• Tidak ada hasil yang ditemukan

TATA CARA PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TATA CARA PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

i

TATA CARA PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN

PASAL 25 WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Oleh :

APRILLYANI SAKA RUDIN RAHMAWATI NIM : 1306043030

Tugas Akhir ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Perpajakan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Denpasar

(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Akhir Studi ini telah diuji oleh tim penguji dan di setujui oleh

pembimbing, serta diuji pada tanggal :

………..

Tim penguji : Tanda Tangan

1. Ketua : Dr. I Gde Ary Wirajaya, SE.,M.Si.,Ak ………

2. Sekertaris : Dr. I Gde Ary Wirajaya, SE.,M.Si.,Ak ………

Mengetahui,

Ketua Program Pembimbing

(Drs. I Komang Ardana, MM) (Dr. I Gde Ary Wirajaya, SE.,M.Si.,Ak)

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

rahmat dan anugrahnya, penulis dapat menyelesaikan yang berjudul Tugas Akhir

Studi (TAS) yang berjudul “Tata Cara Perhitungan Dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 25 Wajib Pajak Orang Pribadi”.

Penyusunan TAS ini merupakan syarat untuk menyelesaikan studi pada

Program Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Udayana. Dalam penyusunan laporan ini penulis telah banyak memperoleh

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Bapak Drs. I Komang Ardana, MM selaku Ketua Program Diploma III

Fakultas Ekonomi dan bisnis Universitas Udayana.

3. Bapak Dr. I Gde Ary Wirajaya, SE.,Msi.,Ak selaku Dosen Pembimbing

Tugas Akhir Studi yang telah memberikan bimbingan dengan kesabaran,

ketulusan hati serta pengarahan sehingga penulis berhasil menyelesaikan

Tugas Akhir Studi.

4. Bapak Dr. I Gde Ary Wirajaya, SE.,M.Si.,Ak selaku Dosen Pembimbing

Akademik (PA) yang telah memberikan tuntunan dan nasehat selama masa

perkuliahan pada Program Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi dan

(4)

iv

5. Bapak dan Ibu dosen yang mengajar dan membimbing penulis selama

mengikuti perkuliah pada Program Studi Diploma III Perjakan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

6. Bapak Tamba Tuana Pakpahan, SE , SH. Selaku Pemimpin KKP Tamba

Tuana Pakpahan, SE SH. Yang telah memberikan ijin menggunakan data.

7. Seluruh staf KKP Tamba Tuana Pakpahan, SE , SH. Yang telah

membantu dan membimbing dalam pembuatan peneltian ini

8. Kedua Orang tua yang selalu memberikan dukungan moral maupun

material.

9. Teman dan Sahabat penulis di Program Diploma III Perpajakan yang tiada

henti memberikan masukan, dan semangat kepada penulis.

10.Semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, saran, dan kritik secara

langsung maupun tidak langsung sehingga menyelesaikan Tugas Akhir

Studi (TAS) ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih jauh dari

sempurna mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis

miliki. Namun, demikian Tugas Akhir Studi (TAS) ini di harapkan dapat

(5)

v

Denpasar, April 2016

(6)

vi

Judul : Tata Cara Perhitungan Dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 25 Wajib Pajak Orang Pribadi

Nama : Aprillyani Saka Rudin Rahmawati NIM : 1306043030

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tata cara perhitungan dan pelaporan pajak penghasilan pasal 25 Wajib Pajak Orang Pribadi pada Klien KKP Tamba Tuana Pakpahan, SE, SH.

Dalam penelitian yang dilakukan jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder. Semua data tersebut dikumpulkan dengan menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif komparatif.

Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa Tata cara perhitungan pajak penghasilan pasal 25 wajib pajak orang pribadi telah sesuai dengan ketentuan Undang-undang No.36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan hasil perhitungan dari 3 contoh klien dari KKP Tamba Tuana Pakpahan, SE, SH untuk SPT Tahunan PPh kurang atau lebih bayar Wajib Pajak Orang Pribadi terutang. SPT Tahunan PPh Wajib pajak orang pribadi terdiri dari 3 jenis formulir seperti formulir 1770 , 1770 S dan 1770 SS.

