BAB II
PENGURUSAN DAN PEMBERESAN HARTA PAILIT
A. Pengertian dan Syarat-Syarat Kepailitan
Secara tata bahasa, kepailitan berarti berarti segala hal yang berhubungan
dengan pailit. Kata pailit menandakan ketidakmampuan untuk membayar serang
debitur atas utang-utangnya yang telah jatuh tempo atau yang dikenal dalam
bahasa Inggris dengan “banckrupty”. Sedangkan terhadap perusahaan debitur
yang berada dalam keadaan tidak membayar utang-utangnya disebut dengan
insolvensi. 14
Konsep dasar kepailitan sebenarnya bertitik tolak dari ketentuan Pasal
1131 KUHPerdata dan Pasal 1132 KUHPerdata. Pasal 1131 KUHPerdata
menyatakan bahwa semua barang, baik yang bergerak maupun yang tidak
bergerak milik debitur, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di
kemudian hari menjadi jaminan bagi perikatan-perikatan perorangan debitur itu,
sedangkan Pasal 1132 KUHPerdata menyatakan bahwa kebendaan tersebut
menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan padanya;
pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu Kepailitan merupakan suatu sitaan umum, atas seluruh harta
kekayaan dari orang yang berutang, untuk dijual di muka umum, guna
pembayaran utang-utangnya kepada semua kreditur, dan dibayar menurut
perbandingan jumlah piutang masing -masing.
14
menurut besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila di antara para
berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan.
Adapun asas yang terkandung dalam kedua pasal di atas adalah:15
1. Apabila si debitur tidak membayar utangnya dengan sukarela atau tidak
membayarnya, walaupun telah ada keputusan pengadilan yang
menghukumnya supaya melunasi utangnya, atau karena tidak mampu untuk
membayar seluruh utangnya, maka semua harta bendanya disita untuk dijual
dan hasil penjualan itu dibagi-bagikan antara semua krediturnya secara
ponds-ponds-gewijze, artinya menurut perimbangan, yaitu menurut besar
kecilnya piutang masing-masing kreditur, kecuali apabila di antara para
kreditur itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan.
2. Semua kreditur mempunyai hak yang sama.
3. Tidak ada nomor urut dari para kreditur yang didasarkan atas saat timbulnya
piutang-piutang mereka.
Syarat-syarat permohonan pailitdinyatakan pada Pasal 2 ayat (1)UUK dan
PKPU, yaitu debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar
lunas setidaknya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan
pailit dengan putusan pengadilan, baik atas permohonann satu atau lebih
krediturnya.
Ketentuan di atas mensyaratkan bahwa untuk mempailitikan debitur harus:
1. Mempunyai 2 (dua) atau lebih kreditur;
15
Keharusan adanya dua atau lebih kreditur dikenal sebagai concursus
creditorium. Syarat ini menegaskan bahwa dalam kepailitan dihindari sita
individual, karena jika hanya terdapat 1 kreditur, maka tidak akan sesuai dengan
eksistensi hukum kepailitan yang mengatur bagaimana cara membagi harta
kekayaan debitur di antara para krediturnya.
Fred B. G. Tumbuan berpendapat bahwa keharusan ini sesuai dengan
Pasal 1132 KUHPerdata, yang pada dasarnya menetapkan bahwa pembagian
kekayaan debitur di antara krediturnya harus dilaksanakan secara pari passu pro
parte.16
2. Tidak membayar lunas setidaknya satu utang yang telah jatuh waktu dan
dapat ditagih;
a. Pengertian “tidak membayar”;
Pengertian tidak membayar dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu:
1) Insolvent (tidak mampu membayar), adalah suatu keadaan dimana
aset lebih kecil daripada utang.
2) Solvent (mampu membayar namun tidak mau membayar), adalah
suatu keadaan dimana perusahaan sehat, dimana aset lebih besar
daripada utang.
Yang menjadi pertimbangan Pengadilan Niaga untuk menyatakan
suatu debitur pailit, tidak saja oleh karena ketidakmampuan debitur
tersebut untuk membayar utang-utangnya, tetapi juga termasuk
16
ketidakmauan debitur untuk melunasi utang-utang tersebut seperti yang
telah diperjanjikan.17 b. Pengertian “lunas”
Pasal 2 ayat (1) UUK dan PKPU dalam perubahannya menambah
kata “lunas” setelah kata “tidak membayar” untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan dalam praktek, seperti debitur yang sudah membayar tetapi
tidak lunas tidak dapat dipailitkan, karena apabila jika pelunasannya lama,
maka hal itu akan merugikan krediturnya.
c. Pengertian “utang”
Tidak adanya pengertian utang dalam Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1998 merupakan salah satu kekosongan yang terdapat dalam
undang-undang ini. Kelemahan ini kemudian diperbaiki dalam UUK dan
PKPU :
“Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang, baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing baik secara langsung maupun yangakan timbul di kemudian hari atau kontijen,yang timbul karena perjanjian atau undang-undang dan wajib dipenuhi oleh debitur dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada kreditur untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan debitur.”
