• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Efektifitas Model Perangkap Menggunakan Atraktan dalam Mengendalikan Hama Lalat Buah (Bactrocera dorsalis Hendel) pada Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Uji Efektifitas Model Perangkap Menggunakan Atraktan dalam Mengendalikan Hama Lalat Buah (Bactrocera dorsalis Hendel) pada Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava L.)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Hama (Bractrocera dorsalis)

Menurut Deptan (2007), Lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Class : insecta

Ordo : Diptera

Family : Tephritidae

Genus : Bactrocera

Spesies : Bactrocera spp.

Lalat buah dengan nama ilmiah Bractrocera spp. tergolong dalam ordo Diptera dan famili Tephritidae. Famili ini beranggotakan lalat-lalat yang

berukuran kecil sampai sedang yang biasanya mempunyai bintik-bintik atau pita

(band) pada sayap-sayapnya. Bintik-bintik tersebut sering kali membentuk pola

menarik dan rumit. Pada kebanyakan jenis lalat buah sel anal pada sayapnya

memiliki juluran distal yang lancip di bagian posterior. Lalat buah melewati 4

stadium metamorfosis yaitu telur, larva, pupa, dan imago (Borror et al., 1996).

Telur

Telur berwarna putih transparan berbentuk bulat panjang dengan salah satu

ujungnya runcing dan diletakkan secara berkelompok 2-15 butir di dalam buah.

Lalat buah betina dapat meletakkan telur 1-40 butir/buah/hari

(2)

rangsangan visual, dengan menusukkan ovipositor lalat buah memasukkan telur di

bawah permukaan kulit buah (Gould and Raga, 2002).

Larva

Larva lalat buah terdiri dari 3 instar (Soeroto dkk., 1995). Larva berwarna

putih keruh kekuningan, berbentuk bulat panjang dan salah satu ujungnya runcing,

kepala runcing, mempunyai alat pengait, dan bintik yang jelas. Larva instar

kertiga berukuran sedang, dengan panjang 7–9 mm dan lebar 1.5-1.8 mm

(Gambar 1).

Larva pada buah jambu yang busuk

Gambar 1: larva Lalat Buah Bactrocera spp.

Larva menggali liang dan makan di dalam buah selama 7-10 hari

tergantung suhu. Lamanya stadia pupa tergantung suhu. Dalam kondisi yang

mendukung, imago dapat muncul 7-10 hari setelah proses pupa

(Gould and Raga, 2002).

Pupa

Pupa lalat buah merupakan pupa tipe obtekta. Pupa berada di permukaan

tanah berwarna kecoklat-coklatan dan berbentuk oval dengan panjang sekitar

5 mm (Gambar 2). Masa pupa adalah 4-10 hari dan setelah itu serangga lalat buah

(3)

Pupa yang terletak di permukaan tanah

Gambar 2: Pupa Lalat Buah

Imago

Imago lalat buah umumnya memiliki panjang sayap antara 2 mm sampai

25 mm dengan pola sayap tertentu (White and Elson-Harris, 1992). Ciri-ciri lalat

buah jantan adalah ukuran tubuh lebih kecil dari betina, sayap lebih pendek dari

sayap betina, terdapat sisir kelamin (sex comb), ujung abdomen tumpul dan lebih

hitam. Sedangkan ciri-ciri lalat buah betina adalah ukuran tubuh lebih besar dari

jantan, sayap lebih panjang dari sayap jantan, tidak terdapat sisir kelamin

(sex comb), dan ujung abdomen runcing (Gambar 3).

Imago Betina Imago Jantan

(4)

Lalat buah memiliki ciri-ciri penting, yaitu ciri-ciri pada kepala terdiri dari

antena, mata, dan noda atau bercak pada muka (facial spot). Bagian dorsum toraks

terdiri dari dua bagian penting yang disebut terminologi skutum atau mesonotum.

Sayap mempunyai ciri-ciri bentuk pola pembuluh sayap, yaitu costa (pembuluh

sayap sisi anterior) anal (pembuluh sayap sisi posterior), cubitus pembuluh sayap

sisi posterior), median (pembuluh sayap tengah), radius (pembuluh sayap radius),

r-m dan dm-cu (pembuluh sayap melintang), dan ciri-ciri abdomen abdomen

terdiri dari ruas-ruas (tergum) (Siwi dkk., 2006).

