• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: Andi Raita Umairah Syarif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Oleh: Andi Raita Umairah Syarif"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

DIMENSI TOLERANSI PESAN AL-QUR’AN DI MEDIA SOSIAL INDONESIA

(Studi Kasus Penafsiran QS al-Kafirun/106: 1-6;

QS Yunus/10: 99-100; QS al-An’am/6: 108;

dalam Tiga Channel Youtube)

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama (M.Ag.)

Oleh:

Andi Raita Umairah Syarif 21190340000025

STUDI MAGISTER ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR (IAT) PROGRAM MAGISTER (S2)

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021 M/1442 H

(2)
(3)

iii

Youtube oleh tiga tokoh, yaitu Ustadz Firanda Andirja, Buya Yahya, dan Ustadz Abdullah Zaen dengan menganalisis penafsiran ketiga tokoh tersebut terhadap tiga ayat toleransi dimensi akidah (1. QS al-Kafirun/106: 1-6; 2. QS Yunus/10: 99-100; 3. QS al-An’am/6: 108) secara kualitatif. Adapun metode tafsir yang digunakan adalah metode tahlili, maudhu’i, dan muqaran.

Latar belakang penelitian ini adalah karena pengkajian atas tafsir di media sosial masih terbilang sedikit. Selain itu, Youtube merupakan media yang dapat digunakan oleh siapa pun, hingga terkait penafsiran, siapa pun bisa menafsirkan al-Qur’an di sana, termasuk mereka yang tidak memiliki alat atau ilmu yang memadai. Adapun latar belakang pemilihan isu toleransi dalam penelitian ini adalah karena isu ini harus senantiasa dipupuk di tengah kemajemukan masyarakat Indonesia. Berdasar penelusuran, terdapat beberapa penelitian terkait toleransi, khususnya tafsir ayat toleransi. Namun, tidak ada dari penelitian tersebut yang menggunakan data utama dengan bahan primer video-video tafsir di Youtube.

Hasil penelitian ini menunjukkan empat poin penting yang ketiga tokoh wacanakan terkait konsep toleransi dan bagaimana relevansinya dengan wacana toleransi secara umum. Poin-poin tersebut terdiri atas dua poin umum terkait akidah dan poin spesifik terkait muamalah.

Poin umum pertama adalah toleransi berarti menerima hak setiap individu untuk memiliki dan menjalankan keyakinannya masing-masing.

Pendapat ini sangat sesuai dengan konsep toleransi secara umum yang didefinisikan dengan ‘menerima hak orang lain untuk menjalani kehidupan milik mereka dengan nilai-nilai mereka sendiri.’ Poin umum kedua adalah umat Islam harus berpegang teguh pada prinsip keyakinan Islam dan tanpa mencampurbaurkannya dengan prinsip keyakinan lain, sedang dalam konsep toleransi umum, konsepsi ini dirumuskan dengan ’seseorang memiliki hak untuk berpegang teguh pada prinsipnya tanpa harus menyamakannya dengan prinsip orang lain.’ Dalam Islam, perkara ini adalah suatu kewajiban, bukan sekadar hak. Poin spesifik pertama adalah toleransi mengedepankan humanisme dengan menghindarkan diri dari perilaku yang dapat menyakiti orang lain. Pendapat ini konsisten dengan konsepsi toleransi secara umum yang memandang bahwa toleransi menunjukkan rasa hormat terhadap kemanusiaan yang hakiki dalam diri setiap orang. Adapun poin spesifik kedua adalah berlapang dada atas sikap tidak menyenangkan dari orang lain.

Poin ini juga sejalan dengan wacana yang diajukan dalam konsepsi toleransi yang dikemukakan oleh C. W. Von Bergen dan George Collier dengan menyebutkan bahwa jika orang lain mengungkapkan ide-ide yang dianggap tidak menyenangkan, kita tidak dibenarkan untuk membalas dengan retorika kasar dan perkataan-perkataan yang berlebihan.

(4)

iv

This study aims to analyze the interpretation of the Qur’an on Youtube by three interpreters, Ustadz Firanda Andirja, Buya Yahya, and Ustadz Abdullah Zaen by analyzing their interpretations of three verses of tolerance for the dimensions of faith (1. QS al-Kafirun/106: 1-6; 2. QS Yunus/10: 99-100; 3. QS al-An’am/6: 108) by using qualitative methods. The method of interpretation used is the method of tahlili, maudhu’i, and muqaran.

The background of this research is because thera are very few studies on the interpretation of the Qur’an on social media. In addition, Youtube is a medium where anyone can create a channel and include videos in it, so anyone can interpret the Qur’an there, including those who do not have adequate knowledge. The background for selecting the issue of tolerance in this research is because this issue must always be fostered in the mids of the plurality of Indonesia society. Based on the search, there are several studies related to tolerance, especially the interpretation of the verse of tolerance.

However, none of these studies used primary data with the primary material for commentary videos on Youtube.

This study shows four important points that the three figures discussed regarding the concept of tolerance and how it is relevant to the discourse of tolerance in general. These points consist of two general points related to faith and specific points related to muamalah.

The first general point is that the tolerance means accepting the right of every individual to have and practice their own beliefs. This opinion is very much in line with the general concept of tolerance which is defined by

‘accepting the right of others to live their own life with their own values.’

The second general point is that muslims must adhere to the principles of the Islamic belief and without mixing it with the principles of other beliefs, while in the general concept of tolerance, this conception is formulated as ‘a person has the right to adhere to his principles without having to equate them with the principles of others.’ In Islam, this matter is an obligation, not just a right.

The first specific point is that tolerance puts forward humanism by avoiding behavior that can hurt others. This opinion is consistent with the general conception of tolerance which views that tolerance shows respect for the essential humanity in every person. The second specific point is to be tolerant of the unpleasant attitude of others. This point is also in line with the discourse put forward in the conception of tolerance proposed by C. W. Von Bergen and George Collier by stating that if other people express ideas that are considered unpleasant, we are not justified in responding with harsh rhetoric and excessive words.

(5)

v

فدهي اذه ثحبلا لىإ ليلتح يرسفت نآرقلا في لئاسو لصاوتلا يعامتجلاا

يأ في

،بويتويلا نم

لبق ةثلاث

،نيرسفم مهو

ذاتسلأا ادنايرف

،اجريدنأ ايوبو

،يىيح ذاتسلأاو دبع

للها

نيز متي . ءارجإ اذه ثحبلا ةساردب يرسفت نيرسفلما ثلاثلا

في تايآ حماستلا مادختسابو

جهنلما يعونلا .

دوعت ةيفلخ رايتخا عوضوم حماستلا

في اذه ثحبلا لىإ هنأ بيج امئاد زيزعت هذه

ةيضقلا في طسو عونت عمتلمجا يسينودنلإا اذه .

هنلأ فرصب رظنلا نع هنوك ىدحإ تاورثلا

،ةميقلا نإف عونت عمتلمجا هيدل اضيأ ةيناكمإ ككفت

وأ قاقش ةملأا كلذل .

، بيج امئاد

يمدقت عوضوم حماستلا

تىح ىقبت ةيلقع شيعلا اعم ىلع الهاح .

دوعت ةيفلخ اذه ثحبلا لىإ

ةلق ثوحبلا لوح

تايرسفتلا في

لئاسو لصاوتلا

يعامتجلاا ةفاضلإاب .

لىإ نأ بويتويلا نم

لئاسولا تيلا

نكيم يلأ صخش ءاشنإ

ةانق

ينمضتو عطاقم

ويديف

،اهيف تىح في لامج يرسفتلا نكيم يلأ صخش يرسفت نآرقلا كانه ابم

في كلذ كئلوأ نيذلا سيل مهيدل تاودلأا وأ

ةفرعلما ةيفاكلا

،كلذل . ةفاضلإاب لىإ

ةيجهنم

،يرسفتلا كانه

بناج رخآ حبصي عوضوم اذه ثحبلا وهو نورسفلما .

ترهظأ جئاتن

اذه ثحبلا لىإ نأ نيرسفلما ثلاثلا

نيذلا اوحبصأ عوضوم

ثحبلا

اوناك نومزتلي بتكب يرسفتلا ساسأك

،يرسفتلل نمو

ثم متي هطبر دعب كلذ ةلابح بعشلا

يسينودنلإا ةفاضلإاب .

