• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MADRASAH TSANAWIYAH MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MADRASAH TSANAWIYAH MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah ... 1

B. RumusanMasalah ... 11

C. TujuanPenelitian ... 12

D. ManfaatHasil Penelitian ... 12

E. DefinisiOperasional... 13

F. Hipotesis ... 14

BAB IIKAJIAN PUSTAKA A. Kemampun Komunikasi dan Penalaran Matematis Siswa ... 16

1. Komunikasi Matematis ... 16

(2)

ix

B. Pembelajaran Berbasis Masalah ... 23

C. Pembelajaran Biasa ... 27

D. Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Matematika ... 28

E. Teori Belajar yang Mendukung ... 29

1. Teori Belajar Vygotsky ... 29

2. Teori Belajar Jerome S. Bruner ... 31

3. Teori Belajar Bermakna David Ausubel ... 31

F. Penelitian yang Relevan ... 32

BAB III METODE PENELITIAN A. DesainPenelitian ... 34

B. Deskripsi SubjekPenelitian ... 35

C. Populasi dan Sampel ... 36

D. InstrumenPenelitian ... 37

1. Tes Kemampuan Komunikasi dan Penalaran Matematis 37

2. Lembar Observasi ... 42

3. Angket Sikap ... 42

E. Pengolahan Data ... 43

F. Prosedur Penelitian ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HasilPenelitian ... 47

(3)

x

1. Uji Normalitas Nilai Pretest Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Berbasis Masalah dan Kelas Biasa ... 50 2. Uji Homogenitas Nilai Pretest Kemampuan

Komunikasi Matematis Siswa Kelas Berbasis Masalah dan Kelas Biasa ... 51 3. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Nilai Pretest Kemampuan

Komunikasi Matematis Siswa Kelas Berbasis Masalah dan Kelas Biasa ... 52 C. Deskripsi Statistik Tes Kemampuan Penalaran Matematis

Siswa Kelas Berbasis Masalah dan Kelas Biasa ... 53 1. Uji Normalitas Nilai Pretest Kemampuan Penalaran

Matematis Siswa Kelas Berbasis Masalah dan Kelas Biasa ... 55 2. Uji Homogenitas Nilai Pretest Kemampuan Penalaran

Matematis Siswa Kelas Berbasis Masalah dan Kelas Biasa ... 56 3. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Nilai Pretest Kemampuan

Penalaran Matematis Siswa Kelas Berbasis Masalah dan Kelas Biasa ... 57 D. Deskripsi Statistik Nilai Gain Kemampuan Komunikasi

(4)

xi

1. Uji Normalitas Nilai Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Berbasis Masalah dan Kelas Biasa ... 60 2. Uji Homogenitas Nilai Gain Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa Kelas Berbasis Masalah dan Kelas Biasa ... 61 3. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Nilai Gain Kemampuan

Komunikasi Matematis Siswa Kelas Berbasis Masalah dan Kelas Biasa ... 62 4. Uji HipotesisKemampuan Komunikasi Matematis

Siswa Kelas Berbasis Masalah dan Kelas Biasa ... 63 E. Deskripsi Statistik Nilai Gain Kemampuan Penalaran

Matematis Siswa Kelas Berbasis Masalah dan Kelas Biasa .. 64 1. Uji Normalitas Nilai Gain Kemampuan Penalaran

Matematis Siswa Kelas Berbasis Masalah dan Kelas Biasa ... 66 2. Uji Homogenitas Nilai Gain Kemampuan Penalaran

Matematis Siswa Kelas Berbasis Masalah dan Kelas Biasa ... 67 3. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Nilai Gain Kemampuan

(5)

xii

4. Uji HipotesisKemampuan Penalaran Matematis Siswa

Kelas Berbasis Masalah dan Kelas Biasa ... 69

F. Aktivitas Siswa ... 71

G. Angket Sikap Siswa ... 72

1. SikapSiswaterhadapPelajaranMatematika ... 72

2. SikapSiswaterhadapModel Pembelajaran ... 74

3. SikapSiswaterhadapMasalah yang Disajikan ... 77

4. SikapSiswaterhadap Kehidupan Sehari-hari ... 78

H. Pembahasan Hasil Penelitian ... 80

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93

LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN A INSTRUMEN PENELITIAN ... 98

LAMPIRAN B ANALISIS HASIL UJI COBA INSTRUMEN TES KOMUNIKASI DAN PENALARAN ... 191

LAMPIRAN C PENGOLAHAN HASIL PENELITIAN ... 218

LAMPIRAN D UNSUR-UNSUR PENUNJANG PENELITIAN ... 274

LAMPIRAN E FOTO-FOTO PENELITIAN ... 281

(6)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 25

Tabel 3.1 Interpretasi Koefisien Validitas... 38

Tabel 3.2 Interpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas ... 38

Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Kesukaran ... 39

Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda ... 39

Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Analisis Butir Soal Kemampuan Komunikasi Matematis ... 40

Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Analisis Butir Soal Kemampuan Penalaran Matematis ... 40

Tabel 3.7 Penilaian untuk SoalKemampuan Komunikasi Matematis ... 41

Tabel 3.8 Penilaian untuk Soal Kemampuan Penalaran Matematis ... 42

Tabel 3.9 Kriteria Nilai Gain Ternormalisasi ... 44

Tabel 3.10 Hipotesis dan Jenis Uji Statistik ... 45

Tabel4.1 Nilai Pretestdan PosttestKemampuan Komunikasi Matematis SiswaKelas Berbasis Masalah dan Kelas Biasa ... 48

Tabel4.2 Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 50

(7)

xiv

Tabel4.4 Nilai thitungUji Perbedaan Dua Rata-rata Nilai Pretest Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Berbasis Masalah dan Kelas Biasa ... 53 Tabel4.5 Nilai Pretestdan PosttestKemampuan Penalaran Matematis

SiswaKelas Berbasis Masalah dan Kelas Biasa ... 54 Tabel4.6 Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest Kemampuan Penalaran

Matematis Siswa ... 56 Tabel4.7 Hasil Uji Homogenitas Nilai PretestKemampuan Penalaran

Matematis Siswa Kelas Berbasis Masalah dan Kelas Biasa ... 57 Tabel4.8 Nilai thitungUji Perbedaan Dua Rata-rata Nilai Pretest

Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Kelas Berbasis Masalah dan Kelas Biasa ... 58 Tabel 4.9 Gain Ternormalisasi Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Kelas Berbasis Masalah dan Kelas Biasa... 59 Tabel4.10 Hasil Uji Normalitas Nilai Gain Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa ... 61 Tabel4.11 Hasil Uji Homogenitas Nilai GainKemampuan Komunikasi

Matematis Kelas Berbasis Masalah dan Kelas Biasa ... 62 Tabel 4.12 Nilai thitung Uji Perbedaan Dua Rata-rata Nilai GainKemampuan

Komunikasi Matematis Siswa Kelas Berbasis Masalah dan Kelas Biasa ... 63 Tabel4.13 Gain Ternormalisasi Kemampuan Penalaran Matematis Siswa

(8)

xv

Tabel4.14 Hasil Uji Normalitas Nilai Gain Kemampuan Penalaran

Matematis Siswa ... 67

Tabel4.15 Hasil Uji Homogenitas Nilai GainKemampuan Penalaran Matematis Siswa Kelas Berbasis Masalah dan Kelas Biasa ... 68