Gejala Serangan

Noda-noda kecil bekas tusukan ovipositor merupakan gejala awal

serangan lalat buah. Larva lalat buah yang menetas dari telur akan membuat liang

gerek di dalam buah dan menghisap cairannya. Larva dapat menstimulir

pertumbuhan buah dan kehidupan organisme pembusuk. Buah menjadi busuk

(Gambar 4) dan jatuh ke permukaan tanah (Soeroto dkk., 1995).

Buah menjadi busuk

Gambar 4. Gejala Serangan Lalat Buah

Hama lalat buah merusak daging buah hingga buah menjadi busuk dan

berguguran. Lalat buah betina merusak buah dengan cara menusukkan ujung

abdomennya pada kulit buah yang matang maupun yang kurang matang. Saat

(5)

Kerugian yang ditimbulkan oleh lalat buah dapat secara kuantitatif

maupun kualitatif. Kerugian kuantitatif yaitu berkurangnya produksi buah sebagai

akibat rontoknya buah yang terserang sewaktu buah masih muda ataupun buah

yang rusak serta busuk yang tidak laku dijual. Kualitatif yaitu buah yang cacat

berupa bercak, busuk, berlubang, dan terdapat larva lalat buah yang akhirnya

kurang diminati konsumen (Asri, 2003).

Pengendalian

Telah banyak usaha untuk mengatasi serangan lalat buah diantaranya

dengan teknik jantan mandul, umpan protein, atraktan dan insektisida. Alternatif

pengendalian di Indonesia yang mempunyai prospek untuk dikembangkan adalah

penggunaan atraktan (Epsky and Heath, 1998; Manrakhan and Price, 1999; Bueno

and Jones, 2002; Gopaul and Price, 2002; Rouse et al., 2005).

Atraktan merupakan salah satu alat untuk memantau populasi hama dan

sekaligus dapat digunakan untuk menekan populasi Bractrocera spp. (Bueno and Jones, 2002; Michaud, 2003). Zat pemikat yang mengandung komponen tunggal

(males lure) disebut para-feromone yang hanya efektif untuk memikat lalat buah

jantan. Senyawa methyl eugenol mempunyai sifat yang sama dengan

para-feromon yang dapat menarik serangga jantan (Iwahashi and Subahar, 1996; Manrakhan and Price, 1999).

Untuk program penelitian :

1. Pembungkusan

Pembungkusan dimaksudkan untuk mencegah serangan lalat buah betina

dalam meletakkan telurnya pada buah yang masih muda hingga buah menjelang

(6)

dilakukan. Keuntungan dari cara ini adalah terhindar dari serangan lalat buah,

bersih, mulus, tanpa pencemaran bahan kimia. Cara pembungkusan yang biasa

dilakukan adalah menggunakan kertas karbon, plastik hitam, daun pisang, daun

jati, ataupun kain untuk buah-buahan yang tidak besar.

2. Pemerangkapan

Pengendalian lalat buah menggunakan perangkap dengan atraktan akan

berhasil apabila perangkap dipasang secara terus menerus dan dalam jumlah yang

banyak. Perangkap yang berisi attraktan yang sudah dicampur dengan insektisida

akan menarik lalat buah untuk masuk ke dalam perangkap karena aroma attraktan

dan akan menarik lalat buah untuk masuk ke dalam perangkap karena aroma

attraktan dan akan menyebankan lalat buah mati karena karena pengaruh

insektisida.

3. Sanitasi

Bertujuan untuk memutus atau daur hidup lalat buah, sehingga

perkembangan lalat buah dapat ditekan. Sanitasi kebun dilakukan dengan cara

mengumpulkan buah-buah terserang, baik yang gugur maupun yang masih berada

dipohon, kemudian dimusnahkan dengan cara dibakar atau dibenamkan dalam

tanah.

4. Pemanfaatan Musuh Alami

Pengendalian secara biologis (pemanfaatan musuh alami atau agen hayati)

menggunakan parasitoid maupun predator, untuk mengendalikan atau menekan

populasi lalat buah sudah banyak dilakukan, tetapi belum diterapkan di Indonesia.