لىإ

،كلذ رهظأ اذه ثحبلا نأ موهفم حماستلا ماعلا

يذلا هروط

نوثحابلا نويبرغلا

نورصاعلما ىشامتي

عم موهفم حماستلا يملاسلإا

يذلا هحترقا نورسفلما

،ثلاثلا يأ

لوبق قح نيرخلآا في

نأ نوكي مله تادقتعم نأو

اوشيعي

متهايح

.

(6)

vi

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya hingga tesis ini bisa penulis selesaikan. Shalawat dan salam juga senantiasa penulis curahkan kepada Rasulullah saw.

Penulis sepenuhnya menyadari akan banyaknya pihak yang berpartisipasi secara aktif maupun pasif dalam penyelesaian skripsi ini.

Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam- dalamnya kepada pihak yang membantu maupun yang telah membimbing, mengarahkan, memberikan petunjuk dan motivasi sehingga hambatan- hambatan yang penulis temui dapat teratasi. Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Yusuf Rahman, M.A., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat beserta seluruh jajaranya.

3. Dr. Bustamin, SE, M.Si dan Dr. Ahmad Fudhaili, M. Ag, selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Magister Ilmu al-Quran dan Tafsir.

4. Dr. Mafri Amir, M.A. dan Dr. M. Suryadinata, M.A. selaku dosen pembimbing penulis, serta guru yang telah memberikan pengarahan dalam proses penulisan tesis ini.

5. Kusmana, M.A., Ph.D. dan Dr. Hamid Nasuki, M.Ag. selaku dosen penguji penulis yang telah memberikan masukan-masukan membangun dalam perbaikan tesis ini.

6. Seluruh dosen fakultas Ushuluddin yang telah mendidik, memberikan ilmu, pengalaman serta pengarahan kepada penulis selama jadi mahasiswa Magister Ilmu al-Qur’an dan Tafsir.

7. Kedua orang tua dan saudara-saudari penulis yang senantiasa memberi dukungan morel dan mendoakan penulis.

8. Teman-teman Magister Ilmu al-Qur’an dan Tafsir dan teman-teman sekontrakan sebagai teman seperjuangan dalam perkuliahan dan keseharian.

9. Seluruh pihak yang telah membantu proses perkuliah penulis dari awal hingga akhir yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Akhir kata, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi orang lain dan diri penulis sendiri. Penulis sangat terbuka terhadap kritik dan saran dari para pembaca untuk perbaikan tesis ini.

Ciputat, 11 Agustus 2021

Andi Raita Umairah Syarif

(7)

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam Tesis ini berpedoman pada buku pedoman penulisan Tesis yang terdapat dalam buku Pedoman Akademik Program Strata 1 tahun 2013-2014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

A. Padanan Aksara Huruf Arab

Huruf Latin

Keterangan

ا

tidak dilambangkan

ب

b be

ت

t te

ث

ts te dan es

ج

j je

ح

h ha dengan garis di bawah

خ

kh ka dan ha

د

d de

ذ

dz de dan zet

ر

r er

ز

z zet

س

s es

ش

sy es dan ye

ص

s es dengan garis di bawah

ض

d de dengan garis di bawah

ط

t te dengan garis di bawah

ظ

z zet dengan garis di bawah

ع

´ koma terbalik di atas

hadap kanan

(8)

viii

غ

gh ge dan ha

ف

f ef

ق

q ki

ك

k ka

ل

l el

م

m em

ن

n en

و

w we

ه

h ha

ء

apostrof

ي

y ye

B. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal dalam bahasa Indonesia, terdiri dari vocal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Untuk vocal tunggal, ketentuan alihaksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab

Tanda Vokal Latin

Keterangan

َ

a fathah

َ

i kasrah

َ

u dammah

Ada pun untuk vokal rangkap, ketentuan alihaksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab

Tanda Vokal Latin

Keterangan

ي َ

ai a dan i

و َ

au a dan u

(9)

ix Vokal Panjang

Ketentuan alihaksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

TandaVokal Arab

TandaVokal Latin

Keterangan

ا ى

â a dengantopi di

atas

ي ى

î i dengantopi di

atas

وُى

û u dengantopi di

atas Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam system aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu لا, dialihaksarakan menjadi hurup /l/, baik diikuti huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al- diwân bukan ad-diwân.

Syaddah(Tasydîd)

Syaddah atau tasydîd yang dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda ( ّ), dalam alihaksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah.

Misalnya, kata ةرور ضلا tidak ditulis ad-darûrah melainkan al-darûrah, demikian seterusnya.

Ta Marbûtah

Berkaitan dengan alihaksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menja dihuruf /t/ (lihat contoh 3).

Contoh:

No TandaVokal Latin Keterangan

1

ةقيرط

tarîqah

2

ةّيملاسلإا ةعمالجا

al-Jâmi’ah al-Islâmiyyah

(10)

x

3

دوجولا ةدحو

Wahdat al-wujûd

Huruf Kapital

Meski pun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alihaksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal, nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf capital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya.

(Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan Abû Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi).

Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan dalam alihaksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alihaksaranya. Demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialih aksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak ‘Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin al- Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânirî.

(11)

xi

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ... vii

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan ... 7

1. Identifikasi Masalah ... 7

2. Rumusan Masalah ... 7

3. Pembatasan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Tinjauan Pustaka ... 9

E. Metodologi Penelitian ... 10

1. Jenis Penelitian ... 10

2. Sumber Data ... 10

3. Pengumpulan Data ... 10

4. Analisa ... 11

5. Metode Analisis Data ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II MEDIA SOSIAL A. Komunikasi dan Komunikasi Massa ... 13

1. Komunikasi ... 13

2. Komunikasi Massa dan Jenis-Jenisnya ... 14

B. Media Sosial ... 16

1. Pengertian Media Sosial ... 16

2. Sejarah Media Sosial ... 18

3. Karakteristik Media Sosial ... 20

4. Jenis-Jenis Media Sosial ... 24

C. Platform Youtube ... 28

1. Pengenalan Youtube ... 28

2. Sejarah Youtube ... 31

3. Keunggulan Youtube ... 32

4. Motif Penggunaan Youtube ... 35

(12)

xii

1. Pengertian Tafsir ... 38

2. Sejarah Tafsir ... 40

3. Metode Tafsir ... 54

B. Pengertian dan Sejarah Perkembangan Konsep Toleransi ... 72

1. Pengertian Toleransi ... 72

2. Sejarah Toleransi ... 74

3. Diskusi Mutakhir tentang Konsep Toleransi ... 75

C. Tafsir Ayat-Ayat Toleransi ... 89

1. Tafsir QS al-Kafirun/106: 1-6 ... 89

2. Tafsir QS Yunus/10: 99-100 ... 95

3. Tafsir QS al-An’am/6: 108 ... 99

BABIV TAFSIR AYAT-AYAT TOLERANSI DALAM PLATFORM YOUTUBE A. Profil Agensi dan Video ... 106

1. Channel Firanda Andirja ... 106

2. Channel Al-Bahjah TV ... 111

3. Channel Yufid TV ... 115

B. Tafsir Ayat-Ayat Toleransi ... 119

1. Tafsir Ustadz Firanda Andirja ... 119

2. Tafsir Buya Yahya ... 128

3. Tafsir Ustadz Abdullah Zaen ... 132

C. Metode dan Karakteristik Penafsiran ... 139

1. Ustadz Firanda Andirja ... 139

2. Buya Yahya ... 141

3. Ustadz Abdullah Zaen ... 143

D. Kelebihan dan Kekurangan Penafsiran ... 144

E. Relevansi dengan Wacana Toleransi secara Umum ... 146

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 152

B. Saran ... 153 DAFTAR PUSTAKA

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an -sebagai sumber ajaran Islam- secara teks tidak berubah, tetapi penafsiran atas teks selalu berubah sesuai dengan konteks ruang dan waktu manusia. Karena itu, al-Qur’an selalu membuka diri untuk dianalisis, dipersepsi, dan diinterpretasikan (ditafsirkan) dengan berbagai alat, metode, dan pendekatan untuk menguak kandungannya, yakni makna dan hukum- hukum yang terkandung di dalamnya, serta untuk menghilangkan kesamaran dan ketidakjelasan.1

Penafsiran terhadap al-Qur’an pada dasarnya dimulai pada masa Rasulullah saw. dengan beliau sebagai mubayyin (penjelas) atas ayat-ayat al- Qur’an yang perlu dijelaskan atau yang masih samar maknanya bagi para sahabat,2 sebagaimana ditegaskan Allah dalam al-Qur’an, di antaranya QS al- Nahl/16: 64,3

ٍمْوَقِل ًةَْحَْرَو ىًدُهَو ِهيِف اوُفَلَ تْخا يِذالا ُمَُلَ َنيَِّ بُتِل الَِّإ َباَتِكْلا َكْيَلَع اَنْلَزْ نَأ اَمَو َنوُنِمْؤُ ي

. Terjemahnya:

Dan Kami tidak menurunkan Kitab (al-Qur’an) ini kepadamu (Muhammad), melainkan agar engkau dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu, serta menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.

