• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Review Peneliti Terdahulu - Analisis Pengaruh Pemanfaatan Dana pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-MP) Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Review Peneliti Terdahulu - Analisis Pengaruh Pemanfaatan Dana pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-MP) Kota Medan"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Review Peneliti Terdahulu

Penelitian yang di lakukan Santoso pada tahun 2011 yang berjudul Pengaruh PNPM dan Alokasi Belanja Daerah Untuk Pendidikan, Kesehatan dan Perkerjaan umum terhadap Penanggulanggan Kemiskinan dengan variabel dependen yaitu Indeks Kemiskinan, Indeks Kedalaman kemiskinan, Indeks Keparahan Kemiskinan dengan penelitian kuantitatif membandingkan dengan Independen PNPM, Belanja Daerah urusan Pendidikan, Belanja Daerah urusan Kesehatan dan Belanja Daerah urusan Pekerjaan Umum. Adapun hasil penelitian dari studi kasus ini adalah Indeks kemiskinan signifikan mempengaruhi penurunan terhadap PNPM dan alokasi belanja daerah bidang kesehatan, Indeks kedalaman kemiskinan signifikan mempengaruhi kesenjangan pengeluaran penduduk miskin dengan garis kemiskinan adalah PNPM dan belanja daerah untuk pendidikan, Indeks keparahan kemiskinan signifikan terhadap kesenjangan distribusi diantara penduduk miskin adalah PNPM dan belanja di bidang pendidikan.

(2)

Lembaga Keuangan Mikro (LKM) pada kemungkinan penduduk miskin di kota metropolitan Ghana. Keuangan Mikro sangat penting dalam pembangunan negara serta membantu mengentaskan kemiskinan. Oleh karena itu keuangan mikro harus memberikan pengakuan yang tepat. Hasil yang telah dianalisis dengan keuangan mikro memungkinkan kesimpulan berikut. Mayoritas dari responden melaporkan peningkatan dalam pendapatan mereka yang telah meningkatkan standar hidup mereka. Keuangan mikro telah membantu untuk membentu anak-anak mereka sekolah dan mampu membayar tagihan medis mereka. Serta membantu dalam memberi kehidupan sandang dan pangan keluarga mereka dengan baik. Di kesimpulan keuangan mikro telah membantu dalam meningkatkan taraf hidup rakyat dan telah membantu mengurangi tingkat kemiskinan dari responden baik secara sosial maupun ekonomi.

Sementara Goodwin (2006) dalam jurnalnya berjudul Pengukuran dan Pelaporan Dampak Pariwisata Terhadap Kemiskinan yang melakukan Penelitian tentang Pariwisata dan kemiskinan, dengan variabel bebas yaitu dampak pariwisata, pembangunan terhadap kemiskinan. Menyimpulkan Indikator yang luas dapat menunjukkan bahwa pertumbuhan pariwisata kedatangan domestik atau internasional berkorelasi dengan peningkatan rata-rata pendapatan per kapita Sehingga dapat menggurangi kemiskinan.

Hamzah (2008) Journal by tittle Analysis The Revenue And Expense On

Economic Growth, Poverty, And Unemployment.The samples of the study are

APBN for 1999 – 2006. The result study with descriptive analysis indicate that

revenue and expense meanly increase, but increase expense bigger than revenue.

(3)

increase, while poverty fluctuative from year to year. The result of study with

regression indicate that expense positively significant effect on revenue For effect

revenue and revenue on unemploymentt indicate positively significant effect. The

effect expense and expense on unemployment indicate positively significant effect.

For effect economic growth on unemployment indicate positively significant effect.

Demikian juga penelitian yang dilakukan PUSLITBAG Sosial, Ekonomi dan Sosial dan Lingkungan Kementrian Pekerjaan Umum (2011) yang menyimpulkan Kegiatan pengelolaan PNPM Mandiri Perkotaan dibentuk dengan mempertimbangkan input kegiatan yang terdiri dari aspek keuangan dimana keuangan dapat dipakai sebagai alat kontrol pengelolaan, variabel pengembangan, Pengelolaan, berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Program.

(4)

Tabel 2.1.Theoritical Mapping

Nama/Thn Peneliti Topik Variabel Independen

yang Digunakan Hasil yang Diperoleh Santoso,

(2011)

Pengaruh PNPMdan Alokasi Belanja Daerah Untuk Pendidikan, Kesehatan dan Perkerjaan umum terhadap Penanggulanggan Kemiskinan

1.Indeks kemiskinan signifikan mempengaruhi penurunan terhadap PNPM dan alokasi belanja daerah bidang kesehatan

2.Indeks kedalaman kemiskinan signifikan mempengaruhi kesenjangan pengeluaran penduduk miskin dengan garis kemiskinan adalah PNPM dan belanja daerah untuk pendidikan 3.Indeks keparahan kemiskinan signifikan terhadap kesenjangan

distribusi diantara penduduk miskin adalah PNPM dan belanja di bidang pendidikan.

Augustine Addo, (2012) Kepala Departemen, Kewirausahaan dan Keuangan

International Journal of Bisnis dan Manajemen, Keuangan Mikro sebagai Strategi Penanggulangan Kemiskinan Negara Ghana

Strategi Penanggulangan Kemiskinan (Y) Keuangan Mikro (X1) Penggurangan Kemiskinan(X2)

Keuangan mikro sangat penting dan menyambut dalam Pembangunan Negara serta membantu mengentaskan kemiskinan. Keuangan mikro telah membantu dalam meningkatkan taraf hidup rakyat dan telah membantu mengurangi tingkat kemiskinan dari responden baik secara sosial maupun ekonomi.

