• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelatihan Pembuatan Hidroponik Sederhana Di Lingkungan Desa Jenetaesa, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Pelatihan Pembuatan Hidroponik Sederhana Di Lingkungan Desa Jenetaesa, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

https: //ojs.unm.ac.id/JLLO/index Volume 1 Nomor 3, 2021 e-ISSN 2776-4176

email : lepalepa@unm.ac.id 380 halaman 380-385

Reviewed : 12/03/2021 Accepted : 16/06/2021 Published : 28/06/2021

Pelatihan Pembuatan Hidroponik Sederhana Di Lingkungan Desa Jenetaesa, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros

Ainun Jamiluddin1, Ari Affandy2, Baiq Ulya Sastika3, Masdi4, Syamnurha5, Yurike Tandialla6 Jurusan Biologi, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Makassar ainunjamiluddinn17@gmail.com

ABSTRAK

Pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) ditengah pandemi Covid-19 yang melanda mengharuskan mahasiswa agar dapat mencari solusi terkait permasalahan yang ada di tengah masyarakat sebagai salah satu perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian kepada masyarakat. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk mengakibatkan semakin meningkatnya kebutuhan pangan seperti sayuran dan buah-buahan yang tidak diikuti dengan pertambahan jumlah lahan pertanian sehingga masyarakat mulai mencari cara yang lebih efisien dalam memenuhi kebutuhan pangannya, salah satunya dengan metode Hidroponik. Pemanfaatan media lainnya selain media tanah menjadi satu keunggulan dari metode ini dengan tetap memperhatikan terpenuhinya kebutuhan nutrisi dan tanaman yang digunakan serta dapat memaksimalkan penggunaan lahan yang terbatas. Metode kegiatan yang dilakukan yaitu dengan memberikan sosialisasi serta pelatihan kepada masyarakat mengenai cara membuat hidroponik sederhana dengan memanfaatkan bahan-bahan yang berada di sekitar tempat tersebut. Hasil yang didapatkan oleh masyarakat adalah keterampilan dalam memanfaatkan bahan-bahan sederhana serta cara perawatan yang baik dalam pembuatan hidroponik.

Kata Kunci : KKN, Maros, Hidroponik

ABSTRACT

The implementation of Real Work Lecture (KKN) activities in the midst of the Covid-19 pandemic that hit requires students to be able to find solutions to problems that exist in society as one of the manifestations of the Tri Dharma of Higher Education, namely community service. Along with the increasing population growth, the increasing need for food such as vegetables and fruits is not followed by an increase in the amount of agricultural land so that people start looking for more efficient ways to meet their food needs, one of which is the hydroponic method. The use of other media besides soil media is one of the advantages of this method while still paying attention to the fulfillment of nutritional needs and plants used and can maximize the use of limited land. The method of activities carried out is by providing socialization and training to the community on how to make simple hydroponics by utilizing materials around the place. The results obtained by the community are skills in utilizing simple ingredients and good maintenance methods in making hydroponics.

Keywords: KKN, Maros, Hydroponics

PENDAHULUAN

Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah merupakan suatu bagian dari kegiatan akademik yang bersifat sosial aplikatif, dimana mahasiswa akan terjun langsung dalam masyarakat dan menerapkan ilmu yang sudah di dapatkan di perkuliahan. Kuliah Kerja Nyata ini juga merupakan salah satu program

(2)

intrakurikuler perguruan tinggi yang tidak dilaksanakan begitu saja, akan tetapi didasari oleh beberapa hal. Antara lain berdasarkan pada kontrak mahasiswa dengan perguruan tinggi yang tertuang dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Jadi, KKN merupakan sarana pengaplikasian Tri Dharma tersebut, dimana mahasiswa diharapkan turun ke daerah- daerah pelosok untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah didapatkannya di Perguruan Tinggi, dengan tujuan membantu memajukan pendidikan, melakukan penelitian yang bermanfaat, serta mengabdikan diri sepenuhnya pada masyarakat dimana mahasiswa nantinya akan terjun langsung di dalamnya.

