisa dinikmati oleh masyarakat di pedesaan. Kelebihan yang dimiliki oleh televisi adalah mampu mentransformasikan gambar, suara, dan warna-warna yang sesuai dengan aslinya sehingga apabila ada acara yang ditayangkan di televisi dengan mengambil setting tempat tertentu maka pemirsa sudah dapat mengetahui tempat itu tanpa harus pergi ke sana. “Nilai-nilai lebih dari televisi tersebut membuat daya rangsang seseorang terhadap media televisi cukup tinggi” (Kuswandi, 1996:20).

Menurut Effendy (2005:27-30) dalam kaitannya dengan komunikasi massa, televisi menjadi media massa yang paling banyak dimiliki oleh masyarakat dibanding dengan media massa lainnya. Siaran televisi menjadi lebih komunikatif dalam menyampaikan pesan, dengan audio visual yang dimilikinya. Maka dari itu televisi sangat berguna dalam upaya pembentukan sikap, perilaku, dan perubahan pola pikir. Seperti halnya media massa lain, televisi pada pokoknya mempunyai tiga fungsi pokok yakni sebagai berikut:

1. Fungsi Penerangan (The Information Function)

Televisi mendapat perhatian yang besar dikalangan masyarakat karena dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang sangat memuakan. Hali ini didukung oleh 2 (dua) faktor, yaitu:

a. Immediacy (Kesegaran). Pengertian ini mencakup langsung dan peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsa pada saat peristiwa itu berlangsung.

b. Realism (Kenyataan). Ini berarti televisi menyiarkan informasinya secara audio dan visual dengan perantara mikrofon dan kamera sesuai dengan kenyataan.

2. Fungsi Pendidikan (The Educational Function)

(10)

3. Fungsi Hiburan (The Entertainment Function)

Sebagai media yang melayani kepentingan masyarakat luas, fungsi hiburan yang melekat pada televisi tampaknya lebih dominan dari fungsi lainnnya. Sebagian besar dari alikasi waktu siaran televisi diisi oleh acara-acara hiburan, seperti lagu-lagu, film cerita, olahraga, dan sebagainya. Fungsi hiburan ini amat penting, karena ia menjadi salah satu kebutuhan manusia untuk mengisi waktu mereka dari aktivitas di luar rumah.

Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian isi pesanmedia televisi kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan diinterpretasikan secara berbeda-beda menurut visi pemirsa serta efek yang ditimbulkan juga beraneka ragam. Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan acara televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi dan kondisi pemirsa saat menonton televisi (Kuswandi, 1996:99).

Tayangan televisi dapat diartikan sebagai adanya suatu pertunjukan acara yang ditampilkan atau disiarkan melalui media massa televisi. Tayangan tersebut bisa bermanfaat hiburan, informasi, ataupun edukasi seperti tayangan mengenai pendidikan. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering memperoleh berbagai pengalaman. Hal ini dikarenakan terintegrasinya kelima indera yang kita miliki, tetapi dengan menonton audiovisual, akan mendapatkan 100% dari informasi yang diperoleh sebelumnya. Ini sebagai akibat timbulnya pengalaman tiruan (stimulated experience) dari media audiovisual tadi (Darwanto, 2007:119).

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan pesan melalui televisi, diantaranya adalah (Darwanto, 2007:119) :

1. Pemirsa

(11)

2. Waktu

Faktor waktu menjadi bahan pertimbangan agar setiap acara yang ditayangkan dapat secara proporsional dan dapat diterima oleh sasaran khalayak.

3. Durasi

Durasi berkaitan dengan waktu, yakni jumlah menit dalam setiap penayangan acara.

4. Metode penyajian

Fungsi utama televisi pada umumnya menurut khalayak adalah untuk menghibur dan mendapatkan informasi. Bukan berarti fungsi mendidik dan membujuk diabaikan, fungsi non hiburan dan non informasi harus tetap ada karena sama pentingnya bagi komunikator dan komunikan.

