• Tidak ada hasil yang ditemukan

Biaya Standar dan Analisis Varians pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Biaya Standar dan Analisis Varians pada"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Bagi perusahaan manufaktur mengolah bahan baku menjadi bahan siap jadi adalah kegiatan utama perusahaan. Bahan baku yang awalnya bernilai jual rendah, ditangan para pengusaha manufaktur akan disulap menjadi barang bernilai jual tinggi. Tentunya bahan baku akan melalui proses terlebih dahulu dimulai dari bahan mentah, bahan setengah jadi hingga bahan jadi. Jika dana menjadi jantung utama perusahaan maka boleh dikatakan bahan baku menjadi jantung kedua bagi perusahaan. Tanpa bahan baku, sudah dapat dipastikan kegiatan produksi perusahaan akan terhenti. Bila perusahaan sudah terhenti proses produksinya, maka perusahaan tak akan bisa menjalankan usahanya lagi. Itulah gambaran pentingnya bahan baku bagi perusahaan manufaktur.

Posisi bahan baku sebagai jantung kedua perusahaan manufaktur, membuat kita harus menganalisis pemakaian dan harga bahan baku itu sendiri secara lebih dalam lagi. Pembelian bahan baku yang tidak sesuai harga yang ditetapkan oleh perusahaan hanya akan mengakibatkan kerugian. Belum lagi ketika proses produksi yang menggunakan terlalu banyak bahan baku. Untuk mengantisipasi hal tersebut dibutuhkan standar sebagai acuan perusahaan untuk mengolah dan membeli bahan baku mereka.

Penggunaan analisis sebagai acuan standar dengan biaya sesungguhnya di dunia akuntansi manajemen dikenal dengan istilah analisis varians bahan baku. Mengingat pentingnya analisis varians bahan baku bagi kegiatan produksi, tentunya kita harus mengakui setiap perusahaan kecil maupun besar harus melakukan analisis ini. Tetapi ternyata masih banyak perusahaan yang tidak menganalisis lebih lanjut malah mereka hanya fokus menekan biaya sesunggungnya tanpa mengetahui penyebabnya. Salah satu perusahaan manufaktur yang tidak memanfaakan analisis ini adalah PT VINAYAKA ABADI Palembang. Perusahaan ini hanya menyusun biaya standar terhadap biaya sesungguhnya tanpa menganalisis lebih jauh kegunaan data-data tersebut.

(2)

dengan biaya sesungguhnya (akrual) maka manajer PT VINAYAKA ABADI dapat segera menganalis penyebab penyimpangan dan tindakan dievaluasi bisa diambil.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menganalis selisih biaya standar dan sesungguhnya bahan baku PT VINAYAKA ABADI untuk menemukan adanya kemungkinan penyimpangan yang terjadi. Karena bila sumber penyimpangan bisa diketahui, maka biaya produksi bisa dikendalikan.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembahasan masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah a) Apakah manfaat biaya standar bagi peusahaan manufaktur?

b) Apakah ada penyimpangan yang terjadi pada PT VINAYAKA ABADI dalam penentuan biaya standar dan sesungguhnya ?

3. Tujuan dari Tulisan

Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi tujuan penulis ada 3 hal. 1. Untuk mengetahui manfaat biaya standar bagi pelaksanaan manufaktur.

2. Menganalisis penyimpangan yang terjadi pada PT VINAYAKA ABADI dalam penerapan biaya standar dan sesungguhnya (akrual).

3. Sebagai bahan bacaan bagi seorang manajer atau calon manajer dalam menghadapi penyimpangan dalam penentuan biaya standar bahan baku.

(3)

KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. KERANGKA TEORITIS

1. Pengertian Biaya Standar

Biaya standar adalah pengukuran dari elemen-elemen biaya yang seharusnya terjadi untuk membuat satu unit produk. Standar mempunyai arti patokan atau tolak ukur. Dengan demikian biaya standar dapat diartikan sebagai biaya produksi yang ditentukan dimuka untuk mengukur pelaksanaan (penengeluaran biaya) produksi sesungguhnya. Biaya standar akan ditentukan terlebih dahulu sbelum operasi produksi sesungguhnya dimulai.

2. Tujuan Biaya Standar

Tujuan biaya standar pada pokoknya adalah untuk digunakan manajemen sebagai alat bantu dalam melakukan penegendalian biaya yang selanjutnya harus dipertanggungjawabkan apabila dalam pelaksanaannya timbul penyimpangan dari standar.