Tabel4.16 Nilai thitung Uji Perbedaan Dua Rata-rata Nilai GainKelas Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Berbasis Masalah dan Kelas Biasa ... 69

Tabel 4.17 Persentase Rataan Perkembangan Aktivitas Siswa terhadap Pembelajaran Berbasis Masalah ... 71

Tabel 4.18 Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Matematika ... 73

Tabel 4.19 Sikap Siswa terhadap Model Pembelajaran ... 74

Tabel 4.20 Sikap Siswa terhadap Masalah yang Disajikan ... 77

Tabel 4.21 Sikap Siswa terhadap Kehidupan Sehari-hari ... 79

(9)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Diagram ProsedurPenelitian ... 46 Gambar4.1 Diagram Batang Nilai Rata-rata Pretest dan Posttest

Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 49 Gambar4.2 Diagram Batang Nilai Rata-rata Pretest dan Posttest

Kemampuan Penalaran Matematis Siswa ... 54 Gambar4.3 Diagram Batang Nilai Rata-rata Gain Kemampuan

Komunikasi Matematis Siswa ... 59 Gambar4.4 Diagram Batang Nilai Rata-rata Gain Kemampuan Penalaran

Matematis Siswa ... 65 Gambar 4.5 Sebagian Jawaban Siswa dalam Menyelesaikan Soal

(10)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A INSTRUMEN PENELITIAN... 98

A.1 RPP danLembar Kerja Siswa ... 99

A.2 Kisi-kisiSoalKemampuan Komunikasi ... 159

A.3 Kisi-kisiSoalKemampuan Penalaran ... 161

A.4 Kunci JawabanTes Kemampuan Komunikasi ... 165

A.5 Kunci JawabanTes Kemampuan Penalaran ... 169

A.6 Format Observasi Aktivitas dalam Pembelajaran ... 173

A.7 Kisi-Kisi AngketSikap Siswa ... 187

A.8 Jurnal Siswa ... 190

LAMPIRAN B ANALISIS HASIL UJI COBA TES KEMAMPUANKOMUNIKASI DAN PENALARAN . 191 B.1 ... PerhitunganHasilUjiCo B.2 ... PerhitunganHasilUjiCo LAMPIRAN C PENGOLAHAN DATA PENELITIAN ... 218

(11)

xviii

C.2 Deskripsi Statistik Nilai Pretest Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Berbasis Masalah dan Kelas Biasa ... 230 C.3 Hasil Uji Normalitas Pretest Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa Kelas Berbasis Masalah dan Kelas Biasa ... 232 C.4 Hasil Uji Homogenitas dan Uji Beda Rata-rata Nilai

Pretest Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Kelas Berbasis Masalah dan Kelas Biasa ... 234 C.5 Deskripsi Statistik Nilai Pretest Kemampuan

Penalaran Matematis Siswa Kelas Berbasis Masalah dan Kelas Biasa ... 235 C.6 Hasil Uji Normalitas Pretest Kemampuan Penalaran

Matematis Siswa Kelas Berbasis Masalah dan Kelas Biasa ... 236 C.7 Hasil Uji Homogenitas dan Uji Beda Rata-rata Nilai

Pretest Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Kelas

Berbasis Masalah dan Kelas Biasa ... 239 C.8 Gain Ternormalisasi Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa Kelas Berbasis Masalah ... 240 C.9 Gain Ternormalisasi Kemampuan Komunikasi

(12)

xix

C.10 Hasil Uji Normalitas Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Berbasis Masalah dan Kelas Biasa ... 242 C.11 Hasil Uji Homogenitas dan Uji Beda Rata-rata Nilai

Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas

Berbasis Masalah dan Kelas Biasa ... 244 C.12 Gain Ternormalisasi Kemampuan Penalaran

Matematis Siswa Kelas Berbasis Masalah ... 245 C.13 Gain Ternormalisasi Kemampuan Penalaran

Matematis Siswa Kelas Biasa ... 246 C.14 Hasil Uji Normalitas Gain Kemampuan Penalaran

Matematis Siswa Kelas Berbasis Masalah dan Kelas Biasa ... 247 C.15 Hasil Uji Homogenitas dan Uji Beda Rata-rata Nilai

Gain Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Kelas Berbasis Masalah dan Kelas Biasa ... 249 C.16 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran

Berbasis Masalah ... 250 C.17 Hasil Angket Sikap Siswa Kelas Eksperimen terhadap

Pembelajaran Berbasis Masalah ... 251 C.18 Sebagian Jawaban Siswa dalam Menyelesaikan Tes

(13)

xx

D.1 SK Pembimbing ... 275 D.2 JadwalKegiatan Penelitian ... 277 D.3 Permohonan Izin melakukan Studi Lapangan/Observasi 278 D.4 Surat Keterangan Penelitian ... 279 D.5 Surat Keterangan ... 280 LAMPIRAN E FOTO-FOTO PENELITIAN ... 281

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang semakin pesat baik langsung ataupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan.Oleh karena itu, mutu pendidikan harus ditingkatkan. Dalam rangka usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan khususnya pendidikan yang bertujuan kepada penguasaan teknologi informasi dan komunikasidiperlukan penyediaan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan dalammenghadapi perubahan keadaan yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran yang logis, kritis, sistematis,rasional, cermat, jujur, dan efektif serta berpikir objektif terbuka dan bekerjasama memecahkan masalah secara kreatif. Cara berpikir seperti itu dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika.Hal ini dimungkinkan karena matematika memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas antara yang satu dengan yang lainnya.Di samping itu matematika merupakan alat yang dapat memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan melalui generalisasi ataupun menjelaskan ide-ide matematiske dalam bentuk tulisan, gambar, atau model matematis.

Depdiknas (2006: 346) menyatakan tujuan pembelajaran matematika menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah: (1)memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma secara akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah;

(15)

2

(2)menggunakan penalaran pada pola dan sikap, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi merancang metode matematika, menyelesaikan dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan, simbol, tabel, dan diagram untuk memperjelas keadaan suatu masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika, rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika.

Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika tersebut terdapat kemampuan komunikasi dan penalaran yang merupakan bagian kurikulum matematika yang sangat penting ditumbuhkembangkan di kalangan siswa dan memberikan andil pada siswa dalam mengembangkan dan meningkatkan prestasi belajar, karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannyasiswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

(16)

3

bahasa dan bahasa tersebut sebagai bahasa terbaik dalam komunitasnya, sehingga komunikasi merupakan bagian yang esensial dari pembelajaran dan pengevaluasian hasil belajar matematika.

Selain kemampuankomunikasi, kemampuan penalaran matematis dalam pembelajaran matematika juga penting untuk diperhatikan. Sumarmo (1987) melakukan penelitian tentang penalaran logis siswa SMU, satu dari temuannya adalah terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan penalaran logis siswa dengan kemampuan pemahaman matematis. Selanjutnya Suryadi (2005) menyatakan bahwa pembelajaran yang lebih menekankan pada aktivitas penalaran dan pemecahan masalah sangat erat kaitannya dengan pencapaian prestasi siswa yang tinggi,sedangkan Baskoro (Ester, 2007: 80) menyarankan bahwa pembelajaran di sekolah hendaknya membuat siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi (reasoning) baik secara kritis, sistematis maupun logis sejalan dengan perubahan yang terjadi di masyarakat yang menuntut siswa menguasai pengetahuan baru maupun kemampuan (skill) baru.

(17)

4

matematika itu prestasinya cenderung tinggi dan sebaliknya orang yang tidak menyukai matematika itu prestasinya cenderung rendah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi, kemampuan penalaran, dan sikap siswa terhadap matematika merupakan faktor yang sangat penting terhadap peningkatan prestasi belajar dan perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa.

Prestasi siswa dalam belajar matematika yang merupakan salah satu indikator keberhasilan belajar masih menjadi suatu permasalahan. Hasil penelitian Suryadi (2005) menemukan bahwa siswa kelas dua SMP di kota dan kabupaten Bandung mengalami kesulitan dalam mengajukan argumentasi serta menemukan pola dan pengajuan bentuk umumnya. Di tingkat Internasional laporan The Third International Mathematics Science Study (TIMSS) tahun 1999 (Herman, 2006)

(18)

5

Rendahnya prestasi belajar matematika salah satunya disebabkan oleh faktor siswa dan guru.Faktor siswa yaitu siswa mengalami masalah secara komprehensif atau secara parsial dalam matematika, selain itu siswa belajar matematika belum bermakna, sehingga pengertian siswa tentang matematika sangat lemah.Juga faktor guru yaitu upaya guru ke arah peningkatan proses pembelajaran belum begitu optimal. Widdiharto (2004: 1) mengatakan bahwapembelajaran di SLTP cenderung text book oriented dan masih didominasi dengan pembelajaran yang terpusat pada guru serta kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa.

(19)

6

Di samping itu bagi kebanyakan siswa, pelajaran matematika masih dianggap pelajaran sulit, berat, dan menakutkan.Hal ini seperti diungkapkan oleh Wahyudin (1999: 253) matematika merupakan pelajaran yang sukar dipahami sehingga kurang diminati oleh sebagian siswa. Hal ini sama juga dikemukakan Ruseffendi (1988: 157) yang mengatakan bahwa terdapat banyak anak setelah belajar matematika bagian sederhana pun banyak yang dipahami secara keliru, matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar, ruwet, dan memperdayakan.

Ada beberapa faktor yang membuat siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika, sebagaimana dinyatakan oleh Friasmansyah (2010: 2) bahwa banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mencapai hasil belajar sebagaimana yang diharapkan, seperti: (1) siswa jarang bertanya, karena kebanyakan siswa tidak tahu dan tidak mengerti apa yang ditanyakan; (2) siswa jarang memberikan tanggapan, karena belum mampu menjelaskan ide-ide matematika dengan baik; (3) beberapa siswa mampu menyelesaikan soal matematika, tetapi kurang memahami makna yang terkandung di dalam soal tersebut; (4) masih banyak siswa yang tidak mampu membuat kesimpulan dari materi yang dipelajari.

(20)

7

menyebabkansiswa tidak tahu dan tidak mengerti apa yang ditanyakan, selain faktor komunikasi yang rendah, siswa pun tidak dilatih bernalar, tidak dirangsang untuk berpikir kritis, menganalisis, membuktikan sesuatu, menunjukan alasan-alasan, mencari tahu suatu hal yang saling berhubungan, membuat kesimpulan sehingga siswa jarang atau tidak memberikan tanggapan karena kurang memahami makna yang terkandung dalam pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas bahwa adanya gejala-gejala yang menunjukkan kesulitan belajar siswa, salah satu penyebabnya adalah aspek kemampuan komunikasi dan penalaran matematis siswa. Kondisi seperti ini tentunya kurang menguntungkan perkembangan dunia pendidikan.Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk dapat menciptakan pembelajaran matematika yang dapat melibatkan siswa secara aktif dan kreatif.Selain itu perlu adanya pergeseran kondisi pembelajaran, dalam hal ini pembelajaran matematika sebaiknya dipusatkan pada siswa untuk mengembangkan potensi dirinya, sehingga siswa aktif dalam menerima informasi dan menggunakan informasi tersebut.

(21)

8

guru, misalnya diskusi, ekspositori, penemuan, inquiry, permainan dan lain-lain. Akan tetapi dalam pelaksanaannya teknik dan strategi pembelajaran tersebut tidak dapat digunakan secara tunggal.

Salah satu pembelajaran yang memungkinkan dikembangkannya kemampuan komunikasi dan penalaran adalah pembelajaran berbasis masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat Rusman (2010: 245) bahwa salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan dikembangkannya keterampilan berpikir siswa (penalaran, komunikasi, dan koneksi) dalam memecahkan masalah adalah pembelajaran berbasis masalah.CIDR (2004) mengemukakan alasan mengapa digunakan pembelajaran berbasis masalah (PBM), adalah karena: (1) PBM menyiapkan siswa lebih baik untuk menerapkan pembelajaran (belajar) mereka pada situasi dunia nyata; (2) PBM memungkinkan siswa menjadi produsen pengetahuan, dari pada hanya konsumen; dan (3) PBM dapat membantu siswa mengembangkan komunikasi, penalaran, dan keterampilan berfikir kritis.

(22)

9

secara tertulis dalam bentuk gambar, menyusun bukti, memberikan alasan terhadap kebenaran solusi sampai memberikan suatu kesimpulan.

Pembelajaran berbasis masalah juga pada saat mempresentasikan hasil diskusinya diduga siswa dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan model, fakta, sifat, ataupun hubungan, membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi.

Keutamaan dari pembelajaran berbasis masalah yang membedakannya dari pembelajaran lain menurut Engel (Rochyani, 2004: 33) adalah (1) cummulative learning (pembelajaran kumulatif), suatu pembelajaran ditandai dengan

pemberian materi tidak dipelajari secara mendalam pada satu waktu, tetapi dipelajari secara berulang dan dalam level kompleksitas yang bertingkat sepanjang pembelajaran; (2) integrated learning (pembelajaran terpadu), subjek diperkenalkan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan masalah, tidak terpisah-pisah; (3) progressive in learning (kemajuan dalam pembelajaran), apa dan bagaimana siswa belajar mengenai perubahan seiring dengan perkembangan mereka; (4) consistency in learning (konsistensi dalam pembelajaran), tujuan dari pembelajaran ini direfleksikan dalam semua aspek, termasuk lingkungan pembelajaran di kelas.

(23)

10

Moffit (Ratnaningsih, 2003: 3) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat melibatkan siswa aktif secara optimal dalam pembelajaran, memungkinkan siswa melakukan eksplorasi, observasi, eksperimen, dan investigasi pemecahan masalah yang mengintegrasikan kompetensi dan konsep-konsep dasar dari berbagai ‘konten area’.

Berdasarkan pendapat Tan dan Moffit agar pembelajaran berbasis masalah berjalan secara optimal, perlu diciptakan suatu kondisi yang memungkinkan siswa lebih aktif dalam melakukan eksplorasi, observasi, eksperimen, investigasi, dan mengemukakan pendapat, saling membantu, mengembangkan kemampuan berpikirnyadalam menyelesaikan masalah melalui pembelajaran kooperatif. Slavin (Krismanto, 2004: 14) mengatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa bekerjasama saling membantu untuk menguasai bahan ajar.

(24)

11

Pembelajaran kooperatif memungkinkan keterlibatan tiap siswa sebagai anggota kelompok dalam usaha pencapaian tujuan pengajaran, tetapi guru tidak dapat memutuskan untuk memilih metode pengajaran hanya dengan pertimbangan tadi. Ruseffendi (1988: 347) menyatakan kita tidak dibenarkan memilih metode yang akan digunakan hanya karena kita menguasainya, tetapi harus memperhatikan tujuan yang akan dicapai, materi yang akan diajarkan, kondisi lingkungan, dan siswa sendiri.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Penalaran Matematis Siswa Madrasah TsanawiyahmelaluiPembelajaran Berbasis Masalah”. B. Rumusan Masalah

Penelitian ini merupakan penelitian yang difokuskan pada peningkatan kemampuan komunikasi dan penalaran matematis siswa yang belajar melalui pembelajaran berbasis masalah dan siswa yang belajar melalui pembelajaran biasa. Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka masalah yang akan diteliti dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswayang belajar melaluipembelajaran berbasis masalah dan siswa yang belajar melalui pembelajaran biasa?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan penalaran matematis siswayang belajar melaluipembelajaran berbasis masalah dan siswa yang belajar melalui pembelajaran biasa?

(25)

12

4. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran berbasis masalah? C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi dan penalaran matematis siswa antara siswa yang belajar melaluipembelajaran berbasis masalah dan siswa yang belajar melalui pembelajaran biasa. Secara khusus tujuan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswayang belajar melaluipembelajaran berbasis masalah dan siswa yang belajar melalui pembelajaran biasa;

2. Untukmengetahui peningkatan kemampuan penalaran matematis siswayang belajar melaluipembelajaran berbasis masalah dan siswa yang belajar melalui pembelajaran biasa;

3. Untukmenelaah aktivitas belajar siswa selama pembelajaran berbasis masalah; 4. Untukmengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran berbasis masalah. D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terutama:

(26)

13

2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pemilihan metode pembelajaran di sekolah sehingga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan penalaran;

3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pihak pengelola sebagai bentuk inovasi pembelajaran yang mendukung sistem pembelajaran yang telah ada;

4. Bagi peneliti, merupakan masukan dalam rangka mempersiapkan mahasiswa untuk menjadi guru sekolah menengah yang profesional.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terdapat pada rumusan masalah ini, perlu dikemukakan definisi operasional sebagai berikut:

1. Kemampuan komunikasi matematis siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah:

a. Menjelaskan ide, situasi dari suatu gambar yang diberikan dengan kata-kata sendiri dalam bentuk tulisan;

b. Menyatakan suatu situasi ke dalam bentuk model matematika; c. Menjelaskan suatu persoalan secara tertulis dalam bentuk gambar;

d. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi;

e. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika. 2. Kemampuan penalaran matematis siswa yang dimaksud dalam penelitian ini

(27)

14

a. Melakukan penarikan kesimpulanterhadap kebenaran solusi;

b. Menyusun bukti dan memberikan alasan terhadap kebenaran solusi; c. Menentukan kesimpulan dari suatu argumen dengan prinsip silogisme; d. Memberikan penjelasan dengan menggunakan model, fakta, sifat, ataupun

hubungan, menerapkan rumus pada kasus matematika, dan menarik kesimpulan.

3. Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pembelajaran yang menuntut aktivitas mental siswa secara optimal dalam memahami suatu konsep, prinsip, dan keterampilan matematis siswa melalui situasi atau masalah yang disajikan diawal pembelajaran dengan tahapan sebagai berikut:

a. Memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada siswa; b. Mengorganisasikan siswa untuk meneliti;

c. Membantu investigasi mandiri dan kelompok; d. Mengembangkan dan mempresentasikan hasil;

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah. F. Hipotesis

1. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswaMTs.yang belajar melalui pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripadasiswa yang belajar melalui pembelajaran biasa;

(28)
(29)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. DesainPenelitian

Penelitianinimerupakanpenelitianeksperimendenganpendekatankuantitatif dankualitatif.

Pendekatankuantitatifdigunakanuntukmemperolehgambarantentangkemampuanko munikasidanpenalaranmatematissiswadenganpembelajaranberbasismasalah. Pendekatankualitatifdigunakanuntukmemperolehgambaranaktivitas selama

pembelajaran berbasis masalah

dansikapsiswaterhadappembelajaranberbasismasalah.FraenkeldanWallen (1993) menyatakanbahwapenelitianeksperimenadalahpenelitian yang melihatpengaruh-pengaruhdarivariabelbebasterhadapsatuataulebihvariabel yang laindalamkondisi yang terkontrol.

Eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan desain kelompok kontrol non ekuivalen yang merupakan bagian dari bentuk kuasi-eksperimen. Ruseffendi (2005: 52) menyatakanpenggunaan desain dilakukan dengan pertimbangan bahwa kelas yang ada telah terbentuk sebelumnya sehingga tidak dilakukan lagi pengelompokan secara acak. Pembentukan kelas baru hanya akan menyebabkan kacaunya jadwal pelajaran yang telah ada di sekolah. Penelitian ini dilakukan pada siswa dari dua kelas yang memiliki kemampuan setara dengan pembelajaran yang berbeda. Kelas pertama

(30)

35

siswa belajar melaluipembelajaran berbasismasalah, sedangkan kelas kedua siswa belajar melalui pembelajaran biasa. Desain penelitian tersebut sebagai berikut:

DesainPenelitian

Kelas Berbasis Masalah O X O

Kelas Biasa O O

O= Pretestdanposttest (kemampuankomunikasidanpenalaranmatematis) X= Pembelajaranberbasismasalah

B. Deskripsi Subjek Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di MTs. Negeri Cipeundeuy Kabupaten Majalengka. MTs. Negeri Cipeundeuy adalah sebuah Madrasah yang didirikan tahun 1970berdiri di atastanah yang kemiringannyamencapai 20° karena keberadaan tanah yang merupakan lereng sebelah timur Gunung Cakrabuana.

Lokasikomplekspendidikaniniberada 8 km

dariarahtimurkotaKecamatanBantarujeg, 47 km

kearahselatandarikotaKabupatenMajalengkadan 127 km kearahtimurdariIbu Kota ProvinsiJawa Barat,dengan luas 1200 m2 dan beralamat di Jalan Raya Timur No. 003 Cipeundeuy Kecamatan Bantarujeg. Madrasah ini memiliki rombongan belajar sebanyak 14 kelas, yaitu kelas VII sebanyak 5 rombongan belajar, kelas VIII sebanyak 5 rombongan belajar, dan kelas IX sebanyak 4 rombongan belajar dengan jumlah siswa setiap kelasnya rata-rata 30 orang, sehingga jumlah keseluruhan siswa MTs. Negeri Cipeundeuy sebanyak 428 orang.