2.1.5 Berita

Menurut Dr. Willard G. Bleyer mendefinisikan berita adalah segala sesuatu yang hangat dan menarik perhatian sejumlah pembaca, dan berita yang terbaik ialah berita yang paling menarik perhatian bagi jumlah pembaca yang paling besar.

Berita (news) itu tiada lain adalah laporan atau pemberitahuan tentang segala peristiwa aktual yang menarik perhatian orang banyak (Suhandang, 2004 : 103). Sedangkan Dean M. Lyle Spencer mendefenisikan berita adalah suatu kenyataan atau ide yang benar yang dapat menarik perhatian sebagian besar dari pembaca.

(12)

Sedangkan menurut Deddy Iskandar Muda (2003:22), dalam bukunya “Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional”, pengertian berita adalah suatu fakta atau ide atau opini aktual yang menarik dan akurat serta dianggap penting bagi sejumlah besar pembaca, pendengar maupun penonton.

Berdasarkan definisi-definisi di atas mengenai berita dapat disimpulkan bahwa salah satu syarat berita yaitu berita harus menarik dan dianggap penting bagi sebagian besar penonton atau pembaca. Salah satu berita yang pasti akan mendapatkan tempat bagi pemirsa atau penonton adalah berita mengenai bencana (disaster) dan kriminal (crimes). Dua topik ini menjadi sangat penting karena menyangkut tentang keselamatan manusia. Dalam pendekatan psikologi, keselamatan adalah menempati urutan pertama bagi kebutuhan dasar manusia (basic needs), sehingga tak heran apabila berita tersebut memiliki daya rangsang tinggi bagi pemirsanya (Muda, 2003:36).

Berita pada umumnya dikategorikan menjadi tiga bagian, yaitu hard news (berita berat), soft news (berita ringan) dan investigative reports (laporanpenyidikan) (Muda, 2003:40) :

1. Hard News (berita berat) yaitu berita tentang peristiwa yang dianggap penting bagi masyarakat baik sebagai individu, kelompok maupun organisasi. Berita kriminal sendiri termasuk dalam kategori hard news. Contohnya: “1998-2007 Bersama PKS Melayani Bangsa”.

2. Soft News (berita ringan) sering kali juga disebut sebagai features yaitu berita yang tidak terikat dengan aktualitas umum namun memiliki daya tarik bagi pemirsanya. Berita soft news juga dapat menimbulkan kekhawatiran bahkan ketakutan atau mungkin juga menimbulkan simpati. Contohnya: “Posko Banjir PKS petogokan, Dua Kali Tenggelam, Empat Kali Pindah Tempat”.

(13)

Investigative Reports(laporan penyidikan) adalah reportase dengan pertanyaan-pertanyaan yang lebih tajam. Lebih terarah. Penggalian lebih dalam terhadap informasi atau pernyataan sepihak pejabat publik, politisi, juru bicara aparat hukum atau humas perusahaan. Sebab, reportase investigasi bertujuan untuk membongkar informasi-informasi yang sengaja disembunyikan dengan rapat dan sistematik. Reportase investigasi adalah reportase dengan misi utama untuk mengungkap kejahatan, pelanggaran hukum yang terencana dan terorganisasi, berdampak luas, dan yang paling penting, merugikan kepentingan publik (Bintang, 2010:2).

Tayangan-tayangan kriminal dan kekerasan yang dikemas dalam investigative reports tentu saja mempunyai dampak terhadap khalayak. Peneliti tertarik untuk meneliti dampak tayangan tersebut yaitu kecemasan yang timbul dalam diri khalayak setelah menonton tayangan “Reportase Investigasi”. Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas, peneliti menggunakan teori mengenai berita untuk menjelaskan bahwa program acara “Reportase Investigasi” yang digunakan dalam penelitian ini termasuk ke dalam golongan berita televisi.

