• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang. a. Mengelola dan mengembangkan sumber daya hortikultura secara optimal, bertanggung jawab, dan lestari;

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Latar Belakang. a. Mengelola dan mengembangkan sumber daya hortikultura secara optimal, bertanggung jawab, dan lestari;"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1/20

IMPLEMENTASI DATA BASE POTENSI HORTIKULTURA MENGGUNAKAN ARCGIS DALAM RANGKA AKUNTABILITAS PEMBANGUNAN PERTANIAN SEKSI SARANA PRASARANA HORTIKULTURA DI KABUPATEN BLORA

Nama Diklat : Diklatpim Tingkat IV Angkatan LXXXV

Tahun : 2017

Ruang lingkup inovasi : Kabupaten/Kota

Cluster inovasi : Pertanian, Perkebunan & Pangan Inovator : EKA MOYA LESTARI, SP Jabatan : Kasi Sarpras Holtikultura

Instansi : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab. Blora

Latar Belakang

Hortikultura (horticulture) berasal dari bahasa latin hortus (tananam kebun) dan cultura/colore (budaya) dan dapat diartikan sebagai budidaya tanaman kebun. Kemudian hortikultura digunakan secara luas bukan hanya untuk budidaya di kebun. Istilah hortikultura digunakan pada jenis tanaman yang dibudidayakan. Bidang kerja

hortikultura meliputi pembenihan, pembibitan, kultur jaringan, produksi tanaman, hama dan penyakit, panen, pengemasan dan distribusi.

Hortikultura adalah segala hal yang berkaitan dengan buah, sayuran, bahan obat nabati, dan florikultura, termasuk didalamnya jamur, lumut, dan tanaman air yang berfungsi sebagai sayuran, bahan obat nabati, dan/atau bahan estetika. Definisi Pewilayahan Hortikultura berdasarkan UU No. 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura adalah penetapan wilayah untuk pengembangan usaha hortikultura dengan memperhatikan kondisi biofisik dan potensi wilayah yang ada. Penyelenggaraan hortikultura bertujuan untuk :

a. Mengelola dan mengembangkan sumber daya hortikultura secara optimal, bertanggung jawab, dan lestari;

b. Memenuhi kebutuhan, keinginan, selera, estetika, dan budaya masyarakat terhadap produk dan jasa hortikultura;

c. Meningkatkan produksi, produktivitas, kualitas, nilai tambah, daya saing, dan pangsa pasar;

(2)

2/20

d. Meningkatkan konsumsi produk dan pemanfaatan jasa hortikultura;

e. Menyediakan lapangan kerja dan kesempatan usaha;

f. Memberikan perlindungan kepada petani, pelaku usaha dan konsumen hortikultura nasional;

g. Meningkatkan sumber devisa negara; dan

h. Meningkatkan kesehatan, kesejahteraan, dan kemakmuran rakyat.

Hortikultura diselenggarakan di seluruh wilayah negara Republik Indonesia, dilaksanakan dalam wilayah sendiri, bertumpangsari dengan tanaman lain, dan/atau berintergrasi dengan wilayah usaha lainnya, wajib memperhatikan rencana tata ruang wilayah serta dilakukan di luar zona kawasan konservasi. Penetapan tata ruang wilayah dalam kaitan dengan pengembangan hortikultura wajib menjamin terpeliharanya kelestarian sumber daya alam, fungsi lingkungan, dan keselamatan masyarakat, serta selaras dengan kepentingan kegiatan lainnya.

Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menetapkan produk unggulan yang akan dikembangkan di dalam kawasan hortikultura. Produk unggulan hortikultura harus memiliki potensi daya saing dan memperhatikan kearifan lokal. Terhadap produk unggulan hortikultura yang telah ditetapkan, Pemerintah dan/atau pemerintah daerah berkewajiban menjamin ketersediaan :

a. Prasarana dan sarana hortikultura yang dibutuhkan;

b. Distribusi dan pemasaran di dalam negeri atau ke luar negeri;

c. Pembiayaan; dan

d. Penelitian dan pengembangan teknologi.

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Blora dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Blora Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Blora. Susunan organisasi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Blora sesuai Peraturan Bupati Blora Nomor 59 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Blora, terdiri:

(3)

3/20

1. Kepala Dinas;

2. Sekretariat , membawahkan:

a. Subbagian Program;

b. Subbagian Keuangan; dan

c. Subbagian Umum dan Kepegawaian.

