i
PENINGKATAN PEMAHAMAN
MATERI SEJARAH KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW
DENGAN MEDIA WAYANG KERTAS PADA SISWA KELAS III
MI TARBIYATUS SHIBYAN PETUNG PANCENG GRESIK
SKRIPSI
Oleh : MIN HAULA NIM. D07212055
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
ABSTRAK
Min Haula“ Peningkatan pemahaman materi sejarah kelahiran Nabi Muhammad saw dengan
media wayang kertas pada siswa kelas III MI Tarbiyatus Shibyan Petung Panceng Gresik”
Kata Kunci: Peningkatan Pemahaman, Sejarah Kelahiran Nabi Muhammad SAW, Media Wayang Kertas
Berdasarkan realita di lapangan bahwa dalam pembelajaran SKI materi sejarah kelahiran Nabi Muhammad saw pada siswa kelas III MI Tarbiyatus Shibyan, guru hanya bercerita tanpa menggunakan media-media yang mampu membangkitkan semangat belajar siswa, hal ini membuat pemahaman siswa terhadap materi menjadi rendah sehingga hasil belajarnya tidak memenuhi KKM yang ditentukan. Berpijak dari latar belakang tersebut maka peneliti memunculkan media wayang kertas sebagai salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa.
Rumusan masalah dari penelitian ini yakni: (1) Bagaimana penerapan media wayang kertas dalam meningkatkan pemahaman materi sejarah kelahiran Nabi Muhammad saw pada siswa kelas III MI Tarbiyatus Shibyan Petung Panceng Gresik (2) Bagaimana peningkatan pemahaman materi sejarah kelairan Nabi Muhammad saw pada siswa kelas III MI Tarbiyatus Shibyan Petung Panceng Gresik dengan menggunakan media wayang kertas.
Penelitian ini menggunakan rencana penelitian tindakan kelas model Kurt Lewin. Konsep pokok action research menurut Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) Tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting), hubungan antara keempat komponen tersebut menunjukkan sebuah siklus. Dalam pengumpulan data penulis menggunakan teknik observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ………. i
HALAMAN JUDUL ………. ii
MOTTO ………. iii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ……….. iv
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ……… v
HALAMAN PERSEMBAHAN ……… vi
ABSTRAK ………. vii
KATA PENGANTAR ……….. viii
DAFTAR ISI ……….... x
DAFTAR TABEL ……… xiii
DAFTAR GAMBAR ……….. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ……….. xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………... 1
B. Rumusan Masalah ………... 6
C. Tindakan yang Dipilih ………... 7
D. Tujuan Penelitian ………. 7
E. Lingkup Penelitian ……….. 8
F. Manfaat Penelitian ……….. 8
BAB II KAJIAN TEORI A. Media Wayang Kertas 1. Pengertian Media Wayang Kertas ..…...………. 10
2. Manfaat Media Wayang Kertas ………. 11
4. Kekurangan & Kelebihan Wayang Kertas ...…... 13
B. Peningkatan Pemahaman
1. Pengertian Peningkatan Pemahaman ………. 14
2. Jenis Perilaku Pemahaman ………. 15
3. Domain Peningkatan Pemahaman ……… 17
4. Tipe Peningkatan Pemahaman ……..………..… 20
5. Jenis Pemahaman ………..………..………... 25
6. Indikator Pemahaman …………..………..…… 27
C. Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
1. Pengertian Mata Pelajaran SKI ………..……… 28
2. Hakikat Mata Pelajaran SKI di MI …………... 31
3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran SKI di MI ……. 32
4. Manfaat Mempelajari SKI ………..………..……. 33
5. Materi Sejarah Kelahiran Nabi Muhammad SAW
a. Kelahiran Nabi Muhammad SAW …………. 34
b. Nabi Muhammad Diasu Halimah Sya’diyah … 35
c. Masa Kanak-kanak Nabi Muhammad SAW … 38
BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN
A. Metode Penelitian ………..……..………..……..… 43
B. Setting dan Subyek Penelitian
1. Setting Penelitian ………..……..………..….. 45
2. Subyek penelitian ………..……..………..….. 45
C. Variable yang Diteliti ………..……..………..…….. 45
D. Rencana Tindakan
1. Pra Siklus ………..……..………..……..… 46
2. Siklus I ………..……..………..……..… 47
3. Siklus II ………..……..………..……..… 50
1. Data ………..……..………..……..……….. 52
2. Teknik Pengumpulan Data ………..……... 55
F. Teknik Analisa Data ………..……..………. 57
G. Indikator Kinerja ………..……..……….. 60
H. Tim Peneliti dan Tugasnya ………..……..……….. 60
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pra Siklus ………..……...………..……... 62
2. Siklus I ………..……...………..……... 64
3. Siklus II ………..……...………..……... 74
B. Pembahasan 4. Hasil Penilitian ………..……...………... 95
5. Pembahasan Hasil Penelitian ………..……... 96
BAB V PENUTUP A. Simpulan ………..……...………..……...………. 98
B. Saran ………..……...………..……...………. 99
Daftar Pustaka ………..……...………..……...………..……... 100
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana yang mempunyai
sasaran manusia untuk mewujudkan cita-cita dengan berdasarkan potensi
yang dimiliki. Keberhasilan sangat ditentukan oleh aspek intern yang terdapat
pada manusia, pendidikan harus diberikan kepada semua rakyat Indonesia.
Hal ini sesuai dengan apa yang terkandung dalam UU RI No. 20. 2003,
tentang sistem Pendidikan Nasional (SPNI), yaitu:
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Adapun tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”1
Kita ketahui bahwa ada dua komponen yang memiliki pengaruh
besar untuk keberhasilan dalam proses belajar-mengajar, yakni siswa yang
belajar dan guru yang mengajar. Tentulah siswa membutuhkan seorang guru
yang baik agar proses belajarnya di kelas berhasil. Oleh sebab itulah,
keberhasilan proses belajar mengajar tersebut tidak terlepas dari peranan guru
sebagai tenaga pengajar. Guru menjadi the first person di kelas mempunyai
tanggung jawab besar terhadap keberhasilan belajar-mengajar itu sendiri.2
1
UU No. 20 tahun 2003, Tengtang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3 (Bandung: Citra Umbara, 2003), h.7.
2
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan islam yang sering disebut SKI
termasuk mata pelajaran wajib yang harus diikuti oleh seluruh siswa di
Indonesia begitupun siswa MI Tarbiyatus Shibyan Petung Panceng Gresik .
Karena sifatnya sebagai mata pelajaran yang cenderung membosankan,
karena banyak faktor-faktor sejarah yang harus dihafalkan. Hal ini menjadi
hambatan selama ini dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
Perilaku yang tampak pada mereka adalah datang-duduk-diam. Siswa MI
Tarbiyatus Shibyan Petung Panceng Gresik lebih sering hadir dari pada
menguasai kompetensi yang dibentuk melalui mata pelajaran ini. Padahal
sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
pendidikan Sejarah Kebudayaan Islam tingkat madrasah ibtidaiyah memiliki
tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut :
1. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari
landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma islam yang telah dibangun
oleh Rasulullah SAW dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan
peradaban islam.
2. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan
tempat yang merupakan wilayah dari proses masa lampau, masa kini, dan
masa depan.
3. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah benar
3
4. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik, terhadap
peninggalan sejarah islam sebagai bukti peradaban umat islam di masa
lampau.
5. Membangun kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari
peristiwa-peristiwa bersejarah (islam), meneladani tokoh-tokoh
berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, buadaya, politik,
ekonomi, iptek, seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan
dan peradaban islam.3
Tujuan di atas menjadi dasar dalam penetapan pokok-pokok
bahasan dan materi pelajaran yang disajikan setiap kegiaatan tatap muka.
Oleh karena itu jika tujuan mata pelajaran ini dapat dipahami, maka setiap
pertemuan tatap muka merupakan pertemuan yang sangat penting dalam
penyelenggaraan mata pelajaran ini.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada kelas
III MI Tarbiyatus Shibyan Petung Panceng Gresik pada mata pelajaran SKI
tentang materi sejarah kelahiran Nabi Muhammad saw mengalami kesulitan
dalam pembelajaran tersebut. Hal itu dapat dilihat dari hasil ulangan harian
yang tidak menacapai KKM (75) yang telah ditentukan. Dari 30 siswa hanya
12 siswa yang berhasil mencapai skor minimal 75, dan 18 siswa masih belum
tuntas. Hal ini membuat menjadi beban berat bagi guru mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam.
3
4
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan peneliti dibantu teman
sejawat, dan guru, faktor yang diduga sebagai penyebab kesulitan siswa
dalam memahami pelajaran SKI terutama tentang materi sejarah kelahiran
Nabi Muhammad saw antara lain adalah para siswa kurang
bersungguh-sungguh dan kurang termotivasi serta kurang berperan aktif dalam mengikuti
pelajaran, dalam proses pembelajaran pendidik kurang melibatkan siswa
secara aktif mengungkapkan ide atau gagasan tentang topik yang dibahas,
pendidik sering kali menyampaikan materi SKI dengan cara konvensional
(apa adanya) sehingga pembelajaran SKI cenderung membosankan.
Dari temuan penyebab masalah tersebut, ditemukan beberapa
faktor memiliki pengaruh besar terhadap rendahnya pemahaman siswa MI
Tarbiyatus Shibyan Petung Panceng Gresik antara lain, dari pihak siswa:
kondisi kelas kurang kondusif, sajian materi tidak menantang, dan kurangnya
peran siswa dalam pembelajaran. Sementara dari pihak guru ditemukan antara
lain: tidak membangkitkan perhatian, kurang merangsang ingatan, tidak
memberikan umpan balik, dan tidak memberi bimbingan belajar bagi siswa
MI Tarbiyatus Shibyan Petung Panceng Gresik yang mengalami kesulitan
belajar.
Oleh karena itu dalam kerangka meningkatkan pemahaman SKI
terutama materi sejarah kelahiran Nabi Muhammad saw pada siswa MI
Tarbiyatus Shibyan Petung Panceng Gresik diperlukan upaya pengembangan
5
dapat menghasilkan peningkatan hasil belajar siswa MI Tarbiyatus Shibyan
Petung Panceng Gresik.
Setelah mempelajari berbagai media pembelajaran yang telah
dikembangkan dan diaplikasikan dalam dunia pendidikan, maka secara
hipotesis media pembelajaran yang mungkin dapat dicapai adalah media
wayang kertas.
Media wayang kertas, merupakan alat peraga atau alat
pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaiakan materi dongeng
yang digerakakan dengan tangan dan berbentuk gambar.4 Dimana media
wayang kertas ini dapat membantu mengembangkan analisis siswa dan
membawanya ke konsep yang abstrak. Media wayang kertas yang bentuknya
menyerupai tokoh dongeng memudahkan siswa dalam mengetahui watak para
tokoh dan memahami peran setiap tokoh dalam dongeng. selain itu
mempermudah siswa dalam memahami isi dongeng yang telah didengarnya.5
Untuk meningkatkan kualitas belajar sehingga hasil belajar dapat
ditingkatkan dan dipertahankan, seorang tenaga pengajar perlu
menyelaraskan fase belajar yang dialami pebelajar dengan peristiwa
pembelajaran yang perlu dikondisikan oleh pengajar, sehingga setiap fase
belajar dapat menghasilkan suatu aktivitas (proses belajar) yang maksimal
dalam diri si belajar.
4
http://aftaryan.wordpress.com/2008/03/14/Pengertian-Wayang/ (diakses 30 Oktober 2015 pukul: 15.00)
5
6
Berdasarkan latar belakang sebagaimana telah diuraikan di muka,
maka dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini peneliti memilih judul.
“Peningkatan Pemahaman Materi Sejarah Kelahiran Nabi Muhammad
saw dengan Media Wayang Kertas pada Siswa Kelas III MI Tarbiyatus
Shibyan Petung Panceng Gresik.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu kiranya diberikan
rumusan masalah. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana penerapan Media Wayang Kertas dalam meningkatkan
pemahaman materi sejarah kelahiran Nabi Muhammad saw pada siswa
kelas III MI Tarbiyatus Shibyan Petung Panceng Gresik?
2. Bagaimana peningkatan pemahaman materi sejarah kelahiran Nabi
Muhammad saw pada siswa kelas III MI Tarbiyatus Shibyan Petung
dengan menggunakan Media Wayang Kertas Panceng Gresik?
C. Tindakan yang Dipilih
Tindakan yang dipilih untuk memecahkan masalah tentang
rendahnya pemahaman materi sejarah kelahiran Nabi Muhammad saw adalah
dengan menerapkan Media Wayang Kertas pada siswa kelas III MI
Tarbiyatus Shibyan Petung Panceng Gresik melalui beberapa tahapan,
diantaranya: perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting),
7
Dengan menggunakan Media Wayang Kertas, siswa akan diajak
memahami materi sejarah kelahiran Nabi Muhammad saw secara kronologis
dan menyenangkan, membuat pembelajaran lebih mudah dipahami dan
menarik perhatian siswa.
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka
tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui penerapan Media Wayang Kertas dalam meningkatkan
pemahaman materi sejarah kelahiran Nabi Muhammad saw pada siswa
kelas III MI Tarbiyatus Shibyan Petung Panceng Gresik.
2. Mengetahui peningkatan pemahaman materi sejarah kelahiran Nabi
Muhammad saw pada siswa kelas III MI Tarbiyatus Shibyan Petung
dengan menggunakan Media Wayang Kertas Panceng Gresik.
E. Lingkup Penelitian
Penelitian ini didasarkan pada masalah pembelajaran yang ada di
MI Tarbiyatus Shibyan Petung. Banyak masalah pembelajaran yang peneliti
temukan. Agar penelitian ini bisa terfokus dan tidak terjadi kesimpangsiuran
pembahasan, permasalahan tersebut akan dibatasi pada hal-hal tersebut di
8
1. Mata pelajaran sejarah kebudayaan islam (SKI) pada materi sejarah
kelahiran Nabi Muhammad saw. KD 2.2 menceritakan sejarah kelahiran
dan silsilah Nabi Muhammad SAW.
2. Penelitian tindakan kelas ini dikenakan pada siswa kelas III MI
Tarbiyatus Shibyan Petung Panceng Gresik.
3. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2015 –
2016.
4. Metode yang dipilih adalah Media Wayang Kertas untuk miningkatkan
pemahaman materi sejarah kelahiran Nabi Muhammad saw.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat bagi siswa:
Siswa dapat belajar sejarah kelahiran Nabi Muhammad saw
dengan menggunakan Media Wayang Kertas.
2. Manfaat bagi guru:
Guru mendapatkan pengalaman dan keterampilan dalam
mengembangkat perangkat pembelajaran dengan beberapa media. Salah
satunya dengan Media Wayang Kertas untuk meningkatkan pemahaman
materi.
9
Sebagai bahan rujukan bagi sekolah untuk mengadakan
bimbingan dan pelatihan bagi guru-guru agar menggunakan Media
Wayang Kertasuntuk diterapkan pada mata pelajaran lain.
4. Manfaat bagi masyarakat:
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap kualitas satuan pendidikan.
5. Manfaat bagi peneliti:
Peneliti memperoleh tambahan ilmu dan pengalaman baru dari
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Media Wayang Kertas
1. Pengetian Media Wayang Kertas
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah
berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media
adalah perantara ( ليسو/ لئاسو) atau pengantar pesan. Gerlach dan Ely
mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah
manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat
siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap. Dalam
pengertian ini; guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan
media.6
Rasulullah SAW dalam proses pendidikan dan pengajarannya
menggunakan kedua media ini. Media manusia adalah pribadi beliau
sendiri, media jari, lidah, tangan, dan hidung. Media bukan manusia
mencakup langit, bumi, matahari, bulan, bangunan, emas, dan perak.7
Media pembelajaran banyak jenis dan macamnya. Dari yang
paling sederhana dan murah hingga yang canggih dan mahal. Ada yang
dapat dibuat sendiri oleh guru dan ada yang diproduksi pabrik. Ada yang
tersedia di lingkungan yang bisa langsung dimanfaatkan, dan ada yang
dengan sengaja dirancang.
