• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR : Penelitian Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas IV SD Negeri Sindangsari Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta Tahun Ajaran 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR : Penelitian Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas IV SD Negeri Sindangsari Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta Tahun Ajaran 2012/2013."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta Tahun Ajaran 2012/2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Pendidikan Indonesia

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

FITRIANA NIM. 0903413

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Fitriana, 2013

(3)

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA

SEKOLAH DASAR

(Penelitian Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas IV SD Negeri Sindangsari Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta Tahun Ajaran 2012/2013)

Oleh: Fitriana

ABSTRAK

(4)

Fitriana, 2013

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN ... ..viii

BAB I PENDAHULUAN

F. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A.Hakikat Belajar dan Pembelajaran ... 9

1. Pengertian Belajar dan pembelajaran ... 9

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 12

B.Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ... 15

1. Latar Belakang Pembelajaran Bahasa Indonesiadi Sekolah Dasar ... 15

C.Hakikat Model Pembelajaran Cooperative Learning ... 17

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 17

2. Pengertian Model Cooperative Learning ... 18

3. Unsur-Unsur Model Cooperative Learning ... 19

4. Teori-Teori Pendukung Model Cooperative Learning ... 21

5. Tipe-Tipe Model Cooperative Learning ... 22

6. Tahapan-Tahapan dalam Menggunakan Cooperative Learning ... 23

7. Kelebihan dan Kekurangan Model Cooperative Learning ... 24

D.Hakikat Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw ... 26

1. Pengertian Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw ... 26

2. Langkah-Langkah Pembelajaran Jigsaw ... 26

E. Hakikat Membaca Pemahaman ... 27

1. Pengertian Membaca ... 27

2. Pengertian Membaca Pemahaman ... 28

3. Tahap-Tahap Membaca Pemahaman ... 29

4. Tujuan Membaca Pemahaman ... 31

(5)

F. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw dalam Pembelajaran

Membaca Pemahaman ... 34

G.Langkah-Langkah Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman di Kelas IV SD ... 37

J. Penelitian yang Relevan ... 38

BAB III METODE PENELITIAN A.Lokasi dan Subjek Penelitian ... 41

B.Desain dan Variabel Penelitian ... 42

C.Metode Penelitian ... 43

D.Definisi Operasional ... 43

E.Instrumen Penelitian ... 44

F. Prosedur Penelitian ... 45

G.Proses Pengembangan Instrumen ... 47

H. Analisi Data ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 60

1. AnalisisData Hasil Pretes ... 60

2. AnalisisData Hasil Postes ... 62

3. Analisis Data Gain ... 65

4. Analisis Data Hasil Observasi ... 68

B.Pembahasan Hasil Penelitian ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 74

B.Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 79

(6)

Fitriana, 2013

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Model pembelajaran merupakan salah satu komponen penting yang menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Ketepatan pemilihan model pembelajaran akan berdampak pada keberhasilan belajar siswa serta tercapainya tujuan pembelajaran. Model pembelajaran merupakan suatu desain pembelajaran yang dirancang untuk memperlancar proses pembelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh Suprijono (2012: 46) yang mengemukakan bahwa model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Dari pengertian model pembelajaran tersebut, model pembelajaran dapat dipahami sebagai suatu desain, pola atau rancangan yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Hal itu dilakukan untuk menciptakan suasana yang menunjang agar siswa merasa bebas untuk merespon secara alami dan teratur, dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Karena itu, pengkajian pemilihan model pembelajaran yang tepat menjadi hal yang perlu dilakukan, agar sesuai dengan karakteristik siswa dan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar tujuan pembelajaran yang hendak dicapai sejatinya difokuskan pada empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, membaca, menulis dan berbicara. Setiap keterampilan erat sekali

berhubungan dengan proses–proses yang mendasari bahasa. Begitu juga dalam

poses pembelajaran bahasa Indonesia, pembelajaran pada salah satu aspek keterampilan bahasa tersebut akan saling mempengaruhi keterampilan berbahasa yang lain.

Membaca merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa. Membaca diperlukan untuk membuka wawasan, dan menambah ilmu pengetahuan. Membaca merupakan kegiatan yang melibatkan pikiran untuk memahami dan

(7)

menginterpretasikan lambang bahasa guna memperoleh pesan atau informasi yang disampaikan penulis melalui tulisannya.

Pembelajaran membaca di Sekolah Dasar dibagi menjadi dua penggalan. Untuk kelas rendah yaitu membaca permulaan, dan untuk kelas tinggi yaitu membaca lanjut. Membaca di kelas tinggi Sekolah Dasar ialah membaca lanjut atau membaca pemahaman. Tujuan membaca di kelas tinggi diarahkan kepada bagaimana siswa dapat memahami, menafsirkan, menghayati, dan merespon bacaan, dapat memanfaatkan strategi pemahaman bacaan yang tepat. Dalam kurikulum disebutkan bahwa arah membaca di kelas tinggi ialah agar siswa dapat membaca dan memahami berbagai jenis wacana, berupa petunjuk, teks panjang, dan berbagai karya sastra untuk anak. Resmini (2007: 80) mengungkapkan bahwa membaca pemahaman atau reading for understanding adalah salah satu bentuk dari kegiatan membaca dengan tujuan utamanya untuk memahami isi pesan yang terdapat dalam bacaan. Membaca pemahaman bukan ditujukan pada keindahan cara membaca seperti dalam membaca indah, atau pada cepat lambatnya membaca, akan tetapi ditekankan pada penguasaan isi bacaan.