3. Bidang Tanaman Pangan, membawahkan :

a. Seksi Produksi Tanaman Pangan;

b. Seksi Sarana Prasarana Tanaman Pangan; dan

c. Seksi Perlindungan dan Usaha Tanaman Pangan.

4. Bidang Hortikultura, membawahkan :

a. Seksi Produksi Hortikultura;

b. Seksi Sarana Prasarana Hortikultura; dan

c. Seksi Perlindungan dan Usaha Hortikultura.

5. Bidang Perkebunan, membawahkan :

a. Seksi Produksi dan Perlindungan Perkebunan; dan

(4)

4/20

b. Seksi Usaha dan Sarana Prasarana Perkebunan.

6. Bidang Ketahanan Pangan, membawahkan:

a. Seksi Ketersediaan Pangan;

b. Seksi Distribusi Pangan; dan

c. Seksi Penganekaragaman Pangan dan Konsumsi.

7. Bidang Penyuluhan dan Sumber Daya Manusia, membawahkan :

a. Seksi Kelembagaan Penyuluhan dan Sumber Daya Manusia; dan

b. Seksi Penyelenggaraan Penyuluhan.

8. UPT; dan

9. Kelompok Jabatan Fungsional.

Sedangkan Tupoksi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Blora merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah yaitu :

Tugas Pokok :

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Blora mempunyai tugas melaksanakan tugas Bupati dalam kebijakan teknis di bidang pertanian dan ketahanan pangan.

Fungsi :

(5)

5/20

a. Perumusan kebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya;

b. Pelaksanaan kebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya;

c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan sesuai dengan lingkup tugasnya;

d. Pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan

e. Pelaksanaan fungsi kedinasan lain yang diberikan oleh Bupati terkait dengan tugas dan fungsinya.

Dalam rangka mewujudkan tugas pokok dan fungsinya Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Blora mempunyai Misi : “Meningkatkan

pertumbuhan ekonomi, pendapatan masyarakat dan memaksimalkan pemanfaatan sumber daya daerah yang ramah lingkungan dan berkesinambungan” dan mendukung terwujudnya Visi Pemerintah Kabupaten Blora “Terwujudnya Masyarakat Blora yang lebih Sejahtera dan Bermartabat”

Bidang Hortikultura mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas dalam merumuskan dan menyusun bahan kebijakan teknis, pembinaan, pelaksanaan dan pengelolaan kegiatan produksi hortikultura, sarana prasarana hortikultura, perlindungan dan usaha hortikultura, dipimpin oleh seorang kepala yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Bidang Hortikultura

mempunyai fungsi :

a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan kegiatan pada Seksi Produksi Hortikultura, Seksi Sarana Prasarana Hortikultura, Seksi Perlindungan dan Usaha Hortikultura;

b. pengelolaan dan penyelenggaraan kegiatan pada Seksi Produksi Hortikultura, Seksi Sarana Prasarana Hortikultura, Seksi Perlindungan dan Usaha Hortikultura untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan;

c. pengkoordinasian dan pengendalian pelaksanaan kegiatan pada Seksi Produksi Hortikultura, Seksi Sarana Prasarana Hortikultura, Seksi Perlindungan dan Usaha Hortikultura; dan

d. pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai perintah atasan.

(6)

6/20

Seksi Sarana dan Prasarana Hortikultura mempunyai tugas :

a. merencanakan program dan rencana kerja serta rencana kegiatan di Seksi Sarana Prasarana Hortikultura berdasarkan program kerja tahun sebelumnya sebagai pedoman kerja agar pelaksanaan program kerja sesuai dengan rencana;

b. mempelajari dan menelaah peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Seksi Sarana Prasarana Hortikultura;

c. membagi tugas, memberi petunjuk, dan membimbing bawahannya dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan jabatan dan kompetensinya untuk pemerataan dan kelancaran pelaksanaan tugas secara benar;

d. meneliti, memeriksa dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahan berdasarkan arahan sebelumnya agar diperoleh hasil kerja yang optimal;

e. menyusun bahan kebijakan teknis pada Seksi Sarana Prasarana Hortikultura sesuai dengan peraturan perundang – undangan dan petunjuk teknis sebagai bahan kajian pimpinan;

