• Tidak ada hasil yang ditemukan

MUTU LAYANAN AKADEMIK POLITEKNIK (Penelitian dilakasanakan pada Poltekkes Kemenkes Bandung dan Politeknik Manufaktur Negeri Bandung).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MUTU LAYANAN AKADEMIK POLITEKNIK (Penelitian dilakasanakan pada Poltekkes Kemenkes Bandung dan Politeknik Manufaktur Negeri Bandung)."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Uupaya mencerdaskan kehidupan bangsa yang berkualitas menjadi

perhatian khusus, baik pemerintah maupun swasta dan semuanya sepakat

(unanimous) untuk mengangkat martabat bangsa melalui pendidikan yang

berkualitas. Untuk menghasilkan pendidikan yang berkualitas, tentu lembaga

harus mengikuti Standar Pendidikan Nasional (SPN), baik itu yang menyangkut

standar sarana dan prasarana, standar isi maupun yang lainnya, disamping

memberikan layanan akademik kepada mahasiswa dengan baik.

Layanan akademik merupakan layanan yang diberikan pada mahasiswa

mulai dari terdaftar sebagai mahasiswa sampai menghasilkan lulusan yang

berkualitas dan berdaya saing tinggi sehingga memuaskan bagi industri atau

pengguna lulusan. Adapun Layanan di perguruan tinggi (PT), umumnya

menyangkut baik layanan akademik maupun layanan administrasi. Layanan

akademik mencakup layanan yang diberikan oleh dosen di kelas atau di

laboratorium dalam Proses Belajar Mengajar (PBM), dan metode pengajaran

masing-masing serta media yang digunakan dengan dukungan/ ketersediaan

sarana dan prasarana belajar yang memadai, dari sisi kuantitas dan kualitasnya,

Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS)/ silabus, kontrak

perkuliahan, presensi dan monitoring kegiatan. Adapun layanan administrasi

mencakup layanan yang diberikan staf administrasi dalam menunjang layanan

akademik seperti administrasi pelayanan teknis, administrasi kemahasiswaan,

administrasi PBM, surat pengantar PKL, dan sebagainya. Dengan demikian,

keberhasilan lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh layanan akademik yang

diberikan kepada mahasiswa. Akan tetapi, semua itu harus ditunjang dengan

kurikulum yang beorientasi pada dunia kerja (link and match).

Terlepas dari beberapa faktor-faktor yang menentukan mutu pendidikan di

atas, layanan akademik kepada mahasiswa merupakan slah satu faktor penting

dalam menentukan keberhasilan mahasiswa dalam meraih kompetensi yang

(2)

pendidikan yang akan didapat. Keberhasilan suatu jasa layanan dalam mencapai

tujuannya sangat tergantung pada konsumennya, dalam arti lembaga memberikan

layanan yang bermutu kepada para mahasiswa akan sukses dalam mencapai

tujuannya. Dengan demikian, isu mutu layanan akademik telah menjadi isu kritis

dan perlu pemechan segera. Oleh karena itu, mutu layanan akademik dapat

dijadikan sebagai salah satu strategi lembaga untuk menciptakan citra lembaga

yang baik

Akan tetapi, tidak sedikit perusahaan yang mambuka peluang untuk

merekrut tenaga kerja baru, belum dapat dipenuhi oleh pelamar karena kualifikasi

yang dibutuhkan tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan. Sehingga

berdampak pada banyaknya unemployment. Menutut Sub Komisi III (2009) ada

beberapa hal yang menjadi penyebab tingginya angka pengangguran, diantaranya

adalah: 1) Ketidaksesuaian antara hasil pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja,

2) Ketidakseimbangan permintaan dan penawaran, serta kualitas Sumber Daya

Manusia (SDM) yang dihasilkan masih rendah, dan 3) Kesempatan kerja yang

terbatas telah membuat kompetisi semakin ketat antar pencari kerja dan seringkali

mereka melamar dan menerima pekerjaan apa saja meskipun tidak sesuai dengan

kualifikasi pendidikannya. Lebih jauh, ketua komite tetap sertifikasi tenaga kerja

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Abdurrahman (2014) mengatakan bahwa

gap terjadi karena suplai tenaga kerja yang disediakan lembaga pendidikan tidak

sepenuhnya terserap oleh pelaku industri. Penyebabnya, banyak tenaga kerja tidak

memiliki bukti yang menunjukkan kompetensi kerja di bidang tertentu. “Masih

ada gap antara suplai tenaga kerja dengan kebutuhan pelaku usaha," ujar Sumarna

dalam diskusi 'Pengembangan SDM Perusahaan Berbasis Kompetensi

Menghadapi Pasar Bebas ASEAN 2015.” Lebih jauh beliau mengutip data Bank

Dunia tahun 2010 yang menunjukkan kecenderungan sulitnya pelaku industri

menemukan tenaga kerja dengan kemampuan yang sesuai kebutuhan.