Setelah Rasulullah saw. wafat, para sahabat, dan dilanjutkan oleh tabiin dan ulama-ulama generasi berikutnya, mengambil peran dalam menafsirkan al-Qur’an demi terealisasinya fungsi al-Qur’an sebagai pedoman hidup bagi manusia.

Ada banyak variasi yang dapat ditemukan dari produk tafsir yang hadir di tengah masyarakat Islam hingga saat ini, seperti tafsir klasik dan kontemporer, tafsir kabir (besar), wasith (sederhana), dan wajiz (ringkas), dan sebagainya.4

1Shalah ‘Abd al-Fattah al-Khalidi, al-Tafsir al-Maudhu’i baina al-Nadzariyyah wa al-Tathbiq, (T.tp.: Dar al-Nafa’is, 2012), h. 14.

2Mushthafa Dib al-Bugha dan Muhyiy al-Din Dib, al-Wadhih fi ‘Ulum al-Qur’an, (Cet. II; Damaskus: Dar al-Kalam al-Thayyib, 1998), h. 214. Lihat juga Fahd bin ‘Abd al- Rahman bin Sulaiman al-Rumi, Manhaj al-Madrasah al-‘Aqliyyah al-Haditsah fi al-Tafsir Juz 1, (Cet. II; Riyadh, 1983), h. 18.

3Lihat Muhammad Shafa, ‘Ulum al-Qur’an min Khilal Muqaddimat al-Tafasir Juz 2, (Cet. I; Bairut: Mu’assasah al-Risalah, 2004), h. 223.

4Muhammad Sayyid Thantawi, al-Tafsir al-Wasith li al-Qu’ran al-Karim Juz 1, (Cet. III; T.tp.: T.pn., 1987), h. 11.

(14)

Perjalanan panjang sejarah perkembangan tafsir al-Qur’an yang berlangsung hingga masa sekarang beriring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, termasuk internet yang kemudian melahirkan media baru.

Kehadiran media baru ini tidak bisa ditampik membawa perubahan dalam hampir segala sektor kehidupan, termasuk sektor kehidupan beragama dan ilmu pengetahuan.5

Saat ini konten terkait al-Qur’an, termasuk tafsir al-Qur’an, tidak hanya terbatas pada buku cetak, tetapi turut hadir dalam dunia digital dalam bentuk tulisan dan video (audio visual) yang diunggah di berbagai platform media sosial.

Salah satu platform yang menjadi media utama dalam penyebaran tafsir al-Qur’an audio visual adalah Youtube.6 Ada banyak video tafsir al- Qur’an oleh tokoh-tokoh agama yang diunggah melalui ragam channel/saluran di situs web tersebut. Bahkan beberapa video telah mencapai ratusan ribu hingga jutaan kali penayangan, seperti video dengan judul

’Tafsir Juz 29: Surat Al-Mulk – Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.’ yang telah ditonton hingga 248 ribu kali di channel official ’Firanda Andirja’, video yang berjudul ’Memahami Ayat Kursi Tafsir Ayat Kursi (Bagian 1) Ustadz Dr. Mushtafa Umar, Lc. MA’ telah ditonton hingga 230 ribu kali di channel ’Tafaqquh Video’, dan video berjudul ’Tafsir Al Fatihah Ayat 1 Ust.

Adi Hidayat, Lc.’ di channel ’Apip Firmansyah’ yang telah mencapai satu juta kali penayangan.7

Angka tersebut menunjukkan besarnya minat masyarakat Indonesia terhadap penyajian tafsir al-Qur’an di Youtube beriring dengan tingginya akses mereka terhadap Youtube itu sendiri8 sebagai salah satu platform terbesar di dunia.9

Salah satu kemungkinan mengapa Youtube menjadi media yang digemari oleh masyarakat dalam memperoleh ilmu atau pengetahuan dibanding melalui media buku adalah karena Indonesia merupakan negara

5Lihat Miski Mudin, Islam Virtual: Diskursus Hadis, Otoritas, dan Dinamika Keberislaman di Media Sosial, (Cet. I; Yogyakarta: Bildung, 2019), h. 21.

6Youtube adalah sebuah situs web berbagi video yang didirikan oleh Jawed Karim, Steve Chen, dan Chad Hurley pada tanggal 14 Februari 2005. Situs web ini memungkinkan pengguna mengunggah, menonton, dan berbagi video.

7Per 23 Maret 2021.

8Data dari ComScore menunjukkan ada lebih dari 93 juta penonton unik di Indonesia (berusia di atas 18 tahun) yang menonton video di Youtube setiap bulannya selama setahun terakhir. Lihat Tesalonica, ‘Jumlah Pengguna Unik Youtube di Indonesia Capai 93 Juta’, tek.id, 15 September 2020. (Diakses pada tanggal 23 Maret 2021).

9Setiap bulan lebih dari 2 miliar pengguna yang login membuka Youtube, dan setiap hari orang menonton lebih dari satu miliar jam video dan menghasilkan miliaran kali penayangan. Lihat ‘Youtube untuk Pers’, www.youtube.com/intl/id/about/press/.

(15)

berkedudukan rendah dalam hal indeks baca meskipun telah berhasil menanggulangi problem buta huruf.10 Karena itu, medium audio visual menjadi pilihan yang lebih menarik. Selain itu, konten tafsir di media sosial, khususnya Youtube lebih mudah diakses atau didapatkan.

Atas hal itu, penelitian atas tafsir al-Qur’an saat ini tidak bisa hanya berfokus pada tafsir yang tertulis dalam kitab/buku, jurnal, artikel, dan sebagainya, tetapi juga pada tafsir yang menyebar luas di media sosial, khususnya di Youtube.

Ada banyak channel di platform Youtube yang memuat konten terkait tafsir al-Qur’an. Di antara channel-channel tersebut adalah Channel Oemar Mita Syameela, Channel Tafaqquh Video, Channel Adi Hidayat Official, Channel Firanda Andirja, Channel Syafiq Riza Basalamah Official, Channel Rodja TV, Channel Al-Bahjah TV, Channel Ngaji Kyai, Channel Kalam TV, Channel Bayt al-Qur’an, Channel Hubbul Wathan TV, dan Channel Yufid.

TV.

Dari channel-channel tersebut, peneliti melakukan penyaringan untuk memilih objek penelitian dengan melihat channel yang memuat konten memadai terkait pembahasan penelitian ini.11 Dari penelusuran tersebut, channel-channel yang memenuhi kriteria adalah Channel Firanda Andirja, Channel Al-Bahjah TV, dan Channel Yufid. TV.

Channel Firanda Andirja merupakan salah satu channel yang cukup besar dan populer dengan memiliki 471 ribu subscriber/pengikut.12 Konten atau kajian dalam channel ini sepenuhnya diisi oleh Ustadz Firanda Andirja dengan beragam diskursus seperti Tafsir al-Qur’an, Fikih, Sirah Nabawiyyah, Akhlak, Bahasa Arab, dan selainnya, yang dikelompokkan dalam playlist masing-masing.

Konten terkait tafsir al-Qur’an pada channel ini tercakup dalam beberapa playlist, yaitu ’Tafsir Juz 1 & 2’ ’Tafsir Juz 6’ ’Tafsir Juz 7’, ’Juz 12’, ’Tafsir Juz 15’, ’Tafsir Juz 16’, ’Tafsir Juz 21’, ’Tafsir Juz 22’, ’Tafsir Juz 26’, ’Tafsir Juz 27’, ’Tafsir Juz 28’, ’Tafsir Juz 29’, ’Tafsir Juz 30’, dan

’Kajian Tematik’.

