• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS (PPKBK) UNTUK MENINGKATKAN PRESTRASIU BELAJAR MATEMATIKA SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS (PPKBK) UNTUK MENINGKATKAN PRESTRASIU BELAJAR MATEMATIKA SISWA."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ……….. i

KATA PENGANTAR ………... ii

ABSTRAK ………..v

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR TABEL ………..….. ix

DAFTAR GAMBAR ……… xi

DAFTAR LAMPIRAN ……….….. xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….… 1

B. Rumusan Masalah ……….. 5

C. Pembatasan Masalah ………..… 6

D. Tujuan Penelitian ………... 6

E. Manfaat Penelitian ……….… 7

F. Definisi Operasional ……….…. 8

BAB II PEMBELAJARAN MATEMATIKA A. Pembelajaran ……… 10

1. Pengertian Pembelajaran ……… 11

2. Konsep Pembelajaran ………. 13

3. Pendekatan Pembelajaran ……….. 17

4. Pendekatan Pembelajaran Mengembangkan kecakapan kognitif ….. 19

5. Macam-Macam Pendekatan Pembelajaran ……… 21

B. Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis (PPKBK) …… 24

1. Hakikat dan Pengertian PPKBK ……….... 25

2. Berpikir Kritis Sebuah Proses Sistematis ………...… 29

3. Latar Belakang Filosofis dan Psikologis PPKBK ……….. 29

4. Pengukuran Kemampuan Berpikir Kritis ……….. 39

(2)

2. Tes Prestasi Belajar ………..….. 42

3. Indikator Prestasi Belajar ………... 45

4. Sistem Penilaian Prestasi Belajar ………... 48

5. Batas Minimal Prestasi Belajar ……….…... 50

D. Matematika SMA ………. 52

1. Hakikat Matematika ………... 52

2. Ruang Lingkup ………..…. 55

3. Tujuan Pembelajaran Matematika ………..… 56

4. Pembelajaran Matematika yang Efektif ………. 58

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ……… 62

1. Tujuan dan Manfaat PTK ……….…. 64

2. Model-Model PTK ………... 65

3. Sasaran-Sasaran atau Objek PTK ………..…. 65

B. Lokasi Penelitian ……….…. 67

C. Subjek Penelitian ……….. 67

D. Prosedur Penelitian ………... 68

E. Instrumen Penelitian ……….… 71

F. Teknik Pengumpulan Data ………... 71

1. Wawancara ………... 71

2. Observasi ……….... 72

3. Dokumentasi ………..… 73

4. Tes ……….. 74

G. Teknik Analisis Data ……… 76

BAB IV DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ……… 79

1. Gambaran Umum SMA N 1 Carenang ……….. 79

(3)

B. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan ………. 83

1. Pelaksanaan Tindakan Siklus Pertama ……….…. 83

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus Kedua ………... 101

3. Pelaksanaan Tindakan Siklus Ketiga ………... 120

4. Pelaksanaan Tindakan Siklus Keempat ………... 141

C. Pembahasan Hasil Penelitian ………. 158

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ……… 170

B. Rekomendasi ……….. 172

DAFTAR PUSTAKA ………..…….. 175

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

(5)

“Belajar merupakan proses mental yang dinyatakan dalam berbagai

perilaku, baik perilaku fisik-motorik maupun psikis”. (Sanjaya, 2006:224). Meskipun suatu kegiatan belajar merupakan kegiatan fisik-motorik (keterampilan) tetapi didalamnya tetap terdapat kegiatan mental, tetapi kegiatan fisik-motoriknya lebih banyak dibandingkan dengan proses mentalnya. Pada kegiatan belajar yang bersifat psikis, seperti belajar intelektual, sosial-emosi, sikap-perasaan-nilai, segi fisiknya sedikit yang sangat banyak adalah segi mentalnya. Aspek-aspek perkembangan tersebut, bisa dibeda-bedakan tetapi tidak bisa dipisahkan secara jelas. Sesuatu aspek selalu ada kaitannya dengan aspek lainnya.

“Mengajar atau membelajarkan bukan pekerjaan yang mudah,

(6)

kepribadian yang khas dan unik, berbeda satu dengan yang lainnya. Keunikannya bertambah kompleks karena manusia itu berkembang, dan perkembangannya dinamis karena selalu dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dalam mengajar guru dihadapkan kepada keragaman karakteristik dan dinamika perkembangan siswa. Sesungguhnya secara psikologis, tidak ada dua individu siswa yang tepat sama, yang ada adalah keragaman. Oleh karena itu mengajar adalah ilmu dan sekaligus seni. Ada ilmu mengajar, tetapi itu saja belum cukup, diperlukan juga seni mengajar. Seni mengajar merupakan kreatifitas guru menemukan strategi pembelajaran yang memungkinkan setiap siswa mengembangkan potensi, kecakapan dan karakteristiknya secara optimal.

