• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Strategi bermula dari bahasa Yunani yaitu strategos yang memiliki arti seni

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Strategi bermula dari bahasa Yunani yaitu strategos yang memiliki arti seni"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 STRATEGI KOMUNIKASI 2.1.1 PENGERTIAN

Strategi bermula dari bahasa Yunani yaitu strategos yang memiliki arti “seni umum”. Berikutnya term tersebut berkembang menjadi kata sifat strategia yang memiliki arti “keahlian militer”. Kata strategos atau strategi dapat memiliki arti sebagai keputusan untuk melakukan suatu tindakan dalam jangka panjang dengan segala resiko yang diakibatkan.

Strategi ialah rencana keseluruhan dan terpadu terkait aktivitas – aktivitas utama dari suatu perusahaan maupun organisasi yang bertujuan untuk mencapai keberhasilan dari suatu tujuan utama dalam lingkungan yang penuh tantangan.

(Isma Ismaulidina, 2020)

Strategi komunikasi menurut Onong Uchjana adalah panduan dari perencanaan (planning), dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Tapi, dalam mencapai tujuan tersebut strategi tidak berfungsi hanya sebagai peta yang menunjukan arah saja, tapi harus dapat menunjukan bagaimana strategi operasionalnya. (Ambarawa, 2015)

Middleton menjelaskan bahwa strategi komunikasi merupakan gabungan dari semua unsur komunikasi mulai dari pembawa pesan (komunikator), pesan, saluran (media), komunikan (receiver), hingga dampak (effect) yang disusun untuk mencapai tujuan dari komunikasi tersebut secara maksimal. (Cangara, 2013).

(2)

Sedangkan Rogers menjelaskan bahwa strategi komunikasi ialah suatu susunan yang dibuat guna mengubah tingkah laku manusia pada jangkauan yang lebih luas melalui transfer pengetahuan - pengetahuan baru. (Cangara, 2013).

Artinya segala kegiatan terkait dengan komunikasi sudah tentu tidak asal jadi.

Melainkan harus disusun sedemikianrupa, diorganisasikan, ditumbuhkembangkan agar timbul komunikasi yang berkualitas, langkah utama ialah menetapkan strategi komunikasi. Liliweri menjelaskan strategi komunikasi sendiri ialah strategi yang bisa menetapkan atau menempatkan posisi seseorang dengan tepat dalam komunikasi dengan komunikannya sehingga tujuan komunikasi tersebut dapat tercapai. (Liliweri, 2011).

2.1.2 TUJUAN STRATEGI KOMUNIKASI

Berbicara strategi selalu berhubungan dengan tujuan, strategi tersebut harus dibuat secara sadar dan matang agar tujuan dapat dicapai. Henry Mintzberg menjelaskan bahwa strategi yang timbul tiba – tiba dapat dikatakan sebagai benturan antara niat untuk mengakomodasi realitas yang berubah – ubah (Liliweri, 2011). Oleh karena itu menjadi sangat penting menyusun rencana dengan hati – hati berdasarkan situasi posisi kita dalam mencapai tujuan tersebut. Berikut adalah tujuan strategi komunikasi menurut (Liliweri, 2011):

1. Memberitahu (announcing).

Tujuan utama dari strategi komunikasi ialah memberitahu. Yaitu pemberitahuan terkait kapasitas dan kualitas informasi. Oleh sebab itu, informasi yang akan disampaikan sebisa mungkin terkait dengan informasi utama atau keseluruh dari informasi yang penting.

(3)

Memotivasi disini adalah memberikan informasi sebaik dan selengkap mungkin agar dapat memotivasi atau memunculkan semangat dari target komunikasi kita. Dalam hal ini adalah supaya komunitas 1000 Guru dapat memotivasi anak – anak untuk terus belajar.

3. Mendidik (educating).

Tujuan strategi komunikasi yang berikutnya adalah mendidik, dimana segala informasi yang disampaikan bersifat mendidik atau sering disebut dengan strategy of educating.

4. Menyebarkan Informasi (informing).

Tujuan berikutnya adalah menyebarluaskan informasi terhadap masyarakat luas atau target komunikasi kita. Diusahakan adalah informasi yang spesifik, aktual, dan mencakup unsur pendidikan atau sering disebut dengan strategy of informing.

