• Tidak ada hasil yang ditemukan

BATASAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI ATAS KERU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BATASAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI ATAS KERU"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BATASAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI

ATAS KERUGIAN PERUSAHAAN

Oleh:

Trust o Subekti

Fakult as Hukum Universit as Jenderal Soedirman

Abst ract

The ef f ect of monet ar y cr i sis i n year 1997 has caused many shar e companies in Indonesi a cl ose down because of unpr of i t abl e. At t hat moment , t he pr i ce of shar ehol der dr ast i c downwar ds, even exi st s t o t he zer o l evel and ef f ect ed t o t he bankr upt cy. For t he agenda of over comi ng sit uat ion of shar e company, many ways have been conduct ed by t he boar d of dir ect or ies company t o over come t he loss by usi ng t he l aw cor r i dor , but somehow t her e ar e many par t y conduct act i on by i mpinged t he l aws. The pr obl ems whi ch st at ed her e i s” how f ar a Boar d of di r ect or s can be r esponsi bl e t o t he l oss suf f er ed of t he company” . Fr om t he t heor et i cal st udy, i t expect ed can be obt ai ned t he i mage of concer ning indi cat or of a di r ect or t hat conduct t he abuse of power .

Keywords: share company, board of direct ories, and abuse of power

A. Pendahuluan

Tanggung j awab dalam bahasa Inggrisnya adalah r esponsi bi l it y at au dalam bahasan Be-landa adalah aanspr ekel i j k, yang art inya ada-lah bert anggung j awab, t erikat , bert anggung j awab menurut hukum at as kesalahan at au akibat suat u perbuat an.1 Ada pula ist ilah lainnya yang berkait an adalah pert anggung j awaban yang dalam bahasa Inggris adalah account abi l it y dan dalam bahasa Belanda adalah aanspr akel i j khei d yang art inya j uga t anggung j awab, ket erikan, t anggung j awab dalam hukum memikul t anggung j awab.2

Menurut Soehardi dikat akan bahwa dasar dari suat u t anggung j awab adalah suat u we-wenang (aut hor i t y) at au hak wewe-wenang it u ber-kait an dengan t ugas dan merupakan kekuasaan yang melekat pada t ugas at au pekerj aan (r esponsi bi l it y, dut y), sedangkan hak melekat pada pribadi. Unt uk melaksanakan suat u t ugas akan t ergant ung pada capabi l i t y at au abi l i t y yang berf ungsi secara memadai unt uk me-laksanakan suat u t ugas at au suat u t anggung j awab (r esponsi bi l i t y). Hasil hubungan ant ara

1 Fockema Andrea, dit er j emahkan ol eh Adiwinat a A.

Te-l oeki dan H. Boerchanudin St . Bat oeh, 1983, Kamus Is-t il ah Hukum, CeIs-t . PerIs-t ama, JakarIs-t a: BinacipIs-t a, hl m 6.

2

Ibi d, hal 6.

r esponsi bi l it y dengan capabi l i t y ini adalah suat u account abi l it y at au suat u pert anggung j awab-an.3

Pada umumnya set iap orang harus ber-t anggung j awab aber-t as segala ber-t indakan aber-t au perbuat annya. Pengert ian orang ini t ermasuk pula suat u r echt sper soon. Orang dalam art ian yuridis adalah set iap orang yang mempunyai wewenang hukum, yang art inya adalah ke-capakan unt uk menj adi subyek hukum,4 at au sebagai pendukung hak dan kewaj iban, maka unt uk it u t erlebih dahulu harus dit ent ukan dulu st at us seseorang dalam suat u hubungan hukum. Hubungan hukum mencerminkan adanya kepent ingan-kepent ingan dari pihak-pihak yang melakukan hubungan hukum, ada kehadiran hukum akan berf ungsi unt uk mengint egrasikan dan mengkoordinasikan kepent ingan-kepent ing-an t ersebut agar t idak saling bert ubruking-an ( con-f l i t ocon-f i nt er est ). Hukum melindungi kepent ingan seseorang dengan cara mengalokasikan suat u kekuasaan kepadanya unt uk bert indak dalam rangka kepent ingannya t ersebut . Kekuasaan yang diberikan oleh hukum it u disebut sebagai

3 Soehardi Sigit , 1992, Pengor gani sasi an, Yogyakart a:

Fakul t as Ekonomi Uni versit as Gadj ah Mada, hl m. 25 -28.

4 Al i Chi dir , 1987, Badan Hukum, Bandung: Penerbit

(2)

hak. Ant ara hak dan kewaj iban t erdapat hubungan yang sangat erat , yang sat u akan mencerminkan yang lain. Di sat u sisi hak dan di sisi lainnya akan t erlihat adanya kewaj iban.5

B. Tanggung Jawab Menurut Pasal 1365 KUHPerdat a

Pada Pasal 1365 KUHPerdat a dikandung aj aran t ent ang t anggung j awab, sepert i dalam rumusan sebagai berikut :

” Set iap orang bert anggung j awab t idak saj a unt uk kerugian yang disebabkan perbuat annya, t et api j uga unt uk kerugian yang disebabkan kelalaian at au kurang hat i-hat inya” .

Pada Pasal 1367 KUHPerdat a, aj aran mengenai t anggung j awab ini dikonkrit kan lagi dengan diberikan rumusan sebagai berikut : (1) Seorang t idak saj a bert anggung j awab unt uk

kerugian yang disebabkan perbuat annya sendiri, t et api j uga unt uk kerugian yang disebabkan perbuat an orang-orang yang menj adi t anggungannya at au disebabkan oleh-oleh barang-barang yang berada di bawah pengawasannya;

(2) Orang t ua dan wali bert anggung j awab t ent ang kerugian yang disebabkan oleh anak-anak belum dewasa, yang t inggal pada mereka dan t erhadap siapa mereka melakukan kekuasaan orang t ua at au wali; (3) Maj ikan-maj ikan dan mereka yang

mengang-kat orang-orang lain unt uk mewakili urusan-urusan mereka, adalah bert anggung j awab t ent ang kerugian yang dit ert ibkan oleh pelayan-pelayan at au bawahan-bawahan me-reka dalam melakukan pekerj aan unt uk mana orang-orang ini dipakainya;

(4) Guru-guru sekolah dan kepala-kepala t ukang bert anggung j awab t ent ang kerugian yang dit erbit kan oleh murid-murid dan t ukang-t ukang mereka selama wakukang-t u orang-orang ini berada di bawah pengawasan mereka; (5) Tanggung j awab yang disebut kan di at as

berakhir, j ika orang t ua-orang t ua, wali-wali, guru-guru sekolah dan kepala-kepala

5 Sat ij i pt o Rahardj o, 1996, Il mu Hukum, Bandung:

Pener bit Cit r a Adi t ya Bakt i , hl m. 53.

t ukang it u membukt ikan bahwa mereka t idak dapat mencegah perbuat an unt uk mana mereka seharusnya bert anggung j awab it u.

Rumusan Pasal 1367 KUHPerdat a di at as, menunj ukan bahwa dalam KUHPerdat a dikenal ada 2 (dua) j enis t anggung j awab, yait u : 1) Tanggung j awab berdasarkan kesalahan,

ar-t inya seseorang dapaar-t diminar-t ai perar-t anggung j awaban at as kesalahan yang t elah diperbuat nya dan akibat kesalahannya it u t elah menimbulkan kerugian bago orang lain; 2) Tanggung j awab berdasarkan risiko, art inya

seseorang dapat dimint ai pert anggung j awaban at as kerugian yang diderit a oleh orang lain bukan karena kesalahan yang bersangkut an, melainkan sebagai resiko yang dit anggungnya karena kesalahan orang lain dan orang t ersebut adalah menj adi bawahannya at au menj adi t anggungnya, at au dalam pengawasannya.

Tanggung j awab karena kesalahan se-bagaimana t elah diat ur dalam Pasal 1365 KUHPerdat a dan Pasal 1367 KUHPerdat a merupakan bent uk klasik pert anggung j awaban perdat a.

C. Tanggung j awab Direksi Perseroan

1. Wewenang (Aut horit y)

Wewenang Direksi suat u perseroan t elah dit ent ukan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 t ent ang Perseroan Terbat as dan rincian lebih lanj ut at as wewenang t ersebut dit uangkan dalam Anggaran Dasar perseroan (Pasal 92 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 40 Tahun 2007).

Seorang Direksi bert anggung j awab at as pengurusan perseroan unt uk kepent ingan dan t uj uan perseroan (Pasal 92 UU No. 40 Tahun 2007). At as dasar ket ent uan t ersebut maka seorang Direksi memiliki kekuasaan unt uk melaksanakan t ugas at au pekerj aan, dan di dalamnya t erkandaung pula pihak-pihak yang melekat pada pribadi.

