• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGURUSAN DAN PEMBERESAN HARTA PAILIT A. Pengertian dan Syarat-Syarat Kepailitan - Analisis Yuridis Terhadap Penahanan Debitur Pailit dalam Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II PENGURUSAN DAN PEMBERESAN HARTA PAILIT A. Pengertian dan Syarat-Syarat Kepailitan - Analisis Yuridis Terhadap Penahanan Debitur Pailit dalam Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGURUSAN DAN PEMBERESAN HARTA PAILIT

A. Pengertian dan Syarat-Syarat Kepailitan

Secara tata bahasa, kepailitan berarti berarti segala hal yang berhubungan

dengan pailit. Kata pailit menandakan ketidakmampuan untuk membayar serang

debitur atas utang-utangnya yang telah jatuh tempo atau yang dikenal dalam

bahasa Inggris dengan “banckrupty”. Sedangkan terhadap perusahaan debitur

yang berada dalam keadaan tidak membayar utang-utangnya disebut dengan

insolvensi. 14

Konsep dasar kepailitan sebenarnya bertitik tolak dari ketentuan Pasal

1131 KUHPerdata dan Pasal 1132 KUHPerdata. Pasal 1131 KUHPerdata

menyatakan bahwa semua barang, baik yang bergerak maupun yang tidak

bergerak milik debitur, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di

kemudian hari menjadi jaminan bagi perikatan-perikatan perorangan debitur itu,

sedangkan Pasal 1132 KUHPerdata menyatakan bahwa kebendaan tersebut

menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan padanya;

pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu Kepailitan merupakan suatu sitaan umum, atas seluruh harta

kekayaan dari orang yang berutang, untuk dijual di muka umum, guna

pembayaran utang-utangnya kepada semua kreditur, dan dibayar menurut

perbandingan jumlah piutang masing -masing.

14

(2)

menurut besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila di antara para

berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan.

Adapun asas yang terkandung dalam kedua pasal di atas adalah:15

1. Apabila si debitur tidak membayar utangnya dengan sukarela atau tidak

membayarnya, walaupun telah ada keputusan pengadilan yang

menghukumnya supaya melunasi utangnya, atau karena tidak mampu untuk

membayar seluruh utangnya, maka semua harta bendanya disita untuk dijual

dan hasil penjualan itu dibagi-bagikan antara semua krediturnya secara

ponds-ponds-gewijze, artinya menurut perimbangan, yaitu menurut besar

kecilnya piutang masing-masing kreditur, kecuali apabila di antara para

kreditur itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan.

2. Semua kreditur mempunyai hak yang sama.

3. Tidak ada nomor urut dari para kreditur yang didasarkan atas saat timbulnya

piutang-piutang mereka.

Syarat-syarat permohonan pailitdinyatakan pada Pasal 2 ayat (1)UUK dan

PKPU, yaitu debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar

lunas setidaknya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan

pailit dengan putusan pengadilan, baik atas permohonann satu atau lebih

krediturnya.

Ketentuan di atas mensyaratkan bahwa untuk mempailitikan debitur harus:

1. Mempunyai 2 (dua) atau lebih kreditur;

15

(3)

Keharusan adanya dua atau lebih kreditur dikenal sebagai concursus

creditorium. Syarat ini menegaskan bahwa dalam kepailitan dihindari sita

individual, karena jika hanya terdapat 1 kreditur, maka tidak akan sesuai dengan

eksistensi hukum kepailitan yang mengatur bagaimana cara membagi harta

kekayaan debitur di antara para krediturnya.

Fred B. G. Tumbuan berpendapat bahwa keharusan ini sesuai dengan

Pasal 1132 KUHPerdata, yang pada dasarnya menetapkan bahwa pembagian

kekayaan debitur di antara krediturnya harus dilaksanakan secara pari passu pro

parte.16

2. Tidak membayar lunas setidaknya satu utang yang telah jatuh waktu dan

dapat ditagih;

a. Pengertian “tidak membayar”;

Pengertian tidak membayar dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu:

1) Insolvent (tidak mampu membayar), adalah suatu keadaan dimana

aset lebih kecil daripada utang.

2) Solvent (mampu membayar namun tidak mau membayar), adalah

suatu keadaan dimana perusahaan sehat, dimana aset lebih besar

daripada utang.

Yang menjadi pertimbangan Pengadilan Niaga untuk menyatakan

suatu debitur pailit, tidak saja oleh karena ketidakmampuan debitur

tersebut untuk membayar utang-utangnya, tetapi juga termasuk

16

(4)

ketidakmauan debitur untuk melunasi utang-utang tersebut seperti yang

telah diperjanjikan.17 b. Pengertian “lunas”

Pasal 2 ayat (1) UUK dan PKPU dalam perubahannya menambah

kata “lunas” setelah kata “tidak membayar” untuk mengatasi

kelemahan-kelemahan dalam praktek, seperti debitur yang sudah membayar tetapi

tidak lunas tidak dapat dipailitkan, karena apabila jika pelunasannya lama,

maka hal itu akan merugikan krediturnya.

c. Pengertian “utang”

Tidak adanya pengertian utang dalam Undang-Undang Nomor 4

Tahun 1998 merupakan salah satu kekosongan yang terdapat dalam

undang-undang ini. Kelemahan ini kemudian diperbaiki dalam UUK dan

PKPU :

“Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang, baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing baik secara langsung maupun yangakan timbul di kemudian hari atau kontijen,yang timbul karena perjanjian atau undang-undang dan wajib dipenuhi oleh debitur dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada kreditur untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan debitur.”