f. menyiapkan bahan koordinasi teknis dengan unit kerja terkait;

g. menyediakan bahan perumusan kebijakan teknis terkait sarana prasarana hortikultura;

h. melaksanakan kebijakan penggunaan pupuk dan pestisida hortikultura serta pengambilan sampel pupuk untuk dilakukan pengujian kandungan unsur hara yang terkandung didalam pupuk tersebut;

i. melakukan pengawasan, pemantauan dan evaluasi standar mutu penggunaan pupuk dan pestisida hortikultura;

j. menyediakan bahan perumusan kebijakan pengembangan, rehabilitasi, konservasi, optimasi dan pengendalian lahan pertanian;

k. menyusun peta pengembangan, rehabilitasi, konservasi, optimasi dan pengendalian lahan pertanian hortikultura;

l. melaksanakan kebijakan teknis operasional di bidang pengelolaan lahan pertanian hortikultura

(7)

7/20

m. menyediakan data penetapan dan pengawasan tata ruang dan tata guna lahan pertanian hortikultura;

n. melakukan pemetaan potensi dan pengelolaan lahan pertanian hortikultura;

o. melaksanakan pengaturan dan penerapan kawasan pertanian hortikultura;

p. menyediakan data penetapan luas baku lahan pertanian hortikultura yang dapat diusahakan sesuai kemampuan sumberdaya lahan yang ada;

q. melaksanakan pembinaan teknis kepada kelompok tani di bidang lahan pertanian hortikultura;

r. menyediakan data pelaksanaan kerjasama dengan sumber teknologi dalam rangka transfer teknologi pengelolaan lahan pertanian hortikultura;

s. melaksanakan monitoring dan evaluasi kegiatan Pengelolaan Lahan Pertanian Hortikultura;

t. menyediakan bahan perumusan kebijakan pengembangan jaringan irigasi mendukung hortikultura;

u. melaksanakan pemantauan dan evaluasi pemanfaatan air irigasi serta pembinaan dan bimbingan teknis pengelolaan sumber-sumber air dan air irigasi mendukung hortikultura;

v. melakukan sosialisasi hemat air kepada kelompok tani dan/atau petani serta memantau dan mengevaluasi pengembangan teknologi optimalisasi pengelolaan air untuk usaha tani hortikultura;

w. melaksanakan identifikasi dan inventarisasi kebutuhan alat dan mesin pertanian;

x. melaksanakan penilaian dan prestasi kerja bawahan berdasarkan sasaran kerja pegawai dan perilaku kerja sesuai ketentuan dalam rangka peningkatan karier, pemberian penghargaan dan sanksi;

y. mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan pada Seksi Sarana Prasarana Hortikultura berdasarkan program kerja agar sesuai dengan target hasil;

z. membuat laporan pelaksanaan kegiatan pada Seksi Sarana Prasarana Hortikultura sesuai dengan hasil pelaksanaan kegiatan sebagai wujud akuntabilitas dan

(8)

8/20

transparansi pelaksanaan tugas; dan

aa. melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai perintah atasan.

Bidang Hortikultura merupakan bidang baru di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Blora dimana dulu masuk di Bidang Tanaman Pangan dan

Hortikultura Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan dimana usianya baru 4 (empat) bulan. Personil-personil Bidang Hortikultura diisi oleh pegawai baru yang masih sedikit memiliki data tentang hortikultura.

Data-data tentang hortikultura masih dalam bentuk angka dan peta dalam bentuk umum yang kurang akurat dan informatif.

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Blora dalam melaksanakan kegiatan berupa bantuan bibit hortikultura masih kurang memperhatikan data potensi yang berada di masing-masing kecamatan. Data potensi tersebut antara lain luas penggunaan lahan, keberadaan waduk, jenis pengairan, luas lahan menurut ketinggian dari permukaan laut, kedalaman efektif tanah, tekstur tanah. Dimana dengan data-data tersebut akan muncul komoditas yang sesuai dengan daerah masing-masing sehingga potensi daerah dapat tertata. Beberapa komoditas unggulan yang sudah ada di Kabupaten Blora antara lain Durian Nglawungan yang terletak di Dusun Nglawungan Desa Tunjungan Kecamatan Tunjungan, Jeruk Tanggel terletak di Desa Tanggel Kecamatan Randublatung, Jambu Kristal di Desa Tempuran Kecamatan Blora, Sawo Bangoan di Desa Bangoan Kecamatan Jiken.

