• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT SARAF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT SARAF"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

MYASTENIA GRAVIS

SISKA SULISTIYOWATI

1620221168

Pembimbing :

dr Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc

(2)

IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn.S

Umur : 19 tahun

Jenis kelamin : Perempuan Agama : Islam

Alamat : Junggul, Bandungan Pekerjaan : Wiraswasta Pendidikan : SMA

Status : Belum Menikah No CM : 064xxx

(3)

DILAKUKAN AUTOANAMNESIS

PADA 30 MARET 2018 PUKUL

10.00 WIB DI RUMAH PASIEN

Keluhan utama

Kelopak mata kiri lebih

turun dibandingkan

(4)

8 tahun yang lalu

5 tahun yang lalu

Kelopak mata kiri nya lebih turun

dibandingkan kelopak mata kanannya.

Awalnya kelopak mata kiri nya turun dan

t

erasa berat jika sedang menonton tv

dan rasa berat

pada mata kirinya

hilang

dengan sendirinya

., namun

mata kirinya

tetap turun dibanding mata kanannya.

Kelopak mata kiri yang turun

tidak

mengganggu aktivitas sehari-hari dan

belajar.

Gatal

terutama jika sedang sedang bermain

diluar ruangan dan rasa gatal pada mata kiri

nya

hilang dengan sendirinya.

Pasien mengira hanya iritasi pada mata dan

(5)

5 tahun SMRS

Kelopak mata kirinya semakin turun

dibandingkan

mata

kanannya

dan

semakin terasa berat kelopak mata

kirinya terutama

jika

menonton tv

dan membaca terlalu lama

.

Keluhan

membaik saat menutup

matanya

selama kurang lebih 3 menit.

Namun

kelopak mata kiri nya tetap

jatuh

dibandingkan

kelopak

mata

kanannya.

Pasien merasa saat

5 tahun lalu

kelopak matanya semakin turun

dibandingkan 8 tahun lalu

Belum memeriksakan ke dokter karena

(6)

4 hari SMRS

kelopak mata kirinya semakin

turun, semakin terasa berat

Merasa ada benjolan dikelopak

mata kirinya

. Lalu pasien ke dokter

kemudian d

iberikan obat tetes

mata

dan menurut dokter

tidak ada

benjolan

dikelopak mata nya.

Tidak ada perbaikan

karena mata

kirinya masih terasa berat dan

mulai

mengganggu aktivitasnya

. Lalu

(7)

3 hari yang lalu

(poli saraf)

Kelopak mata kirinya semakin turun

dibandingkan kelopak mata kanannya dan

semakin terasa berat

.

Kelopak mata sebelah kiri lebih

turun hampir

separuhnya dari kelopak mata kanan

terutama ketika mata lelah

karena banyak

membaca, didepan computer, menonton televisi

dalam waktu yang lama atau saat

siang hari

dengan keadaan diluar panas

dan

pulih

kembali setelah pasien beristirahat atau

berwudhu

namun tidak disertai penglihatan

ganda.

Keluhan

mengganggu aktivitas keseharian

dan pekerjaannya.

Dipoli diberikan obat mestinon tablet 2x1 dan

(8)

1 hari yang lalu

(post poli saraf)

ketika

berbicara terlalu banyak

, semakin

lama

suaranya semakin serak, melemah

dan bahkan menghilang

tetapi pasien masih

dapat

memberikan jawaban dengan jelas

lalu pasien

diam dan tidak berbicara

selama

beberapa jam kemudian

dapat berbicara

seperti biasa lagi

.

Menurut pasien

keluhan tersebut timbul

setelah minum obat mestinon

, pasien juga

merasa

bagian perut dan punggung

(9)

Saat kunjungan

dirumah pasien

Berat pada kelopak mata kirinya berkurang, namun

kelopak mata kirinya masih lebih turun dibandingkan kelopak mata kanannya.

Tidak ada keluhan berbicara atau suara serak lagi. Keluhan lain seperti sulit menelan, suara sengau, sulit

mengunyah, sesak nafas, pusing, mual-muntah, kelemahan anggota gerak, bicara pelo, tremor,

kesemutan/kebas/kekakuan anggota gerak, demam,

batuk-batuk lama dan penurunan berat badan disangkal

oleh pasien. BAK dan BAB tidak terdapat keluhan.

