• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PADA TANAMAN LADA (Piper nigrum Linn) DESA SAPTAMARGA KECAMATAN SUKAMAJU KABUPATEN LUWU UTARA SULAWESI SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TUGAS AKHIR. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PADA TANAMAN LADA (Piper nigrum Linn) DESA SAPTAMARGA KECAMATAN SUKAMAJU KABUPATEN LUWU UTARA SULAWESI SELATAN"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

i

TUGAS AKHIR

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PADA TANAMAN LADA (Piper nigrum Linn)

DESA SAPTAMARGA KECAMATAN SUKAMAJU KABUPATEN LUWU UTARA

SULAWESI SELATAN

OLEH

DIAN MANDASARI 1422040177

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP

2017

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Laporan ini disusun berdasarkan hasil percobaan yang dilaksanakan di Desa Saptamarga, Kecamatan Sukamaju, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan.

Sehubungan dengan selesainya laporan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak utamanya kepada kedua orang tua serta segenap keluarga yang telah memberikan dukungan berupa material serta spiritual hingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan hingga tersusunya laporan ini. Melalui kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. Darmawan, M.P. selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

2. Dr. Junaedi, S.P.,M.Si. selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

3. Ir. Miss Rahma Yassin, M.Si. dan Dr. Ir. Darmawan. M.P. selaku dosen pembimbing.

4. Teman-teman seperjuangan khususnya angkatan XXVII yang telah memberikan dukungan dan bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.

(5)

v Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan.

Karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menerima saran dan kritikan yang sifatnya membangun dari seluruh pihak utamanya pembaca demi menuju kesempurnaan laporan ini.

Demikian laporan ini kami buat, semoga bermanfaat bagi kita semua.

WabillahitaufikWalhidayah AssalamuAlaikumWr.wb

Pangkep, 16 Agustus 2017

Penulis.

(6)

vi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI ...ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...vi

RINGKASAN ...vii

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Tujuan dan Kegunaan...2

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Evaluasi Kesesuaian Lahan.... ...3

2.2. Klasifikasi Kesesuaian Lahan ...4

2.3. Persyaratan Penggunaan Lahan ...5

2.4. Syarat Tumbuh Tanaman Lada ...14

2.5. Pengolongan kesesuaian lahan ...15

III. METODOLOGI 3.1.Waktu dan Tempat.... ...17

3.2. Alat dan Bahan ...17

3.3. Metode Percobaan ...17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil. ...18

4.2. Pembahasan. ...20

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan...22

5.2. Saran ...22

DAFTAR PUSTAKA ...23

LAMPIRAN ...24

RIWAYAT HIDUP ...30

(7)

vii DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Hubungan antara kualitas dan karakteristik lahan ... ... 6

2. Bentuk wilayah dan kelas lereng... 7

3. Menentukan kelas tekstur dilapangan... 9

4. Karakteristik kelas drainase tanah untuk evaluasi lahan...10

5. Tingkat bahaya eros... 13

6. Kelas bahaya banjir... 13

7. Kelas kemasaman (Ph tanah)...14

8. Kriteria kelas kesesuaian lahan tanaman lada berdasarkan FAO...16

9. Karakteristik tanah di Desa Saptamarga, Kec. Sukamaju, Kab. Luwu utara... 18

10. Karakteristik iklim di Desa Saptamarga, Kec. Sukamaju, Kab. Luwu utara...19

11. Hasil penilaian kesesuaian lahan di Desa Saptamarga, Kec. Sukamaju, Kab. Luwu utara...19

(8)

viii RINGKASAN

DIAN MANDASARI, 1422040177. Evaluasi Kesesuaian Lahan Pada Tanaman Lada di bawah bimbingan Miss Rahma Yassin dan Darmawan.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kesesuaian lahan untuk tanaman lada di Desa Saptamarga, Kecamatan Sukamaju, Kabupten Luwu Utara. Adapun kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan mengetahui kesesuaian lahan di Desa Saptamarga, Kecamatan Sukamaju, Kabupten Luwu.

Penelitian ini dimulai dengan survey dan pengambilan data-data iklim wilayah Kabupaten Luwu Utara serta pengambilan sampel tanah pada topsoil dan subsoil tanah dan selanjutnya sampel tanah dianalisis di laboratorium. Hasil evaluasi kesesuaian lahan tanaman lada di Desa sampamarga, Kec. Sukamaju, Kab. Luwu Utara, sesuai untuk tanaman lada S3wf (sesuai marginal dengan faktor pembatas curah hujan dan ketersedian N serta pH tanah ).

(9)

1 I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman lada (Piper nigrum Linn) berasal dari daerah Ghat Barat, india. Demikian juga, tanaman lada yang sekarang banyak di tanam di indonesia ada kemungkinan berasal dari india. Sebab pada tahun 110 M – 600 M banyak kolonel Hindu yang datang ke jawa. Mereka itulah yang diperkirakan membawa bibit lada ke jawa. Pada abad XVI, tanaman lada di indonesia baru diusahakan secara kecil-kecilan (jawa).

Tetapi pada abad XVII, tanaman tersebut telah diusahakan secara besaran (Anonim, 1980).

Lada dikenal juga sebagai rajanya rempah-rempah umat manusia dibelahan dunia manapun pasti membutuhkan lada. Lada dibutuhkan karena manfaatnya sangat banyak dan beragam. Mulai dari penyedap rasa pada masakan, obat-obatan bahkan digunakan dalam parfum. Fenomena ini tentu membuat permintaan lada selalu mengalami peningkatan yang signifikan dari masa-kemasa, sehingga lada menjadi komoditi primadona yang sangat menjajnikan bagi setiap orang yang menjadikan sebagai peluang bisnis (Nurhakim, 2014).

Tanaman lada merupakan salah satu jenis tanaman tahunan yang umumnya diperbanyak secara vegetatif melalui stek. Salah satu keuntungan perbanyakan vegetatif adalah keturunannya relatif seragam, menyerupai induknya, serta cepat pertumbuhannya sehingga mampu menyediakan benih lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan secara generatif (Rukmana 2009).

Tanaman lada merupakan komoditas pertanian yang bernilai ekonomis sejak zaman dahulu kala hingga saat ini. Selain untuk bumbu masakan, aneka produk lada juga digunakan sebagai bahan ramuan obat-obatan, wewangian, dan kosmetik (Suwarto, 2013).

(10)

2 Evaluasi lahan merupakan suatu proses penilaian atau pendugaan potensi-potensi lahan untuk berbagai alternatif penggunaan (Yoeng, 1976). Hal ini sangat diperlukan bagi usaha perkebunan yang memelukan investasi besar, sebab melalui proses evaluasi lahan dapat diketahui tingkat produktifritas lahan, kecocokan untuk suatu penggunaan tertentu, dan tingkat pengelolaan yang diperlukan agar dapat produksi secara lestari.

1.2 Tujuan Dan Kegunaan

Tujuan dari pelaksanaan percobaan ini adalah untuk mengevaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman lada di Desa, Saptamarga, Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara.

Kegunaan dari pelaksanaan percobaan ini adalalah sebagai sumber informasi dan acuan bagi masyarakat dalam membudidayakan lada di Desa Saptamarga, Kecamatan Sukamaju, Kabupaten Luwu Utara.

(11)

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Evaluasi KesesuianLahan

Evaluasi lahan adalah bagian dari proses perencanaan tataguna lahan. Inti evaluasi adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan dengan sifat-sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh lahanyang akan digunakan (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).

Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kelas kesesuaian lahan suatu areal dapat berbeda-beda tergantung pada kecocokan potensial lahan terhadap kebutuhan macam penggunaan lahan tertentu.

Evaluasi kesesuaian lahan adalah penilaian kecocokan tipe lahan terhadap penggunaan lahan spesifik, seperti penggunaan lahan untuk tanaman jagung, padi, kopi, cengkeh, tempat rekreasi pantai alam/budaya pemukiman, peternakan dan sebagainya. Kesesuaian setiap macam penggunaan lahan dinilai, diklasifikasikan, dan disajikan untuk dapat dimanfaatkan oleh pengguna lahan. Pada hakekatnya evaluasi kesesuaian lahan merupakan evaluasi kecocokan potensi tipe lahan terhadap kebutuhan penggunaan lahan. Evaluasi kesesuaian lahan harus dilaksanakan secara menyeluruh (holistik), sesuai dengan prinsip dan tujuan evaluasi lahan (Mahi dan Ali, 2005).

Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukan -masukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala.Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi.

Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang produktivitasnya kurang memuaskan tetapi masih memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila diganti dengan tanaman yang lebih sesuai (Sinukaban, 2005).

(12)

4 Kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu biasanya dievaluasi dengan menggunakan karakteristik lahan atau kualitas lahan. Karakteristik lahan merupakan kelengkapan lahan itu sendiri, yang dapat dihitung atau diperkirakan seperti curah hujan, tekstur tanah dan ketersedian air, sedangkan kualitas lahan lebih merupakan sifat tanah yang lebih kompleks, seperti kesesuaian kelembaban tanah, ketahanan terhadap erosi dan bahaya banjir (Ritung dan Sofyan, 2007).

Untuk menyusun arahan penggunaan lahan dari berbagai alternatif komoditas yang sesuai, perlu dipertimbangkan prioritas daerah dan penggunaan lahan aktual. Dalam penyusunan kesesuaian lahan terpilih ini, untuk kelompok tanaman pangan dan sayuran, hanya lahan-lahan yang termasuk kelas sesuai (kelas S1 dan S2) saja yang dipertimbangkan, sedangkan untuk tanaman perkebunan dan tanaman buah-buahan, selain lahan yang termasuk kelas sesuai (kelas S1 dan S2), juga ditambah dengan lahan yang termasuk kelas sesuai Marginal (kalas S3), (Ritung, 2007).

2.2 Klasifikasi kesesuaian lahan

Kelas kesesuaian lahan dapat dibedakan menjadi dua, sesuai waktu dan pengunaannya, yaitu kesesuaian lahan aktual dan kesesuain lahan potensial. Kelas kesesuaian lahan aktual (saat sekarang), menunjukan kesesuaian lahan terhadap penggunaan lahan yang ditentukan dalam keadaan sekarang, tanpa ada perbaikan yang berarti. Sedangkan kesesuaian lahan potensial menunjukkan kesesuaian terhadap penggunaan lahan yang ditentukan dari satuan lahan dalam keadaan yang akan datang setelah diadakan perbaikan utama tertentu yang di perlukan (FAO, 1976, dalam Djaenudin dkk, 2000).

Kesesuain lahan merupakan penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Klasifikasi kesesuaian lahan merupakan penilaian pengelompokan suatu kawasan tertentu. Klasifikasi kesesuaian lahan merupakan penilaian dan pengelompakan suatu kawasan tertentu dari lahan dalam hubungannya dengan penggunaan yang dipertimbangkan (FAO, 1976) dalam Sitorus (1998).

(13)

5 Struktur dari kesesuaian lahan menurut metode FAO (1976) yang terdiri dari empat kategori yaitu ;

1) Ordo, menunjukan jenis/macam kesesuaian atau keadaan kesesuaian secara umum.

2) Kelas menunjukan tingkat kesesuaian dalam ordo.

3) Sub-kelas, menunjukan jenis pembatas atau macam perbaiakan yang diperlukan didalam kelas.

4) Unit menunjukkan perbedaan-perbadaan kecil yang diperlukan dalam pengelolaan didalam sub-kelas.

2.3 Persyaratan Penggunaan Lahan

Semua jenis komoditas tanaman yang berbasis lahan untuk dapat tumbuh atau hidup dan berproduksi memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu, yang kemudian antara satu dengan yang lainnya berbeda. Persyaratan tersebut terutama yang terdiri atas energi radiasi, temperatur/suhu, kelembaban, oksigen, dan hara (FAO, 1983 dalam Djaenudin Dkk, 2000). Persyaratan tumbuh tanaman lainnya yang tergolong sebagai kulitas lahan adalah media perakaran. Media perakaran ditentukan oleh draenase, tekstur, struktur dan konsistensi tanah serta kedalaman efektif.

Persyaratan tumbuh atau persyaratan penggunaan lahan yang diperlukan oleh masing- masing komoditas ( pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan) mempunyai batasan kisaran minimum, optimum, danmaksimum. Untuk menentukan kelas kesesuaian lahan, maka persyaratan tersebut dijadikan dasar dalam menyusun kriteria kelas kesesuaian lahan, yang dikaitkan dengan kualitas dan karakteristik lahan (Djaenudin Dkk, 2000).

(14)

6 Tabel 1. Hubungan antara kualitas dan karakteristik lahan yang dipakai pada metode evaluasi lahan

Kualitas Lahan Karakteristik Lahan

Temperatur (tc) Temperature rata-rata

Ketersediaan Air (wa) Curah hujan (mm), kelembaban (%), lamanya bulan kering (bln)

Ketersediaan Oksigen (oa) Darinase Keadaan Media Perakaran

(rc)

Tekstur, bahan kasar (%), kedalaman tanah (cm)

Gambut Ketebalan (cm), Ketebalan (cm) jika ada sisipan bahan mineral/pengkayaan, kematangan

Retensi Hara (nr) KTK liat (cmol/kg), kejenuhan basa (%), pH, C- organik (%)

Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%) Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) Bahaya erosi (eh) Lereng (%), bahaya erosi Bahaya banjir (fh) Genangan

Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%), singkapan batuan (%)

Karakteristik lahan yang erat kaitannya untuk keperluan evaluasi lahan dapat dikelompokkan kedalam 3 faktor utama, yaitu tofografi, tanah dan iklim.Karaktearistik lahan tersebut (terutama tofografi dan tanah) merupakan unsure pembentuk satuan peta tanah.

a. Topografi

Tofografi yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah bentuk wilayah (relief) atau lereng dan ketinggian tempat diatas permukaan laut. Relief erat hubungannya dengan faktor pengelolaan lahan dan bahaya erosi. Sedangkan faktor ketinggian tempat diatas permukaan laut berkaitan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang

(15)

7 berhubungan dengan temperature udara dan radiasi matahari. Relief dan kelas lereng disajikan pada tabel 2 dibawah ini:

Tabel 2. Bentuk wilayah dan kelas lereng

NO Relief Lereng (%)

1 Datar <3

2 Berombak/agak melandai 3─8

3 Bergelombang/melandai 8─15

4 Berbukit 15─30

5 Bergunung 30─40

6 Bergunung curam 40─60

Ketinggian tempat diukur dari permukaan laut (dpl) sebagai titik nol. Dalam kaitannya dengan tanaman, secara umum sering dibedkan antara (<700 m dpl) dan dataran tinggi (>700 m dpl).Namaun dalam kesesuaian tanaman terhadap ketinggian tempat berkaitan erat dengan temperature dan radiasi matahari.Semakin tinggi tempat diatas permukaan laut, maka temperature semakin menurun.Demikian pula dengan radiasi matahari cenderung menurun dengan semakin tinggi tempat diatas permukaan laut.

b. Iklim

 Suhu udara

Pada daerah yang data suhu udarahnya tidak tersedia, suhu udarah diperkirakan berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan laut. Semakain tinggi tempat, semakin rendah suhu udarah rata-ratanya dan hubungan ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus Braak (1928): 26,3° C (0,01 x elevasi dalam meter x 0,6° C) suhu udara rata-rata di tepi pantai berkisar antara 25-27° C

 Curah hujan

Data curah hujan diperoleh dari hasil pengukuran stasiun penakar hujan yang ditempatkan pada suatu lokasi yang dianggap dapat meakili suatu wilayah tertentu.Pengukuran curah hujan dapat dilakukan secara manual dan otomatis.Secara

(16)

8 manual biasanya dicatat besarnya jumlah curah hujan yang terjadi selama 1(satu) hari, yang kemudian dijumlahkan menjadi bulanan dan seterusnya tahunan.Sedangkan secara otomatis menggunakan alat-alat khusus yang dapat mencatat kejadian hujan setiap priode tertentu, misalnya setiap menit, setiap jam, dan seterusnya.Untuk keperluan penilaian kesesuaian lahan biasanya dinyatakan dalam jumlah curah hujan tahunan, jumlah bulan kering dan jumlah bulan basah.

Oldeman (1975) mengelompokkan wilayah berdasarkan jumlah bulan basah dan bulan kering berturut-turut.Bulan basah adalah bulan yang mempunyai curah hujan > 200 mm, sedangkan bulan kering mempunyai curah hujan <100 mm.criteria ini lebih diperuntukkan bagi tanaman pangan, terutama untuk padi. Berdasarkan criteria tersebut Oldeman (1975) membagi zone agroklimat kedalam 5 kelas utama (A, B, C, D, dan E).Sedangkan Schmidt & Ferguson (1951) membuat klasifikasi iklim berdasarkan curah hujan yang berbeda, yakni bulan basah (>100 mm) dan bulan kering (<60 mm).kriteria yang terakhir lebih bersifat umum untuk pertanian dan biasanya digunakan untuk penilaian tanaman tahunan.

c. Tanah

Faktor tanah dalam evaluasi kesesuaian lahan ditentukan oleh beberapa sifat atau karaktearistik di antaranya drainase tanah, tekstur tanah, kedalaman solum tanah dan restensi hara (pH, KTK), serta beberapa sifat lainnya diantaranya alkalinitas, bahaya erosi, dan banjir/genangan.

1. Tekstur

Tektur merupakan komposisi partikel tanah halus (diameter 2 mm) yaitu pasir, debu dan tanah liat. Tekstur dapat ditentukan di lapangan seperti disajikan pada tabel di Bawah ini:

(17)

9 Tabel 3. Menentukan kelas tekstur di lapangan

No Kelas Tekstur Sifat Tanah

1 Pasir (S) Sangat kasar sekali, tidak membentuk gulungan, serta tidak melekat.

2 Pasir berlempung (LS)

Sangat kasar, membentuk bola yang mudah sekali hancur, serta agak melekat.

3 Lempung berpasir (SL)

Agak kasar, membentuk bola yang mudah sekali hancur, serta agak melekat.

4 Lempung (L) Rasa tidak kasar dan tidak licin, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat, dan melekat.

5 Lempung berdebu (SiL)

Licin, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat, serta agak melekat.

6 Debu (Si) Ras licin sekali, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat, serta agak melekat.

7 Lempung berliat (CL) Rasa agak kasar, membentuk bola agak teguh (lembab), membentuk gulungan tapi mudah hancur, serta agak melekat;.

8 Lempung liat berpasir (SCL)

Rasa kasar agak jelas, membentuk bola agak teguh (lembab) membentuk gulungan tapi mudah hancur, serta melekat.

9 Lempung liat berdebu (SiCL)

Rasa licin jelas, membentuk bola teguh, gulungan mengkilat, melekat.

10 Liat berpasir (SC) Rasa licin agak kasar, membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipilin, mudah digulung, serta melekat

11 Liat berdebu (SiC) Rasa agak licin, membentuk bola dalam

(18)

10 keadaan kering sukar dipilin, mudah digulung, serta melekat.

12 Liat (C) Rasa berat, membentuk bola sempurna, bila kering sangat keras, basah sangat melekat.

2. Drainase tanah

Drainase tanah menunjukkan kecepatan meresapnya air dari tanah atau keadaan tanah yang menunjukkan lamanya dan seringnya jenuh air.Kelas drainase tanah disajikan pada tabel 4.Kelas drainase tanah yang sesuai untuk sebagian besar tanaman, terutama tanaman tahunan atau perkebunan berada pada kelas 3 dan 4. Drainase tanah kelas 1 dan 2 serta kelas 5,6 dan 7 kurang sesuai untuk tanaman tahunan karena kelas 1 dan 2 sangat mudah meloloskan air, sedangkan kelas 5,6 dan 7 sering jenuh air dan kekurangan oksigen

Tabel 4. Karakteristik kelas drainase tanah untuk evaluasi lahan

No Kelas Drainase Uraian

1 Cepat (excessively drained)

Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi sampai sangat tinggi dan daya menahan air rendah.

Tanah tanah demikian tidak cocok untuk tanaman tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui dilapangan, yaitu tanah berwarna homogeny tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warn agley (reduksi).

2 Agak cepat (somewhat excessively)

Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi dan daya menahan air rendah. Tanah demikian hanya cocok untuk sebagian tanaman kalau tanpa irigasi.

Ciri yang dapat diketahui dilapangan, yaitu tanah berwarna homogeny tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warn agley (reduksi).

(19)

11 3 Baik (well drained) Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang dan

daya menahan air sedang, lembab. Tapi tidak cukup basah dekat permukaan. Tanah demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui dilapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan 0 sampai 100 cm.

4 Agak baik (moderately well drained)

Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang samapai agak rendah dan daya menahan air (pori air tersedia) rendah, tanah basah dekat permukaan.

Tanah demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui dilapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna agley (reduksi) pada lapisan 0 sampai 50 cm.

5 Agak terhambat (somewhat poorly drained)

Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya menahan air (pori air tersedia) rendah sampai sangat rendah, tanah basah sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui dilapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna agley (reduksi) pada lapisan 0 sampai 25 cm.

6 Terhambat (poorly drained)

Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik rendah dan daya menahan air (pori air tersedia) rendah sampai sangat rendah, tanah basah untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui dilapangan, yaitu

(20)

12 tanah mempunyai warn agley (reduksi) dan bercak atau karatan besi dan/atau mangan sedikit pada lapisan sampai permukaan.

7 Sangat terhambat (verypoorly drained)

Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik rendah dan daya menahan air (pori air tersedia) sangat rendah, tanah basah secara permanen dan tergenang untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Cirri yang dapat diketahui di lapangan yaitu, tanah mempunyai warn agley (reduksi) permanen sampai pada lapisan permukaan.

3. Bahaya erosi

Bahaya erosi dapat diprediksi berdasarkan kondisi lapangan, yaitu dengan cara meperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (rill erosion), dan erosi parit (gully erosion). Pendekatan lain untuk memprediksi tingkat bahaya erosi yang relative lebih mudah dilakukan adalah dengan memperhatikan permukaaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun, dibandingkan tanah yang tidak tererosi yang dicirikan oleh masih adanya horizon A. horizon A biasanya dicirikan oleh warna gelap karena relative mengandung bahan organic yang lebih tinggi. Tingkat bahaya erosi tersebut disajikan dalam Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Tingkat Bahaya Erosi

Tingkat bahaya erosi Jumlah tanah permukaan yang hilang (cm/tahun)

Sangat ringan (sr) < 0,15

Ringan (r) 0,15 – 0,9

Sedang (s) 0,9 – 1,8

Berat (b) 1,8- 4,8

Sangat berat (sb) >4,8

(21)

13 4. Bahaya banjir/genangan

Banjir ditetapkan sebagai kombinasi pengaruh dari: kedalaman banjir (X) dan lamanya banjir (Y). kedua data tersebut dapat diperoleh melalui wawancara dengan penduduk setempat di lapangan. Bahaya banjir dengan symbol Fx,y. (dimana x adalah symbol kedalaman air genangan, dan y adalah lamanya banjir) disajikan dalam tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Kelas Bahaya Banjir Simbol Kelas bahaya

banjir

Kedalam banjir (x) (cm)

Lama banjir (bulan/tahun) F0 Tidak ada Dapat diabaikan Dapat diabaikan

F1 Ringan <25

25─50 50─150

<1

<1

<1

F2 Sedang <25

25─50 50─150

>150

1─3 1─3 1─3

<1

F3 Agak berat <25

25─50 50-150

3─6 3─6 3-6

F4 Berat <25

25─50 50─150

>150

>150

>150

>6

>6

>6 1─3 3─6

>6

(22)

14 5. Kemasaman tanah

Ditentukan atas dasar pH tanah pada kedalaman 0-20 cm dan 20-50 cm berdasarkan tabel 7 berikut.

Tabel 7. Kelas Kemasaman (pH) Tanah.

Kelas pH tanah

Sangat masam < 4,5

Masam 4,5─5,5

Agak masam 5,6─6,5

Netral 6,6─7,5

Agal alkalis 7,6─8,5

Alkalis >8,5

2.4 Syarat Tumbuh Tanaman Lada

Faktor lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan, produktifitas. Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman lada yaitu ;

a. Iklim

Klasifikasi menurut Mohr didasarkan pada hubungan antara penguapan dan besaran curah hujan, dari hubungan ini di dapatkan tiga jenis pembagian bulan dalam kurun waktu satu tahun dimana keadaan yang disebut bulan basah apabila curah hujan >100 mm per bulan, bulan lembab bila curah hujan bulan berkisar antara 100-60 mm dan bulan kering bila curah hujan < 60 mm per bulan (Anonim, 2009).

Untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik tanaman lada memerlukan tingkat ciurah hujan 2000-3000 mm/tahun dengan rata-rata 2.300 mm/tahun dan tidak terdapat adanya bulan kering dengan curah hujan <60 mm/bulan. Meskipun demikian, hasil pengamatan di sub balitro natar menunjukkan bahwa pertumbuhan lada mulai tertekan pada jumlah curah hujan <90 mm/bulan. Suhu yang cocok untuk tanaman lada adalah 200─270C di pagi hari dan 260─320C dengan kisaran terbaik antara 210─270C dan 260─320C di sore hari. Tanaman lada tumbuh baik pada kelembaban antara 60─80% udara, (Suwarto, 2013).

(23)

15 b. Tanah

Selain iklim, kondisi fisik dan kesuburan tanah juga mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman lada. Tanaman lada dapat tumbuh pada tanah yang memiliki tingkat kesuburan dan drainase yang baik. Tekstur tanah yang baik untuk tanaman lada adalah liat berpasir dengan pH 5,5─5,8, kandungan tanah yang baik untuk tanaman lada adalah 0,266%N, 0,29% P2O5, 0,4 K2O dengan kemasaman tanah 5,5-5,9 (Zaubin, 1992).

2.5. Penggolongan Kelas Kesesuaian Lahan

Dari hasil penetapan laboratorium yaitu pengamatan fisik tanah (medandanprofil tanah) serta sifat kimia tanah ditetapkan kelas kesesuaian lahannya. Prosedur dan penetapan kelas kesesuaian lahan dilakukan berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan oleh FAO (1976) sebagai berikut:

a. Penetapan karakteristik iklim dan tanah daerah percobaan.

b. Penentuan persyaratan iklim dan tanah untuk tanaman perkebunan yang diambil berdasarkan review literatur (FAO, 1976).

c. Penentuan kelas untuk masing-masing karakteristik lahan (Tabel 2).

d. Penentuan kelas kesesuaian lahan berdasarkan metode (FAO, 1976)

Tabel 8. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Tanaman Lada (Piper Nigrum Linn)Berdasarkan ( FAO):

Syarat penggunaan/karakteristik lahan Kelas kesesuaian lahan

S1 S2 S3 N

Temperatur (tc)

Temperatur rerata (°C) harian

23 - 32 20– 23 32 - 34

> 34

< 20 Ketersediaan air (wa)

Curah hujan (mm)

Kelembaban udara (%) Lama masa kering (bulan)

2.000-2.500

60 – 80

< 2

2.500- 3.000

< 3

3.000-4.000 1.500-2.000 3 - 4

< 1.500

> 4.000

< 50,> 100

> 5 Ketersediaan oksigen (oa)

Drainase baik, sedang agak terhambat terhambat,

agak cepat

sangat terhambat,cepat

Media perakaran (rc)

(24)

16

Tekstur

Bahan kasar (%) Kedalaman tanah (cm)

agak kasar, sedang, agak halus, halus

< 15

> 75

15 – 35 50-75

kasar, sangat halus

35 – 55 30-50

Kasar

> 55

<30 Gambut:

Ketebalan (cm)

Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral/ pengkayaan (cm) Kematangan

< 60

< 140 saprik+

60 – 140

140 – 200 saprik,hemik+

140 – 200

200 – 400 hemik, fibrik+

> 200

> 400 Fibrik Retensi hara (nr)

KTK liat (cmol) Kejenuhan basa (%) pH H2O

C-organik (%)

> 16

> 50 5,0 - 7,0

> 0,4

≤ 16 35 – 50 4,0 - 5,0 7,0 - 8,0

≤ 0,4

< 35

< 4,0 >8,0

Toksisitas (xc)

Salinitas (dS/m) < 5 5 – 8 8 - 10 > 10

Hara tersedia Total N P2O5

K2O

>0,26

>29

>4

<0,26

<29

<4 Bahaya sulfidik (xs)

Kedalaman sulfidik (cm) > 100 75 - 100 40 - 75 < 40

Bahaya erosi (eh) Lereng (%) Bahaya erosi

< 8 sangat rendah

8 – 16 rendah –sedang

16 - 30 berat

> 30 sangat berat

Bahaya banjir (fh)

Genangan F0 - F1 > F1

Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%) Singkapan batuan (%)

< 5

< 5

5 – 15 5 – 15

15 – 40 15 - 25

> 40

> 25

Sumber: Wahid dan Ujang (1986)

(25)

17 III. METODOLOGI

3.1Waktu dan Tempat

Pelaksanaan percobaan ini dimulai pada bulan Oktober-November 2016 yang berlokasi di Desa Saptamarga, Kecamatan Sukamaju, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan.

3.2Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam melakukan percobaanini adalah ring sampel, label, meteran, linggis, cangkul, alat tulismenulis dan camera. Adapun bahan yang digunakan adalah sampel tanah itu sendiri.

3.3 Metode Percobaan

Metode pelaksanaan kegiatan percobaan yakni pengumpulan data keadaan iklim dan topografi Desa Saptamarga, Kecamatan Sukamaju, Kabupaten Luwu Utara dan mengolah data tersebut menjadi data jumlah curah hujan/tahun dan jumlah bulan kering.Melakukanidentifikasi karaktearistik iklim dan karakteristik lahan kebun rakyat Desa Saptmaga, Kecamatan Sukamaju, Kabupaten Luwu Utara melalui pengambilan sample tanah dilapangan dan selanjutnya dianalisis di Laboratorium BPTP Maros, dan mengevaluasi kesesuaian lahan berdasarkan sistem FAO (1979) di mana data karakteristik iklim dan lahan Desa Saptamarga dibandingkan dengan syarat tumbuh tanaman lada.

Referensi

Dokumen terkait

Dari data dan informasi yang di peroleh sangat dibutuhkan peningkatan dalam prestasi karate dari semua karateka yang berjumlah 30 orang yang ada di Dojo dan

A pedagógiai szakmai beszélőközösség tipikus beszédhelyzeteiből kiemelt műfajelem- zés példája arra irányítja figyelmünket, hogy még továbbra is előttünk álló

Berangkat dari pengetahuan penulis (mengenai dunia grafiti, sekaligus bidang seni grafis murni yang menjadi jurusan akademik bagi penulis) inilah penulis

&#34;ingkat diskonto &amp;ang digunakan dalam perhitungan nilai kini dari pemba&amp;aran se,a minimum adalah tingkat bunga impli/it dalam se,a- #amun) *ika tingkat

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Skripsi dengan judul Profil Penggunaan Kombinasi Insulin

Berdasarkan dari sub-kriteria delivery yang terdiri dari jaminan barang diterima dalam kondisi baik, ketepatan jumlah barang yang diterima dan ketepatan

Daerah potensi genangan diturunkan dari titik tinggi Peta RBI menggunakan teknik interpolasi Spline with Barriers untuk menghasilkan model permukaan digital (DEM). DEM

Pada penelitian ini diketahui proporsi pasien kanker serviks di RSUD Al-Ihsan Bandung periode Januari 2015–Juni 2017 pada kelompok ≥3 paritas, yaitu 52 orang (63,4%) dari total 82