Dengan demikian, untuk kualifikasi masih ada gap antara kualitas yang

dihasilkan oleh lembaga-lembaga pendidikan dengan kualifikasi yang dibutuhkan

oleh dunia usaha/industri sebagai usernya. Kondisi ini menunjukan bahwa kualitas

pendidikan yang masih rendah dan belum mampu menjawab kebutuhan pasar.

(3)

Menurut Tilaar (2004) hal ini ditandai oleh: (1) kualitas pendidikan yang masih

rendah; (2) pendidikan yang belum relevan dengan kebutuhan pembangunan akan

tenaga terampil; (3) manajemen pendidikan yang belum tertata secara efisien.

Pandangan ini mengakibatkan pada lulusan yang kurang mampu menghalangi

tuntutan zaman yang sering disoroti oleh masyarakat pemakai lulusan tersebut.

Hasil temuan, Rikawarastuti (2012) tentang persepsi kepuasan mahasiswa

Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta I tahun 2011 adalah Persepsi kepuasan

mahasiswa yang puas sebanyak 100 orang (53.5%) sedangkan yang tidak puas

sebanyak 87 orang (46.5%). Faktor dimensi mutu yang memuaskan mahasiswa

adalah reability/ kehandalan, responsiveness/ ketanggapan, assurance and

competence /keyakinan dan keterampilan, emphaty/empati, communication/

komunikasi, accessibility/akses, sedangkan dimensi mutu yang perlu

diprioritaskan untuk perbaikan berkelanjutan adalah tangibles/tampilan,

security/keamanan, perpustakaan, dan laboratory. bahwa dimensi mutu yang

memperoleh penilaian baik dari mahasiswa adalah reability, assurance dan

emphaty. Sedangkan dimensi yang dinilai kurang baik menurut mahasiswa adalah

tangibles, perpustakaan, dan laboratory. Hal ini sejalan dengan Laporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Politeknik Kesehatan

Kemenkes Bandung tahun 2012 disebutkan bahwa prosentase peneyerapan

lulusan di pasar kerja < 6 bulan sebesar 57,77%. Fakta ini menunjukan bahwa,

layanan akademik yang diberikan kepada mahasiswa belum optimal dan terjadi

berulang-ulang, khususnya layanan akademik yang menyangkut fasilitas

pendukung kegiatan praktek. hal ini akan mengakibatkan berturunnya mutu

lulusan mengingat pendidikan vokasi syarat dengan kompetensi dan dididik

untuk menjadi tenaga terampil dibidangnya. Dengan demikian perlu adanya

usaha untuk memperbaiki mutu layanan akademik, terutama fasilitas. Bila

dikaitkan dengan pendidikan politeknik yang merupakan pendidikan pada jalur

pendidikan professional yang menghasilkan surnber daya manusia yang memiliki

keahlian dan keterampilan pada bidangnya masing-masing serta memiliki

kemampuan penerapan ilmu dan teknologi secara praktis. Adapun tujuan untuk

menghasilkan lulusan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai

(4)

lulusan politeknik memiliki daya saing tinggi untuk mendapatkan pekerjaan.

Dengan demikian pendidikan Politeknik yang syarat dengan praktikum, perlu

dukungan fasiltas PBM praktek.

Politeknik adalah Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan

vokasi dalam berbagai rumpun ilmu pengetahuan dan/atau teknologi dan jika

memenuhi syarat, Politeknik dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 4 tahun 2014 tentang

penyelenggaraan PT dan pengelola PT, pasal 1. Pendidikan politeknik

diselenggarakan dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kerja profesional pada

level supervisi di industri. Pendidikan politeknik adalah pendidikan tinggi vokasi

yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian

terapan tertentu, maksimal jenjang pendidikannya setara dengan program sarjana.