Durian Nglawungan sudah lama terkenal sampai luar daerah bahkan pejabat teras di Kabupaten Blora. Tanaman durian di Dusun Nglawungan Desa Tunjungan Kecamatan Tunjungan ada yang sudah berumur ratusan tahun.

Desa Tanggel memiliki potensi jeruk siam yang luar biasa mengingat luasnya kebun hingga 100 hektare. Meskipun perawatan jeruk siam tergolong cukup sulit, petani tetap semangat melakukan perawatan tanaman buah yang mudah terserang virus. Tanaman jeruk tanggel yang berada di Desa Tanggel Kecamatan Randublatung merupakan tanaman yang diusahakan kembali karena beberapa puluh tahun yang lalu tanaman jeruk terserang penyakit CPVD. Dimana sementara penanggulangan penyakit tersebut, tanah harus diistirahatkan beberapa waktu. Jeruk siam dipanen 1 kali dalam 1 tahun, dengan volume 25-30 ton setiap 1 Ha. Keunggulan jeruk tanggel selain segar, rasa buahnya yang manis walaupun pada musim hujan.

Selain itu, jambu kristal yang baru dikembangkan pada Kabupaten Blora mendapatkan perhatian khusus dari Bupati Blora. Pilot project tanaman jambu kristal terletak di Desa Tempuran Kecamatan Blora sejumlah 800 pohon.

Desa Bangoan Kecamatan Jiken, Kabupaten Blora, Jateng, ternyata tidak hanya dikenal dengan potensi sumur minyak tuanya, namun juga dikenal sebagai sentra penghasil buah sawo di wilayah Kabupaten Blora. Ada ribuan pohon yang ditanam warga desa ini di pekarangan dan kebun belakang rumah mereka, terutama warga Dukuh Watugunung. Khusus di Dukuh Watugunung ada 800 pohon yang sudah berbuah, sedangkan pohon muda dan bibit cangkoknya ada ratusan.

Buah sawo produk Desa Bangoan ini pernah memperoleh juara di gelaran Pameran Produk Pertanian Soropadan Agro Expo (SAE) tingkat Jawa Tengah di Temanggung

(9)

9/20

pada tahun 2014. Selain memenangi Soropadan Agro Expo, para petani sawo Bangoan ini juga memperoleh penghargaan Pelestari Sumber Daya Genetik tingkat Jawa Tengah dari Gubernur Ganjar Pranowo tahun 2015. Sertifikat organik juga berhasil diraih dari Lembaga Sertifikasi Organik Seloliman yang berlaku hingga 2018.

Peta pengembangan lahan hortikultura diperlukan untuk memudahkan dalam penumbuhan dan pengembangan kawasan berbasis agribisnis mulai dari penyediaan sarana produksi, budidaya, pengolahan pasca panen dan pemasaran serta kegiatan pendukungnya secara terpadu, terintegrasi dan berkelanjutan. Mengingat begitu pentingnya kawasan hortikultura dalam menyokong pembangunan pertanian, diperlukan suatu pedoman pengembangan kawasan hortikultura yang terintegrasi dengan berbagai pemangku kepentingan. Kedepan diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kabupaten Blora juga memiliki berbagai aneka sayuran yang cocok untuk dibudidayakan.

Peta potensi hortikultura yang akuntabel dan informatif dapat diwujudkan salah satunya dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG). Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan, memanipulasi, dan menganalisis informasi geografi. Yang semula informasi permukaan bumi disajikan dalam bentuk peta yang dibuat secara manual, maka dengan hadirnya Sistem Informasi Geografi (SIG) informasi-informasi itu diolah oleh komputer, dan hasilnya berupa peta digital. Sistem Informasi Geogafi (SIG) mampu menyajikan keaslian dan kelengkapan sebuah informasi dibandingkan cara-cara yang digunakan sebelumnya. Sistem informasi geografi menyimpan data sesuai dengan data aslinya. Walaupun demikian, agar data yang disimpan itu akurat, maka data yang dimasukkan haruslah data yang akurat.

Sistem Informasi Geografi (SIG) akan memberikan informasi yang kurang akurat bila data yang dimasukkan merupakan data yang meragukan. Selain berperan sebagai alat pengolah data keruangan, sistem informasi geografi juga mampu menyajikan informasi mengenai sumber daya yang dimiliki oleh suatu ruang atau wilayah

tertentu. Dengan demikian, sistem informasi geografi tidak hanya befungsi sebagai “alat pembuat peta”, tetapi lebih jauh dari itu. Sistem informasi geografi mampu menghasilkan suatu sistem informasi yang aplikatif, yang dapat digunakan oleh perencana atau oleh pengambil keputusan untuk kepentingan pengolahan sumber daya yang ada di suatu wilayah.

Oleh karena itu, pemetaan potensi dan pengelolaan lahan pertanian hortikultura berbasis Sistem Informasi Geografi (SIG) sangat penting dilakukan sehingga memudahkan pelaksanaan pengaturan dan penerapan kawasan pertanian hortikultura di Kabupaten Blora. Selain itu akan memudahkan setiap stakeholder untuk mencari, menganalisa, dan memvisualkan database yang terekam. Setiap stakeholder akan memiliki keleluasaan dalam pengolahan dan penyajian data, yaitu cepat, akurat, dan relevan, sehingga informasi yang disajikan tidak basi. Semua data yang dimiliki akan disimpan dan ditampilkan dalam format yang sama dan memudahkan untuk pengelolaan lebih lanjut.

Judul proyek perubahan pada poin 01. Judul di atas, dipilih oleh Project Leader setelah melakukan network of forces scanning untuk melihat dan mengenali permasalahan dan tantangan yang ada atas pelaksanaan tugas selama ini. Kemudian dipilih permasalahan dan tantangan yang mempunyai nilai strategis (ISU STRATEGIS) untuk dicarikan terobosan inovasi dalam rangka terwujud perubahan berupa peningkatan kinerja organisasi. Beberapa isu strategis yang dapat diambil antara lain :

1. Bidang Hortikultura merupakan bidang yang baru pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Blora;

2. Belum adanya data dalam bentuk peta digital;

(10)

10/20

3. Belum sinerginya bantuan kepada masyarakat antar bidang di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Blora;

4. Penyaluran bantuan belum ditata sesuai potensi daerah;

5. Sumber daya alam yang luas dan komplek belum disusun dalam data base potensi hortikultura;

6. Belum adanya peta pengembangan lahan hortikultura;

7. Perlunya teknologi untuk menyusun data base potensi hortikultura yang mampu menyajikan data yang akurat dan akuntabel.

Untuk mengidentifikasi masalah dan memudahkan mencari alternatif penyelesaian masalah di Bidang Hortikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Blora, Project Leader melakukan analisis Leavitt’s Model (1965) dengan memfokuskan 4 (empat) variabel dalam organisasi. Perubahan pada salah satu komponen akan mempengaruhi komponen yang lain. Keempat komponen tersebut dalah Tugas (Task), Sumber Daya Manusia (People), Struktur (Structure), dan Teknologi ( Technology).

Dengan menggunakan alat analisis masalah Leavitt’s Model diperoleh gambaran masalah dari aspek-aspek penyajian dan pemerolehan data base potensi di Bidang Hortikultura sebagai berikut:

Tabel 3. Identifikasi dan Analisis Masalah

Unsur Kondisi sekarang Kondisi yang diharapkan Masalah Solusi

(11)

11/20

Structure

Bidang Hortikultura

adalah bidang baru Penyusunan program pembangunan yang akuntabel oleh stakeholder berbasis data base.

Penyusunan program pembangunan yang akuntabel

Melakukan koordinasi dan kolaborasi antara stakeholder berbasis data base.

Task/

Tugas

Tugas melakukan data base potensi hortikultura belum dilaksanakan.

Tugas melakukan data base potensi hortikultura dapat dilaksanakan secara cepat dan akurat.

Pelaksanaan tugas data base potensi

hortikultura terkendala dengan keterbatasan personil.

Membentuk kelompok kerja yang bertugas menyusun data base potensi hortikultura.

People/ SDM

SDM belum memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan yang diperlukan dalam melaksanakan pembuatan dan pengelolaan data base potensi hortikultura.