Beberapa parasitoid yang dipakai di luar Indonesia yaitu famili Braconidae,

(7)

5. Attraktan

Attraktan dapat digunakan untuk mengendalikan hama lalat buah dalam 3

cara, yaitu : (a) mendeteksi atau memonitor populasi lalat buah, (b) menarik lalat

buah untuk kemudian dibunuh dengan perangkap dan (c) mengacaukan lalat buah

dalam melakukan perkawinan, berkumpul ataupun tingkah laku makan.

Metil eugenol mengeluarkan aroma yang dapat menarik lalat buah untuk

menghampirinya. Metil eugenol memiliki unsur kimia C12H2402. Senyawa ini

merupakan makanan yang dibutuhkan oleh lalat buah jantan untuk dikonsumsi

dan berguna dalam proses perkawinan. Radius aroma metil eugenol dapat

mencapai 20-100 m (Kardinan, 2003). Di alam, lalat buah mengonsumsi metil

eugenol, kemudian setelah diproses didalam tubuhnya maka akan menghasilkan

feromon seksual yang dapat menarik lalat betina (HEE dan TAN 2001 dalam Kardinan dkk, 1999). Warna kuning yang menarik perhatian lalat buah sering digunakan sebagai perangkap (Kaliee, 1999)

Dosis Penggunaan metil eugenol sebanyak 0.125-0.25 ml pada kapas

dikerjakan setiap 4 minggu sekali. Dalam 1 dapat di pasang 25 titik penempatan

dengan jarak antar masing-masing perangkap 20 m.

(8)

Lem Leila adalah formula lem lalat yang memiliki warna dan aroma yang

sangat disukai lalat buah baik jantan maupun betina, penggunaannya sesuai

dengan anjuran (Bueno and Jones, 2002).

Rongit Glue adalah lem lalat dan serangga terbang dengan warna dan

aroma khusus. Lem ini di pakai untuk mengendalikan lalat buah dan serangga

terbang lainnya pada tanaman jeruk, apel, cabai, jambu, tomat dan

lainnya.Aplikasi pengolesan 10-20 hari sekali pada 1 ha dapat dopasang 16- 28

titik perangkap.

Gambar 6. Lem Leila Gambar 7. Lem Rongit

Minyak cengkeh tersusun dari unsur C-H-O. Minyak ini mempunyai

khasiat bau yang khas. Minyak ini memiliki kemampuan menolak lalat buah

karena adanya kandungan Linalol, geraniol, dan eugenol (Kardinan dkk, 1999).

Gambar

Gambar 1: larva Lalat Buah Bactrocera spp.
Gambar 4. Gejala Serangan Lalat Buah
Gambar 5. Petrogenol
Gambar 8. Minyak cengkeh + gula

Referensi

Dokumen terkait

Universitas Sumatera Utara... Universitas

gulu batu, campuran metil eugcool dengan mclindo dan lem kuning. Penelitian berlangsung dari bulan Juli hingga Agustus 2008. lni berarti, lalat buah Bacrrocera

Skripsi berjudul: Efektivitas Sticky Trap dan Atraktan Nabati dari Minyak Selasih ( Ocimum basilicum , L.) untuk Pengendalian Hama Lalat Buah ( Bactrocera spp.) pada Tanaman Jambu

Tabel 4 menunjukkan jumlah lalat buah yang terperangkap pada areal tanaman jambu biji dengan menggunakan perangkap lalat buah dengan bentuk bola, dan silinder

Perendaman Kapas pada Limbah Jeruk Introduksi Imago Lalat Buah.. Suntik dari Tiap Perlakuan Penyuntikan Limbah

Hal tersebut dapat diatasi dengan menambahkan kembali zat tersebut ke alat perangkap untuk selang waktu tertentu atau dengan mengaplikasikan minyak Mb dalam

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis metil eugenol yang efektif untuk menangkap Bactrocera dorsalis terdapat pada perlakuan C (1,5 ml), dengan jumlah tangkapan sebanyak

dorsalis yang terperangkap pada perangkap Steiner yang berisi atraktan ekstrak daun selasih ungu 20%, rata-rata 0,0 ekor, konsentrasi 40% 0,4 ekor, konsentrasi 60%