FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KUALITAS PEKERJAAN KONSTRUKSI PADA
KONTRAKTOR KECIL DAN MENENGAH
(Studi Kasus Pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Sungai Penuh)
JURNAL
MAHMUD ISHAK
NPM. 1010018312061
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS BUNG HATTA
FAKTOR– FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS PEKERJAAN KONSTRUKSI PADA KONTRAKTOR
KECIL DAN MENENGAH
(Studi Kasus Pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Sungai Penuh)
Mahmud Ishak¹, Zaidir², Yutiar M. Yost¹,
¹Program Studi Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta ²Program Studi Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Andalas
mahmud_takong@yahoo.co.id
ABSTRACT
Construction industry has an important role in the economy of the country, an increasing number of companies apparently not followed by an increase in the qualifications and performance. It can be seen from the quality of work, timeliness of completion of the implementation, resource utilization efficiency of personnel, capital, technology in the organization of construction services in the River City sold out yet as expected. Moving on from this phenomenon, this research is directed to address two main objectives, namely to identify what factors need to be considered for achieving the quality of work produced by contractors and small and medium seek to know the order of the contribution of these factors to the achievement of the quality of work produced by small and medium contractors as a basis for decision making future improvements to come. To get accurate research results, this study involved 70 respondents composed of 39 people representing small contractors and 31 people representing secondary contractor. The final results obtained from the statistical analysis is that there are three main factors that determine the quality of the work of the small contractor that is a factor of time management skills and human resources, occupational health and safety factors and factors of financial management capabilities, equipment and quality of work. As for the secondary contractor, job quality is highly dependent on the two most significant factors, namely the factor of human and financial
resources and factors of quality assurance work.
1.1 Latar Belakang Masalah
Industri jasa konstruksi
memiliki peranan penting dalam
perekonomian negara, Peningkatan
jumlah perusahaan ternyata belum diikuti dengan peningkatan kualifikasi dan kinerjanya. Hal ini dapat dilihat dari kualitas pekerjaan, ketepatan
waktu penyelesaian pelaksanaan,
efisiensi pemanfaatan sumberdaya
personil, modal, teknologi dalam
penyelengaraan jasa konstruksi yang
belum sesuai harapan. Hal ini
disebabkan oleh persyaratan usaha
serta persyaratan keahlian dan
ketrampilan belum diarahkan untuk mewujudkan kehandalan usaha yang profesional. Dengan tingkat kualitas tersebut, pada umum nya pekerjaan konstruksi yang berteknologi tinggi belum sepenuhnya dapat dikuasai oleh usaha jasa konstruksi.
Menurut Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum Kota Sungai Penuh, sejak otonomi daerah sampai dengan saat ini, pekerjaan yang dilaksanaakan oleh kontraktor pada umumnya secara visual tidak memenuhi standar kualitas, karena kontraktor tidak mempunyai kapabilitas, kurang modal ataupun peralatan yang memadai selain itu pelaksanaan yang tidak mengacu pada
dokumen kontrak kerja terutama
spesifikasi teknis. Sedangkan menurut Pejabat Pembuat Komitmen Bidang Cipta Karya, proyek-proyek yang dilaksanakan kontraktor sekarang ini kebayakan belum profesional, baik secara teknis maupun administrasi. Melihat kondisi lapangan kontraktor lebih mengutamakan kuantitas dari
pada kualitas pada hal antara kuantitas dan kualitas tidak dapat dipisahkan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar
belakang masalah diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa adanya ketidakpuasan pengguna dalam hal ini adalah Dinas Pekerjaan Umum Kota Sungai Penuh terhadap hasil pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor. Ketidakpuasan pengguna ini diawali dari lemahnya kemampuan pengelolaan sumber daya yang dilaksanakan oleh
kontraktor dalam meneyelesaikan
pekerjaan baik kontraktor kecil ataupun menengah.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan deskripsi masalah
diatas, maka dapat ditetapkan
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Faktor–faktor apa saja yang perlu
dipertimbangkan dalam pencapaian kualitas pekerjaan yang dihasilkan
oleh kontraktor kecil dan
menengah?
2. Bagaimanakah urutan kontribusi
faktor-faktor tersebut terhadap
pencapaian kualitas pekerjaan yang dihasilkan oleh kontraktor kecil dan menengah?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah disajikan pada bagian sebelumnya, maka ditetapkan tujuan penelitian sebagai berikut:
2. Identifikasi urutan kontribusi
faktor-faktor tersebut terhadap
pencapaian kualitas pekerjaan yang dihasilkan oleh kontraktor kecil dan
menengah sebagai dasar
pengambilan keputusan perbaikan dimasa akan datang.
1.5 Lingkup Penelitian
Untuk memudahkan didalam
melaksanakan penelitian, maka ruang lingkup penelitian yang dilaksanakan adalah :
1. Penelitian hanya dilakukan pada
kontraktor yang menangani proyek konstruksi di Dinas Pekerjaan Umum Kota Sungai Penuh dengan
kualifikasi badan usaha jasa
konstruksi meliputi usaha kecil (K), dan usaha menengah (M).
2. Penghimpunan data untuk
mengetahui kualifikasi kontraktor, dilakukan pada kontraktor yang
bergerak dalam bidang jasa
konstruksi dengan kualifikasi
usaha berdasarkan Peraturan
Lembaga Pengembang Jasa
Konstruksi (LPJK) Nomor 10 Tahun 2013.
3. Faktor-faktor yang akan diteliti
sebagai dasar untuk menjelaskan
pengaruhnya pada kualitas
pekerjaan adalah dilihat dari
ukuran kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing kontraktor berdasarkan tujuh dimensi yaitu waktu pelaksanaan, sumber daya manusia, manajemen keuangan,
teknologi peralatan,
bahan/material, kesehatan
keselamatan kerja dan penjaminan mutu pekerjaan.
4. Responden yang dijadikan
narasumber adalah pihak-pihak yang
memiliki kemampuan berdasarkan
kualifikasi tingkat pendidikan dan masa pengalaman kerja.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang positif terhadap perkembangan dan kemajuan jasa konstruksi yang ada di Kota
Sungai Penuh dan juga dapat
bermanfaat untuk :
1. Penelitian diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi
perbaikan jasa usaha konstruksi di Kota Sungai Penuh.
2. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui kinerja kontraktor di Kota Sungai Penuh.
3. Penelitian diharapkan dapat
member manfaat bagi usaha jasa konstruksi di Kota Sungai Penuh
dalam rangka meningkatkan
kualitas pekerjaan agar dapat
bersaing dengan kontraktor luar.
2.1 Definis Proyek
Proyek adalah sebagai usaha yang komplek, tidak rutin, yang dibatasi oleh waktu, anggaran, sumber daya dan spesifikasi kinerja yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pelanggan (Gray dan Larson, 2008). Proyek adalah suatu kegiatan sementara yang
berlangsung dalam jangka waktu
terbatas, dengan alokasi sumber daya
tertentu dan dimaksudkan untuk
melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas.
2.2 Kualifikasi Kontraktor
Kemampuan suatu organisasi
perusahaan dalam menentukan posisi untuk meraih kesuksesan, tergantung pengelolaan dan karakter sumber daya
yang dimiliki kontraktor sebagai
keunggulan kompetitif dalam
meningkatakn kualitas perusahaan.
Kualifikasi suatu organisasi akan memberikan efek persaingan dalam memenangkan persaingan bisnis yang
merupakan jawaban dalam
kualifikasi badan usaha jasa pelaksana konstruksi didasarkan pada kriteria
tingkat kompetensi dan potensi
kemampuan usaha terdiri kecil,
menengah dan besar, kemampuan melaksanakan pekerjaan berdasarkan kriteria resiko dan kriteria penggunaan teknologi. Adapun bentuk dan Sifat Usaha yang akan dijadikan acuan didalam penelitian ini adalah:
1. Bentuk usaha jasa pelaksana
konstruksi .
2. Orang perseorangan
3. Badan Usaha
4. Badan Usaha nasional
5. Badan Usaha nasional termasuk
Badan Usaha patungan yang
dibentuk dalam rangka penanaman modal asing.
6. Badan Usaha patungan adalah
Badan Usaha berbadan hukum
yang didirikan berdasarkan
peraturan perundang undangan
Republik Indonesia terkait dengan penanaman modal asing.
7. Badan Usaha asing diatur
tersendiri dalam peraturan LPJK. Sementara untuk usaha jasa pelaksana konstruksi meliputi:
• Usaha bersifat umum
Usaha yang bersifat umum
diberlakukan kepada Badan Usaha
yang mempunyai kemampuan
untuk melaksanakan sebagian atau semua klasifikasi bidang usaha bersifat umum.
• Usaha bersifat spesiali
Usaha yang bersifat spesialis diberlakukan kepada Badan Usaha
yang mempunyai kemampuan
melaksanakan klasifkasi bidang usaha bersifat spesialis.
Usaha orang perseorangan yang
berketerampilan kerja.
Klasifikasi dan Kualifikasi Bidang Usaha
1. Klasifikasi bidang usaha bersifat
umum.
2. Klasifikasi bidang usaha bangunan
gedung sub klasifikasi bidang
usaha jasa pelaksana konstruksi.
3. Klasifikasi bidang usaha bangunan
sipil.
4. Klasifikasi bidang usaha instalasi
mekanikal dan elektrikal.
5. Klasifikasi bidang usaha jasa
pelaksana lainnya.
6. Klasifikasi bidang usaha bersifat
spesialis.
7. Klasifikasi bidang usaha
keterampilan tertentu.
Kualifikasi Usaha Orang Perseorangan jasa pelaksana konstruksi meliputi sub kualifikasi perseorangan (P).
Kualifikasi Badan Usaha jasa
pelaksana konstruksi meliputi:
• usaha kecil;
• usaha menengah; dan
• usaha besar.
Kualifikasi Badan Usaha keci lmeliputi sub kualifikasi:
• kecil 1 (K1);
• kecil 2 (K2); dan
• kecil 3 (K3);
Kualifikasi Badan Usaha menengah meliputi sub kualifikasi:
a. menengah 1 (M1); dan b. menengah 2 (M2);
Kualifikasi Badan Usaha besar meliputi sub kualifikasi:
a. besar 1 (B1); dan b. besar 2 (B2).
2.3 Proses Pengadaan Jasa Konstruksi
Dalam proses pengadaan jasa konstruksi sebagaimana diatur dalam undang - undang Jasa Konstruksi serta
Peraturan Pelaksanaannya, dan
Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003, serta Keputusan Presiden No. 61 Tahun 2004, Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2005 tentang perubahan kedua, Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2005
tentang perubahan ketiga dan
tentang perubahan ke empat atas Keputusan Presiden Nomor 83 Tahun 2003 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah dan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan Pereturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 70 Tahun 2012 beserta
perubahan maka ketentuan tentang persyaratan penyedia jasa konstruksi dan penentuan metode pemilihan penyedia jasa konstruksi adalah sebagai berikut:
1) Persyaratan Legal Penyedia jasa Konstruksi Penyedia jasa konstruksi berdasarkan undang-undang No. 18 Tahun 1999 tentang jasa konstruksi
serta Peraturan Pemerintah RI
Nomor 28 Tahun 2000 tentang usaha dan peran masyarakat jasa konstruksi, Peraturan Pemerintah RI Nomor 29 Tahun 2000 tentang penyelenggaraan jasa konstruksi dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 30
Tahun 2000 tentang
penyelenggaraan pembinaan jasa
konstruksi berikut peraturan
pelaksanaannya, harus memiliki:
a. Izin Usaha Jasa Konstruksi
(IUJK) yang diterbitkan oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota
tempat domisili penyedia jasa b. Sertifikat Badan Usaha (SBU)
yang diterbitkan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK)
c. Sertifikat tenaga ahli / trampil yang diterbitkan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK)
d. Untuk pekerjaan
khusus/spesifik/teknologi
tinggi/kompleks Pejabat Eselon I dapat menambahkan persyaratan memiliki sertifikat manajemen mutu ISO.
2) Metoda Pemilihan Penyedia Jasa Konstruksi
a. Pemilihan penyedia jasa
pekerjaan pelaksanaan konstruksi di Kota Sungai Penuh dilakukan dengan cara pelelangan umum, pelelangan terbatas, pemilihan
langsung dan penunjukkan
langsung dan pengadaan
langsung.
b. Apabila dilakukan dengan
pelelangan /seleksi umum dan
pelelangan /seleksi terbatas
dianggap tidak efisien maka pemilihan penyedia jasa untuk
nilai sampai dengan Rp.
200.000.000 (Dua Ratus Juta
Rupiah) dilakukan dengan
metoda pengadaan langsung.
2.4 Kriteria Penilaian Klasifikasi Dan Kualifikasi
A. Verifikasi dan Validasi
Verifikasi dan validasi berkas dokumen permohonan registrasi SBU dilakukan terhadap berkas administrasi meliputi :
• Legalitas Perseroan Terbatas,
Akte pendirian dan Akte
perubahannya.
• Dalam hal Perseroan Terbatas
dilengkapi surat persetujuan
dari Badan Koordinasi
Penanaman Modal.
• Legalitas Koperasi, Akte
pendirian dan Akte
perubahannya yang terakhir
persetujuan akte perubahan dari Menteri terkait.
• Legalitas Badan Usaha bukan
badan hukum meliputi CV dan
Firma, wajib memiliki akte
pendirian/akte perubahannya
yang dibuat oleh notaris.
• Surat keterangan domisili atau
SITU yang masih berlaku,
NPWP; dan SBU tahun
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pelaksanaan Proyek
Kualitas pelaksanaan proyek salah satunya dapat dilihat dari segi
waktu pelaksanaan. Menurut
Robertman (2013) kualitas proyek dapat dijelaskan dari kemampuan pelaksana dalam mengelola waktu yang disediakan, kemampuan pengelolaan waktu ini dijelaskan oleh lima dimensi variabel manifest, antara lain: memulai
pekerjaan tepat waktu, memulai
pekerjaan setelah termyn, melakukan percepatan jika pekerjaan mendekati
masa akhir kontrak, selalu
menyelesaikan pekerjaan tepat waktu
dan berusaha maksimal untuk
menyelesaikan pekerjaan sebelum
jadwal kontrak selesai. Selain itu, kontraktor yang memenuhi kualifikasi
juga dapat dideskripsikan dari
kemampuan untuk mengelola sumber
daya manusia, Kagioglou (2001)
menyebutkan ukuran sumber daya manusia yang memenuhi kualifikasi meliputi beberapa dimensi, antara lain keserasian jumlah tenaga kerja tetap yang terlibat dalam setiap pekerjaan, keserasian jumlah tenaga ahli tetap yang terlibat dalam setiap pekerjaan,
keterampilan yang dimiliki oleh
pekerja (tukang) yang memadai.
Sementara Ervianto (2004)
menyebutkan bahwa terdapat tujuan dimensi ukuran kemampuan sumber daya manusia yang harus dimiliki oleh kontraktor untuk dapat menyelesaikan pekerjaan yang sesuai dengan harapan pengguna, antara lain: Tenaga kerja tetap yang memiliki SKTK, Tenaga ahli tetap yang memiliki SKA, Tenaga kerja tidak tetap yang memiliki SKTK dalam setiap pekerjaan, Tenaga ahli tidak tetap yang memiliki SKA dalam setiap pekerjaan, Tenaga kerja tetap yang memenuhi kualifikasi SKKNI,
Tenaga ahli tetap yang memenuhi kualifikasi SKKNI dan Pekerja/tukang yang memenuhi kualifikasi SKKNI. Sementara Oakland (2004) didalam penelitiannya menyebutkan terdapat 3 hal pokok yang harus dipahami oleh
rekanan pada saat melaksanakan
pekerjaan konstruksi untuk
mendapatkan kualitas hasil yang lebih maksimal, ketiga hal pokok ini meliputi 1) adanya teknologi dan peralatan, 2) bahan ataupun material yang digunakan dan 3) Perhatian terhadap K3 didalam pelaksanaan pekerjaan. Masing-masing dimensi ini memiliki ukuran sebagai berikut: 1) Teknologi dan peralatan dapat dijelaskan oleh 4 variabel
manifest diantaranya adalah
ketersediaan peralatan milik sendiri, kemampuan mengelolaan peralatan yang disewa dari pihak ketiga, adanya
dukungan teknologi didalam
mempercepat pekerjaan dan keempat
adalah peralatan yang digunakan
adalah peralatan dengan standar
memadai. Untuk dimensi kedua yang berkenaan dengan material ataupun bahan, Oakland menjelaskan ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu
penggunaan material yang selalu
disesuaikan dengan spesifikasi
pekerjaan dan telah memenuhi standar
uji labor bagi material yang
memerlukan. Hal lain yang juga akan diperhatikan didalam penelitian ini untuk menjelaskan faktor-faktor yang perlu diperhatikan oleh kontraktor untuk mendapatkan hasil pekerjaan
yang memadai adalah adanya
kemampuan rekanan untuk
melaksanakan fungsi penjaminan mutu pekerjaan yang bisa diukur dari
beberapa dimensi seperti hasil
penelitian Dewita (2011) dalam
lapangan yang sesuai dengan dokumen
kontrak pada waktu tender, 3)
kualifikasi tenaga ahli di lapangan yang sesuai dengan dokumen kontrak pada
waktu tender, 4) kualifikasi
pekerja/tukang dilapangan yang sesuai
dengan spesifikasi pekerjaan, 5)
pengawasan yang terkelola selama pekerjaan dilaksanakan, 6) kemampuan mengelolan klaim karena ketidak
sesuaian hasil pekerjaan dengan
spesifikasi pekerjaan, 7) kemampuan
mengelola sehingga tidak terjadi
penundaan pekerjaan dari jadwal awal yang telah ditetapkan, 8) kemampuan koordinasi dalam pekerjaan dengan pihak-pihak terkait secara efektif, 9)
Kemampuan untuk menyelesaikan
pekerjaan yang sesuai dengan
spesifikasi pekerjaan. Selengkapnya,
faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas pekerjaan yang akan
digunakan didalam penelitian ini
disarikan berdasarkan beberapa
referensi.
