• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan saat ini sebagai berikut.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan saat ini sebagai berikut."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan saat ini sebagai berikut. Pertama, penelitian yang telah dilakukan oleh Zanariyatim, dkk (2016) dengan tujuan untuk mengukur tingkat indeks ISR. Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif. Penelitian ini menemukan hasil bahwa selama periode 2012-2014 Bank Syariah Mandiri mendapatkan skor 89,6% dan skor terendah didapatkan oleh BVS dengan skor 45,8%.

Perolehan predikat Bank Umum Syariah hingga 2014 menunjukkan bahwa Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri mendapatkan predikat Sangat Informatif. Predikat Informatif didapatkan oleh BRIS, BSM, dan BNIS.

Terdapat empat Bank Umum Syariah yang mendapatkan predikat Kurang Informatif diantaranya BMS, BCAS, BJBS, dan BPS. Sedangkan Bank yang mendapatkan predikat Tidak Informatif ialah BMS dan BVS.

Kedua, Mubarak, dkk (2019) telah melakukan penelitian yang bertujuan menentukan pengungkapan kinerja sosial Islam perbankan berdasarkan indeks ISR. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis konten kualitatif atau Konten Etnografi. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa BSM menempati nilai pengungkapan tertinggi pada periode 2015-2017. Rata- rata perolehan per – tahun menunjukkan bahwa pelaporan kinerja sosial Bank Syariah cenderung meningkat dengan predikat yang baik.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Hasanah, dkk (2018) yang bertujuan untuk menganalisa pengaruh Good Corporate Governance (GCG) dan kinerja keuangan terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR).

Pengungkapan ISR dilakukan dengan cara analisis konten melalui metode skoring dari laporan tahunan perusahaan. Analisis data dilakukan dengan statistic deskriptif dan uji asumsi klasik serta pengujian hipotesis dengan metode regresi linier berganda, uji Adjusted 𝑅2, uji F, dan Uji t. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran komite audit, likuiditas, dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan ISR. Sedangkan

(2)

Ukuran dewan komisaris dan leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan ISR.

Merina dan Verawaty (2016) juga melakukan penelitian yang berkaitan dengan Islamic Social Reporting (ISR). Penelitian ini menggunakan uji statistic Uji Mann Whitney dengan membandingkan berdasarkan enam kriteria:

Pendanaan dan Investasi, Produk dan Layanan, Karyawan, Komunitas, Lingkungan, dan Tata Kelola Perusahaan antara dua kelompok sampel.

Perusahaan yang paling banyak menyajikan Islamic Social Reporting (ISR) Indeks adalah PT Bank BNI Syariah dan PT. Bank Syariah Mandiri dengan nilai skor 32. Sedangkan perusahaan yang paling sedikit menyajikan adalah PT. Bank Syariah Mega Indonesia dengan skor 14. Secara rerata, seluruh perusahaan perbankan syariah nilai indeks Islamic Social Reporting (ISR) sebesar 25.

Untuk perusahaan listing di JII, perusahaan yang paling banyak menyajikan Islamic Social Reporting (ISR) Indeks adalah Astra Internatinal Tbk dengan nilai skor 25. Perusahaan yang paling sedikit menyajikan Islamic Social Reporting (ISR) Indeks adalah Bumu Serpong Damani Tbk dengan nilai skor 11. Secara rerata, nilai skor Islamic Social Reporting (ISR) Indeks perusahaan listing di JII adalah 17. Sehingga perusahaan perbankan syariah mengungkapkan Islamic Social Reporting (ISR) Indeks lebih baik dibandingkan dengan perusahaan listing di JII.

Kemudian, Penelitian yang dilakukan Nugraha, Noviantini dan Setiawan (2019) yang menegaskan bahwa tujuan dari penelitian yang dilakukan yakni untuk mendeskripsikan dan mengetahui perbedaan pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) pada Bank Syariah di Indonesia dan Malaysia.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan komparatif. Jenis data pada penelitian ini adalah Jenis Data Cross Section. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder. Tingkat pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) di bank Malaysia rata – rata 60% sedangkan Bank Indonesia memperoleh nilai pengungkapan rata – rata 57,8% yang berarti hanya selisih 2,2%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata – rata jumlah pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) yang diperoleh Bank Malaysia adalah 60% dari total 43 item

(3)

pengungkapan. Sedangkan Bank Syariah di Indonesia memperoleh nilai rata – rata pengungkapan 57,8 % dari total item 43 item.