(3)

sebagai alat perlengkapan suat u perseroan (badan hukum). Dalam posisinya sebagai organ perseroan dalam bert indak dibat asi at as we-wenang yang diberikan kepadanya selaku pihak mewakili perseroan (badan hukum). Seseorang yang menduduki posisi sebagai Direksi ke-mungkinan bert anggung j awab secara pribadi at as t indakan at au perbuat an yang dilakukan unt uk perseroan yang diwakilinya. Hal ini bisa t erj adi apabila ia melakukan suat u t indakan at au perbuat an yang t idak menj adi we-wenangnya at au melampui bat as wewenang yang dimilikinya.

Direksi dalam melaksanakan t ugasnya harus mengacu pada ket ent uan perundang-undangan yang berlaku, Anggaran Dasar perseroan dan RUPS. RUPS adalah sebagai organ perseroan lainnya yang memiliki wewenang yang t idak diberikan kepada Direksi dan Komisaris, dalam bat as yang dit ent ukan dalam Undang-undang dan at au Anggaran Dasar (Pasal 75 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007).

2. Tugas (Responsibilit y)

Tugas (Responsi bi l i t y) adalah segala t in-dakan at au perbuat an dari seorang Direksi dalam manaj emen, yang dilakukan unt uk ke-pent ingan dan at as nama perseroan (perusaha-an). Tugas ini merupakan aspek dinamis dari st at us yang dimiliki seorang Direksi at au j uga merupakan peranan (r ol e) seorang Direksi dalam manaj emen.

Direksi bert anggung j awab penuh dalam melaksanakan t ugasnya unt uk kepent ingan perseroan dalam mencapai maksud dan t uj uanya dan dengan berdasar at as it ikad baik sert a mengindahkan perat uran perundang-udangan yang berlaku. Selaku Direksi melakukan t indakan at au perbuat an hukum at as prinsip perwakilan. Pelaksanaan t ugas t ersebut me-rupakan bent uk t anggung j awab yang dipikulnya sesuai wewenang yang dimiliki.

Tanggung j awab Direksi berkait an dengan landasan wewenang yang dimiliki seorang Direksi Perseroan unt uk bert indak unt uk dan nama perusahaan. Direksi selaku manaj er suat u perusahaan harus memperhat ikan 2 (dua) hal, yait u: selaku organ perusahaan dan sebagai

seorang Direksi yang harus melaksanakan t ugasnya secara prof esional at as dasar prinsip f i duci ar y dut y.

3. Kemampuan (Capabilit y)

Tindakan at au perbuat an seorang Direksi dalam rangka pelaksanaan t anggung j awabnya dalam pengelolaan perusahaan dibut uhkan kemampuan (capabi l i t y) agar t ugas at au ke-waj iban dimaksud dapat t ercapai sebaik-baiknya. Apabila seseorang memiliki kemampu-an lebih besar dari t ugas (r esponsi bi l it y) at au kewaj ibannya, maka cenderung akan menguna-kan kemampuan lebih kecil dibandingmenguna-kan t ugas kewaj ibanya, maka cenderung t idak dapat melaksanakan t ugas kewaj ibanya yang dilimpah-kan kepadanya, sehingga adilimpah-kan melakudilimpah-kan t indakan at au perbuat an yang merugikan. 6

Hubungan ant ara t ugas kewaj iban (r es-ponsi bi l i t y) dengan kemampuan melaksnakan t ugas kewaj iban (capabi l i t y) diat as apabila dihubungkan dengan pelaksanaan t ugas Direksi dalam pengelolaan perusahaan, dapat dipergunakan unt uk mengukur dapat t idaknya seorang Direksi Perusahaan dipert angung j awabkan at as t indakan at au perbuat an yang dilakukan unt uk kepent ingan perusahaannya.

4. Pert anggung j awaban (Account abilit y)

Suat u Account abi l i t y at au suat u pert ang-gung j awaban at as suat u t indakan seorang Direksi dapat dilihat dari apakah suat u t indakan at au perbuat an yang dilakukannya (r esponbi l i t y) berdasar at as wewenang (Au-t hor i (Au-t y), (Au-t ermasuk di dalamnya harus pula berdasar pada prinsip f i duci ar y dut y, dan t indakan at au perbuat an (r esponbi l it y) t ersebut didukung oleh kadaan yang seimbang ant ara t ugas kewaj iban (dut y at au r esponbi l i t y) dengan kemampuan melaksanakan t ugas ke-waj iban (capabi l i t y). Suat u t indakan hukum yang dilakukan seorang Direksi unt uk dapat dipert anggung j awabannya (capabi l i t y).

Menurut Moelj at no7 dikat akan adanya kemampuan bert anggung j awab harus ada:

6 Soehardi Sigit , 1992, Pengor gani sasi an, Yogyakart a:

Fakul t as Ekonomi UGM, hl m 29.

7 Moel j at no, 2000, Asas-Asas Hukum Pi dana, Jakart a:

(4)

1) Kemampuan unt uk membedabedakan ant ara perbuat an yang baik dan yang buruk, yang sesuai hukum dan melawan hukum;

2) Kemampuan unt uk menent ukan kehendaknya menurut keinsyaf an t ent ang baik dan buruknya perbuat an t adi.

Apa yang dikemukakan oleh Moelj at no t ersebut diat as sebet ulnya dalam kont eks pembicaraan kemampuan bert anggung j awab di aspek hukum perdat a.

Dalam ini indikat or kemampuan bert ang-gung j awab t ersebut dapat dipergunakan dalam menilai suat u t indakan at au perbuat an seorang Direksi dapat t idaknya dipert anggung j awaban (Account abi l it y) kepadanya. Indikat or mengenai kemampuan bert anggung j awab dapat di-kembangkan lebih lanj ut dari pernyat aan Moelj at no, yait u yang pert ama merupakan f akt or akal (i nt el ect ual f act or ) yang dapat membeda-bedakan ant ara perbuat an yang diperbolehkan dan yang t idak. Yang kedua adalah f akt or perasaan at au kehendak (vol i t i onal f act or ) yang dapat menyesuaikan t ingkah lakunya dengan keinsyaf an at as nama yang diperbolehkan dan mana yang t idak.

D. Ruang Lingkup Tanggung Jawab Direksi Perusahaan

Tanggung j awab Direksi dalam melakukan t indakan at au perbuat an hukum unt uk dan at as nama perusahaan, dapat dij elaskan melalui posisi seorang Direksi t erhadap perusahaan yang dipimpinya (organ PT) dan harus t unduk pula pada Anggaran Dasar Perusahaan, sert a harus memperhat ikan prinsip f i duci ar y dut y, sebagai berikut :

a. Selaku organ Perseroan

Menurut Pasal 92 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007 t ent ang Perusahaan bahwa me-ngenai t anggung j awab Direksi disebut kan:

“ Direksi menj alankan pengurusan Perseroan unt uk kepent ingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan t uj uan Perseroan” .

Melihat t anggung j awab dan posisi Direksi t ersebut diat as menunj ukan bahwa keberadaan Direksi dalam suat u perseroan merupakan keharusan karena sebagai “ar

-t i f i cal per son” -t idak dapa-t berbua-t apa-apa t anpa adanya Direksi sebagai “nat ur al per son”8. Hubungan ant ara Perseroan dengan Direksi disini t erlihat bukan sebagai hubungan at as dasar perj anj ian kerj a sebagaimana diat ur dalam Pasal 1601 KUHPerdat a dan j uga t idak bisa diart ikan sepert i hubungan ant ara Maj ikan dengan buruh, sepert i yang digambarkan oleh Imam Soepomo sebagai bekerj a pada pihak lainnya berart i bekerj a dibawah pimpinan pihak lain (Maj ikan) dan karena kewaj iban buruh adalah melakukan pekerj aan menurut pet unj uk dari Maj ikan. 9

Hubungan ant ara Perseroan dengan Direksi lebih nampak pada hubungan per-wakilan, yait u Direksi mewakili perseroan dan dengan ikt ikad baik dan bert anggung j awab menj alankan t ugas unt uk kepent ingan dan usaha perseroan (Pasal 92 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007). Pembat asan wewenang mewakili perseroan bagi Direksi diat ur dalam Anggaran Dasar Perseroan (Pasal 92 ayat (2) UU No. 40 Tahun 2007).

Menurut Hart ono Soerj oprakt ikno di-kemukakan:

“ Perwakilan dapat t imbul dari perbuat an, yang sengaj a bermaksud menimbulkan akibat it u (l ast get i ng macht i gi ng)” .10

Pemahaman mengenai perwakilan yang dikemukakan diat as apabila dicermat i dapat dirinci menj adi:

1) Perwakilan yang berdasarkan kehendak at au lahir dari perj anj ian;

2) Perj anj ian yang berdasarkan karena bukan kehendak dalam art i yang lahir dari undang-undang.

Perwakilan dalam hubungan ant ara Per-seroan dengan Direksi t ermasuk dalam pengert ian perwakilan yang lahir bukan

8

I. G. Rai Widj aya, 2000, Hukum Per usahaan, Jakart a: Megapoin Di vi si Dari Kesai nt Bl ant , hl m. 208.

9 Imam Soeparno, 2001, Hukum Per bur uhan bi dang

Hubungan Ker j a, Penyunt ing Hel ena Poerwant o dan Sul iat i Rachmat , Cet akan kesembil an, Jakart a: Pener bi t Dj ambat an, hl m. 92.

10 Soerj oprakt ino Hart ono, 1994, Per waki l an Ber dasar kan

(5)

karena perj anj ian, melainkan lahir karena ket ent uan undang-undang. Tugas seorang Direksi secara rinci t elah dirumuskan dalam Anggaran Dasar, sehingga dalam bert indak at au berbuat dalam hukum seorang Direksi harus selalu menguj i t indakannya pada Anggaran Dasar.

Dalam perwakilan mengenai siapa yang menurut hukum sebagai yang melakukan perbuat annya, dalam art i dilakukan oleh si wakil at au oleh orang yang diwakili, t erdapat 3 (t iga) t eori yang dij elaskan oleh Hart ono Soerprakt iknyo,11 sebagai berikut :

(1) Teori represent asi at au fiksi, bahwa si

wakillah yang melakukan perbuat an. Dia t idak hanya berbuat / bert indak realit er, t et api j uga dialah yang yuridis menyat a-kan kehendaknya. Berdasara-kan suat u f iksi maka akibat hukum dari perbuat an-nya t indakaan-nya dipindahkan pada prin-sipalnya;

(2) Teori organ (nunt ius-t heorie) yang melihat si wakil, per son (pribadi) yang berbuat menurut hukum. Si wakil hanyalah organ yang t ersedia unt uk orang yang diwakili, yang kehendaknya unt uk t erj adinya hubungan hukum it u adalah menent ukan;

(3) Teori koperasi, yang merupakan

kombi-nasi dari t eori reprensent asi dan t eori organ perbuat an yang dilakukan oleh si wakil at as nama prinsipal t erj adi karena sesungguhnya ada kerj asama yuridis ant -ara wakil dan orang yang diwakili.

Pada dasarnya suat u perseroan apakah harus t erikat pada t indakan at au perbuat an Direksi at au suat u Direksi harus bert anggung j awab secara pribadi at au t idak at as t indakan at au perbuat an yang dilakukannya, yang kemungkinan akan menimbulkan ke-rugian bagi pihak lain. Unt uk ini dapat diperhat ikan adanya 2 (dua) prinsip hukum yang berupa Dokt rin ”Ul t r a Vir r es” dan prinsip ”Fi duci ar y Dut y” .

11

Ibi d, hl m 5-12.

b. Dokt rin ”Ult ra Virres”

Kewenangan Direksi ini harus diruj uk pada ket ent uan yang berlaku sekarang, yait u pada Pasal 97 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) UU No. 40 Tahun 2007 t ent ang Perseroan Terbat as, sebagai berikut :

(1) Direksi bert anggung j awab at as peng-urusan Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (1);

(2) Pengurusan sebagaimana dimaksud da-lam ayat (1), waj ib dilaksanakan set iap anggot a Direksi dengan ikt ikad baik dan penuh t anggung j awab;

(3) Set iap anggot a Direksi bert anggung j a-wab penuh secara pribadi at as kerugian Perseroan apabila yang bersangkut an bersalah at au lalai menj alankan t ugasnya sesuai ket ent uan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Di negara-negara Anglo Saxon, dikenal suat u dokt rin yang bersif at umum, dan agaknya dokt rin inipun j uga t elah dimuat di dalam UU No. 40 Tahun 2007 t ent ang Perseroan Terbat as. Dokt rin t ersebut dikenal dengan sebut an ”Ul t r a Vir r es doct r i ne” , yait u:

The t r em Ul t r a Vir r es ” beyond t he power s” in cor por at e l aw act s of cor -por at ion t hat ar e beyond t he aut hor it y gi ven t o i t under i t s char t er of under t he st at ut es by wi ch it was i ncor por at e-ed ar e ul t r a vir r es act s. In ot her wor ds, act s i n f ur t her ance of t he cor por at ion’ s expr esed pur posesed ar e whi t hi n t he cor por at e power , act s beyond t he scope of cor por at e business as descr i bed i n t he char t er ar e ul t r a vir r es act s t hus; ul t r a vir r es act s can be under st ood onl y wi t ht i n t he cont exs of t he par t i cul ar st at ed pur pose f or whi ch t he cor por at ion was or gani zed” . 12

Ist ilah ul t r a vir r es berart i diluar kewenangan di hukum perseroan, t indakan corporasi melampui kewenangan yang di-berikan kepadanya oleh anggaran dasar disebut t indakan ul t r a vir r es, dengan

12 Kenent h Cl akson W. Roger Mil l er Gayl ord A. Jens, Franks

(6)

kat aan lain suat u t indakan unt uk melaksana-kan t uj uan perseroan yang secara t egas disebut kan berada di dalam ruang lingkup kewenangan. Tindakan yang diluar ruang lingkup kewenangan bisnis perseroan sebagaimana disebut kan pada akt a pendirian berart i t indakan ul t r a vir r es, j adi t indakan ul t r a vir r es hanya dapat dimengert i di dalam kont eks t uj uan perseroan unt uk mana perseroan it u dibent uk.

Kewenangan Direksi sebagaimana yang digambarkan pada dokt rin ul t r a vir r es menunj ukan bahwa kewenangan Direksi t elah dit ent ukan baik di dalam Anggaran Dasar maupun disebut kan dalam perat uran per-undang-undangan yang berlaku (UU No. 40 Tahun 2007). Pengat uran mengenai ke-wenangan Direksi t ersebut t idaklah mungkin bisa dirinci secara past i, art inya ada hal-hal yang bisa secara t egas disebut kan, dan ada hal-hal yang t idak secara t egas disebut kan dalam kewenangan Direksi.

c. Prinsip fiduciary dut y

Sebelum mempert imbangkan aspek hu-bungan perwakilan dan ul t r a vi r r es doct r i ne t ersebut diat as, dalam t anggung j awab Di-reksi harus pula mempert imbangkan prinsip f i duci ar y dut y. Berdasarkan prinsip ini mest inya Direksi memiliki kebebasan dalam menj alankan t ugas dan kewenangannya se-panj ang t idak melanggar ket ent uan Undang-Undang dan Anggaran Dasar, dalam hal ini pemegang saham mayorit as t idak boleh mempengaruhi apalagi memaksakan kehen-dak kepada Direksi dalam pengelolaan per-seroan selain melalui mekanisme RUPS.13 Adanya prinsip f i duci ar y dut y ini diharapkan agar Direksi dalam mengelola perseroan dapat lebih prof esional apalagi seorang Direksi dit unt ut agar memiliki manager i al ski l l yang cukup baik.

Prinsip f i duci ar y dut y ini berlaku bagi Direksi dalam menj alankan t ugasnya baik dalam menj alankan f ungsinya sebagai manaj emen, yait u dalm mimpim perusahaan,

13 Hariyant o, 2001. Per t angunggj awaban Di r eksi PT Dal am

Si st em Hukum Per ser oan Indonesi a, Maj al ah Mi mbar Hukum, Yogyakart a: Fakul t as Hukum UGM, hl m. 44.

maupun sebagai represent asi, yait u mewakili perseroan di dalam dan di luar pengadilan.14 Selanj ut nya seorang Direksi perseroan harus-lah mempunyai kepedulian dan kemampuan (dut y of car e and ski l l ), ikt ikad baik, loyalit as dan kej uj uran t erhadap perseroan dengan “ deraj at yang t inggi” (hi gh degr ee).

Mengenai dut y of car e yang merupakan prinsip yang harus dipegang oleh seorang Direksi, oleh Munir Fuady j uga dirumuskan prinsip-prinsip hukum yang harus diperhat i-kan :

1) St andar kepedulian seorang Direksi (st an-dar d of car e), yang t erinci sebagai beri-kut :

a. Selalu berikt ikad baik;

b. Tugas-t ugas dilakukan kepedulianya sepert i yang dilakukan oleh biasa yang berhat ihat i (or dinar i l y pr udent per -son) dalam posisi dan sit uasi yang sama, at au sepert i yang dilakukan oleh orang t ersebut unt uk kepent ingan bisnis pribadinya;

c. Tugas-t ugas dilakukan dengan cara yang dipercayanya secara logis (r ea-sonnabl y bel i eve) merupakan kepen-t ingan yang kepen-t erbaik (beskepen-t inkepen-t er eskepen-t ) dari perseroan.

2) Secara hukum, seorang Direksi perseroan t idak akan bert anggung j awab semat a-mat a at as salah dalam mengambil ke-put usan (mer e er r or s). Bahkan, asalkan dia berikt ikad baik dan cukup berhat i-hat i, keput usan yang salah t idak dapat dibebankan kepada Direksi, sungguhpun kesalahan t ersebut akibat kurang pe-ngalaman at au kurang komprehensif da-lam mengambil keput usan. Dengan demi-kian, suat u hoi nest mist ake yang dilaku-kan oleh Direksi masih dapat dit oleransi oleh hukum. Bahkan Hakim t idak diper-kenalkan unt uk melakukan penilaian bis-nis yang berbent uk second guess t erhadap keput usan Direksi. Ini sesuai pula dengan prinsip-prinsip hukum yang

14 Munir Fuady, 2002, Dokt r i n-Dokt r i n Moder n Dal am

(7)

t erdapat dalam “ t eori keput usan bisnis” (busi ness j udgement r ul e);

3) Secara hukum, seorang Direkt ur t idak diharapkan t ingkat keahlian (degr ee ski l l ) kecuali hanya set ingkat yang dapat diharapkan secara waj ar dari orang yang sama penget ahuan dan sama pengalaman dengannya, at au yang dalam bahasa hukum popular dengan ist ilah degr ee of ski l l t hat r easonabl y be expect ed f r om a per son of t his knowl edge and exper i ence; 4) Terhadap t ugas-t ugas Direksi yang dapat

didelegasikan kepada bawahanya, maka berlaku asumsi hukum bahwa pihak bawahan t elah melakukan t ugasnya secara j uj ur (kecuali ada kerugian sebaliknya); 5) Direksi akan bert anggung j awab secara

hukum manakala dia gagal dalam meng-arahkan (f ai l ur e t o dir ect ) bawahannya dan j alannya perusahaan;

6) Direksi akan bert anggung j awab secara hukum manakala di menget ahui, membant u at au ikut melakukan t indakan yang bert ent angan dengan hukum, sungguhpun hal t ersebut semat a-mat a unt uk kepent ingan perseroan yang dipimpinnya.

Dalam t ugas mempedulikan (dut y of car e) yang diharapkan oleh seseorang Direk-t ur perusahaan, diharapkan harus dilakukan secara hat i-hat i sehingga t idak t erj adi adanya perbuat an at au t indakan yang merugikan pihak lain karena kelalaiannya (onr echmat i ge daad). Unt uk it u dalam t indakan at au perbuat annya seorang Direkt ur harus memenuhi 2 (dua) syarat : 15

a. Syarat prosedural, yang art inya Direksi

harus selalu sungguh-sungguh memper-hat ikan j alannya perseroan;

b. Syarat subt antif, yang art inya bahwa

dalam mengambil keput usan perseroan harus didasarkan at as pert imbangan yang rasional. Sebagai st andar rasional disini diukur dari keput usan t ersebut t erlihat sebagai respon yang waj ar t erhadap sit uasi yang ada, at au sebagai suat u

15

Ibi d, hl m. 49-50.

diskresi yang dibenarkan oleh hukum, at au bukan suat u diskresi yang melanggar hukum.

Keadaan yang meliput i seorang Direksi suat u perusahaan adalah sangat kompleks, sebab sat u pihak ia bert indak unt uk dan at as nama sert a unt uk kepent ingan perusahaan dan harus bert anggung j awab penuh at as pengurusan perusahaan, dan ia j uga harus bert indak prof esional dalam menj alankan perusahaan yang dipimpinnya. Dipihak lain ada kemungkinan ia menghadapi masalah yang mempengaruhi kebij akannya. Perlu diingat kembali bahwa masalah perusahaan adalah masalah yang berpangkal pada perilaku bisnis, sehingga nuansa bisnis yang penuh dengan aspek persaingan dan permainan sert a t rik-t rik dalam bisnis adalah sangat berpengaruh.

Kebebasan yang dimiliki seorang Direksi dalam memimpin suat u perusahaan (f ungsi manaj emen) ini sering kali masih t erlihat dapat dipengaruhi oleh pemegang saham mayorit as. Pengaruh pemegang saham mayorit as ini akan semakin t erlihat apabila dikait kan dengan adanya Perusahaan Kelompok (Gr oup Company) at au yang dikenal sebagai konsern.

Menurut Raaij imakers16 suat u Konser n at au Perusahaan Kelompok adalah suat u su-sunan dari perusahaan-perusahaan yang secara yuridis t et ap mandiri dan yang sat u dengan lain merupakan sat u kesat uan eko-nomi yang dipimpin oleh suat u perusahaan induk.

Dalam Perusahaan Kelompok si induk perusahaan dapat mengendalikan perusaha-an-perusahaan lain yang t ergabung dalam kelompoknya, walau secara yuridis di ant ara perusahaan-perusahaan t ersebut t idak t er-kait sat u sama lain. Cara membent uk Konser n bisda dilakukan dengan membuat perusahaan anak. Dengan demikian bisa t erj adi seorang Direksi menj adi dapat di-pengaruhi at au dikendalikan oleh perusahaan

16 Emny Pangar ibuan Si manj unt ak, 1994, Per usahaan

(8)

induknya. Oleh karena it u t anggung j awab Direksi at as t indakan yang dilakukannya ada kemungkinan akan berkait dengan per-usahaan lain (induk), apabila dapat diket ahui bahwa t indakan Direksi yang kemungkinan menimbulkan kerugian bagi pihak lain adalah sebagai akibat perbuat an perusahaan induk.

E. Penut up

Menyimak pendekat an t eori yang dipapar-kan t ugasnya sebagai pengurus perseroan me-miliki wewenang yang dit ent ukan dan dibat asi oleh :

1. Ket ent uan Undang-undang (UU No. 40 Tahun 2007 dan UU lainnya yang t erkait ); 2. Anggaran Dasar Perseroan;

3. RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham); 4. Dokt rin “ Ult ra Virres” ;

5. Prinsip Fiduciary Dut y.

Apabila seorang Direksi melakukan t indakan diluar ket ent uan dan bat asan-bat asan diat as, berart i t elah keluar dari prinsip hukum perwakilan dan dikualif ikasi t elah melakukan t indakan penyalahgunaan wewenang sebagai indikat ornya adalah :

1. Bert indak diluar wewenang yang diberikan dan t idak mengikut i mekanisme yang t elah dit ent ukan dalam Anggaran Dasar Perusahaan;

2. Melakukan t indakan melawan hukum baik dalam kualif ikasi perbuat an melawan hukum perdat a maupun pidana.

Daft ar Pust aka

Ali, Chidir. 1987. Badan Hukum, Bandung: Penerbit Alumni;

Andrea, Fockema. 1983. Kamus Ist i l ah Hukum (dit erj emahkan oleh Adiwinat a A. Teloeki dan H. Boerchanudin St . Bat oeh), Cet akan Pert ama. Jakart a: Binacipt a;

Clakson, Kenent h. W. Roger Miller Gaylord A. Jens, Franks B. Creas. 1991. West ’ s Busi nees Law, Fit h Edit ion: St . Paul New York, Los Angeles, San Fransisco: West Publising Company;

Fuady, Munir. 2002. Dokt r i n-Dokt r i n Moder n Dal am Cor por at i on Law dan Eksi st ensi nya Dal am Hukum Indonesi a. Bandung: Penerbit PT. Adit ya Bakt i;

Hariyant o. 2001. Per t angunggj awaban Di r eksi PT Dal am Si st em Hukum Per ser oan Indonesi a. Yogyakart a: Mimbar Hukum Maj alah, Fakult as Hukum UGM;

Moelj at no. 2000. Asas-Asas Hukum Pi dana. Jakart a: Penerbit Rineka Cipt a;

Rahardj o, Sat ij ipt o. 1996. Il mu Hukum. Bandung: Penerbit Cit ra Adit ya Bakt i; Soehardi, Sigit . 1992. Pengor ganisasi an.

Yogyakart a: Fakult as Ekonomi Universit as Gadj ah Mada;

Soerj oprakt ino, Hart ono. 1994. Per waki l an Ber dasar kan Kehendak. Edisi ke dua. Yogyakart a: Penerbit PT. Must ika Wikasa; Soeparno, Imam. 2001. Hukum Per bur uhan

bi dang Hubungan Ker j a. Penyunt ing Helena Poerwant o dan Suliat i Rachmat , Cet akan kesembilan, Jakart a: Penerbit Dj ambat an;

Simanj unt ak, Emny Pangaribuan. 1994. Per usahaan Kelompok (Gr oup Company). Yogyakart a: Seksi Hukum Dagang Fak. Hukum UGM;

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Memandu post-test: merancang tahapan observasi terstruktur, meliputi persiapan, pengambilan data dan teknik pencatatan data. Memandu tugas lab: melakukan observasi

[r]

Membagi mahasiswa dalam kelompok @ 5 mahasiswa untuk melakukan bedah kasus dari penelitian eksperimen yang diberikan; menganalisa desain eksperimental2. Contoh peneltian

Pengadilan pengaju setiap mengirim berkas perkara banding harus mengirimkan disket putusan ( dan berpedoman kepada Surat Edaran Panitera Mahkamah Agung RI dan Kebijakan yang

Sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia (humam resources) pada dasarnya pendidikan di sekolah maupun madrasah bertujuan untuk mengembangkan aspek-aspek kemanusiaan

Cocktail making evening in Sussex is an ideal corporate event to enhance the team-building attitude in corporate people.. This event is like a breath of fresh air after the

n : Hasil Rapat Dewan Guru SD Negeri 2 Karanganyar tanggal 16 Juni 2016 di SD Negeri 2 Karanganyar tentang Pembagian Tugas Guru Dalam Kegiatan Proses Belajar Mengajar