Setelah mengkonsumsi obat mestinon selama 2

kali, keluhan berat pada kelopak mata kirinya membaik namun kelopak mata kirinya masih turun dibandingkan yang kanan.

(10)

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

RIWAYAT KELUARGA DENGAN KELUHAN YANG SAMA : DISANGKAL

RIWAYAT KELAINAN PADA TIMUS : DISANGKAL

RIWAYAT HIPERTENSI, DM , KEGANASAN : DISANGKAL

Riwayat penyakit

dahulu

Kelainan pada

timus : disangkal

Riwayat

pneumonia :

disangkal

Riwayat Pengobatan

Setelah

mengkonsumsi obat

mestinon selama 2

kali,

keluhan berat

pada kelopak mata

kirinya membaik

(11)

RIWAYAT PRIBADI

DAN SOSIAL

EKONOMI

Tinggal dirumah bersama ayah, ibu, kakak, kakak

ipar, dan keponakannya.

Tinggal di lingkungan padat penduduk dengan

higienitas yang cukup baik. Kesan ekonomi pasien

cukup.

Biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS.

Pasien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi

minuman keras dan bukan pengguna obat-obatan

terlarang.

Ayah pasien merokok.

(12)

ANAMNESIS SISTEM

Sistem serebrospinal: tidak ada keluhan

Sistem neurologi

: kelopak mata kiri turun

(+), penglihatan ganda (-), suara mengecil

(+)

Sistem kardiovaskular : tidak ada keluhan

Sistem respiratorius : tidak ada keluhan

Sistem gastrointestinal : tidak ada keluhan

Sistem urogenital

: tidak ada keluhan

(13)

RESUME ANAMNESIS

 Pasien perempuan berusia 19 tahun datang dengan keluhan kelopak mata sebelah kiri lebih turun dibandingan mata

kanannya terutama saat terlalu lama membaca/menonton tv (+) dan membaik setelah istirahat atau berwudhu.

 Keluhan ini sudah dirasakan sejak 8 tahun yang lalu dan saat ini kelopak mata kiri semakin turun dan semakin terasa berat serta menggangu aktivitas dan pekerjannya.

 Pasien juga megeluh suara serak dan makin mengecil ketika terlalu banyak berbicara (+) 1 hari yang lalu dan saat ini sudah membaik.

Keluhan lain seperti penglihatan ganda, sulit menelan, suara sengau, sulit mengunyah, sesak nafas, pusing, mual-muntah, kelemahan anggota gerak, bicara pelo, tremor,

kesemutan/kebas/kekakuan anggota gerak, demam, batuk-batuk lama, penurunan berat badan, konsumsi obat-obatan dalam jangka waktu lama disangkal oleh pasien.

 Dipoli dokter spesialis saraf menduga pasien menderita

miastenia gravis, kemudian pasien diberikan obat mestinon tablet 2x1 dan mecobalamin 2x1 tablet.

 Pasien mengatakan setelah mengkonsumsi obat mestinon selama 2 kali, keluhan berat pada kelopak mata kirinya

(14)

DISKUSI I

Pada miastenia gravis

progresivitas relatif

lambat

Hal ini

sesuai dengan keluhan pasien

yang sudah

berlangsung selama beberapa

tahun.

Keluhan pertama pasien adalah adanya keluhan

pada mata yaitu

kelopak mata kiri lebih turun

,

namun belum terdapat penglihatan ganda.

Hal ini

sesuai teori MG

dimana pada 90% kasus,

awal mulanya mengeluh kelemahan otot

levator palpebrae

(ptosis)

dan otot ekstraokuler

(diplopia).

Ptosis kemudian akan diikuti dengan

kesulitan menutup mata

(dikarenakan kelemahan

(15)

DISKUSI I

 Setelah banyak bicara suara dapat menghilang dan menjadi sengau.

 Sifat kelemahan pada miastenia gravis bersifat fuktuatif, gejala bervariasi dari hari ke hari dan dari jam ke jam,

biasanya akan membaik pada pagi hari atau saat istirahat dan memburuk pada saat siang/sore hari saat aktivitas.

Hal ini sesuai dengan keluhan yang dialami pasien saat

ini dimana semua keluhan seperti kelopak mata jatuh , suara serak dan mengecil saat jika beraktiftas namun pulih kembali setelah beristirahat. Selain itu riwayat

pengobatan dimana pasien mempunyai responsi

yang baik terhadap pemberian obat mestinon dapat

memperkuat kecurigaan terhadap miastenia gravis.  Sehingga pada kasus ini kecurigaan bahwa pasien

mengalami miastenia gravis ditegakan atas dasar

(16)

MIASTENIA GRAVIS

DEFINISI

penyakit

autoimun

yang disebabkan oleh

rusaknya

reseptor

asetilkolin pada post

sinaptik

sehingga

(17)

MIASTENIA GRAVIS

FAKTOR RESIKO

Infeksi pneumonia bakterialis.

Penggunaan obat-obatan tertentu

Stess fsik dan psikis, suhu

(18)

MANIFESTASI KLINIS

Kelemahan otot yang selalu

sebelumnya terjadi akibat

aktivitas kegiatan fsik atau

latihan berulang yang akan

membaik dengan istirahat

atau tidur

Kelemahan yang timbul

bersifat

intermitten/fuktuatif

Distribusi kelemahan otot

bervariasi, bisanya memiliki

pola tipikal, yaitu

craniocaudal

dimulai dari

otot-otot kranialis

terutama kelopak mata

dan otot ekstraokuler

kemudian menyerang

otot-otot ekstremitas

yang dimulai dari

proksimal dan bersifat

asimetrik

.

Kelemahan juga dapat

menyerang otot-otot

pernapasan dan

menyebabkan krisis

(19)
(20)
(21)
(22)
(23)

DIAGNOSIS

Anamnesis

 Awitan biasanya tidak jelas dan progresivitas relatif lambat.

 Biasanya diawali dengan mata, muka, rahang tenggorok dan leher. Tetapi ditemui juga yang mulai dengan ekstremitas. 90% awal mulanya mengeluh kelemahan otot levator palpebrae

(ptosis) dan otot ekstraokuler (diplopia).

 Ptosis kemudian akan diikuti dengan kesulitan menutup mata (dikarenakan kelemahan m.orbicularis oculi).

 Pada stadium selanjutnya muncul akan mengenai otot wajah, otot pengunyah, otot menelan dan otot untuk bicara (pada 80% kasus). Setelah banyak bicara suara dapat menghilang dan

menjadi sengau.

 Otot leher, gelang bahu dan panggul jarang terkena. Lebih sering terkena adalah m.erector spinae. Bila otot leher terkena, maka ada keluhan sulit untuk mempertahankan posisi tegak kepala.

 Sifat kelemahan akan membaik pada pagi hari atau saat

istirahat, kelemahan yang sedang atau berat bisa berlangsung sampai 1 bulan.

(24)

PEMERIKSAAN FISIK

1. Tes watenberg/simpson test : memandang objek di atas bidang antara kedua bola mata > 30 detik,

lama-kelamaan akan terjadi ptosis (tes positif)

2. Tes pita suara : penderita disuruh menghitung 1-100,

maka suara akan menghilang secara bertahap (tes positif) 3. Diplopia stress test yaitu pasien diminta untuk melihat ke

(25)

PEMERIKSAAN FISIK

1.

Tanda Cogan yaitu tampak kedutan transien pada

kelopak mata segera setelah pasien diminta untuk

melihat ke bawah dan ke atas secara cepat Dan

pasien

menutup kelopak mata selama 30 detik

lalu membuka matanya , (+) ptosis

2.

ptosis cogan test.mp4

3.

Anggota gerak : penderita di suruh menggerakkan

anggota gerak abduksi ke atas kira-kira 20 kali

(26)

Tes Prostigmine

Prostigmin 0,5-1,0 mg dicampur dengan 0,1 mg atropin sulfas disuntikkan intramuskular atau

subkutan.

Tes dianggap positif apabila gejala-gejala menghilang dan tenaga membaik

Tes Edrophonium

Endrofonium merupakan

antikolinesterase kerja pendek yang memperpanjang kerja acetilkolin pada nerumuscular juction dalam beberapa menit.

Untuk uji tensilon, disuntikkan

2 mg tensilon secara intravena selama 15 detik, bila dalam 30 detik tidak terdapat reaksi

maka disuntikkan lagi sebanyak 8-9 mg tensilon secara

intravena.

(27)

Pemeriksaan Radiologi 9

Chest x-ray dapat

dilakukan dalam posisi anteroposterior dan lateral. Pada roentgen thorak, thymoma dapat diidentifkasi sebagai

suatu massa pada bagian anterior mediastinum.

Pemeriksaan antibodi anti AChR& anti MuSK

Hasil yang positif merupakan diagnosis defnitif MG, namun jika dijumpai hasil yang negatif kemungkinan MG belum dapat disingkirikan. Antibodi anti

MuSK didapatkan pada 40% pasien dengan hasil

pemeriksaan antibodi anti AChR yang negatif.

(28)

DIAGNOSIS

SEMENTARA

Diagnosis klinik : ptosis unilateral,

disfonia.

Diagnosis topis: neuromuscular

junction

Diagnosis etiologi: autoimmune susp

myasthenia gravis dd/ periodic

paralysis hipokalemia lambert-eaton

myasthenic syndrome (LEMS) dd/

(29)

PEMERIKSAAN FISIK

PEMERIKSAAN DILAKUKAN PADA

TANGGAL 30 MARET 2018 PUKUL

10.00 WIB

 

KU : tampak sakit ringan

Kesadaran : compos mentis (GCS E4-V5-M6)

Tanda Vital :

TD

100/80 mmHgRR

20 x/menit

HR

67 x/menit T

36,4

Antropometri :

BB

46 kg

TB

155 cm

BMI

19.16 (normoweight)

 

(30)

VI.2 Status Internus

Kepala : normocephal

Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) Leher : JVP tidak meningkat, kelenjar tiroid dbn Thoraks : tidak ada deformitas

Pulmo dan Cor : sonor, vesikuler di seluruh lapangan paru, suara tambahan (-) Abdomen : hepar dan lien tidak teraba, supel, NT (-)

Ekstremitas : edema (-), atrofi otot (-), deformitas (-)

VI.3 Status Psikiatri

Tingkah laku : normoaktif Perasaan hati : normoritmik

(31)

STATUS NEUROLOGIS

Mata : pupil isokor 3 mm/ 3mm, refleks cahaya +/+, refleks kornea +/+, ptosis OS (-/+)

nervi craniales : parese N.III ,X Leher : meningeal sign kaku kuduk (-) Badan

(32)

N. I (OLFAKTORIUS) Lubang hidung Kanan

Lubang hidung Kiri

Daya Pembau N N

N. II (OPTIKUS) Mata Kanan Mata Kiri

Daya Penglihatan N N

Pengenalan Warna N N

Medan Penglihatan N Sulit dinilai karena mata kiri ptosis

N. III (OKULOMOTORIS) Mata Kanan Mata Kiri

Ptosis - +

Gerak Mata Ke Atas + +

Gerak Mata Ke Bawah + +

Gerak Mata Ke Media + +

Ukuran Pupil 3 mm 3 mm

Bentuk Pupil Isokor Isokor

Reflek Cahaya Langsung + + Reflek Cahaya Konsesuil + +

Strabismus Divergen - -

Diplopia - -

N. IV (TROKHLEARIS) Mata Kanan Mata Kiri

Gerak Mata Lateral Bawah + +

Strabismus Konvergen - -

(33)

N. V (TRIGEMINUS) Kanan Kiri

Mengigit N N

Membuka Mulut N N

Sensibilitas Muka Atas N N Sensibilitas Muka Tengah N N Sensibilitas Muka Bawah N N

Reflek Kornea + +

Trismus - -

N. VI (ABDUSEN) Mata Kanan Mata Kiri

Gerak Mata Lateral Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah Starbismus Konvergen - -

Diplopia - -

N. VII (FASIALIS) Kanan Kiri

Kerutan Kulit Dahi + +

Menutup Mata + +

Lipatan Nasolabial + +

Sudut Mulut + +

Tik Fasial - -

N. VIII (AKUSTIKUS) Kanan Kiri

Mendengar Suara Berbisik Normal Normal

(34)

N.IX

(GLOSSOFARINGEUS) KANAN KIRI

Arkus Faring Simetris Simetris Daya Kecap 1/3 Belakang Normal Normal Reflek Muntah Normal Normal Sengau - - Tersedak - -