Goodwin, (2006) Harold Dr University of Greenwich

Pengukuran dan Pelaporan Dampak Pariwisata Terhadap Kemiskinan

Indikator yang luas dapat menunjukkan bahwa pertumbuhan pariwisata kedatangan domestik atau internasional berkorelasi dengan peningkatan rata-rata pendapatan per kapita Sehingga dapat menggurangi kemiskinan.

Hamzah, (2006) Lecturer in Accounting Department, Economic Faculty,

Trunojoyo University, Madura–Indonesia.

Analysis The Revenue And Expense On Economic Growth, Poverty, And Unemployment

Poverty (Y1)

The gowth economic and unemployment meanly increase, while poverty fluctuative from year to year. The result of study with regression indicate that expense positively significant effect on revenue For effect revenue and revenue on unemploymentt indicate positively significant effect. The effect expense and expense on unemployment indicate positively significant effect. For effect economic growth on unemployment indicate positively significant effect.

PUSLITBAG Sosial, Ekonomi dan Sosial dan Lingkungan Kementrian Pekerjaan Umum (2011)

Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

Kinerja Program (Y) Pengembangan (X1) Pengelolaan (X2)

(5)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Alokasi Dana

Penetapan lokasi dan alokasi dana PNPM dilakukan melalui proses konsultasi dan koordinasi diantara Kementrian/lembaga, Badan Perencanaan Pembangunan nasional (BAPENNAS), Kementrian Keuangan, dan Pemerintah Daerah (Provinsi, Kabupaten/Kota) di bawah kordinasi pengendali PNPM Mandiri dengan arahan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K).

Adapun arahan TNP2K dalam penentuan lokasi dan alokasi dana PNPM adalah sebagai berikut:

1. Bantuan dana PNPM di terima secara secara penuh untuk seluruh lokasi sampai tahun anggaran 2014.

2. Alokasi dana PNPM menggunakan anggaran yang telah dibahas bersama dengan DPR.

3. Pokja Pengendali PNPM Mandiri bersama Menteri Keuangan dan Kementrian Pembangunan Perencanaan Nasional/ BAPPENAS ditugaskan mengembalikan alokasi dana PNPM menjadi penuh melalui APBN Perubahan.

4. Alokasi secara Penuh melalui mekanisme APBN.

(6)

Tujuan dari alokasi dana itu sendiri yaitu untuk menanggulangi dampak kemiskinan dan mengurangi kesenjangan masyarakat dengan mengembangkan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat, meningkatkan pembangunan infrastruktur pedesaan serta untuk meningkatkan pendapatan dan masyarakat.

Pelaksanaan program alokasi dana merupakan sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat yang wajib melibatkan keikutsertaan masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan, pelaksaan dan pengendalian.

Dalam Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan (2010) Besarnya dana BLM tiap Kelurahan ditentukan berdasarkan jumlah penduduk di kelurahan lokasi PNPM Mandiri Perkotaan seperti pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2.2.1

Distribusi Alokasi Dana BLM per Kelurahan

Kategori Lokasi

Katagori Jumlah Penduduk Kelurahan / Desa ( Jiwa)

< 3000 3000–10000 > 10000

% - tase KK Miskin> 10 % (0-1x BLM) 150 jt 200 jt 350 jt

% - tase KK Miskin> 10 % (2 x BLM) 100 jt 150 jt 200 jt

% - tase KK Miskin< 10 % Jumlah KK Miskin < 50 KK, BLM = 50 jt

Jumlah KK Miskin > 50 KK, BLM = 100 jt

Mekanisme Pencairan Dana BLM Dilakukan 3 Tahap, Yakni : Tahap 1 = 30 % Tahap 2 = 50 % dan Tahap 3 = 20 %

Sumber : Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan tahun 2010

2.2.2 Perencanaan dan Anggaran.

(7)

perencanaan, tujuan perencanaan dan konteks perencanaan. Secara garis besar perencanaan sosial dapat dirumuskan menjadi lima tahapan yang meliputi identifikasi masalah, penentuan tujuan, penyusunan dan pengembangan rencana program, pelaksanaan program dan evaluasi program.

Pemerintah telah menata sistem perencanaan dan pembangunan nasional sebagai mana diatur dalam undang – undang nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Perubahan itu juga terjadi sebagaimana di amanatkan oleh undang – undang tahun 2003 tentang keuangan negara yang meliputi:

1) Penerapan pendekatan anggaran dengan persepektif jangka menegah, memberikan kerangka yang menyeluruh dan meningkatkan keterkaitan antara proses perencanaan dan penganggaran.

2) Penerapan anggaran secara terpadu, memuat semua kegiatan, dalam APBN yang disusun secara terpadu yang mengintegrasikan anggaran belanja rutin dan pembangunan.

3) Penerapan anggaran berdasarkan kinerja dalam memperjelas tujuan dan indikator sebagai bagian pengembangan sistem penganggaran berbasis kinerja yang akan mendukung perbaikan efisiensi dan efektivitas dalam memanfaattkan sumber daya dan memperkuat proses pengambilan keputusan tentang kebijakan dalam kerangka jangka menengah.