Kata Kunci : Tata Cara Perhitungan, pelaporan pajak, pajak penghasilan

(7)

vii DAFTAR ISI

Isi

Halaman

JUDUL……… i

LEMBAR PENGESAHAN ……….. ii

KATA PENGANTAR ……….. iii

ABSTRAK ……… vi

DAFTAR ISI ……… viii

DAFTAR TABEL ……… ix

DAFTAR GAMBAR ……… x

DAFTAR LAMPIRAN ……… xi

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

1.1 Latar Belakang……… 1

1.2 Tujuan Penelitian……….. 3

1.3 Kegunaan Penelitian……….. 3

1.4 Sistematika Penulisan……… 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA………. 5

2.1 Landasan Teori……….. 5

2.1.1 Pengertian Pajak……… 5

2.1.2 Fungsi Pajak……….. 6

2.1.3 Pengelompokkan Pajak………. 6

2.1.4 Sistem Pemungutan Pajak………. 8

2.1.5 Tarif Pajak……….. 9

2.1.6 Subjek dan Objek Pajak Penghasilan………….. 10

2.1.7 Pengertian SPT Tahunan ………. 16

2.1.8 Pajak Penghasilan Pasal 25……….. 16

2.1.9 Pelaporan Pajak………. 17

BAB III METODE PENELITIAN……….. 20

3.1 Lokasi Penelitian……… 20

3.2 Objek Penelitian………. 20

3.3 Jenis dan Sumber Data………. 20

3.3.1 Jenis Data……….………… 20

3.3.2 Sumber Data………. 21

3.4 Metode Penentuan Sampel……… 21

3.5 Metode Pengumpulan Data………. 22

(8)

viii

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN……….. 23

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian……… 23

4.1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan……… 23

4.1.2 Kegiatan Institusi………. 24

4.1.3 Struktur Organisasi dan Uraian Jabatan………….. 26

4.1.4 Tugas Wewenang dan Tanggung Jawab…………. 28

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian…..……….. 29

BAB V SIMPULAN DAN SARAN………. 43

5.1 Simpulan……….……….. 43

5.2 Saran……….……… 43

DAFTAR RUJUKAN

(9)

ix

DAFTAR TABEL No. Tabel

Halaman

2.1 Lapisan Kena Pajak……… 10

4.1 Tata Cara Perhitungan PPh Kurang Atau Lebih Bayar SPT Tahunan

Dengan Formulir 1770 SS ……… 30

4.2 Tata Cara Perhitungan PPh Kurang Atau Lebih Bayar SPT Tahunan

Menggunakan Formulir 1770 S ……….. 32

4.3 Laporan laba rugi Tuan S tahun 2015……….

34

4.4 Tata Cara Perhitungan PPh Kurang Atau Lebih Bayar SPT Tahunan

Dengan Formulir 1770 ……….. 38

4.5 Tata Cara Perhitungan PPh pasal 25

Wajib Pajak Orang Pribadi ……….

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

4.1.3 Sturktur Organisasi

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran

1. Lampiran Formulir SPT Tahunan 1770 SS

2. Lampiran Formulir SPT Tahunan 17170 S

(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak adalah iuran wajib kepada Negara yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut undang-undang iuran wajib yang tidak mendapat

prestasi kembali atau timbale balik secara langsung dan gunanya adalah

untuk membiayai pengeluaran umum berhubungan dengan tugas Negara

yang diselenggarakan oleh pemerintah (Mardiasmo,2011). Penerimaan

pajak suatu Negara diukur dari pertumbuhan ekonomi di Negara tersebut.

SPT Tahunan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk

melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau

bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan. SPT Tahunan berfungsi untuk

melaporkan dan mempertanggung jawabkan penghitungan jumlah pajak

yang sebenarnya terutang, SPT Tahunan ini juga berfungsi sebagai sarana

melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang di potong atau di

pungut dan di setorkan.

Wajib pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan surat

pemberitahuan yang telah di sampaikan dengan menyampaikan pernyataan

tertulis, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak Belum melakukan tindakan

pemeriksaan.

PPh pasal 25 adalah pembayar pajak penghasilan secara amgsuran.

Tujuannya yaitu untuk meringankanbeban wajib pajak, mengingat pajak

(13)

2

bulanan untuk bulan sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh

adalah sebesar angsuran pajak untuk bulan terakhir untuk tahun pajak yang

lalu.

Namun tidak semua orang pribadi mengetahui tentang PPh pasal 25,

untuk memperoleh gambaran lebih jelas tentang perpajakan, khususnya

mengenai bagaimana suatu perusahaan menentukan besarna pajak

penghasilan yang harus di laporkan dan di setorkan kepada pemerintah.

Banyakwajib pajak lebih memilih konsultan pajak untuk membantu dalam

pembayarannya, sebenarnya wajib pajak di harapkan untuk bias lebih aktif

sendiridalam menghitung perpajakannya karena pemerintah sudah

memudahkan dengan system online yang ada.

KKP Tamba Tuana Pakpahan, SE.,SH. Memiliki beberapa klien wajib

pajak orang pribadi yang memiliki usaha sendiri. Klien tersebut

memerlukan jasa konsultan untuk menghitung PPh terutang SPT Tahunan

Pajak Penghasilan Pasal 25 untu Wajib Pajak Orang Pribadi.

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi pokok

permasalahan penelitian ini adalah “Bagaimanakah Tata Cara

Perhitungan dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 25 Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Klien KKP Tamba Tuana Pakpahan, SE,SH.?” 1.2 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Tata Cara Perhitungan dan Pelaporan Pajak

Penghasilan Pasal 25 Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Klien KKP Tamba

Tuana Pakpahan, SE , SH.

(14)

3 1) Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui tata cara perhitungan dan pelaporan PPh Pasal 25 Wajib Pajak Orang Pribadi.

2) Manfaat Teoritis

Penulis berharap dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama

perkuliahan. Penelitian ini sangat bermanfaat bagi penulis dalam

memberikan pengetahuan tentang tata cara perhitungan dan pelaporan

pajak penghasilan pasal 25 wajib pajak orang pribadi serta aplikasinya

di lapangan.

1.4 Sistematika Penelitian

Untuk lebih jelas dan terarahnya penulisan ini, maka disajikan pokok

pembahasan yang dibagi menjadi lima bab yang masing-masing

mengandung pembahasan dengan rincian sebagai berikut.

BAB I Pendahuluan

Menguraikan tentang latar belakang masalah, pokok permasalahan,

tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka

Dalam bab ini diuraikan mengenai pengertian menurut para ahli

tentang pengertian pajak, fungsi pajak, pengelompokkan pajak,

system pajak, pengertian pajak penghasilan, subjek dan obek pajak

(15)

4

pengertian pasal 25, cara menghitung pasal 25, cara pelaporan pasal

25.

BAB III Metode Penelitian

Menguraikan tentang lokasi penelitian, ojek penelitian,identifikasi

variable, definisi operasional variable, jenis dan sumber data,

metode pengumpulan data, serta teknis analisis data.

BAB IV Pembahasan Hasil Penelitian

Merupakan deskripsi dari hasil penelitian yang sudah dilakukan

serta pembahasan hasil penelitian tersebut.

BAB V Simpulan dan Saran

Merupakan bab penutupnya ini menyimpulkan mengenai bab-bab

(16)

5 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak

Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang perubahan keempat atas undang – undang No. 6 tahun 1983 tentang

ketentuan umum dan tata cara perpajakan pada pasal 1 ayat 1 berbunyi

pajak adalah Kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang ,

dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan Negara bagi sebesar – besarnya kemakmuran rakyat.pengertian

tersebut ada beberapa komponen yaitu:

1) Pajak adalah Kontribusi Wajib Warga Negara

2) Pajak Bersifat Memaksa untuk setiap Warga Negara

3) Tidak Mendapat Imbalan Langsung

4) Berdasarkan Undang-undang

Menurut Rochmat Soemitro, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara

berdasarkan undang – undang (yang dapat di paksakan) yang tiada mendapat

jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat di tunjukkan dan yang

digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

2.1.2 Fungsi Pajak

Ada dua fungsi pajak yaitu.

(17)

6

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran

– pengeluarannya.

2) Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan

pemerintah dalam bidang social dan ekonomi.

Contoh:

a) Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk

mengurangi konsumsi minuman keras.

b) Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang - barang mewah untuk

mengurangi gaya hidup konsumtif.

c) Tarif pajak untuk eskpor sebesar 0%, untuk mendorong ekspor

produk Indonesia di pasaran dunia.

2.1.3 Pengelompokan Pajak Pajak menurut golongannya.

a) Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib

Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang

lain. Contoh: Pajak penghasilan.

b) Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat

dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak

Pertambahan Nilai.

Menurut sifatnya :

a) Pajak Subjektif,yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

(18)

7

b) Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa

memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Menurut lembaga pemungutannya

a) Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara. Contoh: Pajak

Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas

Barang Mewah, dan Bea Materai.

b) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah

terdiri atas:

- Pajak Propinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak

Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

- Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan

Pajak Hiburan.

2.1.4 Sistem Pemungutan Pajak

1) Official Assessment System

Adalah suatu system pemungutan yang member wewenang kepada

pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh

Wajib Pajak. Contoh: Pajak Bumi & Bangunan. Ciri – cirinya: wewenang

untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus, Wajib pajak

bersifat pasif, utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak

oleh fiskus.

(19)

8

Adalah suatu system pemungutan pajak yang member wewenang kepada

Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang.

Cirri-cirinya: wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada

Wajib Pajak sendiri, Wajib Pajak aktif mulai dari menghitung menyetor

dan melaporkan sendiri pajak yang terutang, Fiskus tidak ikut campur dan

hanya mengawasi.

3) With Holding System

Adalah suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan)

untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Cirri-cirinya: wewnang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada

pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.

2.1.5 Tarif Pajak

Ada 4 macam tarif pajak menurut (Mardiasmo 2016).

1) Tarif sebanding/proposional

Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang

dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional

terhadap besarnya nilai yang dikenai paja. Contoh: Untuk penyerahan

barang kena pajak didalam daerah pabean akan dikenakan pajak

pertambahan nilai sebesar 10%.

2) Tarif Tetap

Tarif berupa jumlah yang tetap ( sama) terhadap berapapun jumlah yang

(20)

9

Besarnya tarif Bea Materai untuk cek dan bilyet giro dengan nilai nominal

berapapun adalah Rp 3.000,00.

3) Tarif Progresif

Presentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai

pajak semakin besar. Contoh: Sesuai dengan pasal 17 ayat 1,

Undang-undang Nomor 36 tahun 2008 (Undang-Undang-undang tentang Pajak

Penghasilan) maka tarif potongan pajak penghasilan pribadi adalah

[image:20.595.182.502.453.649.2]

sebagai berikut.

Tabel 2.1 Lapisan Penghasilan Kena Pajak

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif

Sampai dengan Rp 50.000.000 5%

Diatas Rp 50.000.000 s.d Rp 250.000.000 15%

Diatas Rp 250.000.000 s.d Rp 500.000.000 25%

Diatas Rp 500.000.000 30%

Sumber: Peraturan Direktorat Jenderal Pajak: PER-36/PJ/2008

Tarif pajak diatas diberlakukan setelah Penghasilan Tidak Kena Pajak

(21)

10 4)Tarif Degresif

Presentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai

pajak semakin besar.

2.1.6 Subjek dan Objek Pajak Penghasilan 1) Subjek Pajak Penghasian

PPh merupakan termasuk pajak subjektif yakni pajak dikenakan karena

ada subjeknya, yakni mematuhi criteria yang ditetapkan dalam peraturan

perpajakan. Subjek Pajak terdiri dari.

a) Orang Pribadi

Kedudukan orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat

tinggal di Indonesia ataupun di luar Indonesia.

b) Warisan yang belum terbagi

Sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. Dalam hal ini warisan

yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan subjek pajak

pengganti, menggantikan meeka yang berhak yaitu ahli waris.

c) Badan

Badan yang sebagai objek pajak meliputi badan usaha atau non usaha.

Badan sebagai subjek tidak semata-mata yang bergerak dalam usaha

mencari keuntungan namun juga bergerak di bidang social,

kemasyarakatan dan sebagainya, sepanjang pendiriannya dikukuhkan

dengan akta pendirian oleh yang berwenang.

d) Bentuk Usaha Tetap (BUT)

Bentuk usaha tetap (BUT) adalah uasaha yang dipergunakan oleh orang

(22)

11

tidak lebih dari 183 ( seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu

12 (dua belas) bulan, atau juga badan yang tidak di dirikan atau bertempat

kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan

kegiatan di Indonesia. BUT dapat berupa.

- Tempat kedudukan manajemen

- Cabang perusahaan

- Kantor perwakilan

- Gedung kantor

- Pabrik

- Bengkel

- Pertambangan dan penggalian sumber daya alam, wilayah kerja

pengeboran yang digunakan untuk eksplorasi pertambangan

- Periklanan, pertanian, perternakan, perkebunan, atau kehutanan

- Proyek konstruksi, instalansi atau proyek perakitan

- Pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau oleh orang

lain, sepanjang dilakukan lebih dari enam puluh hari dalam jangka

waktu dua belas bulan

- Orang atau agen yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak

bebas

- Agen atau pegawai perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak

bertempat tinggal di Indonesia yang menerima premi atau menanggung

resiko di Indonesia

(23)

12

Objek PPh adalah penghasilan, menurut undang-undang PPh penghasilan

adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh

wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang

dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang

bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Penghasilan yang

termasuk sebagai objek pajak sesuai pasal 4 ayat (1) UU PPh telah diberikan

uraian mengenai objek PPh adalah sebagai berikut.

a) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang

diterima termasuk gaji, upah tunjangan, honorarium, komisi, bonus,

gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali

ditentukan lain oleh undang-undang PPh

b) Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan

c) Laba usaha

d) Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta

e) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai

biaya

f) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena penjaminan utang

g) Deviden, dengan nama dan bentuk apapun, termasuk deviden dari

perusahaan asuransi kepada pemegang polis, pembagian sisa dari hasil

usaha koperasi

h) Royalty

i) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta

j) Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala

(24)

13

l) Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing

m) Selisih lebih karena penilaian kembali asset

n) Premi asuransi

o) Iuran yang diterima perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari wajib

pajak yang menjalankan uasaha atau pekerjaan bebas, sepanjang iuran

tersebut ditentukan berdasarkan volume kegiatan uasaha atau pekerjaan

bebas anggotanya

p) Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum

dikenakan pajak

Berdasarkan Undang-undang PPh, Penghasilan yang merupakan objek PPh

final termasuk dalam pasal 4 ayat (2) yaitu.

- Bunga deposito dan tabungan-tabungan lainnya

- penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya dibursa efek

- penghasilan dan pengalihan harta berupa tanah atau bangunan

- penghasilan tertentu lainnya, seperti usaha migas dan lain sebagainya

Berdasarkan pasal 4 ayat (3) Undang-undang PPh, penghasilan yang tidak

termasuk objek pajak adalah.

a) Bantuan atau sumbangan, harta hibah yang diterima oleh keluarga sedarah

dalam garis keturunan sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat,

dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan social atau

pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri

Keuangan

(25)

14

c) Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti

saham atau penyertaan modal tunai

d) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang

diterima atau diperoleh dalam bentuk natura atau kenikmatan wajib pajak

atau pemerintah

e) Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan

dengan asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, dan beasiswa

f) Deviden wajib atau bagian laba yang diperoleh perseroan terbatas sebagai

wajib pajak dalam negeri, koperasi, yayasan atau organisasi sejenis, BUMN

atau BUMD dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan

bertempat kedudukan di Indonesia

g) Iuran yang diterima atau diperoleh dana pension yang pendiriannya telah

disahkan oleh Menteri Keuangan

h) Bagian laba yang diperoleh anggota perseroan komanditer yang modalnya

tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, fima dan kongsi

i) Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksa dana

j) Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa

bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan

usaha atau kegiatannya di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha

tersebut.

- Merupakan perusahaan kecil, menengah atau menjalankan kegiatan

dalam sector usaha yang ditetapkan Menteri Keuangan dan,

(26)

15 2.1.7 Pengertian SPT Tahunan

SPT Tahunan merupakan SPT yang digunakan untuk pelaporan tahunan.

Ada dua jenis SPT Tahunan yaitu, SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang

Pribadi dan SPT Tahunan Badan. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang

Pribadi terdiri dari 3 jenis formulir yaitu.

a) SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi 1770

Digunakan bagi orang pribadi yang sumber penghasilannya antara

lain dari usaha dan /atau pekerjaan bebas.

b) SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi 1770 S

Digunakan bagi orang pribadi yang sumber penghasilannya

diperoleh dari satu atau lebih pemberi kerja dan memiliki

penghasilan lainnya yang bukan dari kegiatan usaha dan/atau

pekerjaan bebas.

c) SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi 1770 SS

Digunakan bagi orang pribadi yang sumber penghasilannya dari

satu pemberi kerja (sebagai karyawan) dan jumlah penghasilan

brutonya tidak melebihi Rp. 60.000.000 setahun serta tidak

terdapat penghasilan lainnya kecuali penghasilan dari bunga bank

dan bunga koperasi.

2.1.8 Pajak Penghasilan Pasal 25

Ketentuan pasal 25 Undang-undang Pajak Penghasilan mengatur tentang

perhitungan besarnya angsuran bulanan yang harus dibayar sendiri oleh

Wajib Pajak dalam Tahun berjalan.

(27)

16

Besarnya angsuran pajak dalam tahun berjalan yang harus dibayar sendiri oleh

Wajib Pajak untuk setiap bulan adalah sebesar Pajak Tahunan Pajak Penghasilan

tahun pajak yang lalu dikurangi dengan.

a) Pajak penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam pasal 21

dan pasal 23, serta Pajak Penghasilan yang dipungut sebagaimana

dimaksud dalam pasal 22.

b) Pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh

dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 24.