Sistem penyelenggaraan pendidikan yang diterapkan di politeknik adalah sistem

paket, dimana setiap mahasiswa wajib mengikuti semua mata kuliah yang

tercantum dalam kurikulum. Sistem paket diterjemahkan sebagai jumlah mata

kuliah dengan total SKS per semester. Di samping menghasilkan lulusan yang

berkualitas dan memiliki keterampilan, lulusan politeknik dididik untuk memiliki

jiwa wirausaha, serta mampu bersaing di tingkat nasional maupun tingkat

internasional. Hadiwaratama (2003 : 564) menyatakan bahwa:

Pendidikan diploma politeknik memiliki sifat dan tujuan khusus sebagai jalur pendidikan keahlian kejuruan yang berciri ilrnu terapan dan betsifat occupational atau job-specific, sehingga lebih langsung bersentuhan dengan dunia usaha dan kerja.

Dengan dernikian kebutuhan akan relevansi dan produktivitas dirasakan

lebih nyata pada pendidikan jalur diploma daripada pendidikan tinggi pada jalur

sarjana.

Sejalan dengan sistem pendidikan tinggi Indonesia, pendidikan tingg

diploma politeknik memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda dengan pendidikan

tinggi sarjana Pendidikan diploma bersifat memberikan pendidikan keahlian

tetapan yang rebih menitik beratkan pada to know how dari pada to know why

dan tidak memberikan gelar akademik kesarjanaan tetapi memberikan diplorna

(5)

vokasi dengan pendidikan akademik dengan cara belajar (ways of learning).

Secara historis pendidikan vokasi diidentifikasi dengan adanya magang di tempat

kerja, dimana metode belajar-mengajar dilakukan dengan observsi, imitasi dan

koreksi personal, bukan dengan cara penerapan preposisi umum di ruang kelas

dan melalui buku teks. Posisi pendidikan Politeknik di Indonesia menurut

Hadiwaratama (2007) digambarkan dalam diagram antara jenjang pendidikan

dengan aktivitas pekerjaan di dunia kerja sebagaimana dapat dilihat pada Gambar

1.1. Tenaga teknisi tingkat menengah lulusan Diploma III Politeknik diharapkan

mampu menerjemahkan konsep ilmu pengetahuan dan teknologi ke dalam tugas

-tugas praktis yang dibutuhkan di lapangan. Capaian pembelajaran pendidikan

Diploma III Politeknik adalah mampu mengaplikasikan pengetahuan ke dalam

suatu rancangan produk atau proses mengaplikasikan pengetahuan ke dalam

perencanaan dan pengendalian produksi. Dengan demikian, gambar 1.1. juga

menunjukkan bahwa politeknik memiliki peran tersendiri dalam menghadapi

perkembangan teknologi dan industri.

Gambar 1.1.

(6)

Sumber: Hadiwaratama (2007)

Berangkat dari persoalan-persoalan dan tantangan yang dihadapi PT, seperti

yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah, bahwa tuntutan akan mutu

lulusan hampir dirasasakan sebagaian besar PT, termasuk Politeknik. Namun

tuntutan akan kualitas pendidikan lebih ditekankan pada pendidikan vokasi.

Pendidikan politeknik menekankan pada practical application sehingga mencetak

lulusan siap untuk bekerja. PT atau Institusi lebih cocok dikatakan sebagai jalur

akademik, sedangkan Politeknik merupakan jalur profesional (praktis). disamping

perkuliahan PT mendalami berbagai macam ilmu secara mendalam dan

komperhensif, dan lebih terkonsentrasi pada berbagai teori-teori. Sedangkan pada

model pendidikan Politeknik lebih diperkuat justru pemahaman-pemahaman

praktis, bagaimana mengejewantahkan teori yang dipelajari ke dalam sebuah

aktivitas yang konkrit.

Politeknik Manufaktur (Polman) Negeri Bandung merupakan politeknik

yang pertama kali berdiri di Indonesia dan merupakan politeknik percontohan

dalam pengembangan sistem pendidikan politeknik di Indonesia. Polman

Bandung, sampai saat ini masih menjadi contoh dalam keberhasilannya untuk

menghasilkan lulusannya yang siap kerja. Dilihat dari keterkaitannya dengan

relevansi, kondisi kurikulum dan sarana laboratorium, Polman selalu mengikuti

dengan perkembangan pasar dengan cepat, meskipun dari sisi jumlah peralatan

masih kurang. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Rifandi (2013) menyebutkan bahwa profesionalitas dosen tidak memiliki

pengaruh yang signifikan, terhadap mutu pembelajaran akan tetapi media

pembelajaran memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap mutu

pembelajaran. Sehingga di Polman, kompetensi lulusan tidak dipengaruhi oleh

mutu pembelajaran. Lulusan Polman lebih percaya bahwa mutu pembelajaran

dipengaruhi oleh fasilitas pembelajaran dan media pembelajaran. Hal ini

menunjukan bahwa fasilitas pendukung kegiatan PBM sangat signifikan.

Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti ditemukan

bahwa ada beberapa persoalan dengan fasilitas pendukung kegiatan praktek yang

(7)

laboratorium tidak seimbang dengan jumlah mahasiwa sehingga memepersulit

pengaturan jadual pemakaian alat-alat tersebut karena juga digunakan lintas

prodi.. Lebih jauh, belum adanya sistem informasi yang terintegrasi antara bidang

keuangan, BAAK dan bagian-bagian tertentu yang saling membutuhkan informasi

dengan cepat berkenaan dengan akademik mahasiswa.

Demikian juga Politeknik Kesehatan (Poltekkes Kemenkes) Bandung yang

selalu mencetak tenaga-tenaga terampil di bidanganya. Kedua politeknik ini

mempunyai tujuan yang sama, yaitu mencetak lulusan yang berkualitas dan

mampu bersaing, baik skala nasional maupun global. Dari isi kurikulum, kedua

politeknik ini sama – sama lebih banyak menerapkan practical application dari

pada teori. Sehingga, semakin bagus keberadaan fasilitas peralatan lab, semakin

mempertajam kompetensi hardskil mahasiswa. Akan tetapi, perkembangan

teknologi yang semakin cepat, belum sepenuhnya mampu dimbangi dengan

penambahan infrastruktur lab dengan cepat oleh lembaga. Dengan demikian, perlu

penyesuaian instrumrntasi baru bagi para alumni bila berada di lapangan. Lebih

jauh, seiring dengan perkembangan teknologi instrumrntasi yang cepat, khususnya

Poltekkes Kemenkes Bandung belum mampu mengimbangi peralatan lab sesuai

dengan perkembangan teknologi ataupun kebutuhan di lapangan, karena

perubahan dunia industri berjalan secara dinamis. Disamping itu, adanya

keterbatasan jumlah peralatan laboratory, yaitu jumlah rasio peralatan yang

digunakan untuk praktek belum sepadan dengan jumlah mahasiswa sehingga

mahasiswa tidak bisa melakukan kegiatan praktek dalam waktu yang sama dengan

alat yang sama secara individu. Hal ini akan berdampak pada antrian mahasiswa

bila melaksanakann kegiatan praktek. lebih jauh, mahasiswa pada saat

melaksanakan kegiatan praktek, kadang-kadang terjadi kendala bahan prakteknya

belum tersedia sehingga harus menunda kegiatan praktek.

Berdasarkan persoalan-persoalan di atas, bila tidak ditangani secara serius,

maka akan menimbulkan persoalan yang berkepanjangan, terutama dengan

perkembangan teknologi dan dan meningkatnya permintaan tenaga kerja yang

berkualitas.. Hal ini yang mnyebabakan ketrtarikan peneliti ingin membedah

masalah-masalah yang berkaitan dengan mutu layanan akademik yang

(8)

Bandung. Adapun mutu layanan akademik yang diteliti focus pada kurikulum,

proses belajar mengajar, fasilitas pendukung kegiatan proses belajar mengajar,

dan sistem informasi pendukung layanan akademik.

B. Fokus Penelitian

Mutu layanan akademik merupakan faktor yang sangat menentukan untuk

menciptakan susasana akademik, khususnya terciptanya proses pembelajaran di

PT yang sesuai dengan visi, misi, dan tujuan PT tersebut. Mutu layanan akademik

akan menciptakan suasana yang kondusif bagi kegiatan akademik sehingga akan

tercipta interaksi antara dosen dengan mahasiswa, mahasiswa dengan mahasiswa,

dan dosen dengan dosen dalam pembelajaran dengan baik. Adapun proses

pembelajaran tersebut melibatkan sumber daya pendidikan yang berkualitas, baik

itu dosen, laboran, infrastruktur, kurirkulum, manajemen, laboratorium, maupun

perpustakaan. Hal ini akan sangat mempengaruhi proses kelancaran pembelajaran

dan akhirnya akan berakibat pada meingkatnya mutu lulusan. Dengan demikian,

banyak yang terlibat dalam mendukung terciptanya pendidikan yang berkualitas,

baik tenaga akademik melputi dosen, unsur tenaga penunjang akademik yaitu

laboran dan tenaga administrasi akademik disamping SDM dan sarana dan

prasarana.