(8)

Fitriana, 2013

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR

masih kurangnya pemahaman tentang pemilihan model yang tepat dalam pembelajaran.

Dikarenakan sangat pentingnya membaca, dalam proses pembelajaran di kelas seyogianya digunakan berbagai model, metode atau strategi membaca yang dapat memotivasi siswa agar minat serta kemampuan membacanya meningkat. Grabe (Sharan 2012: 339) mengungkapkan bahwa penggunaan stategi membaca akan memudahkan pemahaman membaca. Keberhasilan belajar siswa akan tercapai apabila terjadi interaksi dua arah antara guru dengan siswa sudah dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran yang tepat menjadi hal yang penting untuk mendukung keberhasilan pembelajaran.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman adalah model Cooperative Learning (cooperatif Learning).

Slavin (Isjoni, 2010: 15) mengemukakan, “In Cooperative Learning methods,

students work together in four member teams to master material initiality presented by the teacher”. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran di mana sistem belajar

dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Dalam pembelajaran ini kegiatan aktif dengan pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa dan mereka bertanggung jawab atas hasil pembelajarannya, sedangkan guru bertindak ssebagai fasilitator aktivitas siswa. Hal ini memungkinkan siswa meraih keberhasilan dalam belajar, di samping itu juga dapat melatih siswa untuk

memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir maupunketerampilan sosial.

Ada banyak tipe dari model Cooperative Learning, salah satu model Cooperative Learning yang dapat digunakan dalam pembelajaran membaca

pemahaman adalah tipe Jigsaw. Lie (2008: 69) mengungkapkan bahwa Jigsaw bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara, serta cocok untuk semua kelas atau tingkatan. Dalam model Cooperative Learning tipe Jigsaw, siswa bekerja dalam tim yang heterogen. Para

(9)

“lembar ahli” yang terdiri atas topik-topik yang berbeda yang harus menjadi fokus perhatian masing-masing anggota tim saat mereka membaca.

Jigsaw dapat digunakan untuk aktivitas-aktivitas membaca dan pemahaman.

Menurut Stevens et al. (Sharan, 2012: 339). Cooperative Learning telah dirasakan efisien untuk mengajarkan pemahaman membaca. Penulis dan para kolega ini menemukan kemajuan kesadaran metakognitif siswa dalam membaca pemahaman setelah mereka diajari dengan metode-metode Cooperative Learning, metakognisi mengacu pada kemampuan-kemampuan merencanakan, mengawasi, dan mengatur proses kognitif seseorang selama berlangsungnya pembelajaran. Dalam Cooperative Learning, siswa dilatih untuk mengungkapkan strategi membaca

yang digunakan. Prestasi membaca meningkat pesat dibandingkan yang terjadi pada siswa di kelas membaca tradisional. Ini berkaitan dengan fakta bahwa Cooperative Learning di kelompok-kelompok kecil menyediakan program untuk

melakukan analisis berbagai sisi, diskusi, dan sintesis gagasan yang dapat mengarah pada tingkat pemikiran dan pemahaman yang lebih tinggi (Sharan, 2012: 340).

Berangkat dari uraian di atas, penerapan model kooperatif tipe Jigsaw dianggap dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa Sekolah Dasar. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengkaji hal tersebut melalui judul

“Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Sekolah Dasar (Penelitian Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas IV SD Negeri Sindangsari Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta

Tahun Ajaran 2012/2013)”.

B. Rumusan Masalah

(10)

Fitriana, 2013

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR

Pembelajaran bahasa Indonesia difokuskan pada empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, membaca, menulis dan berbicara. Salah satu aspek keterampilan berbahasa adalah membaca, dalam praktinya di Sekolah Dasar, keterampilan membaca pemahaman masih rendah, hal tersebut harus dapat diatasi karena membaca pemahaman mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran dan kegiatan membaca selalu ada pada setiap mata pelajaran. Oleh karena, itu siswa harus dibekali kemampuan membaca yang memungkinkan mereka memperoleh dan memahami informasi.

Berangkat dari uraian di atas, rumusan masalah yang diangkat dalam kajian ini adalah:

1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan membaca pemahaman siswa yang

memperoleh pembelajaran model Cooperative Learning tipe Jigsaw dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?

2. Bagaimana aktivitas siswa selama proses pembelajaran bahasa dengan

menggunakan model Cooperative Learning tipe Jigsaw?

C.Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan yang hendak dicapai dalam kajian ini adalah ingin mengetahui besar kecilnya angka korelasi antara model Cooperative Learning tipe Jigsaw dengan kemampuan membaca pemahaman di Sekolah Dasar. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Perbedaan kemampuan membaca pemahaman siswa yang memperoleh

pembelajaran model Cooperative Learning tipe Jigsaw dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

2. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran bahasa dengan menggunakan

model Cooperative Learning tipe Jigsaw.