3. Jenis Biaya Standar

a) Standar Ideal, dimana penyusunannya dilandasi pada kondisi paling ideal. Mulai dari keadaan kapasitas penuh, pegawai bekerja sesuai waktu yang ada tanpa ada nya absen, serta material yang selalu tersedia.

b) Standar bisa diharapkan, kondisi ini sudah memperhitungkan kondisi normal perusahaan seperti tingkat absen karyawan, adanya kemungkinan kerusakan kapasitas mesin dan kemungkinan lainnya.

c) Standar nornial/ekonomi, standar ini yang paling layak digunakan sebagai alat pengawasan pelaksanaan karena penyusunannya sudah memperhitungkan segala kondisi yang datang dari pihak internal maupun eksternal.

4. Manfaat Adanya Biaya Standar

(4)

a) Sebagai alat pengawasan, dengan membandingkan hasil pelaksanaan yang sesungguhnya dengan apa yang seharusnya terjadi sesuai standar yang ditentukan. Jadi biaya standar digunakan sebagai dasar pembanding kegiatan perusahaan. b) Sebagai alat pengambil keputusan, biaya standar sering dipakai untuk

menentukan harga jual terutama untuk produk khusus seperti jasa dan semacamnya yang dibebankan pada pelanggan-pelanggan khusus.

c) Alat pengukur biaya yang rasional, bila menggunakan sistem biaya akrual ada kemungkinan penggunaan bahan yang sama dan jumlah bahan yang seharusnya sama pada satu macam jenis produk.

d) Menghemat biaya pencatatan, biaya yang sudah distandarkan lebih mudah dala pengolahan pencatatannya karena tinggal mengalikan dengan jumlah yang dipakai dan biaya sesungguhnya, bisa dicatata secara kumulatif pada akhir perode untuk melihat selisih antara standar dan sesungguhnya.

5. Pengertian Analisi Varians/Selisih

Perbedaan antara harga standar dengan dan harga sesungguhnya, serta kuantitas standar dengan kuantitas sesungguhnya adalah pengertian dari varians. Sedangkan tindakan dalam menghitung dan menginterpretasikan selisih disebut analisis selisih. Dalam materi ini akan sering kita mendengar biaya standar dan biaya akrual/sesungguhnya. Sebab-sebab dari terjadinya selisih perhitungan perlu diketahui oleh seorang manajer, karena selisih menunjukkan adanya ketidaktepatan atau ketidakefisienan dari pelaksanaan maupun penetapan standar yang ada.

Jika kita berbicara pada umumnya,apabila biaya pelaksanaan sesungguhnya menyimpang dari standar secara terus-menerus dengan jenis penyimpangan yang sama, seperti adanya kita temui kata tidak menguntungkan, maka biasanya terjadi kesalahan pada standar yang ada. Maka manajemen harus merevisi standarnya. Tetapi apabila penyimpangan yang terjadi tidak terus menerus baik jenis dan jumlah yang berbeda-beda maka kesalahan ada pada pelaksanaan atau biaya akrualnya. Maka manajer juga harus cepat mengambil keputusan yang tepat.

6. Beberapa Selisish dalam Unsur Biaya Produksi

a) Selisih terhadap biaya material (selisih material)

(5)

c) Selisih pada biaya overhead pabrik (selisih overhead pabrik)

Standar adalah tolak ukur, apabila biaya aktual lebih besar dari standar maka akan dianggap tidak menguntungkan (unfavorable). Sebaliknya apabila pengeluatran aktual lebih kecil dari biaya standar maka dianggap menguntungkan (favorable). Karena meteri yanga akan dibahas adalah mengenai selisih terhadap biaya material maka penulis akan menjelaskan bagin tersebut pada bagian ini.

7. Selisih Material (Bahan Baku)

Selisih material merupakan perbedaan antara biaya material menurut standar dengan biaya material akrual yang dikeluarkan.

Sebab-sebab selisih material adalah: a) Selisih harga material

Mengukur perbedaan antara berapa yang harus dibayar untuk bahan baku dan berapa yang secara aktual dibayar.

Rumus:

MPV = (SP x AQ) - (AP x AQ) Atau

MPV = (SP-AP) x AQ

Dimana: MPV = Material Price Variance

AP = (Actual Price) Harga aktual per SP = (Standart Price) Harga standar per AQ = (Actual Quantity) Kuantitas aktual

b) Selisih harga pemakaian material (kuantitas)

Mengukur perbedaan antara bahan baku langsung yang secara aktual digunakan dan bahan baku langsung yang seharusnya digunkan untuk output aktual.

Rumus :

MUV = (SP x SQ) - (SP x AQ) Atau

MUV = (AQ – SQ) x SP

Dimana : MUV = Material Usage Variance

(6)

SQ = (Standart Quantity) Kuantitas standar SP = (Standart Price) Harga standar

8. Skema Perhitungan Selisih

9. Hubungan antara Biaya Standar dan Analisis Varians

Biaya standar merupakan alat bantu manajemen dalam pengendalian biaya, dimana biaya standar yang telah disusun digunakan sebagai tolak ukur apakah pengeluaran biaya sudah sesuai dengan yang distandarkan.

Setelah biaya standar diketahui, kemudian dibandingakan dengan standar, maka akan timbul perbedaan atau selisih. Manajemen harus menyelidiki sebab-sebab terjadinya perubahan itu. Dalam hal ini manajemen melakukan analisis varians (analisis selisih)

(7)

Berdasarkan kerangka teoritis diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah analisis selisih biaya standar dan biaya sesungguhnya secara mendalam belum dilakukan oleh perusahaan PT VINAYAKA ABADI Palembang.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Metode Penelitian

(8)

2. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Sumber data yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah data primer. Yaitu data yang diperoleh bukan secara langsung diperoleh oleh sipeneliti melainkan data yang telah ada sebelumnya didalam buku ataupun jurnal yang diperoleh oleh peneliti lain. Kemudian penulis menggunakan data tersebut guna memperkuat kajian-kajian teoritis yang sedang diteliti, dengan tidak mengurangi hasil penelitian yang terdahulu.

BAB IV

ANALISIS PENELITIAN DAN HASIL PENELITIAN

A. ANALISIS PENELITIAN

PT Vinayaka Abadi Palembang adalah salah satu perusahaan manufaktur di Indonesia yang bergerak dibidang perumahan. Perusahaan ini menyediakan berbagai type rumah yang di inginkan konsumennya. Bahan material/baku yang digunakan adalah semen, pasir, batu bata, bataco, besi 8x12, kawat beton, dan besi 4x6. Semua bahan tersebut harus dikendalikan oleh bagian manajemen.

(9)

membedakan baham baku menjadi kategori adalah karena tanggung jawab para manajer yang membawahi aktivitas keduanya jauh berbeda. Misalnya saja manajer dibidang pembelian bertanggung jawab terhadap harga bahan mentah itu sendiri. Dilain pihak manajer di bagian produksi bertanggung jawab terhadap jumlah bahan baku yang digunakan untuk melakukan proses produksi.

Varians harga bahan baku: selisih harga bahan baku sesungguhnya dengan harga bahan baku berdasarkan standar yang diperkenankan.

Rumus : (harga bahan aktual –harga bahan standar) x kuantitas aktual bahan

Varians pemakaian bahan baku: selisih antara kuantitas aktual yang digunakan untuk produksi dengan pemakaian bahan berdasarkan standar yang ditetapkan, menggunakan harga beli bahan baku.

Rumus : (kuantitas bahan aktual x kuantitas bahan standar) x harga bahan standar

Hal yang perlu kita ingat dalam menghitung varians bahan baku yang menguntungkan akan kita peroleh jika harga atau jumlah pembelian bahan baku berada dalam posisi dibawah standar yang ditentukan. Dan disebut tidak untung jika harga atau jumlah bahan baku berada diatas standar yang ditentukan.