Secara normatif, makna utang di sini sangat luas. Utang yang

terjadi bukan hanya karena perjanjian utang-piutang atau perjanjian kredit

saja, tetapi juga kewajiban membayar sejumlah uang yang timbul dari

perjanjian lainnya, antara lain seperti perjanjian sewa-menyewa, perjanjian

jual beli, perjanjian pemborongan, perjanjian tukar-menukar, perjanjian

17

(5)

sewa-beli, dan lain-lain. Demikian juga halnya kewajiban membayar

sejumlah uang yang timbul karena undang-undang adalah utang. Misalnya

pajak yang belum dibayar kepada negara adalah utang. Selain itu,

kewajiban membayar uang berdasarkan putusan pengadilan termasuk

putusan badan arbitrase yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap

termasuk juga utang.18

d. Pengertian “telah jatuh waktu dan dapat ditagih”

Sutan Remy berpendapat bahwa pengertian “jatuh waktu” berbeda

dengan “dapat ditagih”, dimana utang yang telah jatuh waktu adalah utang

yang telah expired dengan sendirinya, tetapi utang yang telah dapat ditagih

belum tentu telah “jatuh waktu”.19

Utang yang telah jatuh tempo, dapat terjadi karena beberapa hal,

pertama, jatuh tempo biasa, yakni jatuh tempo sebagaimana yang

disepakati bersama antar kreditur dan debitur dalam perjanjian kredit;

kedua, jatuh tempo yang dipercepat,yakni jatuh tempo yang mendahului

jatuh tempo biasa karena debitur melanggar isi perjanjian, sehingga

pernagihannya diakselerasi. Debitur diwajibkan mencicil utangnya setiap

bulan termasuk bunga dan biaya-biaya lainnya. Apabila debitur tidak

membayar angsuran cicilan kreditnya tiga bulan berturut-turut, maka jatuh

tempo dapat dipercepat; ketiga, jatuh tempo karena pengenaan

sanksi/denda oleh instansi yang berwenang; keempat, jatuh tempo karena

18

Syamsudin Sinaga, Hukum Kepailitan Indonesia (Jakarta: Tianusa,2012), hlm.91.

19

(6)

putusan pengadilan atau putusan badan arbitrase. Berdasarkan kebiasaan

yang berlaku di antara debitur dan kreditur, atau dapat juga dipakai

sebagai dasar jatuh tempo surat tegoran atau somasi.20

Tidak semua utang dapat ditagih. Utang yang dapat ditagih adalah

utang yang legal. Utang yang timbul berdasarkan perjanjian atau

undang-undang. Bukan utang yang illegal utang yang timbul dengan cara melawan

hukum tidak dapat ditagih melalui mekanisme dan prosedur hukum

kepailitan. 21

1. Permohonan pernyataan pailit diajukan kepada Ketua Pengadilan dan panitera

yang mendaftarkan permohonan pernyataan pailit pada tanggal permohonan

yang bersangkutan diajukan.

Undang-Undang Kepailitan dan PKPU membentuk suatu peradilan khusus

yang berwenang menangani perkara kepailitan, yaitu Pengadilan Niaga yang

berada di lingkungan peradilan umum. Proses permohonan putusan pernyataan

pailit diatur dalam Pasal 6 sampai dengan Pasal 11 UUK dan PKPU. Prosesnya

dapat dijelaskan sebagai berikut:

2. Pemohon juga harus menyertakan berkas-berkas yang menjadi syarat-syarat

pengajuan, antara lain:22

a. Surat permohonan bermaterai yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan

Niaga.

b. Kartu advokat.

20

Syamsudin Sinaga, Op.Cit., hlm. 92.

21Ibid

, hlm. 93.

(7)

c. Bukti yang menunjukkan adanya perikatan (perjanjian jual-beli,

hutang-piutang, putusan pengadilan, commercial paper, faktur, kuitansi, dan

lain-lain.

d. Surat kuasa khusus.

e. Tanda daftar perusahaan yang dilegalisir oleh kantor perdagangan.

f. Perincian hutang yang tidak dibayar.

g. Terjemahan dalam bahasa Indonesia oleh penerjemah resmi (disumpah)

jika menyangkut bahasa asing.

h. Nama dan alamat masing–masing kreditur / debitur.

Sistematika surat permohonan pernyataan pailit pada dasarnya sama

dengan surat gugatan biasa, hanya saja dalam kepailitan perlu ditambahkan

pengangkatan kurator dan hakim pengawas.

3. Pengadilan akan mempelajari dan menetapkan hari sidang dalam tempo

paling lambat 3 hari dan sidang pemeriksaan atas permohonan pernyataan

pailiy diselenggarakan dalam jangka waktu paling lambat 20 hari terhitung

sejak tanggal permohonan didaftarkan. Putusan atas permohonan pernyataan

pailit, menurut Pasal 8 ayat (5) UUK dan PKPU, harus ditetapkan dalam

jangka waktu paling lambat 30 hari terhitung sejak tanggal permohonan

(8)

B. Akibat Hukum Pernyataan Pailit

Putusan kepailitan adalah bersifat serta merta dan konstitutif yaitu

meniadakan keadaan dan menciptakan keadaan hukum baru.23Dengan pailitnya pihak debitur, banyak akibat yuridis yang diberlakukan kepadanya oleh

undang-undang. Akibat-akibat yuridis tersebut berlaku kepada debitur dengan 2 (dua)

model pemberlakuan, yaitu:24 1. Berlaku demi hukum

Beberapa akibat yuridis yang berlaku demi hukum (by the operation of

law) segera setelah pernyataan pailit dinyatakan atau setelah pernyataan pailit

mempunyai kekuatan hukum tetap ataupun setelah berakhirnya kepailitan. Dalam

hal ini, pengadilan niaga, hakim pengawas, kurator, kreditur, dan pihak lain yang

terlibat dalam proses kepailitan tidak dapat memberikan andil secara langsung

untuk terjadinya akibat yuridis tersebut.

2. Berlaku secara rule of season

Selain akibat yuridis hukum kepailitan yang berlaku demi hukum, terdapat

akibat hukum tertentu dari kepailitan yang berlaku secara rule of reason. Maksud

dari pemberlakuan model ini adalah bahwa akibat hukum tersebut tidak otomatis

berlaku, tetapi baru berlaku jika diberlakukan oleh pihak-pihak tertentu setelah

mempunyai alasan yang wajar untuk diberlakukan.

Beberapa akibat hukum terhadap perbuatan hukum yang dilakukan oleh

debitur:

1. Akibat kepailitan terhadap debitur pailit dan hartanya

23

Rahayu Hartini, Hukum Kepailitan Edisi Revisi (Malang: UMM Press, 2007), hlm. 103.

24

(9)

Akibat kepailitan hanyalah terhadap kekayaan debitur, dimana debitur

tidaklah berada dibawah pengampuan. Debitur tidaklah kehilangan

kemampuannya untuk melakukan perbuatan hukum menyangkut dirinya, kecuali

apabila perbuatan hukum tersebut menyangkut pengurusan dan pengalihan harta

bendanya yang telah ada. Apabila menyangkut harta benda yang akan

diperolehnya, debitur tetap dapat melakukan perbuatan hukum menerima

hartabenda yang akan diperolehnya itu kemudian menjadi bagian dari harta

pailitnya. 25

Proses kepailitan menghindari terjadinya berbagai kemungkinan faktual

dan yuridis yang mungkin timbul dalam kegiatan khusus untuk mendapatkan

barang-barang milik debitur. Kepailitan adalah sita umum atas barang-barang

milik debitur untuk kepentingan kreditur secara bersama.

Sejak tanggal putusan pernyataan pailit itu untuk diucapkan, debitur

demi hukum kehilangan hak untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang

termasuk harta pailit.

26

2. Akibat hukum terhadap seluruh perikatan yang dibuat oleh debitur pailit

Semua barang

dieksekusi dan hasilnya dikurangi biaya eksekusi dibagi-bagi di antara kreditur

dengan mengingat hak-hak istimewa yang diakui oleh undang-undang.

Semua perikatan debitur yang terbit sesudah putusan pernyataan pailit,

tidak lagi dapat membayar dari harta pailit, kecuali perikatan tersebut

menguntungkan harta pailit (Pasal 25 UUK dan PKPU). Tuntutan mengenai hak

dan kewajiban yang menyangkut harta pailit harus diajukan oleh atau kurator.

Dalam hal tuntutan tersebut diajukan atau diteruskan oleh atau terhadap debitur

25

Sultan Remi Syahdeini, Op.Cit., hlm. 257.

26

(10)

pailit maka apabila tuntutan tersebut mengakibatkan suatu penghukuman terhadap

debitur pailit, penghukuman tersebut tidak mempunyai akibat hukum terhadap

harta pailit (Pasal 26 UUK dan PKPU).

Selama berlangsungnya kepailitan, tuntutan untuk memperoleh

pemenuhan perikatan dari harta pailit yang ditujukan terhadap debitur pailit,

hanya dapat diajukan dengan mendaftarkannya untuk dicocokkan (Pasal 27 UUK

dan PKPU).

3. Akibat hukum bagi kreditur

Pada dasarnya, kedudukan para kreditur sama (paritas creditorum) dan

karenanya mereka mempunyai hak yang sama atas hasil eksekusi budelnya pailit

sesuai dengan besarnya tagihan mereka masing-masing (pari passu pro rata

parte). Namun asas tersebut dapat dikecualikan yakni untuk golongan kreditur

yang memenang hak anggunan atas kebendaan dan golongan kreditur yang

haknya didahulukan berdasarkan UUK dan PKPU dan peraturan

perundang-undangan lainnya. Oleh karenanya, kreditur dapat dikelompokkan sebagai

berikut:27

a. Kreditur separatis

Merupakan kreditur pemegang hak jaminan kebendaan, yang dapat

bertindak sendiri yang tidak terkena akibat putusan pernyataan pailit

debitur, sehingga hak-hak eksekusi kreditur separatis ini tetap dapat

dijalankan seperti tidak ada kepailitan debitur. Kreditur separatis dapat

menjual sendiri barang-barang yang menjadi jaminan, seolah-olah tidak

27

(11)

ada kepailitan. Debitur mengambil hasil penjualan ini sebesar piutangnya,

sedangkan jika ada sisanya disetorkan ke kas kurator. Jika hasil penjualan

tersebut tidak mencukupi, maka kreditur separatis itu, untuk tagihan yang

belum dibayar dapat memasukkan kekurangannya sebagai kurator

bersaing.28

b. Kreditur preferen/istimewa

Adapun yang termasuk hak-hak jaminan kebendaan yang

memberikan hak menjual secara lelang dan memperoleh pelunasan secara

mendahului yaitu gadai, hipotek jaminan fidusia.

Merupakan kreditur yang piutangnya mempunyai kedudukan istimewa dan

mendapat hak untuk memperoleh pelunasan terlebih dahulu dari penjualan

harta pailit. Kreditur ini berada dibawah pemegang hak tanggungan dan

gadai. Menurut Pasal 1133 KUHPerdata, hak istimewa adalah suatu hak

yang oleh undang-undang diberikan kepada seorang berpiutang sehingga

tingkatnya, semata-mata berdasarkan sifat piutangnya.

c. Kreditur konkuren

Kreditur konkuren/bersaing memiliki kedudukan yang sama dan berhak

memperoleh hasil penjualan harta kekayaan debitur, baik yang telah ada

maupun yang akan ada dikemudian hari setelah sebelumnya dikurangi

dengan kewajiban membayar piutang kepada para kreditur pemegang hak

jaminan dan para kreditur dengan hak istimewa secara

proporsional menurut perbandingan besarnya piutang masing-masing

kreditur.

28

(12)

4. Akibat hukum terhadap eksekusi atas harta kekayaan debitur pailit

Menurut Pasal 31 UUK dan PKPU, putusan pernyataan pailit mempunyai

akibat bahwa segala putusan hakim menyangkut setiap bagian harta kekayaan

debitur yang telah diadakan sebelum diputuskannya pernyataan pailit harus segera

dihentikan dan sejak saat yang sama pula tidak satu putusan pun mengenai

hukuman paksaan badan dapat dilaksanakan. Segala putusan mengenai penyitaan,

baik yang sudah maupun yang belum dilaksanakan, dibatalkan demi hukum, bila

dianggap perlu, hakim pengawas dapat menegaskan hal itu dengan

memerintahkan pencoretan.

Jika dilihat, dalam pasal tersebut dapat dilihat bahwa setelah ada

pernyataan pailit, semua putusan hakim mengenai suatu bagian kekayaan debitur

apakah penyitaan atau penjualan, menjadi terhenti. Semua sita jaminan maupun

sita eksekutorial menjadi gugur, bahkan sekalipun pelaksanaan putusan hakim

sudah dimulai, maka pelaksanaan itu harus dihentikan. Menurut Pasal 33 UUK

dan PKPU, apabila hari pelelangan untuk memenuhi putusan hakim sudah

ditetapkan, kurator atas kuasa hakim pengawas dapat melanjutkan pelelangan

barang tersebut dan hasilnya masuk dalam harta pailit.

5. Akibat kepailitan bagi pasangan debitur pailit

Debitur pailit yang pada saat dinyatakan pailit sudah terikat dalam suatu

perkawinan dan adanya persatuan harta, kepailitan juga dapat memberikan akibat

hukum terhadap pasangannya (suami/istrinya). Dalam hal suami atau istri yang

dinyatakan pailit, istri atau suaminya berhak mengambil kembali semua benda

(13)

dan harta yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan. Jika benda

milik istri atau suami telah dijual suami/istri dan harganya belum dibayar atau

uang hasil penjualan belum tercampur dalam harta pailit, maka istri atau suami

berhak mengambil kembali uang hasil penjualan tersebut.

Berdasarkan pada uraian-uraian diatas jelaslah bahwa meskipun seseorang

telah dinyatakan pailit, orang tersebut masih mendapat perlindungan hukum.

Dengan perkataan lain bahwa seseorang dinyatakan paiit masih dapat bertindak

bilamana suatu tindakan yang ditujukan kepadanya akan mengakibatkan kerugian

morilnya. Disamping itu pula, hal-hal yang membawa keuntungan bagi harta

hartamasih dapat dilakukan oleh si pailit, karena dengan keuntungan yang

diperoleh tersebut diharapkan dapat melunasi utang-utangnya yang sekaligus

mempercepat proses pailit berakhir, dan selanjutnya pengembalian hak untuk

mengurus harta kekayaan sendiri sebagaimana sebelum adanya pernyataan pailit.

C. Pengurusan Harta Pailit

Pengurusan adalah mengumumkan ikhwal kepailitan, melakukan

penyegelan harta pailit, pencatatan/pendaftaran harta pailit, melanjutkan usaha

debitur, membuka surat-surat telegram debitur pailit, mengalihkkan harta pailit.

melakukan penyimpanan harta pailit, mengadakan perdamaian guna menjamin

suatu perkara yang sedang berjalan atau mencegah timbulnya suatu perkara.

Sejak diucapkannya putusan pailit, debitur yang dinyatakan pailit sudah

kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus harta pailit. Penguasaan dan

(14)

pengurusan harta pailit tersebut yang terlibat tidak hanya kurator,tetapi masih ada

pihak lainnya. Pihak-pihak yang terkait dengan pengurusan harta pailit tersebut

adalah:

1. Hakim pengawas

Kurator mempunyai tugas utama yaitu melakukan pengurusan dan

pemberesan harta pailit. Agar kurator menjalankan tugasnya tersebut sesuai

dengan aturan hak dan tidak sewenang-wenang, maka perlu ada bentuk

pengawasan terhadap tindak-tindakan kurator. Disinilah perlunya peranan hakim

pengawas untuk mengawasi setiap tindakan kurator. Dalam putusan pernyataan

pailit harus diangkat seorang hakim pengawas yang ditunjuk oleh hakim

Pengadilan Niaga.

Tugas hakim pengawas ialah mengawasi pengurusan dan pemberesan

harta pailit yang dilakukan oleh kurator, dan sebelum memutuskan sesuatu yang

ada sangkut pautnya dengan pengurusan dan pemberesan harta pailit, Pengadilan

Niaga wajib mendengar nasihat terlebih dahulu dari hakim pengawas. Tugas-tugas

dan kewenangan hakim pengawas adalah sebagai berikut:29 a. Memimpin rapat verifikasi;

b. Mengawasi tindakan dari kurator dalam melaksanakan tugasnya;

memberikan nasihat dan peringatan kepada kurator atas pelaksanaan tugas

tersebut;

c. Menyetujui atau menolak daftar-daftar tagihan yang diajukan oleh para

kreditur;

29

(15)

d. Meneruskan tagihan-tagihan yang tidak dapat diselesaikannya dalam rapat

verifikasi kepada hakim Pengadilan Niaga yang memutus perkara itu;

e. Mendengar saksi-saksi dan para ahli atas segala hal yang berkaitan dengan

kepailitan (misalnya: tentang keadaan budel, perilaku pailit dan

sebagainya);

f. Memberikan izin atau menolak permohonan si pailit untuk berpergian

(meninggalkan tempat) kediamannya.

Ketentuan mengenai hakim pengawas dalam kepailitan terletak pada UUK

dan PKPU pada bagian ketiga paragraf 1 Pasal 65-68.

2. Kurator

Kurator merupakan salah satu pihak yang cukup memegang peranan

dalam suatu proses perkara pailit. Dan karena peranannya yang besar dan

tugasnya yang berat, maka tidak sembarangan orang dapat menjadi pihak kurator.

Dalam Pasal 69 UUK dan PKPU disebutkan, tugas kurator adalah melakukan

pengurusan dan atau pemberesan harta pailit.

Karena itu pula maka persyaratan dan prosedur untuk dapat menjadi

kurator ini oleh UUK dan PKPU diatur secara relatif ketat. Sewaktu masih

berlakunya peraturan kepailitan zaman Belanda, hanya Balai Harta Peninggalan

(BHP) saja yang dapat menjadi kurator tersebut. Dalam Pasal 70 ayat (1) UUK

dan PKPU disebutkan, yang dapat bertindak menjadi kurator sekarang adalah

sebagai berikut :

a. Balai Harta Peninggalan (BHP).

(16)

Untuk jenis kurator lainnya, dalam Pasal 70 ayat (2), (a), (b) UUK dan

PKPU disebutkan, yaitu kurator yang bukan Balai Harta Peninggalan adalah

mereka yang harus memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu :

a. Perorangan atau persekutuan perdata yang berdomisili di Indonesia, yang

mempunyai keahlian khusus yang dibutuhkan dalam rangka mengurus dan

atau membereskan harta pailit.

b. Telah terdaftar pada kementerian yang lingkup tugas dan tanggung

jawabnya di bidang hukum dan peraturan perundang-undangan.

Dalam penjelasan Pasal 70 ayat(2) huruf (a) UUK dan PKPU disebutkan,

yang dimaksud dengan keahlian khusus adalah mereka yang mengikuti dan lulus

pendidikan kurator dan pengurus. Dalam penjelasan Pasal 70 ayat(2) huruf (b)

UUK dan PKPU disebutkan, yang dimaksud dengan terdaftar adalah telah

memenuhi syarat-syarat sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan anggota aktif

organisasi profesi kurator dan pengurus.

Terhitung sejak tanggal putusan pernyataan pailit ditetapkan maka debitur

pailit tidak lagi berhak melakukan pengurusan atas harta kekayaannya. Oleh

karena itu, untuk melindungi kepentingan, baik debitur pailit sendiri maupun

pihak ketiga yang berhubungan hukum dengan debitur pailit sebelum pernyataan

pailit dijatuhkan, UUK dan PKPU telah menunjuk kurator sebagai satu-satunya

pihak yang akan menangani seluruh kegiatan pengurusan dan pemberesan harta

pailit, meskipun terhadap putusan kemudian diajukan kasasi atau peninjauan

(17)

Tugas kurator pengurus dapat dilihat pada job description dari kurator

pengurus, karena setidaknya ada 3 jenis penugasan yang dapat diberikan kepada

kurator pengurus dalam hal proses kepailitan, yaitu:

a. Sebagai kurator sementara

Kurator sementara ditunjuk dengan tujuan untuk mencegah kemungkinan

debitur melakukan tindakan yang mungkin dapat merugikan hartanya,

selama jalannya proses beracara pada pengadilan sebelum debitur

dinyatakan pailit. Tugas utama kurator sementara adalah untuk:

1) Mengawasi pengelolaan usaha debitur; dan

2) Mengawasi pembayaran kepada kreditur, pengalihan atau pengagunan

kekayaan debitur yang dalam rangka kepailitan memerlukan kurator

(Pasal 7 UUK dan PKPU).Secara umum tugas kurator sementara tidak

banyak berbeda dengan pengurus, namun karena pertimbangan

keterbatasan kewenangan dan efektivitas yang ada pada kurator

sementara, maka sampai saat ini sedikit sekali terjadi penunjukan

kurator sementara.

b. Sebagai pengurus

Pengurus ditunjuk dalam hal adanya Penundaan Kewajiban Pembayaran

Utang (PKPU). Tugas pengurus hanya sebatas menyelenggarakan

pengadministrasian proses PKPU, seperti misalnya melakukan

pengumuman, mengundang rapat-rapat kreditur, ditambah dengan

pengawasan terhadap kegiatan pengelolaan usaha yang dilakukan oleh

(18)

dapat merugikan hartanya.Perlu diketahui bahwa dalam PKPU debitur

masih memiliki kewenangan untuk mengurus hartanya sehingga

kewenangan pengurus sebatas hanya mengawasi belaka.

c. Sebagai kurator

Kurator ditunjuk pada saat debitur dinyatakan pailit, sebagai akibat dari

keadaan pailit, maka debitur kehilangan hak untuk mengurus harta

kekayaannya, dan oleh karena itu kewenangan pengelolaan harta pailit

jatuh ke tangan kurator. Dari berbagai jenis tugas bagi kurator dalam

melakukan pengurusan dan pemberesan, maka dapat disarikan bahwa

kurator memiliki beberapa tugas utama, yaitu:

1) Tugas administratif

Dalam kapasitas administratifnya, kurator bertugas

untukmengadministrasikan proses-proses yang terjadi dalam

kepailitan, misalnya melakukan pengumuman (Pasal 13 ayat (4) UUK

dan PKPU); mengundang rapat-rapat kreditur ; mengamankan harta

kekayaan debitur pailit; melakukan inventarisasi harta pailit (Pasal 91

UUK dan PKPU); serta membuat laporan rutin kepada hakim

pengawas (Pasal 70 ayat (1) UUK dan PKPU). Dalam menjalankan

kapasitas administratifnya kurator memiliki kewenangan antara lain:

a) Kewenangan untuk melakukan upaya paksa seperti paksa badan

(Pasal 84 ayat (1)UUK dan PKPU).

b) Melakukan penyegelan (bila perlu) (Pasal 90 ayat (1) UUK dan

(19)

2) Tugas mengurus/mengelola harta pailit

Selama proses kepailitan belum sampai pada keadaan insolvensi

(pailit), maka kurator dapat melanjutkan pengelolaan usaha-usaha

debitur pailit sebagaimana layaknya organ perseroan (direksi) atas ijin

rapat kreditur (Pasal 95 ayat (1)UUK dan PKPU). Pengelolaan hanya

dapat dilakukan apabila debitur pailit masih memiliki suatu usaha

yang masih berjalan.

Kewenangan yang diberikan dalam menjalankan pengelolaan ini

termasuk diantaranya :

a) Kewenangan untuk membuka seluruh korespondensi yang

ditujukan kepada debitur pailit (Pasal 14 junto Pasal 96 UUK dan

PKPU).

b) Kewenangan untuk meminjam dana pihak ketiga dengan dijamin

dengan harta pailit yang belum dibebani demi kelangsungan usaha

(Pasal 67 ayat (4) UUK dan PKPU).

c) Kewenangan khusus untuk mengakhiri sewa, memutuskan

hubungan kerja, dan perjanjian lainnya.

3) Tugas melakukan penjualan dan pemberesan

Tugas yang paling utama bagi kurator adalah untuk melakukan

pemberesan. Maksudnya pemberesan di sini adalah suatu keadaan

dimana kurator melakukan pembayaran kepada para kreditur

konkuren dari hasil penjualan harta pailit.

(20)

Pada prinsipnya, suatu panitia kreditur adalah pihak yang mewakili pihak

kreditur, sehingga panitia kreditur tentu akan memperjuangkan segala

kepentingan hukum dari pihak kreditur. Ada dua macam panitia kreditur yang

diperkenalkan oleh UUK dan PKPU, yaitu:

a. Panitia kreditur sementara

Dalam Pasal 79 UUK dan PKPU disebutkan, dalam putusan pailit atau

dengan penetapan kemudian, pengadilan dapat membentuk panitia kreditur

(sementara) yang terdiri dari satu sampai tiga orang yang dipilih dari

kreditur yang dikenal dengan maksud memberikan nasihat kepada kurator.

Yang dimaksud dengan kreditur yang sudah dikenal adalah kreditur yang

sudah mendaftarkan diri untuk diverifikasi.

b. Panitia kreditur tetap

Pasal 72 UUK dan PKPU menyatakan bahwa setelah pencocokan utang

selesai dilakukan, hakim pengawas wajib menawarkan pada para kreditur

untuk membentuk panitia kreditur tetap.

D. Pemberesan Harta Pailit

Pemberesan merupakan salah satu tugas yang dilakukan oleh kurator

terhadap pengurusan harta debitur pailit. Dalam Penjelasan Pasal 16 ayat (1) UUK

dan PKPU dijelaskan bahwa yang dimaksud pemberesan adalah penguangan

(21)

setelah debitur berada dalam keadaan insolvensi, dimana insolvensi baru dapat

terjadi bila:30

1. Jika dalam rapat pencocokan piutang tidak ditawarkan rencana perdamaian.

2. Apabila ada penawaran perdamaian oleh si pailit maupun oleh kurator, tetapi

tidak disetujui oleh para kreditur dalam rapat verifikasi (pencocokan piutang).

3. Apabila terdapat perdamaian dan disetujui oleh para kreditur dalam rapat

verifikasi tetapi tidak mendapat homogolasi (pengesahan) oleh hakim

pemutusan kepailitan.

Berikut ini diuraikan tentang hal-hal yang dilakukan dalam tahap

pemberesan harta pailit :

1. Mengusulkan agar perusahaan debitur pailit dilanjutkan

Jika dalam rapat pencocokan piutang tidak ditawarkan rencana perdamaian

atau jika rencana perdamaian yang ditawarkan tidak diterima, kurator atau

kreditur yang hadir dalam rapat dapat mengusulkan supaya perusahaan debitur

pailit dilanjutkan.31

30

Republik Indonesia. Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 178 ayat (1).

31

Republik Indonesia. Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 179 ayat (1).

Usulan untuk melanjutkan perusahaan dalam rapat tersebut

wajib diterima, apabila usul tersebut disetujui oleh kreditur yang mewakili lebih

dari ½ dari semua piutang yang diakui dan diterima sementara, yang tidak dijamin

(22)

ataskebendaan lainnya.32Namun, kelanjutan perusahaan dapat dihentikan oleh hakim pengawas atas permintaan kreditur atau kurator.33

2. Mengusulkan dan melaksanakan penjualan harta pailit

Dengan memperhatikan ketentuan Pasal 16 ayat (1) UUK dan PKPU

disebutkan, kurator harus memulai pemberesan dan menjual semua harta pailit,

tanpa perlu memperoleh persetujuan atau bantuan debitur:34

a. Usul untuk mengurus perusahaan debitur tidak diajukan dalam jangka

waktu sebagaimana diatur dalam undang-undang ini atau usul tersebut

telah diajukan tetapi ditolak.

b. Pengurusan terhadap perusahaan dihentikan, namun dalam hal perusahaan

dilanjutkan dapat dilakukan penjualan benda termasuk harta pailit, yang

tidak diperlukan dalam meneruskan perushaan. Debitur pailit dapat

diberikan sekedar perabot rumah dan perlengkapannya, alat-alat medis

yang dipergunakan untuk kesehatan, atau perabot kantor yang ditentukan

oleh hakim pengawas.

Terhadap semua harta kekayaan pailit tersebut harus dijual di muka umum

sesuai dengan tata cara yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan

yang berlaku.35

32

Republik Indonesia. Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 180 ayat (1).

33

Republik Indonesia. Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 183 ayat (1).

34

Republik Indonesia. Undang-Undang Kepailiatn dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 184.

35

Republik Indonesia. Undang-Undang Kepailiatn dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 185 ayat (1).

(23)

dapat dilakukan penjualan di bawah tangan dengan izin dari hakim pengawas. 36 Sedangkan terhadap semua barang yang tidak segera atau sama sekali tidak dapat

dibereskan, maka kurator yang memutuskantindakan yang harus dilakukan

terhadap barang tersebut dengan izin dari hakim pengawas.37 3. Mengadakan rapat kreditur

Setelah harta pailit berada dalam keadaan insolvensi, maka hakim

pengawas dapat mengadakan suatu rapat kreditur pada hari, jam, dan tempat yang

ditentukan untuk mendengar mereka seperlunya mengenai cara pemberesan harta

pailit dan jika perlu mengadakan pencocokan piutang.38Apabila hakim pengawas berpendapat terdapat cukup uang tunai, kurator diperintahkan untuk melakukan

pembagian kepada kreditur yang piutangnya telah dicocokkan.39 4. Membuat daftar pembagian

Mengenai masalah daftar pembagian, maka kurator wajib menyusun suatu

daftar pembagian untuk dimintakan persetujuan kepada hakim

pengawas.40

36

Republik Indonesia. Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 185 ayat (2).

37

Republik Indonesia. Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 185 ayat (3).

38

Republik Indonesia. Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 187 ayat (1).

39

Republik Indonesia. Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 188.

40

Republik Indonesia. Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 189 ayat (1).

Kurator membuat daftar pembagian yang berisi jumlah uang yang

diterima dan yang dikeluarkan, termasuk didalamnya upah kurator, nama-nama

kreditur dan jumlah tagihannya yang telah disahkan, pembayaran-pembayaran

yang akan dilakukan terhadap tagihan-tagihan itu atau bagian yang wajib

(24)

Daftar pembagian tersebut dapat dibuat sekali atau lebih dari sekali dengan

memperhatikan kebutuhan. Daftar pembagian yang telah disetujui oleh hakim

pengawas wajib disediakan di kepaniteraan pengadilan agar dapat dilihat oleh

kreditur selama tenggang waktu yang ditetapkan oleh hakim pengawas pada

waktu daftar tersebut disetujui dan diumumkan oleh kurator dalam surat kabar

harian sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 15 ayat (4) UUK dan PKPU.41

dengan menerima tanda bukti penerimaan.

Daftar pembagian tersebut dapat dilawan oleh kreditur dengan

mengajukan surat keberatan dengan disertai alasan kepada paniteraan pengadilan

42

Hakim pengawas akan menetapkan

hari memeriksa perlawanan di sidang pengadilan yang terbuka untuk umum

Dalam sidang tersebut, hakim pengawas memberikan laporan tertulis, sedangkan

kurator dan setiap kreditur atau kuasanya dapat mendukung atau membantah

daftar pembagian tersebut dengan mengemukakan alasannya dan pengadilan

paling lambat dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari wajib memberikan putusan yang

disertai dengan pertimbagan hukum yang cukup.43Terhadap putusan pengadilan tersebut dapat diajukan permohonan kasasi.44

Setelah kurator selesai dalam melaksanakan pembayaran kepada

masing-masing kreditur berdasarkan daftar pembagian, maka berakhirlah

41

Republik Indonesia. Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 192.

42

Republik Indonesia. Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 193 ayat (1).

43

Republik Indonesia. Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 194.

44

(25)

kepailitan.45Kurator melakukan pengumuman mengenai berakhirnya kepailitan dalam berita negara republik indonesia dan surat kabar harian.46

5. Membuat daftar perhitungan dan pertanggungjawaban pengurusan dan

pemberesan kepailitan kepada hakim pengawas.

Kurator wajib memberikan pertanggungjawaban mengenai pengurusan

dan pemberesan yang telah dilakukannya kepada hakim pengawas paling lama 30

(tiga puluh) hari setelah berakhirnya kepailitan. Semua buku dan dokumen

mengenai harta pailit wajib diserahkan kepada debitur dengan tanda bukti

penerimaannya.47

Sesudah diadakan pembagian penutup, ada pembagian yang tadinya

dicadangkan jatuh kembali dalam harta pailit atau apabila ternyata masih terdapat

bagian harta pailit yang sewaktu diadakan pemberesan tidak diketahui, maka atas

perintah pengadilan, kurator membereskan dan membaginya berdasarkan daftar

pembagian dahulu.48Selanjutnya, kurator bertanggung jawab terhadap kesalahan atau kelaliannya dalam melaksanakan tugas pengurusan dan/atau pemberesan

yang menyebabkan kerugian terhadap harta pailit.49

Tugas dan kewenangan sebagaimana diuraikan di atas dilakukan dengan

menganut asas independen dan tidak memihak hanya pada kepentingan kreditur

sendiri atau semata-mata untuk kepentingan debitur. Apabila kurator dalam

45

Republik Indonesia. Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 201 dan Pasal 202 ayat (1).

46

Republik Indonesia. Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 202 ayat (2).

47

Republik Indonesia. Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 202 ayat (3) dan ayat (4).

48

Republik Indonesia. Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 203.

49

(26)

menjalankan tugasnya tidak independen maka para pihak dapatmengajukan

penggantian kurator.

E. Kedudukan Hukum Debitur Setelah Berakhirnya Pemberesan Harta Pailit

Suatu pemberesan harta pailit baru dapat dilakukansetelah debitur dalam

keadaan insolvensi. Suatu kepailitan dapat berakhir karena :

1. Kepailitan dicabut karena harta pailit tidak cukup untuk membayar biaya

kepailitan (Pasal 18 UUK dan PKPU).

2. Perdamaian yang telah ditawarkan oleh debitur atau kreditur telah diterima

dan disahkan oleh hakim pengawas.

3. Apabila harta pailit telah dijual seluruhnya dan hasil penjualan tersebut telah

dibagi seluruhnya kepada kreditur.

4. Apabila putusan pailit dibatalkan di tingkat kasasi atau peninjauan kembali.

Setelah dilakukan pemberesan terhadap harta pailit, maka kemungkinan

akan terjadi suatu kondisi bahwa harta pailit tersebut mencukupi untuk membayar

utang-utang debitur kepada para krediturnya atau sebaliknya harta pailit tidak

dapat mencukupi pelunasan terhadap utang-utang debitur kepada para kreditur.

Bila harta pailit mampu mencukupi pembayaran utang-utang debitur pailit

kepada para krediturnya, maka langkah selanjutnya adalah rehabilitasi.

Rehabilitasi adalah pemulihan nama baik debitur yang semula dinyatakan pailit,

(27)

kewajibannya.50

Keberatan tersebut hanya dapat diajukan apabila persyaratan surat

permohonan tersebut dilampirkan bukti yang menyatakan bahwa semua kreditur

yang diakui sudah memperoleh pembayaran secara memuaskan tidak terpenuhi. Permohonan rehabilitasi harus diumumkan paling sedikit dalam 2

(dua) surat kabar harian yang ditunjuk oleh Pengadilan Niaga. Dalam jangka

waktu 60 hari (enam puluh hari) setelah permohonan rehabilitasi diumumkan

paling sedikit dalam 2 (dua) surat kabar harian, setiap kreditur yang diakui dapat

mengajukan keberatan terhadap permohonan tersebut, dengan mengajukan surat

keberatan, disertai alasan di kepaniteraan pengadilan dan panitera harus

memberikan tanda terima.

51

Yang dimaksud dengan pembayaran yang memuaskan adalah bahwa kredituryang

diakui tidak akan mengajukan tagihan lagi terhadap debitur, sekalipun mereka

mungkin tidak menerima pembayaran atas seluruh tagihannya.52

50

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 215.

51

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 216.

52

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Penjelasan Pasal 216.

Setelah berakhirnya jangka 60 (enam puluh) hari tersebut, terlepas apakah

kreditur mengajukan atau tidak mengajukan keberatan, pengadilan harus

memutuskan apakah mengabulkan atau menolak permohonan tersebut.Putusan

pengadilan tersebut adalah putusan final dan binding, dalam arti tidak terbuka

upaya hukum apapun termasuk banding atau kasasi. Putusan yang mengabulkan

rehabulitasi tersebut wajib diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum dan

(28)

Tujuan utama rehabilitasi adalah untuk mengembalikan debitur pailit ke

keadaan semula seperti sebelum jatuh pailit. Dengan berakhirnya kepailitan,

dengan sendirinya debitur pailit kembali ke keadaan semula tanpa perlu adanya

permohonan rehabilitasi. Dengan adanya rehabilitasi secara resmi tersebut, debitur

pailit akan memperoleh kepercayaan umum kembali dan dapat melanjutkan

usahanya tanpa beban. Dari UUK dan PKPU bahwa kepailitan sebagai sita umum

dengan putusan pernyataan Pengadilan Niaga hanya mengenai harta kekayaan

debitur pailit, bukan terhadap orang atau pribadinya sebagai subyek hukum.

Dengan tidak membedakan antara debitur yang jujur atau tidak jujur,

dimungkinkan dalam keadaan debitur tidak memenuhi kewajiban para kreditur

dan debitur.

Permohonan rehabilitasi diajukan kepada Pengadilan Niaga yang semula

memeriksa kepailitan yang bersangkutan. Akan tetapi, tidak terhadap semua

kepailitan dapat dimintakan rehabilitasi. Hanya terhadap putusan kepailitan di

bawah ini yang dapat diajukan rehabilitasi, yaitu sebagai berikut:

1. Apabila kepailitan diakhiri dengan suatu perdamaian.

2. Apabila diakhiri setelah utangnya dibayar penuh.

3. Apabila kepailitan tersebut dijatuhkan atas harta benda debitur.

Dengan demikian, jika kreditur tidak dapat membayar lunas atau tidak

terjadi perdamaian, terhadap hal tersebut tidak berlaku rehabilitasi. Namun,

kepailitan dapat berakhir dan debitur pailit memperoleh kembali wewenangnya

untuk melakukan tindakan pengurusan dan pemilikan (daden van beheer er daden

(29)

kreditur tetap dapat meminta sisa utangnya dibayar penuh, tanpa perlu

mengajukan gugatan baru, tetapi hanya minta dijalankan putusan pailit yang

sudah ada sampai semua utangnya yang telah diverifikasi dibayar lunas.53 Sebab, suatu pengakuan utang dalam kepailitan mempunyai kekuatan hukum yang sama

dengan keputusan pengadilan. Jadi, hanya tinggal memohon

pengeksekusiannya.54

53

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 204.

54

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 205.

Bagi kreditur yang piutang-piutang yang belum dibayar lunas, para

kreditur tetap mempunyai hak menuntut. Hal ini sesuai dengan Pasal 204 UUK

dan PKPU yang menentukan bahwa dengan mengikatnya daftar pembagian

penutup, maka kreditur memperoleh kembali hak-hak ekseskusi, mengenai

piutang mereka yang belum dibayar, yang juga dipertegas oleh Pasal 1131

KUHPerdata bahwa debitur memiliki kewajiban untuk membayar seluruh

utang-utangnya yang masih belum dibayar sampai lunas. Oleh karena itu, jika debitur

dikemudian hari memperoleh harta lagi, maka kreditur-kreditur ini masih

mempunyai hak untuk menuntut pemenuhan kembali sisa piutangnya tersebut.

Berbeda dengan hukum di banyak negara lain (seperti Amerika Serikat

misalnya, maka hukum di Indonesia tidak mengenal apa yang disebut dengan

discharge, yakni pembebasan debitur (terutama debitur pribadi) dari sisa utang

dalam kepailitan. Karenanya, debitur dapat dengan tenang berusaha lagi, seperti

(30)

Permasalahan yang timbul terkait hal ini adalah apabila jika setelah

berakhirnya pailit setelah perdamaian (dengan rehabilitasi atau tidak), kemudian

debitur mendapatkan lagi harta (dengan jalan apapun), apakah debitur masih

berkewajiban untuk membayar utang? Banyak yang berpendapat bahwa sisa

utang debitur adalah perikatan wajar (naturlijke verbintenis). Perikatan

wajar/alamiah adalah perikatan yang pemenuhan prestasinya tidak dapat digugat

di muka pengadilan, seperti uang dalam perjudian. Maksudnya, debitur boleh

(tidak harus) membayar utang-utang tersebut. Akan tetapi, sekali debitur sudah

membayarnya, debitur tidak dapat lagi membatalkan pembayaran tersebut.55

55

Referensi

Dokumen terkait

Besar Pengaruh Model Pembelajaran Kolaborasi Think Pair Share (TPS) dan Talking Stick terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII MTs Darul Falah Bendiljati

1) Pengiriman duta dan konsulat ke negara lain yang merupakan negara ASEAN. Mading - masing negara ASEAN saling mengirimkan duta dan konsulat sebagai

Menurut Nasr Hamid, jelas asumsi ulama kuno tersbut dapat memunculkan rentetan asumsi lain seperti, al-Qur‟an yang diturunkan dapat dilupakan oleh Nabi, sejalan

 Motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar terdorong untuk bertindak melakukan

Rumusan pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 inilah yang secara konstitusional sah dan benar sebagai dasar Negara Republik Indonesia.. Yang di sah kan oleh

Kreativitas dan prestasi belajar siswa yang rendah menjadi pertimbangan bagi peneliti dan guru untuk melakukan sebuah upaya peningkatan dengan melalui sebuah

Hasil wawancara dan observasi menunjukkan rendahnya kreativitas dan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri 3 Pliken materi kegiatan ekonomi Indonesia permasalahan yang ada

Aplikasi Multimedia merupakan bentuk baru untuk penggambaran program komputer yang menggunakan dan menghubungkan lebih dari satu media, yang didalamnya elemen gambar, teks, animasi,