• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah pusat memberikan otonomi yang seluas-luasnya kepada daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah pusat memberikan otonomi yang seluas-luasnya kepada daerah"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Berlakunya otonomi daerah dalam UU No.23 tahun 2014 diharapkan pemerintah daerah mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Pemerintah pusat memberikan otonomi yang seluas-luasnya kepada daerah untuk mengatur urusan pemerintahan masing–masing agar lebih efektif dan efisien. Kebijakan otonomi daerah bermakna tanggung jawab pemerintah daerah terhadap masyarakatnya terlealisasi dalam pelaksanaan pembangunan dan pelayanan yang berkualitas.1 Otonomi daerah merupakan langkah strategis untuk menjawab atas permasalahan berupa ancaman disintegrasi bangsa, kemiskinan, ketidak merataan pembangunan, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Otonomi daerah juga dapat menjawab tantangan globalisasi dimana memperkuat ekonomi berbasis ekonomi daerah yang mendorong pemberdayaan masyarakat, pengembangan prakarsa, kreativitas, dan peningkatan peran serta masyarakat. Otonomi daerah juga dituntut untuk mencari sumber alternatif pembiayaan pembangunan sesuai kebutuhan daerah. Dengan adanya otonomi daerah diharapkan setiap daerah dapat mengelola sumber daya yang ada disetiap daerah masing-masing agar terciptanya pembangunan yang merata.

Melimpahnya sumber daya alam yang dimiliki setiap daerah berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi apabila sumber daya tersebut

1 josef Riwu Koho. Analisis Hubungan pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia.

Center for Politics and Government (PolGov) Fisipol UGM, hal. 17-18, 2012.

(2)

dapat dikelola dengan baik. Sesuai apa yang dibutuhkan masyarakat sehingga pemanfaatan sumber daya tersebut dapat menghasilkan dalam pengelolaan sumber daya.

Pariwisata merupakan salah satu bentuk dari pemanfaatan sumber daya bernilai tinggi bagi suatu daerah yang mengelola sumber daya alam menjadi tempat wisata menarik pengunjung baik di daerah maupun diluar daerah, disamping bernilai ekonomi tinggi, tetapi juga dapat dijadikan sebagai identitas suatu daerah.

Dasar hukum pengembangan pariwisata yang sesuai dengan prinsip pengembangan adalah Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan (pasal 6 pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata).2

Pasal 8 Ayat 1 Pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan rencana induk pembangunan kepariwisataan yang terdiri atas rencana induk pembangunan kepariwisataan nasional, rencana induk pembangunan kepariwisataan provinsi, dan rencana induk pembangunan kepariwisataan kabupaten/kota. Pembangunan kepariwisataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian integral dari rencana pembangunan jangka panjang nasional. Pasal 11: Pemerintah bersama lembaga yang terkait dengan kepariwisataan menyelenggarakan penelitian dan pengembangan kepariwisataan untuk mendukung pembangunan kepariwisataan. Dalam era globalisasi sekarang ini, bidang pariwisata merupakan salah satu kegiatan

2Deddy, Prasetya, Maha Rani. “Pengembangan Potensi Pariwisata Kabupaten Sumenep , Madura , Jawa Timur ( Studi Kasus : Pantai Lombang )” Vol 3, Nomor 3, hal 23, 2014.

(3)

yang mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menunjang pembangunan perekonomian nasional.3

Provinsi Jambi merupakan provinsi dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan tidak kalah dengan yang dimiliki oleh provinsi lain, potensi-potensi tersebut salah satunya berada di Kabupaten Bungo, Kabupaten Bungo merupakan salah satu kabupaten yang strategis terletak bagian barat Provinsi Jambi yang berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatra Barat, Kabupaten Tebo, dan Kabupaten Merangin. Banyak sekali potensi-potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Bungo, mulai dari sektor pertanian, perkebunan, serta perikanan karena sebagian besar wilayah Kabupaten Bungo dialiri sungai disetiap dearahnya, bahkan sektor wisata alam banyak tersedia di Kabupaten Bungo yang orang banyak belum tau bahwa disana banyak sekali tempa- tempat wisata alam yang luarbiasa keindahannya, beberapa wisata yang ada di Kabupaten Bungo, yaitu:

1. Air terjun Tegan Kiri 2. Gua Alam

3. Sumber air panas 4. Bunga Bangkai 5. Dam Semagi

6. Luber (Lubuk Beringin)

3 Faizal, Hamzah, Hary Hermawan. “Evaluasi Dampak Pariwisata Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Lokal” Vol 5, no 3, hal 9, 2018.

(4)

Serta masih banyak lagi tempat-tempat wisata alam yang terdapat di Kabupaten Bungo, yang keindahannya tidak kalah dengan tempat-tempat wisata yang ada di Kabupaten-kabupaten Provinsi Jambi.

Salah satu objek wisata yang paling digemari oleh masyarakat Kabupaten Bungo maupun kabupaten yang bertetanggaan dengan Kabupaten Bungo adalah wisata alam Lubuk Beringin (Luber) yang terletak di Kecamatan Bahtin III Ulu yang berada di Desa Lubuk Beringin, Kabupaten Bungo. Desa Lubuk Beringin merupakan salah satu desa berbatasan langsung dengan hutan tropis Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang berjarak sekitar 50 Km dari pusta Kota Muaro Bungo ditempuh melalui jalur darat yang melintasi tiga Kecamatan yaitu kecamatan Bungo Dani, Kecamatan Muko- muko Bathin VII dan Kecamatan Rantau Pandan.

Berdasarkan berita TRIBUNJAMBI.COM, MUARA BUNGO – Jika anda penasaran Anda penasaran dengan lubuk larangan, berkunjunglah ke Kabupaten Bungo. Bahkan, ada lubuk larangan yang sudah menjadi objek wisata. Lubuk Beringin namanya.

Masyarakat sekitar juga biasa menyingkatnya menjadi luber. Tempat wisata itu terletak di Dusun (Desa) Lubuk Beringin, jaraknya sekitar satu setengah jam. Sepanjang jalan, mata Anda dimanja dengan pemandangan Sungai Batang Bungo. Dari Muaro Bungo, akan ada tiga kecamatan yang dilintasi, mulai dari Bungo Dani, Muko-muko Bathin VII, dan Rantau pandan. Menuju Lubuk Beringin akan melewati jalan-jalan naik dan turun, berkelok, hingga berlubang. Tapi, sepanjang jalan, anda akan menikmati suasana desa yang asri.

Beberpa petak sawah tampak mengapit jalan yang hanya bisa dilalui dua kendaraan itu. Belum lagi hewan peliharaan masyarakat sekitar yang kadang terlihat memakan rumput-rumput dipinggir jalan.4

Wisata alam Lubuk Beringin merupakan wisata alam yang berupa kearifan lokal masyarakat setempat. Kearifan lokal merupakan salah satu

4 https://www.google.com/amp/s/jambi.tribunnews.com/amp/2020/11/26/wiki-jambi- pesona-lubuk-beringin-kabupaten-bungo-sensasi-wisata-di-sekitar-lubuk-larangan. Diakses pada tanggal 14 Desember 2020 pukul 17:09.

(5)

pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Kearifan lokal adalah segala bentuk kebijakan yang didasari nilai-nilai kebaikan yang dipercaya, diterapkan dan senantiasa dijaga keberlanjutannya dalam kurun waktu cukup lama (secara turun temurun) oleh sekelompok orang dalam lingkungan atau wilayah tertentu yang menjadi tempat tinggal mereka.

Lubuk larangan adalah salah satu kearifan lokal yang dijadikan objek wisata. Lubuk larangan merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk pengelolaan tangkap ikan di Daerah Aliran Sungai (DAS) tersebut secara teratur menurut hukum yang di musyawarahkan masyarakat sekitar, baik itu batas-batas lubuk larangannya, pelanggaran aturan serta masa pembukaan atau masa penangkapan ikan untuk umum.

Lubuk larangan merupakan bentuk dari sebuah tradisi yang dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat setempat yang diperya untuk menjaga kelestarian sungai serta bertujuan untuk melestarikan keberagaman sungai dan terpelihara sehingga bisa dimanfaatkan secara turus menerus anak cucu secara berkelanjutan. Lubuk larangan diikat dengan subuah peraturan adat sebagai landasan hukum atau sanksi apabila terjadinya pelanggaran oleh masyarakat.

Lubuk larangan memiliki zonasi menjadi tiga yaitu zona inti, zona penyangga, dan zona pemanfaatan. Pembagian zonasi pada lubuk larangan tidak semata-mata hanya memperhitungkan nilai ekologi dari sumberdaya

(6)

sungai tapi juga nilai ekonomi dan nilai sosial. Zona inti merupakan zona yang lebih banyak berfungsi sebagai zona ekologi karena zona ini merupakan zona konservasi (pelindungan dan pelestarian budaya) yang diperuntukan bagi perkembangan ikan dan tidak boleh diganggu/dimanfaatkan selama masa pengelolaan lubuk larangan. Sementara zona penyangga merupakan zona pembatas antra zona inti dan zona pemanfaatan lebih ditujukan untuk memenuhi nilai ekonomi dan nilai sosial. Zona ini diberlakukan buka tutup lubuk dengan aturan yang disepakati bersama.5

Jambi (ANTARA News)- Gubernur Jambi Hasan Basri Agus, mengatakan bahwa Lubuk larangan adalah potensi wisata alam Jambi, hal itu didukung dengan kondisi alam yang masih terlihat asri disekitar lubuk-lubuk larangan yang ada di Provinsi Jambi.6

Lubuk Beringin adalah desa yang menjadikan lubuk larangan sebagai tempat wisata alam yang menjanjikan pemandangan ikan-ikan semah dan tempat pemandian bagi para wisatawan yang berkunjung. Ini menjadikan sektor pariwisata yang sangat menguntungkan bagi masyarakat setempat dan Desa Lubuk Beringin itu sendiri. Sektor pariwisata juga dapat menghasilkan nilai tambah ekonomi masyarakat dan menambah Pendapatan Asli Desa (PADesa) dalam pengelolaan tempat wisata tersebut.

Hal di atas menunjuan bahwa potensi pengembangan wisata alam berbentuk kearifan lokal sangat menjanjikan bagi perekonomian Desa Lubuk Beringin yang menjadikan lubuk larangan menjadi ekowisata guna

5 Nendah kurniasri, Maharani Yulistri dan christina Yuliaty. ”lubuk larangan: bentuk perilaku ekologis dalam pengelolaan sumber daya perikanan perairan umum daratan (tipologi sungai)” vol. 8, hal 243, 2013.

6 http://m.antaranews.com/lubuk-larangan-potensi-wisata-alam-jambi. Diakses pada tanggal 14 Desember 2020 pukul 18:18.

(7)

meningkatkan perekonomia kerakyatan serta meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PADesa). Wisata alam LubukBeringin merupakan wisata yang unik karena perpaduan antara budaya sekaligus tempat konservasi ikan-ikan semah.

Suasana alam juga mendukung dalam perkembangan wisata Lubuk Beringin dengan paronama desa yang asri dengan pemandangan perbukitan dan hutan yang lebat disekitar desa.

Pendapatan Asli desa (PADesa) adalah salah satu sumber penerimaan yang harus terus menerus dipacu pertumbuhannya. Dalam otonomi daerah ini kemudian pemerintah desa sangat dituntut dalam pembiayaan pembangunan desa dan pelayanan kepada masyarakat, untuk itu pemerintah desa harus memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh desa guna meningkatkan pendapatan asli desa, sehingga dapat membiayai pembangunan di desa tersebut, agar tidak terlalu tergantung dari dana yang diberikan oleh pemerintah daerah.

Menurut UU No. 6 Tahun 2014 tentang desa, pasal 7 ayat 1 pendapatan desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa.

Menurut Permendagri 113/2014 pendapatan asli desa dibagi menjadi 3 (tiga) berupa:

1. PADesa (pendapatan asli desa) adalah pungutan dan/atau pendapatan yang dimasukan dalam rekening desa, yang merupakan pendapatan hasil dari usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong royong, dan lain-lainnya.

(8)

2. Transfer, pendapatan jenis ini bersumber dari pemerintah (baik pusat maupun kabupaten) diperoleh melalui transfer antar rekening yaitu rekening kabupaten atau provinsi.

3. Pendapatan lainnya, bersumber dari hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga dan lain-lain pendapatan yang sah.

Keseluruhan pendapatan asli desa dalam Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDesa).

Jadi pemanfaatan sumber daya dan kekayaan alam yang dimiliki oleh desa harus dilakukan oleh pemerintah desa, guna meningkatkan pendapatan asli desa, sehingga dapat membantu membiayai pembangunan di desa itu sendiri apabila pengelolaan wisata dapat berjalan dengan semestinya dan dikelola dengan baik. Peran pemerintahan desa sangan penting sebagai pengelola sekaligus pengawas dalam berjalan kegiatan ekowisata. Karena pemerintahan desa yang berhak dalam mengelola sumber daya alam di desa.

Otonomi desa merupakan penyerahan wewenang dari pemerintahan Kabupaten/Kota kepada desa dalam menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan, dan pembinaan desa. Kewenangan- kewenangan tersebut untuk mendorong prakarsa, gerakan dan partisipasi masyarakat desa untuk mengembangkan potensi dan aset desa guna menyejahterakan masyarakat dan melaksanakan otonomi daerah.7

WIKI JAMBI Pesona Lubuk Beringin Kabupaten Bungo, sensasi wisata disekitar Lubuk Larangan- Jika sampai di Lubuk Beringin, anda akan melihat langsung lubuk larangan tempat membudidayakan

7 Jefri S.Prakarsa, “pemberian kewenangan desa dalam kontek otonomi daerah (the providing of authority to villege in the context regional autonomy) Vol. 13 No, 01- Maret 2016 : 73-84.

(9)

ikan semah. Tidak hanya itu, pengunjung bisa berenang dengan ikan- ikan. Anda bisa menyewa ban untuk merasakan sensasi mengapung diair bersama ikan semah. Hanya dengan mengeluarkan uang Rp 10 ribu, anda bisa menggunakan pelampung itu sepuasnya. Jika tidak mau, ya tidak dipaksakan anda bisa berenang secara gratis di Lubuk Beringin. Saat itu, ada beberapa yang sudah mulai didukung pemerintah. Seperti musola, MKC, dan fasilitas penunjang lainnya.8 Pemerintahan desa Lubuk Beringin membangun sejumlah fasilitas pendukung seperti musola, WC (water closet), pendopo, area parkir, dan sebagainya. Fasilitas-fasilitas ini untuk menunjang pengembangan objek wista alam Lubuk Beringin. Di lokasi wisata banyak terdapat masyarakat desa menyediakan ban/pelampung untuk disewakan kepada pengunjung dengan membayar Rp. 10.000,- . Masyarakat setempat juga menjual makanan berupa mie instan, kerupuk dan sebagainya. Hal ini dapatan menumbuhkan perekonomian masyarakat.

Sektor pariwisata sangat mempengaruhi sektor lain, pengembangan wisata desa akan berpengaruh pada Pendapatan Asli Dasa (PADesa), meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar, dan memperluas peluang kerja bagi masyarakat sekitar dan tentunya memajukan desa tersebut, karena kunci keberhasilan suatu desa atau kemajuan suatu daerah dapat dilihat dari bagaimana daerah tersebut memanfaatkan potensi-potensi yang dimilikinya.

Pemerintahan desa diberikan kewenangan dalam mengatur dan mengurus urusan rumah tangganya sendiri, termasuk pengembangan objek wisata alam lubuk larangan yang berupa kearifan lokal sekaligus tempat konservasi

8 https://jambi.tribunnews.com/amp/2020/11/26/wiki-jambi-pesona-lubuk-beringin- kabupaten-bungo-sensasi-wisata-di-sekitar-lubuk-larngan?page=4. Diakses pada tanggal 15 Desember 2020 pukul 23:15.

(10)

perikanan. Terobosan ini dapat menghasilkan nilai ekonomi dan tempat pelestarian budaya lokal.

Nurfadila melakukan penelitian dengan judul “peran pemerintah dalam pengelolaan objek wisata alam lewaja di Kabupaten Enrekang”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran pemerintah Enrekang dalam mengembangkan objek wisata dalam upaya peningkatan PAD (pendapatan asli daerah). Hasil penelitian menunjukkan pengelolaan yang dilakukan pemerintah Enrekang belum optimal karena terkendala masalah pendanaan dan juga infrastruktur yang belum memadai.9

Ian Asriandy melakukan penelitian dengan judul “strategi pengembangan objek wisata air terjun bissapu di kabupaten Bantaeng”.

Tujuan penelitian ini adalah bagaimana strategi dinas kebudayaan dan pariwisata Bantaeng dalam pengembangan wisata air terjun Bissapu. Hasil penelitian menunjukkan pengembangan objek wisata air terjun bissapu oleh dinas kebudayaan dan pariwisata belum berjalan dengan baik karena infrastuktur dan jalan menuju wisata air terjun sangat tidak layak untuk dilalui, serta masih banyak sampah yang ada di lokasi wisata.10

Dari penelitian terdahulu yang saya paparkan diatas, semuanya membahas bagaimana peran pemerintah dalam pengembangan dan merawat objek wisata alam, sedangkan penelitian yang saya akan lakukan yaitu

9 Nurfadila, Skripsi, peran pemerintah dalam pengelolaan objek wista alam lewaja di Kabupaten Enrekang, Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas muhammadiyah makassar 2018

10 Ian Asriandy, Skripsi, strategi pengembangan objek wista air terjun bissapu di kabupaten bantaeng, Program Studi Manajemen Administrasi, Fakltas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Hasanuddin 2016

(11)

Bagaimana peran pemerintah desa memelihara sumber daya konservasi perikanan serta dalam pengelolaan kawasan wisata alam, yang membedakan saya dengan penelitian sebelumnya bagaimana upaya peningkatan PADesa melalui pengelolaan sumber daya konservasi perikanan yang dijadikan sebagai objek wisata alam yang dipadukan dengan lubuk larangan yang merupakan kearifan lokal setempat.

Pengelolaan wisata Lubuk Beringin banyak terdapat kekurangan ini bisa dilihat dari pengunjung bebas masuk dan keluar tampa dikenakan biaya, ini mencerminkan struktur/manajemen dari pengelola wisata sangat buruk.

Jarak yang jauh dari pusat kota menjadi masalah yang belum diselesaikan karena pengunjung dari luar daerah Kabupaten Bungo tidak bisa berlama-lama dilokasi wisata kareana tidak tersedia penginapan bagi para wisatawan.

Untuk itu peneliti merasa sangat penting untuk meneliti upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Desa Lubuk Beringin Kabupaten Bungo mengelola kawasan wisata alam lubuk larangan, dan nantinya agar menjadi sumber Pendapatan PADesa. Maka dari itu Peneliti melakukan penelitian dengan judul“ANALISIS PENGELOLAAN DESA WISATA BERBASIS KONSERVASI PERIKANAN DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DESA. (Studi pada lubuk larangan, Desa Lubuk Beringin, Kab. Bungo) ”

(12)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana peran pemerintah desa memelihara sumber daya konservasi perikanan dalam pengelolaan kawasan wisata alam lubuk larangan?

2. Bagaimana upaya peningkatan PADesa melalui pengelolaan desa wisata berbasis konservasi perikanan?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisis peran pemerintah desa memelihara sumber daya konservasi perikanan dalam pengelolaan kawasan wisata alam lubuk larangan.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis upaya peningkatan PADesa melalui pengelolaan sumber daya konservasi perikanan berbasis objek wisata.

1.4 Manfaat Peneliti

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat secara teoritis

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan dari penelitian yang dilakukan peneliti dengan cara mengaplikasikan ilmu dan teori diperoleh selama perkuliahan dan pembahasan mengenai analisis pengelolaan kawasan konservasi perikanan berbasis objek wisata dalam upaya peningkatan PADesa.

2. Manfaat secara praktis

(13)

Hasil penelitian in diharapkan dapat mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan mengenai peran pemerintah desa dalam memelihara sumber konservasi perikanan dan pengelolaan kawasan wisata alam lubuk larangan, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pemikiran bagi lembaga atau instansi pemerintahan dan juga masyarakat untuk mengetahui seberapa efektifnya pengelolaan wisata lubuk larangan terhadap pendapatan PADesa.

1.5 Landasan Teori 1.5.1 Teori Peranan

David Berry dalam Mutiawathi, peran berhubungan dengan pekerjaan merupakan aspek dinamis dari kedudukan dan status yang dimiliki apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya. Hal ini peran telah dikatakan telah dilaksanakan apabila sesorang dengan kedudukan atau dengan status-status tertentu telah melaksanakan kewajiban-kewajibannya. Peran dapat dibagi menjadi tiga cakupan, yaitu:

1. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau kedudukan seseorang dalam masyarakat, peran merupakan arti rangkaian-rangkaian peraturan yang mengarahkan seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

2. Peran merupakan suatu konsep tentang apa yang telah dilakukan individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

(14)

3. Peran juga dapat dikatakan perilaku individu yang penting bagi struktur masyarakat.11

Pemerintah besar dari kata “perintah”, kemudian ditambah awal

“pe” menjadi pemerintah. Kata “pemerintah” berasal dari bahasa Jawa

“titah” (sabdo, perintah, instruksi). Dalam bahasa Inggris “Pemerintah”

ialah “goverment” berasal dari kata govern, yaitu merupakan institusi/lembaga beserta jajarannya yang mempunyai tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawab untuk mengurus tugas dan menjalankan kehendak rakyat. Kecenderungannya lebih tertuju kepada negara pelaksana tugas-tugas eksekutif saja (pemerintahan dalam arti sempit) yaitu: sebagai organ negara pelaksana tugas-tugas eksekutif saja.

Sedangkan pemerintahan dalam arti luas adalah seluruh lembaga/organ negara yang menjalankan kewajiban negara sebagai organisasi sosial (societal) yang sangat besar dan kompleks, eksekutif, yudikatif, dan

auditif (mustofa) 12

Ryaan Rasid dalam Soma Admaja dan Andi Azikin, pada dasarnya ada tiga fungsi utama dari pemerintahan, yaitu: pelayan (service) pemberdayaan (empoworment) dan pembangunan (development).

11Mutiawathi, Tantangan “Role” Peran yang Dihadapi mantan Perawat IJ-EPA Setelah Kemabli Ke Indonesia, jurnal Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Sastra, Universitas Al Azhar Indonesi, Vol 02, No. 2, 2017. Hal 2

12 Umar Nain, Realisai Pemerintahan Desa Dan Supradesa Dalam Perencanaan Dan Penganggaran Desa” (Yogyakarta: PUSTAKA BELAJAR 2017) hal. 1

(15)

Peran pemerintah adalah segala bentuk tindakan dan kebijakan yang dibuat pemerintah dalam melakukan tugas, wewenang, dan kewajibannya, dalam segala tindakan dan kebijakan yang dibuat pemerintahan untuk menciptakan ketertiban dan ketenteraman dalam masyarakat sesuai tugas dan fungsi sebagai pelindung dan pelayan masyarakat. Peran pemerintah sebagai regulator merupakan pihak yang bertanggung jawab dalam pengambilan kebijakan dan keputusan mengenai regulasi. Fungsi pemerintah mengarahkan masyarakat ke arah kemandirian dan pembangunan demi terciptanya kemakmuran serta kesejahteraan masyarakat.13

a) Pemerintah sebagai fasilitator

Peran pemerintah sebagai fasilitator adalah menciptakan kondisi yang kondusif dalam pelaksanaan pembangunan yang menjembatani antara pemerintah dengan masyarakat dalam pembangunan.

b) Peran pemerintah dalam regulator adalah menyiapkan arahan pembangunan dengan menentukan kebijakan dan menerbitkan peraturan-peraturan untuk menciptakan penyeimbangan arahan pembangunan.14

13 Soma Admaja dan Andi Azikin, Peran Pemerintah Daerah Penanggulangan Dampak Pembangunan Kota Baru Dan Perubahan Soial Di Kabupaten Tangerang Provinsi Banten, jurnal wahana bakti praja, vol. 9, 2019, hal 3

14 Musa, Optimalisai Peran Pemerintah Dalam pemberdayaan Masyarakat: Sebuah Tawaran Dalam Mengatasi Kemiskinan, Jurnal dakwah dan pengembangan sosial kemanusiaan, vol. 8 no. 1, 2017, hal. 13-14

(16)

Pemenuhan keinginan dan kebutuhan oleh penyelenggara negara. Negara berdiri dari keinginan masyarakat tentu saja dengan tujuan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada hakikatnya negara dalam hal ini pemerintah harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Pemenuhan kebutuhan dapat dilakukan oleh pemerintah dengan memanfaatkan wewenangnya sebagai penyelenggara negara untuk kebutuhan dan kemakmuran masyarakat. Dalam hal ini pemerintah berhak dalam mengelola dan membuat suatu kebijakan yang menjadi panduan dalam pelaksanaan ekonomi masyarakat. Seperti dalam pengelolaan sumber daya alam yang bisa menumbuhkan perekonomian demi menyejahterakan dan memberi dampak positif bagi masyarakat.

1.5.2 Teori Manajemen

George. R. Terry memberikan pengertian manajemen yaitu suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan organisasi atau maksud yang nyata. Hal tersebut meliputi pengetahuan tentang apa yang seharusnya dilakukan, menetapkan bagaimana cara melakukannya, memahami bagaimana mereka harus melakukannya dan mengukur efektivitas dari usaha-usaha yang telah dilakukan meliputi Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing,) Penggerakan (Actuating) dan Pengawasan (Controlling).15

15 Handoko Hani, Manajemen. (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2011). hlm. 9.

(17)

Pengelolaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses melakukan kegiatan dengan menggerakkan orang lain, proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi.

Proses yang memberikan pengawasan kepada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.

Halord Kontz dan Cyril Odonnel dalam Semuel Batlajery pengelolaan merupakan usaha mencapai suatu tujuan melalui kegiatan orang lain. Pengelolaan mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, mengoordinasikan, penggerakan, dan pengendalian. Dengan demikian, pengelolaan mengacu pada suatu proses mengkoordinasikan dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja untuk diselesaikan secara efisien dan efektif.

Ricky W. Riffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Efektif berarti dimana tujuan dapat dicapai apabila sesuai perencanaan, sedangkan efektif merupakan tugas yang dilaksanakan secara benar, teorganisir,dan sesuai dengan jadwal.

a) Fungsi perencanaan yaitu dalam manajemen perencanaan merupakan proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses

(18)

terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan semua tidak akan berjalan sesuai keinginan.

b) Fungsi Pengorganisasian yaitu proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang dirumuskan dan perencanaan diselesaikan dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem lingkungan organisasi yang kondusif, dan dapat memastikan semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efiktif dan efesien.

c) Fungsi penggerakan dan implementasi yaitu proses implementasi program dapat dijalankan oleh semua pihak yang dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan produktivitas tinggi.

d) Fungsi pengawasan dan pengendalian yaitu proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target yang diharapkan.16

Dari bahasan tersebut dapat digaris bawahi bahwa pengelolaan desa wisata bebasis konservasi perikanan dalam meningkatkan PADesa yang baik akan terwujud apabila pengelolaan wisata lubuk larangan oleh semua pihak terutama penanggulangan dari pemerintah desa bekerja sama dengan masyarakat dan pemerintah daerah Kabupaten Bungo agar terciptanya Konservasi Perikanan berbasis Pariwisata bagi masyarakat lokal maupun luar daerah. Potensi Pariwisata Perikanan

16 Semuel Batlajery,”Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen Pada Aparatur Pemerintahan Kampung Tambak Kabupaten Merauke”, Jurnal ilmu ekonomi dan sosial, vol.,VII, No 2,2016 hal. 135-155

(19)

desa Lubuk Beringin memiliki fungsi pemberdayaan ekonomi kreatif sehingga berdampak bagi masyarakat dan meningkatkan PADesa.

Sumber daya adalah sesuatu yang memiliki nilai guna. Sumber Daya Alam (SDA) merupakan keseluruhan faktor fisik, kimia, biologi dan sosial yang membentuk lingkungan sekitar kita. Hunker dkk menyatakan bahwa sumber daya alam adalah semua yang berasal dari bumi, biosfer, dan atmosfer, yang keberadaannya tergantung pada aktivitas manusia. Semua bagian lingkungan alam kita (biji-bijian, pepohonan, tanah, air, udara, matahari, sungai) adalah sumber daya alam.17

SDA ialah unsur-unsur yang terdiri dari SDA nabati (tumbuhan) dan SDA hewani (satwa) dengan unsur non hayati disekitarnya yang secara keseluruhan membentuk ekosistem. SDA memiliki peranan dalam pemenuhan kebutuhan manusia. Secara yuridis, pengertian SDA termuat dalam Pasal 1 ayat 9 UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, ialah SDA adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya hayati dan non hayati yang secara keseluruhan membentuk kesatuan ekosistem.

Terdapat beberapa mengenai pembagian sumberdaya alam.

antara lain ditinjau dari sifat umum ekosistemnya dibagi menjadi dua

17 Ellysa Putri, Kemampuan Masyarakat Gayo dalam Mengelola Sumber Daya Alam, jurnalPendidikan Geografi STKIP Al-Washliyah Banda Aceh. Serambi Saintia, Vol. V, No. 1, April 2017. hal 1

(20)

bentuk besar yaitu SDA terestris (daratan) dan SDA akuatik (perairan).

Meskipun demikian, dalam pengelolaan SDA umumnya dikenal tiga macam sumberdaya alam didasarkan pada sifatnya, yaitu:

1. Sumber daya alam yang dapat dipulihkan (renewable resources), dimana aliran sumberdaya tergantung kepada manajemennya, dengan beberapa kemungkinan persediaannya dapat menurun, lestari atau meningkat. Contoh tanah, hutan dan margasatwa.

2. Sumber daya alam yang tidak dapat dipulihkan (non renewable atau deposit resources), dimana persediaan tetap dan sumberdaya

alam ini terdiri dari:

a. Secara fisik persediaan akan habis seluruhnya. Contoh: batu bara, minyak bumi, gas alam.

b. Persediaan menurun, tetapi dapat digunakan kembali (daur ulang). Contoh: kelompok logam dan karet

3. Sumber daya alam yang tak akan habis (continuous atau flow resources), dimana tersedia secara berkelanjutan. Persediaannya

tidak terbatas dan tidak terpengaruh oleh tindakan manusia.

Contoh: energi matahari, energi pasang surut.

a. Persediaannya tidak terbatas dan tidak terpengaruh oleh tindakan manusia. Contoh: energi matahari, energi pasang surut.

(21)

b. Persediaannya tidak terbatas, tetapi terpengaruh oleh tindakan manusia. Contoh: bentang alam, keindahan alam, ruang angkasa dan udara.

Sumber daya alam (SDA) merupakan rahmat karunia Tuhan YME yang harus dikelola secara baik dan benar agar dapat memberikan manfaat kepada manusia secara maksimal dan lestari. Pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia dengan mengembangkan dan memanfaatkan SDA yang ada. Dalam pemanfaatan SDA melalui pembangunan senantiasa terjadi perubahan ekosistem yang pada akhirnya memberi dampak positif (manfaat) ataupun dampak negatif (resiko) terhadap manusia kembali. Semakin besar manfaat yang akan diupayakan, semakin besar pula resiko yang ada ataupun muncul resiko baru.

Pengelolaan SDA dimaksud untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan yang tinggi, aman dan terjamin.

Hanya dalam kondisi kualitas lingkungan yang tinggi, manusia lebih banyak memperoleh manfaat dari pada resiko lingkungan.

Oleh karenanya ruang lingkup SDA adalah inventarisasi perencanaan, pelaksanaan/pemanfaatan dan pengendalian/pengawasan.

Pada dasarnya hanya SDA yang dapat dipulihkan/diperbaharui (renewable) yang benar-benar dikelola.

(22)

Sedangkan SDA yang tidak dapat dipulihkan (non-renewable) hanya mengalami eksploitasi tidak dapat dibina kembali. SDA berdasarkan sifatnya dapat digolongkan menjadi SDA yang dapat diperbaharui dan SDA yang tidak dapat diperbaharui. SDA yang dapat diperbaharui ialah kekayaan alam yang dapat terus ada selama penggunaannya tidak diekploitasi berlebihan.

SDA yang tidak dapat diperbaharui yaitu SDA yang jumlahnya terbatas karena penggunaannya lebih cepat daripada proses pembentukannya dan apabila digunakan secara terus menerus akan habis seperti contoh tumbuhan, hewan, mikro organisme, sinar matahari, angin, dan air. Kebutuhan SDA meningkat dikarenakan pertambahan penduduk serta kemajuan pembangunan. SDA yang terbatas bahkan menurun.

Tanpa upaya pelestarian atau konservasi maka terjadi krisis SDA, kualitas menurun, persediaan langka, keanekaragaman berkurang, dll. Pemanfaatan SDA dibagi berdasarkan sifatnya, yaitu SDA Hayati dan Non Hayati. Pasal 12 ayat 1 UU No.32 tahun 2009 menyatakan pemanfaatan SDA dilakukan berdasarkan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH). Pada dasarnya semua SDA termasuk SDA hayati harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat dan umat manusia sesuai dengan kemampuan dan fungsinya. Pemanfaatannya harus sedemikian rupa sesuai dengan UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan Ekosistemnya,

(23)

sehingga dapat berlangsung secara lestari untuk masa kini dan masa depan. Pemanfaatan dan pelestarian tersebut seperti tersebut diatas harus dilaksanakan secara serasi dan seimbang sebagai perwujudan dari asas konservasi SDA hayati dan ekosistemnya.

Pengelolaan sumber daya alam dilakukan untuk mengatur hubungan timbal balik antara sumber daya alam dengan manusia agar terwujud kelestarian ekosistem serta menjamin keberlanjutan dan manfaat sumber daya alam tersebut untuk manusia. Setiap bentuk pemanfaatan sumber daya alam dilakukan dengan mempertimbangkan aspek-aspek kelestarian alam. Dengan demikian manusia dapat memperoleh manfaat sumber daya alam dan lingkungan yang berkelanjutan.

Pembangunan berkelanjutan menjadi tujuan utama dalam pengelolaan sumber daya alam. konsep pembangunan ialah Sustainable Development didasarkan lima apek yaitu: Ekonomi, Sosial, Ekologi, Kelembagaan, dan Teknologi melalui social Engineering dengan proses pendekatan kolaboratif antar pemangku kepentingan dalam mengendintifikasi permasalahan dengan menganalisa keberlanjutan lingkungan bedasarkan atribut setiap dimensi. Sehingga dapat menilai keberlanjutan dari sebuah pembangunan.18

18 Bursamin, Satria Putra Utama, dan Muhammad Faiz Barchia, ”Analisis Pengelolaan Lingkungan Daerah Aliran Sungai Air Berbasis Kemasyarakatan”, Jurnal penenelitian

pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, jurusan Agribisnis, fakultas pertanian, UNIB, hal 3

(24)

1.6 Kerangka Berfikir

Kerangka pemikiran Analisis Pengelolaan Sumber Daya Konservasi Perikanan Berbasis Objek Wisata Dalam Upaya Peningkatan PADes. (Studi Pada Lubuk Larangan, Desa Lubuk Beringin, Kab. Bungo) .

Objek Wisata

Peran Pemerintah Desa Lubuk Beringin Sebagai Pengelola

Pengawasan Perencanaan Penggerakan Pengorganisasian

PAD

(Pendapatan Asli Desa) Konservasi Perikanan (Lubuk Larangangan)

(25)

1.7 Metode Penelitian 1.7.1 Jenis Penelitian

Jenis data digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian dengan metode kuantitatif untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah atau natural setting berpikir secara induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan antara fenomena yang diamati.19

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan suatu objek yang berlangsung sebelumnya. Dalam penelitian tentang analisis pengelolaan desa wisata berbasisis sumber daya konservasi perikanan dalam upaya peningkatan PADesa (pendapatan asli desa). Penulis menggunakan pendekatan kuantitatif dimana peneliti yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu memberi gambaran dan penjelasan yang dapat mengenai masalah yang dihadapi.

1.7.2 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Desa Lubuk Beringin Kecamatan Batin III Ulu, Kabupaten Bungo, yang berwenang dalam pengelolaan kawasan konservasi perikanan (lubuk larangan) sekaligus sebagai objek wisata alam .

1.7.3 Fokus penelitian

Focus penelitian yang digunakan olah penulis dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, yaitu memberi gambaran penjelasan

19Sugiono, memahami penelitian kuantitatif, ( Bandung : CV Alfabeta, 2014 ) hal 1 – 2.

(26)

yang tepat secara objektif tentang keadaan sebenarnya dari objek yang diteliti. Fokus penelitian ini adalah analisis pengelolaan desa wisata berbasis sumber daya konservasi perikanan dalam upaya peningkatan PADesa (pendapatan asli desa).

1.7.4 Sumber data

Sumber data adalah semua bentuk kata-kata dan tindakan sedangkan sumber data tambahan adalah berupa dokumen tertulis, foto, realitas yang terkait dengan apa yang diteliti atau dikaji. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua sumber data yaitu :

a. Data Primer

Data primer yang dimaksud adalah data yang diperoleh langsung dari informan berupa informasi, fakta dan juga persepsi serta tanggapan yang berkaitan dengan penelitian ini.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari tangan kedua atau sumber-sumber lain yang tersedia sebelum penelitian dilakukan. Data sekunder merupakan data -data yang diperoleh dari data kepustakaan. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dengan cara kepustakaan untuk mengumpulkan data dengan menggunakan dan mempelajari literature buku-buku kepustakaan yang ada untuk mencari konsepsi-konsepsi dan teori-teori yang berhubungan erat dengan permasalahan. Studi

(27)

kepustakaan bersumber pada laporan-laporan, skripsi, buku, dan surat kabar.

1.7.5 Teknik Pengumpulan Informasi

Teknik yang akan digunakan peneliti dalam menentukan informan adalah teknik sampel bertujuan atau purposive sampling yang merupakan teknik pengumpulan sampel dengan perimbangan tertentu.

Peneliti memilih orang sebagai sampel atau informan dengan memilih orang yang benar-benar mengetahui atau memiliki kompetensi dengan topik yang akan diteliti.20

Untuk penelitian mengenai analisis pengelolaan desa wisata bebasis sumber daya konservasi perikanan dalam upaya peningkatan PADesa (pendapatan asli desa). Berikut informan, diantaranya, Camat Kecamatan Bathin III Ulu Bapak Nurdin, S.sos,I MM., Kepala Desa/Datok Rio Lubuk Beringin Muhamad Aljupri, ketua lembaga adat desa Lubuk Beringin, ketua BUMDus, ketua Pokdarwis (kelompok sadar wisata) Lubuk Beringin. Peneliti teknik purposive sampling yaitu informan yang dibutuhkan sesuai kebutuhan peneliti berupa masyarakat dan pedagang sekitar lokasi wisata berjumlah 10 orang.

1.7.6 Teknik Pengumpulan Data

Data yang ada akan di evaluasi dengan keilmuan yang ada dalam penanganannya sebagai peneliti kualitatif. Untuk memperoleh data adapun sumber data dari penelitian ini adalah :

20Ibid., hlm. 52

(28)

a. Observasi

Dilakukan dengan cara melihat langsung tentang permasalahan yang berhubungan dengan variabel penelitian dan melakukan pencatatan atau hasil observasi sesuai dengan jenisnya. Peneliti melakukan observasi dengan persiapan terbatas, yakni peneliti terlibat hanya sebatas aktivitas objek yang mendukung data penelitian.

b. Wawancara

Penggunaan metode ini ditujukan untuk menggali informan secara lebih mendalam terkait permasalahan penelitian. Terkait penelitian, peneliti menggunakan metode indepth interview, dimana penelitian dan informan atau responden berhadapan langsung (face to face) untuk mendapatkan informasi secara lisan dengan tujuan

data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian. Untuk membuat wawancara yang berisi butir-butir pernyataan wawancara terkait permasalahan penelitian.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah rekaman peristiwa yang lebih dekat dengan percakapan, menyangkut persoalan pribadi, dan interprestasi yang berhubungan sangat dekat dengan konteks rekaman peristiwa masalalu tersebut yang padanya mungkin dihasilkan sebuah informasi, fakta dan data yang diinginkan dalam penelitian pengelolaan objek wisata lubuk larangan.

(29)

1.7.7 Teknik Analisis Data

Untuk menghasilkan dan memperoleh data yang akurat dan objektif sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dalam penelitian ini.

Moleong dalam buku Salim dan Syahrum, bahwa analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat ditemukan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.21

Proses analisis data kualitatif memiliki tahapan-tahapannya.

Tahapan reduksi data sampai kepada tahapan proses analisis data dilakukan melalui tahapan; reduksi data, penyajian atau display data dan kesimpulan atau Verifikasi. Untuk lebih jelasnya, penulis akan menjelaskan proses analisis tersebut sebagai berikut:

A. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal- hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu . Reduksi data bisa dilakukan dengan jalan melakukan abstrakasi. Dengan kata lain proses reduksi data ini dilakukan oleh peneliti secara terus menerus saat melakukan penelitian untuk menghasilkan catatan-catatan inti dari data yang diperoleh dari hasil penggalian data.

21Salim dan Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Citapustaka Media,2012), hlm 145.

(30)

B. Penyajian Data

Penyajian data merupakan kegiatan di mana ketika sekumpulan informasi telah disusun. Dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dengan bentuk uraian singkat, bagan dan hubungan antar kategori. Yang akan mempermudah dalam menganalisis data yang ditemukan oleh peneliti. Penyajian data merupakan kegiatan di mana ketika sekumpulan informasi telah disusun. Dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dengan bentuk uraian singkat, bagan dan hubungan antar kategori. Yang akan mempermudah dalam menganalisis data yang ditemukan oleh peneliti.

C. Penarikan Kesimpulan

Verifikasi ini merupakan suatu bentuk penarikan kesimpulan, dari data - data yang telah diperoleh oleh peneliti, namun masih bersifat awal dan sifatnya sementara. Langkah verifikasi yang dilakukan oleh peneliti masih terbuka untuk penerimaan data.

Referensi

Dokumen terkait

Keseimbangan labil : Sebuah pararel epipedum miring ( balok miring ) yang bidang diagonalnya AB tegak lurus pada bidang alasnya diletakkan diatas bidang datar, maka ia dalam

Berdasarkan analisis tingkat resiko tsunami, daerah dengan resiko sangat tinggi dan tinggi terdapat di dua wilayah pesisir utara yaitu Kecamatan Alok dan Magepanda dengan

Langkah yang diambil oleh Takaful Indonesia sesuai dengan isi dari Fatwa Dewan Syariah Nasional tentang Akad Tabarru’ pada Asuransi Syariah dan Reasuransi Syariah,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konseling kelompok dengan pendekatan rational emotive behavior therapy (REBT) terhadap perilaku hedonis pada siswa

perubahan iklim global terhadap kehidupan, dan Lembaga-lembaga yang menyediakan dan memanfaatkan data cuaca dan iklim di Indonesia, Peserta didik kemudian diberi

dan rumput laut, maka diperlukan lokasi yang terlindung dari pengaruh angin dan gelombang yang besar. Lokasi yang terlindung biasanya di perairan teluk atau perairan yang

Penelitian dengan judul “Motivasi Menjadi Jurnalis Dalam Rubrik Swara Kampus di Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat (Studi Kualitatif Terhadap Motivasi Mahasiswa

Dalam hal pengadu menuntut ganti rugi, pihak pengadu menguraikan kerugian yang ditimbulkan akibat pelayanan yang tidak sesuai dengan standar pelayanan.. Tugas dan kewajiban Men.PAN