Secara normatif, makna utang di sini sangat luas. Utang yang
terjadi bukan hanya karena perjanjian utang-piutang atau perjanjian kredit
saja, tetapi juga kewajiban membayar sejumlah uang yang timbul dari
perjanjian lainnya, antara lain seperti perjanjian sewa-menyewa, perjanjian
jual beli, perjanjian pemborongan, perjanjian tukar-menukar, perjanjian
17
sewa-beli, dan lain-lain. Demikian juga halnya kewajiban membayar
sejumlah uang yang timbul karena undang-undang adalah utang. Misalnya
pajak yang belum dibayar kepada negara adalah utang. Selain itu,
kewajiban membayar uang berdasarkan putusan pengadilan termasuk
putusan badan arbitrase yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
termasuk juga utang.18
d. Pengertian “telah jatuh waktu dan dapat ditagih”
Sutan Remy berpendapat bahwa pengertian “jatuh waktu” berbeda
dengan “dapat ditagih”, dimana utang yang telah jatuh waktu adalah utang
yang telah expired dengan sendirinya, tetapi utang yang telah dapat ditagih
belum tentu telah “jatuh waktu”.19
Utang yang telah jatuh tempo, dapat terjadi karena beberapa hal,
pertama, jatuh tempo biasa, yakni jatuh tempo sebagaimana yang
disepakati bersama antar kreditur dan debitur dalam perjanjian kredit;
kedua, jatuh tempo yang dipercepat,yakni jatuh tempo yang mendahului
jatuh tempo biasa karena debitur melanggar isi perjanjian, sehingga
pernagihannya diakselerasi. Debitur diwajibkan mencicil utangnya setiap
bulan termasuk bunga dan biaya-biaya lainnya. Apabila debitur tidak
membayar angsuran cicilan kreditnya tiga bulan berturut-turut, maka jatuh
tempo dapat dipercepat; ketiga, jatuh tempo karena pengenaan
sanksi/denda oleh instansi yang berwenang; keempat, jatuh tempo karena
18
Syamsudin Sinaga, Hukum Kepailitan Indonesia (Jakarta: Tianusa,2012), hlm.91.
19
putusan pengadilan atau putusan badan arbitrase. Berdasarkan kebiasaan
yang berlaku di antara debitur dan kreditur, atau dapat juga dipakai
sebagai dasar jatuh tempo surat tegoran atau somasi.20
Tidak semua utang dapat ditagih. Utang yang dapat ditagih adalah
utang yang legal. Utang yang timbul berdasarkan perjanjian atau
undang-undang. Bukan utang yang illegal utang yang timbul dengan cara melawan
hukum tidak dapat ditagih melalui mekanisme dan prosedur hukum
kepailitan. 21
1. Permohonan pernyataan pailit diajukan kepada Ketua Pengadilan dan panitera
yang mendaftarkan permohonan pernyataan pailit pada tanggal permohonan
yang bersangkutan diajukan.
Undang-Undang Kepailitan dan PKPU membentuk suatu peradilan khusus
yang berwenang menangani perkara kepailitan, yaitu Pengadilan Niaga yang
berada di lingkungan peradilan umum. Proses permohonan putusan pernyataan
pailit diatur dalam Pasal 6 sampai dengan Pasal 11 UUK dan PKPU. Prosesnya
dapat dijelaskan sebagai berikut:
2. Pemohon juga harus menyertakan berkas-berkas yang menjadi syarat-syarat
pengajuan, antara lain:22
a. Surat permohonan bermaterai yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan
Niaga.
b. Kartu advokat.
20
Syamsudin Sinaga, Op.Cit., hlm. 92.
21Ibid
, hlm. 93.
c. Bukti yang menunjukkan adanya perikatan (perjanjian jual-beli,
hutang-piutang, putusan pengadilan, commercial paper, faktur, kuitansi, dan
lain-lain.
d. Surat kuasa khusus.
e. Tanda daftar perusahaan yang dilegalisir oleh kantor perdagangan.
f. Perincian hutang yang tidak dibayar.
g. Terjemahan dalam bahasa Indonesia oleh penerjemah resmi (disumpah)
jika menyangkut bahasa asing.
h. Nama dan alamat masing–masing kreditur / debitur.
Sistematika surat permohonan pernyataan pailit pada dasarnya sama
dengan surat gugatan biasa, hanya saja dalam kepailitan perlu ditambahkan
pengangkatan kurator dan hakim pengawas.
3. Pengadilan akan mempelajari dan menetapkan hari sidang dalam tempo
paling lambat 3 hari dan sidang pemeriksaan atas permohonan pernyataan
pailiy diselenggarakan dalam jangka waktu paling lambat 20 hari terhitung
sejak tanggal permohonan didaftarkan. Putusan atas permohonan pernyataan
pailit, menurut Pasal 8 ayat (5) UUK dan PKPU, harus ditetapkan dalam
jangka waktu paling lambat 30 hari terhitung sejak tanggal permohonan
B. Akibat Hukum Pernyataan Pailit
Putusan kepailitan adalah bersifat serta merta dan konstitutif yaitu
meniadakan keadaan dan menciptakan keadaan hukum baru.23Dengan pailitnya pihak debitur, banyak akibat yuridis yang diberlakukan kepadanya oleh
undang-undang. Akibat-akibat yuridis tersebut berlaku kepada debitur dengan 2 (dua)
model pemberlakuan, yaitu:24 1. Berlaku demi hukum
Beberapa akibat yuridis yang berlaku demi hukum (by the operation of
law) segera setelah pernyataan pailit dinyatakan atau setelah pernyataan pailit
mempunyai kekuatan hukum tetap ataupun setelah berakhirnya kepailitan. Dalam
hal ini, pengadilan niaga, hakim pengawas, kurator, kreditur, dan pihak lain yang
terlibat dalam proses kepailitan tidak dapat memberikan andil secara langsung
untuk terjadinya akibat yuridis tersebut.
2. Berlaku secara rule of season
Selain akibat yuridis hukum kepailitan yang berlaku demi hukum, terdapat
akibat hukum tertentu dari kepailitan yang berlaku secara rule of reason. Maksud
dari pemberlakuan model ini adalah bahwa akibat hukum tersebut tidak otomatis
berlaku, tetapi baru berlaku jika diberlakukan oleh pihak-pihak tertentu setelah
mempunyai alasan yang wajar untuk diberlakukan.
Beberapa akibat hukum terhadap perbuatan hukum yang dilakukan oleh
debitur:
1. Akibat kepailitan terhadap debitur pailit dan hartanya
23
Rahayu Hartini, Hukum Kepailitan Edisi Revisi (Malang: UMM Press, 2007), hlm. 103.