6
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 3. 7
11
Kata wayang (bahasa Jawa), bervariasi dengan kata bayang,
yang berarti bayangan; seperti halnya kata watu dan batu, yang berarti batu
dan kata wuri dan buri, yang berarti belakang. Bunyi b dilambangkan
dengan huruf b dan w pada kata yang pertama dengan yang kedua tidak
mengakibatkan perubahan makna pada kedua kata tersebut. Sedangkan
Menurut Aftaryan (2008) dalam pengertian luas wayang bisa mengandung
makna gambar, boneka tiruan manusia yang terbuat dari kulit, kardus,
seng, mungkin kaca-serat (fibre-glass), atau bahan dwimatra lainnya, dan
dari kayu pipih maupun bulat corak tiga dimensi.8
Sedangakan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kata
wayang yaitu gambar atau tiruan orang dan sebagainya dibuat dari kulit
atau kayu dan sebagainya dibuwat untuk mempertunjukkan suatu lakon.9
2. Manfaat Media Wayang Kertas
Peran media dalam pembelajaran sangat penting terutama bagi
siswa. Minat dan motivasi belajar siswa dapat ditumbuhkan dengan
menggunakan media pembelajaran yang menarik. salah satu alternatif
yang dapat digunakan adalah wayang. Wayang adalah alat peraga atau alat
pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaiakan materi dongeng
yang digerakakan dengan tangan dan berbentuk gambar.
Media wayang dapat membantu mengembangkan analisis siswa
dan membawanya ke konsep yang abstrak. wayang yang bentuknya
8
Aftaryan. 2008. Pengertian Wayang. Online:
http://aftaryan.wordpress.com/2008/03/14/pengertian-wayang/ (diakses 24/10/15) 9
12
menyerupai tokoh dongeng memudahkan siswa dalam mengetahui watak
para tokoh dan memahami peran setiap tokoh dalam dongeng. selain itu
mempermudah siswa dalam memahami isi dongeng yang telah
didengarnya.10
3. Cara Membuat Media Wayang Kertas
Cara pembuatan media wayang:
1. Siapkan kardus bekas. boleh kardus apa saja asalkan tidak terlalu tebal
agar mudah dipotong;
2. Siapkan kertas karton/ HVS putih. buatlah gambar yang diinginkan
tergantung tema yang diangkat;
3. Warnai gambar sesuai selera, kalau bisa disesuaikan dengan warna
objek gambar aslinya;
4. Potonglah gambar yang telah dibuat;
5. Tempel gambar yang telah dipotong ke kardus yang telah disediakan
tadi;
6. Potonglah kardus sesuai bentuk gambar yang dibuat;
7. Terakhir, beri penyanggah gambar bisa berupa kayu sehingga
memudahkan untuk dipegang dan digerakkan.11
4. Kekurangan dan Kelebihan Media Wayang Kertas
10
Ngadino, Pengembangan Media Pembelajaran, (Surakarta: Pendidikan Profesi Guru FKIP UNS, 2009), h. 65
11
13
Media wayang dapat membantu mengembangkan analisis siswa
dan membawanya ke konsep yang abstrak. wayang yang bentuknya
menyerupai tokoh dongeng memudahkan siswa dalam mengetahui watak
para tokoh dan memahami peran setiap tokoh dalam dongeng. selain itu
mempermudah siswa dalam memahami isi dongeng yang telah
didengarnya, sehingga penggunaan wayang sebagai media pembelajaran
memiliki beberapa kelebihan. kelebihan tersebut antara lain:
1. Mampu meningkatkan ketrampilan menyimak dongeng.
2. Efesien terhadap waktu, tempat, biaya, dan persiapan.
3. Dapat mengembangkan imajinasi dan aktivitas siswa dalam suasana
gembira.
4. Penggunaan simbol yang sesuai langsung mengenai sasaran serta dapat
mengembangkan suatu ide atau pesan peristiwa secara etis.12
5. Wayang bersifat acceptable artinya, wayang sendiri merupakan bagian
khasanah kebudayaan bangsa.
6. Media yang mudah dibuat, murah dan praktis.
7. Bentuknya unik dan menarik.
8. Mudah penggunaanya.
9. Mengasah kreativitas guru.
Sedangkan kekurangan dari media wayang yaitu:
1. Bagi guru yang tidak bisa bersuara keras, hal ini akan menghambat
penyampaian pesan yang ingin disampaikan.
12
14
2. Menuntut guru untuk lebih kreatif dalam menciptakan bentuk-bentuk
wayang, sehingga bagi guru yang tidak mau mencurahkan
kreativitasnya, hal ini tentu akan menjadi sulit.
3. Menuntut guru untuk bisa totalitas dalam menyampaikan dongeng
4. Guru harus bisa mengendalikan siswa yang ribut disamping
menyelesaikan tugasnya dalam mendongeng, hal ini memerlukan
keahlian khusus dan pribadi guru yang sabar.
B. Peningkatan Pemahaman
1. Pengertian Peningkatan Pemahaman
Secara bahasa peningkatan adalah proses, cara, perbuatan
menigkatkan (usaha, kegiatan, dan sebagainya.13 Sedangkan pemahaman
adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan.14
Peningkatan pemahaman adalah suatu usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan kefahaman terhadap suatu hal, yang dimaksud adalah
meningkatkan kefahaman siswa terhadap suatu materi atau topik.
Rasulullah saw bersabda dalam hadist yang diriwayatkan oleh Bukhori.
)ي ا بلا او ( يأولو ي ع اوغّلب
“Sampaikanlah ajaranku kepada orang lain walaupun sedikit”. (HR.
Bukhari).
2. Jenis Perilaku Pemahaman
13
Depdikbud, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 51. 14
15
Pemahaman termasuk dalam tujuan dan perilaku atau respon,
yang merupakan pemahaman dari pesan literal yang terkandung dalam
komunikasi untuk mencapainya. Adapun jenis perilaku pemahaman
mencakup:
1. Pemahaman Terjemahan
Terjemahan suatu pengertian yang berarti bahwa seseorang
dapat mengkomunikasikan ke dalam bahasa lain, istilah lain atau
menjadi bentuk lain. Tingkah laku menerjemahkan bergantung pada
kemampuan menerjemahkan dan pada ketersediaan materi
pengetahuan yang relavan. Jika seseorang dapat memaknai bagian dari
suatu komunikasi dalam istilah atau konteks yang berbeda, ia akan
mampu untuk terlibat dalam cara berfikir yang lebih kompleks.
2. Pemahaman Interpretasi
Dasar untuk menginterpretasikan adalah harus mampu
menerjemahkan dari bagian isi komunikasi yang tidak hanya kata-kata
atau frasa-frasa akan tetapi termasuk berbagai perangkat yang dapat
dijelaskannya. Kemampuan tersebut, melampaui bagian ke bagian isi
materi pada saat komunikasi, untuk memahami hubungan antara
berbagai bagian dari suatu pesan yang disusun kembali dalam pikiran.
Hal tersebut, artinya seseorang dalam menyimak komunikasi
terdapat beberapa pandangan yang bermakna, secara total yang
disimpan dan dihubung-hubungkan dengan pengetahuan yang telah
16
merupakan kemampuan, di dalam mengenali hal-hal penting dan
membedakan dari aspek-aspek yang relative tidak relevan dalam
komunikasi.
3. Pemahaman Ekstrapolasi
Ekstrapolasi mencakup pemikiran atau prediksi yang
dilandasi oleh pemahaman kecenderungan atau kondisi yang dijelaskan
dalam komunikasi. Menginterpretasikan adalah harus mampu
menerjemahkan dari bagian isi komunikasi yang tidak hanya kata-kata
atau frasa-frasa akan tetapi termasuk berbagai perangkat yang dapat
dijelaskannya. Kemampuan tersebut, melampaui bagian ke bagian isi
materi pada saat komunikasi, untuk memahami hubungan antara
berbagai bagian dari suatu pesan dan disusun kembali dalam pikiran.
Hal tersebut, artinya seseorang dalam menyimak komunikasi
terdapat beberapa pandangan yang bermakna, secara total yang
disimpan dan dihubung-hubungkan dengan pengetahuan yang telah
dimiliki sebagai pengalaman dan dapat dijadikan ide-ide. Penafsiran
merupakan kemampuan, di dalam mengenai hal-hal penting dan
membedakan dari aspek-aspek yang relative tidak relavan dalam
komunikasi.15
3. Domain Peningkatan Pemahaman
15
17
Berbicara mengenai peningkatan pemahaman, di dalam sebuah
teori pendidikan yaitu Taksonomi Bloom yang mengklasifikasikan tujuan
pendidikan ke dalam bentuk domain/ ranah/ kawasan, yaitu:
1. Cognitive Domain/ Ranah Kognitif
Berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual,
seperti pengetahuan, pengertian, dan ketrampilan berpikir. Ranah ini
terbagi dalam beberapa aspek yaitu:
a. Aspek pengetahuan, mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah
dipelajari dan disimpan dalam ingatan.
b. Aspek pemahaman, mencakup kemampuan untuk menangkap
makna dan arti dari bahan yang dipelajari
c. Aspek penerapan, mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu
kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus/ problem yang
konkret dan baru.
d. Aspek analisis, mencakup kemampuan untuk merinci suatu
kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhuan
atau organisasianya dapat dipahami dengan baik.
e. Aspek sintesis, mencakup kemampuan untuk membentuk suatu
kesatuan atau pola baru.
f. Aspek evaluasai, mencakup kemampuan untuk membentuk suatu
pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan
tanggung jawab pendapat itu, yang berdasarkan kriteria tertentu.
18
Berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan
dan emosi, seperti minat, sikap, Apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
Ranah ini terbagi dalam beberapa aspek yaitu :
a. Aspek penerimaan, mencakup kepekaan akan adanya suatu
perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu,
seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru.
b. Aspek partisipasi, mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara
aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
c. Aspek penilaian/ penentuan sikap, mencakup kemampuan untuk
memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai
dengan penilaian itu.
d. Aspek organisasi, mencakup kemampuan untuk membentuk suatu
system nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan.
e. Aspek pembentukan pola hidup, mencakp kemampuan untuk
menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga
menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata
dan jelas dalam mengukur kehidupannya sendiri.
3. Psychomotoric Domain/ Ranah Psikomotorik
Berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek ketrampilan
motorik, seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan
mengoperasikan mesin. Ranah ini tetbagi dalam beberapa aspek yaitu:
a. Aspek persepsi, mencakup kemampuan untuk mengadakan
19
berdasarkan pembedaan antara cirri-ciri fisik yang khas pada
masing-masing rangsangan.
b. Aspek kesiapan, mencakup kemampuan untuk menempatkan
dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian
gerakan.
c. Aspek gerakan terbimbing, mencakup kemampuan untuk
melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang
diberikan (imitasi).
d. Aspek gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan untuk
melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancer, karena
sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang
diberikan.
e. Aspek gerakan kompleks, mencakup kemampuan untuk
melaksanakan suatu ketrampilan, yang terdiri atas beberapa
komponen, dengan lancer, tepat, efisien.
f. Aspek penyesuaian pola gerakan, mencakup kemampuan untuk
mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan
kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu arah ketrampilan
yang telah mencapai kemahiran.
g. Aspek Kreatifitas, mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka
pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan
inisiatif sendiri.16
16
20
4. Tipe Peningkatan Pemahaman
Dalam penelitian ini peningkatan pemahaman yang dimaksud
terfokus pada salah satu ranah dalam teori hasil belajar taksonomi Bloom
yakni ranah kognitif, khususnya aspek pengetahaun dan pemahaman.
Allah berfirman dalam Surat Al-Mujadalah ayat 11:
: ل اجملا( اج ملعلا اوتوا ني لاو مك م او ما ني لا ه عف ي ١١
)
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu
dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS.
Al-Mujadalah: 11)
Tipe pemahaman setingkat lebih tinggi dari tipe pengetahuan,
namun tidak berarti bahwa pengetahuan tidak perlu ditanyakan, sebab
untuk dapat memahami perlu terlebih dahulu mengerti atau mengenal.17
Pengetahuan berkenaan dengan mengingat kembali hal-hal yang
khusus dan generalisasi, metode dan proses, pola, struktur, dan
perangkat.18
Pengetahuan yang dimiliki oleh individu dapat dibedakan
menjadi dua yaitu: pengetahuan umum (general knowledge) dan
pengetahuan khusus (domain specific knowledge). Pengetahuan umum
(general knowledge) adalah informasi yang sangat berguna untuk
memecahkan atau digunakan melaksanakan berbagai macam tugas yang
berbeda. Sedangkan pengetahuan khusus domain specific knowledge) ialah
17
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), h. 24.
18
21
informasi yang dapat digunakan hanya dalam situasi tertentu atau yang
hanya dapat diterapkan dalam satu topik khusus.19
Selain itu, pengetahuan juga dapat dikategorikan menjadi tiga
macam yaitu: pengetahaun deklaratif, pengetahuan procedural, dan
pengetahaun kondisional.
1. Pengetahuan Deklaratif
Pengetahuan Deklaratif adalah “mengetahui tentang”
(knowing that) suatu kasusu atau masalah, biasanya berupa fakta-fakta,
opini-opini, kepercayaan, aturan-aturan, puisi, lirik lagu, teori-teori,
dan lain-lain. Gegne menyebutkan pengetahuan deklaratif sebagai
informasi verbal (verbal information).
2. Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan Prosedural adalah “mengetahui bagaimana”
(knowing how) untuk melakukan sesuatu atau memecahkan sebuah
kasu. Pengetahuan ini harus ditunjukkan dengan tingkah laku atau
tindakan. Pengetahuan ini juga disebut ketrampilan intelektual (skill
intellectual).
3. Pengetahuan Kondisional
Pengeathuan Kondisional adalah “Mengetahui kapan dan
mengapa” (knowing when and why) untuk menggunakan pengetahuan
19
22
deklaratif dan pengetahuan procedural. Pengetahuan ini juga disebut
strategi kognitif (cognitive strategies).20
Aspek pengetahuan, mencakup ingatan akan hal-hal yang
pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Aspek dapat
diidentifikasi dari kemampuan internal yang ditunjukkan peserta didik
yaitu kemampuan mengetahui akan beberapa hal yaitu istilah-istilah,
fakta, aturan-aturan, urutan, metode, dan lain-lain. Dalam aspek
pengetahuan ini ada beberapa kata kerja operasional yang bidigunakan
antara lain :
20
23
1) Mengidentifikasi;
2) Menyebutkan;
3) Memberi nama;
4) Menyusun daftar;
5) Menggaris bawahi;
6) Menjodohkan;
7) Memilih;
8) Memberikan definisi.21
21
25
Aspek selanjutnya adalah pemahamn, yang dimaksud di sini adalah
siswa mengetahui apa yang dikomunikasikan dan dapat menggunakan bahan
atau gagasan tanpa perlu menghubungkannya dengan materi lain atau
melihat implikasinya.22 Aspek pemahaman dapat diidentifikasi dari beberapa
kemampuan internal yang ditunjukkan oleh siswa, kemampuan tersebut
antara lain:
1) Kemampuan menerjemahkan;
2) Kemampuan menafsirkan;
3) Kemampuan memperkirakan;
4) Kemampuan menentukan;
5) Kemampuan memahami;
6) Kemampuan mengartikan.