D. Metode Penelitian

Penelitian ini bermaksud mengkaji sebab akibat penerapan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dalam pembelajaran membaca pemahaman di sekolah

(11)

eksperimen kuasi (Quasi-experimental research), yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan yang dapat diperoleh yang sebenarnya dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variable yang relevan. (TR, 2010: 15).

Penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimen dengan desain “Nonequivalent Control Group Design”” yaitu suatu kelompok subyek sebagai kelompok eksperimen dan kelompok yang kedua sebagai kelompok kontrol, dan pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2009: 79).

Kelompok eksperimen menggunakan model Cooperative Learning tipe Jigsaw, sementara kelompok kontrol tidak diperlakukan sama seperti kelompok

eksperimen, pembelajaran dilakukan dengan model konvensional atau mengikuti standar yang berlaku di sekolah tersebut. Penelitian ini melibatkan variabel bebas dan terikat yang dapat dibedakan sebagai berikut.

1. Variabel bebas : model Cooperative Learning tipe Jigsaw

2. Variabel terikat : membaca pemahaman

Gambaran dari desain penelitian ini dapat dinyatakan dalam tabel sebagai berikut:

Keterangan:

OІ dan OЈ = Pretest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen

OЇ dan OЉ = Postest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen

X = Penggunaan model Cooperative Learning tipe Jigsaw pada

kelas eksperimen

Pengaruh penerapan model Cooperative Learning tipe Jigsaw adalah (OЇ - OІ) –

(OЉ - OЈ). (Sugiyono, 2009: 79).

OІ X OЇ

(12)

Fitriana, 2013

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR

E. Manfaat Penelitian

Secara umum, manfaat dari hasil penelitian ini didapat informasi baru tentang seberapa besar pengaruh model Cooperative Learning tipe Jigsaw terhadap kemampuan membaca pemahaman di Sekolah Dasar. Adapun manfaat praktis dari kajian ini adalah:

a. Bagi siswa

Hasil penelitian ini merupakan langkah untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa sehingga hasil belajar lebih meningkat. Khususnya pada pembelajaran membaca pemahaman.

b. Bagi guru

Penelitian ini diharapkan menjadi alternatif perbaikan pembelajaran bahasa Indonesia dan meningkatkan kemampuan guru dalam kegiatan pengembangan profesinya.

c. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan inovasi model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

d. Bagi Universitas Pendidikan Indonesia

Memberikan sumbangan pemikiran bagi mahasiswa UPI khususnya jurusan PGSD untuk mengembangkan pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar dalam rangka memilih model pembelajaran yang tepat.

F. Sistematika Laporan Penelitian

Kajian ini terdiri dari lima bab. Diawali bab pendahuluan dan diakhiri dengan bab kesimpulan dan saran dengan rincian sebagai berikut:

Bab I, merupakan bab pendahuluan yang berisikan: a) latar belakang masalah, b) rumusan masalah, c) tujuan penelitian, d) metode penelitian, e) manfaat penelitian, dan f) sistematika laporan penelitian.

(13)

terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa Sekolah Dasar yang berisikan: a) hakikat belajar dan pembelajaran yang meliputi pengertian belajar dan pembelajaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, b) hakikat pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar yang meliputi latar belakang pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar, c) hakikat model Cooperative Learning yang meliputi pengertian model pembelajaran, pengertian model

Cooperative Learning, unsur-unsur model Cooperative Learning, teori-teori

pendukung model Cooperative Learning, tipe-tipe model Cooperative Learning, tahapan-tahapan dalam menggunakan model Cooperative Learning serta kelebihan dan kekurangan model Cooperative Learning, d) hakikat model Cooperative Learning tipe Jigsaw yang meliputi pengertian model Cooperative

Learning tipe Jigsaw dan langkah-langkah pembelajaran Jigsaw, e) hakikat

membaca pemahaman yang meliputi pengertian membaca, pengertian membaca pemahaman, tahap-tahap membaca pemahaman, tujuan membaca pemahaman dan faktor-faktor yang mempengaruhi proes membaca pemahaman, f) penerapan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dalam pembelajaran membaca pemahaman, g) langkah-langkah penerapan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dalam pembelajaran membaca pemahaman di kelas IV SD, dan h)

penelitian yang relevan.

Bab III, merupakan metode penelitian yang berisikan : a) lokasi dan subjek penelitian meliputi lokasi, populasi dan sampel penelitian, b) desain dan variabel penelitian, c) metode penelitian, d) definisi operasional e) instrumen penelitian meliputi tes dan lembar observasi, f) prosedur penelitian meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi, dan g) proses pengembangan instrumen meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji daya pembeda dan analisis tingkat kesukaran , h) analisis data meliputi uji normalitas, uji homogenitas, uji perbedaan dua rata-rata dan analisis data nontes.

Bab IV, merupakan hasil penelitian dan pembahasan: a) hasil penelitian dan b) pembahasan hasil penelitian.