SDM yang memiliki kecakapan dalam melaksanakan pembuatan dan pengelolaan data base potensi hortikultura.

SDM belum memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan yang diperlukan dalam melaksanakan pembuatan dan pengelolaan data base potensi hortikultura.

Meningkatkan ketrampilan SDM melalui

pendidikan, pelatihan atau magang.

(12)

12/20

Techno-logy

Teknologi Informasi belum digunakan untuk

pendokumenta-sian dan penyusunan data base potensi hortikultura.

Tersedianya database potensi hortikultura spasial maupun non spasial, valid dan up date, mudah dianalisa dan divisualkan.

Data base potensi hortikultura belum valid dan up date, sulit dianalisa dan divisualkan.

Penggunaan software ArcGIS untuk

mendokumentasikan dan menyusun data base potensi hortikultura.

Tabel 4. Analisis Dampak Perubahan Komponen Organisasi

Komponen Kondisi Setiap Komponen Komponen Utama

yang Diintervensi

Dampak Perubahan Terhadap Komponen Lain

Structure

Bidang Hortikultura adalah bidang baru

Penyusunan program pembangunan yang akuntabel oleh stakeholder berbasis data base.

Task/Tugas:

Tugas data hortikultura dapat dilaksanakan dengan terpadu dan berkesinambungan. People/ SDM:

Personil yang bertugas tidak mudah dimutasi dan ikut ke bidang baru.

Technology:

Dengan personil yang stabil dapat menjalankan teknologi secara berkesinambungan.

(13)

13/20

Task/ Tugas

Tugas melakukan data base potensi hortikultura belum dilaksanakan.

Tugas melakukan data base potensi hortikultura dapat dilaksanakan secara cepat dan akurat.

Structure:

Petugas dapat melakukan data base potensi hortikultura.

People/ SDM:

Personil yang bertugas sebanding dengan kebutuhan.

Technology:

Dengan personil yang

kompeten dapat menjalankan data base potensi hortikultura.

People/ SDM

SDM belum memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan yang diperlukan dalam melaksanakan pembuatan dan pengelolaan data base potensi hortikultura.

SDM yang memiliki kecakapan dalam melaksanakan pembuatan dan pengelolaan data base potensi hortikultura.

Structure:

Kompetensi SDM dapat ditingkatkan.

Task/Tugas:

Tugas data base potensi hortikultura dilakukan oleh SDM yang berkompetensi. Technology:

SDM tahu, trampil dan cakap menjalankan teknologi informasi.

(14)

14/20

Technology

Teknologi Informasi belum digunakan untuk dokumentasi dan penyusunan data base potensi hortikultura.

Tersedianya data base potensi hortikultura spasial maupun non spasial, valid dan up date, mudah dianalisa dan divisualkan.

Structure:

SDM dapat menggunakan teknologi untuk menaikkan kinerja.

Task/Tugas:

Tugas data base potensi hortikultura dilakukan secara akuntabel dan akurat. People/ SDM:

SDM mampu

mengoperasionalkan ArcGIS.

Dari identifikasi dan analisis masalah sebagaimana Tabel 3 dan Tabel 4, dapat dipilih isu strategis yaitu penggunaan software ArcGIS untuk mendokumentasikan dan menyusun data base potensi hortikultura, selanjutnya muncul gagasan yang dapat menjadi Judul Rencana Proyek Perubahan yang akan dilaksanakan. Rencana judul tersebut adalah Implentasi Data Base Potensi Hortikultura menggunakan ArcGIS dalam rangka meningkatkan Akuntabilitas Pembangunan Pertanian Seksi Sarana Prasarana Hortikultura di Kabupaten Blora. Adapun untuk efektifitas pelaksanaan proyek perubahan ini, maka locus yang diambil berada di Desa Kedungrejo Kecamatan Tunjungan, Desa Plantungan Kecamatan Blora dan Desa Soko Kecamatan Jepon Kabupaten Blora dengan komoditas durian.

Mengingat permasalahan tersebut maka dilakukan benchmarking ke Dinas Pertanian dan Kehutanan, Dinas Pariwisata dan Dinas Lingkungan Hidup Kota Batu Malang pada tanggal 10 – 13 April 2017 untuk memperoleh best practice pengelolaan kegiatan di instansi yang dikunjungi. Hasil benchmarking adalah sebagai berikut :

1. Seorang pemimpin yang mempunyai visi perubahan, inovasi, memiliki kemampuan manajerial dan integritas yang tinggi menjadi panutan bagi anak buah dan masyarakat;

2. Komitmen penyelenggara Dinas Pertanian dan Kehutanan yang berfokus pada pelayanan kepada masyarakat;

3. Komitmen dan kerjasama seluruh pemangku kepentingan dalam dalam mewujudkan visi dan misi Kota Batu;

(15)

15/20

4. Komunikasi antara pimpinan dan bawahan sangat mutlak diperlukan sebagai kunci keberhasilan suatu organisasi;

5. Kepatuhan terhadap peraturan dan disiplin yang tinggi dari pimpinan sampai staf/bawahan;

6. Keberhasilan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Batu Malang dalam melaksanakan best practice dipengaruhi: Komitmen, Inovasi, Komunikasi, Responsif, Akuntabel dan Leadership;

7. Pegawai bekerja dengan etos kerja dan integritas yang tinggi dilandasi dengan etika dan penerapan reward and punishment;

8. Manajemen melakukan inovasi dan terobosan-terobosan baru untuk mewujudkan cara kerja yang efektif dan efisien, serta untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang cepat, mudah, responsif dan transparan;

9. Bahwa untuk melakukan sebuah perubahan dibutuhkan kemauan dan keinginan untuk terus belajar;

10. Komitmen bersama untuk terus melakukan inovasi secara kolektif kolegial sehingga mampu merubah keadaan, tidak ada sesuatu yang tidak mungkin untuk sebuah inovasi atau perubahan.

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dalam penyajian dan pemerolehan data potensi di Bidang Hortikultura dan membandingkan dengan hasil benchmarking maka diharapkan pelaksanaan proyek perubahan dapat mewujudkan perubahan penyajian dan pemerolehan data potensi di Bidang Hortikultura yang lebih baik, akurat, informatif dan akuntabel. “Implementasi data base potensi hortikultura menggunakan ArcGIS dalam rangka akuntabilitas pembangunan pertanian seksi sarana prasarana hortikultura di Kabupaten Blora” dipilih Project Leader sebagai inovasi perubahan pada permasalahan yang dihadapi.

Manfaat

1. Bagi Project Leader:

(16)

16/20

a. Sebagai salah satu syarat kompetensi dalam penyelesaian Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV angkatan LXXXV tahun 2017.

b. Sebagai salah satu inovasi didalam mengembangkan potensi dan kemampuan diri dalam menjalankan tugas pada Bidang Hortikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Blora;

c. Menjadi dasar penentuan kebijakan strategis bagi stakeholder.

2. Bagi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Blora:

a. Meningkatkan kualitas pelayanan publik terhadap implementasi UU No. 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura;

b. Memudahkan kinerja organisasi dalam menentukan keputusan terhadap kegiatan yang akan diambil.

3. Bagi Masyarakat Dunia Usaha/Stakeholders:

a. Masyarakat menjadi lebih mudah mendapatkan informasi pembangunan hortikultura di Kabupaten Blora;

b. Menjadikan program pembangunan hortikultura lebih terarah dan merata bagi seluruh wilayah Kabupaten Blora;

Setiap stakeholder akan mudah memperoleh data karena data base yang dibuat memiliki kemudahan dalam pengolahan dan penyajian, yaitu cepat, akurat dan relevan sehingga informasi yang disajikan akan selalu up to date.

Milestone

No Tahapan Output Waktu

(17)

17/20

A Tahap Jangka Pendek “Penyusunan Database Potensi Hortikultura” (Masa Breakthrough II - 2 bulan)

1

Koordinasi Stakeholder Internal (Brain storming):

a. Penyusunan materi Brain storming;

b. Rapat curah pikir Stakeholder internal;

c. Penandatanganan kesepakatan dukungan Stakeholder internal

Sosialisasi proyek perubahan dan

kesepakatan dukungan Stakeholder internal

4 (empat) hari

Minggu ke IV April 2017

2

Pembentukan Tim Efektif:

a. Penyusunan draft SK Tim Efektif;

b. Perumusan dan pembagian tugas Tim Efektif;

c. Penyusunan jadwal kegiatan tim efektif;

d. Rapat penjelasan Tim Efektif;

e. Pengesahan draft SK Tim Efektif

Terbentuknya Tim Efektif dengan SK Kepala OPD serta penjelasan

4 (empat) hari Minggu ke I Mei 2017

(18)

18/20

3

Inventarisasi data internal:

a. Koordinasi inventarisasi data

b. Inventarisasi data internal

Terinventarisasi nya data internal

2 (dua) hari

Minggu ke I Mei 2017

4

Inventarisasi data external (data yang diperoleh dari stakeholder) :

a. Koordinasi inventarisasi data

b. Inventarisasi data eksternal

Terinventarisasi nya data external

6 (enam) hari

Minggu ke II s/d minggu ke III Mei 2017

5

Pemasangan (instal) software ArcGIS:

a. Rencana pemasangan software ArcGIS

b. Pemasangan software ArcGIS

Terlaksananya pemasangan dan uji coba software ArcGIS

2 (dua) hari

Minggu ke IV Mei 2017

6

Bimtek pengoperasian ArcGIS :

a. Rencana pelatihan ArcGIS

b. Pelatihan ArcGIS

Terlaksananya bintek ArcGIS

2 (dua) hari

Minggu ke IV Mei 2017

(19)

19/20

7

Pengoperasian ArcGIS dan pengolahan data (mencari, menganalisa, dan memvisualkan database):

a. Mengumpulkan citra satelit Desa Kedungrejo, Plantungan dan Soko

b. Penyesuaian peta digital

Terinputnya data pada aplikasi dan digitasi peta

12 (dua belas) hari

Minggu ke IV Mei 2017 s/d Minggu ke II Juni 2017

8

Evaluasi pelaksanaan dan Pelaporan

a. Rapat koordinasi dan evaluasi dengan tim efektif

b. Menyusun laporan hasil proper

c. Konsultasi dengan mentor mengenai hasil proper

d. Meminta persetujuan laporan hasil kepada mentor

Terlaksananya koordinasi hasil

pelaksanaan proper dan terwujudnya laporan

9 (sembilan) hari

Minggu ke II s.d III Juni 2017

B Tahap Jangka Menengah “Persiapan Perluasan Cakupan Database Potensi Hortikultura” (kurang dari 1 tahun)

1

Survey untuk memperluas cakupan pendataan ke seluruh Kabupaten Blora

Terlaksananya survey lapangan

Agustus s/d Desember 2017

2 Perencanaan kegiatan Terwujudnya usulan kegiatan

Oktober s/d Nopember 2017

(20)

20/20

C Tahap Jangka Panjang “Pelaksanaan Perluasan Cakupan Database Potensi Hortikultura” (lebih dari 1 tahun)

1

Pelaksanaan kegiatan penyusunan database potensi hortikultura se- Kabupaten Blora

Terwujudnya

penyusunan database se-Kabupaten Blora

Januari s/d Nopember 2018

2 Monitoring evaluasi pelaksanaan

kegiatan Terlaksananya monev Desember 2018

Dicetak melalui website E-Proper BPSDMD Provinsi Jawa Tengah (https://bpsdmd.jatengprov.go.id/eproper) pada 05 May 2022 23:46:07

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Referensi

Dokumen terkait

Simulasi pengujian meliputi tegangan mekanik dan translational displacement yang terjadi pada wadah bahan bakar yang dibuat dari paduan Aluminium (aluminium alloy 43)

Oleh karena itu penerapan desain produk dalam permasalahan ini perlu untuk mengurangi pengaruh buruk teknologi informasi terhadap interaksi sosial sehingga interaksi ketika

Dalam analisa potensi besarnya energi gelombang sebagai pembangkit listrik tenaga gelombang laut dibutuhkan beberapa data sekunder yang bersumber dari Badan

Ari Kuncoro, Stat Pengajar FEUI dan Peneliti di

(2) Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam menyiapkan perumusan kebijakan, perencanaan, serta pelaksanaan program

Kepala Bidang Perindustrian, Energi dan Sumber Daya Mineral mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas dalam perumusan kebijakan

Kepala Bidang Sistem Informasi Layanan E-Government dan Statistik mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas dalam perumusan kebijakan teknis,

(1) Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas yang meliputi menyusun kebijakan teknis,