2.1.9 Pelaporan Pajak

Sebagaimana ditentukan dalam Undang-undang perpajakan ,surat

pemberitahuan (SPT) mempunyai fungsi sebagai suatu sarana bagi wajib

pajak didalam melaporkan dan mempertanggung jawabkan perhitungan

jumlah pajak yang sebenarnya terutang. Selain itu surat pemberitahuan

berfungsi untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak baik yang

dilakukan wajib pajak sendiri maupun melalui mekanisme pemotongan dan

pemungutan yang dilakukan oleh pihak pemotong atau pemungut,

melaporkan harta dan kewajiban, dan pembayaran dari pemotong atau

pemungut tentang pemotongan dan pemungutan pajak yang telah dilakukan.

Sehingga surat pemberitahuan mempunyai makna yang cukup penting baik

bagi wajib pajak maupun aparatur pajak. Pelaporan pajak disampaikan ke

KPP atau KP2KP dimana wajib pajak terdaftar. SPT dapat dibedakan

sebagai berikut.

1) SPT Masa, yaitu SPT yang digunakan untuk melakukan pelaporan atas

(28)

17

21, PPh pasal 22, PPh pasal 23, PPh pasal 25, PPh pasal 26, PPh pasal 4

ayat 2, PPh pasal 15, PPN dan PPnBM, serta pemungutan PPN

2) SPT Tahunan, yaitu SPT yang digunakan untuk pelaporan tahunan. Ada

beberapa jenis SPT tahunan yaitu: Wajib Pajak Badan dan Wajib Pajak

Orang Pribadi

Keterlambatan pelaporan untuk SPT masa PPN dikenakan denda Rp

500.000, dan untuk SPT masa lainnya dikenakan denda sebesar Rp

100.000. sedangkan untuk keterlambatan SPT tahunan PPh OP

khususnya mulai tahun pajak 2008 dikenakan denda sebesar Rp

100.000, dan SPT tahunan PPh badan dikenakan denda Rp 1.000.000

Berikut batas waktu pembayaran dan pelaporan untuk kewajiban

perpajakan bulanan.

- No jenis SPT Masa

PPh pasal 25 ( angsuran pajak ) untuk wajib pajak Orang Pribadi dan

Badan. PPh pasal 25 ( angsuran pajak ) untuk Wajib Pajak criteria

tertentu

- Batas waktu pembayaran

Tanggal 15 bulan berikutnya

- Batas waktu pelaporan

Tanggal 20 bulan berikutnya

Pelaporan PPh pasal 25 bagi Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (OPPT) Bagi anda wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha sebagai

pedagang pengecer yang mempunyai 1 (satu)/ lebih tempat usaha namun tidak

(29)

18

kedalam katagori wajib pajak orang pribadi pengusaha tertentu yang terutang PPh

pasal 25. Pelaporan untuk PPh pasal 25 OPPT ini sebagai berikut.

a) Apabila ada pembayaran dan mendapat validasi nomor transaksi

penerimaan Negara yang tercantum pada Surat Setoran Pajak maka

dianggap telah melaporkan sesuai dengan tanggal validasi di SSP

b) Nihil, atau bayar tetapi tidak mendapatkan validasi dengan NTPN anda tetap

harus melapor PPh pasal 25 bulanan dengan menggunakan SSP (Surat

Gambar

Tabel 2.1 Lapisan Penghasilan Kena Pajak

Referensi

Dokumen terkait

Laporan Tugas Akhir ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kepatuhan dan status SPT Wajib Pajak Orang Pribadi angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 dengan

ini adalah “ Tata Cara Pengurangan Pembayaran Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ”. Dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 orang pribadi adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, honor /

PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG ALOKASI DEFINITIF DANA BAGI HASIL PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 DAN PASAL 29 WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM NEGERI DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

ini adalah “ Tata Cara Pengurangan Pembayaran Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ”.. Dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir

Perhitungan pajak penghasilan pasal 21 atas penghasilan pegawai pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Manado, dilakukan dengan menggunakan bantuan

Hasil penelitian ini menunjukkan CV Anggrek Jingga belum melakukan perhitungan dan pelaporan atas pajak penghasilan pasal 25 yang mana perhitungan tersebut

1) Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan cara untuk menentukan besarnya jumlah pajak yang harus dikeluarkan atau dibayar oleh wajib pajak atas