Adapun Channel Al-Bahjah TV memiliki pengikut/subscriber yang sangat banyak, yaitu 3.37 juta subscriber.13 Seperti channel sebelumnya, channel ini juga mencakup ragam bahasan terkait pengkajian Islam yang dikategorikan dalam playlist masing-masing. Kajian tersebut mencakup Sirah Nabawiyyah, Fikih, Akidah, Tafsir, Hadis, dan sebagainya. Konten kajian-

10Lihat Fadhli Lukman, Tafsir Sosial Media di Indonesia, Nun, Vol. 2, No. 2, (2016), 118.

11Channel yang memiliki kuantitas video/konten terkait tafsir al-Qur’an yang banyak dan channel yang membahas kajian tafsir terkait ayat toleransi yang memadai.

12Per 10 Juni 2021.

13Per 11 Juni 2021.

(16)

kajian tersebut dibawakan oleh beberapa tokoh, tetapi kebanyakan diisi oleh Buya Yahya.

Konten terkait kajian tafsir al-Qur’an terdapat dalam playlist ’Tafsir al-Qur’an bersama Buya Yahya’, ’Live Streaming Kajian Tafsir’, ’Buya Yahya Menjawab’, dan ’Buya Yahya Menjawab | Al-Bahjah TV’.

Channel ketiga yang menjadi objek penelitian ini adalah Channel Yufid. TV yang memiliki 2.91 juta subscriber/pengikut.14 Seperti dua channel sebelumnya, channel ini juga channel ini juga terdiri atas ragam bidang terkait pengkajian Islam, seperti Tafsir al-Qur’an, Tauhid, Akhlak, Fikih, Hadis, Tajwid, Bahasa Arab, dan sebagainya. Konten kajian-kajian tersebut dibawakan oleh beberapa tokoh.

Adapun konten terkait tafsir terdapat dalam playlist ’Tafsir al-Qur’an al-Muyassar’, ’Kajian Tafsir al-Qur’an – Ustadz Fakhruddin Abdurrahman’, dan ’Kajian Tafsir al-Qur’an – Ustadz Abdullah Zaen, M.A.’.

Sama halnya dengan penafsiran al-Qur’an pada umumnya, penafsiran al-Qur’an di Youtube dapat ditelaah dengan melihat berbagai aspek. Aspek pertama adalah terkait mufassir atau tokoh penafsir dengan melihat latar belakang sosial dan keilmuannya.

Penelitian atas tokoh penafsir al-Qur’an di Youtube adalah hal esensial yang perlu mendapat perhatian, mengingat dengan media luas dan bebas ini, siapa pun bisa ’menafsirkan’ al-Qur’an, termasuk orang-orang yang tidak memiliki alat atau ilmu yang memadai dalam menafsirkan al- Qur’an dengan baik dan benar.

Fenomena ini tentu sangat berbahaya, mengingat al-Qur’an adalah kalam Allah yang tidak dapat dipahami secara semena-mena dan serampangan, apalagi jika pemahaman tersebut sampai kepada masyarakat luas. Karena itu, penelitian atas tokoh penafsir ini terkait otoritas tafsir, yakni tokoh yang berhak menafsirkan al-Qur’an.

Tokoh-tokoh penafsir yang akan menjadi objek penelitian pada tulisan ini adalah tokoh-tokoh yang menafsirkan al-Qur’an secara rutin pada tiga channel tersebut di atas, yaitu channel ’Firanda Andirja’, ’Al-Bahjah TV’, dan ’Yufid TV’.

Aspek kedua dari objek penelitian tafsir al-Qur’an di Youtube ini adalah terkait metodologi dan karakteristik penafsiran yang mencakup metode penafsiran, sumber penafsiran, dan corak penafsiran.

Secara umum ada empat macam metode yang digunakan dalam penafsiran al-Qur’an, yaitu metode ijmali (global), metode tahlili (analitis), metode maudhu’i (tematik), dan metode muqaran (perbandingan).

Adapun penafsiran al-Qur’an ditinjau dari sumbernya, secara umum dibagi ke dalam dua macam, yaitu penafsiran al-Qur’an bi al-matsur (al-

14Per 11 Juni 2021.

(17)

tafsir bi al-matsur) dan penafsiran al-Qur’an bi al-ra’yi (al-tafsir bi al- ra’yi).15 Al-Tafsir bi al-matsur yang disebut juga dengan al-tafsir al-naqli merupakan penafsiran yang bersumber dari ayat, Nabi saw., sahabat, dan tabiin16.17 Adapun al-tafsir bi al-ra’yi yang disebut juga dengan al-tafsir al-

’aqli adalah penafsiran berdasar ijtihad dengan menggunakan perangkat- perangkat yang diperlukan.18

Adapun corak tafsir adalah suatu warna, arah, atau kecenderungan pemikiran atau ide tertentu yang mendominasi sebuah tafsir.19 Di antara contoh corak tafsir adalah corak bahasa, corak fikih/hukum, corak teologi dan atau filsafat, corak tasawuf, corak ilmi, dan corak sastra budaya kemasyarakatan (adab ijtima’i).20

Aspek ketiga dari penelitian ini adalah terkait produk atau hasil penafsiran tokoh-tokoh penafsir dari tiga channel yang disebutkan sebelumnya. Dalam hal ini, peneliti hendak menelaah penafsiran mereka atas ayat-ayat toleransi.

Toleransi menjadi tema pilihan dalam penelitian ini karena ia merupakan satu diskursus yang banyak dibahas di berbagai platform media sosial, termasuk di Youtube. Perhatian atas pokok pembahasan toleransi secara meluas, terutama melalui media sosial, merupakan bagian dari usaha pemeliharaan kohesi sosial di Indonesia sebagai negara majemuk.

Masyarakat Indonesia secara demografis maupun sosiologis merupakan wujud dari bangsa yang majemuk. Ciri yang menandai sifat kemajemukan ini adalah adanya keragaman budaya yang terlihat dari perbedaan bahasa, suku bangsa (etnis) dan keyakinan agama serta kebiasaan- kebiasaan kultural lainnya. Pada satu sisi, kemajemukan budaya ini merupakan kekayaan bangsa yang sangat bernilai, namun pada sisi yang lain

15Fahd bin ‘Abd al-Rahman bin Sulaiman al-Rumi, Buhuts fi Ushul al-Tafsir wa Manahijuh, (Maktab al-Taubah, t.th.), h. 71.

16Ulama berbeda pendapat mengenai kehujjahan tafsir tabiin. Karena itu, ada yang mendefinisikan tafsir bi al-matsur sebagai tafsir yang bersumber dari al-Qur’an, Nabi saw.

dan sahabat. Lihat ‘Adnan Muhammad Zurzur, ‘Ulum al-Qur’an; Madkhal ila Tafsir al- Qur’an wa Bayan I’jazih, (Cet. I; Bairut: al-Maktab al-Islami, 1981), h. 403. Bagi mereka yang memegang pendapat ini mengatakan bahwa penafsiran tabiin yang dapat dijadikan rujukan adalah penafsiran dengan thariq shahih. Jika tidak, maka ia tidak diterima. Lihat

‘Abd al-Qadir Manshur, Mausu’ah ‘Ulum al-Qur’an, (Cet. I: Dar al-Qalam al-‘Arabi, 2002), h. 186.

17‘Abd al-Rahman al-‘Akk, Ushul al-Tafsir wa Qawa’iduh, (Cet. II; Damaskus: Dar al-Nafa’is, 1986), h. 111. Lihat juga Muhammad Husain al-Dzahabi, ‘Ilm al-Tafsir, (Dar al- Ma’arif, t.th.), h. 35.

18Lihat ‘Abd al-Rahman al-‘Akk, Ushul al-Tafsir wa Qawa’iduh, h. 167.

19Azis, “Metodologi Penelitian, Corak dan Pendekatan Tafsir al-Qur’an,” dalam Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam, vol. 5, no. 1, Juni 2016, h. 13.

20Lihat Azis, “Metodologi Penelitian, Corak dan Pendekatan Tafsir al-Qur’an,” h.

16-17.