2.1.6 Terpaan Media (Media Exposure)

Rosengren mengemukakan bahwa terpaan tayangan diartikan sebagai penggunaan media oleh khalayak yang meliputi jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media, jenis media, jenis isi media, media yang dikonsumsi dan berbagai hubungan antara khalayak dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan (Rakhmat, 2004:66).

(14)

variabel durasi penggunaan media menghitung berapa lama khalayak bergabung dengan suatu media (berapa jam sehari) atau berapa lama (menit) khalayak mengikuti suatu program (Ardianto, 2004 : 164).

Sedangkan hubungan antara khalayak dengan isi media meliputi attention atau perhatian. Kenneth E. Andersen mendefinisikan perhatian sebagai proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol atau kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Apa yang kita perhatikan ditentukan oleh faktor-faktor situasional dan personal. Faktor situasional terkadang disebut sebagai determinan perhatian yang bersifat eksternal atau penarik perhatian . Stimuli diperhatikan karena mempunyai sifat - sifat menonjol, antara lain (Rakhmat, 2005 : 52-53) :

1. Gerakan

Seperti organisme yang lain, manusia secara visual tertarik pada obyek-obyek yang bergerak.

2. Intensitas stimuli

Setiap individu akan memperhatikan stimuli yang lebih menonjol dari stimuli yang lain. Misalnya warna merah pada latar belakang putih, tubuh yang tinggi diantara tubh yang pendek.

3. Kebaruan (novelty)

Hal-hal yang baru, yang luar biasa, yang berbeda, akan menarik perhatian. Beberapa eksperimen juga membuktikan stimuli yang luar biasa lebih mudah dipelajari atau diingat. Tanpa hal-hal yang baru, stimuli menjadi monoton, membosankan dan lepas dari perhatian.

4. Perulangan

(15)

Berdasarkan pengertian terpaan media yang telah dijelaskan oleh Rosengren dalam Rakhmat (2005 : 66), maka cara mengukur terpaan Reportase Investigasi yaitu dengan melihat frekuensi, durasi dan atensi menonton/ menyaksikan seseorang terhadap tayangan “Reportase Investigasi” Trans TV.Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa terpaan media dapat diukur melalui frekuensi, durasi, dan atensi.

2.1.7 Teori Kultivasi (Cultivation Theory)

Teori kultivasi (cultivation theory) pertama kali dikenalkan olehProfessor George Gerbner, Dekan emiritus dari Annenberg School forCommunication di Universitas Pensylvania.Riset pertamanya pada awal tahun1960‐an tentang Proyek Indikator Budaya (Cultural Indicators Project) untukmempelajari pengaruh menonton televisi. Dimana Gerbner dan koleganya diAnnenberg School for Communication ingin mengetahui dunia nyata seperti apayang dibayangkan penonton televisi. Tradisi pengaruhmedia dalam jangka waktu panjang dan efek yang tidak langsung menjadikajiannya. Argumentasi awalnya adalah, “televisi telah menjadi anggotakeluarga yang penting, anggota yang bercerita paling banyak dan palingsering” (Hadi, 2007:8)

Hadirnya media televisi memberidampak komersial bagi pasar dan khalayak. Dampak medium televisi melalui program acara berita kriminal,jenis film action, shooting dan pembunuhan mampu memengaruhi agresivitas khalayak terhadap dunia atas kumulatif efekmelalui tayangan televisi. Dampak ‘kekerasan media’ ini oleh GeorgeGerbner kemudian disebutnya sebagai “mean world syndrome”, dalam teoriCultivation Analysis(1970-1980)(Hadi, 2007:8).

(16)

selama pemirsa kontak dengan televisi, mereka akan belajar tentang dunia, belajar bersikap dan nilai‐nilai orang (Hadi, 2007:9)

Gerbner meyakini bahwa kekuatan televisi berasal dari isi simbolik dari drama kenyataan hidup sehari-hari yang ditayangkan jam lepas jam dan minggu lepas minggu (Griffin, 1991). “Rata-rata pemirsa menonton televisi empat jam sehari” (Severin dan Tankard, 2001). “George Gerbner menggolongkan audience televisi menjadi 2 golongan, yaituheavy viewer dan light viewer. Heavy viewer atau pecandu berat televisi adalah orang yang menonton televisi lebih dari 4 jam per hari. Sebaliknya, light viewer atau pecandu ringan adalah orang yang menonton kurang dari 4 jam per hari” (Hadi, 2007:3).