(31)

36

PNS/Guru tetap dan 20 orang guru honorer. Pendidikan guru-guru hampir seluruhnya S1, baru5 orang yang berpendidikan S2. Guru mata pelajaran matematika sebanyak 3 orang dan semuanya berpendidikan sarjana.SiswaMTs. Negeri Cipeundeuy pada umumnya berasal dari keluarga menengah ke bawah. C. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah siswa MTs.Negeri Cipeundeuy. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX MTs. Negeri Cipeundeuy Kabupaten Majalengka.dengan mengambil dua kelas, yaitu kelas IX C sebagai kelas berbasis masalah dan kelas IX A sebagai kelas biasa.Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2005: 54). Penentuan kelas berbasis masalah dan kelas biasa berdasarkan pertimbangan wali kelas dan guru mata pelajaran matematika yang mengajar dengan pertimbangan:

1. Penyebaran siswa tiap kelas merata ditinjau dari segi kemampuan akademiknya;

2. Wali kelas dan guru mata pelajaran matematika yang mengajar mengenali populasi dan mengetahui lokasi-lokasi masalah yang khas;

3. Mengambilkelas IX semester pertamaberdasarkanusiamereka rata-rata berusia

13-15 tahunmenurutteoriperkembangankognitifdari

(32)

37

Tidakterpilihnyasiswakelas VII dan VIII dikarenakansiswakelas VII dan VIII

usiamereka rata-rata

berusia12-13tahunmenurutteoriperkembangankognitifdari

Piagetberadapadatahapoperasikonkrit. Pada tahap ini siswa mulai dapat melakukan aktifitas mental melalui benda-benda kongkrit, tetapi masih didasarkan pada pengamatan dan pengalaman dengan benda-benda dalam dunia fisis, selain itu siswabarumengalamimasatransisidari SD sehinggalebihsulitdiarahkandankhawatirpenelitianinitidakberjalansebagaimana yang diharapkan.

D. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, digunakan tiga macam instrumen, yang terdiri dari: (1) soal tes kemampuan komunikasi dan penalaran matematis; (2)lembar observasi terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran;dan (3) angket sikap, untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran berbasis masalah.

1. Tes Kemampuan Komunikasidan Penalaran Matematis

(33)

38

Sebelum digunakan, soal tes kemampuan

komunikasidanpenalaranmatematis dikonsultasikan dengan pembimbing dan diujicobakan kepada siswaUji coba tes ini dilakukan kepada siswa-siswa yang sudah pernah mendapatkan materi bangun ruang sisi lengkung. Perhitungan validitas butir soal, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda digunakan perangkat lunak Anates versi 4.1 dan Microsoft Office Excel 2010.

[image:33.595.114.512.248.607.2]

Suatu alat evaluasi (instrumen) dikatakan valid bila alat tersebut mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Ruseffendi, 1991). Interpretasi mengenai besarnya koefisien validitas dalam penelitian ini menggunakan ukuran yang dibuat J.P.Guilford (Suherman, 2003) seperti pada Tabel3.1.

Tabel 3.1

InterpretasiKoefisienValiditas

Nilai Interpretasi

0,90 ≤rxy≤ 1,00 Sangattinggi

0,70 ≤rxy< 0,90 Tinggi (baik)

0,40 ≤rxy< 0,70 Sedang (cukup)

0,20 ≤rxy< 0,40 Rendah (kurang)

0,00 ≤rxy< 0,20 Sangatrendah

xy

r < 0,00 Tidak valid

Untukkoefisienreliabilitas yang

menyatakanderajatketerandalanalatevaluasidapatdigunakantolokukur yang dibuatolehGuilford (Suherman, 2003: 139) sepertipadaTabel3.2.

Tabel3.2

InterpretasiKoefisienKorelasiReliabilitas KoefisienKorelasi Interpretasi

(34)

39

0,40 ≤r11< 0,70 Reliabilitassedang 0,20 ≤r11< 0,40 Reliabilitasrendah

11

r < 0,20 Reliabilitassangatrendah HasilperhitunganTingkatKesukaran

(TK)diinterpretasikandenganmenggunakankriteriatingkatkesukaranbutirsoal yang dikemukakanolehSuherman (2003: 70) sepertipadaTabel3.3.

Tabel3.3

Kriteria Tingkat Kesukaran IndeksKesukaran Interpretasi

TK= 0,00 Terlalusukar 0,00 <TK≤ 0,30 Sukar 0,30 <TK≤ 0,70 Sedang 0,70 < TK< 1,00 Mudah

TK = 1,00 Terlalumudah

HasilperhitunganDayaPembeda (DP),

kemudiandiinterpretasikandenganklasifikasi yang dikemukakanolehSuherman (2003: 161) sepertipadaTabel3.4.

Tabel3.4

KriteriaDayaPembeda DayaPembeda Interpretasi

(35)

40

[image:35.595.118.510.227.750.2]

Hasil perhitungan validitas butir soal, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda untuk tes komunikasi dan penalaran matematis disajikan seperti pada Tabel 3.5 dan Tabel 3.6.

Tabel 3.5

Hasil Perhitungan Analisis Butir Soal Kemampuan Komunikasi Matematis

No. Soal

Validitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran xy

r Kriteria DP Kriteria TK Kriteria

1a 0,878 Tinggi 50,00 Baik 71,88 Mudah 1b 0,867 Tinggi 59,38 Baik 57,81 Sedang 2a 0,830 Tinggi 50,00 Baik 59,38 Sedang 2b 0,855 Tinggi 46,88 Baik 35,94 Sedang 3a 0,778 Tinggi 46,88 Baik 48,44 Sedang 3b 0,775 Sedang 46,88 Baik 45,31 Sedang 4 0,878 Tinggi 43,75 Baik 28,13 Sukar

Reliabilitas Tes

11

r Kriteria

0,90 Sangat Tinggi

Tabel 3.6

Hasil Perhitungan Analisis Butir Soal Kemampuan PenalaranMatematis

No. Soal

Validitas Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran xy

r Kriteria DP Kriteria TK Kriteria

1 0,838 Tinggi 53,13 Baik 73,44 Mudah

2 0,850 Tinggi 56,25 Baik 53,13 Sedang

3a 0,808 Tinggi 50,00 B aik 50,00 Sedang

3b 0,912 Sangat Tinggi 53,13 Baik 29,69 Sukar

3c 0,797 Tinggi 40,63 Baik 29,69 Sukar

4a 0,918 Sangat Tinggi 71,88 Sangat Baik 64,06 Sedang

4b 0,803 Tinggi 53,13 Baik 48,44 Sedang

4c 0,818 Tinggi 40,63 Baik 35,94 Sedang

(36)

41

11

r Kriteria

0,95 Sangat Tinggi

Berdasarkan Tabel 3.5 dan Tabel 3.6 di atas,dapat dilihat bahwa rata-rata kedelapansoal tersebut mempunyai validitas tinggi. Artinya, semua soal mempunyai validitas yang baik. Untuk kriteria signifikansi dari korelasi pada Tabel di atas terlihat bahwa semua butir sangat signifikan, dan untuk daya pembeda, rata-rata interpretasinya baik, sedangkan tingkat kesukaran rata-rata bervariasi dengan tingkat kesukaran mudah sedang sukar, dengan demikian hasil analisis menunjukkan bahwa soal komunikasi dan penalaran matematis telah memenuhi karakteristik yang memadai untuk digunakan pada penelitian. Hasil lengkap uji coba, dapat dilihat pada Lampiran B.1 dan Lampiran B.2.

Untuk mengevaluasi kemampuan komunikasi dan penalaran matematis siswa, dilakukan penilaian terhadap jawaban siswa untuk setiap butir soal. Kriteria penilaian berpedoman pada acuan yang dikemukakan oleh Cai, Lane, dan Jacobsin melalui holistic scoring rubricsseperti pada Tabel3.7danTabel 3.8.

Tabel3.7

Penilaian untuk Soal Kemampuan Komunikasi Matematis

Nilai Respon siswa

0 Tidak ada jawaban/salah menginterpretasikan

1

Hanya sedikit dari penjelasan konsep, ide, atau persoalan dari suatu gambar yang diberikan dengan kata-kata sendiri dalam bentuk penulisan kalimat secara matematik dan gambar yang dilukis, yang benar

2

[image:36.595.108.518.227.742.2]
(37)

42

DiadopsiCai, Lane, dan Jacobsin (1996)

Tabel3.8

Penilaian untuk Soal Kemampuan Penalaran Matematis

Nilai ResponSiswaterhadapSoal

0 Siswatidakmenjawab 1

Siswadapatmenjawabsebagianpertanyaan, yang

diberikandengandenganmenggunakan data yang adapadasoaldengan kata-kata sendiri

2

Siswadapatmenjawabpertanyan yang diberikandenganmenggunakan data yang adadanpolaketeraturan yang disajikansoaldengan kata-kata sendiribaikkedalambentukgrafik, petakonsep, tabeldansebagainya

3

Siswadapatmenjawabpertanyaan yang diberikan,

meramalkankecenderungan yang adamenurut data tertentudengan kata-kata sendirikedalambentukgrafik, petakonsep, tabeldansebagainya

4

Jawabansiswalengkapdanbenar, meramalkankecenderungan yang adamenurut data tertentudengan kata-kata sendirikedalambentukgrafik,

petakonsep, tabel, dansebagainya,

siswajugamampumeramalkankecenderungan yang adamenurut data tertentudenganmengutarakankonsekuensidanimplikasi yang sejalandengankondisi yang digambarkan

DiadopsiCai, Lane, dan Jacobsin (1996) 2. Lembar Observasi

Lembarobervasidigunakanuntukmengukuraktivitassiswaselamapembelaja ranberlangsung.Data

observasiinidiperolehmelaluipengisianlembarobservasiaktivitassiswaselamapembe lajaranberbasismasalah.Adapun aktivitas siswa yang diobservasi berdasarkan indikator dari kemampuan komunikasi dan penalaran siswa.

3

Semua penjelasan dengan menggunakan gambar, fakta, dan hubungan dalam menyelesaikan soal, dijawab dengan lengkap dan benar namun mengandung sedikit kesalahan

(38)

43

3. AngketSikap

Angketsikapadalahlembaran yang

berisipertanyaan-pertanyaanuntukmengungkapkantentangcara-cara yang

seringdilakukandalampelajaranmatematika,

harapansiswadalambelajarmatematika,dantanggapanterhadapmetodepembelajaran yang seringditerima.Angket siswa dalam penelitian iniberhubungan dengantanggapansiswaterhadapmatematika,

tanggapansiswaterhadappembelajaranberbasismasalah, tanggapan siswaterhadapkomunikasidanpenalaranmatematis,

tanggapansiswaterhadapsoal-soal yang diberikan, dan

tanggapansiswaterhadapmanfaatmatematikadalamkehidupansehari-hari.

Angketsikap yang dipakaidalampenelitianiniadalahmetodeskalaLikert

(Ruseffendi, 2005:

135).Setiappernyataandilengkapiempatpilihanjawabanyaitusangatsetuju (SS), setuju (S), tidaksetuju (TS), dansangattidaksetuju (STS).Pemberian nilainya dibedakan antara pernyataan yang bersifat positif dengan pernyataan yang bersifatnegatif. Untuk pernyataan yang bersifat positif, pemberian skornya adalah SS diberi skor 4, S diberi skor 3, TS diberi skor 2, dan STS diberi skor 1, sedangkan untuk pernyataan negatif, pemberian skornya adalah SS diberi skor 1, S diberi skor 2, TS diberi skor 3, dan STS diberi skor 4.

(39)

44

klasifikasinya yaitu 62,5%. Bila persentase rataan skor seorang siswa lebih kecil dari 62,5%, artinya siswa mempunyai sikap negatif terhadap indikator dari angket sikap siswa, sedangkan bila persentase rataan skor seorang siswa lebih besar dari 62,5%, artinya siswa mempunyai sikap positif terhadap indikator dari angket sikap siswa.

E. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan usaha yang dilakukan peneliti untuk menyusun dan menggolongkan data dalam bentuk atau pola yang disesuaikan dengan fokus penelitian. Surakhmad (1998: 110) mengatakan mengolah data adalah usaha konkret untuk membuat data berbicara, betapapun besarnya jumlah data dan tingginya data terkumpul (sebagai fase pelaksanaan pengumpulan data). Apabila tidak tersusun dalam suatu organisasi dan diolah dengan sistematika yang baik niscaya data itu akan tetap merupakan bahan-bahan yang membisu.

Data dalam penelitian ini diperoleh dari nilai kemampuan komunikasimatematis, kemampuan penalaranmatematis, dan angket sikapyang dikelompokkan menurut kelompok pembelajaran. Pengolahan data diawali dengan menguji persyaratan statistik yang diperlukan sebagai dasar dalam pengujian hipotesis antara lain uji normalitas dan homogenitas baik terhadap bagian-bagiannya maupun secara keseluruhan. Besarnya peningkatan dihitung dengangainternormalisasi(normalized gain)=g yaitu:

(g) =

pretest skor

ideal skor

pretest skor

posttest skor

− −

(Meltzer, 2002)

(40)

45

Tabel3.9

KriteriaNilai Gain Ternormalisasi Nilai Gain Interpretasi

g> 0,7 Tinggi

0,3 <g≤ 0,7 Sedang

g≤ 0,3 Rendah

Selanjutnya dilakukan uji-tyang disesuaikan dengan permasalahan. Seluruh perhitungan dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16.0.

Tabel3.10,berikut menyajikan hipotesis dan jenis uji statistik yang digunakan dalam analisis data.

Tabel3.10

Hipotesis dan Jenis Uji Statistik

Hipotesis Penelitian Nomor

Hipotesis Jenis Uji Statistik

1. Peningkatan kemampuan

komunikasimatematissiswa MTs. yang

belajar

melaluipembelajaranberbasismasalahlebi

h baik dari siswa yang belajar melalui

pembelajaran biasa

1 Uji-t

2. Peningkatan kemampuan

penalaranmatematissiswa MTs. yang

belajar

melaluipembelajaranberbasismasalahlebi

h baik dari siswa yang belajar melalui

pembelajaran biasa

2 Uji-t

F. Prosedur penelitian

Penelitianinidilaksanakandenganlangkah-langkahsebagaiberikut: 1. Penyusunan proposal penelitian;

(41)

46

3. Melakukanujicobainstrumen; 4. Menganalisishasilujicobainstrumen;

5. Melakukanpretestpadakelasberbasis masalahdankelasbiasa;

6. Melaksanakanpembelajaranberbasismasalah di kelasberbasis masalahdanpembelajaranbiasadi kelasbiasa;

7. Melakukanobservasipadakelasberbasis masalahdisetiappembelajaran;

8. Memberikanangket sikapsiswasesudahpembelajaranselesaipadakelasberbasis masalah;

9. Melakukanposttestpadakelasberbasis masalahdankelasbiasa; 10.Menganalisis data danmembuatlaporan.

Prosedur penelitian yang dilakukan dikonversikan dalam bentuk Diagram3.1.

Pretest

Penyusunan proposal penelitian

Penyusunaninstrumend anbahan ajar

Pemilihansampelpeneli tian

Analisishasilujicoba Ujicobainstrumen

Perlakuanpadakelasbiasa (pembelajaranbiasa)

Perlakuanpadakelas berbasis masalah

(pembelajaranberbasismasalah)

(42)

47

Gambar 3.1

Diagram Prosedur Penelitian

[image:42.595.117.525.237.628.2]
(43)

91

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkanpembahasanpada Bab IV mengenaipeningkatan kemampuan komunikasidan penalaran matematissiswa MTs.yang belajar melaluipembelajaranberbasismasalahdan siswa yang belajar melalui pembelajaran biasa, diperolehkesimpulansebagaiberikut:

1. Peningkatan kemampuan komunikasimatematissiswa MTs. yang belajar melalui pembelajaranberbasismasalahlebih baik daripada siswa yang belajar melalui pembelajaran biasa;

2. Peningkatan kemampuan penalaranmatematissiswa MTs. yang belajar melaluipembelajaranberbasismasalahlebih baik daripada siswa yang belajar melalui pembelajaran biasa;

3. Pembelajaranberbasis masalahdapat membuat siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran yang dapat dilihat darisemangat siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan karena adanya saling membantu tiap anggota dalam kelompok, di samping itu pula dapat dilihat pada saat mengembangkandanmempresentasikanhasil mereka sangat antusias untuk mau mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya;

4. Pembelajaran berbasis masalah membuatsebagianbesarsiswamempunyaisikap yang positif terhadap matematika mereka tidak menganggap lagi matematika sebagai pelajaran yang sukar dan menakutkan;

(44)

92

5. Setelahmendapatkanpembelajaran, siswamenunjukkansikappositifterhadap pembelajaran berbasis masalah, soal-soal komunikasi dan penalaran matematis, dan manfaat matematika dalam kehidupan sehari-hari. Secaraumumdapatdikatakanbahwasiswamemperlihatkansikap yang positifterhadapkeseluruhanaspekpembelajaranberbasismasalah.

B. Saran

Berdasarkankesimpulan di atas, makapenulismengemukakanbeberapa saran sebagaiberikut:

1. Karena pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan penalaran matematis, dan sikap siswa terhadap pelajaran matematika positif, maka instansi terkait hendaknya mendukung sosialisasi pembelajaran berbasis masalah di sekolah melalui pendidikan dan latihan (diklat) guru matematika;

(45)

93

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah. (2002). Suatu Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Analogi Matematika.Bandung:Tesis Program Pascasarjana UPI. Tidak diterbitkan.

Asikin, M.

(2002).“MenumbuhkanKemampuanKomunikasiMatematikamelaluiPemb elajaranMatematikaRealistik”.JurnalMatematikaatauPembelajarannya(P rosiding Konferensi Nasional Matematika XI). 7, (Edisi Khusus), (492-496).

Azwar, S. (1995). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Budiningsih, A. (2005).Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Cai, J.L.danJakabcsin, M.S. (1996). The Role of Open-Ended Tasks and Holistic Scoring Rubrics: Assessing Students’ Mathematical Reasoning and Communication. Dalam Portia C. Elliot (Eds). Communication in Mathematics K-12 and Beyond. Virginia: NCTM.

CIDR Teaching and Learning Bulletin. (2004). Problem-Based Learning. [Online]. Vol7. (3). Tersedia:http://depts.washington.edu/cidrweb/ TeachingLearningBulletin.html.[ 15 Januari 2008].

Dahar, R.W. (1989). Teori – TeoriBelajar.Jakarta: Erlangga.

Darhim. (2004). Pengaruh Pembelajaran Matematika Kontekstual terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Sekolah Dasar. Bandung:Disertasi Program Pascasarjana UPI. Tidak diterbitkan.

DepartemenPendididikanNasional.(2006). Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan (KTSP). Jakarta: Depdiknas.

DepartemenPendididikanNasional.(2007). Model Silabus dan Rencana Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.

De Lange, J. (2004). Mathematical Literacy for Living from OECD-PISAPerspective. Paris: OECD-PISA.

(46)

94

Ester, R. (2007). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Think-Pair-square (TPS) Terhadap Peningkatan Kemanmpuan Pemahamn dan Komunikasi Matematis Siswa SMK. Bandung: Tesis Program Pascasarjana UPI.Tidak diterbitkan.

Fraenkel,J.R. danWallen, N.E.(1993).Second Edition.How to Design and Evaluate Research in Education. Singapore: Mc-Graw Hill International.

Friasmansyah, A. (2010).

PeningkatanKemampuanPenalarandanKomunikasiMatematsSiswakelas

XI Program IPS SMA KartikaSiliwangi 2

MelaluiPendekatanPembelajaranBerbantuan Autograph. Bandung: Tesis Program Pascasarjana UPI. Tidak diterbitkan.

Fruin, R. (2003). Problem-Based Learning: A Paradigm Shift or a Passing Pad? [Online]. Tersedia:http://www.utmb.edu/meo/f000003.htm. [24 Juni 2010].

Gardner, E. (1999). Inteligence Reframed Multifel Inteligences for the 21th Century. New York: Basic Books.

Haji, S.

(2005).PengaruhPendekatanMatematikaRealistikterhadapHasilBelajarM atematika di SekolahDasar.DisertasiProgram Pascasarjana UPI.Tidakditerbitkan.

Hake, R.R. (1999).AnalyzingChange/Gain Scores.[Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/∼sdi/Analyzingchange-Gain.pdf.

Hakiim, L. (2008). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. Herdian, (2010). Kemampuan Penalaran Matematika. [Online]. Tersedia:

http://herdy07.wordpress.com.[27 Mei 2010].

Herman, T. (2006). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP).Bandung:Disertasi Program Pascasarjana UPI. Tidak diterbitkan.

Hulukati, E. (2005).

MengembangkanKemampuanKomunikasidanPemecahanMasalahMatem

atikaSiswa SMP melalui Model

PembelajaranGeneratif.Bandung:Disertasi Program Pascasarjana UPI. Tidak diterbitkan.

(47)

95

Ibrahim, M. danNur, M. (2000). Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: UNESA University Press.

Jacob. C. (2002). Matematika sebagai Komunikasi. Prosiding Konferensi Nasional Matematika. Malang: Universitas Negeri Malang.

Krismanto, A.(2003). Beberapa Teknik Model dan Strategi dalam Pembelejaran Matematika. Yogyakarta: PPPG Matematika.

Kusmayadi. (2010). Pembelajaran Matematika Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Bandung: Tesis Program Pascasarjana UPI.Tidak diterbitkan.

Lindquist, M.M. dan Elliot, P.C. (1996).Comunication an Imperativr for Change: ac Opersation with Mary Lindquist. dalam P.C. Elliot dan M.J. Kenny (Eds). Yearbook Communication in Mathematics K-12 and Beyond. RestonVA: NCTM.

Matlin, M.W. (1994). Cognition.Third Edition. New York: Harcourt Brace Publishers.

Meltzer, D.E. (2002). Addendum to: The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible ”Hidden Variable” in Diagnostics Pretest Scores. Vol. 70. Page 1259-1268. [Online]. Tersedia:http://www.physics.iastate.edu/per/docs/ Addendum_on_normalizedgain.pdf#search=%22meltzer%2C%20022C% 20gain%2C%20a%20possible%20possible%20hidden20variable%22.[9 Oktober 2009].

Mullis.(2000). TIMMS 1999: International Mathematics Report. Boston: The International Study Center, Boston College, Lynch School of Education. NCTM. (1989). Curiculum and Evaluation Standards for School

Mathematics.Reston.VA:NCTM.

NCTM.(2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston. VA: NCTM.

Puspitasari, N. (2010). PembelajaranBerbasis Masalah dengan Strategi Kooperatif Jigsaw untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Koneksi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama.Bandung: Tesis Program Pascasarjana UPI. Tidak diterbitkan.

(48)

96

Ratnaningsih, N. (2003), MengembangkanKemampuanBerpikirMatematikSiswa SMU melaluiPembelajaranBerbasisMasalah.Bandung:Tesis Program Pascasarjana UPI. Tidak diterbitkan.

Ruseffendi, H.E.T. (1988). PengantarKepadaMembantu Guru MengembangkanKompetensinyadanPengajaranMatematikauntukMening katkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Ruseffendi,H.E.T. (1991).

PenilaianPendidikandanHasilBelajarSiswaKhususnyadalamPengajaran Matematika.Diktat.

Ruseffendi, H.E.T. (2005). Dasar-DasarPenelitianPendidikandanBidang Non-EksaktaLainnya.Cetakanke 4. Semarang: UNNES Press.

Rusman, (2010), Model-Model Pembelajaran.Bandung: MulyaMandiri Pers. Sanjaya, Hendi. (2007). Pembelajaran Berbasis Masalah melalui Model

Kooperatif Jigsaw untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMP. Bandung: Skripsi FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.

Santyasa, I.W. (2008). Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Kooperatif. Makalah PMIPA UNDIKSHA: Tidakditerbitkan.

Shadiq, F. (2007). Penalaran atau Reasoning Mengapa Perlu Dipelajari Para Siswa di Sekolah?[Online].Tersedia:http://fadjarp3g.files.wordpress. com/2007/09/okpenalarangerbang.pdf.[14 januari 2010].

Suherman, E. dkk. (2003). StrategiPembelajaranMatematikaKontemporer. FMIPA-JICA UPI Bandung: Tidakditerbitkan.

Sulaiman R, dkk. (2008). Contextual Teaching and LearningMatematikaSekolahMenengahPertama/Madrasah

TsanawiyahKelas IX Edisi 4, Jakarta: Depdiknas.

Sugiono.(2005), MemahamiPenelitianKualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyanto. (2010). Model-Model Pembelajaran Inovatif.Surakarta: Yuma Pustaka.

Sumantri, J.S. (1999). Filsafat IlmuSebuah Pengantar Populer.Jakarta: Sinar Harapan.

(49)

97

Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar.Bandung:Disertasi PPs IKIP.Tidak diterbitkan.

Sumarmo, U. (2002).

AlternatifPembelajaranMatematikauntukMendukungPelaksanaanKurikul umBerbasisKompetensi.MakalahpadaSeminar Tingkat Nasional FPMIPA UPI.Tidakditerbitkan.

Sumarmo, U. (2006). Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika pada Siswa Sekolah Menengah. FPMIPA UPI: Tidakditerbitkan.

Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Surakhmad, W. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode, dan Teknik, (Edisi ke-8). Bandung: Tarsito.

Suryadi, D. (2005) Penggunaan

PendekatanPembelajaranTidakLangsungsertaPendekatanGabunganLan gsungdanTidakLangsungdalamRangkaMeningkatkanKemampuanBerpiki rMatematik Tingkat TinggiSiswa SLTP.Bandung:Disertasi Program Pascasarjana UPI. Tidak diterbitkan.

Turmudi. (2009). Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika Berparadigma Eksploratif dan Investigatif.Jakarta: Leuser Cita Pustaka.

Uyanto, S.(2009).PedomanAnalisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: GrahaIlmu Wahyudin. (1999). Kemampuan Guru Matematika, Calon Guru Matematika, dan

Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika.Disertasi Program Pascasarjana UPI.Tidak diterbitkan.

Wahyudin. (2008). Pembelajaran dan Model-Model Pembelajaran: Pelengkap untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogis Para Guru dan Calon Guru Profesional. Bandung: Diktat Perkuliahan UPI.Tidakditerbitkan.

Wardani, S. (2002) Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika melalui Metode Kooperatif Tipe Jigsaw. Bandung: Tesis Program Pascasarjana UPI. Tidak diterbitkan.

Wena, M. (2010). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tujuan Konseptual Operasional.Jakarta: Bumi Aksara.

(50)

98

Gambar

Gambar  3.1    Diagram ProsedurPenelitian .......................................................
Tabel 3.1 InterpretasiKoefisienValiditas
Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Analisis Butir Soal
Tabel di atas terlihat bahwa semua butir sangat signifikan, dan untuk daya
+2

Referensi

Dokumen terkait

 Alat Kelengkapan lain yang diperlukan dan dibentuk oleh rapat paripurna Dalam DPR terdapat Fraksi yang merupakan wadah berhimpunnya para anggota dewan dan dibentuk untuk

Pada hari ini, Jumat tanggal Sembilan bulan Januari tahun Dua Ribu Lima Belas , dimulai pukul 09.30 WITA sampai selesai di Ruang Rapat Pengadilan Tinggi Agama

bahwa penerapan metode Role Playing sebagai wahana ekspresi siswa dalam pembelajaran IPS sudah terlihat baik yaitu dengan banyaknya siswa yang sudah mulai mampu

Menyiapkan instrumen penelitian yang dibuat berdasarkan pertanyaan penelitian dan data yang ingin diperoleh dalam penelitian, berupa lembar observasi aktivitas guru

Judul : Tata Cara Permohonan dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.. Ketua Program Studi Diploma III Dosen Pembimbing

Adapun permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah bagaimana kedudukan hukum daftar piutang sebagai jaminan fidusia, perlindungan hukum terhadap kreditur penerima

Diaken 4 : Marilah orang­orang berhikmat, berilah persembahanmu sebagai tanda ungkapan

Pembagian peran pada pasangan orientasi seksual sejenis yang memiliki komitmen marriage-like Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu1.