Pelaksanaan KKN juga didasari oleh kesesuaian KKN dengan kebutuhan masyarakat. Artinya, bahwa mahasiswa yang ber-KKN dapat menjadi solusi ilmiah terhadap masalah-masalah yang terjadi di masyarakat, serta dapat membantu Pemerintah mempercepat kemajuan pembangunan di segala bidang. Yang paling penting dan tidak boleh dilupakan adalah, KKN dilaksanakan sebagai wujud nyata pengamalan Pembukaan UUD 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Sehingga, dapat dikatakan bahwa mahasiswa yang melaksanakan KKN merupakan media pemberi informasi dan pembelajaran, serta membantu masyarakat terlepas dari bayang-bayang kebodohan dan gagap teknologi.

Kebutuhan pangan bagi manusia seperti sayuran dan buah–buahan semakin meningkat dengan seiring perkembangan jumlah penduduk. Namun hal tersebut tidak dibarengi dengan pertumbuhan lahan pertanian yang justru semakin sempit. Bukan hanya pada elektronika, bidang pertanian sekarang pun sudah menjadi sangat berkembang. Hal ini dapat diakibatkan semakin sempitnya lahan pertanian, sehingga manusia mulai mencari cara yang lebih efisien dalam mengembangkan bidang pertanian walaupun lahannya semakin sempit. Perkembangan ini dapat dilihat dengan adanya metode pertanian yang baru, salah satunya yang dikenal sebagai budi daya sistem hidroponik.

Sejak abad ke-16, percobaan tentang ilmu nutrisi dengan mengembangkan metode pertanian hidroponik telah dimulai. Semenjak itu, metode pertanian dengan high technology ini menjadi lebih populer dan dikenal di seluruh dunia. Hidroponik berasal dari bahasa Latin hydros yang berarti air dan phonos yang berarti kerja. Arti harfiah dari hidroponik adalah kerja air. Bertanam secara hidroponik kemudian dikenal dengan bertanam tanpa medium tanah (soilless cultivation, soilless culture).

Mulanya, orang bertanam dengan metode hidroponik menggunakan wadah yang berisi air yang telah dicampur dengan pupuk mikro maupun makro (Masduki, 2018).

Hidroponik adalah lahan budidaya pertanian tanpa menggunakan media tanah, sehingga hidroponik merupakan aktivitas pertanian yang dijalankan dengan menggunakan air sebagai medium untuk menggantikan tanah. Sehingga sistem bercocok tanam secara hidroponik dapat memanfaatkan lahan yang sempit. Pertanian dengan menggunakan sistem hidroponik memang tidak memerlukan lahan yang luas dalam pelaksanaannya, tetapi dalam bisnis pertanian hidroponik hanya layak dipertimbangkan mengingat dapat dilakukan di pekarangan rumah,atap rumah maupun lahan lainnya (Roidah, 2014).

Sistem budidaya hidroponik merupakan budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media tanaman dengan penambahan nutrisi hara untuk pertumbuhan. Penunjang keberhasilan dari sistem budidaya ini adalah media yang bersifat porus dan aerasi baik serta tercukupinya nutrisi untuk pertumbuhan tanaman. Berdasarkan beberapa penelitian hidroponik yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa macam media padat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Pupuk dalam istilah hidroponik disebut juga dengan nutrisi. Nutrisi yang diperlukan tanaman meliputi unsur hara makro dan mikro. Setiap jenis nutrisi hidroponik memiliki komposisi yang berbeda-beda (Perwtasari, Tripatmasari, & Wasonowati, 2012).

Jenis hidroponik dapat dibedakan dari media yang digunakan untuk berdiri tegaknya tanaman.

Media tersebut biasanya bebas dari unsur hara (steril), sementara itu pasokan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dialirkan ke dalam media tersebut melalui pipa atau disiramkan secara manual.