Berdasarkan golongan audience inilah Gerbner melakukan penelitian terhadap heavy viewer dan light viewer. Dua golongan ini memiliki jawaban yang berbeda ketika menjawab pertanyaan. Misalnya, ketika ditanya seputar populasi yang berada di Amerika, heavy viewer akan menjawab kurang lebih 20 persen populasi di dunia berada di Amerika. Sedangkan light viewer akan memberikan jawaban yang mendekati angka aslinya yaitu 6 persen. Contoh lainnya, heavy viewer menganggap kemungkinan seseorang untuk menjadi korban kejahatan adalah 1 berbanding 10. Dalam kenyataannya angkanya adalah 1 berbanding 50. Heavy viewer cenderung memberikan jawaban yang mendekati dunia yang digambarkan oleh televisi (Ardiyanto, 2004:64).

Fokus utama riset kultivasi pada tayangan kriminal dan kekerasan dengan membandingkan kepada prevalensi (frekuensi) kriminal dalam masyarakat. Bagi pemirsapecandu berat televisi (heavy viewers) dalam jangka waktu lama ternyata halini memberi keyakinan bahwa tak seorang pun bisa dipercaya atas apa yangmuncul dalam dunia kekerasan. Temuan ini mengindikasikan bahwapecandu berat televisi cenderung melihat dunia ini sebagai kegelapan/mengerikan serta tidak mempercayai orang. Apa yang terjadi di televisiitulah dunia nyata. Televisi menjadi potret sesungguhnya dunia nyata (Hadi, 2007:9).

(17)

beranggapan bahwa dunia ini tempat yang tidak aman. Kekerasan yang mereka lihat di televisi dapat menanamkan ketakutan sosial yang menjawab dugaan tentang orang yang dapat dipercaya atau keamanan keadaan sekitarnya (Hadi, 2007:10).

Gerbner dan koleganya berpendapat bahwa televisimenanamkan sikap dan nilai tertentu. Media pun kemudian memelihara danmenyebarkan sikap dan nilai itu antar anggota masyarakat yang kemudianmengikatnya bersama‐sama pula. Media mempengaruhi penonton danmasing‐masing penonton itu meyakininya. Sehingga para pecandu berattelevisi itu akan mempunyai kecenderungan sikap yang sama satu sama lain(Nurudin, 2003 :159).

Tim Gerbner juga menyatakan bahwa salah satu dampak kultivasi yang utama, dan terjadi secara meluas, yang diakibatkan televisi adalah munculnya persepsi “dunia yang kejam” yang berasal dari para pecandu berat televisi. Peneliti kultivasi juga menemukan beberapa variabel penting yang juga turut mempengaruhi perbedaan yang terjadi antara pecandu berat dan ringan televisi. Variabel-variabel tersebut antara lain, usia, pendidikan, jenis kelamin, status ekonomi, dan berita yang dikonsumsi (Ardiyanto, 2004:68).

(18)

untuk tidak mempunyai pendapat yang sama bahwa ketakutan akan kejahatan adalah sebuah masalah (Sianturi, 2010:45)

Resonance (resonansi) terjadi ketika dampak kultivasi ditingkatkan untuk sekelompok tertentu dalam populasi. Misalnya, pemirsa ‘berat’ diantara laki-laki dan perempuan mempunyai kemungkinan lebih besar daripada pemirsa “ringan” untuk setuju bahwa ketakutan akan kejahatan adalah sebuah masalah serius. Tetapi kelompok yang setuju paling kuat adalah perempuan yang menjadi penonton “berat”, karena kerentanan khusus mereka pada kejahatan konon “mirip” dengan potret dunia kejahatan yang tinggi yang dilukiskan dalam televisi. Dengan adanya tambahan yang substansial pada teori kultivasi, maka teori kultivasi ini tidak lagi menyatakan keseragaman, dampak televisi untuk semua anggota pemirsa “berat”. Kemudian yang terjadi adalah apabila orang mengontrol variabel –variabel lain sekaligus, sisa dampak yang diakibatkan oleh televisi menjadi agak kecil. Namun karena adanya dampak kumulatif dari televisi yang dialami sebagian besar orang (paling tidak di Amerika), maka dampak tersebut tidak dapat diabaikan (Sianturi, 2010:45).

(19)

Beberapa teori mutakhir menekankan bahwa penonton sebenarnya aktif di dalam usaha menekankan kekuatan pengaruh televisi tidak seperti yang diasumsikan teori kultivasi. Teori kultivasi menganggap bahwa penonton itu pasif. Teori kultivasi lebih memfokuskan pada kuantitas menonton televisi atau “terpaan” dan tidak menyediakan perbedaan yang muncul ketika penonton menginterpretasikan siaran-siaran televisi. Penonton tidak perlu secara pasif menerima apa yang mereka lihat di televisi sebagai kenyataan (Nurudin, 2007:173-174).

Efek kultivasi melalui tayangan kekerasan memberi penjelasanbahwa televisi mempunyai pengaruh yang kuat pada diri individu. Bahkandalam hal yang ekstrim pemirsa menganggap bahwa lingkungan sekitarsama persis seperti yang tergambar dalam televisi. Disisi lain, tayangan kejahatan dalam dunia tontonan menjadi formula yang bisa menarik secarakomersil. Film atau televisi sebenarnya hanyalah tontonan. Sebagai tontonania hanyalah realitas media, yang tentu saja bahkan sebagai “realitas” buatanyaitu fiksi, yang perlu dibedakan dari realitas media berupa informasifaktual. Tetapi karena dipanggungkan dalam kaidah dramatisasi, “realitas”ini menjadi lebih menonjol.Menurut Perse “efek dominan kultivasi kekerasan televisi pada individu adalah pada kognitif (meyakini tentang realitas sosial) dan afektif (takut akan kejahatan)” (Hadi, 2007 : 10).

Penelitian ini menggunakan Cultivation Theory sebagai landasan teori. Seperti yang diungkapkan oleh Perse, mengenai efek afektif yang ditimbulkan oleh berita kasus pemalsuan produk makanan yang ditayangkan di televisi, peneliti ingin mengetahui seberapa besar tingkat kecemasan, yang merupakan salah satu efek afektif pada pemirsa televisi.

2.1.8 Kecemasan

(20)

dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional, dan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang (Azwar, 2000:24).

Mar’at (1981) dalam bukunya sikap manusia perubahan serta pengukurannya

juga sependapat dengan Azwar, bahwa sikap mempunyai tiga komponen antara lain

yaitu (Sianturi, 2010:49) :

1. Komponen Kognisi

Komponen sikap hubungannya dengan beliefs, ide, dan konsep. Komponen

kognisi melukiskan obyek tersebut, dan sekaligus dikaitkan dengan

obyek-obyek lain disekitarnya. Hal ini berarti adanya penalaran pada seseorang

terhadap obyek mengenai karakteristiknya. Manusia mengamati suatu obyek

psikologi dengan kacamatanya sendiri yang diwarnai oleh nilaidari

kepribadiannya. Faktor pengalaman, proses belajar atau sosialisasi

memberikan bentuk dan struktur terhadap apa yang dilihat. Sedangkan

pengetahuannya dan cakrawalanya memberikan arti terhadap obyek psikologi

tersebut. Melalui komponen kognisi ini akan timbul ide, kemudian konsep

mengenai apa yang dilihat. Berdasarkan nilai dan norma yang dimiliki pribadi

seseorang akan terjadi keyakinan (belief) terhadap obyek tersebut.

2. Komponen Afektif / Afeksi

Komponen sikap yang menyangkut kehidupan emosional seseorang.

Komponen afeksi yang memiliki sistem evaluasi emosional yang

mengakibatkan timbulnya perasaan senang/tidak senang, takut/tidak takut

atau setuju/tidaksetuju. Dengan sendirinya pada proses evaluasi ini terdapat

suatu valensi positif atau negatif. Komponen afeksi menjawab pertanyaan

tentang apa yang dirasakan(setuju/tidak setuju).

3. Komponen Konasi (Perilaku)

Komponen sikap yang merupakan kecenderungan bertingkah laku.

Komponen konasi akan menjawab pertanyaan bagaimana kesediaan /kesiapan

untuk bertindak terhadap obyek. Komponen konasi yang menentukan

kesediaan/ kesiapan jawaban berupa tindakan terhadap obyek. Atas dasar

(21)

situasi ini tidak tercapai, maka individu menolak dan reaksi yang timbul

adalah sikap apatis, acuh tak acuh atau menentang sampai ekstrim.

Tinggi rendahnya kecemasan dipengaruhi oleh sejumlah faktor, antara lain (Sianturi, 2010:50) :

1. Tingkat konsumsi media (terpaan media)

Tingkat konsumsi media (terpaan media) berkaitan dengan seberapa seringmengkonsumsi media dan intensitas konsumsi.

2. Pengalaman individu

Individu yang pernah menjadi korban ataupun saksi akan mengalami tingkat kecemasan yang berbeda dengan yang hanya memperoleh informasi.

3. Interaksi individu

Interaksi individu dengan keluarga, teman, dan tetangga mempengaruhi tinggi rendahnya kecemasan

Atkinson dan Hilgrad (1993) mendefinisikan kecemasan sebagai suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai oleh perasaan takut, tercekam, khawatir, dan bingung. Kecemasan dibedakan dalam dua arti yaitu ; kecemasan sebagai suatu respon dan kecemasan sebagai intervening variabel(Sianturi, 2010:52) :

1. Kecemasan sebagai suatu respon.

Merupakan suatu reaksi terhadap pengalaman tertentu, keadaan seseorang tentang apa yang dikatakan, bagaimana ia bertindak dan perubahan fisiologis. Kecemasan sebagai respon merupakan suatu perasaan yang tidak menyenangkan seperti kebingungan, gelisah, khawatir, dan takut. Perasaan ini berhubungan dengan aspek subyektif dari emosi seseorang. Kecemasan ini meliputi dua bentuk :

(22)

yang khusus, seperti penolakan sosial, kritik, kegagalan dalam ujian, dan ancaman rasa sakit.

b. Trait Anxiety. Kecemasan dipandang sebagai sesuatu yang sudah tetap pada diri individu. Artinya, kecemasan itu sendiri mempunyai hubungan dengan kepribadian. Bentuk kecemasan ini merupakan perspektif yang berbeda dari karakteristik disposisional dari individu yang akan bereaksi dalam situasi yang berbeda.

2. Kecemasan sebagai Intervening Variable.

Merupakan suatu kondisi yang mempengaruhi hubungan stimulus respon. Artinya, kecemasan tidak dapat diketahui secara langsung melalui observasi, tetapi hanya dapat diketahui secara tidak langsung dari akibat-akibat yang ditimbulkan.

Pada penelitian ini, kecemasan yang diteliti adalah kecemasan sebagai suatu respon yang termasuk dalam jenis state anxietydengan gejala seperti kebingungan, gelisah, khawatir, dan takut.Masyarakat diperlihatkan tayangan kriminalitas yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat.

2.2 Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesa (Nawawi, 1995 : 40).

Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan Definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu, yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995 : 57)

(23)

Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas (X)

Variabel bebas adalah segala gejala, faktor, atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya variabel kedua disebut variabel terikat. Tanpa variabel ini maka variabel berubah sehingga akan muncul variabel terikat yang berbeda atau yang lain atau bahkan sama sekali tidak ada atau tidak muncul (Nawawi 1995 :57). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah terpaan“Reportase Investigasi” 2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada ataupun muncul dipengaruhi atau ditentukannya adanya variabel bebas dan bukan karena adanya variabel lain. (Nawawi,1995:57). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan ibu rumah tangga di Jalan Lingkungan V Kelurahan Besar Martubung setelah menyaksikan “Reportase Investigasi” di Trans TV.

Selanjutnya, pada penelitian ini juga ditentukan karakteristik responden yang merupakan ciri-ciri daripada responden yang akan dijadikan sampel pada penelitian. Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah usia, agama, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, jadwal menonton tayangan “Reportase Investigasi”, dan tayangan “Reportase Investigasi” yang pernah disaksikan.

Variabel Y Tingkat Kecemasan

• Bingung • Gelisah • Khawatir • Takut Variabel X

(24)

2.3 Variabel Penelitian

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas, maka untuk memudahkan penelitian perlu dibuat variabel penelitian sebagai berikut:

Variabel Teoritis Variabel Operasional 1. Variabel Bebas (X)

Terpaan “Reportase Investigasi”

a. Frekuensi Menonton b. Durasi

c. Atensi 2. Variabel Terikat (Y)

Tingkat Kecemasan Ibu Rumah Tangga

a. Bingung b. Gelisah c. Khawatir d. Takut

2.4 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 2008:46).

1. Variabel Bebas (Terpaan “Reportase Investigasi” Trans TV), terdiri dari:

a. Frekuensi Menonton

Frekuensi merupakan tingkatan keseringan responden menonton tayangan Reportase Investigasi dalam rentang waktu tertentu. b. Durasi

Durasi merupakan tingkatan waktu atau seberapa lama responden menonton program berita Reportase Investigasi dalam sekali tayangan.

c. Atensi

(25)

berita Reportase Investigasi. Penilaian dari komponen atensi ini didasarkan kepada kegiatan lain yang responden lakukan bersamaan dengan menonton tayangan program berita Reportase Investigasi.

2. Variabel Terikat (Tingkat Kecemasan Ibu Rumah Tangga), terdiri dari: a. Bingung adalah perasaan hilang akal, tidak tahu arah terhadap

sesuatu.

b. Gelisah adalah perasaan tidak tenteram atau tidak tenang.

c. Khawatir adalah perasaan cemas terhadap sesuatu yang belum diketahui dengan pasti.

Referensi

Dokumen terkait

INTENS merupakan program infotainment yang membahas tentang dunia selebritis, yang disirakan setiap hari selama satu jam dari pukul 11.00 sampai dengan 12.00 WIB

Kategori peralatan hidup dan teknologi mencakup semua benda dan peralatan yang menjadi ciri khas yang digunakan masyarakat Bsu. Pada penelitian ini ditemukan 7 data yang

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi pearson yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel kepuasan kerja dengan

Setelah rangkaian itu bisa kalian buat kalian akan langsung tau penggunaan transistor pada rangkaian itu sebagai saklar arus listrik yang dimana arus yang mengalir dari tegangan

Pengolahan jawaban responden terhadap pernyataan P10 kuesioner menunjukkan bahwa sebanyak 9 responden (30%) berpendapat bahwa mereka sangat setuju dan sebanyak 20 responden

Dikarenakan terdapat kayawan yang mutasi pada saat adanya perubahan PTKP, maka kantor pusat harus melakukan pembetulan perhitungan PPh 21 dari awal tahun terlebih

Berdasarkan beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa interferensi merupakan gejala yang timbul di dalam masyarakat bilingual dan atau multilingual karena adanya

Populasi dalam penelitian ini adalah para mahasiswa Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus), dan yang menjadi sampel adalah seluruh mahasiswa dari program studi