(8)

Proses perencanan dan penggangaran Dana APBN menurut PMK 168/2009 dapat di lihat di tabel berikut :

Tabel 2.2.2

Proses Perencanan dan Penggangaran Dana APBN

TIME FRAME KEMENTERIAN/LEMBAGA KEPALA DAERAH

PMK IFKD

Program/Kegiatan Urusan Bersama

Penyusunan RKA-KL

Apabila Indikasi Program/ kegiatan UB sesuai kebijakan Pemda, KDH

Meneruskan kepada SKPD sebagai bahan perencanaan penyediaan APBN

Setelah Perpres RABPP Desember

Penandatanganan Naskah Perjanjian UB Menyampaikan RKA-KL yang telah

disetujui Menkeu

Menetapkan KPA dan menyusun Konsep DIPA

Menyampaikan RKA-KL kepada DPRD sebagai bahan

penetapan APBD Menyampaikan usulan nama

KPA untuk APBN

Sumber : menurut PMK 168/No. 07/Tahun 2009

Menurut Badjuri dan Yuwono (2002) bahwa karakteristik perencanaan kebijakan publik yang baik adalah sebagai berikut :

a. Merupakan respon yang positif dan proaktif terhadap kepentingan publik. Hal ini perlu ditekankan karena seringkali kebijakan direncanakan semata-mata untuk memenuhi kepentingan politik atau kepentingan pribadi.

b. Merupakan hasil konsultasi dan debat publik dengan analisis yang mendalam,rasional dan memang ditunjuksn untuk kepentingan umum. c. Merupakan hasil dari manajemen partisipatif yang tetap membuka diri

(9)

d. Menghasilkan rencana kebijakan yang mudah dipahami, mudah dilakukan, mudah dievaluasi, indikatornya jelas sehingga mekanisme akuntabilitasnya mudah pula.

e. Merupakan hasil pemikiran panjang yang telah mempertimbangkan berbagai hal yang mempengaruhi

f. Merupakan perencanaan yang bervisi ke depan dan berdimensi luas yang tidak dipersiapkan untuk kepentingan sesaat semata.

Karakteristik sasaran anggaran yaitu partisipasi anggaran (budgetary participation), kejelasan sasaran anggaran (budget goal clarity), umpan balik anggaran (budgetary feedback), evaluasi anggaran (budgetray evaluation) dan kesulitan sasaran anggaran (budget goal difficulty). Karakteristik sasaran anggaran dapat berpengaruh terhadap sikap yang terkait dengan pekerjaan dan sikap yang terkait dengan anggaran Kenis (1979).

Secara umum silkus perencanaan PNPM dapat di lihat pada gambar hubungan dengan APBN dan APBD dapat dilihat pada Gambar 2.2.2 berikut :

2

Gambar 2.2.2

Silkus Perencanaan PNPM Hubungan dengan APBN dan APBD PS

RK PJM/ RENTA

RKM KSM

SOS AWAL / Pemetaan Sosial

Pemanfaatan BLM (bersumber Dana APBN dan APBD) Pencairan BLM (bersumber Dana APBN dan APBD)

(10)

Keterangan Gambar :

SOS AWAL : Sosialisasi Awal

RKM : Rembug Kesiapan Masyarkat

RK : Refleksi Kemiskinan

PS : Pemetaan Swadaya

LKM : Lembaga Kesawadayaan Masyarakat PJM : Program Jangka Menengah

Renta : Rencana Tahunan

BLM : Bantuan Lansung Masyarakat

APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional KSM : Kelompok Swadaya Masyarakat

2.2.3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

APBN adalah : Suatu daftar yang memuat perincian sumber - sumber pendapatan negara dan jenis-jenis pengeluaran negara dalam jangka waktu satu tahun ( 1 Januari – 31 Desember ) yang ditetapkan dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Adapun fungsi APBN jika ditinjau dari kebijakan fiskal : a) Fungsi Alokasi.

(11)

b) Fungsi Distribusi.

Fungsi ini bertujuan untuk menciptakan pemerataan atau mengurangi kesenjangan antar wilayah, kelas sosial maupun sektoral. APBN selain digunakan untuk kepentingan umum yaitu untuk pembangunan dan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan, juga disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk subsidi, bea siswa, dan dana pensiun. Subsidi, bea siswa, dan dana pensiun merupakan bentuk dari transfer payment. Transfer payment adalah pengalihan pembiayaan dari satu sektor ke sektor yang lain.

c) Fungsi Stabilitas.

APBN merupakan salah satu instrumen bagi pengendalian stabilitas perekonomian negara di bidang fiskal. Misalnya jika terjadi ketidakseimbangan yang sangat ekstrem maka pemerintah dapat melakukan intervensi melalui anggaran untuk mengembalikan pada keadaan normal.

Fungsi APBN jika ditinjau dari sisi manajemen sebagai berikut:

 Pedoman bagi pemerintah untuk melakukan tugasnya pada periode

mendatang.

 Alat kontrol masyarakat terhadap kebijakan yang telah dibuat oleh

pemerintah.

 Untuk menilai seberapa jauh pencapaian pemerintah dalam melaksanakan

kebijakan dan program-program yang direncanakan.

(12)

memberi kesempatan kerja, dan menumbuhkan perekonomian, untuk mencapai kemakmuran masyarakat.

Menurut Erlina, Sirojusilam dan Rasdianto (2012) Adapun tahap penyusunan RKP adalah sebagai berikut:

a. Penyiapan rancangan awal RKP sebagai penjabaran RPJM Nasional

b. Penyiapkan rancangan Renja-KL sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan mengacu kepada rancangan awal RKP

c. Bappenas mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKP dengan menggunakan rancangan Renja-KL;

d. Musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang)

e. Penyusunan rancangan akhir rencana kerja berdasarkan hasil Musrenbang; f. Penetapan RKP dalam bentuk Peraturan Presiden.

Selanjutnya, RKP ini menjadi pedoman dalam menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Renja-KL menjadi pedoman untuk menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara / Lembaga (RKA - KL).

Dalam suatu perencanaan pembangunan sebagai suatu siklus ada empat tahapan yang dilalui, yakni:

1. Penyusunan rencana 2. Penetapan rencana

(13)

Keempat tahapan diselenggarakan secara berkelanjutan sehingga secara keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan yang utuh. Penyusunan rencana dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap suatu rencana yang siap untuk ditetapkan yang terdiri dari 4 (empat) langkah.

1. Penyiapan rancangan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh, dan terukur.

2. Masing-masing instansi pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja dengan berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan.

3. Melibatkan masyarakat (stakeholders) dan menyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahan melalui musyawarah perencanaan pembangunan.

4. Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan. Selanjutnya adalah penetapan rencana menjadi produk untuk melaksanakannya.

Pencairaan dana urusan bersama dan penyaluran Dana APBN menurut PMK 168/2009 adalah sebagai berikut :

1. Pencairan APBN secara umum dilakukan sesuai dengan mekanisme yang berlaku dalam pembayaran atas beban APBN, sedangkan ketentuan ebih lanjut diatur dengan Perdirjen Perbendaharaan.

2. APBN disalurkan secara langsung kepada masyarakat, kelompok masyarakat dan/atau lembaga partsipatif masyarakat dalam bentuk uang. 3. APBN yang telah ditransfer ke rekening masyarakat, kelompok

(14)

dimanfaatkan sesuai dengan rencana selambat-lambatnya 3 bulan setelah tahun anggaran bersangkutan berakhir.

4. Apabila dalam jangka waktu sebagaimana tersebut di atas, dana tersebut belum dimanfaatkan maka dana tersebut harus disetorkan ke rekening kas umum negara.

5. Mekanisme pencairan dan penyaluran APBN berpedoman pada peraturan yang mengatur mengenai pengelolaan keuangan daerah.

2.2.4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

(15)

Struktur APBD terdiri Laporan Realisasi Anggaran merupakan istilah baru yang digunakan dalam pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan negara/daerah. Selama inilistilah yang digunakan adalah Laporan Perhitungan Anggaran. Kepmendagri 29/2002 dan SAP menggunakan struktur APBD yang sama, yaitu APBD terdiri dari Anggaran Pendapatan, Anggaran Belanja, dan Anggaran Pembiayaan. Perbedaan terjadi dalam struktur anggaran belanja. SAP mengatur penyajian Laporan Realisasi Anggaran pada lembar muka berdasarkan karakter belanja dan jenis belanja, sedangkan Kep mendagri 29/2002 mengklasifikasikan belanja ke dalam Belanja Aparatur dan Belanja Publik. Selanjutnya baik pada Belanja Aparatur maupun Belanja Publik, Belanja diklasifikasikan menjadi Belanja Administrasi Umum, Belanja Operasi dan Pemeliharaan, dan Belanja Modal

Proses penyusunan APBD terjadi di tingkat eksekutif dan legislatif, Adapun prosesnya sebagai berikut :

1. Proses yang terjadi di Eksekutif

Proses penyusunan APBD secara keseluruhan berada di tangan Sekretaris Daerah yang bertanggungjawab mengkoordinasikan seluruh kegiatan penyusunan APBD, sedangkan proses penyusunan belanja rutin disusun oleh bagian keuangan Pemda. Proses penyusunan penerimaan dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah dan proses penyusunan belanja pembangunan disusun oleh BAPPEDA (bagian penyusunan program dan bagian keuangan).

2. Proses di legislatif

(16)

2.2.5. Dana Swadaya Masyarakat

Dana swadaya masyarakat adalah dana yang bersumber dari swadaya masyarakat yang bertujuan memberikan keluasaan pada masyarakat berperan aktif dalam perencanaan dan pelaksanaan program kegiatan. Partisipasi masyarakat dalam bentuk dana tunai maupun berbentuk barang merupakan keberhasilan program ini. Karena kegiatan ini di laksanakan oleh masyarakat untuk masyarakat dan bermanfaat untuk masyarakat luas.

Besarnya dana masyarakat dalam program ini di sesuaikan minimal 30 % dari kegiatan program baik kegiatan infrastruktur maupun kegiatan yang berbentuk sosial.

2.1.6. Pengawasan

Pengelolaan pemerintah daerah yang berakuntabilitas, tidak bisa lepas dari anggaran pemerintah daerah. Hal ini sesuai dengan pendapat Mardiasmo (2002), yang mengatakan wujud dari penyelenggaraan otonomi daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dilakukan secara ekonomis, efisien, efektif, adil dan merata untuk mencapai akuntabilitas publik. Anggaran diperlukan dalam pengelolaan sumber daya tersebut dengan baik untuk mencapai kinerja yang diharapkan oleh masyarakat dan untuk menciptakan akuntabilitas terhadap masyarakat.

Pelaporan dan Pertanggung jawaban Dana APBN dan APBD Sesuai PMK 168/PMK.07/2009 Pasal 16, 17 dan 18 adalah :

(17)

• Neraca

• Laporan Realisasi Anggaran dan

• Catatan atas Laporan Keuangan

2. Tata cara penyusunan dan penyampaian laporan keuangan APBN mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.

3. Tata cara penyusunan dan penyampaian laporan keuangan APBD mengacu ketentuan peraturan mengenai pengelolaan keuangan daerah dan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

4. Kepala daerah melampirkan laporan keuangan tahunan atas pelaksanaan APBD dalam Laporan Pertanggungjawaban APBD kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai wujud transparansi dan akuntabilitas APBN dan APBD.

(18)

Kejelasan sasaran anggaran akan mempermudah aparat pemerintah daerah dalam menyusun anggaran untuk mencapai target-target anggaran yang telah ditetapkan. Komitmen yang tinggi dari aparat pemerintah daerah akan berimplikasi pada komitmen untuk bertanggung-jawab terhadap penyusunan anggaran tersebut. Dengan demikian, semakin jelas sasaran anggaran aparat pemerintah daerah dan dengan didorong oleh komitmen yang tinggi, akan mengurangi kesenjangan anggaran pemerintah daerah. Berdasarkan uraian di atas, disusun hipotesis dalam konteks pemerintah daerah, sebagai berikut: semakin tinggi kesesuaian kejelasan sasaran anggaran dengan komitmen organisasi, semakin rendah senjangan anggaran instansi pemerintah daerah

Pengawasan dan Pengendalian Dana APBN dan APBD Menurut PMK 168/PMK.07/2009 Pasal 23 yaitu :

1. TKPK Nasional melakukan koordinasi pengawasan dan pengendalian terhadap efektivitas pelaksanaan urusan bersama untuk Penanggulangan Kemiskinan paling kurang setiap 3 (tiga) bulan sekali.

2. Menteri/Pimpinan Lembaga dan Kepala Daerah melakukan pengawasan dan pengendalian atas efektivitas pengelolaan kegiatan urusan bersama untuk Penanggulangan Kemiskinan.

3. Menteri Keuangan melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaporan keuangan APBN.

(19)

5. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) dilaksanakan dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan APBN dan APBD

(20)

Tabel 2.2.6 Indikator Keberhasilan PNPM Mandiri Perkotaan

Tujuan Akhir Indikator Dampak Kegunaan dari Informasi Dampak Masyarakat miskin di

lokasi PNPM Perkotaan mendapat manfaat dari perbaikan sosial ekonomi dan tata pemerintahan

setempat

•Peningkatan angka pengeluaran keluarga atau perbaikan akses ke pelayanan ekonomi dan sosial 80 % kelurahan •Prasarana lebih murah 20 % di bandingkan

dengan di bangun pola yang tidak bertumpu pada masyarakat, di 80 % Kelurahan

•Tingkat kepuasan Pemanfaatan terhadap perbaikan pelayanan dan tata pemerintahan setempat mencapai 80 %

Menetapkan apakah PNPM memberikan dampak kesejahteraan sosial dan ekonomi sesuai dengan yang di harapkan.

Hasil Antara Indikator Hasil Kegunaan Pemantauan Hasil Komponen I:

a. Masyarakat yang terorganisasi lebih baik untuk masyarakat miskin

•Min 40% tingkat kehadiran kaum miskin dan rentan dalam pertemuan 2 perencanaan dan pengambilan keputusan

•Min 40% tingkat kehadiran perempuan dalam pertemuan 2 perencanaan dan pengambilan keputusan

•Min 30% penduduk dewasa mengikuti pemilihan LKM di tingkat RT/komunitas basis

•LKM terbentuk di Min 90% kelurahan •Min 90% dari kelurahan telah

menyelesaikan PJM Pronangkis dan telah diratifikasi dalam musyawarah warga

•Min 80% Pemerintah Kab/Kota menyediakan dana pendukung 20% untuk Pemkot/Kab dengan kapasitas fiskal rendah dan 50% untuk Pemkot/kab dengan fiskal sedang, tinggi dan sangat tinggi.

•Menilai apakah rancangan pembentukan LKM dan PJM Pronangkis perlu diperbaiki. •Menetapkan bilamana proses

pemilihan LKM dan sosialisasi perlu diperbaiki.

Komponen II:

LKM menyediakan layanan yang terbaik untuk masyarakat miskin

•Jumlah dari setiap prasarana, ekonomi dan sosial diselesaikan di 80 % kelurahan •Min 70% dari prasarana memiliki kwalitas

baik

•Min 90% kelurahan dengan program dana bergulir memiliki pinjaman beresiko (LAR) > `3d 3 bulan < 10 %

•Min 90% kelurahan dengan program dana bergulir memiliki pendapatan rasio pendapatan dan biaya > 125%

•Min 90% kelurahan dengan dana bergulir dengan tingkat pengembalian modal tahunan > 10%

•Min 30% anggota KSM adalah perempuan

Menentukan apakah dibutuhkan tambahan bantuan teknik di bidang tertentu.

Komponen III: Konsultan

menyediakan bantuan teknik dan dukungan dalam pelaksanaan proyek.

• 90% KMW menyediakan data secara akurat dan tepat waktu melalui SIM

• 70% LKM telah meyelesaikan Audit keuangan tahunan

•Menilai apakah bantuan teknik dan dukungan pelaksanaan perlu diperbaiki/ditingkatkan

(21)

2.2.7. Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.

Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:

 Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan

sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.

 Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial,

ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.

 Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai.

(22)

Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori , yaitu Kemiskinan absolut dan Kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada satu set standard yang konsisten, tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat atau negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yg cukup menopang kebutuhan tubuh manusia ( kira - kira 2000 - 2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa).

Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dengan pendapatan dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari, dengan batasan ini maka diperkiraan pada 2001 1,1 miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari $1/hari dan 2,7 miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari $2/hari. Proporsi penduduk negara berkembang yang hidup dalam Kemiskinan ekstrem telah turun dari 28 % pada 1990 menjadi 21 % pada 2001. Melihat pada periode 1981 - 2001, persentase dari penduduk dunia yang hidup dibawah garis kemiskinan $1 dolar/hari telah berkurang separuh. Tetapi, nilai dari $1 juga mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut.

Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di negara bekembang, ada bukti tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan dalam pengertian ini keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin. Untuk menghindari stigma ini, negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara berkembang.

(23)

 Penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai

akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin.

 Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan

keluarga.

 Penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan

dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar

 Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang

lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi

 Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan

merupakan hasil dari struktur sosial.

A. Jenis - jenis Kemiskinan

Besarnya kemiskinan dapat diukur dengan atau tanpa mengacu kepada garis kemiskinan. Konsep yang mengacu kepada garis kemiskinan disebut kemiskinan relatif, sedangkan konsep yang pengukurannya tidak didasarkan pada garis kemiskinan disebut kemiskinan absolute:

1) Kemiskinan relatif adalah suatu ukuran mengenai kesenjangan di dalam distribusi pendapatan, biasanya dapat didefinisikan didalam kaitannya dengan tingkat rata-rata dari distribusi yang dimaksud.

(24)

B. Faktor - faktor penyebab kemiskinan

Tidak sulit mencari faktor penyebab kemiskinan, tetapi dari faktor-faktor tersebut sangat sulit memastikan mana yang merupakan penyebab sebenarnya serta mana yang berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap perubahan kemiskinan.

C. Kebijakan Kemiskinan

Untuk menghilangkan atau mengurangi kemiskinan di tanah air diperlukan suatu strategi dan bentuk intervensi yang tepat, dalam arti cost effectiveness-nya tinggi.

Ada tiga pilar utama strategi pengurangan kemiskinan, yakni : 1. Pertumuhan ekonomi yang berkelanjutan dan yang prokemiskinan 2. Pemerintahan yang baik (good governance)

3. Pembangunan social

Untuk mendukung strategi tersebut diperlukan intervensi-intervensi pemerintah yang sesuai dengan sasaran atau tujuan yang bila di bagi menurut waktu yaitu :

a. Intervensi jangka pendek, terutama pembangunan sektor pertanian dan ekonomi perdesaan

b. Intervensi jangka menengah dan panjang  Pembangunan sektor swasta

(25)

 Pendidikan dan Kesehatan

 Penyediaan air bersih dan Pembangunan perkotaan

Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpendapatan rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang berada di bawah garis kemiskinan (poverty line) merupakan dua masalah besar di banyak negara - negara berkembang, tidak terkecuali di Indonesia.

(26)

Penyebab tingkat 4 atau gejala kemiskinan

Penyebab tingkat 3

Penyebab Tingkat 2

Penyebab Tingkat 1

Gambar 2.2.7

Program PNPM Mandiri Perkotaan Memahami Tentang Kemiskinan KEMISKINAN

Tidak memiliki akses ke sistem politik yang akomodatif dominasi elite dll.

Tidak memiliki akses ke lingkungan permukiman yang layak.

Pencemaran dan kerusakan alam, permukiman kumuh, tinggal dikawasan Ilegal, tidak berorientasipada pembangunan yang berkelanjutan dsb.

Rendahnya Kapital Sosial

Kehidupan Sosial yang segregatif,pudarnya

Tidak memiliki Akses Ke peluang & sumber daya ekonomi

Tidak ada kesempatan, keterampilan rendah, masih sulit akses ke sumber daya kunci dan permodalan, tidak membangun jiwa kewirausahaan.

Kebijakan dan Keputusan – Keputusan yang Tidak Adil

Institusi Pengambilan Keputusan Tidak Mampu Menerapkan Nilai – Nilai luhur

(27)

Tujuan Pembangunan Milenium sejumlah target yang ditetapkan untuk beberapa dimensi utama kelaparan kemiskinan, akses ke air minum, penghasilan harian, kematian ibu, pendidikan dan berbagai prioritas atau lainnya (UN GA, 2000 : Bank Dunia, 2005). Program dilaksanakan berdasarkan kerangka acuan yang menjelaskan antara lain pendekatan dan metodologi pelaksanaan, menguraikan secara ringkas berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka mendukung implementasi program yang bersangkutan, indikator-indikator keberhasilan program, serta penanggungjawabnya.

2.2.7.1. Mengentaskan Kemiskinan Ekstrim dan Kelaparan

Pada tingkat nasional, dengan usaha yang lebih keras, indonesia akan dapat mengurangi kemiskinan dan kelaparan hingga setengahnya pada tahun 2015. Meskipun begitu, masih terdapat perbedaan antara daerah kaya dan miskin. Banyak daerah miskin di perdesaan, terutama wilayah timur indonesia yang memerlukan kerja keras untuk mencapai target menggurangi kemiskinan dan kelaparan.

2.2.7.2. Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua

Pemerintah indonesia berkomitmen untuk memenuhi target ini dengan merancang program wajib belajar 9 tahun. Program wajib belajar 9 tahun berfokus pada peningkatan akses dan memperluas kesempatan belajar kepada seluruh anak usia sekolah, terutama yang berada di daerah miskin dan daerah perdalaman. 2.2.7.3. Mendukung kesetaraan gender dan memperdayakan perempuan

(28)

perempuan merupakan langkah untuk mencapai tujuan MDG’s termasuk juga peningkatan keterwakilan perempuan dalam aspek politik dan ekonomi.

Meskipun Pasal 27 UUD 1945 menjamin kesetaraan hak bagi seluruh Indonesia laki – laki dan perempuan, cukup banyak ditemukan praktek – praktek yang justru mendiskriminasikan dan memicu terjadinya ketersenjangan, terutama di tingkat daerah. Hal ini mencakup implementasi peraturan daerah yang mengadung dualisme yang tidak sesuai dengan UUD 45.

2.2.7.4. Menguranggi tingkat kematian anak

Program ini merupakan bagian dari visi anak indonesia 2015 sebuah gerakan yang melibatkan masyarakat dari mulai pemerintah, sektor swasta, hingga akademisi dan balita. UU Nomor 23 tentang perlindungan anak menyatakan bahwa setiap anak memiliki hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan keamanan sosial menurut kebutuhan fisik, psikis dan sosial mereka.

Sepertiga kematian bayi di indonesia terjadi pada bulan pertama setelah kelahiran, 80% diantaranya terjadi pada minggu pertama. Penyebab utama kematian adalah infeksi pernafasan akut, komplikasi kelahiran dan diare selain penyebab utama beberapa penyakit menular seperti infeksi radang selaput otak (meningtis), typus dan encephalitis juga sering menjadi penyebab kematian bayi. Target MDG’s adalah untuk meningkatkan propesi kelahiran yang dibantu tenaga terlatih, sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku masyarakat untuk lebih aktif mencari pelayanan kesehatan terutama untuk anak dan

2.2.7.5 Meningkatkan Kesehatan Ibu

(29)

ibu karena komplikasi sewaktu melahirkan dan selama kehamilan. Tingkat kematian ibu dihitung berdasarkan jumlah kematian setiap 100.000 kelahiran.

2.2.7.6 Menguranggi penyakit HIV / AIDS dan penyakit menular lainnya. Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 2007, jumlah penderitanya terus meningkat. Hingga maret 2007 hampir 8.988 kasus AIDS dan 5.640 HIV yang dilaporkan. Diperkirakan lebih satu juta masyarakat indonesia akan terinfeksi pada tahun 2010.

2.2.7.7 Memastiakan kelestarian lingkungan

Mengurangi hingga setengahnya proposi masyarakat indonesia yang tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman dan sanitasi dasar. Kualitas air yang sampai ke masyarakat dan didistribusikan oleh PDAM ternyata tidak memenuhi prasyrat air minum yang aman yang dikeluarkan oleh departemen kesehatan. Hal ini disebabkan oleh kualitas jaringan distribusi dan perawatan yang kemudian menyebabkan terjadinya kontaminasi.

Berdasarkan data terakhir yang tersedia, akses masyarakat secara umum terhadap fasilitas sanitasi adalah 68%. Akan tetapi, tampak sanitasi tidak menjadi prioritas utama pembangunan, baik tingkat nasional, regional, badan legislatif maupun sektor swasta. Hal ini tampak dari relatif kecilnya anggaran yang di sediakan untuk sanitasi.

2.2.7.8 Mengembangkan kemitraan untuk pembangunan

(30)

2.2.8 Indeks Fiskal Dan Kemiskinan Daerah

Indeks Ruang Fiskal =

KFD riil Per kapita Nasional

KFD riil Per kapita

Indeks Persentase penduduk Miskin Daerah =

(IPPMD) Indeks kemiskinan Manusia Nasional Indeks kemiskinan Manusia

Indeks Kemiskinan Manusia (IKM) dihitung dari 5 variabel berikut: • Probability meninggal sebelum umur 40

• Angka melek huruf

• Penduduk tanpa akses pada air bersih • Penduduk tanpa akses ke sarana kesehatan • Balita kurang gizi

2.2.9 Prinsip - Prinsip Pendanaan Urusan Bersama Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Prinsip - prinsip pendanaan urusan bersama sesuai Perpres15/2010 dan PMK 168/2009 :

• Pendanaan program/kegiatan urusan bersama untuk penanggulangan

kemiskinan bersumber dari APBN (DUB) dan APBD (DDUB).

• Pendanaan Urusan Bersama untuk Penanggulangan Kemiskinan

disalurkan dalam bentuk Bantuan Langsung Masyarakat (BLM).

• Pendanaan Urusan Bersama mempertimbangkan kemampuan keuangan

(31)

• Penerapan Indeks Fiskal dan Kemiskinan Daerah (IFKD) dalam

pendanaan urusan bersama bertujuan agar pengalokasian APBN dilakukan secara proporsional, tidak terkonsentrasi pada daerah tertentu serta transparan dan akuntabel.

• Persentase besaran APBD ditetapkan oleh TNP2K dengan

mempertimbangkan Indeks Fiskal dan Kemiskinan Daerah (IFKD)

KP KD DK TP UB

Gambar 2.2.9

Pasal 3 PMK No.168/PMK.07/2009

Sumber Pendanaan Urusan Bersama Keterangan :

KP : Kantor Pusat KD : Kantor Daerah DK : Dekonsentrasi TB : Tugas Pembantu UB : Usaha Bersama

APBN APBD

Anggaran K/L (RKA - KL)

Anggaran SKPD (RKA –SKPD)

DANA URUSAN BERSAMA

PROGRAM PNPM PERKOTAAN DAN PERDESAAN BANTUAN LANSUNG MASYARAKAT (BLM)

Dana Daerah Untuk Urusan Bersama

(32)

2.2.9.1 Belanja Negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

Sebagaimana diamanatkan Pasal 11 ayat (4) Undang - Undang Nomor 17 Tahun 2003, belanja negara dalam APBN digunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan pusat dan pelaksanaan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah. Jadi, dalam hal ini terdapat 2 (dua) jenis pengeluaran pemerintah, yaitu belanja pemerintah dan pengeluaran transfer. Pengeluaran dalam bentuk belanja untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan tersebut menurut ketentuan peraturan perundangan-undangan diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja. Khusus untuk keperluan pengendalian manajemen, klasifikasi yang mudah untuk dilakukan pengendalian sejak perencanaan penganggaran, pelaksanaan, dan pertanggungjawabannya adalah klasifikasi menurut ekonomi atau jenis belanja, yaitu:

• Belanja Operasi: terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, bunga, subsidi, hibah, dan bantuan sosial.

• Belanja Modal: terdiri dari belanja tanah, belanja peralatan dan mesin, belanja gedung dan bangunan, belanja jalan, irigasi, dan jaringan, dan belanja aset tetap lainnya

• Belanja Lain-lain/Tidak Terduga • Transfer

(33)

2.1.9.2 Belanja Daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Untuk pemerintahan daerah, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 yang kemudian dijabarkan dalam Permendagri 13 Tahun 2006, belanja diklasifikasikan berdasarkan jenis belanja sebagai belanja tidak langsung dan belanja langsung. Kelompok belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. .

2.1.9.3 Hibah Dan Bantuan Sosial a. Hibah

Hibah adalah pengeluaran pemerintah dalam bentuk uang, barang atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus.

b. Bantuan Sosial

(34)

2.2.10. Karakteristik Pendanaan Urusan Bersama

Kateristik pendanaan urusan bersama APBN dan APBD dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Karakteristik Program Penanggulangan Kemiskinan

• Disepakati sebagai urusan bersama Pusat danDaerah (diatur dengan Perpres 13/2009)

• Mensyaratkan CostSharing dari daerah (APBD) dalam bentuk Dana Pendamping

• Diikat dalam naskah perjanjian/kesepahaman

Kondisi yang lalu Kondisi yang diharapkan

• Dialokasikan melalui mekanisme Dekon/TP

• Dekon/TP tidak mensyaratkan dana pendamping (PP 7/2008)

• Dasar perencanaan lokasi dan alokasi, serta penentuan besaran Dana Pendamping belum diatur

dalam peraturan perundang-undangan

• Tidak menggunakan mekanisme Dekon/TP - melainkan pola urusan bersama Pusat dan daerah

• Dasar perencanaan lokasi dan alokasi, serta penentuan besaran Dana Pendamping diatur dalam peraturan perundang-undangan sebagai wujud transparansi & akuntabilitas

Gambar 2.2.10

Karakteristik Pendanaan Urusan Bersama

Sumber : PMK 168/07/2009

2.1.11. Dasar Hukum Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah dalam Penanggulangan Kemiskinan

Pada prinsipnya dasar Hukum Penanggulangan Kemiskinan adalah :

1. Perpres 13 Tahun 2009 tentang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan 2. Perpres 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

(35)

3. PMK 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman Pendanaan Urusan Bersama Pusat Dan Daerah untuk Penanggulangan Kemiskinan

• Menyediakan legal aspek dalam hal penyediaan dana pendamping APBD

oleh daerah

• Hanya diperuntukkan terhadap PNPM Mandiri Perkotaan dan Pedesaan

• Menyediakan pedoman pengelolaan dana urusan bersama bagi K/L dan

SKPD agar dapat melaksanakan, mencairkan (penyaluran), melaporkan dan mempertanggung - jawabkan dana untuk PNPM Mandiri Perkotaan

dan Perdesaan

4. PMK tentang Indeks Fiskal dan Kemiskinan Daerah

• Digunakan sebagai indikator umum dalam pengalokasian APBN dan

sebagai bahan masukan dalam penetapan persentase APBD per daerah

• PMK 61/PMK.07/2010 tentang IFKD untuk Perencanaan UB T.A. 2011

Gambar

Tabel 2.1.Theoritical Mapping
Tabel 2.2.2
Gambar 2.2.2
Tabel 2.2.6 Indikator Keberhasilan PNPM Mandiri  Perkotaan
+4

Referensi

Dokumen terkait

• Bila Anda membawa peserta Go Star Camp lebih dari 2 orang, maka pihak Hotel akan mengenakan biaya tambahan sesuai dengan harga yang berlaku di hotel untuk makan pagi, siang ,

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan di SMAS Taman Mulia Sungai Raya, penggunaan metode mengajar guru pada mata pelajaran sosiologi masih

Kemenkes, 2011, Rumah Sakit Rujukan Bagi Orang dengan HIV dan AIDS (ODHA), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direkrorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa ciri-ciri peta konsep mempunyai 4 (empat) ciri, yakni peta konsep adalah bentuk dari konsep-konsep atau preposisi-preposisi

3 Wayang gedhog adalah wayang dengan dasar lakon cerita Panji, tata susun pergelarannya sama dengan wayang purwa (wayang dengan dasar lakon Mahabharata atau Ramayana), tetapi

Menurut Ulum (2019), untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat, Universitas Nurul Jadid terlebih dahulu melakukan perencanaan yang matang tentang materi yang

Tunadaksa pengguna kursi roda dan pengguna kruk mudah menggunakan ramp yang ada di semua pintu masuk karena ketinggian ramp yang nyaman digunakan walaupun

Filsafat Ibnu Rusyd ada dua, yaitu filsafat Ibnu Rusyd seperti yang dipahami oleh orang Eropa pada abad pertengahan dan filsafat Ibnu Rusyd tentang akidah dan