Dalam aspek pemahaman ini, ada beberapa kata kerja
operasional yang dapat diterapkan, yaitu:
22
1) Menjelaskan.
2) Menguraikan.
3) Merumuskan.
4) Merangkum.
5) Mengubah.
6) Memberikan contoh.
7) Menyadur.
8) Meramalkan.
9) Memperkirakan.
10)Menerangkan.23
23
5. Jenis Pemahaman
Ada empat jenis pemahaman yang sering diketahui dari berbagai
sumber referensi yaitu:
1. Pemahaman Literal
Pemahaman literal adalah pemahaman terhadap apa yang
dikatakan atau disebutkan penulis dalam teks bacaan. Pemahaman ini
diperoleh dengan memahami arti kata, kalimat, dan paragraph dalam
kontek bacaan. Untuk membangun pemahaman literal ini dapat
menggunakan pertanyaan-pertanyaan arahan dengan beberapa kata
Tanya, yaitu siapa, apa, kapan, bagaimana, dan mengapa.24
Senada dengan pendapat di atas, bahwa pemahaman literal
adalah pemahaman yang difokuskan pada bagian-bagian yang
langsung tertulis pada bacaan sehingga dalam pelaksanaannya tidak
memerlukan ketrampilan berpikir tingkat tinggi.25
2. Pemahaman Interpretatif
Pemahaman interpretatif adalah pemahaman terhadap apa
yang dimaksudkan oleh penulis dalam teks bacaan. Pemahaman ini
meliputi kegiatan-kegiatan penalaran sebagai berikut :
1) Menarik kesimpulan.
2) Membuat generalisasi.
24
Samsu Samadayo, Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 20.
25
26
3) Memahami hubungan sebab akibat.
4) Membuat perbandingan-perbandingan.
5) Menemukan hubungan-hubungan baru antara fakta yang disebut
dalam bacaan.26
3. Pemahaman Kritis
Pemahaman kritis adalah pemahamn yang lebih tinggi
tingkatannya dibandingkan dengan pemahaman interpretatif, artinya
dalam pemahaman interpretatif, penalaran yang dilakukan masih
berada dalam lingkup memahami apa yang dikemukakan oleh penulis,
sedangkan dalam pemahamn kritis, disamping memahami apa yang
ditulis juga memberikan reaksi secara personal berupa
pertimbangan-pertimbangan penilaian terhadap kualitas, ketepatan, dan ketelitian,
serta masuk akal.27
Pemahaman kritis menuntut siswa menganalisis materi yang
dibaca dengan memperhatikan kata-kata kunci, mengabaikan bagian
yang tidak relevan. Kegiatan analisis ini biasanya dilakukan pengarang
atau apa yang hanya diekspresikan secara implisit.28
4. Pemahaman Kreatif
Pemahaman kreatif adalah pemahamn yang paling tinggi
tingkatannya. Dalam proses pemahaman kreatif ini pertama-tama harus
26
Ibid, h. 21. 27
Ibid, h. 22. 28
27
memahami bacaan secara literal, kemudian mencoba untuk
menginterpretasikan dan memberikan reaksinya berupa penilaian,
selanjutnya mengembangkan pemikiran-pemikirannya sendiri untuk
membentuk gagasan baru, mengembangkan wawasan baru, pendekatan
baru, serta pola berfikir. Kemudian secara kreatif menciptakan sesuatu
baik yang bersifat konseptual maupun praktis.29
6. Indikator Pemahaman
Indikator pemahaman konsep antara lain adalah:
1) Menyatakan ulang sebuah konsep, yaitu mampu menyebutkan definisi
berdasarkan konsep esensial yang dimiliki oleh sebuah objek.
2) Mengklarifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai
dengan konsepnya) yaitu mampu menganalisis suatu objek dan
mengklasifikasikannya menurut sifat-sifat atau cirri-ciri tertentu yang
dimiliki sesuai dengan konsepnya.
3) Memberi contoh dan non contoh dari konsep yaitu mampu
memberikan contoh lain dari sebuah objek baik untuk contoh maupun
non contoh.
4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis
yaitu mampu menyatakan suatu objek dengan berbagai bentuk
representasi, misalkan dengan mendaftarkan anggota dari suatu objek.
29
28
5) Mengaplikasikan konsep atau alogaritma pemecahan masalah yaitu
mampu menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi
matematis sebagai suatu logaritma pemecahan masalah.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, indicator
pencapaian pemahaman konsep adalah dapat menyatakan ulang sebuah
konsep yang telah diajarkan, dapat mengklasifikasikan suatu objek
berdasarkan sifat-sifat atau cirri-ciri tertentu, memberikan contoh dan non
contoh dari sebuah konsep, menyajikan konsep dari berbagai bentuk,
mengembangkan syarat perlu dan cukup serta dapat mengaplikasikan
konsep dalam pemecahan masalah.
C. Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
1. Pengertian Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Kalimat sejarah kebudayaan Islam terdiri dari tiga kata yaitu,
sejarah, kebudayaan, dan Islam. berikut akan dijelaskan pengertian
masing-masing kata tersebut.
Kata “Sejarah” dalam bahasa arab berasal dari kata “syajarah”
yang berarti pohon atau sebatang pohon, apapun jenis jenis pohon tersebut,
dengan demikian sejarah “syajarah” berarti segala sesuatu yang berkaitan
dengan suatu pohon mulai sejak benih pohon itu sampai segala hal yang
dihasilkan oleh pohon tersebut, atau dengan kata lain sejarah atau
29
yang dihasilkannya. Dengan demikian, sejarah dapat diartikan catatan
detail dengan lengkap tentang segala sesuatu.30 Menurut istilah sejarah
adalah kejadian atau peristiwa yang benar benar terjadi di masa lampau.
Dapat disimpukan bahwa sejarah adalah suatu kejadian atau peristiwa
yang yang di catatat dengan lengkap dan benar benar terjadi di masa
lampau.
Kebudayaan berasal dari bahasa Sansakerta yaitu “buddhayah”
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal). Budi
mempunyai arti akal, kelakuan, dan norma. Sedangkan “daya” berarti hasil
karya cipta manusia. Dengan demikian, kebudayaan adalah semua hasil
karya, karsa dan cipta manusia di masyarakat. Istilah "kebudayaan" sering
dikaitkan dengan istilah "peradaban". Perbedaannya : kebudayaan lebih
banyak diwujudkan dalam bidang seni, sastra, religi dan moral, sedangkan
peradaban diwujudkan dalam bidang politik, ekonomi, dan teknologi.
Apabila dikaitkan dengan Islam, maka Kebudayaan Islam adalah hasil
karya, karsa dan cipta umat Islam yang didasarkan kepada nilai-nilai
ajaran Islam yang bersumber hukum dari al-Qur'an dan sunnah Nabi.
Sedangkan Islam, Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya
diwahyukan tuhan kepada manusia melalui Muhammad sebagai Rasul.31
30
www. muhammad-haidir.blogspot.com pada 31 maret 2014 pukul 21.16 Wib 31
30
Dan datangnya dari Allah, baik dengan perantaraan malaikat Jibril,
maupun langsung kepada Nabi Muhammad Saw.
Secara etimologis, Islam memiliki sejumlah derivasi (kata
turunan), antara lain :32
1) Aslama, yang berarti menyerahkan diri, taat, tunduk dan patuh
sepenuhnya.
2) Salima, berarti selamat, sejahtera, sentosa, bersih dan bebas dari
cacat/cela.
3) Salam,berarti damai, aman dan tentram.
4) Sullam,yang artinya tangga (alat bantu untuk naik ke atas).
Berdasarkan pengertian etimologi ini, maka secara garis
besarnya Islam mengandung makna penyerahan diri sepenuhnya kepada
Allah yang dibuktikan dengan sikap taat, tunduk dan patuh kepada
ketentuannya, guna terwujudnya suatu kehidupan yang selamat, sejahtera,
sentosa, bersih dan bebas dari cacat/cela dalam kondisi damai, aman, dan
tentram serta berkualitas. Sebagai gambaran umum dari kehidupan yang
Islami. Dari pengertian Islam diatas dapat disimpulkan bahwa islam
merupakan agama samawi yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi
Muhammad saw sebagai petunjuk bagi manusia agar kehidupannya
membawa rahmat bagi seluruh alam.
32
31
Kesimpulan dari Sejarah Kebudayaan Islam adalah kejadian
atau peristiwa masa lampau yang berbentuk hasil karya, karsa dan cipta
umat Islam yang didasarkan kepada sumber nilai-nilai Islam.
2. Hakikat Mata Pelajaran Sejarah Pendidikan Islam di Madrasah
Ibtidaiyah
Sejarah kebudayaan islam di Madrasah Ibtidaiyah merupakan
salah satu mata pelajaran PAI yang menelaah tentang asal-usul,
perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh yang
berpartisipasi dalam sejarah Islam pada masa lampau, mulai dari sejarah
masyarakat Arab pra-Islam, sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi
Muhammad SAW, sampai dengan masa khulafaurrasyidin. Secara
subtansial, mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam memiliki kontribusi
dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati kebudayaan sejarah kebudayaan Islam, yang
mengandul nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatik
kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta didik.
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah
Ibtidaiyah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan
sebagai berikut:33
33
32
1) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari
landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma islam yang telah
dibangun oleh Rasulullah SAW dalam rangka mengembangkan
kebudayaan dan peradaban islam.
2) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan
tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini,
dan masa depan.
3) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara
benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.
4) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap
peninggalan sejarah islam sebagai bukti peradaban umat islam dimasa
lampau.
5) Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah
dari peristiwa-peristiwa bersejarah (islam), meneladani tokoh-tokoh
berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya,
politik, ekonomi, iptek dan seni dan lain-lain untuk mengembangkan
kebudayaan dan peradaban islam.
3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MI
Ruang lingkup sejarah kebudayaan Islam di madrasah ibtidaiyah
meliputi :34
34
33
1) Sejarah masyarakat arab pra-islam, sejarah kelahiran dan kerasulan
Nabi Muhammad Saw.
2) Dakwah Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya, yang meliputi
kegigihan dan ketabahannya dalam berdakwah, kepribadian Nabi
Muhammad Saw, hijrah Nabi Muhammad Saw ke Thoif, peristiwa
isra’ mi’raj Nabi Muhammad Saw.
3) Peristiwa hijrah Nabi Muhammad Saw ke Yastrib, keperwiraan Nabi
Muhammad Saw, peristiwa fatkhul makkah, dan peristiwa akhir
Rasulullah Saw.
4) Peristiwa-peristiwa pada masa Khulafaurrasyidin.
5) Sejarah perjuangan tokoh agama islam di daerah masing-masing.
4. Manfaat Mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam
1) Menumbuhkan rasa cinta kepada kebudayaan Islam yang merupakan
buah karya kaum muslimin masa lalu.
2) Memahami berbagai hasil pemikiran dan hasil karya para ulama untuk
diteladani dalam kehidupan sehari-hari.
3) Membangun kesadaran generasi muslim akan tanggung jawab terhadap
kemajuan dunia Islam.
4) Memberikan pelajaran kepada generasi muslim dari setiap kejadian
34
guna perbaikan dari dalam diri sendiri,masyarakat,lingkungan
negerinya serta demi Islam pada masa yang akan datang.
5) Memupuk semangat dan motivasi untuk meningkatkan prestasi yang
telah diraih umat terdahulu.
5. Materi Sejarah Kelahiran Nabi Muhammad SAW
a. Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad merupakan nabi dan rasul terakhir. Nabi
Muhammad diutus oleh Allah Swt. untuk menyampaikan ajaran yang
akan menuntun seluruh umat manusia menuju keselamatan dunia dan
akhirat.
Nabi Muhammad dilahirkan di Mekah pada tanggal 12
Rabiul Awal tahun gajah. Disebut tahun gajah karena pada saat itu
Mekah diserang pasukan gajah yang dipimpin Abrahah al-Habasyi.
Maksud penyerangan pasukan gajah Abrahah adalah untuk
menghancurkan Ka'bah. Pada saat itu kaum Quraisy tidak dapat berbuat
banyak untuk melawan pasukan Abrahah. Kaum Quraisy adalah suku
yang paling banyak mendiami kota Mekah.35
Namun atas kebesaran Allah, Ka'bah tetap utuh dan tidak
dapat dihancurkan oleh Abrahah. Allah menurunkan burung ababil dari
langit untuk menghancurkan pasukan gajah itu. Burung ababil tersebut
35
35
melemparkan batu-batu yang panas kepada pasukan Abrahah. Seketika
itu pula pasukan Abrahah hancur dan Ka'bah pun selamat. Peristiwa ini
diabadikan dalam Al-Qur'an surah Al-F-i l ayat 1 - 5.
Tidak jauh dari peristiwa penyerangan itu, ibunda Nabi
Muhammad yang bernama Aminah binti Wahab akan melahirkan
putranya. Pada saat melahirkan, Aminah tidak merasakan sakit seperti
yang dirasakan wanita melahirkan lainnya. Bayi itu pun lahir dengan
tersenyum dan tidak menangis. Selain itu, saat lahir, sang Bayi pun
mengisyaratkan jarinya ke atas langit. Setelah itu, Bayi itu pun
menelungkupkan mukanya seperti keadaan sujud kepada Tuhannya.
Cahaya yang menenteramkan pun hadir menyelimuti proses kelahiran
Sang Bayi.
Bayi tersebut kemudian oleh kakeknya yang bernama Abdul
Muthalib diberi nama Muhammad yang artinya terpuji. Sejak lahir,
Muhammad tidak sempat melihat ayahnya yang bernama Abdullah.
Abdullah meninggal dunia saat Muhammad masih dalam kandungan.36
b. Nabi Muhammad Disusui Oleh Halimah Sa’diyah
Telah menjadi kebiasan masyarakat Arab pada saat itu untuk
mengirimkan bayi yang baru lahir ke pedalaman desa. Tujuan bayi itu
dikirim ke pedalaman desa adalah agar bayi itu tumbuh di lingkungan
36
36
yang baik. Salah satunya adalah bayi itu akan hidup dalam lingkungan
yang orang-orangnya berbahasa dengan baik.
Dengan demikian, bayi yang dikirim ke pedalaman desa tidak
disusui oleh ibu kandungnya. Namun, bayi tersebut akan disusui oleh
perempuan lain. Begitu pula dengan Muhammad. Muhammad akhirnya
disusui oleh Halimah as-Sa'diyah seorang perempuan dari kalangan
Bani Sa'ad.37
Halimah as-Sa'diyah merupakan perempuan desa yang
desanya pada waktu itu dilanda kekeringan. Saat desanya kesusahan
itulah, Halimah pergi ke Mekah mencari bayi yang dapat disusuinya.
Harapan Halimah waktu itu adalah menemukan bayi dari anak orang
kaya yang akan memberikan upah yang banyak.
Setelah mencari ke sana ke mari, Halimah tidak menemukan
bayi dari kalangan orang kaya. Halimah akhirnya menemukan bayi
Muhammad. Waktu itu Halimah ragu untuk menyusui Muhammad
karena Muhammad bukanlah anak dari orang kaya. Bahkan,
Muhammad adalah anak yatim. Walaupun kakeknya adalah termasuk
pemimpin di suku Quraisy, namun kakeknya tidak mempunyai harta
yang melimpah.
37
37
Namun, saat akan menerima bayi Muhammad, terjadilah
suatu keajaiban. Air susu Halimah yang pada saat itu hampir kering,
akhirnya penuh dan mengalir dengan deras. Halimah pun akhirnya
menerima Muhammad untuk disusuinya. Keajaiban pun berlanjut dan
tidak berhenti disitu. Saat Halimah akan kembali ke Bani Sa'ad,
Halimah mendekati untanya untuk dinaiki. Unta yang pada saat itu
terlihat lemas dan tidak bertenaga seketika itu pula menjadi unta yang
kuat dan berenergi.
Saat tiba di desanya, keajaiban pun kembali hadir. Desanya
yang sudah lama tidak dituruni hujan, akhirnya mendapatkan hujan
yang memakmurkan. Hewan-hewan ternak menjadi gemuk dan sehat.
Bayi Muhammad disusui oleh Halimah selama dua tahun.
Setelah dua tahun, Halimah pun mengembalikan Muhammad ke ibu
kandungnya, Aminah. Dengan berat hati Halimah mengembalikan
Muhammad. Bahkan, Halimah meminta untuk dapat mengurus
Muhammad satu tahun lagi. Walaupun ragu, namun karena melihat
ketulusan dan air mata Halimah, akhirnya Aminah mengabulkan
permintaan Halimah. Aminah meminta Halimah untuk mengembalikan
Muhammad pada tahun berikutnya.
Pada suatu hari, Muhammad bermain dengan putra Halimah
yang merupakan saudara sesusuannya. Saat bermain, tiba-tiba putra
38
perihal yang terjadi. Putra Halimah menceritakan bahwa telah ada dua
orang laki-laki yang mendatangi Muhammah. Dua orang itu kemudian
membaringkan Muhammad dan membelah dadanya.
Halimah kemudian bercerita kepada suaminya. Suaminya pun
langsung mencari Muhammad. Muhammad akhirnya ditemukan dalam
keadaan sehat wal afiat. Muhammad pun menceritakan apa yang telah
terjadi. Muhammad menceritakan bahwa ada dua orang laki-laki yang
membelah dadanya dan mengambil sesuatu dari kalbunya kemudian
mengembalikannya lagi. Peristiwa tersebut tercacat dalam sejarah dan
dikenal dengan "peristiwa pembelahan dada" (syaqqis sodri). Kedua
laki-laki yang membelah dada Muhammad itu adalah malaikat.
Malaikat itu mengeluarkan bagian dari kalbu manusia yang biasa dihuni
oleh setan.
c. Masa Kanak-Kanak Nabi Muhammad SAW
Setelah kembali kepada ibunya, Muhammad diasuh dengan
kasih sayang. Muhammad tumbuh menjadi anak yang terpuji.
Perilakunya berbeda dengan anak-anak lain seusianya. Selain ibunya,
kakeknya pun sangat sayang kepada Muhammad, sebagai pengganti
anaknya, Abdullah.
Suatu hari, Muhammad yang berusia 6 tahun di ajak oleh
ibunya untuk berziarah ke makam ayahnya. Selain itu, ibunya pun
39
Perjalanan mereka ditemani oleh Ummu Aiman. Ummu Aiman adalah
seorang budak perempuan.
Saat perjalanan pulang, Aminah mengalami sakit keras.
Karena sakitnya itu, Aminah akhirnya menghembuskan nafas
terakhirnya. Aminah wafat dan kembali kepada Allah. Muhammad saat
itu sangat sedih dan tak kuasa menahan air matanya. Belumlah lama
Muhammad merasakan kasih sayang Ibunya, kini Ibunya telah
berpulang ke Rahmatullah. Sekarang, Muhammad menjadi yatim piatu.
Ummu Aiman yang pada saat itu menemani Muhammad memeluk
Muhammad dan menangis.
Sesampainya di Mekah, Muhammad kemudian diasuh oleh
kakeknya, Abdul Muthalib. Kakeknya sangat menyayangi Muhammad.
Kakeknya meratapi nasib Muhammad yang masih kecil sudah
mengalami kepedihan yang begitu berat.38
Abdul Muthalib sangat mengistimewakan Muhammad.
Muhammad diasuh dengan kasih sayang yang sangat besar. Namun,
Muhammad tidak dapat merasakan kasih sayang kakeknya tersebut
dalam waktu yang lama. Kakeknya akhirnya meninggal dunia ketika
Muhammad berusia delapan tahun. Kepedihan dan kesedihan pun
dirasakan kembali oleh Muhammad kecil.
38Ja’far Al
40
Sepeninggalan kakeknya, Muhammad kemudian diasuh oleh
pamannya yang bernama Abu Thalib. Abu Thalib sangat mencintai
Muhammad seperti anaknya yang lain, bahkan lebih. Begitu pula
Fatimah, istri Abu Thalib, beliau pun sangat mencintai Muhammad.
Ketika usianya yang masih muda belia, semangat kerja keras
dan keuletannya sudah muncul. Di saat anak-anak seusianya bermain
dengan penuh suka cita, Muhammad dapat bekerja dan dapat
membanggakan pamannya dan orang-orang di sekitarnya. Muhammad
pun menjadi anak yang disayangi semua orang yang ada di sekitarnya.
Suatu saat diceritakan ketika sedang menggembala kambing,
Muhammad mendengar suara hiburan. Beliaupun meminta teman
sesama penggembala untuk menjaga ternaknya, sedangkan beliau
hendak melihat tempat suara itu. Ternyata, suara hiburan itu berasal dari
perta pernikahan. Saat beliau hendak memasuki tempat itu, rasa kantuk
yang amat sangat menghinggapinya sehingga beliau tertidur. Allah
telah menjaga Muhammad untuk tidak menyaksikan hiburan. Saat
terbangun, hiburan itu telah berakhir dan beliau pun kembali ke
ternaknya.
Selain membantu Abu Thalib, Muhammad pun sering
membantu yang lainnya. Muhammad suatu hari pernah membantu
pamannya Abbas untuk memindahkan batu-batu kecil di sekitar Ka'bah.
41
di pundak agar tidak menghalangi langkah bekerjanya. Namun,
Muhammad tidak melakukannya. Dengan demikian, tidak ada
seorangpun yang dapat melihat auratnya.
Suatu saat Abu Thalib hendak berdagang ke negeri Syam
beserta rombongan yang lainnya. Abu Thalib tak kuasa meninggalkan
Muhammad. Kemudian, Muhammad pun diajaknya membantu
berdagang ke negeri Syam. Selama di perjalanan, keajaiban pun selalu
mengikuti para rombongan dagang. Awan selalu menaungi Muhammad
ke mana pun Muhammad berjalan. Dengan demikian, Muhammad tidak
merasakan panasnya matahari.
Peristiwa tersebut disaksikan oleh seorang pendeta Nasrani
yang bernama Bahira. Bahira merupakan pendeta yang sangat
memahami injil dan taurat. Bahira pun sangat paham akan tanda-tanda
kehadiran rasul akhir zaman. Bahira kemudian mengundang para
rombongan dagang tersebut untuk makan bersamanya.
Setelah melihat Muhammad, Bahira mengetahui bahwa ada
tanda-tanda kenabian di dalam diri Muhammad. Kemudian, Bahira
menanyakan perihal Muhammad kepada Abu Thalib.
Bahira kemudian bertanya kepada Abu Thalib "Siapakah dia?"
Abu Thalib menjawab, "Dia anakku".
"Bukan, dia bukan anakmu, orang tuanya pastilah telah meninggal",
42
"Memang benar, ayahnya telah meninggal ketika dia dalam
kandungan. Selanjutnya, ibunya juga meninggal dunia," jelas Abu
Thalib.
Bahira kembali berkata "Sebaiknya kamu bawa kembali anak ini ke
negerimu. Jagalah baik-baik dan wapadalah terhadap orang Yahudi.
Sebab, jika orang Yahudi tahu, mereka akan membunuhnya".
Abu Thalib pun membawa Muhammad pulang kembali ke
Mekah dan menjaganya lebih hati-hati lagi. Abu Thalib yakin bahwa
BAB III
METODE DAN RENCANA PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitihan adalah penelitian
tindakan kelas. Kata Penelitian tindakan kelas berasal dari bahasa Inggris
Classroom Action Research, yang berarti penelitian tindakan kelas.
PTK meliputi tiga kata yaitu “penelitian”, “tindakan”, dan “kelas”.
Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat
bagi peneliti atau orang-orang yang berkepentingan dalam rangka
peningkatan kualitas di berbagai bidang. Tindakan adalah suatu gerak
kegiatan yang senagaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam
pelaksanaannya berbentuk rangkaian periode/siklus kegiatan. Sedangkan
kelas adalah sekelompok siswa/mahasiswa yang dalam waktu yang sama dan
tempat yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru/dosen
yang sama.39 Dari pengertian tersebut maka penelitian tindakan kelas adalah
penelitian tindakan yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas dalam rangka
memecahkan masalah sampai masalah itu dapat dipecahkan.
Dalam pelaksanaanya, penelitihan tindakan kelas ini, menggunakan
model Kurt Lewin. Model Kurt Lewin merupakan model yang selama ini
menjadi acuan pokok dari berbagai model action research, terutama
classroom action research (CAR). Lewin adalah orang pertama yang
memperkenalkan action reserch. Konsep pokok action reserch menurut
39
44
Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu: (1) perencanaan (planning), (2)
aksi atau tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi
(reflecting), hubungan antara keempat komponen tersebut menunjukkan
sebuah siklus.40
Apabila digambarkan dalam bentuk visualisasi, maka model Kurt
Lewin akan tergambar dalam bagan lingkaran seperti berikut :
Gambar 3.1 Model PTK Kurt Lewin
Penelitian tindakan kelas termasuk penelitian kualitatif walaupun
data yang dikumpulkan bisa saja bersifak kuantitatif. Penelitian tindakan
kelas berbeda dengan penelitian formal yang bertujuan untuk menguji
hipotesis dan mengembangkan teori yang bersifat umum (general). Penelitian
tindakan kelas lebih bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya
kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi. Namun demikian hasil
40
Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas [Classroom Action Research];Teori &Praktik, cet.ke-3, (Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2012), h. 29-30.
45
PTK dapat saja diterapkan oleh orang lain yang mempunyai latar yang mirip
dengan yang dimiliki peneliti.41
B. Setting dan Subyek Penelitian
1. Setting Penelitian
a. Tempat penelitian : MI Tarbiyatus Shibyan Petung Panceng Gresik
b. Waktu penelitian : semester genap tahun ajaran 2015 – 2016.
2. Subyek penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III MI
Tarbiyatus Shibyan Petung Panceng Gresik tahun ajaran 2015 – 2016
dengan jumlah 30 siswa dalam satu kelas, yang terdiri dari 12 laki-laki dan
18 perempuan.
C. Variable yang Diteliti
Variabel-variabel penelitian yang dijadikan titik fokus untuk
menjawab permasalahan yang dihadapi yaitu :
1. Variabel input : Siswa kelas III MI Tarbiyatus Shibyan Petung
tahun ajaran 2015 – 2016.
2. Variabel proses : Penerapan media wayang kertas
3. Variabel output : Peningkatan pemahaman materi sejarah kelahiran
Nabi Muhammad saw pada pelajaran sejarah
kependidikan islam.
41
46
D. Rencana Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 siklus. Pemberian pada siklus
pertama didasarkan pada hasil refleksi awal. Penelitian tindakan kelas ini
menggunakan model penelitian dari Kurt Lewin. Model penelitian tindakan
kelas menurut Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu: (1) perencanaan
(planning), (2) aksi atau tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4)
refleksi (reflecting).42
Beberapa prosedur yang peneliti lakukan di kelas III MI Tarbiyatus
Shibyan Petung sebagai berikut:
1. Pra Siklus
Prasiklus dilakukan untuk bisa mendapatkan data dari hasil
penguasaan materi peserta didik, yang dijadikan sebagai tolak ukur
perbandingan penguasaan materi sebelum dan sesudah adanya penelitian
tindakan kelas. Pada tahap ini guru melakukan pembelajaran seperti biasa,
dengan menggunakan metode biasa seperti ceramah atau demonstrasi.
Kemudian di akhir pembelajaran diadakan evaluasi dengan memberi
Lembar Kerja Siswa atau pre test, yang kemudian dijadikan acuan untuk
membuat perencanaan tindakan pada siklus I.
2. Siklus I
Siklus I didasarkan analisis dari refleksi awal pada studi
pendahuluan siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
refleksi.
42
47
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini, kegiatan yang harus dilakukan
peneliti antara lain :
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yand diperlukan di
kelas, dalam hal ini mempersiapkan media wayang kertas.
3) Mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data
mengenai proses dan hasil tindakan.
4) Membuat lembar kerja dan tes untuk melihat hasil yang telah
dilakukan ada perubahan atau tidak.
5) Menentukan kriteria keberhasilan dalam penelitian ini diantaranya:
a. Persentase ketuntasan siswa menguasai materi minimal 90%.
b. Rata-rata skor dari siswa minimal 75.
c. Skor aktivitas guru dan siswa sekurang-kurangnya 80.
2. Tindakan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan yang telah
dirumuskan pada RPP dalam situasi yang aktual. Meliputi kegiatan
awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
1) Guru membuka pelajaran dengan salam dan menanyakan kabar
siswa.
2) Guru dan siswa berdoa bersama sebelum memulai pelajaran.
48
4) Guru mengadakan apersepsi dengan mengajukan beberapa
pertanyaan sederhana.
5) Guru menjelaskan materi sejarah kelahiran Nabi Muhammad saw
dengan menggunakan media wayang kertas.
6) Guru mebagi siswa menjadi lima kelompok, tiap kelompok berisi
enam siswa.
7) Guru membagikan lembar kerja pada tiap kelompok.
8) Siswa berdiskusi, mencatat dan melaporkan hasil diskusinya di
depan kelas.
9) Guru dan siswa bertanya jawab tentang materi yang dipelajari.
10)Guru membagikan soal tes dan siswa mengerjakannya.
11)Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan dari hasil
belajar sejarah kelahiran Nabi Muhammad saw.
12)Guru melakukan refleksi dan menutup pelajaran dengan hamdalah
dan mengucapkan salam.
3. Observasi
Dalam tahap pengamatan ini ada tiga data yang dibutuhkan
dalam penelitian untuk mengetahui apakah kriteria keberhasilan sudah
tercapai atau belum. Ketiga data tersebut adalah :
1) Hasil tes siswa tentang sejarah kelahiran Nabi Muhammad saw.
Data ini diperoleh dengan cara melakukan evaluasi menggunakan
tes tulis yang dikembangkan pada tahap rencana dan diselesaikan
49
2) Data aktivitas guru selama pembelajaran. Data ini diperoleh dari
hasil pengamatan peneliti menggunakan lembar observasi aktivitas
guru.
3) Data aktivitas siswa selama pembelajaran. Data ini diperoleh dari
hasil pengamatan peneliti menggunakan lembar observasi siswa.
4. Refleksi
Pada tahap ini guru dan observer mengevaluasi seluruh
tindakan yang dilakukan dengan cara mengukur baik secara kuantitatif
maupun kualitatif. Sedangkan refleksi adalah renungan terhadap hasil
analisis yang telah dikerjakan, maka timbul pertanyaan-pertanyaan
yang perlu dikemukakan dalam hal ini adalah :
1) Berapa persen kemampuan siswa dalam pembelajaran SKI.
2) Apakah siswa masih beranggapan bahwa mata pelajaran SKI sulit
dan membosankan.
3) Apakah ada peningkatan belajar siswa dengan menggunakan media
wayang kertas.
4) Evaluasi tindakan pada siklus I.
3. Siklus II
Siklus II didasarkan analisis dari refleksi awal pada studi
pendahuluan siklus I terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
refleksi.