Media tanam tersebut dapat berupa kerikil, pasir, gabus, arang, zeolite atau tanpa media agregat (hanya air). Yang paling penting dalam menggunakan media tanam tersebut harus bersih dari hama sehingga tidak menumbuhkan jamur atau penyakit lainnya (Roidah, 2014).

Golongan tanaman hortikultura yang biasa ditanam dengan media tersebut, meliputi: tanaman sayur, tanaman buah, tanaman hias, dan tanaman obat–obatan. Sedangkan jenis tanaman yang dapat ditanam dengan sistem hydroponic antara lain bunga (misal: krisan, gerberra, anggrek, kaktus), sayur-

(3)

email : lepalepa@unm.ac.id halaman 380-385 sayuran (misal: selada, sawi, tomat, wortel, asparagus, brokoli, cabe, terong), buah-buahan (misal:

melon, tomat,mentimun,semangka, strawberi) dan juga umbi – umbian.

Tanaman hidroponik bisa dilakukan secara kecil-kecilan di rumah sebagai suatu hobi ataupun secara besar-besaran dengan tujuan komersial. Budididaya tanaman ini tidak memerlukan lahan yang luas, bisa juga dilakukan di pekarangan atau di teras rumah. Perawatan hidroponik ini sangat mudah, karena tumbuhan, tanaman atau sayur-sayuran dapat tumbuh dengan mudah tanpa menggunakan tanah, hanya dengan talang air, botol-botol kemasan yang sudah tidak terpakai dan juga bisa memanfaatkan barang-barang yang sudah tidak diperlukan seperti ember, baskom dan sebagainya. Hidroponik bisa mengasah kreativitas untuk mengolah dan menciptakan media baru untuk bercocok tanam. Dengan menanam menggunakan cara hidroponik, maka hasil panen akan lebih cepat, bisa memanfaat barang yang ada untuk menanam, dan memanfaatkan barang bekas seperti botol bekas, pengurangan pemakaian plastik kita sudah menyelamatkan negeri ini dari sampah (Mulasari, 2018).

Cara bercocok tanam secara hidroponik sebenarnya sudah banyak dipakai oleh beberapa masyarakat untuk memanfaatkan lahan yang tidak terlalu luas. Banyak keuntungan dan manfaat yang dapat diperoleh dari sistem tersebut. Sistem ini dapat menguntungkan dari kualitas dan kuantitas hasil pertaniannya, serta dapat memaksimalkan lahan pertanian yang ada karena tidak membutuhkan lahan yang banyak.

Beberapa pakar hidroponik mengemukakan beberapa kelebihan dan kekurangan sistem hidroponik dibandingkan dengan pertanian konvensional. Kelebihan sistem hidroponik antara lain adalah :

1) penggunaan lahan lebih efisien,

2) tanaman berproduksi tanpa menggunakan tanah,

3) tidak ada resiko untuk penanaman terus menerus sepanjang tahun, 4) kuantitas dan kualitas produksi lebih tinggi dan lebih bersih, 5) penggunaan pupuk dan air lebih efisien,

6) periode tanam lebih pendek, dan

7) pengendalian hama dan penyakit lebih mudah.

Kekurangan sistem hidroponik, antara lain adalah : 1) membutuhkan modal yang besar;

2) pada “Close System” (nutrisi disirkulasi), jika ada tanaman yang terserang patogen maka dalam waktu yang sangat singkat seluruh tanaman akan terkena serangan tersebut; dan

3) pada kultur substrat, kapasitas memegang air media substrat lebih kecil daripada media tanah;

sedangkan pada kultur air volume air dan jumlah nutrisi sangat terbatas sehingga akan menyebabkan pelayuan tanaman yang cepat dan stres yang serius.

