• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM BIMBINGAN BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MANDIRI PESERTA DIDIK PAKET B SETARA SMP : Pengembangan Program Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Mandiri Peserta Didik Paket B Setara SMP di PKBM Al-Ishlah Rangkasbitung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROGRAM BIMBINGAN BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MANDIRI PESERTA DIDIK PAKET B SETARA SMP : Pengembangan Program Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Mandiri Peserta Didik Paket B Setara SMP di PKBM Al-Ishlah Rangkasbitung."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN i

Lembar Pengesahan ii

Lembar Pengesahan iii

ABSTRAK iv

KATA PENGANTAR v UCAPAN TERIMA KASIH vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR LAMPIRAN xii BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 7

1. Tujuan Umum ... 7

2. Tujuan Khusus ... 7

D. Metode Penelitian ... 8

1. Action Reseach ... 8

2. Karakteristik Action Reseach ... 10

E. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 11

BAB II BIMBINGAN, MOTIVASI DAN BELAJAR... 12

A. Konsep dasar Teori 1. Pengertian Program ... 12

2. Bimbingan Belajar... 12

a. Pengertian Bimbingan ... 12

b. Layanan Bimbingan Belajar ... 17

c. Tujuan Bimbingan ... 18

d. Fungsi Bimbingan ... 19

e. Prinsip-prinsip Bimbingan ... 20

3. Motivasi Belajar ... 20

a. Pengertian Motivasi belajar... 20

b. Prinsip-prinsip Motivasi Belajar ... 27

(2)

d. Nilai Motivasi dalam Proses Belajar Mengajar ... 29

e. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar ... 30

4. Belajar ... 33

a. Pengertian Belajar ... 33

b. Jenis-jenis Belajar ... 36

c. Teori-teori Belajar ... 37

d. Prinsip-prinsip Belajar ... 52

e. Ciri- ciri Belajar ... 53

f. Faktor-faktor Belajar ... 54

5. Mandiri ... ... 56

a. Pengertian Mandiri ... 56

6. Belajar mandiri ... 57

a. Pengertian Belajar Mandiri ... ... 57

7. Keterkaitan Pengembangan Motivasi Belajar Mandiri Bimbingan Belajar dan Bimbingan dan Konseling (BK) ... 64

8. PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) ... 65

a. Konsep Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ... 65

b. Definisi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ... 70

c. Tujuan dan Tugas-tugas Pusat kegiatan Belajar Masyarakat ... 72

d. Fungsi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ... 72

e. Program-program yang Dikembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ... 75

BAB III METODE PENELITIAN ... 81

A. Metode Penelitian ... 81

B. Karakteristik Action Reseach ... 84

C. Lokasi dan Obyek Penelitian ... 86

D. Teknik Pengumpulan Data ... 87

1) Merumuskan Konstruksi Karakteristik yang Akan Diukur .. 89

2) Menyusun Kisi-kisi Tes ... 90

3) Proses Pengumpulan Data ... 104

(3)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 110

A. Gambaran Umum Motivasi Belajar Mandiri Peseta didik di PKBM Al-Ishlah Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak ... 110

B. Pengembangan Program Bimbingan Belajar untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Mandiri Peserta didik Paket B Setara SMP ... 116

1. Dasar Pemikiran/Rasional ... 116

2. Tujuan Program Bimbingan Belajar ... ... 118

3. Prinsip Program Bimbingan Belajar ... 119

4. Rencana Operasional ... 119

5. Materi Program ... 119

6. Teknik Bimbingan Belajar Untuk Motivasi Belajar Peserta didik ... 120

7. Penyelenggaraan Program Bimbingan Belajar ... 121

8. Persiapan dan Pelaksanaan Program Bimbingan Belajar ... 122

9. Sarana dan Prasarana Layanan Bimbingan Konseling ... 126

10. Evaluasi ... 126

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 128

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 135

A. Kesimpulan ... 135

B. Implikasi ... 136

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1990 dikatakan bahwa pendidikan dasar dituntut untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat dan mempersiapkan peserta yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah. Merujuk pada rumusan tujuan di atas, program pendidikan dasar sembilan tahun paling tidak membawa tiga sasaran utama, yakni: (1) persiapan menuju jenjang pendidikan menengah; (2) persiapan untuk hidup dalam masyarakat ; dan (3) untuk bekerja guna mencari nafkah, bagi mereka yang tidak melanjutkan. Dengan ketiga sasaran tersebut, maka pendidikan dasar dapat turut membantu meningkatkan martabat dan kualitas kehidupan peserta didik.

Dalam aspek kualitas, penyelenggaraan pendidikan dasar di Indonesia masih dihadapkan pada kesenjangan atau disparitas kualitas dan perolehan hasil pendidikan. Salah satu hasil penelitian yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, mengungkapkan bahwa “kesenjangan kualitas pendidikan dasar begitu luas dan kenyataan ini berkaitan dengan berbagai variabel sosial, ekonomi, dan lokasi geografis (Depdikbud, 1997:12). Oleh karena itu, arah pendidikan nasional sampai saat ini mengamanatkan pentingnya pemerataan kesempatan memperoleh layanan pendidikan (equality for education opportunity).

(5)

2

Melihat kondisi tersebut, dikhawatirkan program pemerintahan tentang wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun tidak tercapai secara maksimal. Salah satu upaya yang di lakukan pemerintah untuk mengatasinya adalah melalui pendidikan kesetaraan pada jalur pendidikan non formal yaitu program Paket B Setara SMP. khususnya di daerah terpencil, keterbatasan sosial, ekonomi, waktu kesempatan, geografi dan atau usia.

Model pembelajaran yang dikembangkan di Paket B dilaksanakan dengan tiga sistem pembelajaran. Pertama, dilaksanakan dalam sistem belajar tatap muka yang dilaksanakan di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) dengan fasilitator belajar oleh tutor. Kedua, dilaksanakan dalam sistem belajar mandiri dan ketiga belajar kelompok/modulan yang dilaksanakan di Tempat peserta didik secara bergilir dengan fasilitator tutor sebaya. (Dirjen PLSP, 2005: 1).

Bahan pembelajaran yang digunakan oleh peserta didik Paket B menggunakan modul khusus diperuntukan untuk Paket B yang telah disetarakan dengan materi SMP/MTs pada umumnya. Salah satu karakteristik utama dari sistem pembelajaran di Paket B setara SMP, adalah menuntut kemandirian peserta didik dalam belajar. Implikasinya bahwa peserta didik lebih dituntut untuk memiliki kematangan psikologis antara lain kesiapan mental untuk belajar mandiri, motivasi belajar tinggi, serta minat untuk menyelesaikan tugas-tugas pelajaran secara mandiri.

Gambaran tentang karakteristik pembelajaran di Paket B sebagaimana dijelaskan di atas, sesungguhnya menjadi persoalan tersendiri apabila dikaitkan dengan kondisi peserta didik pada umumnya. Input peserta didik Paket B, pada umumnya berasal dari keluarga dengan status Sosial Ekonomi yang kurang, pendidikan orang tua dan lingkungan yang kurang mendukung yang akibatnya memberikan dampak terhadap rendahnya motivasi belajar, orientasi belajar yang rendah, sementara tuntutan belajar Di Paket B, membutuhkan dukungan yang kuat, baik dari peserta didik sendiri maupun dari lingkungan keluarga dan masyarakat.

(6)

3

konseling; (c) pelaksanaan program bimbingan dan konseling menggunakan pola 17 dan pengadministrasiannya belum efektif; dan (d) pengawasan terhadap pelaksanaan program bimbingan dan konseling dilakukan oleh kepala madrasah dan pengawas bidang bimbingan dan konseling dari Dinas Pendidikan”.

“Sedangkan hasil penelitian terdahulu lainnya, yang berhubungan dengan program bimbingan dan konseling dalam meningkatkan motivasi belajar dinyatakan”

1. Untuk mendapatkan keyakinan empiris mengenai validitas dan relevansi substansi program bimbingan ini menumbuhkan motivasi belajar mandiri pada siswa, maka dalam tahap berikutnya dapat dilakukan uji lapangan tentang efektivitas program bimbingan yang dirumuskan.

2. Implementasi program bimbingan ini mempersyartakan adanya kerjasama antara guru BK dengan pihak-pihak terkait dalam penyelenggaraan SMP Terbuka. Disisi lain dukungan kebijakan pengelola SMP Terbuka dan sumber daya manusia (guru pamong dan guru bina serta orang tua) dipandang belum memiliki kompetensi yang memadai dalam melaksanakan fungsi bimbingan. 3. Profil motivasi belajar mandiri siswa SMP Terbuka tidak merata pada setiap

aspeknya. ( Hasil Penelitian di SMP Terbuka Kandang Haur Indramayu oleh Hasan Rohyadi, 2008)

Apabila dicermati dari karakteristik perkembangan peserta didik Paket B, terutama dalam belajar, mereka cenderung memerlukan dukungan dan perhatian yang intensif dari para orang tua dan lingkungan, pada kegiatan tatap muka antara peserta didik dan tutor akan berpengaruh terhadap adanya motivasi belajar bagi peserta didik. Akan tetapi hal ini kurang dirasakan oleh peserta didik Paket B, karena jadwal tatap muka terbatas namun mereka dituntut untuk belajar mandiri dalam mempelajari bahan pelajaran yang ada pada modul. Kondisi tersebut, apabila dikaitkan dengan karakteristik fase perkembangan belajar pada peserta didik Paket B, akan menimbulkan masalah dalam proses belajar, memungkinkan mereka kurang memiliki motivasi belajar yang tinggi.

(7)

4

tenaga (forces) atau daya (energiy), dan (2) suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan (Abin Syamsudin, 1990: 26).

Salah satu indikator seseorang memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar adalah dimilikinya ketabahan, keuletan dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan dan kesulitan mencapai tujuan belajar. Mencermati pola pembelajaran di Paket B, dimana peran serta tutor kurang dan peserta didik dituntut untuk belajar secara mandiri, dengan dimilikinya motivasi belajar pada peserta didik tersebut merupakan modal yang sangat penting dalam membentuk gaya belajar yang baik dan menghadapi kesulitan belajar yang dihadapinya. Pembentukan gaya belajar ini erat kaitannya dengan cara belajar yang efektif dalam mencapai tujuan belajar, sedangkan kemampuan mengatasi masalah menunjukan pada suatu cara dari peserta didik dalam memecahkan masalah dari kesulitan belajar yang dihadapinya. Kembali pada konsep dasar motivasi di atas, jelas bahwa secara prinsip bahwa dengan dimilikinya motivasi tersebut melahirkan suatu dorongan yang kuat dalam membentuk gaya belajar dan kemampuan untuk mengatasi kesulitan dalam belajar.

Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa intervensi lingkungan memiliki peranan yang strategis dalam hal ini, keberadaan layanan bimbingan dan konseling pada peserta didik Paket B, sebaiknya di arahkan pada upaya mendorong tumbuhnya motivasi belajar yang tinggi, sehingga peserta didik memiliki gaya belajar yang mandiri dan mampu mengatasi kesulitan yang di hadapi dalam belajarnya.

Mencermati betapa pentingnya motivasi belajar terhadap kebiasaan belajar, maka upaya untuk menumbuhkan motivasi belajar tersebut menjadi amat penting untuk ditumbuhkan pada diri peserta didik Paket B. Dalam hal ini, keberadaan layanan bimbingan dan konseling memiliki peranan yang sangat strategis dalam upaya menumbuhkan motivasi belajar pada peserta didik Paket B.

(8)

5

memadai terhadap peserta didik diharapkan layanan bimbingan dan konseling memiliki program yang rutin dan terarah.

Atas dasar pemikiran tersebut, maka bimbingan dan konseling yang diberikan harus sesuai dengan karakteristik ,serta situasi belajar yang dihadapi oleh peserta didik Paket B di PKBM. Mencermati permasalahan dan situasi belajar yang dihadapi oleh peserta didik Paket B sebagaimana dikemukakan di atas, maka bimbingan dan konseling bagi peningkatan motivasi belajar peserta didik Paket B merupakan sesuatu yang perlu dilaksanakan.

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari pemikiran dan fenomena yang telah dijelaskan dalam latar belakang, ternyata peserta didik Paket B yang hiterogen/majemuk baik dari usia, status sosial, ekonomi,adat istiadat serta tingkat motivasi belajar yang berpariasi pula dan sebagainya.

Di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) AL-Ishlah perlu diketahui sejauh mana motivasi yang dimilikinya dalam belajar mandiri. Bimbingan dan upaya para tutor/fasilitator dalam rangka meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Sistem pembelajaran di Paket B pada prinsipnya setara dengan sekolah formal pada umumnya. Ishak Abdulhak (1998: 7), mengidentifikasi empat aspek yang akan dijumpai dalam sistem pembelajaran di Paket B, Yaitu: (1) raw input, yaitu peserta didik dengan segala karakteristik yang dimilikinya, seperti motivasi belajar, gaya belajar, kapasitas intelegensi, bakat, minat, dan aspek-aspek lainnya, (2) kurikulum, adalah perangkat materi pembelajaran yang akan diberikan selama peserta didik mengalami proses pendidikan, (3) sarana prasarana, adalah dukungan sistem yang dimiliki sekolah yang dapat menunjang anak dalam belajar, dan (4) proses pembelajaran, yaitu interaksi edukatif antara tutor dengan peserta didik dalam melaksanakan ketercapaian kurikulum.

(9)

6

peserta didik dalam melaksanakan serangkaian tugas-tugas belajar. Kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik akan diupayakan dicari jalan pemecahannya apabila peserta didik tersebut memiliki motivasi belajar yang tinggi. Upaya pembentukan motivasi belajar peserta didik dapat dilakukan melalui intervensi bimbingan yang berangkat dari dasar-dasar konseptual dan temuan empiris.

Dengan memperhatikan aspek psikologi dan sosial kelompok masyarakat yang berbeda-beda, secara garis besar pembelajaran pada progran Paket B dapat dilakukan melalui beberapa metode berikut :

1. Metode Konstruktif

Merupakan metode yang sesuai dalam pengajaran dan pembelajaran berbasis kompetensi , dimana peserta didik membangun pengetahuannya dan dirinya sendiri. Peserta didik telah mempunyai ide tersendiri tentang suatu konsep yang belum dipelajari. Ide tersebut mungkin benar atau tidak. Tutor bertugas membetulkan konsep yang ada pada peserta didik atau untuk membentuk konsep baru.

2. Metode Kooperatif

Menggalakan peserta didik yang mempunyai kebolehan berinteraksi dan bekerjasama untuk menguasai suatu konsep atau keterampilan bukan saja untuk diri sendiri tetapi juga untuk rekan-rekan lain,serta memotivasi semua peserta didik.

3. Metode Interaktif

Suatu kaidah yang melibatkan interaksi antara tutor dan peserta didik, antar peserta didik, peserta didik dengan komputer, atau peserta didik dengan lingkungannya. 4. Metode Eksperimen

Proses pembelajaran yang menjalankan atau menyiasati tentang suatu fenomena yang berlaku dalam alam sekitar.

(10)

7

Secara khusus, rumusan masalah penelitian dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1). Bimbingan apa yang telah dilaksanakan di paket B setara SMP di PKBM Al-Ishlah Rangkasbitung?

2). Bagaimana tingkat motivasi belajar mandiri yang dimiliki oleh peserta didik paket B setara SMP di PKBM Al-Ishlah Rangkasbitung?

3). Upaya apa yang dilakukan tutor untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik paket B setara SMP di PKBM Al-Ishlah Rangkasbitung?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui layanan bimbingan belajar yang dibutuhkan oleh peserta didik Paket B Setara SMP dalam rangka untuk menumbuhkan motivasi belajar mandiri peserta didik. Yang memiliki nilai-nilai fungsional dan strategis pada kelompok belajar Paket B Setara SMP yang pembelajarannya memerlukan sikap kemandirian. Oleh sebab itu layanan bimbingan belajar secara kontinyu dan berkesinambungan diharapkan dapat membantu meningkatkan motivasi belajar mandiri bagi peserta didik Paket B Setara SMP di PKBM AL-Ishlah Rangkasbitung.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini untuk mengungkap secara langsung pembelajaran Paket B Setara SMP sebagai berikut :

1. Untuk mendapatkan fakta yang akurat tentang bimbingan belajar yang dilaksanakan di paket B setara SMP di PKBM Al-Ishlah Rangkasbitung.

(11)

8

D. Metode Penelitian

1. Action Research

Dalam penelitian ini menggunakan Action Research ,sesuai dengan arti katanya, diterjemahkan menjadi penelitian tindakan; yang oleh Carr&Kemmis (McNiff, 1991, p.2) didefinisikan sebagai berikut. Action Research is a form of self-reflective enquiri undertaken by participants (teachers, studens or principals,for example) in social justice of (1) their own social or educationals practices,(2) their understanding of these practices,and (3) the situations (and institutions)in which the practices are carried out.

Jika dicermati pengertian tersebut secara seksama, kita akan menemukan sejumlah ide pokok sebagai berikut.

a. Penelitian tindakan adalah suatu bentuk inkuiri atau penyelidikan yang dilakukan melalui refleksi diri.

b. Penelitian tindakan dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang diteliti, seperti guru, Tutor , pamong,peserta didik, dan kepala sekolah.

c. Penelitian tindakan dilakukan dalam situasi sosial, termasuk situasi pendidikan dan Pembelajaran.

d. Tujuan penelitian tindakan adalah memperbaiki dasar pemikiran dan kepantasan dari praktik-praktik, pemahaman terhadap praktik , serta situasi atau lembaga tempat praktik belajar/ pembelajaran dilaksanakan.

Uraian di atas menunjukan bahwa action research merupakan sebuah upaya yang ditunjukan untuk memperbaiki keadaan (proses kerja) atau memecahkan masalah yang dihadapi. Disisi lain action research juga mencari kebenaran secara praktis, menurut filsafat paragmatisme.

(12)

9

Terdapat dua kunci yang satu diantaranya harus ada pada kegiatan action reseach, yaitu pemecahan masalah (problem solving), dan peningkatan (improving) kinerja sistem. Dengan demikian kehadiran action research harus dilandasi oleh satu atau lebih dua alasan berikut :

a) Dirasakan ada masalah pada sebuah sistem kerja (organisasi, masyarakat, atau keluarga);dan

b) Prestasi kerja (achievement) sistem kerja menurun atau tidak optimal.

Kedua kondisi itu bisa merupakan suatu kesinambungan, karena prestasi kerja menurun/tidak optimal disebabkan ada masalah pada komponen sistem atau interaksi antar komponen sistim kerja. Oleh sebab itu dalam action research terdapat tiga pihak yang perlu dilibatkan secara aktif, yaitu peneliti, praktisi dan khalayak sasaran, agar secara bersama-sama melakukan kegiatan untuk meningkatkan kinerja sistem atau memecahkan masalah.

(13)

10

resech sangat memperhatikan eksistensi kemanusiaan ; dan action reseach tidak mempersyaratkan adanya kemampuan metodologis yang rumit.

2. Karakteristik Action Reseach

Secara khusus Action Reseach memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Situsional. Praktis, dan secara langsung gayut (relevan) dengan situasi nyata dalam dunia kerja. Ia berkenaan dalam diagnosis suatu masalah dalam konteks tertentu dan usaha untuk memecahkan masalah dunia kerja yang bersangkutan.

b. Memberikan kerangka kerja yang teratur kepada pemecahan masalah. Action Reseach juga bersifat empiris dalam hal bahwa ia mengandalkan observasi nyata dan data perilaku, dan tidak lagi termasuk kajian panitia yang subjektif atau pendapat orang berdasarkan pengalaman masa lalunya.

c. Fleksibel dan adaptif, memungkinkan adanya perubahan selama masa perubahan dan mengabaikan pengontrolan karena lebih menekankan sifat tanggap dan pengujiancobaan dan pembaharuan di tempat kejadian.

d. Partisipatori, dimana peneliti atau anggota tim peneliti sendiri ambil bagian secara langsung atau tidak langsung dalam melaksanakan penelitiannya bersama khalayak sasaran.

e. Self-evaluatif, yaitu modifikasi secara kontinyu dievaluasi dalam situasi yang ada, yang tujuan akhirnya untuk meningkatkan praktik dalam cara tertentu bersama khalayak sasaran.

f. Dalam hal temuan penelitian memiliki validitas eksternal yang lemah. g. Penelitian dan pengambilan keputusan selalu dikelola secara desentralisasi

dan direguisi.

h. Kooperatif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi atas aksi antara peneliti, praktisi, dan khalayak sasaran.

i. Action reseach mengembangkan pemberdayaan, demokrasi, keadilan, kebebasan, dan kesmpatan partisifatif sebagai berikut.

(14)

11

- Mengembangkan potensi manusia

j. Menerapkan teori dalam skala kecil (terbatas). k. Mengutamakan pendekatan tindakan.

l. Mengembangkan suatu model,baik sebagian maupun menyeluruh.

E. Lokasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah peserta didik. Terampil/darjah2/VIII Paket B Setara PKBM SMP AL-Ishlah Rangkasbitung kabupaten Lebak populasi sebanyak 120 peserta didik. Dengan sampel sensus dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Dengan harapan membuat generalisasi kesalahan yang sangat kecil (Sugiyono 2007:85).

(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan dan mengembangkan program bimbingan dan konseling untuk meningkatkan motivasi belajar mandiri peserta didik paket B setara SMP. Dalam penelitian ini didasarkan pada analisis data dan kerangka konseptual tentang layanan bimbingan dan konseling pada peserta didik Paket B Setara SMP di PKBM Al-Ishlah. Sumber data yang menjadi rujukan dalam analisis data pada penelitian ini bersumber dari data lapangan tentang : (1) informasi tentang program bimbingan dan konseling yang dilaksanakan di paket B setara SMP. (2) informasi tentang tingkat motivasi belajar mandiri yang dimiliki peserta didik paket B setara SMP. (3) informasi tentang upaya yang dilakukan para tutor dalam rangka meningkatkan motivasi belajar peserta didik paket B setara SMP, seperti dalam hal layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan oleh Tutor BK, peranan yang dilakukan tutor BK dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar peserta didik dan layanan bimbingan dan konseling yang diharapkan peserta didik paket B setara SMP. Tentang data penelitian tersebut, peneliti berupaya mengelola dan memaknainya, sehinga dapat dijadikan sebagai dasar penelitian tindakan dalam merumuskan program bimbingan dan konseling untuk meningkatkan motivasi belajar mandiri peserta didik Paket B setara SMP.

Data dan informasi yang berkenaan dengan tujuan penelitian tersebut, dianalisa secara kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan SSPS V 12. Dengan demikian, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dan ActionResearch. Sehubungan dengan hal tersebut, Sudjana Ibrahim (1985: 64), menjelaskan bahwa “Penelitian Deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang dimana peneliti berusaha memotret peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatiannya untuk kemudian digambarkan sebagaimana mestinya.

(16)

social or educationals practices,(2) their understanding of these practices,and (3) the situations (and institutions)in which the practices are carried out.

Jika dicermati pengertian tersebut secara seksama, kita akan menemukan sejumlah ide pokok sebagai berikut.

1. Penelitian tindakan adalah suatu bentuk inkuiri atau penyelidikan yang dilakukan melalui refleksi diri.

2. Penelitian tindakan dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang diteliti, seperti guru,Tutor, pamong, peserta didik, dan kepala sekolah.

3. Penelitian tindakan dilakukan dalam situasi sosial,termasuk situasi pendidikan dan Pembelajaran.

4. Tujuan penelitian tindakan adalah memperbaiki dasar pemikiran dan kepantasan dari praktik-praktik,pemahaman terhadap praktik ,serta situasi atau lembaga tempat praktik belajar/ pembelajaran dilaksanakan.

Uraian diatas menunjukan bahwa action research merupakan sebuah upaya yang ditunjukan untuk memperbaiki keadaan (proses kerja) atau memecahkan masalah yang dihadapi.Disisi lain action research juga mencari kebenaran secara praktis,menurut filsafat paragmatisme.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa action research adalah kegiatan penelitian untuk mendapatkan kebenaran dan manfaat praktis dengan cara melakukan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif. Kolaborasi adalah adanya kerjasama antara berbagai disiplin ilmu, keahlian, dan propesi dalam memecahkan masalah.Sedangan partisipatif adalah dilibatkannya khalayak sasaran dalam mengidentifikasi masalah, merencanakan ,melaksanakan kegiatan,dan melakukan penilaian akhir.

Terdapat dua kunci yang satu diantaranya harus ada pada kegiatan action reseach,yaitu pemecahan masalah (problem solving), dan peningkatan (improving) kinerja sistem.Dengan demikian kehadiran action research harus dilandasi oleh satu atau lebih dua alasan berikut :

a. Dirasakan ada masalah pada sebuah sistem kerja (organisasi, masyarakat, atau keluarga);dan

b. Prestasi kerja (achievement) sistem kerja menurun atau tidak optimal.

(17)

dilibatkan secara aktif, yaitu peneliti, praktisi dan khalayak sasaran,agar secara bersama-sama melakukan kegiatan untuk meningkatkan kinerja sistem atau memecahkan masalah.

Alasan digunakan action research sebagai salah satu metode penelitian. Pertama adalah dilaksanakannya (oleh para peneliti dan praktisi) bahwa penelitian konvensional (formal riset) bergerak secara berjarak dengan pengalaman sehari-hari, bersifat non-kontekstual (baca: tekstual). Kedua, temuan riset formal sering gagal dalam memecahkan masalah yang bersifat kasus dan regional/lokal. Ketiga aplikasi temuan riset formal terlalu lama untuk dinikmati oleh subyek. Keempat proses riset formal sering bersifat ”dehumanistik” dimana memerlukan manusia sebagai objek pengamatan seakan-akan manusia itu adalah benda materil yang tidak punya jiwa dan perasaan. Kelima ada kebutuhan untuk segera dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat, organisasi, kelompok dan masyarakat;dimana pada sisi lain riset formal tidak bisa memenuhi kebutuhan ini. Ke enam, ada kebutuhan-kebutuhan untuk segera meningkatkan kinerja sistem. Dan ketujuh formal riset terlalu banyak membutuhkan “kemampuan” dimana tidak setiap orang bisa menguasainya. Berangkat dari ke tujuh alasan itu maka action research hadir sebagai jawabannya. Dimana action reseasrch bergerak secara tak berjarak bahkan melebur dengan pengalaman sehari-hari; action reserch dimaksudkan untuk memecahkan masalah secara kasusistis dan lokal; aflikasi temuan action reseach bersifat langsung dan telah terancang (build-in); action resech sangat memperhatikan eksistensi kemanusiaan ; dan action reseach tidak mempersyaratkan adanya kemampuan metodologis yang rumit.

B. Karakteristik Action Reseach

Secara khusus Action Reseach memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Situsional. Praktis, dan secara langsung gayut (relevan) dengan situasi nyata

dalam dunia kerja.Ia berkenaan dalam diagnosis suatu masalah dalam konteks tertentu dan usaha untuk memecahkan masalah dunia kerja yang bersangkutan. Memberikan kerangka kerja yang teratur kepada pemecahan masalah.Action

b. Reseach juga bersifat empiris dalam hal bahwa ia mengandalkan observasi nyata dan data perilaku, dan tidak lagi termasuk kajian panitia yang subjektif atau pendapat orang berdasarkan pengalaman masa lalunya.

c. Fleksibel dan adaptif, memungkinkan adanya perubahan selama masa perubahan dan mengabaikan pengontrolan karena lebih menekankan sifat tanggap dan pengujiancobaan dan pembaharuan di tempat kejadian.

(18)

khalayak sasaran.

e. Self-evaluatif, yaitu modifikasi secara kontinyu dievaluasi dalam situasi yang ada, yang tujuan akhirnya untuk meningkatkan praktik dalam cara tertentu bersama khalayak sasaran.

f. Dalam hal temuan penelitian memiliki validitas eksternal yang lemah. g. Penelitian dan pengambilan keputusan selalu dikelola secara desentralisasi

dan direguisi.

h. Kooperatif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi atas aksi antara peneliti, praktisi,dan khalayak sasaran.

i. Action reseach mengembangkan pemberdayaan, demokrasi, keadilan, kebebasan, dan kesempatan partisifatif sebagai berikut.

- Melibatkan masyarakat - Mengajarkan keadilan - Memberikan kebebasan

- Mengembangkan potensi manusia

j. Menerapkan teori dalam skala kecil (terbatas). k. Mengutamakan pendekatan tindakan.

l. Mengembangkan suatu model, baik sebagian maupun menyeluruh.

Tentang pendekatan penelitian kualitataif, dijelaskan oleh Nasution (1992: 5), bahwa “ Penelitian kualitatif pada hakikatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya”.

Secara rinci Bogdan dan Biklen (1982), Lincoln dan Guba (1985) dalam Meloeng (1988:4-8), menjelaskan ciri-ciri penelitian kualitatif sebagai berikut :

a. Penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah. b. Peneliti merupakan alat pengumpul data utama;

c. Menggunakan metode kualitatif; d. Analisa data secara induktif; e. Teori dasar (Grounded Theory);

f. Laporan yang berisi kutipan-kutipan data (secara deskriptif); g. Lebih mementingkan proses dari pada hasil;

(19)

j. Desain bersifat sementara;

k. Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.

Ciri-ciri yang senada tentang penelitian kualitatif dikemukakan oleh Nasution (1982: 9-12), yakni sebagai berikut : (1) sumber data ialah situasi wajar atau natural setting; (2) peneliti sebagai instrumen penelitian; (3) sangat deskriptif, (4) mementingkan proses maupun produk; (5) mencari makna dibelakang kelakuan atau perbuatan sehingga dapat memahami masalah suatu situasi; (6) mengutamakan data langsungatau firsthand; (7) menonjolkan rincian kontektual; (8) subyek yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti; (9) mengutamakan perspektif, artinya mementingkan responden; (10) verifikasi; (11) sampling yang purpossive; (12) menggunakan audit trial; (13) partisipasi tanpa menunggu; (14) mengadakan analisis sejak awal penelitian; dan (15) desain penelitian tampil dalam proses penelitian.

Berdasarkan pendapat tersebut diatas, bahwa penelitian yang berusaha mengamati perilaku orang dan memahami kehidupannya serta penafsirannya terhadap kehidupannya lebih tepat menggunakan penelitian secara kualitatif dimana peneliti secara langsung dapat berinteraksi dengan responden.

C. Lokasi dan Obyek Penelitian

Yang menjadi lokasi penelitian ini adalah peserta didik Paket B Setara SMP PKBM Al-Ishlah Rangkasbitung Kab. Lebak.Yang menjadi fokus penelitian dilokasi penelitian adalah motivasi belajar mandiri peserta didik Paket B Setara SMP, serta program bimbingan dan konseling yang dilaksanakan.

Terdapat perbedaan mendasar antara teknik sampling dalam penelitian kualitatif dengan teknik sampling dalam penelitian kuantitatif pada penelitian kualitatif sampel dipilih dari suatu populasi sehingga dapat digunakan untuk mengadakan generalisasi. Dengan cara seperti itu, maka sampel telah dianggap kuat mewakili ciri-ciri suatu populasi.

(20)

Sampel diambil secara purpossive (bertujuan), yaitu pengambilan subyek sebagai sampel penelitian yang didasarkan kepada adanya tujuan tertentu. Teknik sampling tersebut mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Lexy J. Moleong, 1988: 165-166) :

a) Sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu.

b) Pemilihan sampel secara berurutan, teknik “ Snowball Sampling”, dengan cara responden diminta menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi dan responden berikutnya diminta pula menunjuk lagi dan begitu seterusnya, sehingga makin lama sampling semakin banyak.

c) Penyesuaian berkelanjutan dari sampel. Pada mulanya setiap sampel dapat sama kegunaannya, pada saat informasi semakin banyak diperoleh dan semakin mengembangkan hipotesis kerja, sampel dipilih atas dasar fokus penelitian.

d) Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan, jika tidak ada lagi informasi yang dapat dijaring, maka penarikan sampel dihentikan.

Sampel penelitian ini adalah subyek yang memiliki berbagai karakteristik, unsur, nilai yang berkaitan dengan upaya untuk merumuskan program bimbingan dalam meningkatkan motivasi belajar mandiri pada peserta didik Paket B Setara SMP. Dengan demikian, maka objek penelitian di pokuskan pada peserta didik Terampil4/darjah 2/VIII Paket B Setara PKBM SMP AL-Ishlah Rangkasbitung kabupaten Lebak populasi sebanyak 120 peserta didik. Dengan sampel total yakni populasi seluruhnya menjadi objek penelitian.

.Subyek penelitian diatas dapat berkembang tergantung pada tujuan (considerance) informasi sesuai dengan data yang diperlukan sehingga mencapai ketuntasan.

Sejalan dengan maksud pengambilan subyek penelitian, Nasution (1982: 32-33), menjelaskan sebagai berikut :

Bahwa untuk memperoleh informasi tertentu, sampling dapat diteruskan sampai pada taraf Redadancy selanjutnya, artinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti, dengan kata lain sampel dianggap memadai bila tidak ditemukan pola tertentu dan informasi yang dikumpulkan pada saat ini.

D. Teknik Pengumpulan Data

(21)

Pendapat diatas, diperkuat pernyataan Nasution (1982: 55-56) tentang ciri-ciri manusia (peneliti) sebagai instrumrn penelitian, yaitu :

1) Peneliti sebagai alat peka dan dapat beraksi terhadap segala stimulus dan lingkungan yang harus diperkirakan bermakna;

2) Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka data sekaligus;

3) Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia;

4) Suatu situasi melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata-mata untuk memahami, kita perlu merasakan, menyelaminya berdasarkan penghayatan kita;

5) Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh dan menafsirkannya;

6) Hanya manusia sebagai instrumen yang dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan segera menggunakannya sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan dan penolakan. Sebagai alat untuk mengumpulkan data secara cermat dan lengkap dalam penelitian ini Peneliti menggunakan teknik dan alat pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, studi dokumentasi.

(1) Observasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek yang sedang diteliti yakni perilaku belajar pada peserta didik Paket B Setara SMP dan layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan di Paket B Al-Ishlah Kecamatan Rangkasbitung.

(2) Wawancara, yaitu melaksanakan tanya jawab tatap muka atau mengkompirmasikan subjek penelitian dengan menggunakan pedoman wawancara. Wawancara ini bertujuan untuk menggali data dan informasi dari subyek peneliti semua dengan permasalahannya.

(3) Studi dokumentasi, bertujuan untuk melengkapi data yang bersumberkan bukan dari manusia yang dapat mengecek kesesuaian data secara triangulasi.

(22)

Dalam merumuskan instrumen penelitian tentang motivasi belajar pada peserta didik Paket B Setara SMP dilakukan langkah-langkah yang merujuk pada perumusan konstruksi tes dari Furqon dan Rahmat (1987:12) sebagaimana di sajikan dalam uraian berikut.

1) Merumuskan Konstruksi Karakteristik yang Akan Diukur

Aspek yang diukur dalam konstruksi ini adalah motivasi belajar mandiri pada peserta didik Paket B Setara SMP. Dengan demikian, teori dasar yang digunakan untuk merumuskan konstruksi tes adalah tes tentang motivasi yang kemudian dikembangkan dalam konteks belajar mandiri.

Motivasi merupakan salah satu paktor psikologis yang sangat urgen bagi individu maupun kelompok dalam belajar dan aktivitas lainnya. Motivasi merupakan suasana psikhis didalam diri individu yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan, ((Natawidaja, 1992). Sejalan dengan batasan tersebut Soewondo, (1992:2), menyatakan bahwa motivasi merupakan energi yang mengarah perilaku individu dan menentukan kekuatan dari perilaku tersebut.

Surya (1997:73) mengatakan bahwa motivasi dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan dorongan untuk mewujudkan perilaku terarah kepada pencapaian tujuan tertentu pula. Dalam hal ini adalah perilaku belajar yang terjadi dalam situasi interaksi belajar mengajar dalam mencapai tujuan. Motif timbul karena adanya kebutuhan yang mendorong individu untuk melakukan tindakan yang terarah pada pencapaian suatu tujuan.

Dalam kaitannya dengan belajar mandiri dalam seting perilaku belajar pada peserta didik Paket B Setara SMP, maka konstruk motivasi belajar mandiri dapat dirumuskan sebagai suatu kekuatan atau energi yang dimiliki oleh peserta didik Paket B Setara SMP untuk menyelesaikan tugas-tugas belajar, seperti mengikuti belajar di kelompok belajar dan di PKBM, menyelesaikan tugas-tugas mandiri, dan melaksanakan Tes Akhir Pokok Bahasan, Tes Akhir Modul, dan Tes Semester.

2) Menyusun Kisi-kisi Tes

(23)

Tabel 1

Kisi-Kisi

Skala Penilaian motivasi Belajar mandiri

Paket B Setara SMP di PKBM AL-Ishlah

Tabel 1

Kisi-Kisi

Skala Penilaian motivasi Belajar mandiri

Paket B Setara SMP di PKBM AL-Ishlah

Variabel Aspek Indikator Pernyataan Keterangan

MOTIVASI

- Waktu yang saya gunakan dalam mempelajari modul

melebihi waktu yang dijadwalkan. - Saya senantiasa memanfaatkan waktu untuk belajar mandiri.

1,2

2. Frekuensi mengikuti belajar

tatap muka

- Saya senan tiasa untuk tidak bolos dalam mengikuti

- belajar tatap muka di PKBM. - Saya berusaha menghindar dari berbagai kegiatan tidak penting

(24)

mencapai tujuan (tomove,motion,motive)

yang mengganggu belajar. - Dalam 1 minggu saya belajar di PKBM 2 kali.

3. Persistensinya dalam

Mengikuti belajar tatap muka dan belajar

mandiri.

- Dalam mengikuti belajar mengajar saya senantiasa mengikuti jadwal yang sudah disepakati.

- Saya merasa senang belajar di Paket B karna sudah disetarakan dengan SMP.

6,7

4. Ketabahan, keuletan dan kemampuan untuk menghadapi kendala

menyelesaikan tugas- tugas mandiri.

- Walaupun waktu yang saya miliki terbatas, namun belajar di PKBM saya selalu datang lebih awal. - Saya mengikuti kegiatan bimbingan belajar.

- Saya aktif memperhatikan penjelasan tutor.

- Saya mencatat penjelasan tutor yang saya anggap penting. - Saya suka bertanya pada tutor apabila ada materi pelajaran yang kurang saya pahami.

(25)

- Saya senantiasa menyelesaikan soal-soal latihan dan evaluasi yang ada dalam modul,sesulit apapun soal yang harus dikerjakan. - Untuk menyelesaikan soal-soal latihan yang ada dalam

modul, saya mempelajari buku pelajaran yang digunakan di SMP biasa/Formal.

- Saya senang mendiskusikan dengan teman-teman dan orang tua dalam menyelesaikan soal-soal latihan yang sulit dikerjakan sendiri. - Saya berusaha keras untuk menyelesaikan tugas-tugas yang kata peserta didik lain sulit. - Saya mengerjakan tugas yang diberikan tutor harus lebih baik dari peserta didik lain. - Saya berusaha menyelesaikan tugas-tugas tepat pada waktunya.

(26)

- Saya mendiskusikan materi pelajaran yang dianggap sulit dengan teman.

5. Pengabdian dan pengorbanan dalam mengikuti belajar tatap muka dan menyelesaikan tugas mandiri.

- Meskipun jarak dari rumah dengan PKBM jauh, saya tetap semangat untuk mengikuti belajar tatap muka.

- Saya berupaya menyisihkan uang jajan untuk membeli buku bacaan tambahan guna untuk menambah wawasan dan pengetahuan. - Menurut saya,belajar di Paket B merupakan jalan terbaik untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan dari pada tidak sama sekali.

20,21,22

6. Tingkat aspirasi yang hendak dicapai

dalam mengikuti Paket B.

- Setelah tamat Paket B,saya bercita- cita untuk melanjutkan ke Paket C. - Belajar Paket B dapat

menumbuhkan rasa percaya diri dalam bergaul di masyarakat.

(27)

- Prestasi belajar yang telah dicapai cukup membanggakan bagi saya dan keluarga .

7. Prestasi belajar yang dicapai dalam

mengikuti

pendidikan di Paket B.

- Jawaban soal-soal yang saya kerjakan sering dicontoh oleh teman-teman.

- Dalam mengerjakan soal-soal latihan, saya selalu berupaya agar mendapat hasil yang maksimal dan tepat waktu.

- Saya mengajak teman-teman untuk belajar mengerjakan soal-soal ujian yang sulit.

26,27,28

8. Arah sikap dalam mengikuti

pendidikan di Paket B.

- Belajar di Paket B harus dilaksanakan dengan sungguh- sungguh karena sangat bermanfaat bagi kehidupan dimasa yang akan datang.

- Belajar di Paket B bagi saya merupakan kesempatan yang sangat baik untuk di ikuti dalam

(28)

meningkatkan ilmu

pengetahuan dan keterampilan. 5. Self-Directed Learning

6. Self- Teaching

7. Autonomous Learning 8. Voluntary Learning

1. Pemberian angka atau nilai

- Tutor memberikan nilai setiap pekerjaan peserta didik di PKBM. - Tutor memberikan nilai setiap tugas yang diberikan.

- Tutor memberikan nilai setiap ulangan.

- Tutor memberikan nilai setiap tugas yang diberikan.

31,32,33,34

2. Pemberian hadiah - Tutor memberikan hadiah kepada setiap peserta didik yang

restasinya baik.

- Setiap peserta didik yang mendapat ranking patut mendapat hadiah. - Tutor memberikan hadiah kepada peserta didik yang disayanginya.

35,36,37

3. Pemberian pujian - Tutor memberikan pujian kepada peserta didik yang Berprestasi. - Tutor memberikan pujian terhadap semua anak.

(29)

- Tutor memberikan pujian terhadap peserta didik yang menjawab benar pada waktu tanya jawab. 4. Gerakan tubuh atau

mimik

- Tutor memberikan acungan jempol jika peserta didik menjawab benar. - Tutor memberikan bimbingan jika peserta didik membuat Kesalahan. - Tutor merespon terhadap peserta didik yang lambat memahami materi.

- Tutor bermuka cerah pada waktu mengajar.

41,42,43,44

5. Pemberian tugas - Tutor memberikan tugas rumah kepada peserta didik setiap pertemuan.

- Tutor memberikan tugas kelompok kepada peserta didik.

- Tutor memberikan tugas sesuai dengan materi yang telah disampaikan.

- Tutor memberikan tugas piket

(30)

kepada peserta didik.

6. Pemberian ulangan - Tutor memberikan ulangan setiap habis pokok bahasan.

- Tutor memberikan jadual ulangan kepada peserta didik.

- Tutor memberikan ulangan sesuai dengan pokok bahasan.

- Tutor memberikan ulangan secara tiba-tiba.

49,50,51,52

7. Pemberian hasil ulangan

- Tutor memberikan hasil ulangan kepada peserta didik.

- Tutor memberikan hasil evaluasi belajar (EHB) setiap semester. - Tutor memberikan hasil penilaian tugas-tugas diberikan kepada peserta didik.

53,54,55

8. Pemberian sangsi - Tutor memberikan bimbingan kepada anak yang malas.

- Tutor memberikan arahan kepada kepada peserta didik yang melanggar peraturan sekolah.

(31)

- Tutor memberikan tugas individu kepada peserta didik

yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah.

- Tutor memberikan arahan kepada peserta didik yang terlambat datang kesekolah.

- Tutor memberikan bimbingan khusus kepada peserta didik yang mendapat nilai kurang.

(32)

INSTRUMEN MOTIVASI BELAJAR PAKET

A. Identitas Responden

Nama : ... Darjah/Kelas : ... Usia : ... Alamat : PKBM Al-Ishlah Rangkasbitung

B. Petunjuk :

Berilah tanda ceklist salah satu dari lima alternatif jawaban pada pernyataan yang sesuai dengan kebiasaan anda dalam mengikuti pembelajaran atau tutorial di Paket B!

NO PERNYATAAN SL SR KK P TP KET

1 Waktu yang saya gunakan dalam mempelajari modul melebihi waktu yang dijadwalkan.

SL = Selalu

2 Saya senantiasa memanfaatkan waktu untuk belajar mandiri.

SR = Sering

3 Saya senantiasa untuk tidak bolos dalam mengikuti belajar tatap muka di PKBM.

KK = Kadang-kadang

4 Saya berusaha menghindar dari berbagai kegiatan tidak penting yang mengganggu belajar.

P = Pernah

5 Dalam 1 minggu saya belajar di PKBM 2 kali.

TP = Tidak Pernah

6 Dalam mengikuti belajar mengajar saya senantiasa mengikuti jadwal yang sudah disepakati.

7 Saya merasa senang belajar di Paket B karena sudah disetarakan dengan SMP. 8 Walaupun waktu yang saya miliki

terbatas, namun belajar di PKBM saya selalu datang lebih awal.

9 Saya mengikuti kegiatan bimbingan belajar.

10 Saya aktif memperhatikan penjelasan tutor.

11 Saya mencatat penjelasan tutor yang saya anggap penting.

12 Saya suka bertanya pada tutor apabila ada materi pelajaran yang kurang saya pahami.

(33)

14 Untuk menyelesaikan soal-soal latihan yang ada dalam modul, saya

mempelajari buku pelajaran yang digunakan di SMP biasa/Formal. 15 Saya senang mendiskusikan dengan

teman-teman dan orang tua dalam menyelesaikan soal-soal latihan yang sulit dikerjakan sendiri.

16 Saya berusaha keras untuk

menyelesaikan tugas-tugas yang kata peserta didik lain sulit.

17 Saya mengerjakan tugas yang diberikan tutor harus lebih baik dari peserta didik yang lain.

18 Saya berusaha menyelesaikan tugas- tugas tepat pada waktunya.

19 Saya mendiskusikan materi pelajaran yang dianggap sulit dengan teman. 20 Meskipun jarak dari rumah dengan

PKBM jauh, saya tetap semangat untuk mengikuti belajar tatap muka. 21 Saya berupaya menyisihkan uang

jajan untuk membeli buku bacaan tambahan guna untuk menambah

23 Setelah tamat Paket B,saya bercita-cita untuk melanjutkan ke Paket C.

24 Belajar Paket B dapat menumbuhkan rasa percaya diri dalam bergaul di masyarakat.

25 Prestasi belajar yang telah dicapai cukup membanggakan bagi saya dan keluarga .

26 Jawaban soal-soal yang saya kerjakan sering dicontoh oleh teman-teman. 27 Dalam mengerjakan soal-soal latihan,

saya selalu berupaya agar mendapat hasil yang maksimaldan tepat waktu. 28 Saya mengajak teman-teman untuk

belajar mengerjakan soal-soal ujian yang sulit.

(34)

30 Belajar di Paket B bagi saya

merupakan kesempatan yang sangat baik untuk di ikuti dalam

meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan.

31 Tutor memberikan nilai setiap pekerjaan peserta didik di PKBM. 32 Tutor memberikan nilai setiap

pekerjaan rumah.

33 Tutor memberikan nilai setiap ulangan.

34 Tutor memberikan nilai setiap tugas yang diberikan.

35 Tutor memberikan hadiah kepada setiap peserta didik yang prestasinya baik.

36 Setiap peserta didik yang mendapat ranking patut mendapat hadiah. 37 Tutor memberikan hadiah kepada

peserta didik yang disayanginya. 38 Tutor memberikan pujian kepada

peserta didik yang berprestasi. 39 Tutor memberikan pujian terhadap

semua peserta didik.

40 Tutor memberikan pujian terhadap peserta didik yang menjawab benar pada waktu tanya jawab.

41 Tutor memberikan acungan jempol jika peserta didik menjawab benar. 42 Tutor memberikan bimbingan jika peserta didik membuat kesalahan. 43 Tutor merespon terhadap peserta didik

yang lambat memahami materi. 44 Tutor bermuka cerah pada waktu

mengajar.

45 Tutor memberikan tugas rumah kepada peserta didik setiap pertemuan. 46 Tutor memberikan tugas kelompok

kepada peserta didik.

47 Tutor memberikan tugas sesuai dengan materi yang telah disampaikan.

48 Tutor memberikan tugas piket kepada peserta didik.

49 Tutor memberikan ulangan setiap habis pokok bahasan.

50 Tutor memberikan jadual ulangan kepada peserta didik.

(35)

dengan pokok bahasan.

52 Tutor memberikan ulangan secara tiba-tiba.

53 Tutor memberikan hasil ulangan kepada peserta didik.

54 Tutor memberikan hasil evaluasi belajar (EHB) setiap semester. 55 Tutor memberikan hasil penilaian

tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik.

56 Tutor memberikan bimbingan kepada peserta didik yang lambat memahami materi.

57 Tutor memberikan arahan kepada peserta didik yang tidak mentaati tata tertib.

58 Tutor memberikan tugas individu kepada peserta didik yang lambat mengerjakan tugas.

59 Tutor memberikan arahan kepada peserta didik yang terlambat hadir. 60 Tutor memberikan bimbingan khusus

kepada peserta didik yang mendapat nilai kurang.

(36)

3) Proses Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data menyangkut prosedur dan tahapan kegiatan yang ditempuh dalam upaya pengumpulan data.

(1) Tahap Persiapan

Pada tahap ini mulai dengan melakukan obserevasi data ke PKBM untuk memperoleh bergagai informasi mengenai keadaan lapangan yang berhubungan dengan penelitian, terutama subjek penelitian. Selanjutnya melakukan studi pendahuluan berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan kelompok di PKBM Al-Ishlah kec Rangkasbitung. Setelah data dan keterangan yang dperlukan telah terkumpul, selanjutnya mengurus berbagai perizinan kepada berbagai pihak yang terkait.

(2) Tahap Penyebaran dan Pengumpulan Instrumen

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh data penelitian.

Kegiatan yang dilakukan peneliti sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah guna memperoleh data yang akurat tentang motivasi belajar peserta didik dengan cara menyebarkan angket (kuesioner) kepada seluruh responden. Pengumpulan instrumen/angket yang masuk sebanyak 120 orang responden. Dengan demikian, data yang ditargetkan 120 orang sesuai target dan terkumpul instrumen/angket sebanyak 120 orang responden. Sehingga data yang terkumpul tersebut layak untuk dilakukan pengolahan selanjutnya.

4) Pengolahan dan Analisis Data Penelitian

(1) Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Ukuran bagi memadai atau tidaknya instrumen sebagai alat pengumpul data dan sebagai alat variabel penelitian, harus memenuhi syarat utama, yaitu syarat validitas atau kesahaan dan syarat reliabilitas atau keajegan.

Sugiono (2007 :121) menjelaskan maksud dari validitas dan reliabilitas sebagai berikut :

(37)

Menurut Sugiono (2007: 121) bahwa “valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur”, sedangkan instrumen “ instrumen yang reliabel berari instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas suatu instrumen pengumpul data, peneliti perlu melakukan uji terhadap instrumen tersebut, dalam hal ini uji terhadap angket yang telah disusun. Tujuan dari instrumen ini ialah untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang mungkin terjadi terutama pernyataan-pernyataan yang telah dibuat peneliti.

Untuk keperluan uji validitas dan reliabilitas instrumen pengumpul data disebar angket kepada peserta didik. Uji validitas dan uji reliabilitas instrumen disebar kepada semua sampel atau responden yang berjumlah 120 orang di PKBM Al-Ishlah Kec. Rangkasbitung. Adapun pelaksanaannya dilaksanakan pada tanggal 21 Februari 2010 sampai dengan 21 April 2010.

Pengujian terhadap validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini, sebagai berikut. (2) Uji Validitas Instrumen

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data yang diteliti secara tepat. Suharsimi Arikunto (2006: 136) mengungkapkan bahwa tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukan sejauh mana variabel data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kesahan atau kevalidan suatu instrumen.

Uji validitas terhadap angket dimaksud sebagai upaya untuk mengetahui apakah angket yang telah disusun tepat untuk dipergunakan sebagai alat pengumpul data atau tidak. Dalam uji validitas ini penulis menggunakan pengujian validitas tiap butir item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir item dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Adapun rumus yang digunakan dalam pengujian validitas instrumen ini, penulis menggunakan rumus koefisien korelasi (r) dengan teknik mengkorelasikan urutan tingkatan (Mohamad Ali, 1993: 193) dengan rumus sebagai berikut.

1- 6∑ D2 Rhoxy =

N (N2 - 1) Arikunto (2006: 278) Keterangan :

rhoxy : koefisien korelasi jenjang

(38)

N : banyaknya subjek

Selanjutnya dalam memberikan interprestasi terhadap koefisien korelasi (r), menggunakan teknik korelasi untuk menentukan validitas item yang dikemukakan Masrun (Sugiono, 1990: 106:106) sebagai berikut.

Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasinya yang tinggi, menunjukan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3. Jadi kalau korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan SPSS for Windows versi 12.0, diperoleh hasil untuk uji validitas. Dari hasil uji validitas tersebut dilakukan seleksi angket dan membuang pernyataan/item yang tidak valid dan item-item yang valid digunakan selanjutnya untuk pengolahan data.

Dari hasil pengujian data dengan bantuan komputer program SPSS for Windows versi 12.0, dengan analisis korelasi dapat diketahui dari jumlah subjek sebanyak 120 orang, dan 60 item pernyataan dapat diperoleh 54 item berada pada tingkat kepercayaan antara 90% sampai 99%, sedangkan sebanyak 6 item yaitu nomor 3,26,48,52,57,58 berada pada rentang kepercayaan 70% sampai 89%, dengan tingkat kepercayaan semacam itu, maka ke 54 item pertanyaan itulangsung bisadipakai dan 6 item pernyataan langsung dibuang. Oleh karena itu, item alat pengungkap data motivasi yang dipergunakan dalam penelitian ini sebanyak 54 item pernyataan. Hasil perhitungan validitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

(3) Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menunjukan menunjukan pada suatu pengertian derajat kosistensi instrumen pengumpul data. Uji reliabilitas ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketetapan setiap item yang digunakan. Pengujian reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dengan menggunakan metode belah dua (split half methode) dari Spermean Brown, yaitu dilakukan dengan membelah dua instrumen menjadi kelompok ganjil dan kelompok genap. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

ri = 2rb

1 + rb (Sugiyono, 2007: 359)

Keterangan :

ri = reliabilitas internal seluruh instrumen

(39)

Setelah koefisien korelasi dan reliabilitas diperoleh, kemudian dikonsultasikan dengan menggunakan tabel r dari product moment. Jika Hitung > dari r tabel pada tarap kepercayaan tertentu maka instrumen tersebut reliabel, dan sebaliknya, jika r hitung < dari r tabel maka instrumen tersebut tidak reliabel.

Dari hasil perhitungan untuk peserta didik, diperoleh harga koefisien korelasi sebesar 0,870 dengan tingkat kepercayaan sebesar 99%. Kemudian dari hasil tersebut dimasukan kedalam kedalam rumus koefisien reliabilitas total (rtt)

Rtt = 2 x 0,870 1 + 0,870 = 1,74 1,87 = 0,930

(Arikunto, 2006: 180)

Hasil perhitungan menunjukan bahwa rtt sebesar 0,930 dengan tingkat kepercayaan 99% atau p < 0,01 hal ini berarti bahwa alat penelitian motivasi belajar pada peserta didik memiliki tingkat ketetapan yang sangat signifikan. Tentunya dengan begitu alat ini dapat digunakan untuk penelitian. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. 1. Analisis Data Penelitian

Kegiatan menganalisis merupakan kegiatan yang sangat penting dalam penelitian terutama untuk memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan.

Untuk mengatur, mengolah dan mengorganisasikan data diperlukan ketekunan dengan penuh kesungguhan dalam memberikan makna. Berkaitan dengan analisis data, Patton dalam Nasution (1992) menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mengatur data mengorganisasikan kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Ia membedakan dengan penafsiran yaitu memberi arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola urutan, dan mencari hubungan antara dimensi uraian-uraian.

Dalam penelitian ini, pelaksanaan analisis data dilakukan sepanjang penelitian itu dan secara terus menerus, mulai tahap pengumpulan data sampai akhir. Sebagaimana dikemukakan oleh Miles dan Huberman (Sutardi: 1995) bahwa “ analisis data kualitatif merupakan upaya berlanjut, berulang dan terus menerus. Menurut mereka ada tiga tahap analisis, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/terefikasi sehingga tujuan penelitian dapat dicapai..

(40)

Sedangkan dalam penelitian kuantitatif, teknik analisis data yang digunakan sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal. Karena datanya kuantitatif, maka teknik analisis data menggunakan metode statistik yang sudah tersedia dan hanya bisa diteliti beberapa fariabel saja, sehingga seluruh permasalahan yang telah dirumuskan tidak akan terjawab dengan metode kuantitatif.

Penggunaan pendekatan penelitian kuantitatif dan pendekatan penelitian kualitatif dalam penelitian mamiliki kelebihan dan kelemahan. Untuk menjawab pertanyaan, apakah pendekatan kuantitatif dan kualitatif secara bersama-sama dalam suatu penelitian, seseorang peneliti yang ingin menjalankan penelitian harus memahami secara mendalam tentang karakteristik kedua pendekatan penelitian tersebut. Menurut penulis penggunaan pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif dapat dijalankan secara bersama-sama karena keduanya dapat melengkapi sebuah hasil penelitian yang mendalam. Untuk dapat menjalankan keduanya secara bersama-sama diperlukan pemahaman yang lebih mendalam dan jelas, dan dibutuhkan seseorang yang berpengalaman dan profesional dalam bidang penelitian.

Lexy J. Meleong (1988:22) berpendapat bahwa dalam melakukan penelitian seseorang peneliti dapat melakukan penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif secara bersama-sama, dengan ketentuan dilakukan dengan bertahap.

(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, dan pembahasan terhadap hasil penelitian yang dilakukan sesuai dengan permasalahan penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kegiatan bimbingan dan konseling Paket B setra SMP di PKBM Al-Ishlah Kec. Rangkasbitung belum dilaksanakan sesuai rambu-rambu

penyelenggaraan bimbingan dan konseling disebabkan : a) Belum ada tutor pembimbing dari jurusan BK.

b) Belum memiliki fasilitas sarana dan prasarana pelaksanaan bimbingan dan konseling.

c) Belum optimalnya dukungan dari pihak lembaga serta tutor-tutor bidang studi lainnya.

2. Tingkat motivasi belajar mandiri peserta didik paket B setara SMP di PKBM Al-Ishlah dari hasil penelitian awal hanya mencapai rata-rata 62,81% sebelum diadakan program bimbingan, setelah dilaksanakan program bimbingan dan diadakan penelitian berikutnya tingkat motivasi belajar mandiri peserta didik mencapai rata-rata 74,59%.

3. Upaya yang dilakukan tutor pembimbing dalam rangka meningkatkan motivasi belajar mandiri peserta didik paket B setara SMP di PKBM Al- Ishlah adalah sebagai berikut :

a) Membuat program bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan yang dialami peserta didik.

b) Melakukan layanan bimbingan secara optimal.

c) Mengupayakan sarana dan prasarana dan fasilitas bimbingan belajar yang dianggap perlu dan penting.

d) Senantiasa membantu dan memberikan kemudahan terhadap peserta didik dalam menghadapi bimbingan belajar.

(42)

f) Menciptakan hubungan, interaksi dan komunikasi yang harmonis dengan para orang tua peserta didik.

B. Implikasi

Setelah melakukan penelitian, membahas dan kemudian menyimpulkan hasil penelitian, diakhir tesis ini penulis mengajukan beberapa rekomendasi yang berhubungan dengan pembahasan sebelumnya, yaitu:

a. Bagi Lembaga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukan bahwa pelaksanaan bimbingan belajar pada paket B setara SMP di PKBM Al-Ishlah belum sesuai dengan rambu-rambu penyelenggaraan bimbingan belajar, maka penulis memandang perlu kiranya pengelola Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) melakukan perhatikan dan menindak lanjuti hal-hal sebagai berikut:

1) Berkenaan dengan rasio tutor pembimbing dengan jumlah peserta didik 1 : 120, Lembaga perlu mengangkat tutor pembimbing sesuai dengan kebutuhan. Untuk memenuhi tuntunan sementara sebelum diangkat tutor pembimbing yang sesuai kualifikasinya, Ketua Lembaga dapat mengangkat tutor pembimbing dari tutor bidang studi yang ada.

1) Perlu kiranya para tutor mata pelajaran, dan staf tata usaha diberi pemahaman dan atau pelatihan mengenai administrasi bimbingan dan konseling. Hal ini penting karena tutor mata pelajaran, dan staf tata usaha adalah mitra yang tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaan layanan bimbingan. Melalui pelatihan ini diharapkan mereka mampu memahami tugas dan peran tutor di Lembaga.

2) Pengelola memberi kesempatan kepada tutor mata pelajaran untuk mengikuti seminar atau pelatihan yang ada kaitannya dengan bimbingan dan konseling, hal ini untuk mengantisifasi apabila terjadi peristiwa insidensil dan tidak berat permasalahannya. 3) Berkenaan dengan ruangan dan sarana bimbingan dan konseling, hendaknya ketua lembaga menyediakan dan memberikan perhatian lebih supaya

kegiatan bimbingan dan konseling yang bertujuan untuk membantu peserta didik dapat berjalan dengan optimal.

b. Bagi Tutor Pembimbing

(43)

terutama dalam aspek tidak menunjukan adanya kurang semangat atau tidak bergairah. Bimbingan belajar dapat diberikan melalui hal-hal sebagai berikut:

1) Menyusun program bimbingan belajar untuk membantu mengembangkan motivasi belajar mandiri peserta didik dengan memperhatikan berbagai jenis dan isi layanan yang akan dilaksanakan. Jenis layanan yang dimaksudkan adalah :1) orientasi dimaksudkan untuk membantu peserta didik yang mengalami permasalahan motivasi belajar dalam suasana klasikal; 2) orientasi kurrikulum yang meliputi sistem pembelajaran yang ada di Paket B setara SMP, maupun kegiatan yang ada di PKBM. 2) Layanan informasi yang meliputi: 1) tugas-tugas perkembangan peserta didik yang

mampu menunjang proses motivasi belajar peserta didik; 2) pemahaman dan pengenalan diri pribadi sehingga mampu menempatkan diri sesuai dengan situasi dan kondisi dimana individu berada; 3) informasi tentang cara meningkatkan motivasi belajar mandiri sehingga dapat menyelesaikan tugas-tugas belajar mandiri dan memahami orang lain; 4) konflik yang mungkin terjadi dan cara mengatasi konflik baik konflik terhadap diri maupun konflik terhadap orang lain.

3) Laporan penyaluran dan penempatan, meliputi kegiatan penyaluran dan penempatan yang berkaitan dengan; (1) penyaluran peserta didik sesuai bakat minat yang berkaitan dengan kegiatan ekstrakulikuler dan pengembangan diri; (2) penyaluran dalam belajar kelompok. Penempatan penyaluran peserta didik berdasarkan pada karakteristik peserta didik.

4) Layanan bimbingan belajar. Layanan ini diberikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik, layanan dapat diberikan secara umum maupun kepada peserta didik yang mengalami masalah belajar. Secara umum dalam upaya mengembangkan kemampuan peserta didik yang mengalami masalah belajar mengenai motivasi belajar. Masalah peserta didik yang berkaitan dengan motivasi belajar dapat diperoleh melalui observasi atau laporan dari tutor mata pelajaran. Pada kondisi ini peserta didik tersebut dapat diundang secara khusus kemudian dikumpulkan sekitar 5-10 teman-temannya untuk membantu masalah peserta didik tersebut baik melalui dinamika kelompok, diskusi atau sosiodrama.

Agar kegiatan bimbingan belajar dapat berjalan secara efektif maka tutor pembimbing perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

(44)

(b) Sebaiknya dilaksanakan diruang terbuka supaya suasana lebih rileks, apabila menggunakan ruangan pergunakanlah ruangaan yang memadai.

(c) Jumlah peserta didik hendaklah dibatasi jangan terlalu banyak sebab akan menimbulkan kegaduhan/berisik dan peserta didik menjadi kurang fokus.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Berdasarkan dari hasil penelitian tentang pelaksanaan bimbingan belajar, tingkat motivasi belajar dan juga upaya tutor untuk meningkatkan motivasi belajar mandiri pada Paket B setara SMP di PKBM Al-Ishlah maka peneliti merekomendasikan sebagai berikut :

1) Meneliti hubungan dan konstribusi faktor-faktor yang mempengaruhi seperti kondisi lingkungan, kondisi fisik, kondisi psikis, kondisi keagamaan dan kondisi budaya terhadap motivasi belajar peserta didik secara lebih mendalam.

2) Agar peneliti lebih mendalam perlu mengkombinasikan beberapa metode pengumpulan data untuk meningkatkan motivasi belajar mandiri peserta didik Paket B serta tidak hanya menggunakan satu metode saja.

3) Meneliti keterkaitan motivasi belajar dengan variabel lain yang masih dalam konteks pengembangan kompetensi peserta didik seperti halnya motivasi belajar mandiri, bimbingan belajar dan bimbingan konseling.

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Aria Djalil. (2003). Pembelajaran Kelas Rangkap. Universitas Terbuka.

Abin Syamsudin Makmun. (2004). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Achmad juntika Nurikshan. (2006). BK dalam berbagai Latar Kehidupan. Bandung:

Refika.

Juntika Nurihsan. (2007). Strategi Layanan BK. Bandung: Refika.

Abdul Hadis. (2008). Psikologi Dalam Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Anas Sudijono. (2008). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Azzam El Hammad. (2008). Kesehatan Mental Orang Dewasa. Jakarta: Restu Agung.

Andi Mappiare AT. (2010). Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT.Raja

Grafindo Persada.

Abdul Aziz Sa’du. (2010). Hidup dengan Hati Penuh Empati. Jogjakarta: Laksana

B. Suryosubroto. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Dirjen PLS. (2005). Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan Program Paket B Setara

SMP.

Dirjen PMPTK. (2007). Rambu-Rambu BK dalam Jalur Pendidikan Formal Depdiknas.

Dinn Wahyudin, dkk. (2007). Pengantar Pendidikan. Universitas Terbuka.

Dewa Ketut Sukardi. (2008). Pengantar Pelaksanaan Program BK di Sekolah. Jakarta:

PT. Rineka Cipta Jakarta.

E. Mulyasa. (2009). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Furkon. (2008). Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Gerald Corey. (2007). Teori dan Praktek BK. Bandung: Refika.

Hamdala. (2007). [online]. Tersedia http://www.Hamdala.com [22 September 2007].

Gambar

Tabel 1 Kisi-Kisi

Referensi

Dokumen terkait

Adapun penelitian ini menggunakan tipe pengujian analisis korelasional yang bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel Pelatihan Teknik “PARENTING”

secara bertahap dan terencana PNS dan Pegawai Tetap Non PNS, Pegawai Tidak Tetap yang Bertugas di Instansi Pemerintahan Batang (5) sumberdaya aparatur pemerintah daerah

Haruman, Tendi &amp; Rahayu, Sri, 2007, Penyusunan Anggaran Perusahaan, Edisi kedua, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta. Munandar, M, 2001, Budgeting, Perencanaan kerja

Sahabat MQ/ Hampir semua bahan pangan yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia diperoleh dari IMPOR// Beras/ kedelai/ daging/ ayam/ telur/ gula/ sayuran/ dan

[r]

Aplikasi Informasi Tagihan Pelangga Telkomsel digunakan untuk memudahkan karyawan Koperasi Telkomsel dalam memberikan informasi tagihan dan pengantaran billing tagihan kartu Halo

Tulisan ini merupakan Skripsi dengan judul “Pemanfaatan Biji Nangka ( Artocarpus Heterophyllus ) pada Pembuatan Bioplastik menggunakan Plasticizer Etilen Glikol dan

PENGARUH IKLIM MOTIVASIONAL KELAS TERHADAP PERILAKU MENYONTEK MAHASISWA PROGRAM. STUDI AKUNTANSI DAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI DI UNIVERSITAS