(18)

keragaman kultural memiliki potensi bagi terjadinya disintegrasi atau perpecahan bangsa.21

Ketua MUI bidang Komisi Kerukunan antar Umat Beragama (KUB), Buya Yusnar Yusuf, mengungkapkan bahwa kerukunan kegamaan di Indonesia dalam kondisi yang kurang baik dan tidak pernah tuntas. Sebagai contoh, ia menyebutkan kasus Tolikara di Papua terkait persoalan menara masjid, kasus Aceh Singkil, dan kasus-kasus lainnya. Ia juga menyebutkan bahwa pemilu yang diadakan setiap lima tahun juga selalu menjadi masa terguncangnya kerukunan beragama di Indonesia.22

Toleransi secara bahasa berarti sifat atau sikap toleran,23 yakni bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.24

Menurut James T. Siegel, penggunaan istilah toleransi terkait dengan

‘to endure’ atau ‘to bear with’, yakni perbedaan direspons sebagai sesuatu yang harus dijaga dengan penuh kesabaran dan ketabahan. Hal ini karena toleransi membutuhkan energi yang tidak remeh dalam menghadapi berbagai ujian perbedaan yang dapat timbul kapan saja.25

Berdasar pengertian tersebut di atas, terdapat beberapa ayat dalam al- Qur’an yang berbicara mengenai toleransi, seperti QS al-Baqarah/2: 256, QS al-Ma’idah/5: 5, QS al-An’am/6: 108, QS Yunus/10: 40-41, QS Yunus/10:

99-100, QS al-Hajj/22: 40, QS al-Mumtahanah/60:8, dan QS al-Kafirun/109:

1-6. Pada penelitian ini, penulis membatasi kajian terhadap ayat-ayat toleransi dari aspek akidah yang dibahas oleh tokoh tafsir di media sosial dan tetap menyisipkan aspek muamalah sebagai pelengkap.

Berdasar penelusuran, berikut masing-masing video/konten dari tiga channel (channel ’Firanda Andirja’, ’Al-Bahjah TV’, dan ’Yufid. TV’) yang berisi kajian tafsir atas ayat-ayat toleransi dimensi akidah:

1. Channel Firanda Andirja

a. Video berjudul ’Tafsir Juz Amma: Surat Al-Kafirun & An-Nasr – Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.’

21Turnomo Rahardjo, Memahami Kemajemukan Masyarakat Indonesia (Perspektif Komunikasi Antarbudaya), h. 4.

22Lihat Azhar dan Anam, “Ketua MUI: Masalah Kerukunan Umat Beragama tak Pernah Berhenti Dibahas,” muidigital, mui.or.id.

23Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 1538.

24Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, h. 1538.

25Imron Rosidi, Muslim Saleh atau Radikal: Prospek Toleransi Agama di Indonesia Pasca 2-12, Toleransi: Media Komunikasi Umat Beragama, Vol. 8, No. 2 (Juli-Desember 2016), h. 189-190.

(19)

b. Video berjudul ’Tafsir Juz 7: Surat Al-An’am #10 Ayat 102-110 – Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.’

2. Channel Al-Bahjah TV

a. Video berjudul ’Allah Memberi Hidayah pada yang Dikehendaki-Nya | Yunus: 94-100 | Buya Yahya | 11 J Awwal 1442 H’

b. Video berjudul ’Surat Al An’am Ayat 104-108: Al-Qur’an bagi Orang yang Beriman | Buya Yahya | Al-Qur’an | 3 Feb 2018’

3. Channel Yufid. TV

a. Video berjudul ’Kajian Tafsir al-Qur’an: Surat al-Kafirun (Mukadimah 1)’ – (Mukadimah 2) – (Mukadimah 3)

b. Video berjudul ’Ceramah Agama Islam – Tafsir As Sa’di Surat Al Kafirun – Ustadz Abdullah Zaen, Lc., M.A.’

Ketiga surah tersebut akan dibahas sesuai urutan turunnya, yaitu QS al-Kafirun/6: 1-6, QS Yunus/10: 99-100, dan QS al-An’am/6: 108. Hal ini untuk mengetahui bagaimana kronologi ayat-ayat tersebut dan latar belakang atau kejadian yang melingkupi pada masa turunnya.

Video-video terkait tafsir ayat toleransi tersebut di atas dibawakan oleh tiga tokoh yang berbeda dari setiap channel. Pada channel ’Firanda Andirja’, konten terkait tafsir ayat toleransi dibawakan oleh Ustadz Firanda Andirja. Pada channel Al-Bahjah TV, konten terkait tafsir ayat toleransi dibawakan oleh Buya Yahya, sedang pada channel Yufid. TV, konten terkait ayat toleransi tersebut dibawakan oleh Ustadz Abdullah Zaen.

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, terlihat beberapa poin yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:

a. Kehadiran internet yang melahirkan media baru membawa perubahan dalam hampir semua sektor kehidupan, termasuk dalam sektor penafsiran al-Qur’an dengan meluas dan banyaknya tafsir al-Qur’an yang banyak tersebar di media sosial, sedang pengkajian atas tafsir di media sosial ini masih terbilang sangat sedikit.

b. Youtube merupakan media yang siapa pun bisa membuat channel dan memasukkan video di dalamnya hingga terkait penafsiran, siapa pun bisa

’menafsirkan’ al-Qur’an di sana, termasuk mereka yang tidak memiliki alat atau ilmu yang memadai. Fenomena ini tentu sangat berbahaya, mengingat al-Qur’an adalah kalam Allah yang tidak dapat dipahami secara semena-mena dan serampangan, apalagi jika pemahaman tersebut sampai kepada masyarakat luas. Karena itu, selain metodologi penafsiran, aspek lain yang penting diteliti adalah tokoh dari penafsir tersebut.

c. Tiga channel yang menjadi objek kajian penelitian ini masing-masing memuat konten kajian tafsir. Selain itu, ketiga channel tersebut juga

(20)

memuat konten kajian keislaman lainnya seperti fikih, sirah, akhlak, bahasa Arab, dan selainnya.

d. Kemajemukan masyarakat Indonesia merupakan kekayaan yang bernilai, tapi di sisi lain keragaman ini memiliki potensi bagi terjadinya disintegrasi atau perpecahan bangsa. Karena itu, isu toleransi harus selalu disampaikan agar mentalitas hidup bersama tetap utuh.

e. Di antara ayat-ayat yang berkaitan dengan toleransi adalah QS al- Kafirun/109: 1-6, QS Yunus/10: 40-41, QS Yunus/10: 99-100, QS al- An’am/6: 108, QS al-Baqarah/2: 256, QS al-Mumtahanah/60:8, QS al- Hajj/22: 40, dan QS al-Ma’idah/5: 5. Adapun ayat-ayat yang menjadi bahan kajian pada penelitian ini adalah QS al-Kafirun/6: 1-6, QS Yunus/10: 99-100, dan QS al-An’am/6: 108.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas, berikut rumusan masalah dalam penulisan tesis ini:

a. Bagaimana Ustadz Firanda Andirja, Buya Yahya, dan Ustadz Abdullah Zaen menyampaikan pesan dimensi toleransi di channel masing-masing dalam penafsirannya?

b. Bagaimana gagasan ketiga tokoh tersebut terkait dimensi toleransi?

c. Bagaimana relevansi temuan kajian ini dalam wacana toleransi secara umum?

3. Pembatasan Masalah

Dari latar belakang masalah dan beberapa poin identifikasi tersebut di atas, berikut batasan masalah pokok yang akan dibahas dalam tesis ini:

a. Penafsiran al-Qur’an dalam platform Youtube yang dibatasi dalam tiga channel, yaitu Channel ‘Firanda Andirja’, Channel ‘Al-Bahjah TV’, dan Channel ‘Yufid. TV’.

b. Video yang menjadi objek kajian pada tiga channel tersebut adalah video terkait tafsir ayat-ayat toleransi dimensi akidah.

c. Ayat-ayat terkait toleransi yang dibahas pada tiga channel tersebut adalah QS al-Kafirun/6: 1-6, QS Yunus/10: 99-100, dan QS al-An’am/6:

108.

d. Karakteristik/corak tafsir al-Qur’an dalam platform Youtube dari ketiga channel tersebut.

e. Relevansi temuan kajian ini dalam wacana toleransi secara umum.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk menganalisis bagaimana Ustadz Firanda Andirja, Buya Yahya, dan Ustadz Abdullah Zaen menyampaikan pesan dimensi toleransi di channel masing-masing dalam penafsirannya

(21)

b. Untuk menganalisis bagaimana gagasan ketiga tokoh tersebut terkait dimensi toleransi

c. Untuk menganalisis bagaimana relevansi temuan kajian ini dalam wacana toleransi secara umum

d. Untuk memenuhi syarat memperoleh gelar M.Ag. (Magister Agama) 2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat/kegunaan berikut:

a. Penelitian ini diharapkan berguna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang Ilmu al-Qur’an dan Tafsir dan kaitannya dengan era digital atau media sosial. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberi kontribusi ilmiah dalam kajian Tafsir al- Qur’an kontemporer di Indonesia.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menginspirasi atau memberi arah bagi penelitian-penelitian serupa yang lebih intensif di kemudian hari oleh para pengkaji Ilmu al-Qur’an dan Tafsir.

D. Tinjauan Pustaka

Buku ‘Tafsir Al-Qur’an di Medsos: Mengkaji Makna dan Rahasia Ayat Suci pada Era Media Sosial’ karya Nadirsyah Hosen. Buku ini dicetak pertama kali pada bulan September 2017 oleh Penerbit Bunyan (PT Bentang Pustaka) dan telah digitalisasi dalam bentuk e-book dan didistribusikan oleh Mizan Digital Publishing. Buku ini secara umum membahas ‘aturan’ dalam penafsiran al-Qur’an dan diskursus tafsir al-Qur’an di media sosial. Pada bagian pertama diuraikan dalam beberapa bab pembahasan terkait metode penafsiran al-Qur’an dan siapa yang berhak menafsiran. Pada bagian kedua dan seterusnya dibahas topik-topik yang selalu hangat menjadi perbincangan di media sosial, seperti terkait tafsir ayat-ayat politik, tafsir surah al-Hujurat ayat 13, tafsir gender, dan sebagainya.

Tesis ‘Tafsir al-Qur’an Audiovisual di Cybermedia: Kajian terhadap Tafsir al-Qur’an di Youtube dan Implikasinya terhadap Studi al-Qur’an dan Tafsir’ karya Nafisatuzzahro (Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2016). Tesis ini secara umum membahas perkembangan tafsir al-Qur’an dari masa Nabi hingga masa kontemporer dengan mediasi teknologi digital. Kemudian pada bagian selanjutnya, tesis ini membahas bagaimana fenomena tafsir al-Qur’an di Youtube dengan melihat bagaimana bentuk tafsir al-Qur’an di Youtube dan bagaimana dampaknya terhadap kajian tafsir al-Qur’an.

Buku ‘Islam Virtual: Diskursus Hadis, Otoritas, dan Dinamika Keberislaman di Media Sosial’ karya Miski Mudin. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Bildung Yogyakarta pada bulan Agustus 2019. Buku ini mengupas fenomena keberislaman di media sosial, dan secara khusus memaparkan hal- hal yang bersinggungan dengan hadis di media sosial seperti paparan hadis dan media sosial dari aspek teoretis dan dinamikanya dan kritikan atas pemahaman hadis yang tersebar.

(22)

Artikel “Dimensi Sosial dalam Wacana Tafsir Audiovisual: Studi atas Tafsir Ilmi “Lebah menurut al-Qur’an dan Sains” Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an Kemenag RI di Youtube” karya Ali Hamdan dalam Religia; Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, Vol. 22, No. 2, Oktober 2019. Artikel ini mengkaji salah satu produk tafsir lembaga yang dinilai otoritatif dan telah disebar secara meluas di media sosial, khususnya Youtube, dengan melihat bagaimana dimensi sosial dari produk tafsir tersebut.

Artikel “Tafsir Sosial Media di Indonesia” oleh Fadhli Lukman dalam Nun; Jurnal Studi Alqur’an dan Tafsir di Nusantara, Vol. 2, No. 2, 2016.

Kajian dalam tulisan ini tertuju pada watak dan karakter tafsir sosial media dengan media Facebook sebagai fokus pengkajian. Melalui pengkajian tersebut tulisan ini mengurai bagaimana ragam kecenderungan tafsir sosial media di Indonesia dan bagaimana karakternya sebagai salah satu bentuk dari tafsir kontemporer.

Artikel “Komodifikasi di Era Masyarakat Jejaring: Studi Kasus Youtube Indonesia” oleh Yessi Nurita Labas dan Daisy Indira Yasmine dalam Jurnal Pemikiran Sosiologi, Vol. 4, No. 2, 2017. Penelitian ini menjelaskan bagaimana kasus komodifikasi ide di Youtube Indonesia.

Perkembangan fungsi Yotube tidak hanya sebagai wadah ekspresi diri, tapi juga menjadi media pemasaran korporasi. Hal ini mempertegas bahwa telah terjadi proses komodifikasi pada proses kreatif kreator yang memanfaatkan kreativitas, ruang ekspresi diri, dan interaksi antara penonton dan kreator.

Artikel “Tafsir Web: Ditigalization of Qur’anic Interpretation and Democratization of Religious Sources in Indonesia” oleh Achmad Rifai dalam Jurnal At-Tibyan: Jurnal Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, Vol. 5, No. 2, Desember 2020. Penelitian ini berfokus pada tafsir dengan medium situs web, yaitu tafsirweb.com dengan melihat penafsiran yang dilakukan oleh beberapa tokoh penafsir di dalamnya.

E. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) dengan jenis penelitian kualitatif. Keseluruhan data dalam penelitian ini berbentuk dokumentasi dengan bahan primer video-video tafsir di Youtube, khususnya pada tiga channel (’Firanda Andirja’, ’Al-Bahjah TV’, dan ’Yufid. TV’), dan dengan bahan lainnya dalam bentuk tulisan dan selainnya.

2. Sumber Data

Sumber data dan informasi penelitian ini terdiri atas sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer dalam penelitian ini adalah video-video tafsir al-Qur’an pada tiga channel di Youtube sebagaimana disebutkan sebelumnya. Adapun sumber sekunder dalam penelitian ini adalah karya tulis yang berkaitan dengan penelitian penulis dan sebagainya.

(23)

3. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah sebagai berikut:

a. Menegaskan tema data yang dicari. Tema yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tafsir ayat-ayat toleransi di media sosial, dalam hal ini media Youtube.

b. Menegaskan sumber data yang dicari, yaitu data pokok dan instrumen yang telah disebutkan di atas.

c. Melakukan pencatatan (kartu data). Kumpulan data yang didapat setelah melalui proses pencarian perlu diklasifikasi untuk mempermudah penulis dalam membahas tema yang diangkat tersebut. Klasifikasi atau kartu data disusun berdasarkan ciri-ciri data yang telah terkumpul dan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.

d. Melakukan wawancara. Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Oleh karena itu, teknik wawancara ini dilakukan penulis dengan mewawancarai beberapa responden termasuk para akademisi yang memiliki wawasan mengenai tafsir al-Qur’an di media sosial.

4. Analisa a. Metode

Metode penelitian ini bersifat deskriptif, yakni mendeskripsikan bagaimana tafsir ayat-ayat toleransi di media sosial, khususnya di tiga channel Youtube. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara mendetail hingga menghasilkan sebuah kesimpulan atau temuan baru seputar penafsiran al-Qur’an.

b. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan ilmu tafsir.

5. Metode Analisis Data

Penelitian pada tesis ini adalah penelitian kepustakaan (Library Research) yang dibuktikan dengan data-data yang telah disebutkan di atas, maka untuk mengolah dan menganalisa data-data tersebut penulis menggunakan metode kualitatif yang disusun secara deskripsi, komparasi, dan analisis.

Pada tahap pertama digunakan metode deskripsi untuk menggambarkan keadaan objek atau materi dari peristiwa tanpa maksud mengambil keputusan atau kesimpulan yang berlaku umum. Jadi, dengan metode ini dilakukan penyajian data dan atau informasi materi terhadap sejumlah permasalahan dalam bentuk apa adanya.

(24)

Pada tahap kedua digunakan metode komparasi untuk membandingkan informasi yang satu dengan yang lain. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengungkap bagaimana tafsir al-Qur’an di media sosial.

Pada tahap ketiga digunakan metode analisis untuk memilih dan mempertajam pokok bahasan, lalu diproyeksikan dalam bentuk konsepsional dan menyelidiki kandungannya menjadi satu rangkaian pengertian yang bersifat terbatas.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan tesis ini disusun atas lima bagian/bab sebagai berikut:

Bab I merupakan bab pendahuluan yang berisi penjelasan mengenai apa, mengapa, dan untuk apa suatu topik diteliti. Bab I pada penelitian ini terdiri atas latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, penelitian terdahulu, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

Setelah penjabaran terkait pengantar atas suatu penelitian, pada bab II kemudian dikemukakan landasan teori tentang fenomena dalam penelitian.