(14)

Fitriana, 2013

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi

Penelitian eksperimen kuasi untuk mengkaji pengaruh model Cooperative Learning tipe Jigsaw terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa Sekolah

Dasar ini mengambil lokasi SD Negeri Sindangsari Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta Tahun Ajaran 2012/2013 atas dasar pertimbangan sebagai berikut:

a. Kualifikasi guru-guru yang bertugas rata-rata sudah berkualifikasi D2 dan S1

sehingga diharapkan dapat membantu peneliti dalam memberikan arahan dan masukan-masukan yang bersifat membangun.

b. SD Negeri Sindangsari merupakan salah satu SD yang memiliki kelas IV

sebanyak tiga rombongan belajar, yaitu kelas IVA dan IVB dan IVC, sehingga memudahkan peneliti untuk menentukan ke dua kelas tersebut sebagai kelas kontrol (KK) dan kelas eksperimen (KE)

2. Populasi

Arikunto (2010: 173) mengungkapkan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dari pendapat Arikunto tersebut dapat diketahui bahwa populasi merupakan keseluruhan subyek yang memiliki karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah kelas 4, 5, dan 6 SD Negeri Sindangsari yang merupakan kelas tinggi yang mendapatkan pelajaran membaca pemahaman.

3. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tertentu. (Sugiyono, 2009: 81). Cara pengambilan sampel pada penelitian ini dengan cara purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010: 68). Pengambilan sampel ini tidak

(15)

memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi anggota populasi, tetapi berdasarkan pada pertimbangan tertentu dan berdasarkan kebutuhan peneliti. Adapun yang ditetapkan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah kelas IVA sebagai kelas kontrol, dan kelas IVC sebagai kelas ekaperimen.

B. Desain dan Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimen dengan desain

“Nonequivalent Control Group Design”” yaitu suatu kelompok subyek sebagai kelompok eksperimen dan kelompok yang kedua sebagai kelompok kontrol, dan pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan peneliti (Sugiyono, 2009: 79).

Kelompok eksperimen menggunakan model Cooperative Learning tipe Jigsaw, yaitu membaca, diskusi kelompok ahli, diskusi kelompok inti dan

evaluasi berupa tes. Sebelum diberi perlakuan model Cooperative Learning tipe Jigsaw, akan dilakukan pretes (tes awal) membaca pemahaman terhadap kelas

eksperimen maupun terhadap kelas kontrol. Setelah dilakukan pretes, kemudian kelas eksperimen diberikan perlakuan (treatment) yaitu dengan penerapan model Cooperative Learning tipe Jigsaw sebagaimana tersebut di atas, sementara itu

kelompok kontrol tidak diperlakukan sama seperti kelompok eksperimen, pembelajaran dilakukan dengan model konvensional atau mengikuti standar yang berlaku di sekolah tersebut. Setelah kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi perlakuan dengan model pembelajaran yang berbeda, kemudian dilakukan postes (tes akhir) terhadap materi membaca pemahaman yang telah disampaikan pada periode pelaksanaan eksperimen. Penelitian ini melibatkan variabel bebas dan terikat yang dapat dibedakan sebagai berikut.

1. Variabel bebas : model Cooperative Learning tipe Jigsaw

2. Variabel terikat : membaca pemahaman

Gambaran dari desain penelitian ini dapat dinyatakan dalam tabel sebagai berikut:

(16)

Fitriana, 2013

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR

Keterangan:

O dan O = Pretes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen

O dan O = Postes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen

X = Penggunaan model Cooperative Learning tipe Jigsaw pada kelas

eksperimen

Pengaruh penerapan model Cooperative Learning tipe Jigsaw adalah (O - O )

– (O - O ). (Sugiyono, 2009: 79).

C. Metode Penelitian

Penelitian ini bermaksud mengkaji sebab akibat penerapan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dalam pembelajaran membaca pemahaman di Sekolah

Dasar. Oleh karena itu, metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen semu (Quasi-experimental research), yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan yang dapat diperoleh yang sebenarnya dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan. (TR, 2010: 15).

Penelitian ini memiliki kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, di mana kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak diberi perlakuan model Cooperative Learning tipe Jigsaw, sedangkan kelompok eksperimen adalah

kelompok yang mendapat perlakuan model Cooperative Learning tipe Jigsaw.

D. Definisi Operasional Penelitian

Dalam kajian terdapat istilah-istilah yang perlu dijelaskan maknanya guna memenuhi rambu-rambu penelitian dan juga memahami makna yang dimaksud di dalam naskah penelitian. Istilah-istilah dimaksud adalah:

1. Kemampuan membaca pemahaman

(17)

dikaji adalah pada tingkat Sekolah Dasar, yaitu di kelas tinggi, yang bertujuan agar siswa mampu memahami, menafsirkan serta menghayati isi bacaan.

2. Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw

Model Cooperative Learning tipe Jigsaw merupakan model Cooperative Learning dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Jigsaw, proses pembelajaran yang berlangsung dapat lebih bermakna. Dalam kelas Jigsaw, siswa dibagi

kedalam kelompok-kelompok kecil yang disebut dengan “kelompok inti (asal)”,

masing-masing anggota kelompok dalam kelompok inti diberikan teks bacaan dengan topik yang berbeda tetapi dalam tema yang sama. Kemudian siswa yang mendapatkan teks bacaan dengan tema yang sama bergabung menjadi satu kelompok yang disebut dengan “kelompok ahli”, dalam kelompok ahli siswa mempelajari teks bagiannya tersebut dan mendiskusikan dengan sesama temannya di kelompok ahli tersebut. Setelah itu, siswa kembali lagi ke kelompo inti, di

dalam kelompok inti siswa dengan “ahli” yang berbeda-beda secara bergiliran

menjadi “tutor” untuk mengajari teman-temannya, mengungkapkan

pemahamannya dan meyampaikan informasi dari yang di dapat setelah mereka memperolehnya di kelompok ahli.

E. Instrumen Penelitian 1. Tes

(18)

Fitriana, 2013

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR

individu atau kelompok. Pada penelitian ini, tes diberikan untuk mengukur pencapaian pemahaman siswa terhadap isi teks bacaan yang telah dibaca.

Tes yang digunakan adalah posttest, yaitu tes yang diberikan setelah perlakuan diberikan. Tipe tes yang akan diberikan berupa tes objektif berbentuk pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengamati kegiatan proses pembelajaran di kelas. Observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung pada kelas eksperimen. Observasi bertujuan untuk mengetahui aktivitas, kinerja, partisipasi dan keterampilan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Jigsaw.

“Observasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap.” (Arikunto, 2010: 199). Dari pengertian tersebut observasi sebagai alat pengumpul data memusatkan perhatian pada objek yang diteliti dengan menggunakan seluruh indra. Pada proses pengamatan, peneliti menggunakan observasi sistematis, di mana pengamat mengamati objek penelitian dengan menggunakan pedoman pengamatan observasi atau sistem tanda (sign system), yang berisi daftar jenis kegiatan yang akan diamati. Observator

(pengamat) tinggal memberikan tanda pada kolom tempat kegiatan atau peristiwa tersebut muncul.

F. Prosedur Penelitian

Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu: (1) tahap perencanaan; (2) tahap pelaksanaan; (3) tahap refleksi dan evaluasi. Tahapan-tahapan di atas terperinci sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan

Terdapat beberapa hal yang dilakukan dalam tahap perencanaan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

a. Identifikasi permasalahan mengenai bahan ajar, merecanakan pembelajaran

(19)

b. Melakukan perizinan tempat untuk penelitian.

c. Menentukan dan memilih sampel dari populasi yang telah ditentukan.

d. Menyusun instrumen penelitian.

e. Menyusun instrumen evaluasi berupa tes objektif.

f. Melakukan uji coba instrumen evaluasi yang akan digunakan agar diketahui

kualitasnya. Uji coba instrumen evaluasi diberikan kepada siswa yang bukan merupakan sampel penelitian tetapi dalam populasi yang sama, dan mempunyai kemampuan yang setara dengan siswa yang dijadikan sampel penelitian.

g. Analisis kualitas atau kriteria instrumen evaluasi, dengan menghitung

validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda 18 soal yang akan diujikan.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran terdiri atas pelaksanaan pretest, perlakuan dan pelaksanaan posttest, yang akan dijabarkan sebagai berikut:

a. Pelaksanaan pretes (tes awal)

Pretes dilaksanakan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa terhadap teks membaca pemahaman yang akan diujikan dengan tes berjumlah 12 soal. Pretest dilakukan di kedua kelas yang dijadikan sampel penelitian, yaitu di kelas kontrol dan di kelas eksperimen.

b. Perlakuan

Perlakukan dilaksanakan selama 1 kali pertemuan. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan terlampir dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun (lihat lampiran 1).

(20)

Fitriana, 2013

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR

c. Pelaksanaan postes (tes akhir)

Postes dilaksanakan untuk menguji pengetahuan siswa terhadap teks membaca pemahaman setelah diberikan perlakuan tertentu dengan tes berjumlah 12 soal, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. Hasil postes tersebut selanjutnya dibandingkan dengan hasil pretes di kedua kelas yang telah dilakukan sebelumnya, kemudian data-data hasil pretes dan postes diolah dalam pengolahan data.

3. Tahap Evaluasi

Pada tahap ini, data pretes dan postes siswa dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dikumpulkan untuk diolah kemudian dilakukan uji normalitas, homogenitas dan pengujian hipotesis penelitian.

G. Proses Pengembangan Instrumen 1. Uji validitas

“Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2010: 348).”

Uji validitas dapat ditentukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment, yang dikemukakan oleh Person. Adapun rumus validitas yang digunakan

yaitu dengan angka kasar, sebagai berikut (Arikunto, 2010: 72):

= �Σ − Σ (Σ )

(�Σ 2− Σ )2 (�Σ 2− Σ )2

Keterangan:

: Koefisiensi korelasi antara X dengan Y

(21)

Tabel 3.1.

Interpretasi Koefisien Korelasi Product Moment

Angka korelasi Makna siswa kelas IV B SDN Sindangsari adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2.