Berkenaan pengamatan awal tentang layanan akademik Poltekkes

Kemenkes Bandung dan Polman Bandung, ada beberapa persoalan yang

disinyalir terhadap mutu layanan akademik: 1) rasio jumlah peralatan

laboratorium tidak seimbang dengan jumlah mahasiswa, hal ini mengakibatkan

mahasiswa tidak bisa melaksanakan kegiatan praktek secara individu (alat

tertentu) dan harus dibagi menjadi kelompok. Meskipun secara substansi tidak

akan mengurangi dari kegiatan praktek, namun dari sisi waktu akan ada

penambahan, apalagi pada saat UAS praktek membutuhkan waktu yang cukup

lama karena praktikum dilakukan secara individu. 2) belum mampu merespon

kondisi kurikulum dan ketersediaan fasilitas pendidikan yang diharapkan oleh

stakeholders dengan cepat, 3) belum mampu bersaing dalam tingkat internasional.

Lebih jauh, Berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(9)

pengukuran kinerja didapatkan capaian kenerja rata-rata Poltekkes Kemenkes

Bandung sebesar 126, 26% dengan rincian:

1. Prosentase peneyerapan lulusan di pasar kerja < 6 bulan sebesar 57,77%

dengan capain kinerja 101, 35%.

2. Prosentase lulusan tepat waktu sebesar 99’52% dengan capaian kinerja

100,58%.

3. Jumlah lulusan dengan IPK >=3,00 sebesar 99 % dengan capaian kinerja

101, 02 %.

Berdasarkan LAKIP di atas bisa disimpulkan secara umum bahwa layanan

akademik berkenaan dengan ketuntasan belajar dan pencapain IPK sudah sesuai

dengan target yang diinginkan. Akan tetapi bila dikaitkan dengan kerserapan

dengan dunia kerja , rata-rata masa tunggu, dirata-rata dari semua program studi

hanya 57.77 %. Hal ini menunjukkan bahwa ketersrapan ke dunia kerja belum

optimal dan ini masih didominasi oleh program studi tertentu, yaitu jurusan

Kebidanan dan Analis Kesehatan menempati urutan tertinggi (100%)

keterserapannya dalam dunia kerja dengan masa tunggu dibawah 6 bulan setelah

diwisuda. Kemudian diikuti oleh jurusan Keperawatan, Keperawatan Gigi dan

Kesehatan Lingkungan. Meskipun secara keseluruhan LAKIP tahun 2012

melebihi target (126,26 %), akan tetapi ada beberap kendala, yaitu:

1. Persaingan kerja lulusan yang semakin ketat, terutama pada era global,

bukan hanya dengan dalam negeri tetapi juga tenaga kerja asing.

2. Sarana dan prasarana perpustakaan dan laboratorium serta unit-unit

pendukung proses belajar mengajar belum memenuhi standar yang

ditetapkan.

3. Belum optimalnya penggunaan teknologi informasi.

Dengan demikian perlu adanya usaha nyata dalam meningkatkan mutu proses

belajar, sehingga keluarannya akan membaik.

Berkenaan dengan identifikasi masalah di atas, menunjukkan bahwa tidak

sedikit faktor yang terlibat dengan mutu layanan akademik yang dilakukan

oleh kedua politeknik tersebut. Karena kompleksitanya masalah tersebut dan

dengan mempertimbangkan adanya keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti,

(10)

pada upaya mendeskripsikan kebijakan mutu layanan akademik, implemetasi

mutu layanan akademik, monitoring mutu layanan akademik, dan

mengembangkan peningkatan mutu layanan akademik Politeknik ke depan. Lebih

jauh, penelitian ini juga difokuskan pada persoalan-persoalan yang dihadapi oleh

kedua politeknik tersebut dalam mengimplementasikan mutu layanan akademik

dan bagaimana solusinya.

C. Pertanyaan Penelitian

Berkenaan dengan isu yang dikaji, penulis kemukakan pertanyaan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kebijakan mutu layanan akademik Poltekkes Kemenkes

Bandung dan Polman Negeri Bandung?

2. Bagaimana implementasi mutu layanan akademik yang dilaksanakan oleh

Poltekkes Kemenkes Bandung dan Polman Negeri Bandung?

3. Bagaimana monitoring mutu layanan akademik dilakukan dan

kendala-kendala apa yang dihadapi dalam mengimplementasikan mutu layanan

akadmik oleh Poltekkes Kemenkes Bandung dan Polman Negeri

Bandung?

4. Bagaimana perspektif pengembangan mutu layanan akademik Poltekkes

Kemenkes Bandung dan Polman Negeri Bandung ke depan?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian tersebut, maka tujuan penelitian yang

akan dicapai sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan kebijakan mutu layanan akademik Poltekkes Kemenkes

Bandung dan Polman Negeri Bandung.

2. Mendeskripsikan implementasi mutu layanan akademik yang dilaksanakan

oleh Poltekkes Kemenkes Bandung dan Polman Negeri Bandung.

3. Mendeskripsikan monitoring mutu layanan akademik dan menganalisa

kendala-kendala yang dihadapi oleh Poltekkes Kemenkes Bandung dan

Polman Negeri Bandung dalam mengimplementasikan mutu layanan

(11)

4. Mengembangkan peningkatan mutu layanan akademik Poltekkes

Kemenkes Bandung dan Polman Negeri Bandung ke depan.

E. Manfaat/ Signifikansi Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan beberapa manfaat yang ingin

dicapai dalam tujuan penelitian ini, maka hasil temuan penelitian ini diharapkan

dapat berkontribusi secara optimal, memberikan manfaat baik secara akademis

maupun praktis sebagai berikut :

1. Secara Teoritik

a. Penelitian ini bisa memberikan khasanah dan wawasan keilmuan,

khususnya dalam pengembangan mutu layanan akademik politeknik dalam

meningkatkan mutu lulusan, sehingga mampu mencapai kompetnsi lulusan

yang berkualitas.

b. Penelitian ini bisa memberikan pengayaan (enrichment) khazanah

pengetahuan di bidang analisis kebijakan kependidikan, khususnya

mengenai kebijakan penerapan mutu layanan akademik.

c. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan bagi peneliti selanjutnya

dalam melakukan kajian yang serupa.

2. Secara Praktis

Secara praktis, manfaat hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan masukan bagi para pengambil kebijakan dalam menentukan

mutu layanan akademik.

F. Struktur Organisasi Disertasi

Disertasi ini disusun secara sistematik dengan mengikuti mekanik

penulisan karya ilmiah pada Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) tahun 2014

yang terdiri dari:

Bab I Pendahuluan, yang berisi Latar Belakang Penelitian, Identifikasi dan

Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat/ Signifikansi Penelitian, dan

Struktur Organisasi Disertasi

Bab II Kajian Pustaka dan Kerangka Pemikiran, yang terdiri Mutu

(12)

Akademik di Perguruan Tinggi, Kebijakan Layanan Akademik Perguruan Tinggi,

Monitoring Layanan Akademik, Perspektif Pengembangan Mutu Layanan

Akademik di Perguruan Tinggi, Kajian Penelitan Terdahulu, dan Kerangka

Berfikir Penelitian

Bab III Metode Penelitian berisi : Lokasi dan Sample Penelitian, Desain

Penelitian, Metode Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Proses

Pengembangan Instrumen, Teknik Pengumpulan Data, dan Analisis Data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi tentang Analisis Data dan

Temuan yang berhubungan dengan Pertanyaan Penelitian dan Pembahasan

(13)
(14)

DAFTAR RUJUKAN

Abduraman, F. Sumarna (2004). studium general’ mahasiswa baru Program Ekstensi FISIP [ Online ]. Diakses dari http://www. merdeka.com/uang/jumlah- tenaga-kerja-tak-sebanding-dengan-lapangan-pekerjaan.html

Arikunto, Suharsini. 2004. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Bandung: Rineka Cipta

Atmoko, Tjipto (2005). Budaya Akademik dan Non Akademik FISIP Universitas Padjadjaran. .[Online ] diakses dari http://resources.unpad.ac.id/unpad- content/uploads/publikasi_dosen/BUDAYA%20AKADEMIK%20DAN%20NON% 20AKADEMIK.pdf

Ayranci, Evr en (2011). International Business Research Vol. 4, No. 1; January 2011 ISSN 1913-9004 E-ISSN 1913-9012

Blaxter, L., Hughes, C., Tight, M. (2010). How to Research, Open University Press, 4th edition.