24
Akibat kepailitan hanyalah terhadap kekayaan debitur, dimana debitur
tidaklah berada dibawah pengampuan. Debitur tidaklah kehilangan
kemampuannya untuk melakukan perbuatan hukum menyangkut dirinya, kecuali
apabila perbuatan hukum tersebut menyangkut pengurusan dan pengalihan harta
bendanya yang telah ada. Apabila menyangkut harta benda yang akan
diperolehnya, debitur tetap dapat melakukan perbuatan hukum menerima
hartabenda yang akan diperolehnya itu kemudian menjadi bagian dari harta
pailitnya. 25
Proses kepailitan menghindari terjadinya berbagai kemungkinan faktual
dan yuridis yang mungkin timbul dalam kegiatan khusus untuk mendapatkan
barang-barang milik debitur. Kepailitan adalah sita umum atas barang-barang
milik debitur untuk kepentingan kreditur secara bersama.
Sejak tanggal putusan pernyataan pailit itu untuk diucapkan, debitur
demi hukum kehilangan hak untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang
termasuk harta pailit.
26
2. Akibat hukum terhadap seluruh perikatan yang dibuat oleh debitur pailit
Semua barang
dieksekusi dan hasilnya dikurangi biaya eksekusi dibagi-bagi di antara kreditur
dengan mengingat hak-hak istimewa yang diakui oleh undang-undang.
Semua perikatan debitur yang terbit sesudah putusan pernyataan pailit,
tidak lagi dapat membayar dari harta pailit, kecuali perikatan tersebut
menguntungkan harta pailit (Pasal 25 UUK dan PKPU). Tuntutan mengenai hak
dan kewajiban yang menyangkut harta pailit harus diajukan oleh atau kurator.
Dalam hal tuntutan tersebut diajukan atau diteruskan oleh atau terhadap debitur
25
Sultan Remi Syahdeini, Op.Cit., hlm. 257.
26
pailit maka apabila tuntutan tersebut mengakibatkan suatu penghukuman terhadap
debitur pailit, penghukuman tersebut tidak mempunyai akibat hukum terhadap
harta pailit (Pasal 26 UUK dan PKPU).
Selama berlangsungnya kepailitan, tuntutan untuk memperoleh
pemenuhan perikatan dari harta pailit yang ditujukan terhadap debitur pailit,
hanya dapat diajukan dengan mendaftarkannya untuk dicocokkan (Pasal 27 UUK
dan PKPU).
3. Akibat hukum bagi kreditur
Pada dasarnya, kedudukan para kreditur sama (paritas creditorum) dan
karenanya mereka mempunyai hak yang sama atas hasil eksekusi budelnya pailit
sesuai dengan besarnya tagihan mereka masing-masing (pari passu pro rata
parte). Namun asas tersebut dapat dikecualikan yakni untuk golongan kreditur
yang memenang hak anggunan atas kebendaan dan golongan kreditur yang
haknya didahulukan berdasarkan UUK dan PKPU dan peraturan
perundang-undangan lainnya. Oleh karenanya, kreditur dapat dikelompokkan sebagai
berikut:27
a. Kreditur separatis
Merupakan kreditur pemegang hak jaminan kebendaan, yang dapat
bertindak sendiri yang tidak terkena akibat putusan pernyataan pailit
debitur, sehingga hak-hak eksekusi kreditur separatis ini tetap dapat
dijalankan seperti tidak ada kepailitan debitur. Kreditur separatis dapat
menjual sendiri barang-barang yang menjadi jaminan, seolah-olah tidak
27
ada kepailitan. Debitur mengambil hasil penjualan ini sebesar piutangnya,
sedangkan jika ada sisanya disetorkan ke kas kurator. Jika hasil penjualan
tersebut tidak mencukupi, maka kreditur separatis itu, untuk tagihan yang
belum dibayar dapat memasukkan kekurangannya sebagai kurator
bersaing.28
b. Kreditur preferen/istimewa
Adapun yang termasuk hak-hak jaminan kebendaan yang
memberikan hak menjual secara lelang dan memperoleh pelunasan secara
mendahului yaitu gadai, hipotek jaminan fidusia.
Merupakan kreditur yang piutangnya mempunyai kedudukan istimewa dan
mendapat hak untuk memperoleh pelunasan terlebih dahulu dari penjualan
harta pailit. Kreditur ini berada dibawah pemegang hak tanggungan dan
gadai. Menurut Pasal 1133 KUHPerdata, hak istimewa adalah suatu hak
yang oleh undang-undang diberikan kepada seorang berpiutang sehingga
tingkatnya, semata-mata berdasarkan sifat piutangnya.
c. Kreditur konkuren
Kreditur konkuren/bersaing memiliki kedudukan yang sama dan berhak
memperoleh hasil penjualan harta kekayaan debitur, baik yang telah ada
maupun yang akan ada dikemudian hari setelah sebelumnya dikurangi
dengan kewajiban membayar piutang kepada para kreditur pemegang hak
jaminan dan para kreditur dengan hak istimewa secara
proporsional menurut perbandingan besarnya piutang masing-masing
kreditur.
28
4. Akibat hukum terhadap eksekusi atas harta kekayaan debitur pailit
Menurut Pasal 31 UUK dan PKPU, putusan pernyataan pailit mempunyai
akibat bahwa segala putusan hakim menyangkut setiap bagian harta kekayaan
debitur yang telah diadakan sebelum diputuskannya pernyataan pailit harus segera
dihentikan dan sejak saat yang sama pula tidak satu putusan pun mengenai
hukuman paksaan badan dapat dilaksanakan. Segala putusan mengenai penyitaan,
baik yang sudah maupun yang belum dilaksanakan, dibatalkan demi hukum, bila
dianggap perlu, hakim pengawas dapat menegaskan hal itu dengan
memerintahkan pencoretan.