Penelitian yang dilakukan oleh Retnanigsih, Hariyanti, dan Astuti (2019) terkait dengan pengaruh pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) terhadap kinerja keuangan memiliki tujuan yaitu untuk menguji pengaruh pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) terhadap kinerja keuangan.

Penelitian ini menggunakan metode regresi linier sebagai alat analisis. Metode analisis data menggunakan statistic deskriptif, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis. Hasil atas penelitian ini menyatakan bahwa Pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) berpengaruh positif signifikan terhadap Return On Asset dan Pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) berpengaruh positif signifikan terhadap Return on Equity.

Penelitian mengenai Islamic Social Reporting (ISR) juga telah dilakukan oleh Rizfani dan Lubis (2018). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan secara syariah dan faktor – faktor yang mempengaruhinya. Metode yang digunakan adalah regresi data panel dengan pendekatan Fixed Effect Model. Temuan dari penelitian ini menyatakan bahwa 5 variabel yang diduga memengaruhi tingkat pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR), tiga variabel, yaitu ukuran perusahaan berpengaruh positif, umur perusahaan dan leverage berpengaruh negative signifikan terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR).

Dua variabel lainnya yaitu jumlah dewan komisaris dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR).

Penelitian lain juga dilakukan oleh Sawitri,dkk (2017) yang mempunyai tujuan untuk mengevaluasi data yang ditunjukkan oleh Corporate Social Responsibility pada bank-bank syari’ah di Indonesia yang dianalisis dengan indeks ISR. Penelitian ini menggunakan metode Sampling dan menggunakan analisis konten. Teknik Sampling yang digunakan Purposive Sampling untuk mengambil sampel dari bank-bank di Indonesia yang sudah terdaftar pada tahun 2015-2016. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa PT Bank Muamalat Indonesia mencetak CSR tertinggi di 86% dan diungkapkan secara konsisten, sedangkan PT Bank Victoria Syariah mendapat skor terendah

(4)

sebesar 54%. Selain itu data dalam penelitian ini juga menunjukkan terdapat empat bank syariah yang mendapat peringkat sangat informatif, yaitu : PT Bank Muamalat Indonesia, PT Bank Syariah Mandiri, PT Bank BNI Syariah, dan PT BCA Syariah. Adapun bank yang mendapatkan predikat informatif diantaranya adalah PT Bank Mega Syariah, PT Bank BRI Syariah, PT Bank Syariah Bukopin, PT Bank Victoria Syariah, PT Bank Panin Syariah, PT Bank Maybank Syariah Indonesia.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Asriati, Ulfah dan Setyorini (2016) yang memiliki tujuan untuk membandingkan penerapan dan pengungkapan atas kinerja sosial pada Perbankan Islam di Indonesia dan Malaysia dengan menggunakan indeks Islamic Social Reporting (ISR). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis konten. T-test digunakan untuk membandingkan kedua sampel dalam penelitian ini. Temuan atas penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan diantara pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) antara Bank Islam di Indonesia dan di Malaysia.

Penelitian selanjutnya yang telah dilakukan oleh Rachmania dan Alviana (2020) yang bertujuan untuk mempelajari pengaruh kinerja keuangan dan pendekatan tata kelola perusahaan yang baik (GCG) terhadap pelaporan sosial syariah (ISR) di Bank Umum Syariah (BUS). Metode dalam penelitian ini menggunakan Purposive Sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi data panel yang diproses menggunakan E-Views 9.0.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Profitabilitas (ROA) tidak memiliki efek signifikan pada pelaporan sosial Islam (ISR) Leverage (DER) memilki efek positif yang signifikan terhadap Pelaporan Sosial Islam (ISR), Dewan Komisaris tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap ISR dan Komite audit memiliki efek positif yang signifikan terhadap ISR.

Berikut beberapa perbedaannya adalah teknik analisis data yang digunakan, yaitu Statistik Deskriptif melalui analisis Tren. Teknik analisis Tren ini akan menjelaskan bagaimana gambaran tingkat indeks Islamic Social Reporting (ISR) pada beberapa Bank Umum Syariah di Indonesia selama periode 2015-2019. Selanjutnya dengan teknik analisis tersebut nantinya digunakan untuk mendeskripsikan gejala apa yang telah terjadi atas perubahan

(5)

nilai indeks pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) pada Bank Umum Syariah di Indonesia selama periode 2015-2019. Kemudian, perbedaan selanjutnya ialah penelitian ini hanya akan berfokus pada pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) pada beberapa Bank Umum Syariah di Indonesia sehingga tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) pada beberapa Bank Umum Syariah di Indonesia selama periode 2015-2019.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu, yaitu penelitian ini akan menggunakan pendekatan kuantitatif dan termasuk kedalam jenis penelitian komparatif yang mana penelitian ini sama seperti yang dilakukan oleh Nugraha, Noviantini, & Setiawan (2019). Jenis penelitian yang akan dilakukan ini merupakan penelitian komparatif yang mana penelitian ini akan membandingkan indeks Islamic Social Reporting (ISR) yang diperoleh pada beberapa Bank Umum Syariah di Indonesia selama periode 2015-2019.

Selanjutnya, dalam penelitian ini juga akan menggunaan teknik analisis konten yang mana teknik ini juga sudah dilakukan oleh Merina dan Verawaty (2016), dan Sawitri, dkk (2017), Asriati, Ulfah dan Setyorini (2016), dan Hasanah, dkk (2018).

Selain itu, penelitian ini juga akan mendukung penelitian yang telah dilakukan Merina dan Verawaty (2016) menyatakan bahwa perusahaan yang paling banyak menyajikan Islamic Social Reporting (ISR) Indeks adalah PT Bank BNI Syariah dan PT Bank Syariah Mandiri dengan total skor 32.

Selanjutnya, dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Nugraha, Noviantini dan Setiawan (2019) menyatakan bahwa Bank Syariah di Indonesia memperoleh nilai rata-rata pengungkapan 57,8% dari 43 item pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR). Serta penelitian yang dilakukan oleh Sawitri, dkk (2017) yang menunjukkan bahwa terdapat empat bank syariah yang mendapat peringkat sangat informatif, yaitu PT Bank Muamalat Indonesia, PT Bank Syariah Mandiri, PT Bank BNI Syariah, dan PT BCA Syariah.

(6)

2.2 Kajian Teori

2.2.1 Teori Legitimasi

Teori Legitimasi menurut Deegan & Blomquist (2006) dalam Mubarak, dkk (2019) menyebutkan bahwa sebuah organisasi harus mengupayakan untuk membangun kesesuaian antara nilai-nilai sosial yang terkait dengan norma-norma dalam organisasi mereka atau norma masyarakat yang telah berlaku dimana organisasi itu berada. Hal ini juga disampaikan oleh Suchman (1995) dalam Hasanah, dkk (2018) bahwa diharapkan adanya perusahaan dapat berperilaku sesuai dengan apa yang bisa diterima oleh masyarakat sehingga sebuah organisasi ini bisa dianggap sebagai Good Corporate Citizenz.

Rachmania dan Alviana (2020) juga memaparkan bahwa teori legitimasi yang dapat digunakan sebagai penjelasan kaitannya antara struktur ukuran dewan komisaris dan komite audit. Selain itu, menurut Hasanah, dkk (2018) adanya teori legitimasi menyebabkan sebuah perusahaan melakukan upaya peningkatan kinerja keuangan demi mendapatkan sorotan publik. Teori legitimasi ini merupakan teori yang berdasarkan pada nilai sosial atau sebuah regulasi yang diterapkan di sebuah masyarakat. Hal ini juga dinyatakan oleh Harsanti (2019) dalam Retnaningsih, dkk (2019) teori legitimasi ini menganjurkan perusahan untuk meyakinkan bahwa aktivitas dan kinerja perusahaan tersebut dapat diterima oleh masyarakat.

Oleh karena itu, dalam penerapannya sebuah perusahaan tentunya akan menggunakan laporan tahunannya untuk mendeskripsikan kesan tanggung jawab sosial agar diterima oleh masyarakat. Selain itu, teori ini juga mempunyai implikasi bahwa pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) yang dilakukan perbankan syariah ini untuk mendapatkan legitimasi dan penilaian positif dari masyarakat. Oleh sebab itu, perbankan syariah dapat diterima oleh masyarakat dan bertahan serta berkembang di tengah- tengah masyarakat juga mendapatkan keuntungan di masa depan.

(7)

2.2.2 Teori Pemangku Kepentingan / Stakeholder Theory

Pemangku kepentingan atau Stakeholder adalah pihak-pihak yang berkepentingan pada perusahaan dan dapat mempengaruhi aktivitas perusahaan, seperti masyarakat, karyawan, pemerintah, supplier, pasar modal dan pihak lainnya. Menurut Clarkson (1995) dalam Umiyanti &

Baiquni (2018) menyatakan bahwa teori Stakeholder Theory sebuah teori yang mengakomodasi keinginan dan kebutuhan para pemangku kepentingan, sehingga perusahaan dapat beraktivitas dengan baik dengan seluruh dukungan pemangku kepentingan tersebut. Sedangkan menurut Wardani dan Sari (2018) teori ini merupakan teori yang memprioritaskan kepentingan para pemangku kepentingan sebuah perusahaan.

Disimpulkan bahwa Stakeholder Theory tentunya sebuah teori yang hanya mementingkan pihak-pihak pemangku perusahan. Penerapannya di sebuah perusahaan atau perbankan syariah dengan adanya teori ini akan menciptakan sebuah strategi perusahaan yang disepakati serta nantinya akan memberikan kontribusi kepada pihak manajemen serta memelihara hubungan yang dapat memberikan sebuah keuntungan jangka panjang bagi perusahaan tersebut.

2.2.3 Tanggung Jawab Sosial dalam Al-Qur’an

Penerapan tanggung jawab sosial dalam Islam ini menurut Amaroh (2016) merupakan sebagai bentuk pemenuhan terhadap nilai etika yang mana pendapat ini juga sejalan dengan pendapat yang dikutip oleh Mehmet (1997) dalam Amaroh (2016) yang disampaikan oleh Imam Al-Ghazali yang menjelaskan bahwa pembangunan ekonomi yang beretika (Ethico- economic) sangat relevan dengan kehidupan di masa yang akan datang karena akan menciptakan distribusi ekonomi yang merata sehingga tidak ada ungkapan “yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin“ (rich are getting rich while the poor getting poorer). Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya tanggung jawab sosial saat ini tentunya juga karena adanya penerapan zakat dan etika dalam berbisnis yang

(8)

mengharuskan sebuah perusahaan melakukan tanggung jawab sosial kepada masyarakat.

Adanya tanggung jawab sosial khususnya di sebuah perusahaan atau lembaga berbasis syari‘ah tentunya tidak terlepas dari dasar-dasar syar’i.

Adapun dasar-dasar syar’i ini langsung bersumber dari Al-qur’an dan Hadits. Menurut Syukron (2018) dalam ajaran Islam tanggung jawab sosial merupakan buah hasil atau dampak dari adanya ajaran Islam itu sendiri, sehingga Islam tentunya memiliki sebuah landasan yang kuat untuk menciptakan sebuah masyarakat yang berkomitmen dengan apa yang sudah disepakatinya yang mana berlandaskan pada tolong-menolong (Ta’awun), Saling menanggung (Takaful) dan saling memiliki solidaritas (Tadhamun).

Berikut ayat-ayat yang menerangkan tanggung jawab sosial dalam Al- qur’an dan Hadits :

a. QS Al-Baqarah (2): 273

ِض ْرَ ْلْا يِف اًب ْرَض َنوُعيِطَتْسَي َلَ ِ َّاللَّ ِليِبَس يِف او ُر ِصْحُأ َنيِذَّلا ِءا َرَقُفْلِل َءاَيِنْغَأ ُلِهاَجْلا ُمُهُبَسْحَي َساَّنلا َنوُلَأْسَي َلَ ْمُهاَميِسِب ْمُهُف ِرْعَت ِفُّفَعَّتلا َنِم

ميِلَع ِهِب َ َّاللَّ َّنِإَف ٍرْيَخ ْنِم اوُقِفْنُت اَم َو ۗ اًفاَحْلِإ

Artinya: “(Apa yang kamu infakkan) adalah untuk orang-orang yang terhalang (usahanya karena jihad) di jalan Allah, sehingga dia yang tidak dapat berusaha di bumi; (orang lain) yang tidak tahu, menyangka bahwa mereka adalah orang-orang kaya karena mereka menjaga diri (dari meminta-minta). Engkau (Muhammad) mengenal mereka dari ciri-cirinya, mereka tidak meminta secara paksa kepada orang lain. Apapun harta yang baik yang kamu infakkan, sungguh, Allah Maha Mengetahui.“

Penjelasan dari ayat tersebut adalah tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh sebuah perusahaan berbasis Islam merupakan sebagai wujud pendistribusian kekayaan kepada masyarakat atau pihak-pihak yang tidak mampu yang mana dalam hal ini sangat berkaitan dengan adanya pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan atau perbankan Syariah.

b. QS Al-A’raf (7): 56

(9)

َّنِإ ۚ اًعَمَط َو اًف ْوَخ ُهوُعْدا َو اَه ِح َلَْصِإ َدْعَب ِض ْرَ ْلْا يِف اوُدِسْفُت َلَ َو َنيِنِسْحُمْلا َنِم بي ِرَق ِ َّاللَّ َتَمْح َر

Artinya: “Dan jaganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.“

Ayat tersebut juga dapat dikaitkan dengan adanya isu terkait lingkungan disekitar perusahaan yang mana hal tersebut juga termasuk kedalam tanggung jawab sosial perusahaan. Sehingga perusahaan berbasis Islam mempunyai kewajiban untuk menjaga lingkungan di sekitar perusahaan itu didirikan. Sehingga dapat disimpulkan teori ini memilki keterkaitan dengan pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Dan teori ini juga dijadikan sebagai dasar bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial wajib hukumnya dilakukan bagi perusahaan-perusahaan yang berbasis syari’ah.

c. QS At-Taubah (9): 105

ا ۡوُلَم ۡعا ِلُق َو ى َرَيَسَف

هُل ۡوُس َر َو ۡمُكَلَمَع ُ هاللَّ

َن ۡوُنِم ۡؤُمۡلا َو ٗ َن ۡوُّد َرُتَس َو ٗ

ىٰلِا ِمِل ٰع ِب ۡيَغۡلا ِةَداَهَّشلا َو ۡمُكُئِ بَنُي َ

اَمِب ۡمُتۡنُك َن ۡوُلَمۡعَت ۚٗ

Artinya: “Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lau diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”

Ayat tersebut dapat dikaitkan dengan tanggung jawab perusahaan terhadap karyawan. Pada terjemahan ayat itu disebutkan bahwa seorang muslim dianjurkan untuk bekerja, sehingga ketika seorang muslim telah bekerja maka tentunya ia akan mendapatkan apa yang telah dikerjakan. Hal tersebut berkaitan dengan adanya salah satu tema Islamic Social Reporting (ISR) ialah Tema Tenga Kerja atau Karyawan yang mana mengungkapkan terkait hak-hak karyawan dalam sebuah perusahaan.

(10)

d. QS Al-Baqarah (2) : 275

ُن ٰطْيَّشلا ُهُطَّبَخَتَي ْيِذَّلا ُم ْوُقَي اَمَك َّلَِا َن ْوُم ْوُقَي َلَ اوٰب ِ رلا َن ْوُلُكْأَي َنْيِذَّل َٗ

اَمَّنِا ا ْْٓوُلاَق ْمُهَّنَاِب َكِلٰذ ِۗ سَمْلا َنِم َم َّرَح َو َعْيَبْلا ُ هاللَّ َّلَحَا َو ۘاوٰب ِ رلا ُلْثِم ُعْيَبْلا

هَءۤاَج ْنَمَف ۗاوٰب ِ رلا ةَظِع ْوَم ٗ

ْنِ م هِ ب َّر ٗ ى ٰهَتْناَف هَلَف

اَم ٗ َۗفَلَس

ه ُرْمَا َو ٗ ْٓٗ

ىَلِا ِهاللَّ

ْنَم َو ۗ َداَع َكِٕى ٰۤلوُاَف ْصَا

َن ْوُدِل ٰخ اَهْيِف ْمُه ۚ ِراَّنلا ُب ٰح

Artinya: “Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah.

Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.“

Ayat tersebut berkaitan dengan salah satu tema pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) yaitu Tema Produk dan Jasa. Pada ayat tersebut juga dijelaskan bahwa Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba, sehingga ayat ini berkaitan dengan item-item pada Tema Produk dan Jasa. Pada tema tersebut menjelaskan bahwa perusahaan harus menyatakan kehalalan suatu produk yang ditawarkan dalam Laporan Tahunannya.

e. QS Al-Baqarah (2): 271

َىِه اَّمِعِنَف ِتٰقَدَّصلا اوُدۡبُت ۡن ِٗ

ر ۡيَخ َوُهَف َءْٓا َرَقُفۡلا اَه ۡوُت ۡؤُت َو اَه ۡوُف ۡخُت ۡنِا َو ۚ

ۡمُكَّل ُرِ فَكُي َو ٗ ۡمُكۡنَع ۡنِ م ۡمُكِتٰاِ يَس ُهاللَّ َو ٗ

اَمِب َن ۡوُلَمۡعَت ۡيِبَخ

Artinya: “Jika kamu menampakkan sedekah-sedekahmu, maka itu baik. Dan jika kamu menyembunyikan dan memberikannya kepada orang-orang fakir, maka itu lebih baik bagimu dan Allah akan menghapus sebagian kesalahan-kesalahanmu. Dan Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan.“

Berdasarkan ayat tersebut berdirinya sebuah perusahaan tentunya memilki kepedulian terhadap masyarakat yang ada disekitar perusahaan itu berada. Hal tersebut berkaitan dengan salah satu tema

(11)

pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) yaitu Tema Masyarakat. Tema tersebut juga mewajibkan bahwa setiap perusahaan harus melakukan program-program kemasyarakatan dimana sebuah perusahaan haru smengadakan program sedekah kepada anak yatim piatu.

f. QS Al-Baqarah (2): 42

َن ْوُمَلْعَت ْمُتْنَا َو َّقَحْلا اوُمُتْكَت َو ِلِطاَبْلاِب َّقَحْلا اوُسِبْلَت َلَ َو

Artinya : “Dan janganlah kamu campuradukkan kebenaran dengan kebatilan dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya.“

Ayat tersebut menjelaskan tentang larangan mencampuradukkan kebenaran dan kebatilan sehingga berakitan dengan Tema Tata Kelola Perusahaan dala pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR). Pada tema tersebut juga mengungkapkan item-item yang berkaitan dengan regulasi atau peraturan yang harus ditaati oleh sebuah perusahaan.

2.2.4 Sharia Enterprise Theory (SET)

Sharia Enterprise Theory adalah sebuah perubahan atas dua teori motivasi Coorporate Social Responsibility, diantaranya adalah Legitimacy Theory dan Stakeholder Theory. Legitimacy Theory merupakan sebuah teori yang berdasarkan pada nilai sosial atau sebuah regulasi yang diterapkan di masyarakat, sedangkan Stakeholder Theory merupakan teori yang memprioritaskan kepentingan para pemangku kepentingan sebuah perusahaan. Pemangku kepentingan mengacu kepada manusia sehingga hal inilah yang membedakan dengan pemangku kepentingan yang ada dalam Sharia Enterprise Theory yang mana pada teori ini pemangku kepentingan terdiri atas Tuhan, Manusia dan Alam (Wardani dan Sari, 2018).

Menurut Triyuwono (2009) dalam Zumaroh dan Wahyuni (2019) memaparkan bahwa teori ini yang menjelaskan bahwa Allah SWT dijadikan sebagai pusat tempat kembalinya manusia dan alam semesta. Oleh sebab itu, penciptaan manusia di muka bumi ini bertujuan untuk dijadikan sebagai

(12)

wakil-Nya (khalifatul fil ardh) sehingga mempunyai sebuah konsekuensi untuk patuh terhadap hukum-hukum Allah. Sharia Enterprise Theory tentunya menggunakan sebuah prinsip yang bentuk pertanggungjawabannya langsung kepada Allah, yang selanjutnya dapat dijabarkan pada bentuk pertanggungjawaban (horizontal) pada umat manusia dan lingkungan alam.

Sharia Enterprise Theory ini mengharuskan perusahaan yang berbasis syariah menjadikan Sharia Enterprise Theory sebagai dasar teori dalam melakukan pelaporan, pengungkapan tanggung jawab sosial serta operasionalnya. Wardani dan Sari (2018) juga memaparkan bahwa Sharia Enterprise Theory ini juga mengacu pada pertanggungjawaban kepada Allah sehingga perusahaan atau perbankan yang berbasis syari’ah harus melakukan pertanggungjawaban atas kinerjanya. Hingga saat ini sebagaimana yang dipaparkan oleh Marharani dan Yulianto (2016) Perbankan Syariah sudah melakukan bentuk pertanggungjawaban atas amanah yang diberikan oleh Allah SWT dengan membuat sebuah pengungkapan yang disebut dengan Islamic Social Reporting dalam Laporan Tahunan Bank Syariah.

2.2.5 Islamic Social Reporting (ISR)

Pengungkapan sosial yang dilaporkan oleh sebuah perusahan saat ini telah menjadi pertimbangan bagi para investor untuk berinvestasi di suatu perusahaan. Hal ini mengharuskan seorang investor perlu mengetahui tanggung jawab sosial perusahaan agar terhindar dari dampak sosial yang akan timbul dikemudian hari sebagai akibat kurangnya tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Pada umumnya perusahaan yang melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan itu dinamakan pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR).

Perkembangan ekonomi syari‘ah di sektor keuangan syari‘ah/perusahaan yang berbasis syari‘ah membuat pengungkapan tanggung jawab sosial dalam perusahaan berbasis syari‘ah ini menciptakan pengungkapan baru yang hampir sama seperti CSR. Pengungkapan tersebut

(13)

adalah Islamic Social Reporting (ISR). Islamic Social Reporting (ISR) merupakan perluasan dari pelaporan sosial yang telah disisipkan nilai-nilai Islam didalamnya. Perkembangan Islamic Social Reporting (ISR) ini diiringi oleh berkembangnya Islamic Social Reporting (ISR) Indeks (Permatasari dan Trisnawati, 2019).

Menurut Haniffa dalam kutipan Merina dan Verawaty (2016) Islamic Social Reporting (ISR) adalah perpanjangan pelaporan sosial yang meliputi tidak hanya harapan dewan pengurus atas pandangan masyarakat terhadap peran perusahaan dalam ekonomi, tetapi juga memenuhi perspektif spiritual bagi para pengguna laporan yang beragama Islam. Islamic Social Reporting (ISR) juga mempunyai tujuan diantaranya adalah mendemonstrasikan akuntabilitas kepada Allah SWT dan komunitas. Selain itu, tujuan Islamic Social Reporting (ISR) juga untuk meningkatkan transparasi dari aktivitas bisnis dengan menyediakan informasi yang relevan dalam memenuhi kebutuhan spiritual dan pengguna laporan yang beragama Islam.

Indeks Islamic Social Reporting (ISR) juga menekankan pada keadilan sosial terkait pelaporan mengenai lingkungan, kepentingan minoritas, dan karyawan. Menurut Othman & Thani (2009) dalam Zanariyatim, dkk (2016) terdapat enam tema pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR). Enam tema Pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) tersebut diantaranya adalah Keuangan dan Investasi, Produk dan Jasa, Tenaga Kerja/Karyawan, Masyarakat, Lingkungan, dan Tata Kelola Perusahaan. Enam tema tersebut dapat dijabarkan hingga menjadi 41 item pengungkapan yang digunakan untuk mengukur indeks ISR. Berikut penjelasan terkait dengan enam tema pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) menurut Othman dan Thani (2010) dalam Merina dan Verawaty (2016).

a. Tema Keuangan dan Investasi

Tema ini akan membahas terkait dengan halal dan haramnya sebuah produk dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Adanya Tema pengungkapan ini menjadi sebuah tanggung jawab perusahaan untuk mengungkapkan semua produk dan jasa yang mana terbebas

(14)

dari hal-hal yang mengandung haram atau hal-hal yang dilarang oleh syari’ah. Menurut Othman dan Thani (2010) dalam Merina dan Verawaty (2016) menyatakan bahwa terdapat sekurang-kurangnya ada 5 item dalam tema ini diantaranya, yaitu Aktivitas Riba, Gharar, Zakat, Kebijakan atas Keterlambatan Pembayaran Piutang, dan Pernyataan Nilai Tambah Bagi Perusahaan.

b. Tema Produk dan Jasa

Tema ini merupakan tema yang membahas item-item pengungkapan terkait dengan bagaimana perusahaan mengungkapkan kegiatan operasionalnya yang ramah terhadap lingkungan. Pada tema ini perusahaan yang berbasis Syari’ah terntunya harus mengungkapkan status kehalalan, pernyataan kehalalan serta keamanan dan kualitas sebuah produk yang diciptakan. Selanjutnya, tema ini juga dijadikan sebagai bentuk tanggung jawab sebuah

perusahaan dalam melayani atas keluhan

nasabah/pelanggan/konsumen. Pada tema ini terdapat 4 item pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) yang nantinya harus diungkapkan oleh sebuah perusahaan khususnya yang berbasis Syari’ah.

c. Tema Tenaga Kerja/Karyawan

Tema ini tentunya salah satu tema yang sangat penting karena sebuah perusahaan yang baik adalah yang telah mensejahterakan tenaga kerjanya atau karyawannya. Tema ini bertujuan untuk menjelaskan bahwa komunitas Islam juga ingin mengetahui bagaimana perushaan memperlakukan karyawannya dengan baik seperti memberikan upah, jenis pekerjaan, jam kerja per hari, kesehatan dan kesejahteraan, kebijakakan terkait pelaksanaan ibadah di lingkungan kerja, pendidikan dan pelatihan karyawan, keterlibatan karyawan serta lingkungan kerja. Oleh karena itu dalam tema ini terdapat 8 item pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR).

d. Tema Masyarakat

(15)

Tema Masyarakat ini tentunya dijadikan sebagai bentuk tanggung jawab sebuah perusahaan yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Namun dalam penerapnnya, pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) mengharuskan sebuah perusahaan khususnya yang berbasis Syari’ah harus menyebutkan penyaluran sedekah, wakaf, dan Dana Kebajikan/Qardhul Hasan.

Pada tema ini terdapat 11 item Pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) yang harus diungkapkan.

e. Tema Lingkungan

Tema ini memiliki konsep bahwa sebuah perusahaan ini harus juga menjaga lingkungan di sekitar perusahaan karena Islam mengajarkan kepada manusia agar selalu menjaga lingkungan di muka bumi ini serta sebagai manusia dilarang untuk melakukan kerusakan di muka bumi ini. Dalam penerapannya perusahaan harus mengungkapkan sebuah informasi yang terkait dengan penggunaan sumber dan program yang menjaga lingkungan atau semua sumber yang digunakan dan program yang dijalankan oleh sebuah perusahaan harus ramah lingkungan. Dengan demikian item pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) dalam tema ini terdapat 5 item pengungkapan.

f. Tema Tata Kelola Perusahaan

Tema ini memiliki konsep bahwa sebuah perusahaan ini harus patuh terhadap peraturan yang berlaku di mana perusahaan itu berdiri.

Tema ini bertujuan agar perusahaan diharuskan mengungkapkan aktivitas yang terlarang seperti praktik monopoli, manipulasi, penimbunan barang, dan perjudian. Penerapan adanya kebijakan atas sebuah transaksi yang terlarang juga harus diungkap oleh sebuah perusahaan. Selain itu, penerapan di Indonesia sendiri apabila perusahaan berbasis syari’ah maka harus mengungkapkan pernyataan yang menyatakan bahwa operasional perusahaan tersebut berdasarkan prinsip syariah yang mana pernyataan ini langsung di laporkan oleh Badan Pengawas Syariah. Bahwa tema ini mengungkapkan struktur

(16)

kepemilikan saham serta profil direksi perusahaan. Oleh karena itu, dalam tema ini terdapat 8 item pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR).

Referensi

Dokumen terkait

Apabila saya terpilih sebagai calon pimpinan Baznas Kabupaten Kuantan Singingi Periode 2021-2026, Surat Pernyataan ini akan dibuktikan dengan Surat Keterangan dari

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Aktivitas Fisik Sehari-hari Dengan

Evaluasi kebijakan adalah tahapan yang paling penting dalam sebuah proses kebijakan, tanpa ada evaluasi suatu kebijakan itu tidak akan ada nilainya karena di

1. Gaji dan upah. Gaji adalah balas jasa dalam bentuk uang yang diterima karyawan sebagai konsekuensi dari kedudukannya sebagai seorang karyawan yang memberikan sumbangan tenaga

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Santi Utami Dewi, Siti Amanah dan Eva Rahmi Kasim (2013) yang berjudul “Korelasi Pelatihan Vokasional Dengan Kompetensi Penyandang

Pengungkapan Corporate Sosial Responsibility merupakan sebuah sinyal untuk mengkomunikasikan kinerja perusahaan dalam jangka panjang, karena Corporate Sosial Responsibility

Saat ini Public relations sudah berkembang hingga dapat dicapai secara online yaitu dengan online Public relations Definisi dari online Public relations adalah

Penelitian sekarang dilakukan oleh Wisnu Aditya Nurkamal untuk menguji ulang pengaruh dimensi gaya hidup terhadap keputusan pembelian dengan menggunakan objek yang berbeda dengan