• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THE LEARNING CELL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK PADA SISWA SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THE LEARNING CELL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK PADA SISWA SMP."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

Dinda Meliana, 2013

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THE LEARNING CELL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK PADA SISWA SMP (Studi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 16 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Matematika

Oleh Dinda Meliana

0809095

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE THE LEARNING CELL

UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN KOMUNIKASI

MATEMATIK PADA SISWA SMP

Oleh Dinda Meliana

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam

© Dinda Meliana 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Dinda Meliana, 2013

LEMBAR PENGESAHAN

DINDA MELIANA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THE LEARNING CELL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK PADA SISWA SMP (Studi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 16 Bandung)

Disetujui dan disahkan oleh

Pembimbing I,

Drs. H. Erman Suherman, M.Pd. NIP. 194908041977021001

Pembimbing II,

Ririn Sispiyati, S.Si., M.Si. NIP. 198106282005012001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Matematika,

(4)

ABSTRAK

Dinda Meliana (0809095), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

The Learning Cell untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi

Matematik pada Siswa SMP.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya kemampuan komunikasi matematik siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell lebih baik daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran tradisional dan untuk mengetahui sikap siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell dalam pembelajaran matematika. Metode di dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yang terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan populasi di penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 16 Bandung, sementara sampel yang dipilih secara acak, yaitu kelas VIII-4 sebagai kelas kontrol, kelas VIII-6 sebagai kelas eksperimen. Desain penelitian yang digunakan adalah desain kelompok kontrol pretes-postes. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen tes berupa tes kemampuan komunikasi (pretes dan postes) dan instrumen non-tes, yaitu angket skala sikap model Likert dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Materi yang menjadi pokok bahasan adalah lingkaran. Hasil yang diperoleh setelah melakukan penelitian adalah peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell lebih baik daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran tradisional dan siswa menunjukkan sikap positif terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell dalam pembelajaran matematika.

(5)

i

Dinda Meliana, 2013

ABSTRACT

Dinda Meliana (0809095), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

The Learning Cell untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi

Matematik pada Siswa SMP.

This research based on the important ability of students communicating. The purpose of this research is to knowing the increasing of mathematical communicating ability of students who learn with the learning cell type of cooperative learning and to knowing the student’s attitudes who learn mathematics with the learning cell type of cooperative learning. Method in this research is experimental method, which is consist of two groups, they are the experimental group and control group, the population of this research is all students in VIII grade at SMP Negeri 16 Bandung, meanwhile after the samples are selected randomly, VIII-4 as the control class and VIII-6 as the experimental class. The design of this research is pretest-posttest group control design. The instruments that used on this research are test instrument that is communicating ability test (pretest and posttest) and non-test instrument that is questionnaire skala sikap with Likert model and observation sheet for teacher and students activity. The subject which is discussed is circle. The result of this research are the increasing of mathematical communicating ability of students who learn with the learning cell type of cooperative learning is much better than the students who learn with traditional learning and students show a positive response to the learn mathematics with the learning cell type of cooperative learning.

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Operasional ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Komunikasi Matematik ... 8

B. Model Pembelajaran Kooperatif ... 11

C. Pembelajaran Kooperatif Tipe The Learning Cell ... 14

D. Pembelajaran T radisional ... 18

(7)

vi

Dinda Meliana, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian ... 19

B. Populasi dan Sampel ... 20

C. Instrumen Penelitian ... 21

D. Perangkat Pembelajaran ... 28

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 29

F. Analisis Data... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 40

B. Pembahasan ... 53

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 61

B. Implikasi ... 61

C. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN ... 65

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif ... 13

Tabel 3.1 Kriteria Interpretasi Validitas Nilai rxy ... 23

Tabel 3.2 Interpretasi Validitas Butir Soal ... 23

Tabel 3.3 Kriteria Interpretasi Reliabilitas Nilai r11 ... 24

Tabel 3.4 Kriteria Interpretasi Daya Pembeda ... 26

Tabel 3.5 Interpretasi Daya Pembeda Tiap Butir Soal ... 26

Tabel 3.6 Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 27

Tabel 3.7 Interpretasi Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal ... 27