5. Menunjang Pembuatan Keputusan (supporting decision making).

Sebagai upaya penunjang pembuatan keputusan, oleh karena itu informasi yang dikumpulkan, dikategorisasikan, dianalisis sedemikian rupa, sehingga dapat dijadikan informasi utama bagi pembuat keputusan.

2.1.3 FUNGSI STRATEGI KOMUNIKASI

Menurut Effendy strategi komunikasi memiliki fungsi ganda baik secara makro (planned multi media – media strategy) maupun mikro (single communication medium strategy) antara lain adalah (Effendy, 2003) :

a. Menyosialisasikan pesan yang bersifat informatif, persuasif, dan istruktif secara terstruktur terhadap target sasaran (audience).

(4)

b. Menjembatani “cultural gap” yang disebabkan oleh mudahnya mengakses informasi, yang jika dibiarkan dapat merusak nilai – nilai budaya.

Strategi komunikasi yang berbasis pada perencanaan terstruktur, terperinci, namun memiliki keluwesan dapat membuahkan hasil yang cukup memuaskan.

Keluwesan yang dimaksud disini adalah komunikator dapat melakukan penyesuaian apabila terdapat faktor – faktor lain yang berdampak pada berjalannya strategi untuk mencapai suatu tujuan komunikasi.

2.1.4 KOMPONEN STRATEGI KOMUNIKASI

Menurut Alo Liliweri dalam bukunya Komunikasi Serba Ada Serba Makna terdapat tiga poin pokok atau komponen dalam strategi komunikasi (Liliweri, 2011) antaralain :

1. Strategi Implementasi, yang terdiri dari : a. Mengidentifikasi visi dan misi.

b. Menetapkan program dan kegiatan.

c. Menetapkan tujuan dan hasil.

d. Memilih dan memilah audiens yang menjadi sasaran.

e. Mengembangkan pesan.

f. Menetapkan pembawa pesan (komunikator).

g. Menetapkan media (channel).

h. Scan konteks dan persaingan.

2. Implementasi Strategi, yang terdiri dari :

a. Mengembangkan materiil untuk merealisasikan strategi.

(5)

b. Mengembangkan mitra yang bernilai.

c. Melatih para pembawa/penyebar pesan/komunikator.

d. Mengembangkan tata aturan dalam proses penyebaran informasi.

e. Mengontrol setiap tahapan/jenis kegiatan sesuai dengan kriteria dan standar yang ditentukan

3. Support dan Penggabungan, yang terdiri dari :

a. Mensuport komunikasi terutama pada level kepemimpinan.

b. Melengkapi sumber daya.

c. Mengintegrasikan komunikasi melalui organisasi.

d. Melibatkan seluruh anggota untuk memberikan dukungan dan integrasi.

2.2 KOMUNIKASI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

Proses belajar mengajar pada dasarnya merupakan aktivitas komunikasi, dimana terdapat proses penyampaian pesan dari komunikator melalui saluran atau media tertentu kepada komunikan. Pembelajaran ialah suatu aktivitas yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai – nilai positif dengan memanfaatkan sumber belajar. Dalam hal ini, pesan adalah materi yang disampaikan, sumber atau komunikatornya adalah pengajar, salurannya adalah media yang digunakan untuk menyampaikan materi dan juga siswa atau murid sebagai penerima materi yang disampaikan. (Sari Rahmahyanti, 2019).

Pada dunia pendidikan proses pengajaran dapat berjalan efektif, jika komunikasi dan interaksi guru dengan siswa berjalan secara intensif. Dimana, pengajar bisa merancang model – model pembelajaran sehingga para murid dapat belajar dan materi yang disampaikan dapat diterima secara optimal. Oleh karena itu komunikasi

(6)

dalam proses belajar mengajar akan terjadi interaksi edukatif yang berlangsung selama proses pertukaran pesan. (Inah, 2015).