Jika dilihat, dalam pasal tersebut dapat dilihat bahwa setelah ada
pernyataan pailit, semua putusan hakim mengenai suatu bagian kekayaan debitur
apakah penyitaan atau penjualan, menjadi terhenti. Semua sita jaminan maupun
sita eksekutorial menjadi gugur, bahkan sekalipun pelaksanaan putusan hakim
sudah dimulai, maka pelaksanaan itu harus dihentikan. Menurut Pasal 33 UUK
dan PKPU, apabila hari pelelangan untuk memenuhi putusan hakim sudah
ditetapkan, kurator atas kuasa hakim pengawas dapat melanjutkan pelelangan
barang tersebut dan hasilnya masuk dalam harta pailit.
5. Akibat kepailitan bagi pasangan debitur pailit
Debitur pailit yang pada saat dinyatakan pailit sudah terikat dalam suatu
perkawinan dan adanya persatuan harta, kepailitan juga dapat memberikan akibat
hukum terhadap pasangannya (suami/istrinya). Dalam hal suami atau istri yang
dinyatakan pailit, istri atau suaminya berhak mengambil kembali semua benda
dan harta yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan. Jika benda
milik istri atau suami telah dijual suami/istri dan harganya belum dibayar atau
uang hasil penjualan belum tercampur dalam harta pailit, maka istri atau suami
berhak mengambil kembali uang hasil penjualan tersebut.
Berdasarkan pada uraian-uraian diatas jelaslah bahwa meskipun seseorang
telah dinyatakan pailit, orang tersebut masih mendapat perlindungan hukum.
Dengan perkataan lain bahwa seseorang dinyatakan paiit masih dapat bertindak
bilamana suatu tindakan yang ditujukan kepadanya akan mengakibatkan kerugian
morilnya. Disamping itu pula, hal-hal yang membawa keuntungan bagi harta
hartamasih dapat dilakukan oleh si pailit, karena dengan keuntungan yang
diperoleh tersebut diharapkan dapat melunasi utang-utangnya yang sekaligus
mempercepat proses pailit berakhir, dan selanjutnya pengembalian hak untuk
mengurus harta kekayaan sendiri sebagaimana sebelum adanya pernyataan pailit.
C. Pengurusan Harta Pailit
Pengurusan adalah mengumumkan ikhwal kepailitan, melakukan
penyegelan harta pailit, pencatatan/pendaftaran harta pailit, melanjutkan usaha
debitur, membuka surat-surat telegram debitur pailit, mengalihkkan harta pailit.
melakukan penyimpanan harta pailit, mengadakan perdamaian guna menjamin
suatu perkara yang sedang berjalan atau mencegah timbulnya suatu perkara.
Sejak diucapkannya putusan pailit, debitur yang dinyatakan pailit sudah
kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus harta pailit. Penguasaan dan
pengurusan harta pailit tersebut yang terlibat tidak hanya kurator,tetapi masih ada
pihak lainnya. Pihak-pihak yang terkait dengan pengurusan harta pailit tersebut
adalah:
1. Hakim pengawas
Kurator mempunyai tugas utama yaitu melakukan pengurusan dan
pemberesan harta pailit. Agar kurator menjalankan tugasnya tersebut sesuai
dengan aturan hak dan tidak sewenang-wenang, maka perlu ada bentuk
pengawasan terhadap tindak-tindakan kurator. Disinilah perlunya peranan hakim
pengawas untuk mengawasi setiap tindakan kurator. Dalam putusan pernyataan
pailit harus diangkat seorang hakim pengawas yang ditunjuk oleh hakim
Pengadilan Niaga.
Tugas hakim pengawas ialah mengawasi pengurusan dan pemberesan
harta pailit yang dilakukan oleh kurator, dan sebelum memutuskan sesuatu yang
ada sangkut pautnya dengan pengurusan dan pemberesan harta pailit, Pengadilan
Niaga wajib mendengar nasihat terlebih dahulu dari hakim pengawas. Tugas-tugas
dan kewenangan hakim pengawas adalah sebagai berikut:29 a. Memimpin rapat verifikasi;
b. Mengawasi tindakan dari kurator dalam melaksanakan tugasnya;
memberikan nasihat dan peringatan kepada kurator atas pelaksanaan tugas
tersebut;
c. Menyetujui atau menolak daftar-daftar tagihan yang diajukan oleh para
kreditur;
29
d. Meneruskan tagihan-tagihan yang tidak dapat diselesaikannya dalam rapat
verifikasi kepada hakim Pengadilan Niaga yang memutus perkara itu;
e. Mendengar saksi-saksi dan para ahli atas segala hal yang berkaitan dengan
kepailitan (misalnya: tentang keadaan budel, perilaku pailit dan
sebagainya);
f. Memberikan izin atau menolak permohonan si pailit untuk berpergian
(meninggalkan tempat) kediamannya.
Ketentuan mengenai hakim pengawas dalam kepailitan terletak pada UUK
dan PKPU pada bagian ketiga paragraf 1 Pasal 65-68.
2. Kurator
Kurator merupakan salah satu pihak yang cukup memegang peranan
dalam suatu proses perkara pailit. Dan karena peranannya yang besar dan
tugasnya yang berat, maka tidak sembarangan orang dapat menjadi pihak kurator.
Dalam Pasal 69 UUK dan PKPU disebutkan, tugas kurator adalah melakukan
pengurusan dan atau pemberesan harta pailit.