Dari hasil pembelajaran yang dilakukan kemudian dievaluasi secara nasional berupa Ujian Nasional (UN) di Provinsi Banten. “Pelaksanaan Ujian

Nasional (UN) Tahun Pelajaran 2007/2008 di Provinsi Banten untuk program studi IPA diikuti oleh 296 SMA/MA program studi IPA yang tidak lulus sebanyak 2.362 orang siswa”. (LPMP, 2008:43). Secara nasional, SMA/MA di Provinsi Banten berada di urutan ke-18 (kedelapan belas) untuk program studi IPA.

(7)

5.024 orang siswa dengan peserta yang tidak lulus sebanyak 62 orang siswa (1.23%) dan Kota Cilegon diikuti oleh 1.257 orang siswa dengan peserta yang tidak lulus sebanyak 366 orang siswa (29,12%). Dengan demikian kualitas pendidikan SMA/MA program studi IPA kabupaten/Kota di Provinsi Banten masih perlu ditingkatkan.

Untuk mengetahui kualitas pendidikan setiap Mata Pelajaran pada pelaksanaan Ujian Nasional di Provinsi Banten dapat dilihat dari nilai rata-ratanya. Pada kesempatan ini peneliti hanya akan menyajikan nilai rata-rata Ujian Nasional untuk Mata Pelajaran Matematika program studi IPA Tahun Pelajaran 2007/2008 yang ada di Provinsi Banten, sesuai dengan kajian yang akan dibahas dalam penelitian ini. Nilai rata-rata UN Matematika SMA/MA program studi IPA secara Nasional adalah 7,42 sedangkan untuk Provinsi Banten dapat dilihat setiap Kabupaten/Kota. Kabupaten Serang nilai rata-rata UN matematikanya 5,1. Kabupaten Pandeglang nilai rata-rata UN matematikanya 6,63. Kabupaten Lebak nilai rata-rata UN matematikanya 4,56. Kabupaten Tangerang nilai rata-rata UN matematikanya 7,6. Kota Tangerang nilai rata-rata UN matematikanya 7,3. Kota Cilegon nilai rata-rata UN matematikanya 5,87. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pendidikan pada bidang studi Matematika di Provinsi Banten perlu ditingkatkan.

(8)

pembelajaran yang cocok untuk pelajaran matematika, yaitu Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis (PPKBK).

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan permasalahan secara garis besar dalam sebuah pertanyaan penelitian adalah:

“Apakah Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis (PPKBK) dapat

meningkatkan prestasi belajar Matematika Siswa SMA”? Rumusan masalah

tersebut dirinci dalam beberapa pertanyaan penelitian berikut ini : a. Bagaimana kondisi pembelajaran Matematika di SMA saat ini ?

b. Bagaimana kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru SMA dalam meningkatkan prestasi belajar Matematika ?

c. Bagaimana pembuatan RPP yang dilakukan oleh guru dalam Implementasi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa di SMA ?

d. Bagaimana proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dalam Implementasi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, yaitu menurut BSNP (Standar Proses Pendidikan, 2007) yang meliputi kegiatan : - Pendahuluan

(9)

C.Pembatasan Masalah

Masalah pembelajaran adalah masalah yang kompleks memerlukan keterampilan berpikir yang banyak ragamnya termasuk mengamati, melaporkan, mendeskripsi, menganalisis, mengklasifikasi, menafsirkan, mengkritik, meramalkan, menarik kesimpulan dan membuat generalisasi berdasarkan informasi yang dikumpulkan,

Karena keterbatasan penulis dalam melakukan penelitian, maka masalah dibatasi pada Implementasi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis untuk meningkatkan prestasi belajar matematika.

Boleh dikatakan semua mata pelajaran mengandung unsur kognitif dan afektif, banyak juga yang mengandung unsur psikomotor atau keterampilan. Pada mata pelajaran Matematika di Sekolah khususnya di SMA, unsur yang dinilai adalah kognitif dan apektif. Namun penulis batasi dalam penelitian ini unsur yang akan diukur adalah kognitifnya saja.

D.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

a. Mengetahui bagaimana kondisi pembelajaran matematika SMA saat ini.

b. Mengetahui kesulitan yang dihadapi guru SMA dalam meningkatkan prestasi belajar matematika.

(10)

d. Mengetahui secara akurat implementasi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis (PPKBK) mengenai RPP yang memuat pendahuluan, kegiatan pembelajaran, menutup pelajaran maupun penilaian hasil belajar siswa dalam meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa di SMA.

E.Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Melalui penelitian ini dapat dihasilkan prinsip pendekatan pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir kritis dengan unit pelajaran yang dipilih relevan.

b. Manfaat Praktis

 Bagi guru SMA yang bersangkutan hasil penelitian dapat dijadikan dasar

pertimbangan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan kurikulum di kelas dalam kegiatan belajar mengajar, khususnya implementasi pendekatan pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir kritis.

 Bagi Kepala Sekolah dan Dinas Pendidikan hasil penelitian ini dapat

dijadikan konsidern dasar bagi pengembangan, pengimplementasian dan diseminisasi pendekatan pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir kritis.

 Bagi siswa, meningkatkan prestasi belajar Matematika serta menggali

(11)

 Bagi peneliti lainnya, sebagai bahan masukan dan studi pendahuluan untuk

memahami penggunaan Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dalam pembelajaran Matematika.