Berikut ini adalah data yang diperoleh dari PT Vinayaka Abadi Palembang

1. Tarif bahan baku untuk type ruko tahun 2008

No Jenis

2 Pasir 250 240 M3 95.000 110.000 3 Batu bata 1.500 1.350 Buah 1.250 1.500 4 Bataco 1.450 1.500 Buah 1.700 2.000 5 Besi 8x12 110 125 Batang 32.000 35.000 6 Kawat beton 250 270 Kg 12.500 15.000 7 Besi 4x6 325 300 Batang 27.500 30.000

Sumber: PT Vinayaka Abadi tahun 2008

(10)

PT Vinayaka Abadi Palembang Laporan kinerja departemen pembelian

2008 2 Pasir 250 95.000 110.000 15.000 3.750.000 Untung 3 Batu bata 1.500 1.250 1.500 250 375.000 Untung 4 Bataco 1.450 1.700 2.000 300 435.000 Untung 5 Besi

8x12

110 32.000 35.000 3.000 330.000 Untung

6 Kawat beton

250 12.500 15.000 2.500 625.000 Untung 7 Besi 4x6 325 27.500 30.000 2.500 812.500 Untung

ANALISIS:

Bagian manajemen yang bertugas untuk menganalisis mengenai varians harga bahan baku adalah bagian manajemen bagian pembelian. Manajemen pembelian yang mempunyai wewenang pembelian harga bahan baku yang ingin di produksi. Data analisis perhitungan perbedaan bahan baku diatas adalah hasil kinerja bagian manajemen pembelian PT Vinayaka Abadi Palembang pada periode 2008.

Pada bagian penentuan standar yang ditentukan manajemen pembelian , disimpulkan bahwa perusahaan sudah berhasil membuat standar yang tepat. Karena pembelian bahan baku tidak melebihi harga yang di standarkan. Sehingga tidak ada penyimpangan pada penentuan standar yang ditetapkan.

(11)

adalah seharga Rp55.000. Perbedaan yang diperoleh adalah Rp 5.000. Berarti manajer pembelian berhasil memperoleh keuntungan 5.000 dari bahan baku semen, dan begitu juga dengan bahan baku yang lainnya.

Tetapi bila kita menganalisis lebih dalam lagi mengenai kondisi perusahaan, kita akan dapati kondisi yang sulit untuk dihindari lagi. Dibagian perbedaan harga standar dan harga sesungguhnya, kita akan mendapati ternyata untuk memperoleh keuntungan dalam penekanan pembelian bahan baku, ada hal yang tidak diperhitungkan oleh bagian manajer pembelian. Tentunya manajer membeli bahan baku dengan kualitas rendah untuk proses produksi. Bila kualitas bahan baku yang rendah digunakan tentu akan menurunkan kualitas hasil produsisi. Atau hal yang paling buruk jika bahan baku itu tidak cocok untuk diproduksi.

Hal-hal seperti itulah yang perlu dihindari oleh manajer dibagian pembelian untuk itu diperlukan analisi lebih dalam mengenai perbedaan harga bahan baku dan standar perlu dilakukan oleh perusahaan. Sehingga segala tindakan pencegahan ataupun pengendalian bisa langsung diambil dengan cepat oleh manajer.

1.b. Perhitungan varians kuantitas untuk tipe ruko tahun 2008

PT Vinayaka Abadi Palembang Laporan kinerja departemen produksi

2008

1 Semen 55.000 80 85 5 275.000 Untung 2 Pasir 110.000 250 240 -10 -1.100.000 Tidak

untung 3 Batu bata 1.500 1.500 1.350 -150 -225.000 Tidak

(12)

5 Besi 8x12

35.000 110 125 15 525.000 Untung 6 Kawat

beton

15.000 250 270 20 300.000 Untung

7 Besi 4x6 30.000 325 300 -25 -750.000 Tidak untung

ANALISIS:

Manajemen yang bertanggung jawab dalam menganalisis varians kuantitas bahan baku adalah manajer produksi. Manajer produksi mempunyai kewenangan menentukan jumlah bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi. Data analisis perhitungan perbedaan pemakaian bahan baku diatas adalah hasil kinerja bagian manajemen produksi PT Vinayaka Abadi Palembang pada periode 2008.

Dari segi penentuan jumlah standar, manajemen produksi tidak berhasil melaksanakan tugasnya. Tiga dari tujuh standar yang disediakan, ketiganya berada diluar perhitungan standar yang ditentukan. Hampir setengah standar yang mengalami kegagalan perhitungan. Dalam situasi seperti ini, diperlukan penyusunan standar yang baru oleh manajer. Tentunya ketidaksesuaian standar dan sesungguhnya disebabkan oleh banyak faktor yang mempengaruhinya.

Dari segi “untung” dan “tidak untung” maka manajemen produksi juga kurang berhasil karena masih ada status tidak untung dari bahan baku yang dihitung. Seperti bahan baku pasir yang yang distandarkan adalah 240 sementara kuantitas pasir yang dipakai dalam proses produksi adalah 250. Dari sini terlihat perbedaan 10 kelebihankuantitas bahan baku untuk di produksi dari yang distandarkan.

Bila kita analisis lebih dalam lagi, maka akan banyak pemicu dari status “tidak untung’ yang dialami perusahaan pemakaian bahan baku yang berlebihan terjadi karena faktor mesin yang tidak bagus, tenaga kerja yang tidak terlatih sehingga terjadi banyak kesalahan , supervisi yang lemah atau bahan yang kualitas rendah.

(13)

meneliti apakah bahan tersebut tidak akan merugikan perusahaan kedepannya lagi. Tapi karena kita membicarakan mengenai jumlah barang yang tidak sesuai standar maka kita akan membebankan tanggung jawab ini sepenuhnya di pegang oleh manajer produksi. Oleh karena itu manajer produksi harus lebih komunikatif lagi pada bagian manajemen pembelian.

2. Tarif bahan baku untuk type ruko tahun 2009

No Jenis Material

2 Pasir 250 240 M3 115.000 120.000 3 Batu bata 1.500 1.350 Buah 1.500 1.900 4 Bataco 1.450 1.500 Buah 2.000 2.500 5 Besi 8x12 110 125 Batang 32.000 35.000 6 Kawat beton 250 270 Kg 12.500 15.000 7 Besi 4x6 325 300 Batang 30.000 35.000

Sumber: PT Vinayaka Abadi tahun 2009

2.a. Perhitungan varians harga bahan baku untuk tipe ruko tahun 2009

(14)

dibeli (2-3) (1x4)

1 Semen 80 55.000 60.000 5.000 400.000 Untung 2 Pasir 250 115.000 120.000 5.000 1.250.000 Untung 3 Batu bata 1.500 1.500 1.900 400 600.000 Untung 4 Bataco 1.450 2.000 2.500 500 725.000 Untung 5 Besi

8x12

110 32.000 35.000 3.000 330.000 Untung

6 Kawat beton

250 12.500 15.000 2.500 625.000 Untung 7 Besi 4x6 325 30.000 35.000 5.000 1.625.000 Untung

ANALISI:

Seperti yang telah penulis analisis ditahun 2008, maka ditahun 2009 ini analisis penulis tidak jauh berbeda. Bagian manajemen yang bertugas untuk menganalisis mengenai varians harga bahan baku adalah bagian manajemen bagian pembelian. Manajemen pembelian yang mempunyai wewenang pembelian harga bahan baku yang ingin di produksi. Data analisis perhitungan perbedaan bahan baku diatas adalah hasil kinerja bagian manajemen pembelian PT Vinayaka Abadi Palembang pada periode 2009.

PT Vinayaka Abadi Palembang sebenarnya sudah menentukan standar, tetapi tidak menganalisis lebih dalam lagi, hal ini membuat kesalahan yang sama masih terus terulang di tahun 2009. Walau standar sudah baik tapi kualitas bahan baku yang lebih rendah masih digunakan. Berikut masih akan penulis jelaskan lebih dalam lagi.

Pada bagian penentuan standar yang ditentukan manajemen pembelian , disimpulkan bahwa perusahaan sudah berhasil membuat standar yang tepat. Karena pembelian bahan baku tidak melebihi harga yang di standarkan. Sehingga tidak ada penyimpangan pada penentuan standar yang ditetapkan. Standar ditahun 2008 ke 2009 ada kenaikan 5000 hal ini disebabkan naiknya harga bahan baku.

(15)

pembelian berhasil memperoleh keuntungan 5.000 dari bahan baku semen, dan begitu juga dengan bahan baku yang lainnya.

Bila kita menganalisis lebih dalam lagi mengenai kondisi perusahaan, kita akan dapati kondisi yang sulit untuk dihindari lagi. Manajer yang belum belajar pada pengalaman 2008, masih membeli bahan baku dengan kualitas rendah untuk proses produksi. Bila kualitas bahan baku yang rendah digunakan tentu akan menurunkan kualitas hasil produsisi. Atau hal yang paling buruk jika bahan baku itu tidak cocok untuk diproduksi.