Karena itu pula maka persyaratan dan prosedur untuk dapat menjadi
kurator ini oleh UUK dan PKPU diatur secara relatif ketat. Sewaktu masih
berlakunya peraturan kepailitan zaman Belanda, hanya Balai Harta Peninggalan
(BHP) saja yang dapat menjadi kurator tersebut. Dalam Pasal 70 ayat (1) UUK
dan PKPU disebutkan, yang dapat bertindak menjadi kurator sekarang adalah
sebagai berikut :
a. Balai Harta Peninggalan (BHP).
Untuk jenis kurator lainnya, dalam Pasal 70 ayat (2), (a), (b) UUK dan
PKPU disebutkan, yaitu kurator yang bukan Balai Harta Peninggalan adalah
mereka yang harus memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu :
a. Perorangan atau persekutuan perdata yang berdomisili di Indonesia, yang
mempunyai keahlian khusus yang dibutuhkan dalam rangka mengurus dan
atau membereskan harta pailit.
b. Telah terdaftar pada kementerian yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya di bidang hukum dan peraturan perundang-undangan.
Dalam penjelasan Pasal 70 ayat(2) huruf (a) UUK dan PKPU disebutkan,
yang dimaksud dengan keahlian khusus adalah mereka yang mengikuti dan lulus
pendidikan kurator dan pengurus. Dalam penjelasan Pasal 70 ayat(2) huruf (b)
UUK dan PKPU disebutkan, yang dimaksud dengan terdaftar adalah telah
memenuhi syarat-syarat sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan anggota aktif
organisasi profesi kurator dan pengurus.
Terhitung sejak tanggal putusan pernyataan pailit ditetapkan maka debitur
pailit tidak lagi berhak melakukan pengurusan atas harta kekayaannya. Oleh
karena itu, untuk melindungi kepentingan, baik debitur pailit sendiri maupun
pihak ketiga yang berhubungan hukum dengan debitur pailit sebelum pernyataan
pailit dijatuhkan, UUK dan PKPU telah menunjuk kurator sebagai satu-satunya
pihak yang akan menangani seluruh kegiatan pengurusan dan pemberesan harta
pailit, meskipun terhadap putusan kemudian diajukan kasasi atau peninjauan
Tugas kurator pengurus dapat dilihat pada job description dari kurator
pengurus, karena setidaknya ada 3 jenis penugasan yang dapat diberikan kepada
kurator pengurus dalam hal proses kepailitan, yaitu:
a. Sebagai kurator sementara
Kurator sementara ditunjuk dengan tujuan untuk mencegah kemungkinan
debitur melakukan tindakan yang mungkin dapat merugikan hartanya,
selama jalannya proses beracara pada pengadilan sebelum debitur
dinyatakan pailit. Tugas utama kurator sementara adalah untuk:
1) Mengawasi pengelolaan usaha debitur; dan
2) Mengawasi pembayaran kepada kreditur, pengalihan atau pengagunan
kekayaan debitur yang dalam rangka kepailitan memerlukan kurator
(Pasal 7 UUK dan PKPU).Secara umum tugas kurator sementara tidak
banyak berbeda dengan pengurus, namun karena pertimbangan
keterbatasan kewenangan dan efektivitas yang ada pada kurator
sementara, maka sampai saat ini sedikit sekali terjadi penunjukan
kurator sementara.
b. Sebagai pengurus
Pengurus ditunjuk dalam hal adanya Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang (PKPU). Tugas pengurus hanya sebatas menyelenggarakan
pengadministrasian proses PKPU, seperti misalnya melakukan
pengumuman, mengundang rapat-rapat kreditur, ditambah dengan
pengawasan terhadap kegiatan pengelolaan usaha yang dilakukan oleh
dapat merugikan hartanya.Perlu diketahui bahwa dalam PKPU debitur
masih memiliki kewenangan untuk mengurus hartanya sehingga
kewenangan pengurus sebatas hanya mengawasi belaka.
c. Sebagai kurator
Kurator ditunjuk pada saat debitur dinyatakan pailit, sebagai akibat dari
keadaan pailit, maka debitur kehilangan hak untuk mengurus harta
kekayaannya, dan oleh karena itu kewenangan pengelolaan harta pailit
jatuh ke tangan kurator. Dari berbagai jenis tugas bagi kurator dalam
melakukan pengurusan dan pemberesan, maka dapat disarikan bahwa
kurator memiliki beberapa tugas utama, yaitu:
1) Tugas administratif
Dalam kapasitas administratifnya, kurator bertugas
untukmengadministrasikan proses-proses yang terjadi dalam
kepailitan, misalnya melakukan pengumuman (Pasal 13 ayat (4) UUK
dan PKPU); mengundang rapat-rapat kreditur ; mengamankan harta
kekayaan debitur pailit; melakukan inventarisasi harta pailit (Pasal 91
UUK dan PKPU); serta membuat laporan rutin kepada hakim
pengawas (Pasal 70 ayat (1) UUK dan PKPU). Dalam menjalankan
kapasitas administratifnya kurator memiliki kewenangan antara lain:
a) Kewenangan untuk melakukan upaya paksa seperti paksa badan
(Pasal 84 ayat (1)UUK dan PKPU).
b) Melakukan penyegelan (bila perlu) (Pasal 90 ayat (1) UUK dan
2) Tugas mengurus/mengelola harta pailit
Selama proses kepailitan belum sampai pada keadaan insolvensi
(pailit), maka kurator dapat melanjutkan pengelolaan usaha-usaha
debitur pailit sebagaimana layaknya organ perseroan (direksi) atas ijin
rapat kreditur (Pasal 95 ayat (1)UUK dan PKPU). Pengelolaan hanya
dapat dilakukan apabila debitur pailit masih memiliki suatu usaha
yang masih berjalan.
