• Tidak ada hasil yang ditemukan

faktor yang mempengaruhi perkembangan in

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "faktor yang mempengaruhi perkembangan in"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN INDIVIDU

Sebelum lebih jauh, perlu dipahami perbedaan dan persamaan antara, perkembangan dan pertumbuhan. Dalam Santrock (2011, hal. 6) menjelaskan bahwa perkembangan merupakan suatu pola perubahan yang dimulai sejak masa konsepsi dan proses ini berlangsung sepanjang hayat manusia. Perubahan ini meliputi aspek biologis/fisik, kognitif, dan sosioemosional. Sedangkan pertumbuhan, menurut Sunarto dan Agung (2008, 34) banyak orang yang menggunakan istilah pertumbuhan dan perkembangan secara bergantian. Pada dasarnya kedua proses ini berlangsung secara interdependensi, yang artinya saling bergantung dan tidak bisa dipisahkan dalam bentuk terpilah berdiri senderi. Pertumbuhan sendiri berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan strutur biologis. Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat, dalam perjalanan aktu tertentu. Pertumbuhan juga bisa dikatakan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik yang herediter, dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan seorang indovidu. Syamsu Yusuf, dan Juntika (hal 172-195) menyebutkan setidaknya ada 3 hal yang mmepengaruhi perkembangan individu, yaitu 1) hederitas, 2) lingkungan, dan 3) kematangan.

Setiap individu dilahirkan ke dunia ini membawa hereditas tertentu. Ini berarti bahwa karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan dari pihak orang tuanya. Karakteristik tersebut menyangkut fisik (seperti: struktur tubuh, warna kulit, dan bentuk rambut) dan psikis atau sifat-sifat mental (seperti: emosi, kecerdasan, dan bakat).

(2)

hereditas dan lingkungan yang mempengaruhinya. Lingkungan merupakan faktor penting disamping hereditas yang menentukan perkembangan individu. Lingkungan itu meliputi fisik, psikis, sosial, dan religius.

a. Hereditas (Keturunan )

Hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai “totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anaknya, atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi (masa pembuahan ovum oleh sperma) sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen.”

Yang diturunkan orang tua kepada anak adalah sifat strukturnya, bukan tingkah laku yang diperoleh (hasil belajar atau pengalaman). Penurunan sifat-sifat dari satu generasi ke generasi berikutnya adalah melalui prinsip-prinsip berikut:

1) Reproduksi, yaitu bahwa penurunan sifat itu hanya berlangsung dengan melalui sel benih.

2) Konformitas, yaitu proses penurunan sifat itu mengikuti pola dari jenis (spesies) generasi sebelumnya, misalnya manusia menurunkan sifat-sifat manusia pada anaknya.

3) Variasi, yaitu bahwa proses penurunan sifat-sifat itu akan terjadi beraneka (bervariasi). Antara kakak dengan adik akan terdapat perbedaan, meskipun berasal dari orang tua yang sama.

4) Regresi filial, yaitu bahwa penurunan sifat atau ciri-ciri itu cenderung ke arah rata-rata.

b. Lingkungan

(3)

Urie Bronfrenbrenner & Ann Crouter (Sigelman & Shaffer, 1995:86) mengemukakan bahwa lingkungan perkembangan merupakan “berbagai peristiwa, situasi atau kondisi di luar organisme yang diduga mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perkembangan ndividu”. Lingkungan ini terdiri atas:

(a) Fisik, yaitu meliputi segala sesuatu dari molekul yang ada sekitar janin sampai sebelum lahir.

(b) Sosial, yaitu meliputi seluruh manusia yang secara potensial mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perkembangan individu.

Selanjutnya Urie Bronfrenbrenner (Sigelman & Shaffer, 1995: 87-88; Vasta, Haith & Miller, 1992: 54-56) mengemukakan tentang lapisan lingkungan, yaitu sebagai berikut:

a) Microsystem, merupakan lingkungan yang paling dekat kepada individu, seperti keluarga, sekolah, dan kelompok teman sebaya. Lapisan ini terdiri dari lingkunag fisik dan orang (seperti menyangkut status sosial ekonomi dan latar belakang pendidikan orang tua).

b) Mesosystem, merujuk kepada hubungan antar microsystem, seperti hubungan orang tua dengan guru, dan hubungan saudara dengan teman tetangga.

c) Exosystem, seperti tempat kerja orang tua, dan lembaga-lembaga kemasyarakatan.

d) Macrosystem, yaitu lingkungan dalam konteks kebudayaan yang lebih luas, seperti menyangkut keyakinan atau sistem kepercayaan, sikap-sikap, dan tradisi.

Lingkungan perkembangan yang akan dibahas berikut adalah menyangkut lingkungan keluarga, sekolah dan kelompok sebaya.

1) Lingkungan Keluarga

(4)

Agama memberikan petunjuk tentang tugas dan fungsi orang tua dalam merawat dan mendidik anak, agar dalam hidupnya berada dalam jalan yang benar, sehingga terhindar dari malapeaka kehidupan, baik di dunia maupun di akhirat kelak (kandungan QS Attahrim: 6). Rasulullah SAW dalam salah satu haditsnya bersabda “setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (tauhiidullah), karena orang tuanyalah anak itu menjadi yahudi, nasrani, dan majusi” (HR. Bukhori & Muslim, dalam Panitia Mudzakarah Ulama, 1988).

Berkenaan dengan peran orang tua dalam mendidik anak, Imam Al- Ghazali dalam kitab Ikhtisar Ihya Ulumuddin terjemahan Mochtar Rasjidi dan Mochtar Jahja (1966: 189) mengemukakan bahwa anak merupakan amanat bagi orang tuanya, dia masih suci laksana permata, baik atau buruknya pendidikan yang diberikan kepadanya.

2) Lingkungan Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematik melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial.

Mengenai peranan sekolah dalam mengembangkan kepribadian anak, Hurlock (1986: 322) mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak (siswa), baik dalam cara berfikir, bersikap, maupun cara berprilaku.sekolah berperan sebagai substitusi keluarga, dan guru substitusi orang tua. Ada beberapa alasan, mengapa sekolah memainkan peranan yang berarti bagi perkembangan kepribadian anak, yaitu:

· Para sisiwa harus hadir di sekolah.

· Sekolah memberikan pengaruh kepada anak secara dini, seiring dengan masa perkembangan “konsep diri” nya.

· Anak-anak banyak menghabiskan waktunya di sekolah dari pada di tempat lain di luar rumah.

(5)

Menurut Havighurst (1961: 5) sekolah mempunyai peranan atau tanggung jawab penting dalam membantu para siswa mencapai tugas perkembangannya. Sehubungan dengan hal itu, sekolah seyogianya berupaya untuk menciptakan iklim yang kondusif, atau kondisi yang dapat memfasilitasi siswa (yang berusia remaja) untuk mencapai tugas perkembangannya.

Tugas-tugas perkembangan remaja itu menyangkut aspek-aspek kematangan dalam berinteraksi sosial, kematangan personal, kematangan dalam mencapai filsafat hidup, dan kematangan dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

3) Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)

Kolompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial remaja (siswa) mempunyai peranan yang cukup penting bagi perkembangan kepribadiannya. Peranannya itu semakin penting, terutama pada saat terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat pada beberapa dekade terakhir in, yaitu:

· Perubahan struktur keluarga, dari keluarga besar ke keluarga kecil. · Kesenjangan antara generasi muda.

· Ekspansi jaringan komunikasi diantara kawula muda.

· Panjangnya masa atau penundaan memasuki masyarakat orang dewasa. Adapun kepribadian remaja yang berkembang secara menonjol dalam pengalamannya bergaul dengan teman sebaya, adalah sebagai berikut:

a) Sosial kognition: kemampuan untuk memikirkan tentang pikiran, perasaan, motif dan tingkah laku dirinya dan orang lain. Kemampuannya memahami orang lain, memungkinkan remaja untuk lebih mampu menjalin hubungan sosial yang lebih baik dengan teman sebayanya.

b) Konformitas: motif untuk memnjadi sama, sesuai, atau seragam dengan nilai-nilai, kebiasaan, kegemaran (hobi), atau budaya teman sebayanya.berdasarkan survei nasional terhadap remaja di Amerika, ditemukan bahwa remaja memiliki kecenderungan yang kuat untuk menjadi populer dan konformitas (Conger, 1983: 328-329).

(6)

interpersonal diantara remaja pada umumnya adalah adanya kesamaan dalam minat, nilai-nilai, pendapat, dan sifat-sifat kepribadian. Penelitian Kandel (Adam & Gulllota, 1983: 112) menunjukkan bahwa karakteristik persahabatan remaja adalah dipengaruhi oleh kesamaan usia, jenis kelamin, dan ras. Sedangkan di sekolah dipengaruhi oleh kesamaandalam faktor-faktor harapan/ aspirasi pendidikan, nilai (prestasi belajar), absensi dan pengerjaan tugas-tugas atau pekerjaan rumah. Kandel juga menemukan bahwa kesamaan dalam menggunakan obat-obat terlarang (terutama marijuana) merokok, dan minuman kerasmempunyai pengaruh yang kuat dalam pemilihan teman.

Hasil penelitian lainnya dikemukakan oleh Hans Sebald (Sigelman & Shaffer, 1995: 379) yaitu bahwa teman sebaya lebih memberikan pengaruh dalam memilih cara berpakaian, hobi, perkumpulan, dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya.

Peranan kelompok sebaya bagi remaja adalah memberikan kesempatan untuk belajar tentang: (1) bagaimana berinteraksi dengan orang lain, (2) mengontrol tingkah laku sosial, (3) mengembangkan keterampilan, dan minat yang relevan dengan usianya, dan (4) saling bertukar perasaan dan masalah.

Pengaruh kelompok teman sebaya terhadap remaja, ternyata berkaitan erat dengan iklim keluarganya. Dalam iklim keluarga yang sehat, remaja cenderung dapat menghindarkan diri dari pengaruh negatif temannya, dibandingkan dengan remaja yang hubungan dengan orang tuanya kurang baik. Judith Brooks dan koleganya menemukan, bahwa hubungan orang tua dengan remaja yang sehat dapat meilndung remaja tersebut dari pengaruh temannya yang tidak sehat (Sigelman & Shaffer, 1995: 380).

Terhadap dua faktor yang diatas (hereditas dan lingkungan), terdapat perbedaan pendapat para ahli, mengenai faktor mana yang paling mempengaruhi perkembangan individu. Perbedaan pendapat itu adalah:

1) Nativisme (pembawaan)

(7)

2) Empirisme (pengalaman)

Tokohnya John Locke (Inggris). Pendapatnya bahwa perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh lingkungan. John Locke, seorang tokoh yang terkenal dengan teorinya “Tabularasa”, yaitu yang menganggap, bahwa anak yang dilahirkan itu bagaikan meja lilin atau kertas putih bersih, yang belum kena coretan apapun.

3) Konvergensi

Tokohnya William Stern (Jerman). Pendapatnya bahwa pembawaan dan lingkkungan merupakan dua faktor yang sama kuat menentukan perkembangan individu.

c. Kematangan

Faktor ketiga yang dipandang mempengaruhi perkembangan individu adalah kematangan. Yang dimaksud dengan kematangan ini adalah “siapnya suatu fungsi kehidupan, baik fisik maupun psikis untuk berkembang dan melakukan tugasnya”. Untuk memudahkan pemahaman mengenai keterkaitan antara ketiga faktor tersebut, dapat dilihat dari formula berikut.

Formula diatas, dapat diterjemahkan sebagai berikut: Person (individu) meruakan hasil (fungsi) dari interaksi antara faktor-faktor Hereditas, Environtment (lingkungan), dan Time/ Maturation (kematangan).

E. Masalah Perkembangan Individu

Setiap individu dilahirkan ke dunia dengan membawa hederitas tertentu. Hal ini berarti bahwa karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan dari pihak orangtuanya. Karakteristik tersebut menyangkut fisik (seperti stuktur tubuh, warna kulit, dan bentuk rambut ) dan psikis atau sifat-sifat mental (seperti emosi, dan kecerdasan).

Herderitas merupakan aspek bawaan dan memiliki potensi untuk berkembang. Seberapa jauh perkembangan individu itu terjadi dan bagaimana

(8)

kualitas perkembangannya, bergantung pada kualitas hereditas dan lingkungan yang mempengaruhinya. Lingkungan (environment) merupakan faktor penting disamping hereditas yang menentukan perkembangan individu.

Perkembangan dapat berhasil dengan baik, jika faktor-faktor tersebut saling melengkapi. Untuk mencapai perkembangan yang baik harus ada asuhan terarah. Asuhan dalam perkembangan dengan melalui proses belajar sering disebut pendidikan.

Pendidikan sebagai salah satu bentuk lingkungan, bertanggung jawab dalam memberikan asuhan terhadap proses perkembangan individu. Bimbingan dan konseling sebagai komponen pendidikan merupakan pemberian layanan bantuan kepada individu dalam upaya mengembangkan potensi diri atau tugas-tugas perkembanganya (developmental task ) secara optimal.

Tugas-tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul pada priode tertentu dalam rentang kehidupan individu apabila berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas perkembangan berikutnya. Apabila gagal, maka akan menimbulkan penolakan masyarakat dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas perkembangan berikutnya ( Havighurst, 1961).

Tugas-tugas perkembangan ini berkaitan dengan sikap prilaku atau ketrampilan yang seyogiyanya dimiliki oleh individu sesuai dengan usia atau fase perkembanganya. Hurlock (1981) mengemukakan bahwa tugas-tugas perkembangan merupakan social expectation (harapan sosial masyarakat). Dalam arti setiap kelompok budaya mengharapkan para anggota menguasai keterampilan tertentu yang penting dan memperoleh pola perilaku yang di setujui bagi berbagai usia sepanjang rentang kehidupan.

Munculnya tugas-tugas perkembangan bersumber pada faktor-faktor berikut: a. Kematangan fisik, misalnya (1) belajar berjalan karena kematangan otot-otot kaki, dan (2) belajar bergaul dengan jenis kelamin yang berbeda pada masa remaja ,karena kematangan hormon seksual

(9)

c. Tuntutan dari Dorongan dan cita-cita individu itu sendiri,misalnya (1) memilih pekerjaan,dan (2) memilih tempat hidup.

d. Tuntutan norma agama ,misalnya(1) taat beribadah kepada Allah, dan(2) berbuat baik kepada sesama manusia.

Tugas-tugas perkembangan dalam rentang kehidupan individu dapan diuraukan sebagai brikut:

a. Tugas Perkembangan Usia Bayi dan Kanak-kanak (0 – 6 tahun) 1) Berjalan berjalan.

2) Belajar memakan makanan padat. 3) Belajar berbicara.

4) Belajar buang air kecil dan buang air besar (toilet training). 5) Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin.

6) Mencapai kestabilan jasmaniyah fisiologis.

7) Belajar memahami konsep-konsep sederhana temtang kehidupan sosial dan alam.

8) Belajar melakukan hubungan emosional dengan orangtua, saudara, dan orang lain.

9) Belajar mengenl konsep baik dan buruk ( mengembangkan kata hati). 10) Mengenal konsep, norma atau ajaran agama secara sederhana.

b. Tugas Perkembangan Usia Sekolah Dasar (7 – 12 tahun)

1) Belajar memproleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan. 2) Belajar membentuk sikap positif, yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai mahluk biologis (dapat merawat keberhasilan dan kesehatan diri ).

3) Belajar bergaul dengan teman sebaya.

4) Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.

5) Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung. 6) Belajar mengembangkan konsep (agama, ilu pengetahuan adat istiadat) sehari-hari.

(10)

8) Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi (bersikap mandiri).

9) Belajar mengembangkan sikap positif terhadap kehidupan sosial. 10) Mengenal dan mengamalkan ajaran agama sehari-hari.

c. Tugas Perkembangan Usia Remaja (13 – 19 tahun) 1) Menerima fisiknya sendiri beikut keragaman kualitasnya.

2) Mencapai kenandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang mempunyai otoritas (mengembangkan sikap respek terhadap orangtua dan orang lain tampa tergantung padanya).

3) Mengembangkan ketrampilan komunikasi imtrpesonal.

4) Mampu bergaul dengan teman sebaya atau orang lain secara wajar. 5) Menemukan manusia model yang dijaikan pusat idetifikasinya.

6) Memerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadp kemampun sendiri.

7) Memperoleh self – control (kemampuan mengendalaikan sendiri) atas dasar sekala nilai, prinip-prinsip atau falsafah hidup.

8) Mampu meninggalkan reaksi dan penyesualan diri (sikap dan prilaku) yang kekanak –kanakan.

9) Bertingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.

10) Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga negara.

11) Memilih dan mempwrsiapakn karir (pekejaan).

12) Memiliki sikap positif terhadap sikap pernikahan dan hihup berumah tangga.

13) Mengamalkan ajaran agma yang dianutnya.

d. Tugas Perkembangan Usia Dewasa Awal (20 – 40 tahun)

1) Mengembangkan sikap, wawasan dan pengamalan niai-nilai (ajaran) agama. 2) Memperoleh atau memasuki pekerjaan.

(11)

4) Mulai memasuki masa pernikahan. 5) Mengasuh, merawat anak.

6) Mengelola hidup rumah tangga. 7) Memperoleh kemantapan karir.

8) Mengambil tanggungjawab dalam peranan sosial. 9) Mencari kelompok sosial yang menyenangkan.

e. Tugas perkembangan usia dewasa madya (40-60 tahun) 1) Memantapkan pemahaman tentang nilai agama.

2) Mencapai tanggungjawab sosial sebagai warga Negara. 3) Membantu anak dalam kehidupannya.

4) Menyesuaikan diri dengan perubahan fisik yang dialami. 5) Memantapkan keharmonisan rumah tangga.

6) Mempertahankan prestasi karir.

7) Memantapkan peranan sebagai orang dewasa.

f. Tugas perkembangan usia dewasa akhir (60 tahun-akhir hidup) 1) Lebih memantapkan diri dan mengalamkan ajaran agama. 2) Menyesuaikan dengan keadaan fisik yang jauh berubah. 3) Menyesuaikan diri dengan masa pensiun.

4) Menyiapkan mental jika ditinggalkan pasangan. 5) Membentuk hubungan lain dengn orang seusia.

6) Memantapkan hubungan harmonis dengan anggota keluarga baru dan yang lebih besar (menantu, cucu)

Dalam mencapai tugas perkambangan ini, tidak sedikit yang mengalami kegagalan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan tersebut antara lain:

1) Tidak ada bimbingan tentang perkembangan individu yang harus dicapai. 2) Kuraung memiliki motivasi untuk mencapai perkembangan individu tersebut. 3) Mengalami kekurangan fisik.

(12)

5) Lingkungan yang kurang mendukung.

Kegagalan tersebut akan menimbulkan suatu perikalu menyimpang (deliquency). Penyimpangan tersebut akan bervariasi sesuai dengan masa perkembangannya.

Sumber:

Hurlock, Elizabeth B. 2002. Psikologi Perkembangan (terjemahan: Development Psycology). Erlangga

Santrock, John W. 2011. Child Development, Thirtenth Edition. Mc Graw Hill Sunarto, Prof, Dr, H & B. Agung Hartono, Dra. Ny. 2008. Perkembangan

Peserta Didik. Rineka

(13)

LANDASAN PSIKOLOGIS: FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN INDIVIDU DAN

MASALAH PERKEBANGAN INDIVIDU

Tugas Mata Kuliah Landasan BK

Dosen pengampu: Prof. Dr. Syamsu Yusuf L N, M.Pd

Oleh:

Alfiandy Warih Handoyo NIM. 1402080 Nur Azmi Wianita NIM. 1402454

Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan analisa energi dan eksergi komponen-komponen yang mengalami kerugian kalor pada sistem turbin gas, sehingga nantinya dapat

Gambaran dan fakta-fakta tersebut di atas, sejak pertengahan tahun 2008 ketegangan dan kecemasan terjadi di mana-mana, investor besar di pasar modal seperti Dana Pensiun, Asuransi,

Demikian kami sampaikan untuk dilaksanakan sebaik- baiknya, atas perhatiannya disampaikan

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

Umat itu dengan sendirinya mempunyai sifat-sifat ma’mum, iaitu terpimpin, oleh imam tertinggi, iaitu Rasul Allah s.a.w.; perjalanan hidup umat itu adalah bersyariat,

Luaran dari penelitian yang dilakukan adalah artikel ilmiah dengan gambaran nyata mengenai pengaruh pola tidur terhadap prestasi Mahasiswa di

Banyaknya garis yang dapat dibuat dari 8 titik yang tersedia, dengan tidak ada 3 titik yang segaris adalah …

Menghitung Energi yang digunakan pada Proses Elektrolisis 9.1 Untuk Arus 5