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini akan mendefinisikan tentang faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi capaian kualitas
pekerjaan kontraktor kecil dan
menengah yang berada di dilingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kota Sungai Penuh.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini akan dilakukan di Kota Sungai Penuh,
khususnya pada Dinas Pekerjaan
Umum dan beberapa institusi asosiasi
terkait dengan Pekerjaan Umum.
Pelaksanaan penelitian dilakukan
selama lebih kurang 4 bulan dimulai
pada bulan April– Juli 2014.
3.3 Jenis dan Sumber Data 3.3.1 Jenis Data
Untuk mendapatkan tujuan akhir dari penelitian, maka data utama yang diperlukan adalah
data-data data-data kualifikasi kontraktor, data-data kualitas pekerjaan dan data penilaian atas pekerjaan proyek. Uraian masing-masing data yang diperlukan adalah sebagai berikut :
a) Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian.
b) Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang dihimpun dari beberapa sumber yang sebelumnya sudah mengolah dan menyajikan data ini dalam bentuk-bentuk standar.
3.3.2 Sumber data
Sesuai dengan jenis dan
kebutuhan data yang diperlukan untuk mendukung penelitian ini berupa,:
1) Populasi
2) Sampel
Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 70 kontraktor yang mengerjakan
proyek konstruksi pada Dinas
Pekerjaan Umum Kota Sungai Penuh pada tahun 2010-2014 dengan rincian adalah sebagai berikut :
1. Kualifikasi Kecil : 39 Buah 2. Kualifikasi Menengah : 31 Buah Jumlah kontraktor yang ditetapkan sebanyak 70 buah ini diperoleh melalui
persamaan slovin dengan tingkat
kesalahan pendugaan maksimal (d) 5%. Dari data yang ada, selama lima tahun terakhir sepanjang 2010 sampai dengan 2014 jumlah keseluruhan kontraktor yang tercatat aktif adaah sebanyak 85
buah diantaranya 34 kontraktor
3.4 Identifikasi Variabel
Variabel merupakan gejala yang bervariasi dapat berupa faktor-faktor yang mempengaruhi variabel lain. Variabel yang diidentifikasi dalam
hubungan faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas pekerjaan
kontraktor didefinisikan sebagai
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi varibel lain atau
variabel yang disebut variabel
predikator. Dalam penelitian ini
sebagai variabel bebas adalah
kualifikasi kontraktor yang terdiri dari
beberapa ukuran, diantaranya
kualifikasi legal, karakteristik
pengalaman perusahaan, karakteristik peralatan, karakteristik modal dan
kualifikasi sumber daya manusia
perusahaan. Variabel terikat yaitu
variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel tergantung dalam penelitian adalah kualitas pekerjaan kontraktor yang terdiri dari aspek
legal, aspek teknis dan aspek
administrasi.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Metode mengumpulkan data
dalam penelitian ini adalah dengan metode sampling dengan mengambil beberapa buah kontraktor dari 70 kontraktor yang mengerjakan proyek
konstruksi pada Dinas Pekerjaan
Umum Kota Sungai Penuh. Kuesoiner yang disebarkan adalah kuesioner tertutup, dimana kuesioner disajikan
dalam bentuk sedemikian rupa
sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan kualifikasi dirinya dengan cara memberikan tanda silang (X) atau
tanda checklist (√ ).
3.6 Instrumen Penelitian
Untuk mengefektifkan tingkat pengambilan data dibutuhkan bentuk
kuesioner yang sesuai dengan
instrumen penelitian dan mudah
dipahami oleh responden yaitu :
1. Ukuran kualifikasi kontraktor, hal ini untuk memudahkan dalam
mendiskripsikan kualifikasi
kontraktor yang menangani proyek
dilingkungan Dinas Pekerjaan
Umum Kota Sungai Penuh
sepanjang tahun 2010-2014.
2. Kualitas pekerjaan pada setiap hasil
yang dapat diukur, untuk
memudahkan pengukuran kualitas pekerjaan pada pelaksanaan proyek
konstruksi di Dinas Pekerjaan
Umum Kota Sungai Penuh
sepanjang tahun 2010-2014.
3. Guna memudahkan interpretasi
pada masing-masing pilihan
jawaban, maka diberikan lima skala
pengukuran sebagai berikut: 5
(Selalu), 4 (Sering), 3 (Kadang-kadang), 2 (Jarang) dan 1 (Tidak Pernah)
3.7 Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang
digunakan diperoleh dari hasil review pada beberapa referensi, terutama hasil penelitian yang sudah dipublish melalui jurnal seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Hasil review yang
dilakukan kemudian disederhanakan kedalam tabel dibawah ini.
Tabel 3.1
Faktor Dimensi (Manifest Variabel) Sumber Waktu
Pelaksanaan Proyek
(x1) Memulai pekerjaan tepat waktu
Robertman, 2013 (x2) Memulai pekerjaan setelah termyn
(x3) Melakukan percepatan pekerjaan (x4) Menyelesaikan pekerjaan tepat waktu (x5) Menghindari Penyelesaian diluar jadwal Sumber Daya
Manusia
(x6) Ratio jumlah tenaga kerja tetap yang terlibat
dalam setiap pekerjaan Kagioglou, 2001 (x7) Keserasian jumlah tenaga ahli tetap yang
terlibat dalam setiap pekerjaan Kagioglou, 2001 (x8) Pekerja/tukang yang memiliki keterampilan
memadai Kagioglou, 2001 (x9) Tenaga kerja tetap yang memiliki SKTK Ervianto (2004) (x10) Tenaga ahli tetap yang memiliki SKA Ervianto (2004) (x11) Tenaga kerja tidak tetap yang memiliki
SKTK dalam setiap pekerjaan Ervianto (2004) (x12) Tenaga ahli tidak tetap yang memiliki SKA
dalam setiap pekerjaan Ervianto (2004) (x13) Tenaga kerja tetap yang memenuhi
kualifikasi SKKNI Ervianto (2004) (x14) Tenaga ahli tetap yang memenuhi
kualifikasi SKKNI Ervianto (2004) (x15) Pekerja/tukang yang memenuhi kualifikasi
SKKNI Ervianto (2004) Manajemen
Keuangan
(x16) Memamfaatkan uang muka proyek untuk memulai pekerjaan tepat waktu
Sudarto, 2007 (x17) alokasi dan penganggaran dana untuk
memulai pekerjaan
(x18) kejelian perusahaan untuk alokasi dana guna mempertahankan usaha
(x19) ketersediaan dana talangan ataupun garansi dari perbankan
(x20) Ratio pinjaman modal yang berasal dari pihak perbankan
(x21) Pengelolaan dan pengurusan termyn (x22) Kemampuan untuk mengelola sumber daya pada saat mengalami kesulitan keuangan Teknologi dan
Peralatan
(x23) Peralatan sendiri digunakan dalam pekerjaan
Oakland, 2004 (x24) Peralatan sewa digunakan dalam pekerjaan
(x25) Ketersediaan teknologi terkini (x26) Peralatan yang digunakan memenuhi standar pekerjaan
Bahan/Material (x27) Material yang digunakan sesuai dengan spesifikasi
Oakland, 2004 (x28) Material yang digunakan telah lulus Uji
Laboratarium Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
(x29) Ketersediaan peralatan keselamatan kerja di lapangan
Oakland, 2004 (x30) Adanya asuransi bagi tenaga kerja proyek
(x31) Kemampuan mengelola kecelakaan kerja dalam pelaksanaan proyek
Penjaminan Mutu Pekerjaan
(x32) Metode pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan dokumen kontrak pada waktu tender Dewita, 2011
Sumber : Literatur Review, 2015
3.8 Analisis Data
Analisis data merupakan suatu proses pengolahan data yang diperoleh melalui survei. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
3.8.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah
statistik yang digunakan untuk
menggambarkan atau menganalisis
suatu statistik hasil penelitian
kualifikasi kontraktor sebagai obyek yang diteliti.
3.8.2 Analisis faktor
Analisis faktor merupakan
suatu analisis yang bertujuan untuk mereduksi data untuk menemukan hubungan antara variabel yang saling
independen yang kemudian
dikelompokkan menjadi beberapa
kelompok, sehingga bisa terbentuk satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal. Secara detil, uraian dan tahapan dalam
pelaksanaan penelitian ini akan
digambarkan seperti flowchart dibawah ini.
Identifikasi Faktor dan Variabel Kualifikasi dan Kualitas
Analisis Statistik Deskriptif dan Inferensial Sumber : Penelitian, 2015
4.1 Faktor dan Variabel Penelitian
Untuk menjawab tujuan
penelitian yang telah dijelaskan pada
bab pendahuluan, serta dengan
memanfaatkan hasil review beberapa penelitian relevan yang bersumber dari
berbagai macam referensi, maka
ditetapkan tujuh (7) faktor dan 40 variabel manifest. Penetapan tujuh faktor dan 40 variabel ini diperoleh
melalui literature yang kemudian
dilakukan analisis secara statistic yang
dimulai dari uji validasi. Analisa
validasi dilakukan dengan
membandingkan antara hitung dan r-tabel, apabila r-hitung < r-tabel maka variabel tidak valid dan harus dibuang atau diperbaiki. Uji validasi dapat dilakukan dengan alat bantu SPSS dengan menggunakan angka r-hasil
corelated Item-Total Correlation
(Ghozali, 2006). Sementara untuk r-tabel yang diperoleh adalah 0,3060 (taraf signifikan 5% (0,05), derajat kebebasan 68 (70-2). Selengkapnya hasil uji validitas yang dilakukan disajikan kedalam tabel rekapitulasi sebagai berikut:
Tabel 4.1
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2015
Dari informasi pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel memiliki nilai r-hitung besar dari 0.3060 (nilai r tabel dengan derajat signifikansi dua arah sebesar 5% dan derajat kebebasan 38) dan untuk tahap selanjutnya 40 variabel kualifikasi ini dapat digunakan pada tahap analisis selanjutnya. Nilai koefisien korelasi yang diperoleh menunjukkan bahwa keseluruhan variabel yang digunakan sebagai parameter operasional untuk mengukur seberapa baikkah kualitas pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor berdasarkan kendala yang dijelaskan oleh tujuh faktor (40 variabel manifest). Secara statistic nilai
korelasi (r) yang didapatkan
menunjukkan bahwa varibel yang
dipakai sudah sangat memadai
digunakan.
Sementara untuk pengujian
realibilitas instrument melalui nilai
alpha cronbach’s yaitu sebesar 0.836. Nilai alpha cronbach’s untuk variabel
ini diperoleh dengan menggunakan formulasi sebagai berikut :
CA = Koefisien Cronbach's Alpha K = Banyaknya pertanyaan dalam butir
Sigma b kuadrat = varians butir
Sigma t kuadrat = varians total
Dengan memperhatikan hasil
perhitungan nilai alpha cronbach’s
sebesar 0.836 (hasil perhitungan
terlampir pada output SPSS) lebih besar daripada 60% (nilai standar
minimal yang digunakan), sehingga dapat dikatakan bahwa variabel cukup
reliable. Penilaian realibilitas ini
dimaksudkan untuk menjelaskan
apakah instrument yang disusun
berdasarkan 40 variabel dapat
digunakan pada kondisi yang berbeda jika dikemudian hari ingin dilakukan pengujian yang sama. Kemampuan keseluruhan instrument teruji jika nilai parameter alpha yang didapat lebih besar dari 60% artinya instrument yang
digunakan haruslah mampu
menjelaskan apa yang akan dicapai didalam penelitian ini minimal 60%.
4.2 Uji Beda Antara Kontraktor Kecil dan Kontraktor Menengah
Uji ini dilakukan dengan
menggunakan Uji beda
Independent-Sample t Test atau uji statistik
parametrik yang ditujukan untuk
mengetahui adakah perbedaan mean dua kelompok data yang independen atau tidak terkait.
Uji t independen pada prinsipnya
membandingkan rata-rata dari dua group yang tidak berhubungan satu dengan yang lain dengan tujuan apakah kedua group tersebut mempunyai rata-rata yang sama atau tidak. Untuk melakukan pengujian ini, maka perlu dibangun sebuah hipotesis sebagai berikut:
• Ho : Tidak terdapat perbedaan
kemampuan antara
kontraktor kecil dan
menengah didalam
menyelesaikan pekerjaan
yang sesuai dengan kapasitas masing-masing
• H1 : Terdapat perbedaan
kemampuan antara
kontraktor kecil dan
menengah didalam
menyelesaikan pekerjaan
Kriteria pengujian hipotesa ini adalah sebagai berikut:
• Jika nilai signifikansi atau Sig (2
Tailed) > 0.05, maka Ho diterima dan H1 ditolak, dan sebaliknya
• Jika nilai signifikansi atau Sig (2
Tailed) < 0.05, maka Ho ditolakk dan H1 diterima
Hasil uji beda yang dilakukan
diperoleh nilai signifikan atau sig (2 tailed) sebesar
0.78 (hasil rinci terlampir). Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa tidak dapat perbedaan yang signifikan antara
kontraktor kecil dan kontraktor
menengah, oleh sebab itu selanjutnya dilakukan analisis faktor untuk masing-masing kualifikasi kontraktor.
4.3 Analisis Faktor
Untuk mendapatkan sejumlah
faktor yang diinginkan didalam
penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metoda Barlett’s test of
sphericity. Melalui metoda ini analisis faktor dapat dilanjutkan jika nilai KMO
(Kaiser Meyer Olkin dan Barlett’s test)
> 0,5 dan sebaliknya jka nilai KMO < 0.5 maka analisis faktor tidak dapat dilanjutkan. Setelah dipastikan bahwa analisis dapat dilanjutkan seterusnya dilakukan pengujian terhadap nilai
MSA (Measure of Sampling
Adequacy), parameter ini digunakna untuk melihat apakah variabel yang ada di dalam faktor layak dikelompokkan atau tidak. Nilai MSA yang digunakan adalah > 0.5. Hasil analisis faktor yang dilakukan disajikan sebagai berikut:
4.3.1 Analisis Faktor Untuk Kontraktor Kualifikasi Kecil
Pengujian analisis faktor untuk
kualifikasi kontraktor kecil ini
dilakukan sebanyak dua kali pengujian dengan hasil lengkap sebagai berikut: 1. Hasil Perolehan Nilai KMO Untuk
Pengujian Faktor Tahap Pertama
Dari nilai KMO (Kaiser-Meyer-Olkin)
yang diperoleh sebesar 0.661
menyimpulkan bahwa 40 variabel yang diuraikan dari 7 faktor semula layak untuk digunakan untuk dianalisis melalui analisis faktor karena nilai KMO > dari standar minimal yang disyaratkan sebesar 0.5. Sebelum 40 variabel tadi dikelompokkan kembali melalui analisis faktor maka perlu
dipastikan apakah masing-masing
variabel sudah memiliki nilai MSA (Measure of Sampling Adequacy) besar dari 0.5. Hasil perhitungan yang dilakukan menyimpulkan 17 (tujuh belas) variabel dengan nilai MSA < 0.5 diantaranya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Variabel dengan Nilai MSA Kecil dari 0.5 Pada Uji Faktor Tahap Satu
Sumber : Pengolahan Data, 2015
Oleh karena masih diperoleh variabel dengan nilai MSA < 0.5 maka analisis faktor dilanjutkan pada tahap kedua dengan mengabaikan 17 variabel ini. Hasil perhitungan analisis faktor tahap kedua adalah sebagai berikut:
2. Hasil Perolehan Nilai KMO Untuk Pengujian Faktor Tahap Kedua
Dari nilai KMO (Kaiser-Meyer-Olkin)
yang diperoleh sebesar 0.781
(setelah mengabaikan 17 variabel pada tahap satu) layak untuk digunakan untuk dianalisis melalui analisis faktor karena nilai KMO > dari standar minimal yang disyaratkan sebesar 0.5. Selanjutnya dilakukan pengujian nilai MSA untuk 23 variabel hasil pengujian faktor tahap 1. Hasil pengujian menunjukkan bahwa seluruh variabel yang tersisa sebanyak 23 variabel ini memenuhi syarat untuk dikelompokkan karena nilai MSA > 0.5. Hasil pengujian disajikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.3
Variabel dengan Nilai MSA besar dari 0.5 Pada Uji Faktor Tahap Kedua
Sumber : Pengolahan Data, 2015
Selanjutnya 23 variabel ini akan
dikelompokkan kedalam beberapa
faktor bergantung dari berapa banyak komponen yang memiliki nilai eigen value besar dari 1. Selengkapnya hasil perhitungan disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.4
Jumlah Faktor Yang Terbentuk
Berdasarkan Nilai Initial Eigenvalues > 1
Pada tabel 4.4 diatas terlihat bahwa 23 variabel yang tersisa dikelompokkan menjadi 3 faktor berdasarkan jumlah komponen yang memiliki nilai initial eigenvalues > dari 1. Variabel yang akan dikelompokkan kedalam tiga faktor ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5
Hasil Pengelompokkan 23 Variabel kedalam 3 Faktor
1 2 3
X2 .657 .016 .005
X3 .791 .089 .302
X5 .728 -.133 -.058
X6 .665 -.113 .202
X9 .835 .010 -.231
X10 .745 -.069 -.189
X11 .854 -.046 -.092
X12 .749 -.072 .149
X13 .801 -.104 -.444
X20 .041 -.296 .546
X23 -.357 -.168 .641
X29 .256 .693 -.109
X30 .592 .647 -.109
X31 .618 .726 .264
X32 .366 .239 .673
X33 .372 .474 .765
X34 .271 .226 .638
X35 .482 .447 .652
X36 .548 .327 .645
X37 .232 .458 .663
X38 .454 .289 .630
X39 .271 .326 .738
X40 .482 .347 .652
Component
a. Rotation converged in 4 iterations.
Informasi pada tabel 4.5 diatas
tiga kelompok berdasarkan nilai loading faktor yang paling besar mendekati pada salah satu komponen dari tiga komponen yang ditemukan. Hasil pengelompokkan adalah sebagai berikut:
Faktor 1, Faktor ini dijelaskan oleh Sembilan variabel diantaranya adalah:
(x2) Memulai pekerjaan setelah termyn (x3) Melakukan percepatan pekerjaan (x5) Menghindari Penyelesaian diluar jadwal
(x6) Keserasian jumlah tenaga kerja tetap yang terlibat dalam setiap pekerjaan (x9) Tenaga kerja tetap yang memiliki SKTK
(x10) Tenaga ahli tetap yang memiliki SKA
(x11) Tenaga kerja tidak tetap yang memiliki SKTK dalam setiap pekerjaan (x12) Tenaga ahli tidak tetap yang memiliki SKA dalam setiap pekerjaan (x13) Tenaga kerja tetap yang memenuhi kualifikasi SKKNI
Oleh karena Sembilan variabel ini berasal dari 2 faktor sebelumnya yaitu Faktor Waktu Pelaksanaan Proyek dan Sumber Daya Manusia, maka setelah tergabung kedalam satu kelompok perlu dibuat nama baru. Adapun penamaan untuk faktor pertama ini
adalah F1 (K) = faktor kemampuan
pengelolaan waktu dan sumber daya manusia
Faktor 2, Faktor ini dijelaskan oleh tiga variabel diantaranya adalah :
(x29) Ketersediaan peralatan keselamatan kerja di lapangan (x30) Adanya asuransi bagi tenaga kerja proyek
(x31) Kemampuan mengelola kecelakaan kerja dalam pelaksanaan proyek
Hasil yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan faktor awal yang didefinisikan pada tahap literature review, didalam penelitian ini untuk kontraktor kecil ditemukan bahwa
faktor kedua yang dianggap
mempengaruhi capaian kualitas
pekerjaan adalah F2 (K) = faktor
keselamatan dan kesehatan kerja
Faktor 3, Faktor ini dijelaskan oleh Sebelas variabel diantaranya adalah : Pembentuk faktor ketiga ini adalah sebagai berikut:
Sebelah variabel yang terbentuk berasal dari tiga faktor yang ada pada awal
penelitian ini yaitu Manajemen
Keuangan (variabel 20) dan Teknologi
Peralatan (variabel 23) serta
Penjaminan Mutu Pekerjaan (variabel 32 s.d 40). Berdasarkan kondisi ini, maka untuk penelitian yang dilakukan perlu memberikan nama faktor baru
yaitu F3 (K) = faktor kemampuan
pengelolaan keuangan, peralatan dan kualitas pekerjaan
Setelah masing-masing variabel
dikelompokan menjadi satu faktor baru, maka dapat diketahui bahwah faktor kemampuan pengelolaan waktu
dan sumberdaya manusia
mempengaruhi capaian kualitas dengan nilai variansi tertinggi sebesar 32.1 %.
4.3.2 Analisis Faktor Untuk Kontraktor Kualifikasi Menengah
Pengujian analisis faktor untuk kualifikasi kontraktor menengah ini dilakukan sebanyak tiga kali pengujian dengan hasil lengkap sebagai berikut: 1. Hasil Perolehan Nilai KMO Untuk
Pengujian Faktor Tahap Pertama
diuraikan dari 7 faktor semula layak untuk digunakan untuk dianalisis melalui analisis faktor karena nilai KMO > dari standar minimal yang disyaratkan sebesar 0.5. Sebelum 40
variabel semula dikelompokkan
kembali melalui analisis faktor maka perlu dipastikan apakah masing-masing variabel sudah memiliki nilai MSA (Measure of Sampling Adequacy) besar dari 0.5. Hasil perhitungan yang dilakukan didapatkan bahwa 22 (dua puluh dua) variabel dengan nilai MSA < 0.5 diantaranya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6
Variabel dengan Nilai MSA Kecil dari 0.5 Pada Uji Faktor Tahap Satu
Sumber : Pengolahan Data, 2015
Oleh karena masih diperoleh variabel dengan nilai MSA < 0.5 maka analisis faktor dilanjutkan pada tahap kedua dengan mengabaikan 22 variabel ini. Hasil perhitungan analisis faktor tahap kedua adalah sebagai berikut:
2. Hasil Perolehan Nilai KMO Untuk Pengujian Faktor Tahap Kedua
Dari nilai KMO (Kaiser-Meyer-Olkin)
yang diperoleh sebesar 0.745
menyimpulkan bahwa 18 variabel (setelah mengabaikan 22 variabel pada tahap satu) layak untuk digunakan untuk dianalisis melalui analisis faktor karena nilai KMO > dari standar
minimal yang disyaratkan sebesar 0.5. Sama halnya dengan pengujian pada tahap sebelumnya, untuk memastikan apakah analisis faktor sudah dapat dilanjutkan maka perlu pengujian nilai MSA untuk sisa 18 variabel.
Tabel 4.7
Variabel dengan Nilai MSA Kecil dari 0.5 Pada Uji Faktor Tahap Dua
Sumber : Pengolahan Data, 2015
Pada tabel 4.7 diatas, terlihat bahwa variabel yang semula memenuhi syarat sebanyak 18 variabel hanya memenuhi syarat untuk dikelompokkan sebanyak 9 variabel. Oleh sebab itu analisis faktor tetap dilanjutkan pada tahap ketiga untuk Sembilan variabel yang tersisa dengan nilai MSA > 0.5.
3. Hasil Perolehan Nilai KMO Untuk Pengujian Faktor Tahap Ketiga
Dari nilai KMO (Kaiser-Meyer-Olkin) yang diperoleh sebesar 0.812 dan dapat disimpulkan Sembilan variabel yang tersisa dengan nilai MSA >0.5 layak
dikelompokkan kedalam analisis
faktor. Untuk itu perlu dipastikan kembali apakah variabel ini masih memiliki nilai MSA > 0.5 pada pengujian faktor tahap ketiga, hasil yang diperoleh untuk nilai MSA Sembilan variabel ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8
Sumber : Pengolahan Data, 2015
Informasi yang disajikan pada tabel 4.8 menyimpulkan bahwa 9 variabel yang tersisa pada uji faktor tahap ketiga dapat dilanjutkan untuk dikelompokkan karena nilai MSA yang diperoleh besar dari 0.5. Hasil pengelompokkan yang didapat berdasarkan jumlah komponen dengan total nilai Initial eigen value besar dari 1 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9
Jumlah Faktor Yang Terbentuk
Berdasarkan Nilai Initial Eigenvalues >1
Sumber : Pengolahan Data, 2015
Pada tabel 4.9 diatas terlihat bahwa 9 variabel yang tersisa dikelompokkan menjadi 2 faktor berdasarkan jumlah komponen yang memiliki nilai initial eigenvalues > dari 1. Variabel yang akan dikelompokkan kedalam dua faktor ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.10
Hasil Pengelompokkan 9 Variabel kedalam 2 Faktor
Sumber : Pengolahan Data, 2015
Hasil pengelompokkan 9 variabel kedalam dua faktor seperti nilai loading yang tersaji pada tabel 4.10 adalah sebagai berikut:
Faktor 1, faktor ini dijelaskan oleh enam variabel sebagai berikut:
Oleh karena enam variabel ini berasal dari dua faktor yang berbeda pada tahap awal, maka perlu diberikan penamaan baru sesuai dengan variabel yang ada didalamnya, nama untuk
faktor ini adalah F1 (M) = faktor
sumber daya manusia dan keuangan.
Faktor 2, faktor ini dijelaskan oleh tiga variabel sebagai berikut:
Untuk nama faktor yang kedua setelah
dikelompokkan adalah F2 (M) = faktor
jaminan mutu pekerjaan.
Untuk kontraktor kualifikasi menengah setelah dijadikan satu faktor baru, maka dapat diketahui bahwah yang sangat mempengaruhi capaian kualitas adalah
faktor sumberdaya manusia dan
keuangan dengan nilai variansi
tertinggi sebesar 62,28 %.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik dua kesimpulan berdasarkan tujuan penelitian, yaitu :
1. Faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan untuk
mendapatkan kualitas pekerjaan
yang lebih baik dan efektif pada masing-masing kontraktor adalah sebagai berikut:
• Untuk Kontraktor Kecil, kualitas
pekerjaan sangat bergantung pada tiga faktor yang paling signifikan, yaitu F1 (K) = faktor kemampuan pengelolaan waktu dan sumber daya manusia, F2 (K) = faktor keselamatan dan kesehatan kerja dan F3 (K) = faktor kemampuan pengelolaan keuangan, peralatan dan kualitas pekerjaan.
• Untuk kontraktor menengah,
kualitas pekerjaan sangat
bergantung pada dua faktor yang paling signifikan, yaitu F1 (M) = faktor sumber daya manusia dan keuangan dan F2 (M) = faktor jaminan mutu pekerjaan
2. Urutan kontribusi pengaruh yang ditimbulkan oleh masing-masing faktor pada setiap kontraktor baik kecil ataupun menengah dilihat dari nilai variansi yang ditimbulkan, yaitu:
• Capaian kualitas pekerjaan
kontraktor kecil sangat
signifikan dipengaruhi oleh
faktor kemampuan pengelolaan
waktu dan sumber daya
manusia dengan nilai variansi tertinggi yang ditimbulkan oleh faktor ini terhadap kualitas sebesar 32.1%.
• Sementara untuk kontraktor
menengah, faktor yang paling signifikan mempengaruhi hasil
capaian kualitas pekerjaan
adalah faktor Faktor
Sumberdaya Manusia dan
Keuangan dengan nilai variansi tertinggi yang dihasilkan oleh faktor ini sebesar 62.28%.
DAFTAR REFERENSI
Anonim.2000. Undang-undang RI
Nomor 18 Tahun 1999, Tentang Jasa Konstruksi. Departemen
Pekerjaan Umum: Penerbit
PT.Mediatama Saptakarya.
Anonim.2004. Keputusan Menteri
Permukiman dan Prasarana Wilayah,
Nomor257/KPTS/M/2004, Tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi.
Arikunto, S. 2005. Manajemen
Penelitian. Cetakan ketujuh, Jakarta: PT.Asdi Mahasatya
Ervianto, W. I. 2005. Manajemen
Proyek Konstruksi. Yogyakarta: Penerbit ANDI
Gaspersz, V. 2005. Total Quality
Management. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Robertman. 2005. Manajemen Sumber
Daya Manusia untuk
Perusahaan. Jakarta: Penerbit PT Rajagrafindo Persada
Kristoforus, JE. 2008. “ Korelasi
Karakteristik Kontraktor terhadap Kualitas Pekerjaan Proyek Konstruksi pada Dinas Kimpraswil Kabupaten Ende”.(Tesis). Denpasar. Universitas Udayana
Dewita 2011. ”Faktor-faktor Penyebab
terjadinya Cost-Overrun pada Proyek Konstruksi Gedung di
Denpasar”.(Tesis). Denpasar:
Universitas Udayana
Anonim. 2012.Pepres RI No.70 Tahun
terakhir Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Beserta Penjelasannya. Jakarta: Penerbit Tamita Utama.
Anonim. 2013. Peraturan Lembaga