F. Definisi Operasional

1. Pembelajaran

“Pembelajaran (instruction) adalah keseluruhan pertautan kegiatan yang

memungkinkan dan berkenaan dengan terjadinya belajar-mengajar”. (Sanjaya, 2002:94).

2. Berpikir kritis

“Berpikir kritis adalah berpikir secara sistematis dan menganalisis aktivitas mental untuk menguji tingkat keandalannya”. (Johnson, 2007:187). Mereka

tidak menerima begitu saja cara mengerjakan sesuatu hanya karena selama ini memang begitulah cara mengerjakannya, dan mereka juga tidak menganggap suatu pernyataan benar hanya karena orang lain membenarkannya.

3. Prestasi Belajar

“Prestasi belajar yang umum di sekolah adalah perolehan nilai yang

dituangkan dalam raport dan di ukur melalui tes”. (Cogen, 2006:26). Tes

(12)

4. Matematika

“Matematika adalah pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran”. (Ruseffendi, 1991:260). Matematika terdiri

dari 4 wawasan yang luas yaitu : aritmetika, aljabar, geometri, dan analisis.

(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas. (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research) bertujuan untuk memperbaiki kinerja guru di kelas, sehingga hasil belajar siswa semakin meningkat.

Dalam bahasa Inggris PTK diartikan dengan Classroom Action Research, disingkat CAR. Namanya sendiri sebetulnya sudah menunjukkan isi yang terkandung didalamnya. Oleh karena itu ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian pula yang dapat diterangkan.

Penelitian ; kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan ; sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

Kelas ; sekelompok siswa yang adalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seseorang guru. Batasan yang ditulis untuk pengertian tentang kelas tersebut adalah pengertian lama, untuk menghilangkan pengertian yang salah dan dipahami secara luas oleh umum dengan “ruangan tempat guru

(14)

sedang belajar, kelompok orang yang sedang belajar dapat kerja di lab, lapangan olahraga, workshop dan lain-lain.

Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata tersebut segera dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas. Penelitian tindakan kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologis sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti gagasan lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin Mc Tanggart, John Elliot, Dave Ebbutt, dan sebagainya. PTK di Indonesia baru dikenal pada akhir dekade 80-an. Oleh karenanya sampai dewasa ini keberadaannya sebagai salah satu jenis penelitin masih sering menjadi perdebatan jika dikaitkan dengan bobot keilmiahannya.

Jenis penelitian ini dapat dilakukan didalam bidang pengembangan organisasi, manajemen, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Di dalam bidang pendidikan penelitian ini dapat dilakukan pada skala makro ataupun mikro. Dalam skala mikro misalnya dilakukan di dalam kelas pada waktu berlangsungnya suatu kegiatan belajar-mengajar untuk suatu pokok bahasan tertentu pada suatu pelajaran.

Ada beberapa alasan mengapa PTK merupakan suatu kebutuhan bagi guru untuk meningkatkan profesionalisme seorang guru.

 PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap

(15)

 PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional. Guru

tidak lagi sebagai seorang praktisi, yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai peneliti di bidangnya.

 Dengan melaksanakan tahap-tahapan dalam PTK, guru mampu memperbaiki

proses pembelajaran melalui suatu kajian terhadap apa yang terjadi di kelasnya. Tindakan yang dilakukan guru semata-mata didasarkan pada masalah aktual dan faktual yang berkembang di kelasnya.

 Pelaksanaan PTK tidak menggangu tugas pokok seorang guru karena dia tidak

perlu meninggalkan kelasnya. PTK merupakan suatu kegiatan penelitian yang terintegrasi dengan pelaksanaan proses pembelajaran.

 Dengan pelaksanaan PTK guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk

melakukan upaya-upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya. Dalam setiap kegiatan, guru diharapkan dapat mencermati kekurangan dan mencari berbagai upaya sebagai pemecahan. Guru diharapkan dapat menjiwai dan selalu “ber -PTK”.

1. Tujuan Dan Manfaat PTK

(16)

berkesinambungan. Tujuan ini melekat pada diri guru dalam penunaian misi profesional kependidikannya.

Manfaat yang dapat dipetik jika guru mau dan mampu melaksanakan penelitian tindakan kelas itu terkait dengan komponen pembelajaran antara lain :

 Inovasi pembelajaran.

 Pengembangan kurikulum ditingkat sekolah dan ditingkat kelas.

 Peningkatan profesionalisme guru.