Bab II penelitian ini membahas deskripsi atau teori mengenai sosial media, baik dari segi pengertian, ruang lingkup, sejarah, maupun jenis-jenisnya, seperti Facebook, Instagram, dan Youtube.

Setelah pembahasan terkait media sosial, variabel lain yang menjadi dasar pembahasan dalam penelitian ini adalah terkait tafsir dan toleransi.

Karena itu, bab III membahas kajian umum mengenai tafsir dan toleransi.

Kajian terkait tafsir terdiri atas pengertian, sejarah, dan metodenya. Adapun kajian terkait toleransi terdiri atas pengertian, sejarah konsep, dan perkembangan mutakhirnya. Setelah itu kemudian dibahas bagaimana penafsiran ayat-ayat tentang toleransi yang mencakup penafsiran ulama klasik dan penafsiran ulama modern.

Setelah mengemukakan landasan teori pada dua bab sebelumnya, pada bab IV sebagai bab pembahasan penelitian akan diuraikan hasil dari penelitian ini, yakni bagaimana tafsir ayat-ayat toleransi di Youtube dengan melihat konteks munculnya channel-channel kajian keislaman secara umum, dan kajian tafsir secara khusus di Youtube, membahas profil dari agensi yang menaungi channel-channel tersebut, dan membahas bagaimana gambaran suasana video yang menjadi bahan kajian. Selanjutnya dibahas bagaimana penafsiran ayat-ayat toleransi dari tokoh-tokoh penafsir dan melihat karakteristik penafsirannya, juga melihat bagaimana relevansinya dengan wacana toleransi secara umum.

Setelah mengemukakan uraian hasil peneltian di bab IV, pada bab V, sebagai bab penutup, diuraikan kesimpulan-kesimpulan yang ditarik dari pembahasan di bab-bab sebelumnya dalam rangka menjawab masalah pokok yang telah dirumuskan di bagian pendahuluan.

(25)

13 BAB II MEDIA SOSIAL A. Komunikasi dan Komunikasi Massa

1. Komunikasi

Secara etimologis, kata ‘komunikasi’ berasal dari bahasa Latin, communicatio yang bersumber dari kata communis. Kata ini berarti ‘sama’, yakni ‘sama makna’. Pengertian ini menunjukkan bahwa komunikasi berlangsung apabila orang-orang yang terlibat di dalamnya memiliki kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan atau jika orang- orang yang terlibat di dalamnya saling memahami apa yang dikomunikasikannya itu.1

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, komunikasi diartikan dengan

‘pengiriman dan penerimaan berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga dipahami apa yang dimaksud.’2

Menurut Wursanto, komunikasi adalah proses kegiatan penyampaian berita atau informasi yang mengandung arti dari satu pihak kepada pihak lain dalam usaha mendapatkan saling pengertian.3

Adapun menurut Jennifer M. George, komunikasi adalah pembagian informasi antara dua orang atau lebih atau antara kelompok untuk mencapai pemahaman bersama. Dalam pendapat lain, Nelson dan Quick mengemukakan bahwa komunikasi adalah membangkitkan pengertian bersama kepada orang lain.4

Berdasar pengertian yang disebutkan di atas, diketahui bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang atau manusia sehingga ia disebut human communication. Selain itu, orang-orang yang terlibat di dalamnya juga harus memahami apa yang dikomunikasikan hingga hubungan tersebut bersifat komunikatif.5

Komunikasi dikatakan efektif tidak hanya dengan adanya pemahaman tersebut, tetapi juga apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat menghasilkan efek-efek atau perubahan-perubahan sebagaimana yang diinginkan, seperti perubahan pengetahuan, perubahan sikap, dan perubahan

1Zikri Fachrul Nurhadi dan Achmad Wildan Kurniawan, “Kajian tentang Efektivitas Pesan dalam Komunikasi,” dalam Jurnal Komunikasi, Vol. 3, No. 1, April 2017, h. 91.

2Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 931. h. 745.

3Fenny Oktavia, “Upaya Komunikasi Interpersonal Kepala Desa dalam Memediasi Kepentingan PT. Bukit Borneo Sejahtera dengan Masyarakat Desa Long Lunuk,” dalam eJournal Ilmu Komunikasi, Vol. 4, No. 1, 2016, h. 241.

4Evi Zahara, “Peranan Komunikasi Organisasi bagi Pimpinan Organisasi,” dalam Jurnal Warta, Edisi 56, April 2018, h. 2.

5Lihat Zikri Fachrul Nurhadi dan Achmad Wildan Kurniawan, “Kajian tentang Efektivitas Pesan dalam Komunikasi,” dalam Jurnal Komunikasi, h. 91.

(26)

perilaku. Perubahan-perubahan di pihak komunikan itu dapat diketahui melalui tanggapan-tanggapan yang diberikannya sebagai umpan balik atau feedback.6

Umpan balik dalam proses komunikasi terbagi dua, yaitu umpan balik langsung dan umpan balik tidak langsung. Umpan balik langsung terjadi dalam komunikasi tatap muka, yakni komunikator dan komunikan saling berhadapan, sehingga feedback yang terjadi dapat diterima komunikator saat itu juga. Adapun umpan balik tidak langsung terjadi pada komunikasi bermedia, seperti komunikasi melalui koran, radio, televisi, dan sebagainya, yakni komunikator baru dapat mengetahui tanggapan komunikan setelah komunikasi selesai. Bahkan terkadang tanggapan itu diterima komunikator selama beberapa hari kemudian.7

2. Komunikasi Massa dan Jenis-Jenisnya

Menurut Bittner, komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Adapun menurut Gebner, komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi lembaga dari arus pesan yang kontinyu.8

Pendapat lain dikemukakan oleh Meletzke. Menurutnya, komunikasi massa berarti setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar. Adapun menurut Freidson, komunikasi massa dialamatkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok, dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian khusus populasi.9

Dari beberapa definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa harus menggunakan media massa dan didistribusikan kepada khalayak yang tersebar di berbagai tempat dan dilakukan secara terus- menerus atau konsisten.

Komunikasi massa terbatas pada proses penyebaran pesan melalui media massa. Secara umum, media massa terdiri atas tiga jenis, yaitu media cetak, media elektronik, dan media baru. Berikut rincian dari ketiga jenis tersebut:10

6Zikri Fachrul Nurhadi dan Achmad Wildan Kurniawan, “Kajian tentang Efektivitas Pesan dalam Komunikasi,” dalam Jurnal Komunikasi, h. 91-92.

7Zikri Fachrul Nurhadi dan Achmad Wildan Kurniawan, “Kajian tentang Efektivitas Pesan dalam Komunikasi,” dalam Jurnal Komunikasi, h. 91-92.

8Khomsahrial Romli, Komunikasi Massa, (Jakarta: Grasindo, 2016), h. 2.

9Khomsahrial Romli, Komunikasi Massa, h. 2-3.

10Lihat Aflah Zuhrotul Aini, “Pengaruh e-Dakwah Daqu Movie di Youtube terhadap Peningkatan Pengetahuan Islam pada Mahasiswa UINSA Surabaya,” (Skripsi Ilmu Komunikasi STIKAW Surabaya, 2018)h. 9-10.

(27)

a. Media Massa Cetak

Media massa cetak adalah media komunikasi massa yang berbentuk material tercetak, seperti surat kabar, majalah, brosur, buletin, dan selainnya.

b. Media Massa Elektronik

Media massa elektronik adalah jenis media yang penggunanya membutuhkan koneksi elektrik untuk mengaksesnya. Media massa elektronik dikenal juga dengan media penyiaran (broadcast media). Di antara contoh media massa elektronik adalah televisi dan radio.

c. Media Massa Baru

Internet dari waktu ke waktu semakin berkembang sebagai media komunikasi, yang tidak hanya menjadi lebih cepat, tetapi juga memiliki jangkauan yang sangat luas. Internet telah memberikan dampak terhadap komunikasi massa melalui ragam media sosial, seperti Blog, Podcast, Youtube, dan selainnya.

Media sosial sebagai media massa baru memiliki beberapa kelebihan dibandingkan media massa konvensional. Di antara kelebihan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Kesederhanaan

Dalam sebuah produksi media konvensional dibutuhkan keterampilan tingkat tinggi dan keterampilan marketing yang unggul, sedangkan media sosial tidak begitu membutuhkan keterampilan tersebut. Bahkan untuk orang tanpa dasar TI pun dapat mengaksesnya.

2) Membangun hubungan

Media sosial menawarkan kesempatan untuk berinteraksi dengan pelanggan dan membangun hubungan. Perusahaan mendapat sebuah umpan balik langsung, ide, pengujian, dan pengelolaan layanan pelanggan dengan cepat. Berbeda halnya dengan media massa tradisional yang tidak memberi sarana tersebut.

3) Jangkauan global

Media massa tradisional dapat mencapai jangkauan global, tetapi dengan biaya yang sangat besar dan waktu yang lama, sedangkan media sosial dapat mengkomunikasikan informasi dalam sekejap, terlepas dari letak geografis.

4) Terukur

Dengan sistem tracking yang mudah, pengiriman pesan dapat terukur.

Berbeda halnya dengan media konvensional yang membutuhkan waktu yang lama.

(28)

B. Media Sosial

1. Pengertian Media Sosial

Media sosial terdiri atas dua kata, yaitu ‘media’ dan ‘sosial’. Secara bahasa, kata ‘media’ merupakan kata benda yang berarti ‘perantara;

penghubung; yang terletak di antara dua pihak (orang, golongan, dan sebagainya)’,11 sedang kata ‘sosial’ merupakan kata sifat yang berarti

‘berkenaan dengan masyarakat’.12 Dari dua kata tersebut, tersusun istilah

‘media sosial’ yang secara umum berarti media online yang mendukung interaksi sosial.13

Ada beragam pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai pengertian media sosial.14 Di antara pendapat tersebut adalah sebagai berikut:

a. Menurut Boyd, media sosial adalah kumpulan perangkat lunak yang di dalamnya individu atau komunitas dapat berkumpul, berbagi, berkomunikasi, hingga berkolaborasi.15

b. Menurut Van Dijk, media sosial adalah platform media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna dan memfasilitasi mereka dalam beraktivitas dan berkolaborasi. Karena itu, media sosial dapat dilihat sebagai medium/fasilitator online yang menguatkan hubungan antar pengguna dalam ikatan sosial.16

c. Menurut Antony Mayfield, media sosial adalah media yang penggunanya dengan mudah berpartisipasi di dalamnya, berbagi dan membuat pesan. Media tersebut meliputi blog, jejaring sosial, wiki/ensiklopedia online, forum-forum maya, termasuk virtual worlds (dengan avatar dan karakter 3D).

d. Menurut Meike dan Young, media sosial adalah konvergensi antara komunikasi personal dan media publik untuk berbagi kepada siapa saja tanpa ada kekhususan individu.17

e. Menurut Jacka dan Scott, media sosial adalah satu set teknologi berbasis web broadcast yang memberikan kesempatan kepada pengguna sebagi konsumen menjadi publisher.18

11Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, h. 931.

12Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, h. 1371.

13Fahlepi Roma Doni, “Perilaku Penggunaan Media Sosial pada Kalangan Remaja,”

dalam IJSE III, no. 2, 2017, h. 16.

14Menurut Jacka dan Scott, media sosial tidak dapat didefinisikan dengan satu definisi saja. Lihat Selfi Budi Helpiastuti, “Media Sosial dan Perempuan (Analisis Wacana terhadap Facebook sebagai Media Komunikasi Terkini bagi Perempuan),” (FISIP Universitas Jember, 2016), h. 5-6.

15Ahmad Setiadi, “Pemanfaatan Media Sosial untuk Efektivitas Komunikasi,”

dalam Cakrawala BSI, 2016, h. 2.

16Ahmad Setiadi, “Pemanfaatan Media Sosial untuk Efektivitas Komunikasi,” h. 2.

17Ahmad Setiadi, “Pemanfaatan Media Sosial untuk Efektivitas Komunikasi,” h. 2.

(29)

f. Menurut Philip Kotler dan Kevin Keller, media sosial adalah sarana bagi konsumen untuk berbagi informasi teks, gambar, video, dan audio dengan satu sama lain.19

Dari pengertian-pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa media sosial merupakan media online yang mendukung interaksi antar dua arah, baik untuk berkomunikasi, berbagi, berkolaborasi, dan sebagainya, dengan menggunakan teks, audio, visual, hingga audiovisual.

Media sosial menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah komunikasi monologis menjadi komunikasi dialogis, hingga pengguna dapat berpartisipasi aktif secara interaktif.20

Interaksi dalam media sosial dapat dilakukan tanpa batasan ruang dan waktu karena adanya internet sebagai fasilitas pendukungnya. Karena itu, komunikasi antar daerah hingga benua dimungkinkan melalui media sosial ini. Dengan demikian, media sosial menghilangkan hambatan-hambatan antar dua pihak dalam menjalin koneksi, yang terdiri atas hambatan jarak, hambatan waktu, hambatan biaya, dan hambatan sosial budaya. Bahkan, sosial media juga mengikis hambatan dari sisi lain, seperti hambatan gender dan hambatan usia.21 Atas hal tersebut, Lisa Buyer mengemukakan bahwa media sosial merupakan bentuk hubungan masyarakat yang paling transparan, menarik, dan interaktif di masa sekarang.22

Soliha mengemukakan bahwa media sosial menciptakan pola interaksi yang hampir mendekati pola interaksi secara langsung, tetapi dimediasi oleh perangkat digital. Dengan demikian, individu atau pengguna dapat berbicara dengan bebas tanpa ada rasa gugup dan tanpa perlu melibatkan emosi. Selain itu, individu juga dapat mengekspresikan diri kepada siapapun tanpa perlu khawatir penilaian orang lain karena media sosial memiliki sifat self presentation23 (presentasi diri).24

18Selfi Budi Helpiastuti, “Media Sosial dan Perempuan (Analisis Wacana terhadap Facebook sebagai Media Komunikasi Terkini bagi Perempuan),” (FISIP Universitas Jember, 2016), h. 6.

19Arum Wahyuni Purbohastuti, “Efektivitas Media Sosial sebagai Media Promosi,”

dalam Tirtayasa Ekonomika XII, no. 2, Oktober 2017, h. 214.

20Waode Sri Wahyuni R., “Analisis Pemanfaatan Media Sosial dalam Menunjang Proses Pembelajaran Siswa SMUN 1 Makassar,” (Tesis S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UNHAS Makassar, 2017), h. 25.

21Lihat Siti Nurul Intan dan Sylvana Murni D Hutabarat, “Pendampingan Penggunaan Media Sosial yang Cerdas dan Bijak berdasarkan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik,” dalam Diseminasi: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat II, no.

1, 2020, h. 38-39.

22Arum Wahyuni Purbohastuti, “Efektivitas Media Sosial sebagai Media Promosi,”

h. 214.

23Menurut Jones dan Pitman, self presentation adalah suatu usaha yang dilakukan untuk menimbulkan kesan terhadap orang lain. Lihat Trisna Septia Ningsih dan Gumi

Referensi

Dokumen terkait

pemberian ASI eksklusif 6 bulan pada bayi usia 6-12 bulan di Desa Kemantren Kecamatan Jabung Kabupaten Malang menunjukkan bahwa status pekerjaan tidak

Peningkatan lama waktu pendarahan bahan uji yaitu senyawa metil 2- asetoksibenzoat menyerupai peningkatan waktu pendarahan dengan kontrol positif atau asam

Atas dasar temuan tersebut, maka dalam konteks pembelajaran seni di sekolah dasaran atau sekolah menangah, guru bisa melakukan hal tersebut baik secara

Sebab Rasulullah Saw, yang bersabda berdasarkan wahyu, adalah afṣahul 'Arab wal 'ajam (“yang paling fasih dan balig kalamnya di antara orang Arab dan non- Arab”).

Aku tidak akan kembali ke sana, melainkan mengendap-endap bersama dengan siswa lain yang lolos dari razia itu, dan berbelok ke arah kiri untuk menaiki tangga depan yang

Insya Allah tidak mengapa membeli barang karena kebutuhan dan bertepatan dengan hari besar orang kafir yang mana mereka memberikan diskon pada hari tersebut.. Bahkan menerima

menurut (Umar & Husein, 2014) yaitu, Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat. Hasil uji F

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, alasan Pencabutan 7 (Tujuh) Peraturan Daerah Kota Bogor Yang Mengatur Tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, meliputi: