• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Sumber Daya Air Sungai untuk Pen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Potensi Sumber Daya Air Sungai untuk Pen"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR SEMESTER

HIDROLOGI

Disusun Oleh :

Rizki Purnama Sari

3336130879

JURUSAN TEKNIK SIPIL - FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

CILEGON - BANTEN

(2)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL...…..i DAFTAR ISI...….ii BAB I PENDAHULUAN

A. Landasan Teori ...3

BAB II PEMBAHASAN

A. Potensi Sumber Daya Air Sungai Untuk Pengairan...8 B. Permasalahan Sumber Daya Air Sungai Untuk Pengairan...10 C. Upaya Konservasi Air Sungai...17

BAB II PENUTUP

A. Kesimpulan ...18 B. Saran ...18

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Landasan Teori

Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat.1 Air adalah senyawa yang penting bagi

semua bentuk kehidupan dan air menutupi hampir 71% permukaan Bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di Bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut.

Air merupakan kebutuhan utama bagi kehidupan manusia, untuk memenuhi kelangsungan hidup, manusia harus memenuhi kebutuhannya, terutama pada kebutuhan sandang yang dihasilkan dari pertanian, dan hal tersebut erat kaitannya dengan jumlah air yang dibutuhkan. maka seiring dengan kebutuhan air yang berkesinambungan, sumber air untuk pengairan khususnya dibidang pertanian mulai meluas hingga menggunakan air sungai. Bahkan pada saat ini telah dibangun berbagai sarana irigasi untuk mempermudah dan menjamin penyaluran ataupun ketersediaan air, melalui pembangunan saluran-saluran irigasi dan waduk.

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia, maka terjadi peningkatan pula pada kebutuhan air disegala aspek kehidupan, terutama dalam bidang pengairan untuk lahan pertanian, banyak dilakukan pembukaan areal persawahan dan perkebunan baru. Dengan semakin besarnya kebutuhan pangan, maka akan

(4)

semakin banyak pula air yang diperlukan untuk pengairan pada areal perkebunan maupun areal pesawahan. maka pengelolaan air harus dilakukan dengan seefektif mungkin.

Pengelolaan sumber daya air di Indonesia diatur dalam UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (UUSDA) yang merupakan revisi terhadap UU No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan. Pemanfaatan sumber daya air dapat dilakukan hampir pada semua lini kehidupan manusia baik untuk keperluan hidup sehari-hari maupun untuk usaha yang menggunakan bahan dasar air atau sebagai penunjang, termasuk usaha di bidang pertanian. Pada Pasal 41 UUSDA disebutkan bahwa pemenuhan air baku untuk pertanian dilakukan dengan pengembangan sistem irigasi. Menurut Grigg sebagaimana yang dikutip dalam Kodoatie, pengelolaan sumber daya air adalah aplikasi dari cara structural dan non struktural untuk mengendalikan sistem sumber daya air alam dan buatan manusia untuk kepentingan/manfaat manusia dalam tujuan-tujuan lingkungan.2

Pengelolaan sumber daya air yang kurang baik dapat menyebakan kekurangan air dan dapat pula terjadi pencemaran. Salah satu peraturan pelaksanaan undang-undang ini adalah Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai. Peraturan pemerintah ini mengatur mengenai ruang sungai, pengelolaan sungai, perizinan, sistem informasi, dan pemberdayaan masyarakat. UUSDA berkaitan erat dengan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (selanjutnya disebut UUPPLH).

Salah satu wilayah di Indonesia dengan jumlah aliran sungai yang luas adalah Provinsi Banten. Provinsi ini merupakan sebuah provinsi di Pulau Jawa, terletak diantara 5º7'50"-7º1'11" Lintang Selatan dan 105º1'11"-106º7'12" Bujur Timur, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2000 luas wilayah Banten adalah 9.160,70 km². Provinsi Banten terdiri dari 4 kota, 4 kabupaten, 154 kecamatan, 262 kelurahan dan 1.273 desa.

(5)

Provinsi banten merupakan salah satu penghasil pangan dan lumbung padi dengan hasil pertanian yang cukup besar. Keadaan tersebut didukung oleh potensi air (sungai) dan kondisi tanah di wilayah banten sangat mendukung untuk pengelolan pertanian dan ketahanan pangan. Adanya usaha pertanian tersebut tentunya memerlukan air untuk pengairan tanaman, hingga saat ini air sungai merupakan penyumbang utama kebutuhan air untuk pengairan tanaman, khususnya didaerah pesawahan. Untuk menjamin ketersediaan air untuk pengairan secara berkesinambungan, diperlukan suatu perhitungan dan elevasi potensi dan kebutuhannya.

Kondisi air di Provinsi Banten, khususnya sungai saat ini sangat menghawatirkan sehingga dapat berdampak kepada penurunan hasil pertanian dan akan mengganggu ketahanan pangan. Dari tujuh sungai besar yang ada di Banten, tiga sungai sudah tercemar. Pencemaran di tiga sungai tersebut sudah masuk dalam kategori kritis. Tiga sungai itu adalah Sungai Cisadane di Tangerang, Sungai Ciujung dan Sungai Cibanten di Serang. Ketiga sungai tersebut masing-masing sudah tidak bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Karimil Fatah mengungkapkan bahwa penyebab pencemaran di tiga sungai itu beragam, pencemaran sungai Cisadane dan sungai Ciujung disebabkan oleh limbah industri, sedangkan pencemaran sungai Cibanten disebabkan penggalian pasir.

Ditinjau dari segi potensi terhadap suatu negara, fungsi dan manfaat sungai merupakan suatu modal dasar dari pembangunan nasional sesuai Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945, berbunyi : “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.”

(6)

1. DAS Ujung Kulon, meliputi wilayah bagian Barat Kabupaten Pandeglang (Taman Naional Ujung Kulon dan sekitarnya);

2. DAS Cibaliung-Cibareno, meliputi bagian Selatan wilayah Kabupaten Pandeglang dan bagian selatan wilayah Kabupaten Lebak;

3. DAS Ciujung-Cidurian, meliputi bagian Barat wilayah Kabupaten Pandeglang;

4. DAS Rawadano, meliputi sebagian besar wilayah Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang;

5. DAS Teluklada, meliputi bagian Barat wilayah Kabupaten Serang dan Kota Cilegon;

6. DAS Cisadane-Ciliwung, meliputi bagian Timur wilayah Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang.

Daerah aliran sungai (DAS) atau sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan.3 Sungai

mempunyai arti penting bagi kehidupan masyarakat, baik dulu, kini dan masa depan. Manusia tidak dapat lepas dari sungai dengan airnya yang merupakan sumber kehidupan dan penghidupan. Namun demikian sungai dapat juga menjadi sumber malapetaka apabila tidak dijaga kelestariannya. Oleh karena itu, masalah pengelolaan dan pelestarian fungsi sungai sebagai sumber daya air sangat penting dalam pembangunan masa kini dan masa depan.

Menurut Departemen Pekerjaan Umum penanganan permasalahan persungaian di Indonesia sesuai dengan prioritasnya, dibagi dalam 3 golongan yaitu golongan A (Proyek Pengembangan Wilayah Sungai); golongan B (Proyek Pengaturan dan Pengamanan Sungai); dan golongan C (Proyek Perbaikan dan Pengaman Sungai). Untuk sungai-sungai golongan A dan B ditangani langsung oleh Pemerintah Pusat melalui Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Pengairan. Sedangkan sungai-sungai golongan C penanganannya oleh masing-masing provinsi . Berdasarkan penilaian terhadap faktor-faktor yang menentukan kemampuan fungsi lahan disuatu Daerah Aliran Sungai antara lain ditentukan oleh

(7)

kemiringan tanah, jenis tanah menurut kepekaan erosi, intensitas hujan harian rata-rata, dan tujuan khusus (Joetata Hadihardaja, 1990).

Pembangunan pada DAS di dalam perencanaannya perlu memperhatikan masalah kelestarian, keseimbangan dan pemanfaatannya sehingga merupakan pembangunan yang berwawasan lingkungan yang merupakan upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup.

Aspek pemanfaatan sungai untuk memenuhi kepentingan hidup dan perikehidupan antara lain untuk irigasi, tenaga listrik, penyediaan air bersih (water suply), perhubungan dan kelembaban dan suhu udara diatasnya. Kebutuhan akan air, khususnya melalui penggunaan sungai sebagai penggerak pertanian dan perikanan di wilayah banten cukup mendukung upaya terciptanya ketahanan pangan sesuai dengan kebijakan pangan nasional.

(8)

A. Potensi Sumber Daya Air Sungai untuk Pengairan

Provinsi Banten merupakan salah satu penghasil pangan dan lumbung padi dengan hasil pertanian yang cukup besar. Keadaan tersebut didukung oleh potensi air (sungai) dan kondisi tanah di wilayah banten sangat mendukung untuk pengelolan pertanian dan ketahanan pangan. Adanya usaha pertanian tersebut tentunya memerlukan air untuk pengairan tanaman, hingga saat ini air sungai merupakan penyumbang utama kebutuhan air untuk pengairan tanaman, khususnya didaerah pesawahan. Untuk menjamin ketersediaan air untuk pengairan secara berkesinambungan, diperlukan suatu perhitungan dan elevasi potensi dan kebutuhannya.

Berdasarkan Dokumen RPJM Prov. Banten Tahun 2007 – 2012, bahwa pembagian Daerah Aliran Sungai (DAS), Provinsi Banten dibagi menjadi enam DAS, yaitu DAS Ujung Kulon, meliputi wilayah bagian Barat Kabupaten Pandeglang (Taman Naional Ujung Kulon dan sekitarnya); DAS Cibaliung-Cibareno, meliputi bagian Selatan wilayah Kabupaten Pandeglang dan bagian selatan wilayah Kabupaten Lebak; DAS Ciujung-Cidurian, meliputi bagian Barat wilayah Kabupaten Pandeglang; DAS Rawadano, meliputi sebagian besar wilayah Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang; DAS Teluklada, meliputi bagian Barat wilayah Kabupaten Serang dan Kota Cilegon; dan DAS Cisadane-Ciliwung, meliputi bagian Timur wilayah Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang.

(9)

merupakan DAS dengan potensi yang cukup besar, DAS ini mempunyai peranan penting dalam mendukung kegiatan pertanian di Provinsi Banten.

DAS Labuhan Merak terdapat di Provinsi Banten bagian barat yang meliputi Kota Cilegon dan sebagian Kabupaten Pandeglang. Ada tiga sungai yang tercakup dalam DAS ini, yaitu dari yang paling selatan Sungai Ciliman, Cibungur dan yang paling utara Sungai Cidano. Ketiga sungai tersebut bermuara di Selat Sunda. Meskipun potensi airnya tidak begitu tinggi, namun keberadaan ketiga sungai tersebut sangat penting dalam mendukung ketersediaan air di daerah Banten bagian barat.

DAS Ciujung yang terdapat di ibukota Provinsi Banten, yaitu Serang. Mencakup tiga sungai yang termasuk dalam DAS ini yaitu Cibanten, Ciujung dan Cidurian. DAS Cisadeg-Cikuningan yang terdapat di Provinsi Banten bagian selatan, diantara DAS lainnya, DAS ini mempunyai luas wilayah yang paling luas. Ada tiga buah sungai yang tercakup dalam DAS ini, yaitu Sungai Cibuhi yang mempunyai potensi sumberdaya air yang paling besar.

Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat khususnya di Provinsi Banten, maka terjadi peningkatan pula pada kebutuhan air disegala aspek kehidupan, ketersediaan air yang bersumber dari air sungai merupakan alternative utama untuk menunjang dan memenuhi kebutuhan air terutama dalam bidang pengairan untuk lahan pertanian, meningkatnya kebutuhan air dalam hal ini akan berdampak pada meningkatnya pula ketersedian air.

(10)

juta m3/bulan dan surplus air terbesar terjadi pada bulan Januari sebesar 58,34 juta

m3/bulan.

Berbeda dengan DAS Labuhan Merak dan DAS yang lainnya, hanya DAS Ciujung yang memang tidak pernah mengalami defisit air diseluruh bulannya, surplus air terbesar terjadi pada bulan Febuari sebebsar 446,37 juta m3/bulan dan

surplus air terkecil terjadi pada bulan Maret sebesar 41,93 juta m3/bulan.

Berdasarkan PSDA Provinsi Jawa Barat dan Banten serta hasil perhitungan.4

Menunjukan bahwa hampir semua DAS yang berada di Provinsi Banten ini dapat mengalami defisit air pada bulan-bulan tertentu. Hal ini menunjukan bahwa hasil ketersediaan atau potensi sumber daya air sungai untuk pengairan di Provinsi Banten masih belum terpenuhi seluruhnya.

B. Permasalahan Sumber Daya Air Sungai untuk Pengairan

Air merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan di bidang pertanian dalam penyediaan air irigasi. Sumber air permukaan sampai saat ini masih menjadi andalan dalam penyediaan air irigasi terutama pada musim kemarau. Namun sayangnya, dengan semakin meningkatnya pembangunan di segala bidang menyebabkan kuantitas dan kualitas air tidak lagi sesuai dengan peruntukannya. Pembangunan yang semakin meningkat diikuti dengan peningkatan pencemaran lingkungan, yang salah satunya berasal dari limbah industri.

Permasalahan sumber daya air sungai di Provinsi Banten memang bukan hal yang disepelekan lagi, peningkatan pencemaran lingkungan sudah sejak lama terjadi di Provinsi Banten. Pencemaran lingkungan ini diakibatkan oleh pembuangan limbah dari perusahaan-perusahaan industri yang semakin marak dibangun di Provinsi ini. Dampak negatif dari pencemaran sungai ini sudah banyak dirasakan masyarakat, terutama masyarakat di daerah hilir yang memanfaatkan sungai tersebut sebagai sumber pasokan air irigasi bagi pertanian.

(11)

Apabila air sungai yang telah tercemar digunakan sebagai sumber pengairan lahan pertanian, maka ada akibat yang ditimbulkan secara langsung maupun tidak langsung yang akan mempengaruhi hasil produksi pertanian yang nantinya juga ikut mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat petani (Nooordwijk dkk, 2004). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Poniman (2004) yang menyatakan bahwa air yang mengandung limbah cair mampu menurunkan hasil Gabah Kering Giling (GKG) hingga 47,15%. Lahan sawah yang dialiri limbah secara terus-menerus akan menurunkan sifat fisik, kimia dan biologis tanah. Hal ini jelas menunjukan betapa berbahaya dan besarnya dampak negatif yang akan ditimbulkan terhadap lahan pertanian akibat adanya pengairan yang bersumber dari sungai yang tercemar.

Kondisi ketersediaan air yang semakin kritis sebagian besar disebabkan akibat terjadinya pencemaran. Bintang Krisanti (2012:12) berkaitan dengan kondisi air ini mengungkapkan sebagai berikut, “Ketersediaan air bersih semakin kritis”.5 Berkaitan dengan pencemaran sungai, Bintang Krisanti (2012: 12)

mencatat bahwa: “Banyak limbah tidak dikelola dengan baik. Sebagian besar limbah dibuang kegitu saja ke badan air, seperti sungai, atau dibiarkan merembes ke tanah hingga mencemari air di dalamnya. Hanya sekitar 15%-20% limbah yang melalui pengolahan sebelum dibuang kesaluran umum. Limbah yang lain dibuang begitu saja dengan banyak kandungan polusi dan racun.”

Senada dengan uraian di atas, Nuhfil Hanani menjelaskan kondisi air di Indonesia, sebagai berikut:6Kondisi sumber air di Indonesia cukup memperihatinkan, daerah tangkapan air yakni daerah aliran sungai (DAS) kondisi lahannya sangat kritis akibat pembukaaan hutan yang tidak terkendali. Defisit air di Jawa sudah terjadi sejak tahun 1995 dan terus bertambah hingga tahun 2000 telah mencapai 52,8 milyar m3 per tahun. Di Jawa dan banyak

5 Bintang Krisanti, Pencemaran Perparah Krisis Air.

(12)

daerah lainnya luas hutan tinggal 15% dari luas daratan (untuk kelestarian minimal 30 %), seta banyaknya dijumpai lahan kritis. Sejak 10 tahun terakhir terjadi banjir dengan erosi hebat dan ancaman tanah longsor pada musim hujan bergantian dengan kekeringan hebat pada musim kemarau. Bila laju degradasi terus berjalan maka tahun 2015 diperkirakan defisit air di Jawa akan mencapai 14,1 miliar m³ per tahun.”

Pencemaran air terjadi apa bila terdapat bahan-bahan yang masuk kedalam tanah, atau aliran air (sungai) yang dapat menyebabkan penurunan kualitas air sehingga tidak memenuhi baku mutu atau tidak dapat digunakan untuk keperluan tertentu seperti baku mutu air minum, keperluan perikanan, pertanian, industri, dan lain lain.

Limbah masuk ke dalam perairan yang mengandung bahan pencemar dapat mengganggu keperluan pertanian misalnya dapat berupa limbah domestik, kotoran hewan, dan beberapa limbah industri yang masuk keperairan dalam jumlah yang besar (overloaded), dapat menyebabkan perairan kekurangan oksigen, sehingga dapat membunuh ikan dan hewan akuatik lainnya. Limbah industri anorganik seperti asam, garam, logam berat bahkan radioaktif, limbah industry sintetik seperti plastic, deterjen, pestisida, nitrat, pospat atau akibat penambangan pasir berupa sedimen tanah liat dan bahan padat lainnya yang berasal dari erosi daratan.

(13)

industri. Pada prosesnya juga melanggar Hak-hak Masyarakat untuk mendapatkan kehidupan dan penghidupan yang layak.

Dampak nyata kebijakan-kebijakan pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan adalah rusak dan tercemarnya sejumlah DAS yang ada di Banten, menurunnya kuantitas dan kualitas air, sehingga tidak lagi layak konsumsi. Di sejumlah daerah di sepanjang pantai utara Kabupaten serang telah merasakan imbasnya, diantaranya petani gagal panen dan atau produksinya menurun.

Pencemaran air sungai yang terjadi di Provinsi Banten sudah berada ditahap yang sangat mengkhawatirkan, sehingga dapat berdampak kepada penurunan hasil pertanian dan akan mengganggu ketahanan pangan. Hampir seluruh sungai diprovinsi ini telah mengalami pencemaran, dan pencemaran sungai tersebut sudah termasuk dalam kategori kritis. Tiga sungai itu adalah Sungai Cisadane di Tangerang, Sungai Ciujung dan Sungai Cibanten di Serang. Ketiga sungai tersebut masing-masing sudah tidak bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Karimil Fatah mengungkapkan bahwa penyebab pencemaran di tiga sungai itu beragam, pencemaran sungai Cisadane dan sungai Ciujung disebabkan oleh limbah industri, sedangkan pencemaran sungai Cibanten disebabkan penggalian pasir.

Sungai Cibanten yang membelah Kota Serang tercemar akibat penambangan pasir milik tiga pengusaha di Kecamatan Pabuaran Kabupaten Serang dan akibatnya masyarakat tidak dapat lagi menggunakannya karena airnya keruh. Tak hanya itu, warga Kota Serang terancam banjir pada musim penghujan. Kasus ini kemudian diteliti oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi Banten. Penelitian dilakukan untuk memastikan apakah Sungai Cibanten benar-benar tercemar oleh penambangan pasir. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan keterangan dan data-data serta menghitung nilai erosi, lahan kritis di sekitar sungai, tara ruang, dan water treatment di penambangan pasir.

(14)

baku mutu 50 miligram per liter, zat padat tersuspensi 78 miligram per liter dari ambang baku mutu 1.000 miligram per liter, zat felium (FE) 1,2 miligram per liter dari batas baku mutu 0,3 miligram per liter, biological oxygen demand (BOD) 2 miligram per liter dari batas baku mutu 2 miligram per liter, dan chemical oxygen demand (COD) 14 miligram per liter dari batas baku mutu 10 miligram per liter. Sedangkan di bagian hilir, TSS 1.323 miligram per liter, TDS 105 miligram per liter, FE 1,22 miligram per liter, BOD 4 miligram per liter, dan COD 28 miligram per liter. Berdasarkan kondisi ini warga dan petani mengeluhkan kondisi air Sungai Cibanten dan Irigasi Cibanten yang keruh. Warga menduga, air sungai dan irigasi yang biasa digunakan oleh warga untuk mencuci dan mengairi sawah tercemar.7

Pencemaran Sungai Cibanten yang disebabkan penambangan pasir diindikasikan telah menyebabkan kerugian bagi para petani, disinyalir hampir sekitar 100 hektar sawah sudah rusak, bahkan pencemaran sudah merusak ekologi dan ekosistem sungai, sehingga warga masyarakat tidak dapat menggunakan karena airnya keruh, kondisi air sungai sudah tidak jernih lagi karena bercampur lumpur dan tercemar oleh limbah yang berasal dari galian pasir.

Dari hasil test laboratorium yang dilakukan KLH Kota Serang, air Sungai Cibanten dinyatakan tercemar dan tidak layak untuk digunakan karena zat yang terkandung dalam air sudah melebihi ambang batas baku mutu. Tak hanya itu, endapan sungai tinggi sehingga dapat mengakibatkan pendangkalan sungai, untuk itu pencemaran perlu dicegah dan sungai harus dinormalkan.

Masalah ini harus segera diselesaikan, mengingat pengaruh limbah tersebut cukup besar. Selain akan membuat pendangkalan di sepanjang Sungai Cibanten, juga memperpendek usia bendungan. Apabila dibiarkan, maka biaya pemeliharaan irigasi akan semakin meningkat. Menurut Ketua RT 04/02 Kampung Tembong Gudang, Kelurahan Tembong, Sapturi dampak dari limbah itu sawahnya yang seluas 510 meter persegi mengalami gagal panen karena tidak bisa teraliri air.

(15)

Ketua Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) Cibanten Jaya Muhammad Misna AS menegaskan bahwa pencemaran itu sudah bukan barang baru, dan selama ini yang dirugikan itu bukan hanya petani, tetapi juga masyarakat yang menggunakan air, mulai dari Kelurahan Tembong, Gelam, Dalung, Karundang, Cipare, Kota Baru, hingga beberapa desa di Kasemen,” ungkapnya.8

Selain sungai Cibanten, warga yang tinggal di bagian hilir sungai Cisimeut mengeluhkan kondisi air yang belakangan ini berubah warna menjadi keruh dan bercampur lumpur. Warga menduga keruhnya air yang bisa mereka gunakan untuk berbagai keperluan itu tercemar limbah pencucian galian pasir di Blok Pasir Roko, Kecamatan Cimarga (hhtp://bantenpos-online.com, unduh 12/3/2012).

Dampak pencemaran sungai Cisimeut menyerang kesehatan masyarakat yang menggunakan air sungai tersebut. Masyarakat sangat tergantung pada kebutuhan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari seperti mencuci, mandi dan lain-lain. Warga yang menggunakan air sungai untuk keperluan mandi banyak yang terserang penyakit gatal dan bintik-bintik merah.

Selain kedua sungai tersebut di atas, sungai Ciujung Banten pun tercemar limbah industri. Sungai Ciujung sejak dari hulu hingga hilir menjadi sarana pembuangan limbah, sehingga pencemaran air terjadi yang tentu saja kepekatannya akan semakin menjadi-jadi di daerah hilir. Sumber limbahnya bermacam mulai dari erosi alamiah, rumah tangga, rumah sakit, industri kecil hingga besar dan jasa bentuknya pun beragam dari cair hingga padat. Bukan saja kualitas airnya yang menurun namun juga membawa dampak bagi kehidupan biota air, baik di sungai tersebut maupun yang dialiri air dari sungai tersebut.

Bahkan disebutkan bahwa sungai Ciujung merupakan sungai dengan tingkat pencemarannya tertinggi di Indonesia. Bahkan dibandingkan dengan sungai yang ada di benua Eropa dan Afrika, kadar pencemarannya masih terhitung tinggi. Hal

(16)

tersebut dikemukakan oleh Rusdi Tagaroa Koordinator Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Provinsi Banten. Menurut penelitian yang dilakukan BMKG sungai Ciujung merupakan sungai dengan kandungan emitter yang tertinggi dari sungai-sungai lain yang mereka teliti. BMKG mencatat akibat kandungan emitter itu, tingkat pencemaran karbon organik tertinggi terjadi di hilir sungai Ciujung yakni mencapai 44 ton per kilometer persegi pertahun. Emiter adalah zat kimia yang mengandung karbon dan merusak lapisan ozon sehingga menyumbang terhadap pemanasan global. Emitter itu dihasilkan dari limbah cair yang berasal dari perusahaan-perusahaan yang beroperasi di sepanjang kawasan tersebut.

Akibat pencemaran tersebut ribuan ikan mati keracunan limbah. Air sungai Ciujung kini berwarna hitam dan berminyak. Hampir tidak ada warga yang berani memakai air sungai ini untuk keperluan mandi dan mencuci. Sementara itu ribuan ikan di sungai ini mati mendadak. Akibat pencemaran air ini, warga Kecamatan Pontang Tirtayasa, Tanara dan Cirenang tidak berani mengkonsumsi dan juga memakai air sungai Ciujung untuk mandi dan mencuci.

Kemudian di wilayah kabupaten Tangerang, ditemukan fakta bahwa sebanyak tiga sungai sudah tercemar limbah industri. Ketiga sungai tersebut adalah sungai Ciracab di Mauk, Sungai Cimanceuri di Balarha dan Sungai Cisadane. Dari ketiganya, kondisi sungai Ciracab di Mauk, dapat dikatakan paling parah. Pencemaran industri di kawasan tersebut kurang mendapat pengawasan, sehingga pencemaran limbah di kawasan tersebut sudah memperihantinkan dan menyebabkan kondisi sungai Ciracab tidak terurus. Hasil pemantauan yang dilakukan oleh Wahana Hijau Fortuna, ditemukan bahwa pembuangan limbah dari pabrik ke sungai, sudah terjadi dalam kurun waktu lama. Tak hanya itu, pengawasan dari pemerintah pun tidak begitu ketat.

(17)

Upaya konservasi air sungai adalah bagian dari kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yaitu suatu upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.9

Sungai dikuasai oleh negara dan merupakan kekayaan negara. Pengelolaan sungai dilakukan secara menyeluruh, terpadu, dan berwawasan lingkungan dengan tujuan untuk mewujudkan kemanfaatan fungsi sungai yang berkelanjutan.10 Pengelolaan sungai dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah

provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.

Pengelolaan sungai meliputi konservasi sungai, pengembangan sungai, dan pengendalian daya rusak air sungai, dilakukan melalui tahap penyusunan program dan kegiatan, pelaksanaan kegiatan dan pemantauan dan evaluasi. Konservasi sungai dilakukan melalui kegiatan perlindungan sungai dan pencegahan pencemaran air sungai.11

Maka dengan semakin meningkatnya pencemaran air sungai tersebut, sudah sepatutnyalah kita sebagai manusia yang menggantungkan kehidupan pada air turut menjaga dan memperbaiki ekosistem air yang telah rusak. Dibutuhkan pengendalian dan hubungan timbal balik antara sumber daya alam dengan manusia, agar terciptanyanya kelestarian ekosistem dalam lingkungan hidup dan terpenuhinya kebutuhan manusia yang berkelanjutan.

BAB III PENUTUP

9 Pasal 1 angka 2 UU PPLH.

10 Pasal 2 PP Tentang Sungai

(18)

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil ketersediaan atau potensi sumber daya air sungai untuk pengairan di Provinsi Banten masih belum terpenuhi seluruhnya, dikarenakan hampir semua DAS yang berada di Provinsi Banten ini dapat mengalami defisit air.

Permasalahan sumber daya air sungai untuk pengairan di Provinsi Banten sebagian besar disebabkan oleh pencemaran air sungai. Hampir seluruh sungai diprovinsi ini telah mengalami pencemaran. Pencemaran sungai tersebut sudah termasuk dalam kategori kritis yang terjadi disebabkan karena beberapa faktor diantaranya pencemaran limbah industri dan penambangan pasir. Sehingga dapat berdampak kepada penurunan hasil pertanian yang disebabkan tercemarnya sumber air sungai yang digunakan untuk pengairan, maka hal tersebut akan mengganggu ketahanan pangan.

Penanggulangan pencemaran air sungai salah satunya dapat dilakukan melalui konservasi sungai yang merupakan bagian dari kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup terhadap kondisi sungai.

B. Saran

1) Melakukan upaya normalisasi saluran sungai-sungai dan saluran irigasi yang terkena pencemaran sumber daya air sungai.

2) Tegaskan hukum dan sanksi kepada perusahaan-perusahaan penghasil limbah yang menyebabkan pencemaran.

3) Mengembangkan infrastruktur perairan yang lebih efisien secara ekologis, misalnya melalui pembuatan fasilitas pengolahan limbah terdesentralisasi, penggunaan kembali air limbah (daur ulang air), dan rehabilitasi daerah aliran sungai (DAS) melalui konservasi air.

(19)

Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten. Profil Sungai Di Provinsi Banten.

(

http://www.dsdap.bantenprov.go.id/read/page-detail/profil-sungai/126/Profil-Sungai-di-Provinsi-Banten.html. diakses ada jum’at 26 Desember 2014 )

Emirhadi Suganda, Yandi Andri Yatmo, Paramita A. 2009. Pengelolaan

Lingkungan Dan Kondisi Masyarakat pada Wilayah Hilir Sungai. Jurnal (Online) (http://journal.ui.ac.id/index.php/humanities/article/viewFile/255/251. diakses pada jum’at 26 Desember 2014 )

Hery Listyawati, Triyanto Suharsono. Pengawasan Dan Pengendalian Pemanfaatan Sumber Daya Air Untuk Irigasi Di Kabupaten Sleman. Jurnal (Online)

(http://mimbar.hukum.ugm.ac.id/index.php/jmh/article/viewFile/375/225. diakses pada jum’at 26 Desember 2014 )

Ig. Setyawan Purnama, 2008. Evaluasi potensi sumberdaya Air Sungai untuk Pengairan di Provinsi Jawa Barat dan Banten. Jurnal (Online)

(http://geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/2013/04/Evaluasi-Potensi-Sumberdaya-Air-Sungai-Untuk.pdf. diakses pada jum’at 26 Desember 2014)

Jurnal Kajian LEMHANNAS RI Edisi 15, Mei 2013. Jurnal (Online)

(http://www.lemhannas.go.id/portal/images/stories/humas/jurnal/edisi15/jur nal%20edisi%2015_materi%206.pdf. diakses pada jum’at 26 Desember 2014 )

Kualitas Air Irigaso Ditinjau dari Parameter DHL, TDS, PH pada LAhan Sawah Desa Bulumanis Kidul kecamatan Margoyoso

(http://litbang.patikab.go.id/index.php/jurnal/247-kualitas-air-irigasi- ditinjau-dari-parameter-dhl-tds-ph-pada-lahan-sawah-desa-bulumanis-kidul-kecamatan-margoyoso. diakses pada jum’at 26 Desember 2014)

Mochamad Arifinal, Penanggulangan Pencemaran Air Sungai Dengan Konservasi Guna Menunjang Ketahanan Pangan Di Provinsi Banten. Jurnal (Online)

(https://www.academia.edu/Download. diakses pada jum’at 26 Desember 2014)

Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, M.T. Upaya Konservasi untuk Kesinambungan Ketersediaan Sumber Daya Air. Jurnal (Online)

(20)

Radar Banten. Menyoal Sungai Ciujung

(http://www.radarbanten.com/read/berita/10/12032/Menyoal-Sungai-Ciujung.html. diakses pada jum’at 26 Desember 2014 )

(21)

Sumber :Keppres RI No. 12 Tahun 2012

Gambar 1.1

(22)

Gambar

Gambar 1.1Peta Wilayah Sungai di Provinsi Banten

Referensi

Dokumen terkait

dan dan Hibiscus spp 

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis, intensitas dan prevalensi ektoparasit yang menyerang Udang Pisang ( Penaeus sp.) yang dibudidayakan pada tambak

DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L) TERHADAP Enterococcus faecalis SEBAGAI.. ALTERNATIF BAHAN MEDIKAMEN SALURAN AKAR

Untuk jam buka semawis sendiri mulai dari jam 18.00 hingga 23.00, namun persiapan (pasang tenda) bisa dilakukan mulai pukul 16.00. semawis buka pada hari jumat,sabtu dan minggu.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh Keterlibatan Pemakai, Kemampuan Pemakai, Ukuran Organisasi, dan Dukungan Manajemen Puncak Terhadap Kinerja

Berdasarkan hasil observasi obyek penelitian melalui interview dan data primer dapat diketahui bahwa selama ini pencatatan dan pengolahan data pendaftaran siswa dan

Dari teori dan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, pembelajaran bahasa Arab dengan menggunakan media game interaktif memiliki pengaruh yang positif

maximum torque according to the inverter and motor data. The default value is 200 % of the nominal torque of the motor. This limit has no function in the Scalar control mode..