2. Model-Model PTK

“Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan di dalam

dunia pendidikan”. (Aqib 2007:21) diantaranya : a. Model Kurt Lewin

b. Model Kemmis dan Mc Taggart c. Model John Elliot

d. Model Dave Ebbutt

3. Sasaran-Sasaran atau Objek PTK

Objek dari penelitian tindakan kelas harus merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai aktivitas, bukan objek yang sedang diam dan tanpa gerak. Objek tersebut adalah sebagai berikut :

(17)

b. Unsur guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar di kelas, sedang membimbing siswa-siswa yang sedang berdarmawisata, atau ketika guru sedang mengadakan kunjungan ke rumah siswa.

c. Unsur materi pelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar atau sebagai bahan yang ditugaskan kepada siswa.

d. Unsur peralatan atau sarana pendidikan, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar. Dengan tujuan meningkatkan mutu hasil belajar, yang dapat diamati guru, siswa, atau keduanya.

e. Unsur hasil pembelajaran, yang ditinjau dari tiga ranah yaitu : kognitif, afektif, psikomotor, yang harus dicapai melalui pembelajaran, baik susunan maupun tingkat pencapaian. Oleh karena hasil belajar merupakan produk yang harus ditingkatkan, hal ini pasti terkait dengan tindakan unsur lain, yaitu proses pembelajaran, peralatan atau sarana pendidikan, guru atau siswa sendiri.

f. Unsur lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun yang melingkupi siswa di rumahnya. Dalam penelitian tindakan yang dilakukan adalah mengubah kondisi lingkungan menjadi lebih kondusif.

g. Unsur pengelolaan, yang jelas-jelas merupakan gerak kegiatan sehingga mudah diatur dan direkayasa dalam bentuk tindakan.

Penelitian tindakan kelas memberikan gambaran keuntungan sebagai berikut :

Praktis, dalam arti bahwa wawasan dan hasil yang diperoleh dari penelitian

(18)

bersangkutan, akan tetapi juga meningkatkan praktek pembelajaran selama dan sesudah penelitian berlangsung.

Partisipatif dan kolaboratif, karena peneliti bukan orang luar melainkan salah

seorang dari guru atau dosen yang bekerja sama dengan guru atau dosen sejawat atau kolega demi kepentingan bersama.

Emansipatoris, karena pendekatan tidak dilakukan dalam jalur yang hierarkis,

melainkan dilaksanakan oleh semua partisipan dalam kedudukan yang setara.

Interpretatif, karena inkuiri sosial ini tidak menuntut hasil berupa pernyataan

peneliti yang positipistik dan bersifat benar atau salah terhadap pertanyaan penelitian, melainkan solusi yang berdasarkan kepada pandangan dan penafsiran semua subjek yang terlibat dalam penelitian.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Carenang Kabupaten Serang Propinsi Banten yang terletak di Jalan Warung Selikur Km. 4 Carenang – Serang.

C. Subjek Penelitian

Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah seorang guru Matematika dan objek penelitian adalah para siswa di kelas XI IA-1 SMA Negeri 1 Carenang sebanyak 39 orang, akan tetapi yang akan diambil sebagai sampel hanya 26 orang karena penulis akan melakukan uji “t” sampel kecil untuk mengetahui kemajuan

proses pembelajarannya.

(19)

Negeri 1 Carenang pada mata pelajaran Matematika dalam unit “Suku Banyak”, pelaksana penelitian terdiri dari dua unsur, yaitu saya sebagai peneliti, dan rekan saya sebagai guru mata pelajaran matematika dengan insial EH.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang digunakan berbentuk siklus yang mengacu pada model Kemis & McTaggart. Alasan dipilihnya model Kemmis & Mc Taggart dalam penelitian ini adalah karena model ini akan mendaur ulang empat kegiatan pokok yang berupa perencanaan (plan) , pelaksanaan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect). Dengan mendaur ulang empat kegiatan pokok ini dapat menemukan suatu masalah dan dicarikan solusi yang berupa perencanaan perbaikan, pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan dengan disertai kegiatan observasi, lalu direfleksikan melalui diskusi balikan bersama peneliti sehingga menghasilkan tindakan berikutnya.

Sebelum tahap-tahap siklus dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan studi pendahuluan (orientasi). Hal ini dilakukan untuk menemukan informasi-informasi aktual dan akan dijadikan indikator dalam menyusun rencana tindakan untuk penerapan implementasi pendekatan pembelajaran peningkatan kemampuan berfikir kritis.

Selanjutnya pada siklus kedua dan seterusnya, jenis kegiatan yang dilaksanakan peneliti bersama guru mitra adalah memperbaiki rencana (revised plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observed), dan refleksi (reflect), dan

(20)
[image:20.595.120.506.111.683.2]

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Plan

Reflect Act

Observe

Revised Plan

Reflect Act

Observe

Revised Plan

Reflect Act

Observe

dan seterusnya

Model siklus Penelitian Tindakan Kelas (Diadopsi dari Model Spiral Kemmis dan Taggart)

Orientasi

Siklus 1

Siklus 2

(21)

Prosedur penelitian seperti tergambar dalam bagan di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Orientasi, yaitu studi pendahuluan sebelum melakukan tindakan. Kegiatan ini terdiri dari pengamatan terhadap lingkungan sekolah SMA Negeri 1 Carenang, kegiatan pembelajaran matematika yang dilakukan oleh guru mitra di kelas XI-IPA-1, wawancara dengan kepala sekolah ES (inisial), wawancara dengan guru mitra dan wawancara dengan beberapa orang siswa. Secara umum kegiatan orientasi ini bertujuan untuk mengumpulkan berbagai informasi tentang kondisi sekolah dan secara khusus untuk melihat gambaran awal pembelajaran matematika di kelas XI-IPA-1 SMA Negeri 1 Carenang. Hasil orientasi ini akan disesuaikan dengan kajian teoritis yang relevan, sehingga menghasilkan suatu program pengembangan tindakan yang dipandang tepat dengan situasi sosial di kelas dimana tindakan akan dilaksanakan.