Bogdan, R. C., & Biklen, S. K. (2007). Qualitative research for education: An introduction to theories and methods. Needham Heights, MA: Allyn & Bacon.

Castetter, William B. (2004). The Human Resource Function in Educational Administration (Sixth Edition). New Jersey 07632: Prentice Hall, Inc Erglewood Cliffs

Danim, Sudarwan, (2010). Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru. Bandung : Penerbit Alfabeta

Darling-Hammond, et. al. (2006). Powerfull Teacher Education : Lesson from Exemplary Programs. San Francisco : Jossey-Bass Willey & Son, Inc

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2004.Strategi Jangka Panjang Pendidikan Tinggi 2003-2010 (HELTS): Menuju Sinergi Kebijakan Nasional. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Depdiknas

Dunn, N. William, (2003), Pengantar Analisis Kebijakan Publik (terjemahan), Yogyakarta, Gajahmada University pres

Doherty, Geofferry D. (2008). On quality in education. Quality Assurance in Education Vol. 16 No. 3, 2008 pp. 255-265

(15)

Eko Putro Widoyoko,(2009). Evaluasi Program Pembelajaran : Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 181

Eliyanora, Andriani, W. (2010). Pengukuran Tingkat Kepuasan Mahasiswa Terhadap Pelayanan Pendidikan di Politeknik Negeri Padang. Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.2 Desember 2010 ISSN 1858-3687 hal 81-88

Faisal, S. (2005). Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Gaspersz, Vincent (2001). Total Quality Management. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Hadiwaratama. 2010. S2 Terapan dan Diploma. Makalah untuk Tim Task Force S2- Terapan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Hari Suderadjat, (2005), ” Manajemen Peningkatan Mutu berbasis Sekolah

“ (MPMBS), CV, Cipta Cekas Grafika , Bandung

Hamid Hasan, Evaluasi Kurikulum, cetakan kedua, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009)

Harmond, Darling Linda (2009). Recognizing and Enhancing Teacher Effectiveness. The International Journal of Educational and Psychological Assessment December 2009, Vol. 3

Hayat, Bahrul (2004). Penilaian Kelas (Classroom Assessment) dalam Penerapan Standard Kompetensi. Jurnal Pendidikan Penabur - No.03 / Th III / Desember 2004

Imron, Arifin (2007). Tantangan dan Strategi dalm Menggagas Sekolah UnggulMasa Depan.Jurnal Tenaga Kependidikan, Vol. 2 No. 2 – Agustus 2007

Ishak, Salomawati (2010). Motivation, Empowerment, Service Quality and

Polytechnic Students’ Level of Satisfaction in Malaysia. International Journal of Business and Social Science Vol. 1 No. 1; October 2010

Kotler,Philip.2003.Marketing Management, 11th Edition.Prentice Hall.Inc.New Jersey. Hal 85

Laporan Akuntanbilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) (2012): Politeknik Kesehatan

(16)

Moehady, Bintang (2011). Manajemn Kerjasama Politeknik dan Industri. Disertasi, UNINUS Bandung

Moleong, Lexy J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Rosdakarya.

Muresan, Mirela (2009). Towards a New Paradigm of Education in the 21stCentury Society. The International Journal of Learning Volume 16, Number 8, 2009, http://www.Learning-Journal.com, ISSN 1447-9494

Nasution, M.E., Usman, H.M. (2008). Proses Penelitian Kualitatif Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito

Nasution, M.N. (2010). Manajemen Mutu Terpadu. Penerbit Ghalia Indonesia

Neil, Gislason (2009). Mapping School Design: A Qualitative Study of the Relations Among Facilities Design, Curriculum Delivery, and School Climate. SUMMER 2009, VOL. 40, NO. 4

Parasuraman, Valarie A. Z. and Berry. Delivering Service Quality. Mc Milan, New York, 2002,

Peraturan Menteri No 49.(2014).Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi

Peraturan Pemerentah No. 66 (2010). Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No.17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaran Pendidikan.

Peraturan Pemerintah No 19.(2005).Tentang Standar Pendidikan Nasional.

Rahayu, Sugi (2005). Ekpektasi Mahasiswa terhadap Pelayanan Akademik Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta: Artikel, UNY.