N. X (VAGUS) Kanan Kiri

Arkus faring Simetris Simetris Reflek muntah Normal Normal

Bersuara Disfonia (-) karena sudah membaik ketika diperiksa

Menelan + +

N. XI (AKSESORIUS) Kanan Kiri

Memalingkan Kepala

kontur otot tegas dan konsistensi keras, adekuat

kontur otot tegas dan konsistensi keras, adekuat Sikap Bahu Simetris Simetris

Mengangkat Bahu Adekuat Adekuat Trofi Otot Bahu - -

N. XII (HIPOGLOSUS)

Sikap lidah Tidak ada Deviasi Artikulasi Cukup jelas Menjulurkan lidah Tidak ada Deviasi Fasikulasi lidah -

Pemeriksaan Khusus

Tes Wartenberg (-) kelopak mata kiri pasien berkedut dan pasien sering berkedip

Cogan lid twitch (+)

(35)

Motorik

G

B B

K

4+ 4+

Tn

N N

Tr

Eu Eu

B B

4+ 4+

N N

Eu Eu

(36)

PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN

DARAH RUTIN

Hemoglobin 13.8 11.7 – 15.5 g/dL

Leukosit 5.7 3.6 – 11.0 ribu

Eritrosit 4.55 3.8 - 5.2 juta

Hematokrit 42.6 35 - 47 %

MCV 93.6 82 – 98 f

MCH 30.3 27 - 32 pg

MCHC 32.4 32 -37 g/dL

RDW 12.5 10 -16 %

Trombosit 280 150 - 400 ribu

Limfosit 1.2 1.0 – 4.5

Monosit 0.4 0.2 -1.0

Granulosit 4.1 2 - 4

Liimfosit% 20.5 (L) 25 - 40 %

Monosit% 7.1 2 – 8 %

Granulosit% 72.4 50 – 80 %

(37)

PEMERIKSAAN HASIL

NILAI RUJUKAN

KIMIA KLINIK

SGOT

18

0 - 35 U/L

SGPT

11

0 – 35 IU/L

Ureum

17.4

10 – 50 mg/dL

Kreatinin

0.58

0.45

0.75

mg/dL

(38)

DISKUSI II

Berdasarkan hasil pemeriksaan fsik didapatkan kesadaran pasien compos mentis, GCS 15 (E4M6V5) dengan tanda vital: TD: 100/80 mmHg, N: 67x/menit, RR: 20x/menit, S: 36,4oC.

Pada pemeriksaan nervus cranialis diidapatkan adanya

parese N.III ditandai dengan adanya ptosis pada palpebra kiri pasien, serta N.X ditandai dengan

disfonia, namun pada pemeriksaan disfonia (-) karena sudah perbaikan.

Hal ini sesuai dengan teori dimana pada MG keluhan yang

paling sering terjadi adalah keluhan pada wajah yang mengenai otot eksta okular dan okular sehingga

timbul manifstasi ptosis dan diplopia serta otot orofaringeal yang menimbulkan disfonia.

Sehingga berdasarkan derajat keparahannya pasien

(39)

DISKUSI II

Pada pemeriksaan counting test didapatkan hasil (-) karena

sudah perbaikan.

Sedangkan pada test wartenberg (-) karena sudah dalam

perbaikan namun saat pemeriksaan ini kelopak mata

pasien berkedut dan pasien sering berkedip.

Tanda Cogan (+) yaitu tampak kedutan transien pada

kelopak mata segera setelah pasien diminta untuk melihat

ke bawah dan ke atas secara cepat. Dan saat pasien

menutup kelopak mata selama 30 detik lalu membuka matanya , (+) ptosis pada kelopak mata kiri

Pemeriksaan khusus pada MG ini yang menunjukan hasil (+)

dapat memperkuat diagnosis MG karena tes provokasi ini

mencetuskan terjadinya kelelahan otot pada pasien.

Hal ini sesuai dengan teori MG dimana keluhan biasanya

(40)

DISKUSI II

Pemeriksaan penunjang laboratorium elektrolit dilakukan untuk

mencari penyebab kelemahan otot pada pasien sehingga dapat

menyingkirkan diagnosis banding periodic paralysis

hipokalemia karena pada pasien ini tidak ditemukan adanya

penurunan kalium.

Pada kasus disarankan pemeriksaan rontgen thoraks untuk

mencari tahu ada tidaknya hiperplasia timus ataupun

timoma dikarenakan myasthenia gravis sering terjadi bersamaan dengan timoma (15%) dan hiperplasi timus (65%).

Kelenjar timus terdiri atas sel myoid yang mengandung AChR. Sel limfosit B dan T yang diproduksi kelenjar timus akan merusak AChR sehingga menimbulkan manifestasi kelemahan otot.

Untuk dapat memperkuat diagnosis miastenia gravis

sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya seperti

pemeriksaan serologis antibodi anti AChR& anti MuSK, elektrofsiologi Single-fber Electromyography (SFEMG) &

(41)

DIAGNOSIS AKHIR

Diagnosis klinik

: ptosis unilateral

Diagnosis topis

: neuromuscular junction

Diagnosis etiologi: autoimun susp miastenia

gravis

(42)

TERAPI

Non Medikamentosa

Tirah Baring

Edukasi keluarga

mengenai penyakitnya Diagnosis pasien

Tata laksana yang akan dilakukan

Prognosis dari penyakit yang diderita pasien

Medikamentosa

(43)

PLANNING

Tes Prostigmin dan

edrophonium (tensilon test) Rongten Thorax

CT Scan thoraks

Serologi ( antibodi anti AChR & anti MuSK )

Elektrofsiologi (SFEMG & RNS)

Biopsi timus

PROGNOSIS

Death : Ad bonam

Disease : Dubia ad bonam Dissability : Dubia ad bonam Discomfort : Dubia ad bonam

Dissatisfaction : Dubia ad bonam

(44)

DISKUSI III

Pasien diberikan AChEIs sebagai tata laksana

medikamentosa yaitu piridostigmin (mestinon) 2x60 mg.

Hal ini sesuai dengan teori dimana AChEIs masih

merupakan pengobatan lini pertama pada tahap awal MG atau apabila dijumpai gejala yang masih ringan.

Pasien ini termasuk kedalam MG derajat I sehingga pemberian AchEIs akan sangat bermanfaat. AchEIs

bekerja dengan cara memperlambat degradasi ACh oleh AChE. AChEIs akan meningkatkan kadar ACh di celah sinaps dan dengan demikian akan

mengkompensasi jumlah AChR yang sedikit.

Namun, AChEIs hanya merupakan pengobatan

(45)

DISKUSI III

Efek samping yang sering muncul adalah

gangguan gastrointestinal yang berhubungan

dengan peningkatan aktivitas muscarinic.

Gangguan tersebut antara mual, muntah, kram

perut, dan diare.

Efek samping ini dapat diobati dengan

pemberian antimuscarinics (loperamide

(46)

Referensi

Dokumen terkait

binoular abnormal atau e)uan/a, )imana ti)a )itemuan ausa or&ani pa)a pemerisaan Asi mata )an pa)a asus /an& ea)aan bai sehin&&a

{ adalah; tidak boleh diletakkan di permulaan ayat, berpasangan dangan KSN/kata hubung} { Tidak digalakkan kata pemeri dalam ayat ringkas}.. Muhammad Ramli adalah

Meskipun seseorang dengan peningkatan tekanan darah sedang, tetap memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena stroke dibandingkan seseorang dengan tekanan darah yang

Dalam proses penyelesaian harus berpegang pada tiga kendala (triple constrain): sesuai spesifikasi yang ditetapkan, sesuai time schedule dan sesuai biaya yang ditetapkan (Wulfram,

sasaran indikator target program indikator target kegiatan indikator target Renja Keterangan Terlaksananya Pemantauan Kualitas Udara. Ambien

Jarak Microphone dari Loudspeaker 2012    

Dari hasil pengamatan yang telah didapatkan pada sampel feses kambing Dari hasil pengamatan yang telah didapatkan pada sampel feses kambing yang dilihat dengan mikroskop,

• Setiap orang atau pemegang IUP operasi produksi atau IUPK operasi produksi yang menampung, memanfaatkan melakukan pengolahan dan pemurnian, pengangkutan, penjualan mineral