2. Plan (perencanaan), yaitu kegiatan yang dilakukan dalam menyusun rencana tindakan yang hendak dilaksanakan di kelas. Pada tahap perencanaan ini disepakati tentang hal-hal yang akan di observasi, materi atau pokok bahasan yang akan diberikan, buku sumber, tempat dan waktu pelaksanaan, persiapan perangkat pembelajaran, serta sarana dan prasarana yang akan dipakai.

(22)

4. Observe (Pengamatan), yaitu kegiatan mengamati, mengenali sambil mendokumentasikan (mencatat dan merekam) terhadap proses, hasil pengaruh dan masalah baru yang muncul selama penerapan Pendekatan Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis (PPKBK) di kelas XI-IPA-1 SMA Negeri 1 Carenang. Hasil observasi ini akan dijadikan bahan analisis dan dasar refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan bagi penyusunan rencana tindakan selanjutnya.

5. Reflect (Refleksi), yaitu menganalisis tentang apa-apa saja rencana dan tindakan yang sudah tercapai dan apa yang belum dapat dilakukan pada suatu siklus. Refleksi dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru mitra setelah selesai tindakan yang bertempat di ruang guru dan di perpustakaan SMA Negeri 1 Carenang.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti sendirilah yang menjadi instrument utama (human instrument) yang turun ke lapangan (kelas) untuk mengumpulkan data

yang diperlukan. Disamping peneliti sendiri sebagai instrumen utama, peneliti ini juga akan menggunakan instrumen bantu berupa : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Pedoman Wawancara, Pedoman Observasi, dan Foto sebagai alat dokumentasi.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

“Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang sering digunakan

(23)

1991:109). Wawancara dalam penelitian ini bermaksud untuk mengetahui respon siswa terhadap bahan ajar, penampilan guru, soal-soal yang diberikan dalam evaluasi dan selama pembelajaran berlangsung serta pandangan mereka terhadap Implementasi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis (PPKBK) dalam pembelajaran matematika.

“Sebelum melaksanakan wawancara para peneliti menyiapkan instrument

wawancara yang disebut pedoman wawancara (interview guide)”. (Sukmadinata, 2007:216). Pedoman ini berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang meminta untuk dijawab atau direspon oleh responden. Isi pertanyaan atau pernyataan bisa mencakup fakta, data, pengetahuan, konsep, pendapat, persepsi, atau evaluasi responden berkenaan dengan fokus masalah atau variabel-variabel yang dikaji dalam penelitian.

2. Observasi

“Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara

mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung”. (Sukmadinata, 2007:220). Kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan cara guru mengajar dan siswa belajar, kepala sekolah yang sedang memberikan pengarahan, personil bidang kepegawaian yang sedang rapat dan sebagainya.

(24)

diobservasi dikembangkan di lapangan dalam proses pelaksanaan observasi. Dalam penelitian kuantitatif pedoman observasi dibuat secara lebih rinci, malahan untuk penelitian-penelitian tertentu dapat berbentuk ceklis.

Terkait dengan hal itu, minimal ada dua macam bentuk atau format pedoman observasi untuk penelitian kuantitatif. Pertama berisi butir-butir pokok kegiatan yang akan diobservasi. Daama berisi butir-butir pokok kegiatan yang akan diobservasi. Dalam pelaksanaan pencatatan observasi, pengamat melam pelaksanaan pencatatan observasi, pengamat membuat deskripsi singkat berkenaan dengan perilaku yang diamati. Kedua berisi butir-butir kegiatan yang mungkin diperlihatkan oleh individu-individu yang diamati. Dalam pencatatan observasi pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda cek terhadap perilaku atau kegiatan yang diperlihatkan oleh individu-individu yang diamati.

Pedoman observasi dapat juga disusun dalam bentuk skala. Untuk tiap butir kegiatan atau perilaku yang diamati telah disiapkan rentang skala. Skala ini dapat juga berbentuk skala deskriptif seperti : baik sekali – baik – cukup – kurang – kurang sekali atau sering sekali – sering – kadang-kadang – jarang – jarang

sekali. Butir-butir kegiatan atau perilaku dalam pedoman observasi yang menggunakan bentuk ceklis atau skala dapat diberi angka sehingga hasilnya dapat dianalisis secara kuantitatif menggunakan analisis statistik.

3. Dokumentasi

(25)

tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah.

4. Tes

Tes yang dimaksud adalah tes hasil belajar atau tes prestasi belajar, yaitu mengukur hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dalam kurun waktu tertentu. Tes yang akan dilakukan adalah Post Tes, sedangkan keberhasilan belajar dalam tiap siklus akan dilakukan Post tes tiap siklus. Materi pelajaran yang akan dipilih adalah “Suku Banyak” di kelas XI-IA-1 SMA, karena selain materi pelajaran ini

cukup banyak sehingga cocok untuk dilakukan PTK. Untuk mengetahui keberhasilan penerapan “Pembelajaran Peningkatan

Kemampuan Berfikir Kritis (PPKBK)” dalam kegiatan belajar mengajar, saya akan menggunakan tes “t”.

Pengertian Tes “t”(atau disebut juga uji “t”)

Tes “t” atau “t” Tes, adalah salah satu tes statistik yang dipergunakan

untuk menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesis nihil yang menyatakan bahwa diantara dua buah Mean Sampel yang dambil secara random dari populasi yang sama, tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

Sebagai salah satu tes statistik parametrik, Tes “t” pertama kali

dikembangkan oleh William Seely Gosset pada tahun 1915. Pada waktu itu ia menggunakan nama samaran Student, dan huruf “t” yang terdapat dalam istilah Tes “t” itu diambilkan huruf terakhir dari nama beliau. Itu pula sebabnya mengapa

(26)

Rumus untuk memperoleh harga “t” merupakan rumus umum. Karena itu penggunaan Tes “t” sebagai salah satu teknik analisis komparasional bivariat

harus disesuaikan dengan keadaan sampel yang sedang kita selidiki (sedang dicari perbedaan Mean-nya).

Berdasarkan keadaan sampelnya itu, pada umumnya para ahli statistik menggolongkan Tes “t” menjadi dua macam, yaitu :

1) Tes “t” untuk sampel kecil (N kurang dari 30).

2) Tes “t” untuk sampel besar (N sama dengan atau lebih besar dari 30). Tes “t” untuk sampel kecil, dibedakan menjadi dua golongan, yaitu :

a) Tes “t” untuk sampel kecil yang kedua sampelnya satu sama lain mempunyai hubungan.

b) Tes “t” untuk sampel kecil yang kedua sampelnya satu sama lain tidak ada hubungannya.

Tes “t” untuk sampel besar, juga dibedakan menjadi dua golongan, yakni :

a) Tes “t” untuk sampel besar yang kedua sampelnya satu sama lain saling berhubungan.

b) Tes “t” untuk sampel besar yang kedua sampelnya satu sama lain tidak saling berhubungan.

Pada penelitian kali ini saya akan menggunakan sampel berukuran kecil dan kedua sampelnya saling berhubungan. Sampel akan diambil 26 siswa saja dari suatu kelas. Rumus untuk mencari “t” atau to dalam keadaan dua sampel yang kita

(27)

to =

MD = Mean of Difference Nilai Rata-rata hitung dari beda /selisih antara skor Variabel I dan skor Variabel II, yang dapat diperoleh dengan rumus :

MD =

⅀D = Jumlah Beda/selisih antara skor variabel I (Variabel X) dan skor variabel II

(variabel Y), dan D dapat diperoleh dengan rumus : D = X – Y

N = Number of class = Jumlah subjek yang kita teliti.

SEMD = Standard Error (standar kesesatan) dari Mean of Difference yang dapat diperoleh dengan rumus :

SEMD =

SDD = Deviasi standar dari perbedaan antara skor variabel I dan skor variabel II, yang dapat diperoleh dengan rumus :

SDD =

N = Number of class = Jumlah objek yang akan diteliti.

G. Teknik Analisis Data

“Analisis data adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan”.

(28)

memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami”. (Sugiyono, 2005:15).

[image:28.595.117.510.255.603.2]

Dalam penelitian ini menggunakan cara yang dipakai oleh Miles dan Huberman, terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan. Masalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan merupakan rangakaian kegiatan analisis yang saling susul menyusul.

Gambar 3.2 Kegiatan Utama Pengumpulan Data

Komponen-komponen Analisis Data

Bagan di atas dapat dijelaskan bahwa tiga jenis kegiatan utama pengumpulan data (reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi) merupakan proses siklus dan interaktif. Peneliti harus siap bergerak diantara empat “sumbu” kumparan itu selama pengumpulan data, selanjutnya bergerak

bolak-balik diantara kegiatan reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

Pengumpulan data

Reduksi data

Penyajian data

(29)

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul

dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, sehingga memerlukan pencatatan secara teliti dan rinci. Untuk itu perlu dirangkum dan dipilih hal-hal yang pokok dan penting.

2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah melakukan reduksi terhadap data yang dikumpulkan maka peneliti menyajikan data yang berdasarkan aspek-aspek yang diteliti dan disusun berturut-turut mengenai implementasi pembelajaran yang dilakukan dari tahap persiapan atau perencanaan sampai pada pelaksanaannya.

3. Pengambilan Kesimpulan/Verifikasi (Conclusion/Verification)

Dalam hal ini kesimpulan dilakukan secara bertahap, pertama berupa kesimpulan sementara, namun dengan bertambahnya data maka perlu dilakukan verifikasi data yaitu dengan mempelajari kembali data-data yang ada (yang direduksi maupun disajikan). Disamping itu dilakukan dengan cara meminta pertimbangan dengan pihak-pihak yang berkenaan dengan penelitian ini, yaitu pihak kepala sekolah dan pihak guru. Setelah hal itu dilakukan, maka peneliti baru dapat mengambil keputusan akhir.

(30)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Setelah peneliti memaparkan beberapa kondisi dan proses pembelajaran serta dari beberapa temuan yang diperoleh selama penelitian dilaksanakan, maka peneliti menarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan yang dimaksud adalah jawaban atas pertanyaan penelitian sesuai temuan di lapangan. Hal ini dijabarkan melalui poin-poin sebagai berikut :

1. Pembelajaran Matematika saat ini di lapangan adalah menggunakan metode ceramah. Guru lebih banyak berperan aktif dibandingkan siswanya dan siswa tidak diberikan latihan soal. Komunikasi yang terjadi hanya satu arah, yaitu guru sebagai pembicara dan siswa sebagai pendengar (teacher centered). 2. Kesulitan-kesulitan dalam belajar matematika diantaranya :

a. Belajar hanya menghafal (rote learning) yang tidak menyebabkan timbulnya pemahaman (makna) pada siswa.

b. Siswa pasif, hanya aktif untuk membuat catatan saja. c. Materi yang diceramahkan oleh guru lekas terlupakan.

(31)

dibuat suatu rencana tindakan penerapan tindakan penerapan pendekatan PPKBK yang berdasarkan kepada hasil refleksi dan analisis tindakan sebelumnya, karena penelitian ini menggunakan classroom action research. 4. Pelaksanaan PPKBK melalui siklus-siklus tindakan dengan

menerapkan langkah-langkah pembelajaran yaitu : (a) Apersepsi mencakup ; mengabsen siswa, membuka pelajaran, melakukan tanya jawab, mengungkap konsep awal, bertukar pikiran atau curah pendapat (brainstorming), (b) Eksplorasi mencakup; mencari, menyelidiki, menyusun, dan menemukan pengetahuan tentang materi pelajaran melalui berbagai sumber pembelajaran, (c) Diskusi dan latihan mencakup ; mengerjakan soal latihan dan diskusi dengan teman sejawat, dan mengerjakan soal ke depan. (d) Pengambilan kesimpulan dan Pemberian PR mencakup ; siswa diajak berpikir untuk menyimpulkan tentang materi pelajaran yang sudah disampaikan, guru memfasilitasi siswa untuk menyimpulkan materi yang sudah disampaikan, dan guru memberikan pekerjaan rumah (PR) yang akan diperiksa pada pertemuan berikutnya.

(32)

membuat kesimpulan. Peran guru dalam pembelajaran ini tidak lagi sebagai penyampai informasi utama, akan tetapi lebih diutamakan sebagai motivator dan fasilitator, pembimbing siswa mencari dan menemukan sumber belajar dan informasi lain dalam hubungannya dengan materi yang akan dipelajari, kemudian meramu dan menganalisis informasi yang diperoleh, lalu menyimpulkan. Selain itu peran guru sebagai pembimbing dan pelatih siswa untuk terbiasa dengan beberapa aktivitas aktif melalui proses pembelajaran yang berlangsung.

6. Evaluasi (proses dan hasil) menunjukkan peningkatan yang sangat berarti. Evaluasi proses dari empat siklus yang dilaksanakan, diketahui bahwa kemampuan guru dalam pelaksanaan PPKBK, secara umum ada kecenderungan peningkatan aktivitas dan kreativitas mengajar, baik dalam membuka pembelajaran, apersepsi, eksplorasi, diskusi dan latihan, maupun penarikan kesimpulan dan pemberian pekerjaan rumah. Artinya kinerja guru menjadi semakin baik. Begitu pula dengan siswa hasil proses yang diharapkan, dari siklus awal ke siklus berikutnya memperlihatkan kecenderungan kemajuan perolehan prestasi yang sangat berarti. Perolehan prestasi hasil pos tes yang dicapai oleh siswa pada masa orientasi ratanya adalah 25, siklus 1 rata-ratanya 34,718 pada siklus 2 rata-rata-ratanya 54,487 pada siklus 3 rata-rata-ratanya 65,41 dan siklus 4 rata-ratanya adalah 66,513. Nampak ada peningkatan prestasi belajar yang dicapai oleh siswa.

(33)

Berdasarkan hasil pengamatan siklus pertama sampai siklus keempat, maka pada bagian ini dikemukakan rekomendasi yang diperkirakan dapat bermanfaat bagi pihak terkait yang peduli tentang pendidikan matematika khususnya bagi pengajar matematika di lapangan.

1. Bagi guru matematika di lapangan diharapkan terus berusaha mengembangkan profesionalisme baik melalui pendidikan formal maupun kegiatan-kegiatan pengembangan professional dalam jabatan (in service training), seperti MGMP, workshop, dan kegiatan in house training (IHT) di

sekolahnya masing-masing. Oleh karena itu dalam pendekatan Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis (PPKBK), guru diharapkan benar-benar dapat mengoptimalkan perannya sebagai perancang, motivator, fasilitator, pengelola pembelajaran sekaligus sebagai model dalam pembelajaran. Guru harus dapat mengubah pola pembelajaran lama yang bersifat teacher centered kepada student centered.