Rifandy, Ahmad (2013) Mutu Pembelajaran dan Kompetensi Lulusan Diploma Politeknik: Cakrawala Pendidikan, Februari 2013, Th. XXXII, No. 1

Rikawarastuti (2012). Persepsi Kepuasan Mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta I tahun 2011. Jurnal Health Quality Vol 3.No. 1 Nop 2012

RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional).(2008). Jakarta: Sinar Grafika

Sallis E.(2008).Total Quality Management in Education. Yogyakarta :IRCisoD.

(17)

Salsiyah, Sri Marhaeni (2012). Feedback Mahasiswa terhadap Kualitas Pelayanan Program Sudi Administrasi Bisnis Jurusan Adminitrasi Niaga Politeknik Negeri Semarang. Artike 2012

Satori, D., Komariah, A. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif, Alfabeta: Bandung

Sa'ud, U.S dan Makmun, S.S (2006:8). Perencanaan Pendidikan. Bandung, PT Remaja Rosdakarya.

Setiawati, Linda (2012). Efektivitas Penegmbangan Manajemn Pendidikan Tinggi, Jurnal Penelitian Pendidikan | Vol. 13 No. 2 Oktober 2012

Siew Kheng Catherine Chua (2009). Futuristic Schools: “Little Red Dot” Strategies in a Globalised Econom.The International Journal of Learning Volume 16, Number 8, 2009, http://www.Learning-Journal.com, ISSN 1447-9494

Stufflebeam, D. L. (2007). Systematic evaluation. Boston: Kluwer-Nijlioff.

Sub Komisi IIIA (2009).Penyelarasan Dunia Pendidikan dan Dunia Kerja.

Suderadjat, H (2005). Manajemen Kuriklum dan Sistem penilaian Pendidikan Dasar. Bandung: Universitas Islam Nusantara.

Suyanto, (2007), “Tantangan Profesionalisme Guru di Era Global”, Pidato Dies

Natalis ke-43 Universitas Negeri Yogyakarta, 21 Mei.

Syafaruddin. (2002). Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan (Konsep, Strategi, dan Aplikasi). Jakarta: Gramedia.

Tampubolon. (2001). Manajemen Pendidikan. Jakarta:

Taylor, P.E. (2004). Analyzing Qualitative Data. University of Wisconsin Cooperative Extension, 2004.

Tilaar, H.A.R. (2004), Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Perspektif Abad 21. Magelang: Tera Indonesia.

Tuck, R. (2007). An Introductory Guide to National Qualifications Frameworks: Conceptual and Practical Issues for Policy Makers. Geneva: Skills and Employability Department, International Labour Office (ILO).

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003

(18)

Usman Husaini, (2011). Manajemen (Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan), Jakarta, PT. Bumi Aksara

Wahab, Abdul Azis (2008). Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan. Alfabeta, cv

Yamit, Zulian, (2004), Manajemen Kualitas Produk dan Jasa, PT. Ekonomia, Yogyakarta.

Zeithaml, Valarie A. and Bitner, Mary Jo. Service Marketing. McGraw Hill Inc,

Int’l Edition, New York, 2002, p.40

Gambar

Gambar 1.1.

Referensi

Dokumen terkait

yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis dan juga perpengaruh pada peningkatan kepadatan sel mikroalga, terlihat dari kepadatan sel yang lebih tinggi terjadi

Alat-alat yang diperlukan dalam metode potensiometri adalah elektroda pembanding (reference electrode) yang memerlukan suatu elektroda dengan harga setengah sel

Dengan berkurangnya curah jantung pada gagal jantung mengakibatkan pada akhir sistol terdapat sisa darah yang lebih banyak dari keadaan keadaan normal sehingga

Paling afdal atau sebaik-baiknya tunggu price retrace sampai betul2 pada garisan 1st Retest (touch 1st Retest) atau sehampir mungkin. Setkan SL beberapa pips di bawah 1st

Terima kasih kepada Universitas Muhammadiyah Malang dan Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan sarana

Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Heisler et al (2007) dan Xu Yin et al (2008) yang menjelaskan bahwa komunikasi petugas kesehatan

Maka dari beberapa pendapat diatas dapat penulis simpulkan bahwa anggaran berbasis kinerja merupakan suatu sistem perencanaan program yang akan dilakukan pemerintah

Dianggap Agregat produksi Stone Crusher yang lolos saringan # 4 (4,75 mm) belum memenuhi Spesifikasi.. sehingga perlu dicampur lagi dengan pasir sebanyak = Pst