Kewenangan yang diberikan dalam menjalankan pengelolaan ini
termasuk diantaranya :
a) Kewenangan untuk membuka seluruh korespondensi yang
ditujukan kepada debitur pailit (Pasal 14 junto Pasal 96 UUK dan
PKPU).
b) Kewenangan untuk meminjam dana pihak ketiga dengan dijamin
dengan harta pailit yang belum dibebani demi kelangsungan usaha
(Pasal 67 ayat (4) UUK dan PKPU).
c) Kewenangan khusus untuk mengakhiri sewa, memutuskan
hubungan kerja, dan perjanjian lainnya.
3) Tugas melakukan penjualan dan pemberesan
Tugas yang paling utama bagi kurator adalah untuk melakukan
pemberesan. Maksudnya pemberesan di sini adalah suatu keadaan
dimana kurator melakukan pembayaran kepada para kreditur
konkuren dari hasil penjualan harta pailit.
Pada prinsipnya, suatu panitia kreditur adalah pihak yang mewakili pihak
kreditur, sehingga panitia kreditur tentu akan memperjuangkan segala
kepentingan hukum dari pihak kreditur. Ada dua macam panitia kreditur yang
diperkenalkan oleh UUK dan PKPU, yaitu:
a. Panitia kreditur sementara
Dalam Pasal 79 UUK dan PKPU disebutkan, dalam putusan pailit atau
dengan penetapan kemudian, pengadilan dapat membentuk panitia kreditur
(sementara) yang terdiri dari satu sampai tiga orang yang dipilih dari
kreditur yang dikenal dengan maksud memberikan nasihat kepada kurator.
Yang dimaksud dengan kreditur yang sudah dikenal adalah kreditur yang
sudah mendaftarkan diri untuk diverifikasi.
b. Panitia kreditur tetap
Pasal 72 UUK dan PKPU menyatakan bahwa setelah pencocokan utang
selesai dilakukan, hakim pengawas wajib menawarkan pada para kreditur
untuk membentuk panitia kreditur tetap.
D. Pemberesan Harta Pailit
Pemberesan merupakan salah satu tugas yang dilakukan oleh kurator
terhadap pengurusan harta debitur pailit. Dalam Penjelasan Pasal 16 ayat (1) UUK
dan PKPU dijelaskan bahwa yang dimaksud pemberesan adalah penguangan
setelah debitur berada dalam keadaan insolvensi, dimana insolvensi baru dapat
terjadi bila:30
1. Jika dalam rapat pencocokan piutang tidak ditawarkan rencana perdamaian.
2. Apabila ada penawaran perdamaian oleh si pailit maupun oleh kurator, tetapi
tidak disetujui oleh para kreditur dalam rapat verifikasi (pencocokan piutang).
3. Apabila terdapat perdamaian dan disetujui oleh para kreditur dalam rapat
verifikasi tetapi tidak mendapat homogolasi (pengesahan) oleh hakim
pemutusan kepailitan.
Berikut ini diuraikan tentang hal-hal yang dilakukan dalam tahap
pemberesan harta pailit :
1. Mengusulkan agar perusahaan debitur pailit dilanjutkan
Jika dalam rapat pencocokan piutang tidak ditawarkan rencana perdamaian
atau jika rencana perdamaian yang ditawarkan tidak diterima, kurator atau
kreditur yang hadir dalam rapat dapat mengusulkan supaya perusahaan debitur
pailit dilanjutkan.31
30
Republik Indonesia. Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 178 ayat (1).
31
Republik Indonesia. Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 179 ayat (1).
Usulan untuk melanjutkan perusahaan dalam rapat tersebut
wajib diterima, apabila usul tersebut disetujui oleh kreditur yang mewakili lebih
dari ½ dari semua piutang yang diakui dan diterima sementara, yang tidak dijamin
ataskebendaan lainnya.32Namun, kelanjutan perusahaan dapat dihentikan oleh hakim pengawas atas permintaan kreditur atau kurator.33
2. Mengusulkan dan melaksanakan penjualan harta pailit
Dengan memperhatikan ketentuan Pasal 16 ayat (1) UUK dan PKPU
disebutkan, kurator harus memulai pemberesan dan menjual semua harta pailit,
tanpa perlu memperoleh persetujuan atau bantuan debitur:34
a. Usul untuk mengurus perusahaan debitur tidak diajukan dalam jangka
waktu sebagaimana diatur dalam undang-undang ini atau usul tersebut
telah diajukan tetapi ditolak.
b. Pengurusan terhadap perusahaan dihentikan, namun dalam hal perusahaan
dilanjutkan dapat dilakukan penjualan benda termasuk harta pailit, yang
tidak diperlukan dalam meneruskan perushaan. Debitur pailit dapat
diberikan sekedar perabot rumah dan perlengkapannya, alat-alat medis
yang dipergunakan untuk kesehatan, atau perabot kantor yang ditentukan
oleh hakim pengawas.
Terhadap semua harta kekayaan pailit tersebut harus dijual di muka umum
sesuai dengan tata cara yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku.35
32
Republik Indonesia. Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 180 ayat (1).
33
Republik Indonesia. Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 183 ayat (1).
34
Republik Indonesia. Undang-Undang Kepailiatn dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 184.
35
Republik Indonesia. Undang-Undang Kepailiatn dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 185 ayat (1).
dapat dilakukan penjualan di bawah tangan dengan izin dari hakim pengawas. 36 Sedangkan terhadap semua barang yang tidak segera atau sama sekali tidak dapat
dibereskan, maka kurator yang memutuskantindakan yang harus dilakukan
terhadap barang tersebut dengan izin dari hakim pengawas.37 3. Mengadakan rapat kreditur
Setelah harta pailit berada dalam keadaan insolvensi, maka hakim
pengawas dapat mengadakan suatu rapat kreditur pada hari, jam, dan tempat yang
ditentukan untuk mendengar mereka seperlunya mengenai cara pemberesan harta
pailit dan jika perlu mengadakan pencocokan piutang.38Apabila hakim pengawas berpendapat terdapat cukup uang tunai, kurator diperintahkan untuk melakukan
pembagian kepada kreditur yang piutangnya telah dicocokkan.39 4. Membuat daftar pembagian
Mengenai masalah daftar pembagian, maka kurator wajib menyusun suatu
daftar pembagian untuk dimintakan persetujuan kepada hakim
pengawas.40
36
Republik Indonesia. Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 185 ayat (2).
37
Republik Indonesia. Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 185 ayat (3).
38
Republik Indonesia. Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 187 ayat (1).
39
Republik Indonesia. Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 188.
40
Republik Indonesia. Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 189 ayat (1).
Kurator membuat daftar pembagian yang berisi jumlah uang yang
diterima dan yang dikeluarkan, termasuk didalamnya upah kurator, nama-nama
kreditur dan jumlah tagihannya yang telah disahkan, pembayaran-pembayaran
yang akan dilakukan terhadap tagihan-tagihan itu atau bagian yang wajib
Daftar pembagian tersebut dapat dibuat sekali atau lebih dari sekali dengan
memperhatikan kebutuhan. Daftar pembagian yang telah disetujui oleh hakim
pengawas wajib disediakan di kepaniteraan pengadilan agar dapat dilihat oleh
kreditur selama tenggang waktu yang ditetapkan oleh hakim pengawas pada
waktu daftar tersebut disetujui dan diumumkan oleh kurator dalam surat kabar
harian sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 15 ayat (4) UUK dan PKPU.41
dengan menerima tanda bukti penerimaan.
Daftar pembagian tersebut dapat dilawan oleh kreditur dengan
mengajukan surat keberatan dengan disertai alasan kepada paniteraan pengadilan
42
Hakim pengawas akan menetapkan
hari memeriksa perlawanan di sidang pengadilan yang terbuka untuk umum
Dalam sidang tersebut, hakim pengawas memberikan laporan tertulis, sedangkan
kurator dan setiap kreditur atau kuasanya dapat mendukung atau membantah
daftar pembagian tersebut dengan mengemukakan alasannya dan pengadilan
paling lambat dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari wajib memberikan putusan yang
disertai dengan pertimbagan hukum yang cukup.43Terhadap putusan pengadilan tersebut dapat diajukan permohonan kasasi.44
Setelah kurator selesai dalam melaksanakan pembayaran kepada
masing-masing kreditur berdasarkan daftar pembagian, maka berakhirlah
41
Republik Indonesia. Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 192.
42
Republik Indonesia. Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 193 ayat (1).
43
Republik Indonesia. Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 194.
44
kepailitan.45Kurator melakukan pengumuman mengenai berakhirnya kepailitan dalam berita negara republik indonesia dan surat kabar harian.46
5. Membuat daftar perhitungan dan pertanggungjawaban pengurusan dan
pemberesan kepailitan kepada hakim pengawas.
Kurator wajib memberikan pertanggungjawaban mengenai pengurusan
dan pemberesan yang telah dilakukannya kepada hakim pengawas paling lama 30
(tiga puluh) hari setelah berakhirnya kepailitan. Semua buku dan dokumen
mengenai harta pailit wajib diserahkan kepada debitur dengan tanda bukti
penerimaannya.47
Sesudah diadakan pembagian penutup, ada pembagian yang tadinya
dicadangkan jatuh kembali dalam harta pailit atau apabila ternyata masih terdapat
bagian harta pailit yang sewaktu diadakan pemberesan tidak diketahui, maka atas
perintah pengadilan, kurator membereskan dan membaginya berdasarkan daftar
pembagian dahulu.48Selanjutnya, kurator bertanggung jawab terhadap kesalahan atau kelaliannya dalam melaksanakan tugas pengurusan dan/atau pemberesan
yang menyebabkan kerugian terhadap harta pailit.49
Tugas dan kewenangan sebagaimana diuraikan di atas dilakukan dengan
menganut asas independen dan tidak memihak hanya pada kepentingan kreditur
sendiri atau semata-mata untuk kepentingan debitur. Apabila kurator dalam
45
Republik Indonesia. Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 201 dan Pasal 202 ayat (1).
46
Republik Indonesia. Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 202 ayat (2).
47
Republik Indonesia. Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 202 ayat (3) dan ayat (4).
48
Republik Indonesia. Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 203.
49
menjalankan tugasnya tidak independen maka para pihak dapatmengajukan
penggantian kurator.
E. Kedudukan Hukum Debitur Setelah Berakhirnya Pemberesan Harta Pailit
Suatu pemberesan harta pailit baru dapat dilakukansetelah debitur dalam
keadaan insolvensi. Suatu kepailitan dapat berakhir karena :
1. Kepailitan dicabut karena harta pailit tidak cukup untuk membayar biaya
kepailitan (Pasal 18 UUK dan PKPU).
2. Perdamaian yang telah ditawarkan oleh debitur atau kreditur telah diterima
dan disahkan oleh hakim pengawas.
3. Apabila harta pailit telah dijual seluruhnya dan hasil penjualan tersebut telah
dibagi seluruhnya kepada kreditur.
4. Apabila putusan pailit dibatalkan di tingkat kasasi atau peninjauan kembali.
Setelah dilakukan pemberesan terhadap harta pailit, maka kemungkinan
akan terjadi suatu kondisi bahwa harta pailit tersebut mencukupi untuk membayar
utang-utang debitur kepada para krediturnya atau sebaliknya harta pailit tidak
dapat mencukupi pelunasan terhadap utang-utang debitur kepada para kreditur.
Bila harta pailit mampu mencukupi pembayaran utang-utang debitur pailit
kepada para krediturnya, maka langkah selanjutnya adalah rehabilitasi.
Rehabilitasi adalah pemulihan nama baik debitur yang semula dinyatakan pailit,
kewajibannya.50
Keberatan tersebut hanya dapat diajukan apabila persyaratan surat
permohonan tersebut dilampirkan bukti yang menyatakan bahwa semua kreditur
yang diakui sudah memperoleh pembayaran secara memuaskan tidak terpenuhi. Permohonan rehabilitasi harus diumumkan paling sedikit dalam 2
(dua) surat kabar harian yang ditunjuk oleh Pengadilan Niaga. Dalam jangka
waktu 60 hari (enam puluh hari) setelah permohonan rehabilitasi diumumkan
paling sedikit dalam 2 (dua) surat kabar harian, setiap kreditur yang diakui dapat
mengajukan keberatan terhadap permohonan tersebut, dengan mengajukan surat
keberatan, disertai alasan di kepaniteraan pengadilan dan panitera harus
memberikan tanda terima.
51
Yang dimaksud dengan pembayaran yang memuaskan adalah bahwa kredituryang
diakui tidak akan mengajukan tagihan lagi terhadap debitur, sekalipun mereka
mungkin tidak menerima pembayaran atas seluruh tagihannya.52
50
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 215.
51
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 216.
52
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Penjelasan Pasal 216.
Setelah berakhirnya jangka 60 (enam puluh) hari tersebut, terlepas apakah
kreditur mengajukan atau tidak mengajukan keberatan, pengadilan harus
memutuskan apakah mengabulkan atau menolak permohonan tersebut.Putusan
pengadilan tersebut adalah putusan final dan binding, dalam arti tidak terbuka
upaya hukum apapun termasuk banding atau kasasi. Putusan yang mengabulkan
rehabulitasi tersebut wajib diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum dan
Tujuan utama rehabilitasi adalah untuk mengembalikan debitur pailit ke
keadaan semula seperti sebelum jatuh pailit. Dengan berakhirnya kepailitan,
dengan sendirinya debitur pailit kembali ke keadaan semula tanpa perlu adanya
permohonan rehabilitasi. Dengan adanya rehabilitasi secara resmi tersebut, debitur
pailit akan memperoleh kepercayaan umum kembali dan dapat melanjutkan
usahanya tanpa beban. Dari UUK dan PKPU bahwa kepailitan sebagai sita umum
dengan putusan pernyataan Pengadilan Niaga hanya mengenai harta kekayaan
debitur pailit, bukan terhadap orang atau pribadinya sebagai subyek hukum.
Dengan tidak membedakan antara debitur yang jujur atau tidak jujur,
dimungkinkan dalam keadaan debitur tidak memenuhi kewajiban para kreditur
dan debitur.
Permohonan rehabilitasi diajukan kepada Pengadilan Niaga yang semula
memeriksa kepailitan yang bersangkutan. Akan tetapi, tidak terhadap semua
kepailitan dapat dimintakan rehabilitasi. Hanya terhadap putusan kepailitan di
bawah ini yang dapat diajukan rehabilitasi, yaitu sebagai berikut:
1. Apabila kepailitan diakhiri dengan suatu perdamaian.
2. Apabila diakhiri setelah utangnya dibayar penuh.
3. Apabila kepailitan tersebut dijatuhkan atas harta benda debitur.
Dengan demikian, jika kreditur tidak dapat membayar lunas atau tidak
terjadi perdamaian, terhadap hal tersebut tidak berlaku rehabilitasi. Namun,
kepailitan dapat berakhir dan debitur pailit memperoleh kembali wewenangnya
untuk melakukan tindakan pengurusan dan pemilikan (daden van beheer er daden
kreditur tetap dapat meminta sisa utangnya dibayar penuh, tanpa perlu
mengajukan gugatan baru, tetapi hanya minta dijalankan putusan pailit yang
sudah ada sampai semua utangnya yang telah diverifikasi dibayar lunas.53 Sebab, suatu pengakuan utang dalam kepailitan mempunyai kekuatan hukum yang sama
dengan keputusan pengadilan. Jadi, hanya tinggal memohon
pengeksekusiannya.54
53
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 204.
54
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 205.
Bagi kreditur yang piutang-piutang yang belum dibayar lunas, para
kreditur tetap mempunyai hak menuntut. Hal ini sesuai dengan Pasal 204 UUK
dan PKPU yang menentukan bahwa dengan mengikatnya daftar pembagian
penutup, maka kreditur memperoleh kembali hak-hak ekseskusi, mengenai
piutang mereka yang belum dibayar, yang juga dipertegas oleh Pasal 1131
KUHPerdata bahwa debitur memiliki kewajiban untuk membayar seluruh
utang-utangnya yang masih belum dibayar sampai lunas. Oleh karena itu, jika debitur
dikemudian hari memperoleh harta lagi, maka kreditur-kreditur ini masih
mempunyai hak untuk menuntut pemenuhan kembali sisa piutangnya tersebut.
Berbeda dengan hukum di banyak negara lain (seperti Amerika Serikat
misalnya, maka hukum di Indonesia tidak mengenal apa yang disebut dengan
discharge, yakni pembebasan debitur (terutama debitur pribadi) dari sisa utang
dalam kepailitan. Karenanya, debitur dapat dengan tenang berusaha lagi, seperti
Permasalahan yang timbul terkait hal ini adalah apabila jika setelah
berakhirnya pailit setelah perdamaian (dengan rehabilitasi atau tidak), kemudian
debitur mendapatkan lagi harta (dengan jalan apapun), apakah debitur masih
berkewajiban untuk membayar utang? Banyak yang berpendapat bahwa sisa
utang debitur adalah perikatan wajar (naturlijke verbintenis). Perikatan
wajar/alamiah adalah perikatan yang pemenuhan prestasinya tidak dapat digugat
di muka pengadilan, seperti uang dalam perjudian. Maksudnya, debitur boleh
(tidak harus) membayar utang-utang tersebut. Akan tetapi, sekali debitur sudah
membayarnya, debitur tidak dapat lagi membatalkan pembayaran tersebut.55
55