2. Kepala Sekolah diharapkan dapat memberikan motivasi dan kesempatan yang

seluas-luasnya kepada para guru untuk mengembangkan potensinya dan meningkatkan kompetensinya dalam melaksanakan pembelajaran, serta mencobakan berbagai model pembelajaran yang actual, termasuk pendekatan PPKBK, baik melalui wadah pengembangan profesional guru seperti kegiatan MGMP maupun kegiatan-kegiatan lain seperti penataran, workshop, dan sebagainya perlu terus diberdayakan.

(34)

MGMP, penataran, seminar bagi guru untuk mengembangkan model dan pendekatan pembelajaran yang student centered. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu masukan dalam meningkatkan kinerja guru dan membenahi proses pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika,

4. Untuk peneliti selanjutnya, hendaknya dapat mengkaji dan menelaah

masalah-masalah mengenai pendekatan PPKBK secara lebih luas pada jenjang SMA. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan sentuhan dan pengalaman yang lebih luas kepada guru-guru matematika, tentang pembelajaran yang dapat merangsang aktivitas dan kreativitas siswa untuk membangun pengetahuan mereka sendiri sehingga kualitas proses dan hasil pembelajaran matematika dapat lebih meningkat lagi di masa-masa yang akan datang.

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Yrama Widya.

Cogen, Victor (2006). Melejitkan Prestasi Anak. Bandung : How-Press.

Dahlan, M.D. (1990). Model-Model Mengajar. Bandung : CV. Diponegoro.

Dakir (2004). Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Emzir (2008). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Hamalik, Oemar (2003). Manajemen Pendidikan dan Pelatihan. Bandung : Y.P Pemindo.

Hamalik, Oemar (2007). Dasar – Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Hamlik, Oemar (2007). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Johnson, B. Elaine (2007). Contextual Teaching & Learning. Bandung : Mizan Learning Center (MLC).

Kurnianingsih, Sri (2007). Matematika SMA dan MA untuk Kelas XI Semester 2 Program IPA. Jakarta : Esis.

LPMP (2008). Laporan Hasil Analisis Ujian Nasional Provinsi Banten Tahun Pelajaran 2007/2008. Banten : LPMP

Nasution S. (2006). Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Ornstein, Allan C. & Hunkins, Francis P. (1998). Foundation, Principles, and Issues. Boston London Toronto Sydney Tokyo Singapore : Ally and Bacon.

Permendiknas No. 41 (2007). Standar Proses Pendidikan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : BSNP

(36)

Rochiati, Wiriaatmadja (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito.

Ruseffendi, E.T. (1991). Penilaian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa Khususnya dalam Pengajaran Matematika. Bandung : UPI

Rusman (2007). Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Komputer untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa pada Mata Pelajaran Matematika di Sekolah Menengah Kejuruan. Bandung : Program Pasca Sarjana UPI

Rusman (2009). Manajemen Kurikulum Seri Manajemen Sekolah Bermutu. Jakarta : Rajawali Pers, PT RajaGrafindo Persada.

Sagala, Syaiful (2007). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Sanjaya, Wina (2002). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : San Grafika.

Sanjaya, Wina (2006). Pembelajaran dalam Implementasi KBK. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya, Wina (2007). Strategi Pembelajaran Berorintasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya, Wina (2008). Kurikulum dan Pembelajaran KTSP. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Seno, Heru (2005). Panduan Belajar Matematika Kelas XII Primagama. Yogyakarta : Primagama Press.

Soemanto, Wasty (2006). Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta

Subagyo, Agus Aris (2006). Panduan Belajar Matematika Kelas IX Primagama. Yogyakarta : Primagama Press.

Sudijono, Anas (2007). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : RajaGrafindo Persada.

Sudjana, Djudju (2000). Strategi Pembelajaran. Bandung : Falah Production.

Sukmadinata, Nana Syaodih (2004). Pengembangan Kurikulum. Bandung : Remaja Rosda Karya.

(37)

Sukmadinata, Nana Syaodih (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Supardan, Dadang (2007). Proposal Penelitian. Bandung : UPI.

Syah, Muhibbin (2008). Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Wirodikromo, Sartono (1994). Matematika untuk SMA Semester 5. Jakarta : Erlangga.

Zais, Robert (1976). Curriculum Principles and Foundation. Canada : Harper & Row, Publishers, Inc.

Gambar

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Gambar 3.2 Kegiatan Utama Pengumpulan Data

Referensi

Dokumen terkait

“ Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Motivasi Belajar Matematika pada Siswa SMA”.. Tesis SPS

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN GENERATIVE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII A1. SMP MUHAMMADIYAH 8 SURAKARTA

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dalam 2 siklus. Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2

Dalam penelitian ini Media yang dikembangkan berupa buku elektronik akan ditelaah oleh pakar media dan materi serta diujicobakan pada SMA N Patikraja Banyumas kelas XI IPA 1 dan

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 3 Medan yang bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar

Data tindakan kelas putaran I mengenai peningkatan kemampuan berpikir matematika melalui metode pembelajaran quantum learning dapat terlihat dari beberapa indikator yaitu

Yosafat Ardian Kristiarta. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Matematika Materi Limit Kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Samigaluh. Program Studi Pendidikan

Penelitian dengan judul pengaruh kemampuan berpikir kritis pada pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA SMA Negeri Ajibarang, telah dilakukan