Tingkat Validitas Instrumen Tes Membca Pemahaman No.

thitung ttabel Keterangan

(22)

Fitriana, 2013

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR

15 0,498 Cukup tinggi 3,365 > 1,697 Valid

16 0,284 Rendah 1,670 < 1,697 Tidak Valid

17 0,600 Tinggi 4,374 > 1,697 Valid

18 0,548 Cukup tinggi 3,839 > 1,697 Valid

Dari 18 soal untuk menguji kemampuan membaca pemahaman tersebut telah dihitung hasilnya dan diperoleh 5 soal (soal nomor 2, 5, 6, 11 dan 16) tidak valid dan memiliki validitas rendah. Soal nomor 4 adalah soal yang valid tapi memiliki validitas rendah sehingga tidak akan digunakan dalam penelitian sebagai soal tes. 10 soal (soal nomor 1, 3, 7, 8, 10, 12, 13, 14, 15, dan 18) mempunyai validitas cukup tinggi dan 2 soal (soal nomor 9 dan 17) memiliki validitas tinggi. Jadi soal-soal yang akan digunakan dalam penelitian sebagai soal-soal pretes dan postes adalah soal yang memiliki validitas cukup tinggi dan tinggi terdapat 12 soal (soal nomor 1, 3, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15 17, dan 18). Perhitungan lengkap terdapat dalam lampiran 4 halaman 106-115.

2. Uji Reliabilitas

Arikunto (2010: 86) mengungkapkan bahwa, “reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan”. Suatu tes dikatakan memiliki taraf kepercayaan yang tinggi apabila instrumen tersebut dapat memberikan hasil yang tetap atau memiliki keajegan. Seandainya ada perubahan pada hasil tes, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.

Adapun dalam penelitian ini, pengujian reliabilitas menggunakan metode Belah Dua (Split Half Method) Spearman Brown dengan rumus (Akdon dan Hadi, 2005: 148) :

(23)

Tabel 3.3.

Interpretasi Derajat Reliabilitas Nilai r11 Interpretasi

r11< 0,20 Sangat Rendah

Perhitungan reliabilitas terdapat pada lampiran halaman 116-117. Hasil pengujian reliabilitas 18 item soal membaca pemahaman diperoleh nilai uji reliabilitas sebagai berikut:

Tabel 3.4.

Tingkat Reliabilitas Instrumen Tes Membaca Pemahaman No

Soal

r11 Makna rtabel Keterangan

(24)

Fitriana, 2013

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR

Dari 18 soal yang diujikan telah dihitung reliabilitasnya, dari perhitungan diperoleh 5 soal (soal nomor 3, 9, 14, 17 dan 18) memiliki reliabilitas tinggi, 9 soal (soal nomor 1, 4, 7, 8, 10, 12, 13, 15 dan 16) memiliki reliabilitas sedang, dan 4 soal (soal nomor 2, 5, 6, dan 11) memiliki reliabilitas rendah.

3. Uji Daya Pembeda

Daya pembeda digunakan untuk mengukur apakah soal dapat membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi (pandai) dengan siswa yang berkemampuan rendah (kurang). Untuk menentukan daya pembeda digunakan rumus (Arikunto, 2007: 213) :

DP= BA

JA = banyaknya peserta tes kelompok atas JB = banyaknya peserta tes kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang digunakan adalah: D : 0,00 – 0,20 : jelek

D : 0,20 – 0,40 : cukup

(25)

Tabel 3.5.

Tingkat Daya Pembeda Instrumen Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Nomor Item Soal Nilai Interpretasi

1 0,60 Baik

(26)

Fitriana, 2013

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR

4. Analisis Tingkat Kesukaran

Arikunto (2007: 207) mengungkapkan bahwa soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Untuk menghitung tingkat kesukaran soal, digunakan rumus (Arikunto, 2007: 208):

Rumus:

P = B JS

Keterangan:

P : tingkat kesukaran

B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS : jumlah seluruh siswa peserta tes

Untuk menafsirkan tingkat kesukaran soalnya dapat digunakan kriteria sebagai berikut (Arikunto, 2007: 208):

a) Soal dengan P 1,00 sampai 0,30 adalah soal sukar

b) Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang

c) Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah

Tabel 3.6.

Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Membaca Pemahaman Nomor Item Soal Nilai Interpretasi

(27)

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dari analisis tingkat kesukaran soal membaca pemahaman terdapat dua soal mudah, 12 soal sedang dan lima soal sukar. Soal dengan kriteria sukar, sedang maupun mudah dapat

digunakan sebagai instrumen penelitian. Perhitungan lengkap tersaji pada

lampiran halaman 120-121.

H. Analisis Data

Data hasil tes yang diperoleh kemudian dikumpulkan dan diolah. Teknik yang digunakan yaitu pengolahan kuantitatif dari hasil pretes dan postes untuk kemudian diteliti dan ditabulasikan untuk mengetahui rata-rata, standar deviasi, dan variansi. Setelah itu dilakukan uji normalitas, homogenitas, dan uji perbedaan rata-rata.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas data dapat dilakukan dengan berbagai cara, dalam penelitian ini digunakan Uji Liliefors untuk menguji normalitas sebab instrumen tes yang digunakan adalah pilihan objektif atau data tunggal, dengan rumus sebagai berikut:

L

o

= F

(z)

S

(z)

Syah (Ratna, 2012: 38)

11 0,11 Sukar

12 0,44 Sedang

13 0,47 Sedang

14 0,11 Sukar

15 0,58 Sedang

16 0,14 Sukar

17 0,58 Sedang

(28)

Fitriana, 2013

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR

Keterangan:

Lo : Liliefors

F (z) : Proporsi kumulatif

S (z) : Frekuensi kumulatif

Adapun langkah-langkah penghitungan normalitas data dengan menggunakan Liliefors adalah sebagai berikut:

a. Membuat tabel dengan kolom nilai (x), z, F(x), S(x), dan |F(x)-S(x)|.

b. Menentukan z-score dengan rumus:

= −

Keterangan : z : skor z

xi : batas atas kelas interval : nilai rata – rata

s : simpangan baku

Ruseffendi (Wulansuci, 2012: 59)

c. Menentukan luas daerah z atau proporsi kumulatif F(x) dengan cara :

z tabel + 0,5 (untuk z-score positif) dan 0,5 z tabel (untuk z-score negatif).

d. Menentukan S(x) dengan rumus:

� = � �

� (� � )

e. Menentukan nilai |F(x)-S(x)|.

f. Cari nilai |F(x)-S(x)| terbesar sebagai penguji normalitas.

g. Bandingkan |F(x)-S(x)| dengan nilai kuantil liliefors pada tabel, dengan taraf

(29)

2. Uji Homogenitas

Setelah melakukan uji normalitas data, maka akan diketahui bahwa data berdistribusi normal atau tidak. Jika data berdistribusi normal, pengolahan data

dapat dilanjutkan dengan menguji homogenitas. Uji homogenitas

mengindikasikan kehomogenan data dalam mewakili populasi yang sama. Namun apabila salah satu data dari populasi tidak berdistribusi normal, maka pengolahan data dapat dilanjutkan dengan perhitungan statistik non-parametrik. Uji homogenitas sampel dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

F hitung =

� � � �

Riduwan (2009: 158)

Kriteria pengujian:

Jika: F hitung > F tabel, tidak homogen. Jika: F hitung < F tabel, homogen.

3. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata

Jika populasi berdistribusi normal dan homogen, maka uji perbedaan menggunakan statistik parametrik dengan rumus uji-t. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut.

Hipotesis Nol : Tidak ada perbedaan kemampuan membaca pemahaman

antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen (tidak ada pengaruh).

H0 : 1 = 2 (Tidak berbeda)

Hipotesis Alternatif : Terdapat perbedaan kemampuan membaca pemahaman antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen

(30)

Fitriana, 2013

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR

Jumlah siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda (n1≠n2) dan kedua

populasi homogen, maka uji perbedaan rata-rata menggunakan rumus uji-t Polled Varian, yaitu sebagai berikut (Sugiyono, 2010: 138) :

= 1− 2 separated varian, yaitu sebagai berikut :

= 1− 2

12 1+

22 2

Populasi tidak selalu berdistribusi normal, Jika populasi tidak berdistribusi normal maka uji perbedaan dua rata-rata dilakukan dengan uji nonparametrik, yaitu uji Mann Withney U-Test, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Kedua sampel digabungkan dan diberi peringkat.

(31)

c. Jika n1 dan n2 kurang dari sama dengan 20 maka hipotesis dapat langsung

diuji dengan melihat tabel uji Mann Withney U-Test. Jika n1 dan n2 lebih besar

dari 20, maka digunakan rumus z sebagai berikut, Ruseffendi (Wulansuci, 2012: 62):

=

1

2

1 2

1 2 1

+

2

+ 1

12

Nilai U yang digunakan pada rumus z di atas dipilih dari nilai U yang terkecil

dari hasil penghitungan sebelumnya yaitu U1 atau U2. Kemudian menetapkan

taraf signifikansi, dan membandingkan hasil dari zhitung dengan ztabel. Jika zhitung <

ztabel, maka H0 ditolak, dan H1 diterima.

4. Analisis Data Indeks Gain

Perhitungan data indeks gain dilakukan untuk mengetahui kualitas peningkatan kemampuan membaca pemahaman kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari hasil skor pretes dan postes siswa dianalisis untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca pemahaman. Skor pretes dan postes siswa kelas eksperimen dianalisis dengan cara membandingkan dengan skor pretes dan postes siswa kelas kontrol. Peningkatan kemampuan membaca pemahaman sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus gain ternormalisasi sebagai berikut, Meltzer (Putri, 2006: 79):

� � (�) = � − � �

− � �

Kategori gain ternormalisasi (g) menurut Meltzer (Putri, 2006: 79) adalah :

g < 0,3 : rendah

0,3 < g < 0,7 : sedang

(32)

Fitriana, 2013

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR

Setelah menghitung indeks gain, kemudian dilakukan uji normalitas, homogenitas dan uji perbedaan rata-rata terhadap indeks gain untuk melihat perbedaan peningkatan kemampuan membaca pemahaman antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

5. Analisis Data Non Tes

a. Analisis data lembar observasi

(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai pengaruh model Cooperative Learning tipe Jigsaw terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa, disimpulkan bahwa :