2.b. Perhitungan varians kuantitas untuk tipe ruko tahun 2009

PT Vinayaka Abadi Palembang 2 Pasir 120.000 250 240 -10 -1.200.000 Tidak

untung 3 Batu bata 1.900 1.500 1.350 -150 -285.000 Tidak

untung 4 Bataco 2.500 1.450 1.500 50 125.000 Untung 5 Besi

8x12

35.000 110 125 15 525.000 Untung 6 Kawat

beton

15.000 250 270 20 300.000 Untung

7 Besi 4x6 35.000 325 300 -25 -875.000 Tidak untung

(16)

Analisis ditahun 2009 ini tidak jauh berbeda dengan tahun 2008 karena jumlah bahan baku dan standar yang ditentukan masih sama. Walaupun harga naik tetapi jumlah yang mao di produksi masih sama. Manajemen yang bertanggung jawab dalam menganalisis varians kuantitas bahan baku adalah manajer produksi. Manajer produksi mempunyai kewenangan menentukan jumlah bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi.

Dari segi penentuan jumlah standar, manajemen produksi tidak berhasil melaksanakan tugasnya. Tiga dari tujuh standar yang disediakan, ketiganya berada diluar perhitungan standar yang ditentukan. Hampir setengah standar yang mengalami kegagalan perhitungan. Dalam situasi seperti ini, diperlukan penyusunan standar yang baru oleh manajer. Tentunya ketidaksesuaian standar dan sesungguhnya disebabkan oleh banyak faktor yang mempengaruhinya.

Dari segi “untung” dan “tidak untung” maka manajemen produksi juga kurang berhasil sama seperti di tahun 2008, karena masih ada status tidak menguntungkan dari bahan baku yang dihitung. Seperti bahan baku pasir yang yang distandarkan adalah 240 sementara kuantitas pasir yang dipakai dalam proses produksi adalah 250. Dari sini terlihat perbedaan 10 kelebihankuantitas bahan baku untuk di produksi dari yang distandarkan.

Bila kita analisis lebih dalam lagi seperti ditahun 2008, makadi tahun 2009 pemicu dari status “tidak untung’ yang dialami perusahaan masih sama yaitu pemakaian bahan baku yang berlebihan terjadi karena faktor mesin yang tidak bagus, tenaga kerja yang tidak terlatih sehingga terjadi banyak kesalahan , supervisi yang lemah atau bahan yang kualitas rendah.

(17)

Kesalahan akan selalu berulang-ulang terjadi apabila perusahaan ini tidak mengambil tindakan yang serius. Membuat standar bagi perusahaan hanya akan sia-sia bila standar itu pada akhirnya tidak digunakan untuk melakukan analisis. Seperi ditahun 2008 dan 2009 kesalahan yang sama masih kita temui yaitu penggunaan kualitas bahan baku di bawah standar. Walaupun tujuannya untuk menekan biaya produksi berhasil tapi bila bahan baku tidak cocok untuk proses produksi maka usaha manajer pembelian hanya akan sia-sia saja.

B. HASIL ANALISIS

Dari hasil deskripsi data di atas, dapat dikemukakan beberapa temuan penelitian sebagai berikut:

1. Hasil varians harga material dengan harga standar PT Vinayaka Abadi Palembang

No Jenis Material 2008 2009

1 Semen Untung Untung

2 Pasir Untung Untung

3 Batu bata Untung Untung

4 Bataco Untung Untung

5 Besi 8x12 Untung Untung 6 Kawat beton Untung Untung

7 Besi 4x6 Untung Untung

Manajer pembelian yang bertanggung jawab dibidang pembelian bahan baku berhasil menentukan perhitungan standar yang tepat dalam penetapan harga bahan baku yang akan masuk proses produksi. Selama 2 tahun berturut-turut keberhasilan bisa bertahan. Walaupun ditahun 2009 terjadi kenaikan harga bahan baku tapi manajer pembelian berhasil menanganinya dengan menaikkan standar yang ada. Sehingga bisa dipastikan manajer berhasil menekan biaya produksi.

(18)

Kesalahan penggunaan bahan baku berkualitas lebih rendah selama tahun 2008 dan 2009 masih menghiasi laporan keuangan PT Vinayaka Abadi Palembang ini. Hal ini membuktikan kebenaran hipotesis awal penulis yang menyatakan “ walaupun PT Vinayaka Abadi Palembang membuat stadar biaya pembelian bahan baku tetapi PT vinayaka ini tidak melakukan analisis yang mendalam terhadap selisih yang ada.” Penggunaan bahan baku yang berkualitas rendah akan selalu terjadi apabila manajer pembelian tidak menyadari kesalahannya. Untuk itu diperlukan analisis varians yang lebih dalam lagi.

2. Hasil varians kuantitas material dengan kuantitas standar PT Vinayaka Abadi Palembang

No Jenis Material 2008 2009

1 Semen Untung Untung

2 Pasir Tidak untung Tidak untung 3 Batu bata Untung Untung 4 Bataco Tidak untung Tidak untung

5 Besi 8x12 Untung Untung

6 Kawat beton Untung Untung 7 Besi 4x6 Tidak untung Tidak untung

Hasil analisis dengan analisis varians bahan baku menunjukkan bahwa kinerja manajer produksi PT Vinayaka Abadi belum sepenuhnya memperlihatkan pengendalian biaya produksi dikarenakan masih terjadinya penyimpangan yang bersifat menguntungkan dan tidak menguntungkan. Hal ini berarti penetapan kuantity stndart yang akan diproduksi perusahaanpun tidak berhasil dibuat baim itu ditahun 2008 mauoun 2009. Terbukti dari adanya kelebihan jumlah produksi yang akan di produksi dibanding jumlah bahan baku yang sudah di standarkan.

Bila kita melakukan analisis lebih jauh lagi, sebenarnya ketidak berhasilan yang dibebankan pada manajer produksi tidak sepenuhnya kesalahan manajer ini. seperti yang telah kita analisis penggunaan bahan baku berkualitas lebih rendah dari standar yang ditetapka akhirnya membawa dampak pada proses produksi. Ketidak cocokan beberapa bahan membuat bagian produksi harus bekerja ekstra untuk memproduksi jumlah bahan baku sesuai standar yang berlaku.

(19)

selalu terjadi kesalahan yang sama ditahun yang berbeda. Agar hal ini bisa teratasi perlunya analsis vaarians bahan baku untu kemajuan perusahaan.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

(20)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab IV maka dapat diambil simpulan yaitu dalam menetapkan standar harga dan jumlah bahan baku yang akan di produksi pada sebuah perusahaan dibutuhkan analisis yang lebih dalam lagi. Hal ini untuk menghindari pemahaman yang salah dalam menetapkan kebijakan-kebijakan harga dan kuantitas barang yang akan diproduksi. Karena kenyataanya dari hasil penelitian ini, keberhasilan manajer dalam menekan harga pembelian yang terlihat menguntungkan sebenarnya tidak menguntungkan yang terlihat dari proses produksi yang gagal.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis menyarankan PT Vinayaka Abadi Palembang melakukan analisis yang lebih dalam terhadap penetapan standar biaya dan kuantitas bahan baku yang akan diproduksi.

DAFTAR PUSTAKA

(21)

Mowen,Hansen.2004.Manajement Accounting:Salemba Empat.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dan kesimpulan penelitian ini adalah kinerja guru mata pelajaran ekonomi tersertifikasi di SMA Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah belum sepenuhnya menunjukkan

Dari penelitian dapat dihasilkan temuan yang merupakan hasil dari penelitian sebagai berikut : pertama, Implementasi Sistem Syirkah dalam Pendistribusian Hasil Usaha Dana

Tapi jika firman Tuhan bertahan selama-lamanya, apa yang harus kita lakukan pada ayat-ayat yang bertentangan, karena tidak mungkin bagi manusia berumur 40 tahun yang mempunyai anak

Berdasarkan hasil penelitian dengan metode turbidimetri, konsentrasi hambat minimum ekstrak kulit nanas terhadap bakteri Staphylococcus aureus yaitu pada konsentrasi

The authors have shown that an increasing support for private health expenditure leads to a higher level of capital accumulation and leads also to a higher level of

a) Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Terpadu – Layanan Penelitian Pra Klinik Pengembangan Hewan Percobaan (LPPT-LP3HP) Universitas Gadjah Mada untuk pengadaan

Dari Tabel 1 diketahui bahwa jumlah individu yang paling banyak ditemukan terdapat pada stasiun 6 yaitu sebanyak 24 individu, hal ini dikarenakan stasiun ini

Berdasarakan penelitian yang dilakukan oleh Nur Meisya (2008), dimana secara statistik diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kepatuhan terhadap peraturan