Interaksi edukatif secara terperinci ialah proses atau interaksi dalam proses belajar mengajar yang memiliki ciri sebagai berikut untuk membedakan dengan interaksi yang lain (Inah, 2015):

1. Interaksi dalam proses belajar mengajar memiliki tujuan.

2. Terdapat prosedur yang terencana guna mencapai tujuan secara optimal.

3. Ditandai dengan pembuatan materi yang disiapkan sedemikian rupa untuk mencapai tujuan.

4. Muncul interaksi siswa, baik secara fisik maupun secara mental aktif selama proses pembelajaran.

5. Guru harus dapat menghidupakan dan memberi motivasi agar terjadi interaksi yang kondusif.

6. Disiplin.

7. Memiliki tenggang waktu untuk dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut.

Sedangkan faktor – faktor yang mendasari terjadinya proses komunikasi dalam belajar mengajar dapat berjalan secara interaksi edukatif yakni :

1. Faktor tujuan, dimana terdapat tiga jenis yaitu tujuan kognitif, afektif, dan tujuan psikomotorik

2. Faktor pesan atau materi pembelajaran, merupakan proses menentukan bahan ajar berdasarkan pedoman – pedoman tertentu yang disesuaikan dengan tujuan dan tingkatan jenjang pendidikan.

(7)

3. Faktor guru dan peserta didik. Guru sebagai pihak pertama dalam menyelanggarakan pembelajaran, sedangkan peserta didik sebagai pihak yang mengalami langsung dan memperoleh manfaat dari proses belajar mengajar.

4. Faktor metode, merupakan sistem kerja yang disusun secara sistematik untuk mencapai tujuan.

5. Faktor situasi, merupakan situasi belajar maupun suasana dalam kelas pengajaran.

6. Faktor sumber pelajaran, sumber belajar sesunguhnya banyak dan beragam tergantung dari kreativitas pengajar, waktu, biaya, dan kebijakan – kebijakan lainnya.

7. Faktor alat dan peralatan, merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan materi ajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

8. Faktor evaluasi, merupakan aktivitas guna melihat dan mendapatkan data terkait proses keberhasilan dalam mencapai tujuan tersebut.

Ngainum Naim menjelaskan bahwa pada dunia pendidikan membutuhkan pemahaman yang komprehensif, holistik, mendasar, dan terstruktur terkait pemanfaatan komunikasi dalam proses pembelajaran. Tanpa memiliki komunikasi yang baik maka tidak dapat tercipta pembelajaran dan kualitas pendidikan yang diharapkan, mengingat proses pembelajaran di kelas hampir 80 persen merupakan kegiatan komunikasi baik verbal maupun non verbal. (Naim, 2016).

(8)

2.3 HAMBATAN KOMUNIKASI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

Naim menyebutkan terdapat dua hal yang menjadi pertimbangaan dalam komunikasi pendidikan. Pertama, komunikasi yang baik agar pendidikan dapat dipahami secara komprehensif, holistic, mendasar, dan sistematis. Kedua, dengan komunikasi yang baik komunikasi pendidikan dapat menunjukkan arah proses konstruksi sosial atas realitas pendidikan.

Namun hambatan – hambatan masih saja ditemukan, sehingga komunikasi tidak dapat berjalan secara efektif. Ron Ludlow & Fergus Panton menyebutkan faktor – faktor yang dapat menghambat jalannya proses komunikasi, antaralain adalah (Wisman, 2017):

1. Status Effect.

Yaitu munculnya perbedaan status sosial yang terjadi dalam masyarakat.

2. Semantic Problems.

Yaitu unsur pemilihan bahasa yang digunakan komunikator dalam menyampaikan pesan terhadap komunikan.

3. Perceptual Distorsion

Yaitu mengenai cara pandang dan cara berfikir yang sempit baik pada diri sendiri maupun bagi orang lain.

4. Cultural Differences.

Perbedaan budayaan, agama, dan lingkungan sosial.

5. Physical Distractions.

Gangguan lingkungan yang terjadi selama proses komunikasi dilakukan.

6. Poor Choice of Communication Channels.

(9)

Yaitu pemilihan media yang digunakan selama menyampaikan pesan.

7. No Feed Back.

Tidak terdapat tanggapan maupun respon dari komunikan.

2.4 MODEL STRATEGI KOMUNIKASI KAP (Knowledge, Attitude, dan Practice) oleh Hafied Cangara.

Bagan 2. 1 Model Strategi Komunikasi KAP

Penerapan Strategi Komunikasi model Knowledge, Attitude, dan Practice (KAP) oleh Hafied Cangara ini merupakan bentuk strategi guna meningkatkan pengetahuan, sikap, dan juga perilaku bagi target komunikasinya. Oleh karena itu model ini harus memperhatikan unsur – unsur yang dapat mempengaruhi khalayak selama penerimaan informasi. Model ini banyak digunakan untuk program –

(10)

program kampanye kesehatan, kampanye dibidang pertanian, komersial, dan juga program penyadaran masyarakat.