1. Terdapat perbedaan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV

Sekolah Dasar yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dengan siswa yang memperoleh

pembelajaran konve, terlihat dari hasil analisis uji perbedaan rata-rata data postes, dengan thitung = 5,369 dan ttabel = 2,021, sehingga thitung > ttabel, artinya

H0 ditolak dan H1 diterima, yang artinya hasil data postes menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan kemampuan membaca pemahaman siswa yang memperoleh pembelajaran model Cooperative Learning tipe Jigsaw dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

2. Aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung di kelas eksperimen

antusias dan suasana kelas menjadi aktif karena semua siswa ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran, siswa berani mengungkapkan pendapatnya, serta dapat memiliki kerja sama yang baik, karena pada tahapan-tahapn pembelajran model Cooperative Learning tipe Jigsaw siswa diberikan

kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan mengkonstruksi

pemahamannya sendiri, sehingga pembelajaran menjadi bermakna.

B. Saran

(34)

Fitriana, 2013

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR

dapat membangkitkan minat pembaca untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait model Cooperative Learning tipe Jigsaw dan kemampuan membaca pemahaman.

Adapun bagi guru yang ingin menerapkan model Cooperative Learning tipe Jigsaw guna meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa yaitu

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Apriyanti, I.D. (2012). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis (Studi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA Negeri 6 Bandung tahun Ajaran 2011/2012). Skripsi pada UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Ahuja dan Ahuja. (2010). Membaca Secara Efektif dan Efisien. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Akdon dan Sahlan, H. (2005). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian Untuk Administrasi & Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.

Arikunto, Suharsimi. (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Cahyani, Isah dan Hodijah. (2007). Kemampuan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Bandung: UPI Press.

Gintings, Abdorrakhman. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Humaniora.

Hernawan, A. dkk. (2007). Belajar dan Pembelajaran SD. Bandung: UPI Press.

Isjoni. (2010). Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Lie, Anita. (2008). Cooperative Learning . Jakarta: Gramedia.

Muslich, M. dan I Gusti N.O. (2010). Perencanaan Bahasa pada Era Globalisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyasa, E. (2011). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Rosda

Putri, Hafiziani Eka. (2006). Penerapan Pembelajaran Kontekstual dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Koneksi Matematik Siswa SMP. Tesis pada UPI: Tidak Diterbitkan.

(36)

Fitriana, 2013

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ratna, N. (2012). Penerapan Strategi Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review (PQ4R) Terhadap Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Peserta Didik Sekolah Dasa (Penelitian Eksperimen Kuasi pada Peserta Didik Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Maracang, Kecamatan Babakan Cikao Kabupaten Purwakarta Tahun Ajaran 2011/2010). Skripsi Pada Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Purwakarta: Tidak Diterbitkan.

Resmini, N dan Dadan Juanda. (2007). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Bandung: UPI Press.

Riduwan. (2009). Pengantar Statistika Sosial. Bandung: Alfabeta.

Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Sharan, Shlomo. (2012). The Handbook of Cooperative Learning . Yogyakarta: Familia.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, R. E. (2008). Cooperative Learning (Teori, Riset dan Praktek). Bandung: Nusa Media.

Somadayo, Samsu. (2011). Stratgi dan Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta: Cahaya Ilmu.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suherman. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA.

Sujani, Wida. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Kritis dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas IV Sekolah Dasar (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SDN Saluyu 2 Kecamatan Cibeunying Kidul Kota Bandung, Tahun Ajaran 2010/2011). Skripsi pada UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

(37)

Tarigan. (2008). Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

TR, Burhanuddin. (2010). Pendekatan, Metode, dan Teknik Penelitian Pendidikan. Purwakarta: Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Purwakarta

UPI. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Wardhani, A.K. (2012). Kefektifan Penggunaan Media Lagu dalam Pembelajaran menyimak Cerita Anak di Sekolah Dasar (Penelitian Eksperimen Kuasi di kelas 3 SDN 2 Maracang Kecamatan Babakancikao Kabupaten Purwakarta Tahun 2012/2013). Skripsi Pada UPI Kampus Purwakarta: Tidak Diterbitkan.

Gambar

Gambaran dari  desain penelitian ini dapat dinyatakan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1.
Tabel 3.3.
Tabel 3.5. Tingkat Daya Pembeda Instrumen Tes Kemampuan Membaca Pemahaman
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penalaran matematis dan partisipasi kontributif siswa kelas VII C SMP N 1 Sumbang melalui pembelajaran SAVI (Somatis Auditori

Variabel reliability (X 2 ), yang meliputi indikator petugas memberikan pelayanan yang tepat, petugas memberikan pelayanan yang cepat, petugas memberikan pelayanan

Analisis stilistika pada ayat tersebut adalah Allah memberikan perintah kepada manusia untuk tetap menjaga dirinya dari orang-orang yang akan mencelakainya dengan jalan

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

Hasil penelitian untuk faktor permintaan secara simultan ada pengaruh nyata antara tingkat pendapatan, selera, jumlah tanggungan dan harapan masa yang akan datang

Berdasarkan pengamatan kemampuan berbahasa siswa pada siklus 1 telah mengalami peningkatan dari pratindakan walaupun belum mencapai persentase KKM yang telah ditentukan.

Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja