• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERTANIAN BERKELANJUTAN MELALUI SUBTITUSI PUPUK ANORGANIK DENGAN PUPUK ORGANIK ipi11971

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN PERTANIAN BERKELANJUTAN MELALUI SUBTITUSI PUPUK ANORGANIK DENGAN PUPUK ORGANIK ipi11971"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN 1410-1939

38

PENGEMBANGAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

MELALUI SUBTITUSI PUPUK ANORGANIK DENGAN PUPUK ORGANIK

THE DEVELOPMENT OF SUSTAINABILITY AGRICULTURE BY SUBTITUTING AN ORGANIC FERTILIZER TO ORGANIC FERTILIZER

Ardiyaningsih Puji Lestari

Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat – Jambi 36361

Telp./Fax: 0741-583051

Abstract

This research shows that organic fertilizer can replace the role of anorganic fertilizer in providing nutritive for plants. It can also improve the physical characteristic and biological soil. The implementation in the field can be carried out by combining organic fertilizer.and increasing with anorganic fertilizer with an organic fertilizer. By decreasing the amount of anorganic fertilizer and increasing organic fertilizer to agricultural land. Therefore the implementation of the agricultural concept based of ecology-based can be carried out and ecological protection can be achieved.

Keywords: anorganic fertilizer, organic fertilizer, sustainable agriculture

PENDAHULUAN

Kebutuhan produksi pangan yang meningkat secara cepat akibat pertambah an penduduk serta pertumbuhan sektor industri telah mendorong munculnya system pertanian modern dengan ciri memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap terhadap pupuk anorganik. Kondisi ini telah menyebabkan ke-merosotan sifat-sifat tanah, percepatan erosi tanah, penurunan kualitas tanah dan kontaminasi air bawah tanah.

Usaha pertanian dengan mengan-dalkan bahan kimia seperti pupuk anorganik dan pestisida kimiawi yang telah banyak dilakukan pada masa lalu dan berlanjut hingga ke masa sekarang telah banyak menimbulkan dampak negatif yang merugikan. Penggunaan input kimiawi dengan dosis tinggi tidak saja berpengaruh menurunkan tingkat kesuburan tanah, tetapi juga berakibat pada merosotnya keragaman hayati dan meningkatnya serangan hama, penyakit dan gulma. Dampak negatif lain yang dapat ditim-bulkan oleh pertanian kimiawi adalah tercemarnya produk-produk pertanian oleh bahan kimia yang selanjutnya akan berdampak buruk terhadap kesehatan. Menyadari akan hal tersebut maka diperlukan usaha untuk meniadakan atau paling tidak mengurangi cemaran bahan kimia ke dalam tubuh manusia dan lingkungan.

Sejak zaman purba sampai saat ini, pupuk organik diketahui banyak di-manfaatkan sebagai pupuk dalam sistem usaha tani. Pupuk organik dapat memperbaiki sifat fisik tanah melalui pembentukan struktur dan agregat tanah yang

mantap dan berkaitan erat dengan kemampuan tanah mengikat air, infiltrasi air, mengurangi resiko terhadap ancaman erosi, meningkatkan kapasitas pertukaran ion dan sebagai pengatur suhu tanah yang semuanya berpengaruh baik terhadap pertumbuhan tanaman ( Kononova, 1999).

Kini kesadaran masyarakat akan dampak buruk dari pertanian kimiawi sudah semakin meningkat, sehingga upaya metode alternatif dalam melakukan praktek pertanian yang berwawasan lingkungan dan berkelajutan telah mulai dikembangkan. Sistem usaha tani yang dikembangkan adalah didasarkan atas interaksi yang selaras dan serasi antara tanah, tanaman, ternak, manusia dan lingkungan. Sistem ini dititik beratkan pada upaya peningkatan daur ulang secara alami dengan tujuan memaksimalkan input berupa bahan organik, sehingga kesehatan dan kesuburan tanah akan tetap terjaga.

Perumusan Masalah

(2)
(3)

Jurnal Agronomi Vol. 13 No. 1, Januari - Juni 2009

39

Untuk menuju pertanian yang berkelanjutan dengan cara kembali ke sistem pertanian alami pada keadaan penduduk berlimpah dan kepemilikan lahan yang sempit sangatlah sulit, namun bukan berarti masih tetap mempertahankan konsep pertanian kimiawi. Untuk itu diperlukan adanya kegiatan pertanian yang mengkombinasikan kedua sistem, yaitu melalui penggunaan bahan anorganik yang terkendali disertai pemanfaatan bahan organik.

PERTANIAN BERKELANJUTAN MELALUI SUBTITUSI PUPUK ANORGANIK DENGAN PUPUK ORGANIK

Pertanian Berkelanjutan

Kata “keberlanjutan” dapat diarti-kan sebagai “menjaga agar suatu upaya terus berlangsung”, “kemampuan untuk bertahan dan menjaga agar tidak merosot”. Dalam konteks pertanian, keberlanjutan pada dasarnya berarti kemampuan untuk tetap produktif sekaligus tetap memper-tahankan basis sumber daya. Technical Advisory Committee of the CGIAR (TAC/CGIAR), 1988 dalam Reijntjes C (2002) menyatakan bahwa Pertanian Berkelanjutan adalah pengelolaan sumber daya yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan attau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam”

Namun demikian, banyak orang yang menggunakan defenisi yang lebih luas dan menilai pertanian berkelanjutan jika mencakup hal-hal berikut ( Soetanto, 2006) : (1) mantap secara ekologis, yang berarti mampu mempertahankan kualitas sumber daya alam dan kemampuan agroekosistem secara keseluruhan, (2) bisa berlanjut secara ekonomis, yang berarti dapat mengembalikan biaya dan tenaga yang dikeluarkan serta meningkatkan penghasilan, (3) adil, (4) manusiawi, yang berarti menghargai semua bentuk kehidupan, dan (5) luwes, yang mana para petani mampu menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi usaha tani yang berlangsung terus.

Sugito. Y, (2003) mennyatakan bahwa yang perlu diperhatikan dalam penerapan pertanian berkelanjutan antara lain:

-Mempertahankan dan memperbaiki ke-suburan tanah melalui penerapan teknologi budidaya yang tepat untuk meningkatkan hasil panen -Mengurangi tingkat kerusakan lahan sebagai

akibat pengelolaan lahan yang tidak memperhatikan kaidah-kaidah kon-servasi

-Mempertahankan proses-proses seperti yang terjadi pada ekosistem alami, misalnya mengusahakan terjadinya siklus bahan organik dan unsur hara

-Apat meningkatkan daya pegang tanah

-Mengurangi penggunaan input dari luar yang bersifat kimiawi, salah satunya adalah mensubtitusikan pupuk anorganik dengan pupuk organik

-Memberdayakan petani untuk meningkat-kan rasa percaya diri atas keberhasilan usaha taninya -Meningkatkan efisiensi proses produksi yang

pada akhirnya dapat meningkatkan keuntungan dan pendapatan

Teknik budidaya kimiawi seperti yang dicanangkan dalam Revolusi Hijau dapat meningkatkan produksi dalam waktu yang pendek, namun untuk jangka panjang dapat menurunkan kesuburan kimia, fisik dan biologi tanah, sehingga akan menambah jumlah lahan kritis dan marginal di Indonesia. Selain itu juga akan berakibat pada merosotnya keragaman hayati dan meningkatnya serangan hama, penyakit dan gulma/ Dampak negatif juga akan tampak pada timbulnya hama resisten, berkembangnya organisme para-sit, meningkatnya ancaman bagi organisme predator, ikan, burung bahkan bagi ke-sehatan dan keselamatan manusia. Pengaruh racun tidak hanya terbatas pada daerah pemakaian, tetapi dapat menjadi makin luas melalui komponen rantai makan, seperti air minum, sayuran, buah-buahan dan produk lain yang terkon-taminasi. (Zulkarnain, 2009)

Pupuk Anorganik

Pupuk anorganik dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal, pupuk majemuk dan pupuk lengkap. Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu macam unsur hara saja, misalnya pupuk urea yang mengandung unsur N, pupuk TSP yang mengandung unsur P dan pupuk KCl yang didominasi oleh unsur K. Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari 1 unsur hara, misalnya N+K, N+P, P+K, N+P+K dan sebagainya. Sedangkan pupuk lengkap adalah pupuk yang mengandung unsur hara makro dan mikro.

(4)

40 pemberian yang sedikit dapat memenuhi

kebutuhan tanaman, (4) banyak diperjual bellikan sehingga mudah didapat, (5) proses pengangkutan ke lahan lebih mudah karena jumlah yang diangkut lebih sedikit dan (6) tanaman memberikan respon yang sangat tinggi terhadap pem-berian pupuk anorganik.

Selain kelebihan yang dimilikinya, pupuk anorganik juga memiliki kelemah-an, yaitu : (1) selain unsur hara makro, pupuk anorganik sangat sedikit atau hampir tidak mengandung unsur hara mikro, (2) pemberian pupuk anorganik melalui akar harus diimbangi dengan penggunaan pupuk daun yang mengan-dung unsur hara mikro, (3) Pemberian pupuk anorganik secara terus menerus dapat merusak tanah, (4) Dosis yang berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan dan kematian tanaman dan (5) dapat mengakibatkan pencemaran dan kerusakan lingkungan.

Kerusakan tanah secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga kelompok utama, yaitu kerusakan sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Kerusakan kimia tanah dapat terjadi karena proses pemasaman tanah, salinisasi, tercemar logam berat dan tercemar senyawa organik dan xenobiotik seperti pestisida atau tumpahan minyak bumi (Djajakirana, 2001). Terjadinya pemasaman tanah dapat diakibatkan oleh penggunaan pupuk nitrogen buatan secara terus menerus dalam jumlah besar. Kerusakan tanah secara fisik dapat diakibatkan karena kerusakan struktur tanah yang dapat menimbulkan pemadatan tanah. Kerusakan srtuktur tanah ini dapat terjadi akibat pengolahan tanah yang salah atau penggunaan pupuk kimia secara terus menerus. Kerusakan biologi ditandai oleh penyusutan populasi maupun berkurang nya biodiversitas organisme tanah, dan biasanya terjadi bukan karena kerusakan sendiri, melainkan akibat dari kerusakan lain ( fisik dan atau kimia). Sebagai contoh penggunaan pupuk nitrogen (ammonium sulfat dan sulfur coated urea) yang terus menerus selama 20 tahun dapat menyebab-kan pemasaman tanah dan menurunnya populasi cacing secara drastis.

Peranan Bahan Organik terhadap Kesuburan Tanah

Bahan organik tanah adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus me-nerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika dan kimia (Kononova, 1961 dalam Suryani 2007). Menurut Stevenson (1994), bahan organik tanah

adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut dalam air dan bahan organik yang stabil atau humus.

Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis, sehingga unsur karbon merupakan penyu-sun utama dari bahan organik tersebut yang berada dalam bentuk senyawa polisacharida, seperti sellulosa, hemi-sellulosa, pati serta bahan pektin dan lignin. Selain itu beberapa bahan organik tanah juga mengandung protein dan beberapa senyawa nitrogen lain. Nitrogen merupakan unsur yang paling banyak terakumulasi dalam bahan organik, karena nitrogen merupakan unsur penting dalam sel mikroba yang terlibat dalam proses perombakan bahan organik tanah ( Sugito, Y. 2003).

Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, se-hingga jika kadar bahan organik tanah menurun, maka kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga akan menurun. Menurunnya kadar bahan organik tanah merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah yang umum terjadi. Kerusakan tanah merupakan masalah penting bagi negara berkembang karena intensitasnya yang cenderung meningkat sehingga tercipta tanah-tanah rusak yang jumlah dan intensitasnya yang bertambah ( Sutanto., R 2006).

Bahan organik secara umum dibedakan atas bahan organik yang relatif sukar didekomposisi karena disusun oleh senyawa siklik yang sukar diputus atau dirombak menjadi senyawa yang lebih sederhana, termasuk di dalamnya adalah bahan organik yang mengandung senyawa lignin, minyak, lemak dan resin yang umumnya ditemui pada jaringan tumbuh-tumbuhan; dan bahan organik yang mudah didekomposisikan karena disusun oleh senyawa sederhana yang terdiri dari C, H dan O, termasuk di dalamnya adalah senyawa dari sellulosa, pati, gula dan senyawa protein (Suryani , 2007).

(5)

Jurnal Agronomi Vol. 13 No. 1, Januari - Juni 2009

41

penambahan bahan orgaik akan memperluas kisaran kadar lengas untuk dapat diolah dengan alat-alat dengan baik, tanpa banyak mengeluarkan energi akibat perubahan kelekatan tanah terhadap alat. Pada tanah yang bertekstur halus (lempungan), pada saat basah mempunyai kelekatan dan keliatan yang tinggi, sehingga sukar diolah, dengan tambahan bahan organik dapat meringankan pengolahan tanah, maka dengan tambahan bahan organik kemudahan retak akan berkurang. Pada tanah pasiran yang semula tidak lekat, tidak liat pada saat basah, dan gembur pada saat lembab dan kering, dengan tambahan bahan organik dapat menjadi agak lekat dan liat serta sedikit teguh sehingga mudah diolah.

Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisik tanah yang lain adalah terhadap peningkatan porositas tanah. Penambahan bahan organik pada tanah kasar (berpasir) akan meningkatkan pori meso dan me nurunkan pori makro, dengan demikian akan meningkatkan kemampuan menahan air (Stevenson, 1994). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan bahan humat 1% pada latosol mampu mening-katkan 35,75% pori air tersedia dari 6,07% menjadi 8,24% volume. Pada tanah halus lempungan, pemberian bahahn organik akan meningkatkan pori meso dan menurunkan pori mikro. Dengan demikian akan meningkatkan pori yang dapat terisi udara dan menurunkan pori yang terisi air, artinya akan terjadi perbaikan aerasi untuk tanah lempung berat. Hasil penelitian Wiskandar ( 1996 ) bahwa penambahan bahan organik akan meningkatkan pori total tanah dan akan menurunkan berat volume tanah. Aerasi tanah sering terkait dengan pernafasan akar tanaman dan mikro organisme dalam tanah.

Pengaruh bahan organik terhadap kesuburan kimia tanah antara lain terhadap kapasitas pertukaran kation (KPK), kapasitas perttukaran anion, pH tanah, daya sangga tanah dan terhadap keharaan tanah. Penambahan bahan organik akan meningkatkan muatan negatif sehingga akan meningkatkan KPK. Sekitar 20 – 70% KPK pada umumnya bersumber pada koloid humus, sehingga terjadi korelasi antara bahan organik dengan KPK tanah (Stevenson, 1994).

Penambahan bahan organik yang belum masak atau bahan organik yang masih mengalami proses dekomposisi, biasanya akan menyebabkan penurunan pH tanah, karena selama proses dekom-posisi akan melepaskan asam-asam organik yang menyebabkan menurunnya pH tanah. Namun apabila diberikan pada tanah yang masam dengan kandungan Al tertukar tinggi, akan menyebabkan

pe-ningkatan pH tanah, karena asam-asam organik hasil dekomposisi akan mengikat Al membentuk senyawa kompleks (khelat) ,sehingga Al tidak terhidrolisis lagi. Peningkatan pH tanah juga akan terjadi apabila bahan organik yang kita tambahkan telah terdekomposisi lanjut (matang), karena bahan organik yang kita tambahkan telah termineralisasi dan akan melepaskan mineralnya berupa kation-kation basa. Peranan bahan oganik terhadap ketersediaan hara dalam tanah tidak terlepas dengan proses mineralisasi yang merupakan tahap akhir dari proses perombakan bahan organik. Dalam proses mineralisasi akan dilepas mineral-mineral hara tanaman dengan lengkap (N, P, K, Ca, Mg dan S serta hara mikro). (Kononova,. 1999)

Pengaruh positif yang lain dari penambahan bahan organik adalah pe-ngaruhnya pada pertumbuhan tanaman. Terdapat senyawa yang mempunyai pengaruh terhadap aktivitas biologis yang ditemukan di dalam tanah yaitu senyawa perangsang tumbuh (auxin) dan vitamin ( Stevenson, 1994). Senyawa ini di dalam tanah berasal dari eksudat tanaman, pupuk kandang, kompos, sisa tanaman dan juga berasal dari hasil aktivitas mikrobia dalam tanah. Di samping itu, diindikasikan asam organik dengan berat molekul rendah, terutama bikarbonat ( seperti suksinat, ciannamat, fumarat) adalah hasil dekom-posisi bahan organik, dalam konsentrasi rendah dapat mempunyai sifat seperti senyawa perangsang tumbuh, sehingga berpengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman.

Subtitusi Pupuk Anorganik dengan Pupuk Organik

Penggunaan pupuk kimia sintetis untuk tanaman pangan selama era rovolusi hijau menunjukkan angka peningkatan yang cukup tinggi. Selama kurun waktu 20 tahun terakhir ini terjadi kenaikan penggunaan pupuk kimia sintetis hampir 5 kali lipat, sementara produksi pertanian untuk tanaman pangan dimana pupuk tersebut digunakan hanya meningkat 50% (Santosa dalam Rusman.B , 2003). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk anorganik sudah sangat tidak efisien dan bahkan kecendrungan yang ada justru terjadi penurunan produktivitas lahan karena menurunnya kandungan bahan organik tanah.

(6)

42 penggunaan pupuk anorganik dan

mensubtitusikannya dengan pupuk organik. Sudarkoco dalam Sirrapa (2004) menjelaskan bahwa penggunaan pupuk organik sebaiknya dikombinasikan dengan pupuk anorganik untuk saling melengkapi. Penggunaan bahan organik sangat penting artinya dalam upaya mempertahankan hasil yang tinggi pada tanah yang kekurangan bahan organik dan tanah dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas pupuk buatan. ( Saenong et al dalam Sirappa, 2004 ).

Pupuk organic-anorganik adalah campuran antara pupuk organic dan anorganik (kimia). Kita harus mensosia-lisasikan penggunaan pupuk campuran ini, karena kenaikan harga pupuk anorganik dan kerusakan lingkungan yang ditimbul kan oleh penggunaan pupuk kimia yang berlebihan. Penggunaan pupuk anorganik yang dikombinasikan dengan pupuk organic akan memberikan pengaruh yang sangat baik bagi pertumbuhan dan hasil tanaman. Hal ini disebabkan karena pupuk organic dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk dan daya mengikat air serta mengaktifkan mikro organism tanah. Dengan adanya perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah maka kesuburan tanah juga akan meningkat ( Sutanto, R 2006 )

Beberapa penelitian yang meng-gunakan pupuk organik sebagai subtitutor pupuk anorganik telah dilakukan. Penelitian bertujuan untuk melihat apakah pupuk organik dapat menggantikan peran pupuk anorganik dalam kaitannya dengan pertumbuhan dan hasil tanaman. Perlakuan yang dicobakan adalah (1) 100% anorganik rekomendasi, (2) 75% anorganik + pupuk organik sehingga menjadi 100%, (3) 50% anorganik + pupuk organik sehingga menjadi 100%, (4) 25% anorganik + pupuk organik sehingga menjadi 100%, dan (5) 100% pupuk organik. Berdasakan hasil penelitian Evi. Ardiyaningsih. Adriani. Linda (2004) terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi bahwa pupuk organic yang dalam hal ini adalah kompos aktif dapat digunakan sebagai subtitutor pupuk anorganik. Hal yang sama juga didapat dari hasil penelitian Asmaida (2004) bahwa bobot kering tajuk, bobot kering akar, jumlah polong berisi per tanaman dan hasil perpetak tanaman kedelai yang meng-gunakan pupuk organik kascing sebagai subtitutor tidak memberikan hasil yang lebih rendah dari tanaman yang me-ndapatkan pemupukan anorganik 100% rekomendasi. Selain itu diameter bibit tanaman kakao yang dipupuk dengan kascing juga mampu menyamai diameter bibit yang dipupuk dengan

100% pupuk an organik. (Ardiyaningsih. Sarman. Hanibal, 2007).

Ardiyaningsih. Sarman. Elly Indraswari (2009) menyatakan bahwa tanaman jagung memiliki respon yang sama terhadap pemberian pupuk anorganik dan organik, hal ini berarti bahwa unsur yang dibutuhkan tanaman yang selama ini dipenuhi melalui pemberian pupuk an organik dapat diubah dan digantikan oleh kompos sampah kota.

Subtitusi pupuk anorganik dengan pupuk organik yang dilakukan pada semua penelitian ini merupakan kegiatan penanaman yang pertama, yang artinya belum terjadi penumpukan bahan organik pada media tanah. Pada kondisi yang demikian ternyata pupuk organik dapat berperan sebagai sumber hara, yang se-lama ini bersumber dari pupuk anorganik. Dengan melihat kelebihan-kelebihan yang dimiliki pupuk organik maka besar harap-an bahwa pada penanaman berikutnya akan menghasilkan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung yang lebih meningkat.

Secara umum keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan pupuk organik adalah (1) bahan organik akan mempengaruhi sifat fisik tanah. Warna tanah yang semula cerah akan berubah menjadi kelam setelah pemberian bahan organik. Tanah menjadi gembur dan akar akan lebih mudah melakukan penetrasi, sehingga pertumbuhan akar akan menjadi lebih baik yang selanjutnya akan memberikan dampak yang positif terhadap hasil tanaman. (2) bahan organik mempengaruhi sifat kimia tanah. Kapasitas tukar kation (KTK) dan ketersediaan unsur hara meningkat, asam yang dikandung humus akan membantu meningkatkan proses pelapukan.dan (3) penambahan bahan organik akan memperbaiki sifat biologi tanah. Bahan organik akan menambah energi yang diperlukan kehidupan mikroorganisme tanah. Tingginya bahan organik yang diberikan ke tanah akan mempercepat perbanyakan fungi, bakteri, mikro flora dan mikro fauna tanah. (Sutanto,R. 2006).

(7)

Jurnal Agronomi Vol. 13 No. 1, Januari - Juni 2009

43

Masalah ini akan menjadi bertambah dengan dihapuskannya pupuk bersubsidi oleh pemerintah.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan kembali menggunakan bahan-bahan alami ah yang berlimpah, yang dapat memelihara kualitas lingkungan dan kontinuitas pro-duksi serta dapat menekan biaya. Berkait an dengan masalah ini, Rusman., B. (2003) menyatakan bahwa upaya yang dapat dilakukan untuk mengembalikan bahan organik ke tanah adalah dengan pemupukan organik dan menurunkan dosis penggunaan pupuk anorganik atau mensubtitusikan pupuk anorganik dengan pupuk organik. Penggunaan pupuk organik (hayati) saja dapat memberikan tingkat efisiensi yang tinggi terhadap tanah, tapi dengan tingkat hasil yang rendah. Untuk mendapatkan tingkat hasil yang tinggi, penerapan prinsip pengelolaan pupuk terpadu adalah yang terbaik, yaitu kombinasi penggunaan pupuk organik (hayati) dan pupuk kimia (anorganik). Hal ini sejalan dengan penelitian – penelitian yang telah dilakukan, bahwa pupuk organik dapat menjadi alternatif teknologi yang dapat digunakan untuk keberlanjutan secara ekonomi dan ekologi, yaitu dengan mengurangi penggunaan pupuk anorganik secara bertahap dan sedikit demi sedikit, sehingga pada akhirnya untuk masa yang akan datang dapat menghasilkan produk pertanian organik.

Keuntungan penggunaan pupuk organik dan anorganik ( Sutanto,R., 2006) antara lain:

- Menambah kandungan hara yang tersedia dan siap diserap tanaman selama periode pertumbuhan tanaman

-Menyediakan semua unsur hara dalam jumlah yang seimbang, dengan demikian akan memperbaiki persentase penyerapan hara oleh tanaman yang ditambahkan dalam bentuk pupuk -Mencegah kehilangan hara karena bahan organik

mempunyai kapasitas tukar kation yang tinggi -Membantu dalam mempertahankan kandungan

bahan organik tanah pada aras tertentu sehingga mempunyai pengaruh yang baik terhadap sifat fisik dan status kesuburan tanah

-Residu bahan organik akan berpengaruh baik pada pertanaman berikutnya maupun dalam mempertahankan produktivitas tanah

-Lebih ekonomis apabila diangkut dalam jarak yang jauh

-Membantu dalam mempertahankan keseimbangan ekologi tanah, sehingga kesehatan tanah dan tanaman akan lebih baik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian pupuk organik dalam upaya mengurangi jumlah pemakaian pupuk anorganik mampu memberikan pertumbuhan dan hasil yang tidak nyata perbedaannya apabila dibandingkan dengan tanaman yang mendapatkan 100% pemupukan anorganik. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk organik dapat menggantikan peran pupuk anorganik, terutama dalam perannya sebagai penyuplai hara..

Berkurangnya jumlah penggunaan pupuk anorganik dan digantikan dengan pupuk organik akan memberikan dampak yang sangat positif bagi kesuburan tanah, yang meliputi sifat fisik, kimia dan biologi tanah, yang selanjutnya akan memberikan sumbangan yang besar terhadap pencapai an penerapan pertanian berkelanjutan

Saran

Perlu adanya kerjasama antara semua pihak dalam mensosialisasikan kerusakan yang ditimbulkan oleh pupuk anorganik dan kemampuan yang dimiliki oleh pupuk organik dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Dengan demikian penerapan subtitusi pupuk anorganik dengan pupuk organik dapat dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

Ardiyaningsih, Sarman S, Hanibal. 2007. Subtitusi Pupuk Anorganik dengan Kascing pada Pembibitan Kakao ( Theobroma cacao L. ) di Polybag. Agronomi Pertanian UNJA Vol 1 No 2 Juli – Desember 2007 Hal 73 – 76

Ardiyaningsih. Sarman. Elly Indraswari. 2009. Subtitusi Pupuk Anorganik dengan Kompos Sampah Kota pada Tanaman Jagung Manis ( Zeamays Saccharata Sturt ). Prosiding Semirata BKS PTN Indonesia Wilayah Barat Bidang Ilmu Pertanian. Banten Evi. Ardiyaningsih, Adriani, Linda. 2004. Studi Aplikasi

Teknologi Pertanian Terpadu dalam Mendukung Ketahanan Pangan di Propinsi Jambi. Balitbangda Propinsi Jambi

Djajakirana, G. 2001. Kerusakan Tanah sebagai Dampak Pembagunan Pertanian. Makalah disampaikan pada seminar petani “Tanah sehat titik tumbuh pertanian ekologis”di Sleman. 30 Oktober 2001

(8)
(9)

Ardiyaningsih Puji Lestari: Pengembangan Pertanian Berkelanjutan melalui Subtitusi Pupuk Anorganik dengan Pupuk Organik

44 M.P. Sirappa. Kasman dan Bustaman. 200 4.

Tanggapan Tanaman Padi dan Kedelai terhadap Pemberian Pupuk Organik yang Dikombinasi kan dengan Pupuk Anorganik pada Pola Tanam Padi – Kedelai di Lahan Sawah Irigasi. Agrotropik. Volume 1 Nomor 1. Jurusan BDP Faperta UNILA. Tanjung Karang

Rusman,B. 2004. Pertanian Organik dan Peranannnya dalam Pengembangan Pertanian Berkelanjutan. Kerjasma Fakultas Pranian Universitas Andalas dengan proyek peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi DEPDIKNAS

Reijntjes C., Haverkort B. Bayer W. 2002. Penerbit Kanisius

Stevenson. F. J. 1994. Human Chemistry ;Genesis. Composition. Reaction. 2 th ed. John Wiley & Sons. Inc. New York

Sugito,Y. 2003. Prospek dan Permasalahan Sistem Pertanian Berkelanjutan. Kerjasama Bagian Proyek PKSDM Ditjen Dikti Depdiknas dengan Fakultas Pertanian UNIBRAW

Suryani, A. 2007. Perbaikan Media Tanam Jeru dengan Berbagai Bahan Organik dalam Bentuk Kompos. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Sutanto.R. 2006 Penerapan Pertanian Organik. Penerbit Kanisius. Jogjakarta

Wiskandar. 1996. Pemanfaatan Bahan Organik sebagai Upaya Memperbaiki Produktivitas Lahan Kritis. Fakutas Pertanian Universitas Jambi. Jambi Zulkarnain, 2009. Dasar-dasar Hortikultura.. PT. Bumi

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil uji coba dapat disimpulkan bahwa gambar yang dihasilkan oleh perangkat lunak untuk melakukan konversi shapefile dan transformasi menjadi bentuk SVG

Sejumlah pengukuran seperti kadar oksigen, lamanya pemakaian ventilasi, setting ventilasi, termasuk tekanan tahanan nafas, rasio frekuensi nafas dengan volume tidal (RSBI =

Pada tanggal 31 Desember 2012, jika nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah/menguat sebanyak 10% dengan semua variabel konstan, laba sebelum pajak penghasilan untuk

Ada lima kecamatan di Kabupaten Jember yang tergolong daerah maju dan tumbuh dengan cepat yakni kecamatan Ajung dengan jumlah penduduk sebanyak 75.778 jiwa, serta jumlah

Hal senada diungkapkan oleh Nasution (1996:3) yang mengemukakan bahwa: “Penelitian kualitatif pada hakikatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya,

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Pembuatan

Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara, obat, dan pengobatannya yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun dan diterapkan

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan uji Independent Sample t Test, diketahui bahwa untuk problem focused coping sebesar 0,682 (p>0,05), emotion