Tabel 3.8 Kriteria Indeks Gain ... 35

Tabel 3.9 Bobot Skor Pernyataan Angket ... 37

Tabel 3.10 Interpretasi Jawaban Angket Siswa ... 38

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Skor Pretes ... 41

Tabel 4.2 Uji Normalitas Data Pretes ... 43

Tabel 4.3 Uji Homogenitas Data Pretes ... 44

Tabel 4.4 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Pretes ... 45

Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Skor Postes ... 46

Tabel 4.6 Uji Normalitas Data Postes ... 47

Tabel 4.7 Uji Homogenitas Data Postes ... 48

Tabel 4.8 Uji Perbedaan Dua Rata-rata Postes ... 49

(9)

viii

Dinda Meliana, 2013

(10)

DAFTAR GAMBAR

(11)

x

Dinda Meliana, 2013

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A

A.1 Silabus Kelas Eksperimen ... 66

A.2 Silabus Kelas Kontrol ... 69

A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 72

A.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 96

A.5 Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ... 120

Lampiran B B.1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematik ... 135

B.2 Soal Pretes Kemampuan Komunikasi Matematik ... 140

B.3 Soal Postes Kemampuan Komunikasi Matematik ... 142

B.4 Angket Siswa ... 144

B.5 Lembar Observasi ... 146

Lampiran C 157 C.1 Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Komunikasi Matematik ... 148

C.2 Validitas Butir Soal ... 149

C.3 Reliabilitas ... 150

C.4 Indeks Kesukaran ... 151

C.5 Daya Pembeda ... 152

Lampiran D D.1 Contoh Jawaban Siswa ... 154

(12)

D.3 Contoh LKS ... 165

D.4 Contoh Lembar Observasi ... 178

Lampiran E E.1 Skor Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Kelas Eksperimen ... 186

E.2 Skor Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Kelas Kontrol ... 187

E.3 Langkah-langakah Uji Statistik dengan SPSS versi 17.0 ... 188

E.4 Hasil Uji Statistik dengan SPSS versi 17.0 ... 195

E.5 Skor Angket Siswa ... 213

E.6 Data Angket Siswa ... 214

Lampiran F F.1 Kartu Bimbingan ... 215

F.2 Surat Uji Instrumen ... 216

F.3 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Uji Instrumen ... 217

F.4 Surat Ijin Penelitian ... 218

F.5 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 219

(13)

1

Dinda Meliana, 2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Paling (Laia, 2009), matematika adalah suatu cara untuk menemukan suatu jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan pengetahuan tentang menghitung. Berdasarkan pendapat tersebut, bahwa matematika itu erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, karena penerapan matematika itu sendiri ditujukan agar siswa bisa berfikir, memecahkan suatu masalah, sehingga tidak akan bermakna jika tidak bisa dikomunikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sesuai yang diungkapkan dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran Matematika (Suherman, 2001) bahwa salah satu tujuan pembelajaran matematika, yaitu mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun peran dari pembelajaran matematika menurut Suherman (2001) adalah supaya siswa dapat berkomunikasi melalui tulisan atau gambar seperti membaca grafik dan persentase, dapat membuat catatan-catatan dengan angka, dan lain-lain. Hal ini pun sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika yaitu mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah (BSNP, 2006).

(14)

2

1. Within (Herdian, 2010) mengungkapkan bahwa kompetensi komunikasi sangat penting karena ketika siswa sudah menguasai kompetensi komunikasi maka siswa dapat menyatakan, menjelaskan, menggambarkan, mendengar, menanyakan dan bekerja sama dan dapat membawa siswa pada pemahaman yang mendalam tentang matematika. 2. Mahmudi (2009) mengatakan bahwa proses komunikasi yang terjalin

dengan baik dapat membantu siswa membangun pemahamannya terhadap

ide-ide matematika dan membuatnya menjadi lebih mudah dipahami.

3. KBK (Depdiknas, 2002) menyatakan bahwa salah satu kompetensi yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika yang berkaitan dengan keterampilam (kemahiran) matematika adalah kompetensi mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, grafik, atau diagram untuk memperjelas keadaan atau masalah serta pemecahannya.

4. Shadiq (2004) mengemukakan bahwa penalaran dan pemecahan masalah merupakan dua aktivitas berfikir yang harus dikomunikasikan secara lisan

ataupun tertulis sehingga dapat diketahui orang lain.

Namun, faktanya kemampuan komunikasi matematika siswa masih rendah, seperti:

1. Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) 1999 (2000) menunjukkan bahwa kemampuan matematika Indonesia berada pada urutan ke-34 dari 38 negara peserta dengan skor rata-rata kelas VIII SMP 403 dan skor rata-rata internasionalnya adalah 487.

(15)

3

Dinda Meliana, 2013

rata-rata kelas VIII SMP 397 dan skor rata-rata internasionalnya adalah 500.

3. Laporan hasil studi untuk TIMSS 2003 (PPPTK, 2011) menyebutkan bahwa siswa Indonesia lemah dalam mengerjakan soal-soal yang menuntut kemampuan pemecahan masalah, berargumentasi dan berkomunikasi yaitu hanya 3,0% saja dari siswa yang menjawab benar, sebanyak 4,6% siswa menjawab benar sebagian, sementara 92,4% siswa menjawab salah.

Rendahnya kemampuan komunikasi matematik siswa disebabkan oleh pembelajaran matematika masih terpengaruh oleh paradigma lama yang menempatkan guru sebagai pusat pembelajaran. Kenyataan ini telah diungkapkan oleh Ruseffendi (1991), bahwa matematika yang dipelajari siswa di sekolah sebagian besar tidak diperoleh melalui eksplorasi matematika, tetapi melalui pemberitahuan oleh guru. Hal ini sejalan dengan pendapat Suherman (2001) yang menyatakan bahwa pada umumnya guru masih mendominasi kelas dimana guru memberitahukan konsep dan siswa menerima bahan jadi.

(16)

4

percaya bahwa sebuah mata pelajaran baru benar-benar dikuasai ketika siswa mampu mengajarkannya kepada orang lain. Pengajaran sesama siswa memberi siswa kesempatan untuk mempelajari sesuatu dengan baik dan sekaligus menjadi narasumber bagi satu sama lain”. Silberman (Nadhifah, 2009) mengungkapkan bahwa proses mempelajari hal baru tentunya akan lebih efektif jika siswa dalam kondisi aktif. Di dalam kondisi aktif ini memungkinkan siswa untuk saling berkomunikasi satu sama lainnya.

The learning cell pertama kali dikembangkan oleh Goldschmid dari Swiss Federal Institute of Technology di Lausanne. Pembelajaran ini merupakan bentuk belajar kooperatif dalam bentuk berpasangan dan mengharuskan siswa mencari informasi, membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari materi yang akan dipelajari dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dirasakan perlu upaya untuk mengungkap apakah model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa. Dengan demikian, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe The Learning Cell

untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik pada Siswa

SMP”.

B. Rumusan Masalah

(17)

5

Dinda Meliana, 2013

1. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran tradisional?

2. Bagaimana sikap siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell dalam pembelajaran matematika?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell lebih baik daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran tradisional.

2. Mengetahui sikap siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell dalam pembelajaran matematika.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua pihak, diantaranya:

1. Bagi Guru

(18)

6

2. Bagi Siswa

Model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell ini dapat menjadi sarana belajar yang efektif dan memberikan pengalaman belajar.

3. Bagi Penulis

Laporan ini dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik pada siswa SMP.

E. Definisi Operasional

Beberapa istilah yang digunakan pada penelitian ini didefinisikan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas.

2. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan, memecahkan masalah atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama.

3. The learning cell adalah suatu bentuk belajar kooperatif dalam bentuk berpasangan dimana siswa bertanya dan menjawab pertanyaan secara bergantian berdasarkan materi bacaan yang sama.

(19)

7

Dinda Meliana, 2013

tulisan, atau diagram sehingga orang lain memahaminya. Indikator kemampuan komunikasi adalah:

a. Menyatakan suatu situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, idea, atau model matematik;

b. Menjelaskan idea, situasi, dan relasi matematika secara tulisan; c. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol

matematika;

d. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi;

e. Membaca dengan pemahaman suatu representasi matematis tertulis; f. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika;

g. Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraph matematika kedalam bahasa sendiri.

(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini yaitu mengetahui apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematik antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell lebih baik dari siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran tradisional. Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen (Ruseffendi, 2005: 32). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell dan variabel terikatnya kemampuan komunikasi matematik siswa.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kelompok kontrol pretes-postes. Desain pada penelitian ini disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

1) Penelitian ini melibatkan dua kelas, satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lagi sebagai kelas kontrol.

2) Kelas eksperimen adalah kelas yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell. 3) Kelas kontrol adalah kelas yang mendapatkan pembelajaran matematika

dengan model pembelajaran tradisional.

(21)

20

Dinda Meliana, 2013

Berikut merupakan gambaran desain kelompok kontrol pretest-postes (Ruseffendi, 2005 : 50).

Kelas Eksperimen : A O X O

Kelas Kontrol : A O O

Keterangan:

A : pengambilan sampel secara acak kelompok O : pretes atau postes.

X : pembelajaran kooperatif tipe the learning cell

B. Populasi dan Sampel

(22)

21

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen tes dan non-tes. Instrumen tes terdiri dari instrumen pretes dan postes. Instrumen nontes yang digunakan adalah skala sikap (sikap siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan) dan lembar observasi (perekaman terhadap proses pembelajaran).

1. Instrumen Tes

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan komunikasi siswa berupa tes awal (pretes) dan tes akhir (postes). Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa yang terdiri dari pretes dan postes. Pretes digunakan untuk mengetahui kemampuan awal komunikasi matematik siswa kelompok eksperimen dan kontrol sebelum mendapatkan perlakuan sedangkan postes bertujuan untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematik siswa setelah mendapat perlakuan berupa model pembelajaran.

Bentuk soal yang digunakan adalah uraian karena menuntut siswa untuk menyusun jawaban secara terurai dengan bahasa tulisan yang baik sehingga cara berpikir siswa akan terlihat. Adapun keunggulan soal uraian menurut Suherman (2003 : 77) adalah:

a. Pembuatan soal relatif lebih mudah dan dapat dibuat dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama.

(23)

22

Dinda Meliana, 2013

c. Proses pengerjaan tes akan menimbulkan kreativitas dan aktivitas positif siswa karena terhindar dari faktor tebak-tebakan.

Butir-butir soal dalam tes kemampuan komunikasi mencakup soal-soal yang menuntut siswa untuk mampu menyatakan suatu situasi atau gambar ke dalam bahasa matematika, mampu menjelaskan ide matematika secara tulisan, mampu menyusun argument, dan mampu membaca dengan pemahaman suatu representasi matematis tertulis.

Sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu diujicobakan kepada siswa yang telah mendapatkan materi yang diujicobakan. Sebelum dilakukan uji coba, instrumen tes dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Uji coba instrumen dilakukan kepada siswa kelas IX-8 SMP Negeri 16 Bandung. Hasil uji coba diolah menggunakan program Anates Uraian Ver 4.0.5 dan dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda instrumen tersebut.

a) Validitas soal

Suatu alat evaluasi dikatakan valid jika alat evaluasi tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi (Suherman, 2003:102). Cara untuk menentukan koefisien validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus korelasi produk-moment angka kasar (raw score), yaitu:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan :

(24)

23

X = Skor setiap butir soal masing-masing siswa Y = Skor total masing-masing siswa

N = Banyaknya subjek uji coba

Nilai dalam hal ini merupakan koefisien validitas, sehingga menurut J.P Guilford (Suherman, 2003: 113), kriterianya diinterpretasikan sebagai berikut.

Tabel 3. 1

Kriteria Interpretasi Validitas Nilai

Nilai Keterangan

Berdasarkan perhitungan dan intrepretasi dalam menentukan validitas butir soal, maka diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 3.2

(25)

24

Dinda Meliana, 2013

(Suherman, 2003:131). Hasil pengukuran akan tetap sama atau ajeg jika diberikan kepada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda.

Teknik yang digunakan dalam menentukan koefisien realibilitas yaitu dengan menggunakan formula Alpa-Cronbach’s (Suherman, 2003:154), yaitu:

Tolak ukur untuk menginterpretasikan koefisien realibilitas alat evaluasi dapat digunakan tolak ukur yang diungkapkan J.P Guilford (Suherman, 2003:139) adalah sebagai berikut.

Tabel 3.3

Kriteria Interpretasi Reliabilitas Nilai

Koefisien Reliabilitas Keterangan

Derajat reliabilitas sangat tinggi Derajat reliabilitas tinggi Derajat reliabilitas sedang Derajat reliabilitas rendah

(26)

25

Berdasarkan hasil pengolahan dari Anates Uraian, reliabilitas data hasil tes siswa adalah 0,42. Ini berati menurut kriteria dari koefisien reliabilitas termasuk derajat reliabilitas sedang.

c) Daya Pembeda

Daya pembeda merupakan sejauh mana tiap butir soal mampu membedakan antara siswa yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan siswa yang tidak dapat menjawab soal tersebut (Suherman, 2003:159).

Daya pembeda (DP) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Suherman, 2003: 160).

JB : jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

B

JB : jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan

benar

A

JS : jumlah siswa kelompok atas

(27)

26

Berdasarkan perhitungan dan intrepretasi dalam menentukan daya pembeda, maka diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 3.5

Interpretasi Daya Pembeda Tiap Butir Soal

Nomor Soal Daya Pembeda Interpretasi

1 0,21 Sedang

Indeks kesukaran adalah suatu bilangan yang menyatakan derajat kesukaran suatu butir soal. Rumus untuk menentukan indeks kesukaran butir soal sebagai berikut (Suherman, 2003:170).

Keterangan:

IK : indeks kesukaran

(28)

27

JBB : jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

JSA : jumlah siswa kelompok atas

JSB : jumlah siswa kelompok bawah

Klasifikasi indeks kesukaran yang digunakan adalah sebagai berikut (Suherman, 2003:170)

Tabel 3.6

Klasifikasi Indeks Kesukaran

Indeks Kesukaran (IK) Keterangan

IK = 0,00 Soal terlalu sukar 0,00 < IK  0,30 Soal sukar

0,30 < IK  0,70 Soal sedang 0,70 < IK < 1,00 Soal mudah

IK = 1,00 Soal terlalu mudah

Berdasarkan perhitungan dan intrepretasi dalam menentukan indeks kesukaran, maka diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 3.7

Interpretasi Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal

Nomor Soal IK Interpretasi

1 0,61 Sedang

(29)

28

Dinda Meliana, 2013

a. Skala Sikap

Skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert. Penggunaan skala sikap bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap proses pembelajaran yang dilakukan. Skala Likert meminta responden untuk menjawab pertanyaan dengan jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS) (Suherman, 2003 : 189).

b. Lembar Observasi

Observasi dilakukan saat pembelajaran berlangsung. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran, interaksi, dan keaktifan siswa, serta kejadian dan kegiatan pembelajaran. Selain itu, observasi ini digunakan untuk melihat aktivitas atau kinerja guru (peneliti) dalam proses pembelajaran sehingga diperoleh gambaran pembelajaran yang dilakukan termasuk kekurangan atau hambatan dalam proses pembelajaran.

D. Perangkat Pembelajaran

Pada penelitian ini digunakan perangkat pembelajaran yang terdiri atas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

(30)

29

pembelajaran di dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penyusunan RPP untuk kelas eksperimen disesuaikan dengan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell, sementara untuk kelas kontrol disesuaikan dengan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran tradisional. Untuk setiap kelas, peneliti menyusun masing-masing empat RPP.

2. Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS hanya diberikan kepada kelas eksperimen. LKS berisi tentang pokok bahasan lingkaran. Kelas kontrol tidak menggunakan LKS, tetapi hanya menggunakan buku paket yang sudah ada. Meski demikian, kedua kelas tersebut memperoleh materi yang sama.

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu sebagai berikut. 1. Tahap Persiapan

Dalam tahap persiapan dilakukan kegiatan pengkajian masalah dan studi literatur. Data-data yang dibutuhkan antara lain berkenaan dengan lokasi penelitian, materi ajar yang akan disampaikan, dan data awal lainnya yang diperlukan. Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah penyusunan proposal penelitian dan seminar proposal. 2. Tahap Pelaksanaan

(31)

30

Dinda Meliana, 2013

b. Menyusun instrumen penelitian (tes dan non-tes) dan bahan ajar

c. Menguji coba instrumen penelitian (tes) untuk kemudian dihitung validitas, realibilitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran.

d. Revisi instrumen jika terdapat kekurangan

e. Pemilihan sampel penelitian, baik kelompok eksperimen maupun kontrol

f. Pemberian pretes pada kelompok eksperimen dan kontrol untuk mengetahui kemampuan awal komunikasi matematik siswa

g. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe the learning cell untuk kelompok eksperimen dan pembelajaran tradisional untuk kelompok kontrol

h. Selama pembelajaran, peneliti menggunakan lembar observasi

i. Pemberian postes untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematik pada kelompok eksperimen dan kontrol setelah perlakuan. j. Pemberian angket untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran

kooperatif tipe the learning cell 3. Tahap Penyelesaian

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut. a. Pengumpulan data hasil penelitian

(32)

31

F. Analisis Data

Data dalam penelitian ini merupakan data berbentuk kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa tes, yaitu pretes dan postes sedangkan data kualitatif berupa skala sikap dan lembar observasi.

a. Pengolahan Data Kuantitatif

Data yang diperoleh dari hasil ujian siswa berupa pretes dan postes tergolong data kuantitatif. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.

Berikut penjelasan dari Gambar 3.1 Alur Pengujian Statistik Data Kuantitatif.

1. Analisis Data Skor Pretes

Analisis data skor pretes bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan awal komunikasi matematik antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sama atau tidak. Data yang dianalisis adalah data skor

Gambar 3.1

Alur Pengujian Statistik Data Kuantitatif

Kemampuan awal berbeda Analisis Data Skor Pretes

Analisis Data Skor Postes

Analisis Data Indeks Gain

(33)

32

Dinda Meliana, 2013

pretes dari kelas eksperimen dan data skor pretes dari kelas kontrol. Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1) Analisis Data Secara Deskriptif

Analisis data secara deskriptif dilakukan untuk mengetahui nilai maksimun, nilai minimum, mean, standar deviasi, dan variansi dari data hasil penelitian.

2) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Dalam uji normalitas ini digunakan uji Shapiro-Wilk pada taraf signifikansi 5%. Apabila data berasal dari populasi yang berdistribusi normal maka dilakukan uji homogenitas varians. Namun apabila data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal maka langsung dilakukan uji kesamaan dua rata-rata menggunakan uji Non-Parametrik Mann-Whitney.

3) Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah variansi populasi data yang diuji memiliki variansi yang homogen atau tidak. Dalam uji homogenitas varians ini digunakan uji Levene pada taraf signifikansi 5%.

4) Uji Kesamaan Dua Rata-rata

(34)

33

tidak. Untuk data yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji t. Sedangkan untuk data yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal tetapi tidak homogen, maka

pengujiannya dilakukan dengan menggunakan uji t’. Untuk data

yang berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal maka dilakukan pengujian menggunakan uji non-parametrik Mann-Whitney.

2. Analisis Data Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik

Jika kemampuan awal komunikasi matematik kedua kelas sama maka dilakukan analisis data postes untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematik, tetapi jika kemampuan awal berbeda, maka dilakukan analisis data indeks gain.

a) Analisis Data Postes

Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1) Analisis Data Secara Deskriptif

(35)

34

Dinda Meliana, 2013

2) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data postes kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Dalam uji normalitas ini digunakan uji Shapiro-Wilk pada taraf signifikansi 5%. Apabila data berasal dari populasi yang berdistribusi normal maka dilakukan uji homogenitas varians. Namun apabila data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal maka langsung dilakukan uji kesamaan dua rata-rata menggunakan uji Non-Parametrik Mann-Whitney. 3) Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah variansi populasi data yang diuji memiliki variansi yang homogen atau tidak. Dalam uji homogenitas varians ini digunakan uji Levene pada taraf signifikansi 5%.

4) Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematik kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk data yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji t. Sedangkan untuk data yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal tetapi tidak homogen,

(36)

35

Untuk data yang berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal maka dilakukan pengujian menggunakan uji non-parametrik Mann-Whitney.

b) Analisis Data Indeks Gain

Jika kemampuan awal komunikasi matematik kedua kelas berbeda maka dilakukan analisis data indeks gain untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematik.

Indeks gain dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

Hake (2007) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa kriteria indeks gain yang dinyatakan dalam Tabel 3.9 berikut.

Tabel 3.8

Kriteria Indeks Gain

Indeks gain Kriteria

Tinggi

Sedang

Rendah

Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1) Analisis Data Secara Deskriptif

(37)

36

Dinda Meliana, 2013

2) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data indeks gain kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Dalam uji normalitas ini digunakan uji Shapiro-Wilk pada taraf signifikansi 5%. Apabila data berasal dari populasi yang berdistribusi normal maka dilakukan uji homogenitas varians. Namun apabila data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal maka langsung dilakukan uji kesamaan dua rata-rata menggunakan uji Non-Parametrik Mann-Whitney.

3) Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah variansi populasi data yang diuji memiliki variansi yang homogen atau tidak. Dalam uji homogenitas varians ini digunakan uji Levene pada taraf signifikansi 5%.

4) Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematik kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk data yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji t. Sedangkan untuk data yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal tetapi tidak homogen, maka

(38)

37

yang berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal maka dilakukan pengujian menggunakan uji non-parametrik Mann-Whitney.

3. Analisis Kualitas Peningkatan Kemampuan Komunikasi

Matematik

Untuk mengetahui kualitas kemampuan komunikasi matematis siswa pada kedua kelas yaitu dengan melihat indeks gain. Indeks gain ini dihitung dengan menggunakan rumus indeks gain seperti pada penjelasan Analisis Data Indeks Gain.

b. Pengolahan Data Kualitatif

1. Pengolahan Data Angket

Data angket akan ditulis dalam tabel dengan data yang diubah menjadi data kuantitatif dengan mengunakan skala Likert.

Adapun menurut Suherman (2003, 190) pembobotan yang paling sering dipakai dalam mentransfer skala kualitatif kedalam skala kuantitatif, seperti yang disajikan dalam Tabel 3.10.

(39)

38

Dinda Meliana, 2013

Untuk pengolahan skor dan penafsirannya yaitu dengan menghitung rerata skor tersebut untuk setiap siswa pada setiap aspek dan rerata setiap aspek. Adapun kriteria penilaian menurut Suherman (2003, 191) adalah jika rerata diatas tiga kriterianya positif dan jika rerata dibawah tiga kriterianya negatif.

Untuk mengetahui interpretasi jawaban angket siswa, data dipersentasekan dengan menggunakan rumus perhitungan persentase sebagai berikut.

Keterangan:

p : persentase jawaban f : frekuensi jawaban n : banyak responden

Persentase yang diperoleh ditafsirkan berdasarkan kriteria Kuntjaraningrat (Yulianti, 2011: 58) sebagai berikut.

Tabel 3.10

Interpretasi Jawaban Angket Siswa

(40)

39

2. Pengolahan Lembar Observasi

(41)

61 Dinda Meliana, 2013

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengukuran, pengamatan, dan analisis data yang diperoleh selama penelitian pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell, maka peneliti mendapatkan beberapa kesimpulan dari penelitian ini diantaranya sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran tradisional.

2. Siswa menunjukkan sikap positif terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell dalam pembelajaran matematika.

B. Implikasi

(42)

62

C. Saran

Dalam penelitian ini, ada beberapa saran yang akan peneliti kemukakan, diantaranya sebagai berikut.

1. Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa

2. Pengaturan waktu harus sebaik mungkin agar proses pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Karena pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell sesungguhnya membutuhkan waktu yang cukup banyak sehingga perlu manajemen waktu yang baik.

(43)

63 Kompetensi Mata Pelajaran Matematika. Jakarta.

Goldschmid, B. dan Goldschmid, M. L. (1976). Peer Teaching in Higher

Education: A Review. [Online]. Tersedia:

http://www.fandm.edu/uploads/media_items/documents-departments-precepting-goldschmidteaching-pdf.original.pdf [15 September 2012] Hake, R. R. (2007). Design-Based Research in Physics Education Research: A

Review. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~hake/DBR-Physics3.pdf [20 September 2012]

Herdian. (2010). Kemampuan Komunikasi Matematika. [Online]. Tersedia:

http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-komunikasi-matematis/ [15 September 2012]

Laia, S. (2009). Peningkatan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa SMA melalui Pendekatan PAIKEM. Tesis pada PPS UPI. Bandung: tidak dipublikasikan

Mahmudi, A. (2009). Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal MIPMIPA UNHALU Volume 8, Nomor 1, Februari 2009, ISSN 1412-2318. Yogyakarta.

Nadhifah. (2009). Pengaruh Implementasi The Learning Cell terhadap Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di Kelas XI IPA SMA Islam Duduksampeyan Gresik. Surabaya: Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel.

Nasution. (2009). Berbagai Pendekatan dalam Proeses Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara

PPPTK. (2011). Instrumen Penilaian Hasil Belajar MAtematika SMP: Belajar dari PISA dan TIMSS.

(44)

64

Ruseffendi, E. T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito

Setiadi, Y. (2010). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa SMP melalui Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Think-Pair-Square. Tesis pada PPS UPI. Bandung: tidak dipublikasikan Shadiq, F. (2004). Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi. Yogyakarta:

Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah PPPG Matematika Suherman, E.,dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. UPI

Bandung: JICA FPMIPA-UPI

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA

Sumarmo, U. (2010). Berfikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan Pada Peserta Didik. [Online]. Tersedia: http://math.sps.upi.edu/wp-content/uploads/2010/02/BERFIKIR-DAN-DISPOSISI-MATEMATIK-SPS-2010.pdf [7 Februari 2011]

Suprijono, A. (2009). Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

TIMSS. (2000). International Mathematics Report, Finding from IEA’s Repeat of The Third International Mahematicsand Science Study at The Eight Grade. Lynch School of Education, Boston College: International Study Center ______. (2008). TIMMS 2007 Inernational Report, Finding from IEA’s Trends in

Mahematicsand Science Study at The Fourth and Eight Grade. Lynch School of Education, Boston College: TIMSS and PIRLS International Study Center

Gambar

Tabel 4.10 Daftar Persentase Kualitas Peningkatan Kemampuan Komunikasi
Gambar  3.1 Alur Pengujian Statistik Data Kuantitatif .....................................
Tabel 3. 1 Kriteria Interpretasi Validitas Nilai
Tabel 3.3 Kriteria Interpretasi Reliabilitas Nilai
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gagasan atau kata-kata orang lain digunakan tanpa memberi penghargaan atau pengakuan atas sumbernya. Plagiarisme dapat terjadi ketika mengajukan usul penelitian,

Ini jelas bukan suatu kebetulan , kalau di awal (Doha-jakarta) mungkin bisa dibilang agak kebetulan karena memang kursi penumpang nya penuh jadi beberapa orang harus

PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PAD A SISWA SEKOLAH D ASAR.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Memimpin dan mengoordinasikan kegiatan Bagian Tata Usaha serta menyusunperencanaan dan mengelola keuangan, kepegawaian, persuratan, kearsipan, barang

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Meningkatkan Kemampuan Berbicara pada Anak Tunagrahita Sedang melalui Media Gambar di SLB B-C YPLAB Kota Bandung

2010.Analisis Faktor Mempengaruhi Pemilihan Lokasi Terhadap Kesuksesan Usaha Jasa (Studi Pada Usaha Jasa Mikro Kampus Undip Pleburan).Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Dengan membuat suatu aplikasi perancangan penjualan villa dan penyewaan resort dengan menggunakan Visual Basic 6.0 serta Microsoft Access untuk databasenya, diharapkan dapat

Masalah belajar eksternal adalah masalah-masalah yang timbul dari luas diri siswa sendiri atau faktor-faktor eksternal yang menyebabkan kekurang beresan dalam belajar..