Model Strategi Komunikasi yang berbasis Knowledge, Attitude, dan Practice ini memiliki tiga tahapan (Cangara, 2013) :

Tahap 1 : Mencakup target sasaran (audience), pesan, dan saluran.

Tahap 2 : Mencakup perencanaan desain pesan, produksi media (draft) dan uji coba.

Tahap 3 :Upaya peningkatan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan perilaku (practice) dari target audience.

Pada tahap pertama, memperhatikan faktor atau unsur yang dapat mempengaruhi target audience selama penerimaan informasi. Terdapat 2 faktor yaitu dari luar pendidikan (Non – education) yang terdiri dari kondisi lingkungan, nilai, budaya, geografis, pendapatan dan kepercayaan. Sedangkan berikutnya adalah faktor yang berkaitan dengan pendidikan (education) dalam tingkat penerimaan pesan dan penyerapan pesan. Kemudian dilanjutkan dengan pemilihan pesan yang tepat dan pemilihan media yang tepat.

Pada tahap kedua, merupakan penyusunan pesan yang harus memperhatikan daya persuasi kepada target audience agar pesan yang disampaikan dapat diterima dan dipahami. Selain itu pemilihan materi yang akan disampaikan dengan menggunakan media yang dipilih juga dilakukan pada tahap ini.

Pada tahap ketiga, merupakan proses analisis dari seluruh komponen diatas guna memproduksi media yang relevan dan tepat sasaran. Pada tahap ini menekankan pada upaya peningkatan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan perubahan (practice) perilaku dari target audience program.

(11)

Strategi komunikasi model Knowledge, Attitude, dan Practice (KAP) oleh Hafied Cangara dirasa cocok bagi penulis untuk digunakan dalam penelitian ini.

Penggunaan strategi komunikasi model KAP ini digunakan sebagai pendekatan untuk dapat mendeskripsikan Strategi Komunikasi Komunitas 1000 Guru Malang Dalam Proses Belajar Mengajar Pada Kegiatan TNG #7. Dengan mempertimbangkan penyesuaian yang harus dilakukan, diantaranya perbedaan latar belakang anggotanya, target audience dalam hal ini anak – anak di daerah, dan pelaksanaan yang harus dilakukan di tengah masa pandemi.

2.5 PENELITIAN TERDAHULU

Dalam penulisan penelitian ini, terdapat penelitian terdahulu yang serupa untuk dijadikan sebagai acuan dan referensi bagi peneliti untuk menunjang penelitian ini.

Berikut adalah tabel terkait penelitian terdahulu :

No Nama Peneliti dan Judul Penelitian Hasil Penelitian 1. Putri Ekaresty Haes. “Implementasi

Model Komunikasi KAP dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Anak Berkebutuhan Khusus”. JCommSci – Journal Of Media and Communication Science Volume 2 (No 3) : ISSN 2620 – 8709 (Online) 2655 – 4410 (Print).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengimplementasian model komunikasi KAP dalam meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal anak berkebutuhan khusus pada proses belajar mengajar di sekolah Yayasan Anak Emas Denpasar, Bali. Pada tahap pertama dari tiga tahapan model komunikasi KAP didapati

(12)

bahwa sebelum mulai tahun ajaran baru dilakukan pemetaan terhadap para peserta didik berdasarkan kondisi targetnya, kemudian dilakukan pembagian pengajar, lalu penyusunan materi (pesan) dan media (channel) agar dapat diterima oleh para peserta didik. Pada tahap kedua didapati bahwa pengajar menyusun materi (pesan) berdasarkan kurikulum yang digunakan dan menggunakan metode sentra dalam penerapannya berdasar tingkat kemampuan peserta didik.

Para pengajar juga mendapatkan panduan lengkap serta pelatihan sebelum mengimplementasikan, saluran yang dipilih yakni media PECS (Pictures Exchange Communication System). Di tahap ketiga merupakan tahapan melihat umpan balik dimana anak – anak berkebutuhan khusus perlu melakukan penyesuaian untuk

(13)

kemudian dapat menerima materi (pesan) yang disampaikan. Didapati bahwa pada tahap practice (perilaku) para peserta didik mengalami perubahan yang berbeda berdasarkan kondisi anak tersebut.

2. Zulkarnain Nasution, Susilowati, Aidha Rukmana. “Penerapan Strategi Komunikasi Model Knowledge, Attitude, Practice Dalam Kegiatan Sosialisasi Undang – Undang Kepada

Masyarakat Dusun Karangnongko Yogyakarta”. Jurnal

VOK@SINDO Vol 6, No 1 (2018), ISSN 23385103.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil penerapan strategi komunikasi model KAP yang dilakukan Anggota DPR RI terhadap sosialisasi Undang – Undang terhadap masyarakat Dusun Karangnongko Yogyakarta. Pada penelitian ini peneliti berhasil memetakan keberhasilan penerapan strategi komunikasi model KAP dengan melihat peningkatan pada pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat berdasar 4 point, yaitu berkembangnya kesadaran petani dalam memelihara prasarana pertanian berupa bahan, para petani mengajukan penyediaan sarana produksi pertanian berupa alat, para

(14)

petani bersedia untuk dibina oleh pemerintah dan pemerintah daerah setelah dilakukan sosialisasi.

3. Annisa Yuniar, Rohanda, Fitri

Perdana. “Komunikasi

Instruksional Volunteer Pengajar Komunitas 1000 Guru Bandung pada Aktivitas Literasi TNT #18”.

Journal of Library and Information Science Vol.1(1). 67 – 82 Januari 2021.

Penelitian ini membahas tentang aktivitas literasi TNT #18 Komunitas 1000 Guru Bandung dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana aktivitas literasi yang dilakukan.

Pada penelitian ini didapati hasil bahwa proses komunikasi insturksional yang dilakukan sukarelawan pada saat kegiatan terdapat 5 tahapan, antaralain adalah

; spesifikasi isi dan tujuan mengenai materi yang tertera di booklet TNT

#18, penaksiran perilaku mula yakni kemampuan siswa pada saat technical meeting, penetapan strategi instruksional (ekspositori/pencarian bahan ajar & inkuiri/pemilihan metode dan media), organisasi satuan – satuan instruksional, umpan balik/review, dan terakhir evaluasi.

(15)

4. Sari Rahmahyanti, Hairunnisa, Sabiruddin. “Komunikasi Komunitas 1000 Guru Samarinda Dalam Proses Belajar Mengajar”.

eJournal Ilmu Komunikasi, 2019, Volume 7 (No 2): ISSN 2502-5961 (Cetak), ISSN 2502-597x (Online).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana komunikasi komunitas 1000 Guru Samarinda dalam proses belajar mengajar khususnya di sekolah – sekolah pedalaman Kalimantan Timur. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teori S – M – C – R, didapati hasil dari masing – masing unsur teori tersebut bahwa komunitas 1000 Guru Samarinda telah menyiapkan dan mengkondisikan strategi mulai dari Source sebagai komunikator, Message atau pesan yang disampaikan sesuai dengan kondisi anak – anak di daeerah tersebut, Channel yang dipilih juga menyesuaikan dengan kondisi anak – anak di daerah tersebut agar mudah dalam menerima materi pembelajaran, yang terakhir adalah Receiver yang menunjukkan bahwa anak – anak daerah tersebut

(16)

menunjukkan keantusiasan dalam kegiatan tersebut.

5. Muti Karimah. “Strategi Komunikasi Komunitas 1000 Guru Medan Kepada Relawan (Studi Deskriptif Kualitatif Pada Kegiatan Traveling and Reaching 14 Special

Hari Pendidikan

Nasional)”. Repositori Institusi Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi komunikasi Komunitas 1000 Guru Medan Kepada Relawan, mengetahui tujuan strategi komunikasi tersebut dilakukan, dan mengetahui komponen strategi komunikasi apa saja yang dilakukan komunitas tersebut terhadap para relawan.

Penelitian ini menggunakan teori strategi komunikasi dan didapati hasil bahwa, terdapat 4 tahapan strategi komunikasi yang dilakukan Komunitas 1000 Guru Medan.

Antaralain adalah mengidentifikasi sasaran dengan mengenali kriteria relawan, menentukan media sosial yang tepat untuk mendapatkan relawan yakni melalui Instagram, lalu menetapkan 2 pesan komunikasi yaitu memberitahukan keadaan pendidikan di pedalaman desa

(17)

sebagai informasi kepada para calon

relawan dan untuk

menginformasikan terkait open recruitment kegiatan tersebut. Pesan berikutnya adalah penyampaian materi kepada relawan saat technical meeting. Tahapan terakhir yakni memilih komunikator yang memiliki kompetensi di bidang mengajar dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik.

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan pada tabel penelitian terdahulu, maka penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian – penelitian sebelumnya, antaralain :

Metode penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif untuk dapat menggambarkan serta

mendeskripsikan strategi komunkasi dalam proses belajar mengajar pada anggota komunitas 1000 Guru Malang. Sementara penelitihan terdahulu menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus, deskriptif kualitatif, dan selebihnya tidak terlalu memiliki banyak perbedaan pada metode

(18)

Fokus penelitian. Penelitian ini fokus untuk mendeskripsikan Strategi Komunikasi Komunitas 1000 Guru Malang Dalam Proses Belajar Mengajar Pada Kegiatan TNG #7. Sedangkan pada tabel penelitian terdahulu memiliki fokus untuk mengetahui aktivitas literasi, komunikasi komunitas, strategi komunitas 1000 Guru untuk menarik minat relawan melalui sosial media, komunikasi yang efektif, implementasi model komunikasi KAP untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal anak berkebutuhan khusus dan penerapan strategi komunikasi model KAP dalam sosialisasi Undang – Undang.

Teori peneltian. Penelitian ini menggunakan teori strategi komunikasi Model KAP (Knowledge, Attitude, and Practice) oleh Hafied Cangara. Sedangkan pada penelitian terdahulu menggunakan teori proses komunikasi instruksional, model S – M – C – R, strategi komunikasi, dan AIDA.

Subjek Penelitian dan Tempat Penelitian. Penelitian ini menggunakan subjek anggota pada Komunitas 1000 Guru Malang yakni Ketua/Koordinator Komunitas, Ketua pelaksana kegiatan/project manager dan pengajar/relawan terpilih (3 orang). Sedangkan pada penelitian sebelumnya dengan subjek Komunitas 1000 Guru Bandung, Komunitas 1000 Guru Samarinda, Komunitas 1000 Guru Medan, Anak Berkebutuhan Khusus di Yayasan Anak Emas

Denpasar Bali dan masyarakat dusun Karangnongko Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Pertanyaan-pertanyaan itu menjadi polemik dengan kemunculan kurikulum berbasis KKNI ini. Sebagai sebuah produk yang diujicobakan, perlu diadakan berbagai penelitian

Perhitungan terhadap indeks keragaman, dominansi dan keseragaman menjelaskan bahwa nilai indeks setiap stasiun tidak terdapat perbedaan yang mencolok sehingga perairan

Bahan yang digunakan untuk melakukan analisis kandungan formalin dan boraks pada produk ikan asin adalah ikan asin dengan 3 jenis ikan yang berbeda yaitu ikan

Dari perhitungan current ratio tersebut dapat dilihat meningkatnya current ratio yang terjadi selama tahun terakhir yaitu pada tahun 2017 sebesar 2,56 kali ke tahun 2018

Pembagian tikus ke dalam perlakuan dilakukan dengan mengelompokkan tikus berdasarkan berat badan (BB), kemudian secara acak dikelompokkan kedalam masing-masing perlakuan

Selain fungsi secara khusus tersebut, tuturan dalam upacara Mangupa juga mempunyai fungsi umum yang sama dengan fungsi tuturan pada umumnya.. Pada hakikatnya, semua tuturan

DVR atau Digital Video Recorder merupakan peralatan mutlak dari perkembangan CCTV sekarang, karena fungsinya sebagai spliter (pembagi gambar) di monitor, perekaman,

Perawat yang bertugas akan melakukan skrining risiko jatuh kepada setiap pasien dengan menggunakan “Asesmen Risiko Jatuh Harian”.. Setiap pasien akan dilakukan asesmen ulang