METODE KEGIATAN

Kegitan Kuliah Kerja Nyata (KKN) angkatan XXXV yang dilaksanakan pada tanggal 20 Juli – 24 Agustus tahun 2020 tepatnya di Desa Jenetaesa, Kec. Simbang, Kab. Maros yang dilaksanakan oleh mahaiswa Program studi Biologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Makassar yang berjumlah 7 mahsiswa. Pada kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) ini terdapat enam program kerja yang terlaksana yaitu, Penyuluhan bahaya sampah plastik, Pelatihan penggunakan aplikasi R, Penyuluhan bahaya COVID-19 dan pembagian masker, Pembuat green house sederhana, Pelatihan pembuatan hidroponik sederhana, Pemasangan papa bicara. Program kerja ini diharapkan dapat bermanfaat bagi manyarakat sekitar.

1. Program Kerja Utama

Pelatihan Pembuatan Hidroponik Sederhana

Masyarakat pedesaan pada umumnya memiliki lahan atau daerah sekitaran rumah yang biasanya tidak dimanfaatkan dengan baik dan hanya ditumbuhi oleh rerumputan atau hama atau hanya menjadi lahan kosong hal ini biasanya disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pemanfaatan lahan dengan baik. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk pemanfaatan lahan kosong sekitaran rumah yaitu dengan bercocok tanam dengan metode sederhana seperti misalnya hidroponik.

Selain metode yang digunakan sangat sederhana pembuatan hidroponik ini juga tidak memerlukan biaya yang begitu mahal. Hal ini sangat cocok dengan masyarakat pedesaan dalam proses pemanfaatan lahan sekitaran rumah.

Rockwool adalah nama komersial media tanaman utama yang telah dikembangkan dalam sistem budidaya tanaman tanpa tanah. Bahan ini besasal dari bahan batu Basalt yang bersifat Inert yang

(4)

dipanaskan sampai mencair, kemudian cairan tersebut di spin (diputar) seperti membuat harum manis sehingga menjadi benang-benang yang kemudian dipadatkan seperti kain "wool" yang terbuat dari "rock‟. Rockwool biasanya dibungkus dengan plastik. Rockwool ini juga populer dalam sistem Bag culture sebagai media tanam. Rockwool juga banyak dimanfaatkan untuk produksi bibit tanaman sayuran dan dan tanaman hias.

Bag culture adalah budidaya tanaman tanpa tanah menggunakan kantong plastik (polybag) yang diisi dengan media tanam. Berbagai media tanam dapat dipakai seperti : serbuk gergaji, kulit kayu, vermikulit, perlit, dan arang sekam. Irigasi tetes biasanya diganakan dalam sistem ini. Sistem bag culture ini disarankan digunakan bagi pemula dalam mempelajari teknologi hidroponik, sebab sistem ini tidak beresiko tinggi dalam budidaya tanaman.

Secara umum budidaya tanaman secara hidroponik dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Persiapan lahan

Perbedaan sistem hidroponik dan konvensional adalah media tanam yang digunakan hidroponik yaitu bukan tanah, sehingga dalam tahap persiapan lahan tidak perlu adanya pengolahan lahan. Yang dilakukan dalam kegiatan penyiapan lahan adalah menyiapkan tempat kegiatan hidroponik dilakukan, seperti membuat hidroponik kit dan juga greenhouse. Dalam skala kecil dapat dilakukan di pekarangan rumah saja.

2. Persiapan wadah

Selanjutnya yang perlu dilakukan adalah menyiapkan wadah tanam. Wadah tanam hidroponik dapat menggunakan kantung plastik/polybag, gelas plastik, ember, dll. Wadah tanam berfungsi sebagai tempat memasukkan media tanam yang digunakan sebagai tempat tumbuhnya tanaman.

§ Menyiapkan media tanam

Media tanam yang digunakan dalam hidroponik beragam, mulai dari limbah pertanian sampai bahan pabrikan. Media tanam berfungsi sebagai pengganti tanah pada sistem konvensional. Media tanam yang digunakan adalah bahan yang memiliki kriteria sebagai berikut: mampu menyediakan dan menyimpan unsur hara, sehingga kebutuhan air dan nutrisi tanaman dapat dipenuhi, mampu menjaga kelembaban dan mempunyai drainase yang baik. Jenis media tanam yang biasa digunakan adalah: arang sekam, serbuk kayu, kerikil, batu-bata, kapas, rockwool, pasir, dll.

§ Penyemaian

Penyemaian dilakukan setelah semua persiapan awal dilakukan, sehingga setelah penyemaian berakhir proses penanaman dapat langsung dilakukan. Penyemaian adalah adalah tempat atau areal menyemai. Areal menyemai sendiri berbeda dengan wadah dan media semai. Wadah dan media semai sama seperti wadah dan media tanam. Wadahnya bisa berupa gelas, pot, polibeg, nampan, dan tray semai. Media semainya tergantung teknik tanam yang akan digunakan. Contohnya jika menanam dengan teknik hidroponik, maka kita dapat menggunakan media semai inert alias media tanam yang tidak menyediakan unsur hara, seperti rockwool, cocopeat , hirdoton, kerikil, atau pasir dan menanamkan teknik konvensional, maka bisa menyemai dengan media semai seperti cocopeat, tanah, sekam, kompos atau campuran keempatnya. Syarat media semai yang baik sama seperti syarat media tanam, yakni harus porous (mampu menahan dan mengalirkan udara dengan baik), memiliki aerasi (ruang untuk perputaran), dan bebas patogen (hama dan penyakit).

§ Penanaman bibit

Setelah pekerjaan pengolahan tanah dan penyemaian bibit dilakukan, maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah penanaman bibit. Penanaman bibit akan dilakukan pada wadah tanam yang sudah di beri lubang-lubang tanam. Penanaman bibit dilakukan setelah bibit dianggap cukup kuat untuk dipindahkan ke tempat penanaman. Dalam pemindahan bibit ke tempat penanaman, akar tanaman di usahakan tidak rusak. Hal ini bertujuan untuk menghindari kerusakan pada akar yang masih muda. Hal yang perlu dilakukan untuk menghindari hal tersebut adalah bibit harus dicabut atau diikuti sertakan dengan media tanamnya

Penanaman bibit sebaiknya dilakukan pada sore hari yaitu pada waktu sinar matahari tidak lagi begitu menyengat. Setelah selesai penanaman bibit, lahan sebaiknya disiram dengan air secukupnya. Biasanya bibit yang baru saja di tanam akan memperlihatkan layu sementara, hal ini akan berlansung selama 2 atau 3 hari. Tetapi hal ini merupakan hal yang biasanya terjadi dan hal ini tidak akan membahayakan pertumbuhan tanaman. Kecuali, jika bibit layu karena faktor kerusakan akar atau batangnya.

§ Pemberian larutan nutrisi

(5)

email : lepalepa@unm.ac.id halaman 380-385 Nutrisi atau unsur hara merupakan salah satu factor penting yang menunjang keberhasilan suatu sistem hidroponik yang dilakukan. Adapun unsur hara bagi tanaman dikelompokkan menjadi unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur makro merupakan unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar dan mutlak harus ada. Sejumlah unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman adalah N, P, K, Mg dan S. Sedangkan unsur hara mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit.

Sejumlah unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman adalah Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo dan Cl. Kedua jenis unsur tersebut saling mendukung dan dibutuhkan oleh tanaman. Ketika salah satu unsur tidak ada, makan unsur yang dibutuhkan tanaman menjadi tidak lengkap.

Keuntungan sistem hidroponik adalah pemberian larutan nutrisi tanaman dapat dilakukan secara bersamaan dengan irigasi. Karena pada umumnya larutan yang ada di pasaran dalam penggunaanya telah dirancang agar diencerkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Pencampuran larutan nutrisi ini memerlukan keterampilan khusus agar tanaman dapat tumbuh dengan baik.

§ Pemeliharaan

Hidroponik memerlukan perawatan yang cermat. Beberapa langkah pemeliharaan tanaman hidroponik adalah sebagai berikut:

penyiraman air dan larutan nutrisi dilakukan 5-8 kali setiap hari. Penyiraman biasa dilakukan dengan menggunakan timer, sehingga tidak memerlukan tenaga ekstra dalam pengerjaannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelatihan Pembuatan Hidroponik Sederhana

Hidroponik adalah lahan budidaya pertanian tanpa menggunakan media tanah, sehingga hidroponik merupakan aktivitas pertanian yang dijalankan dengan menggunakan air sebagai medium untuk menggantikan tanah. Sehingga sistem bercocok tanam secara hidroponik dapat memanfaatkan lahan yang sempit. Pertanian dengan menggunakan sistem hidroponik memang tidak memerlukan lahan yang luas dalam pelaksanaannya, tetapi dalam bisnis pertanian hidroponik hanya layak dipertimbangkan mengingat dapat dilakukan di pekarangan rumah,atap rumah maupun lahan lainnya (Roidah, 2014).

Sistem budidaya hidroponik merupakan budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media tanaman dengan penambahan nutrisi hara untuk pertumbuhan. Penunjang keberhasilan dari sistem budidaya ini adalah media yang bersifat porus dan aerasi baik serta tercukupinya nutrisi untuk pertumbuhan tanaman. Berdasarkan beberapa penelitian hidroponik yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa macam media padat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Pupuk dalam istilah hidroponik disebut juga dengan nutrisi. Nutrisi yang diperlukan tanaman meliputi unsur hara makro dan mikro. Setiap jenis nutrisi hidroponik memiliki komposisi yang berbeda-beda (Perwtasari, Tripatmasari, & Wasonowati, 2012).

Hidroponik memiliki keuntungan bagi lingkungan sosial karena dapat dijadikan sebagai sarana pelatihan dan pendidikan di bidang pertanian modern mulai dari kanakkanak sampai dengan orang tua.

Selain itu, hidroponik digunakan untuk memperindah lingkungan dengan kesan pertanian yang bersih dan sehat, serta sebagai usaha agribisnis di pedesaan tanpa mencemari lingkungan. Keunggulan dari budidaya tanaman dengan sistem hidroponik antara lain pemeliharaan tanman menjadi lebih mudah karena tempatnya relatif bersih, media tanaman yang digunakan bersih dari kotoran, tanaman terlindung dari terpaan hujan, tanaman lebih sehat, serangan hama penyakit relatif kecil. Selain itu produktivitas, vigor, dan mutu hasil budidaya tanaman hidroponik memiliki kualitas lebih tinggi dan tahan lama serta harga jualnya tinggi (Mulyaningsih dkk, 2019).

Pelatihan pembuatan hidroponik sederhana merupakan salah satu program kerja yang dilaksanakan oleh mahasiswa biologi FMIPA UNM sebagai perogram kerja KKN, sasaran dari program kerja ini yaitu warga Desa Jenetaesa khususnya RT 2 Dusun Batubassi, yang di mana program kerja ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada masyarakat cara bercocok tanam yang lebih sederhana dengan sistem hidroponik ditengah pandemi Covid’19 serta pemanfaatan lahan atau halaman sempit disekitar pemukiman warga. Program kerja ini berupa pemberian materi mengenai cara membuat hidroponik, proses pembuatan wadah hidroponik, pengenalan alat dan bahan yang digunakan, pemilihan benih, proses penyemaiyan bibit hingga proses merangkai hidroponik.

Program kerja ini ini terlaksana dengan baik pada hari Selasa, 25 Agustus 2020 di salah satu RT tepatnya RT 2 Desa Batubassi Desa Jenetaesa kec.Simbang kab.Maros. Program kerja ini dihadiri oleh manyarakat setempat khusunya ibu-ibu dari RT 2 Dusun Batubassi Desa Jenetaesa kec. Simbang kab.

Maros.

(6)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Hidroponik merupakan cara becocok tanam yang menggunakan media inert sebagai media tanamnya (pengganti tanah). Hidroponik memiliki berbagai keunggulan diantaranya dapat dilakukan kapan saja, dimana saja dan oleh siapa saja. Dan biayanya cukup murah Hidroponik dapat dilakukan sepanjang tahun, dengan jadwal tanam dan panen yang terjadwal pula. Tahapan-tahapan bercocok tanam hidroponik harus dilakukan dengan cermat, agar hasil panen yang terbaik dapat diperoleh.

Saran

Dalam persiapan keberangkatan KKN sebaiknya dilakukan pembekalan agar mahasiswa siap untuk melakukan program kerja selama KKN berlangsung. Mahasiswa sebaiknya dibekali pengetahuan dan keterampilan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Penempatan mahasiswa di lokasi sebaiknya lebih ditekankan kepada situasi dan kondisi yang tepat di mana mahasiswa akan ditempatkan serta penyurveian lokasi KKN.

DAFTAR PUSTAKA

Masduki, A. (2018). Hidroponik Sebagai Sarana Pemanfaatan Lahan Sempit Di Dusun Randubelang, Bangunharjo, Sewon, Bantul. Jurnal Pemberdayaan, 1(2), 185–192.

Mulasari, S. A. (2018). Penerapan Teknologi Tepat Guna (Penanam Hidroponik Menggunakan Media Tanam) Bagi Masyarakat Sosrowijayan Yogyakarta. Jurnal Pemberdayaan: Publikasi Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(3), 425–430.

Mulyaningsih, Y, M Mukmin, A Brawijaya. 2019. Hidroponik Skerwoll Dan Faedah Pekarangan Rumah Untuk Pertanian Dengan Menerapkan Konsep Hidroponik Nyaman Di Hati Dan Kantong.

Jurnal Qardhul Hasan, 5(2), 110-111.

Perwtasari, B., Tripatmasari, M., & Wasonowati, C. (2012). Pengaruh Media Tanam dan Nutrisi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakchoi ( Brassica juncea L.) Dengan Sistem Hidroponik. Agrovigor, 5(1), 14–25.

Roidah, I. S. (2014). Pemanfaatan Lahan Dengan Menggunakan Sistem Hidroponik. Jurnal Universitas Tunlungagung BONOROWO, 1(2), 43–50.

Wirawan, W. A., Wirosoedarmo, R., & Susanawati, L. D. (2014). Pengolahan Limbah Cair Domestik Menggunakan Tanaman Kayu Apu (Pistia stratiotes L.) Dengan Teknik Tanam Hidroponik Sistem DFT (Deepflowtechnique). Sumberdaya Alam dan lingkungan, 1(2), 63–70.

Referensi

Dokumen terkait

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol... Jurnal Administrasi Bisnis

Pola kategori pengembangan hubungan antarpribadi secara tertutup merupakan bentuk pengembangan hubungan di mana mantan na- rapidana perempuan setelah beradaptasi mereka tetap

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada pembelajaran IPA dengan pendekatan saintifik pada tema 1 Benda-benda di Iingkungan Sekitardi kelas V SD Negeri 50 Banda

jika harga mutlak selisih rata-rata yang dibandingkan lebih dari atau sama dengan nilai kritisnya, maka dapat dikatakn bahwa kedua rata-rata tersebut berbeda nyata

Penjilidan terbitan ialah suatu penjilidan yang menyelesaikan pekerjaan untuk diterbitkan, sedangkan dalam penjilidan khusus (partikelir) dikhususkan untuk kertas yang

rantai pangan.  Hal ini disebut sebagai Performance Objective (PO).  PO dapat diturunkan 

Pembuangan sampah memiliki resiko paling besar dengan kejadian Leptospirosis sebesar 26 kali, sehingga responden yang memiliki pembuangan sampah buruk memiliki

Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam mata dan bersifat bening. Terletak dibelakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk