• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP KENDARAAN YANG TIDAK LAIK JALAN KARENA TELAH DIMODIFIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP KENDARAAN YANG TIDAK LAIK JALAN KARENA TELAH DIMODIFIKASI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

735

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP KENDARAAN YANG TIDAK LAIK JALAN KARENA TELAH DIMODIFIKASI

Febrita Anandisa Devilla

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Jl. PutroePhang No. 1, Darussalam, Banda Aceh – 23111

Tarmizi

Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Jl. Putroe Phang No. 1, Darussalam, Banda Aceh - 23111

Abstrak - Pasal 285 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menyebutkan:“Setiap orang yang mengemudikan kendaraan di Jalan yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan yang meliputi kaca spion, klakson, lampu utama, lampu rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul cahaya, alat pengukur kecepatan, knalpot, dan kedalaman alur ban. Penulisan artikel ini bertujuan untuk menjelaskan penerapan hukum dan ketentuan pidana terhadap yang dilakukan para pihak yang memodifikasi kendaraannya yang saat ini banyak praktiknya di Banda Aceh serta menjelaskan hambatan kepolisian satlantas polresta Banda Aceh dalam rangka menerapkan ketentuan pidana bagi pelanggar yang telah memodifikasi kendaraanya. Dalam penulisan artikel ini dilakukan penelitian, untuk mendapatkan data sekunder dilakukan dengan cara membaca peraturan perundang–undangan, karya ilmiah, pendapat para sarjana, buku-buku, artikel dan bahan-bahan lain yang berkaitan dengan penelitian ini, dan penelitian lapangan dilakukan untuk mendapatkan data primer yang berhubungan dengan penelitian ini melalui wawancara dengan responden dan informan dalam penulisan ini. Hasil penelitian di lapangan dmenjelaskan bahwa penerapan hukum terhadap pemilik kendaraan yang telah dimodifikasi sudah dilaksanakan, tetapi banyak menemukan hambatan.

Mekanisme penerapan ketentuan pidana terhadap pemilik kendaraan yang telah dimodifikasi dilakukan dengan pemberian surat tilang oleh pihak satlantas Polresta Banda Aceh dengan cara melakukan penyitaan SIM dan STNK, lalu tahapan selanjutnya adalah mengikuti pemeriksaan cepat dalam sidang terbuka di Pengadilan Negeri kota Banda Aceh. Disarankan kepada pihak kepolisian untuk lebih meningkatkan pengawasan terhadap pemberian fasilitas yang diberikan kepada pemilik kendaraan agar adanya pertanggung jawaban pemilik kendaraan sehingga lebih memperhatikan kenyamanan sesama pengguna lalu lintas dan angkutan jalan.

Disarankan untuk para pihak kepolisian menjelaskan dengan tegas pelanggaran yang dilakukan si pengendara agar ada efek jera.

Kata Kunci :Penerapan, Sanksi, Denda, Pelanggar, Kendaraan

Abstract - Article 285 paragraph (1) of Law Number 22 Year 2009 on Traffic and Road Transport states:

"Every person who drives a vehicle on a Road that does not meet the technical requirements and road worthy covering the rearview mirror, horn, headlights, brake lights, direction lights, light reflecting devices, speed gauges, exhaust, and tire groove depth. The writing of this article aims to explain the application of criminal law and provisions to those who modify their vehicles which are currently practicing in Banda Aceh and explain the police barriers of Police of Banda Aceh in order to apply the criminal provisions for offenders who have modified their vehicles. In this research, the research is done to obtain the secondary data is done by reading the legislation, scientific work, the opinions of scholars, books, articles and other materials related to this research, and field research conducted to obtain data primers associated with this study through interviews with respondents and informants in this paper. The results of research in the field dmenjelaskan that the application of the law against the owners of vehicles that have been modified already implemented, but many find obstacles.

The mechanism of applying the criminal stipulation to the modified vehicle owners is done by giving a ticket by Satlantas Polresta Banda Aceh by confiscating the driver's license and vehicle registration, then the next step is following a quick check in open session at Banda Aceh Municipal Court. It is suggested to the police to further improve the supervision of the provision of facilities provided to the owner of the vehicle for the responsibility of the owner of the vehicle so more attention to the comfort of fellow users of traffic and road transport. It is recommended for the police to explain explicitly the violations committed by the rider in order to have a deterrent effect.

Keywords: Practice, Sanctions, Amercement, Offender, Transport

(2)

PENDAHULUAN

Masalah kejahatan pada hakekatnya, telah dimaknai sebagai suatu masalah yang sangat serius dan segera perlu dituntaskan, mengingat untuk menghapuskannya adalah suatu yang mustahil. Oleh karena itu, peran pemerintah sangat penting dalam mengupayakan berbagai cara untuk menangkalnya, antara lain berupa penjatuhan hukuman atau pemidanaan bagi mereka yang telah terbukti melakukan tindak pidana. Pelaksanaan hukuman atau pemidanaan dilaksanakan di Lembaga Pemayarakatan dengan sistem pemasyarakatan melalaui suatu pembinaan dan bimbingan yang diberikan kepada mereka yang telah melanggar hukum.

Pada Pasal 106 ayat (3) juncto Pasal 48 ayat (2) dan ayat (3) tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menjelaskan “Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di jalan wajib mematuhi ketentuan tentang persyaratan teknis dan laik jalan.” Dan Pasal 48 ayat (2) “Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat(1) terdiri atas : a.susunan, b.perlengkapan, c.ukuran, d.karoseri, e.rancangan teknis kendaraan sesuai dengan peruntukannya, f.pemuatan, g.penggunaan, h.penggandengan Kendaraan Bermotor, dan/atau i.penempelan Kendaraan Bermotor.

Undang-Undang ini juga mengatur tentang ancaman pidana, yaitu terdapat dalam pada Pasal 285 Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menyebutkan :

(1) “Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor di Jalan yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan yang meliputi kaca spion, klakson, lampu utama, lampu rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul cahaya, alat pengukur kecepatan, knalpot, dan kedalaman alur ban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (3) juncto Pasal 48 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah)”.

(2) “Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor beroda empat atau lebih di Jalan yang tidak memenuhi persyaratan teknis yang meliputi kaca spion, klakson, lampu utama, lampu mundur, lampu tanda batas dimensi badan kendaraan, lampu gandengan, lampu rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul cahaya, alat pengukur kecepatan, kedalaman alur ban, kaca depan, spakbor, bumper, penggandengan, penempelan, atau penghapus kaca sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (3)

(3)

juncto Pasal 48 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah)”.

Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penulisan ini adalah bagaimanapenerapan sanksi terhadap kendaraan yang tidak laik jalan karena telah dimodifikasi,apakah hambatan dalam penerapan sanksi pidana terhadap kendaraan yang tidak laik jalan karena telah dimodifikasi, dan upaya apa yang dapat dilakukan pihak kepolisian untuk mencegah adanya modikasi kendaraan yang melanggar hukum .

METODOLOGI PENELITIAN 1. Cara Penentuan Sampel

Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara Purposive sample (kelayakan), dimana dari keseluruhan populasi penelitian akan diambil beberapa orang sebagai sampel yang diperkirakan dapat mewakili keseluruhan populasi, yang terdiri dari responden dan informan. Untuk itu yang menjadi sampel adalah sebagai berikut :

1. Responden adalah :

a. AnggotaPolresta Banda Aceh sebanyak 2 (dua) orang.

b. Pemilik Kendaraan Bermotor yang telah dimodifikasi sebanyak 3 (tiga) orang 2. Informan adalah :

a. Kapolresta Kota Banda Aceh

b. Kepala Satuan Bidang Direktorat Penegakan Hukum Polda Aceh.

2. Cara Pengumpulan Data

Adapun cara pengumpulan data yang dilakukan dalam penulisan artikel ini adalah sebagai berikut:

a. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan ini dimaksudkan untuk memperoleh data primer. Hal ini dilakukan melalui wawancara dengan responden dan informan dengan tujuan untuk memperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan kebenaran terhadap masalah yang akan diteliti.

b. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan ini dimaksudkan untuk memperoleh data sekunder.Hal ini dilakukan dengan mempelajari perundang-undangan, buku-buku, Koran, artikel dan

(4)

literatur-literatur yang ada hubungannya dengan objek penelitian ini sehingga dapat diperoleh teori-teori dan konsep-konsep yang diperlukan dalam pembahasan ini.

3. Cara Menganalisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan maupun data dari hasil penelitian kepustakaan dianalisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif.Pengumpulan data lapangan dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan kemudian dilakukan wawancara dengan responden dan informan.Selanjutnya penyusunan hasil penulisan dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif yaitu berusaha memberikan gambaran secara nyata tentang kenyataan-kenyataan yang ditemukan dalam praktek dengan memaparkan hasil penelitian lapangan yang disertai uraian dasar hukum yang berlaku dan mengaitkannya dengan data kepustakaan, kemudian dilakukan penarikan kesimpulan dan saran dari seluruh hasil penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Tinjauan Umum

a) Teori Sebab-sebab Terjadinya Pelanggaran

Dalam ilmu kriminologi dikenal beberapa teori yang membahas tentang sebab- sebab terjadiya suatu pelanggaran, diantaranya seperti salah satu teori yang dikemukakan oleh seorang sarjana bernama A. Lacassagne, dimana menurutnya suatu pelanggan tersebut dapat terjadi akibat lingkungan.

b) Teori Kontrol

Teori kontrol tidak lagi membahas tentang mempertanyakan mengapa seseorang melakukan suatu pelanggaran tetapi mengapa tidak semua orang mau melanggar hukum atau mengapa orang taat kepada hukum. Teori kontrol berusaha untuk menjelaskan kenapa pelanggaran dilakukan oleh para remaja seperti perihal kenakalan remaja yang dikutip oleh Edwin Sutherlan1 : ” Aspek moral yang terdapat dalam ikatan sosial atau kepercayaan seseorang pada nilai moral yang ada.

Kepercayaan yang timbul tersebut terhadap norma – norma tersebut yang menimbulkan kepatuhan bagi mereka yang kemudian mengurangi hasrat untuk melakukan pelanggaran terhadap norma tersebut”.

1 Simanjuntak B., Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial, 1994. hlm. 65

(5)

c) Teori Kesadaran dan Kepatuhan Hukum

Jika ditinjau dari segi tata bahasa, kepatuhan hukum itu sendiri berasal dari kata ” patuh yang berarti suka menurut, taat dan disiplin”2 apabila kepatuhan hukum berati ketaatan seseorang untuk melaksanakan suatu ketentuan hukum .

Masalah kepatuhan hukum sebenarnya hanya merupakan salah satu segi dari persoalan yang lebih luas yaitu, kesadaran hukum. Oleh karena itu terdapat hubungan yang sangat erat antara kesadaran hukum dengan kepatuhan terhadap hukum. Dalam hal ini Ronny Hanitijo Soemitro menjelaskan sebagai berikut :

”Kepatuhan hukum senantiasa bergantung kepada kesadaran hukum. Bagaiman proses seseorang dapat mematuhi hukum kalau dia tidak memahami hukum tersebut. Lagi pula kesanggupan untuk memahami hukum tersebut secara logis di ikuti oleh kemampuan dasar untuk menilainya. Disini letak hubungan antara kesadaran hukum dengan kepatuhan hukum, terlepas dari adil tidaknya hukum itu”.3.

Sedangkan Soejono Soekanto menjelaskan tentang kepatuhan hukum sebagai berikut :

”Masalah kepatuhan atau ketaatan terhadap hukum merupakan suatu unsur saja dari persoalan yang lebih luas, yaitu kesadaran. Dan disamping masalah kepatuhan dan ketaatan, kesadaran hukum tersebut menyangkut pula masalah pengetahuan, pengakuan dan penghargaan terhadap hukum”.4

Menurut Soerjono Soekanto, sebab – sebab seseorang itu taat dan patuh kepada hukum :

a. Takut sanksi negatif, apabila hukum tersebut dilanggar.

b. Untuk menjaga hubungan baik dengan penguasa

c. Untuk menjaga hubungan baik dengan rekan – rekan sesamanya d. Karena hukum tersebut sesuai dengan nilai – nilai yang dianut e. Kepentingannya terjamin5.

2 Poerwadarminta W.J.S, Opcit, hlm. 876

3 Ronny Hanitijo Soemitro, Opcit, hlm.19

4 Soerjono Soekanto, Kegunaan Sosiologis Hukum bagi Kalangan Hukum, alumni, Bandung, 1989. hlm 55

5 Soerjono Soekanto, Suatu Tinjauan Sosiologi Hukum terhadap Masalah – masalah Sosial, Alumni Bandung, 1982, hlm 186

(6)

d) Teori Tentang Pencegahan Pelanggaran

Penanggulangan pelanggaran merupakan tindakan atau suatu bentuk usaha yang dilakukan penegak hukum atau siapapun selain penegak hukum untuk mencegah terjadinya Tindak Pidana pelanggaran. Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya suatu tindak pelanggaran yaitu dengan Tindakan Preventif dan Tindakan Represif.6

Tindakan Represif adalah suatu tindakan yang dilakukan setelah terjadi atau adanya Tindak Pidana yang terjadi. Menurut Sanusi tindakan represif merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk mengurangi atau menekan jumlah terjadinya pelanggaran dan berusaha untuk melakukan atau membuat sesuatu dengan cara memperbaiki si pelaku yang telah melakukan pelanggaran.7

Tindakan represif juga dikatakan sebagai suatu tindakan pemberantasan, yaitu suatu tindakan yang dilakukan sesudah juga terjadinya tindak pelanggaran. Cara pemberantasan ini melalui proses pengadilan yang telah ditentukan. Selain itu juga tindakan ini merupakan suatu usaha yang diakukan aparat penegak hukum untuk menanggulangi tindak pelanggaran yang terjadi. Dengan adanya cara ini diharapkan dapat memperbaiki perilaku pelaku kejahatan atau pelanggaran dan para pelaku yang ada tersebut tidak mengulangi perbuatannya lagi.

e) Tujuan Pemidanaan

Pemikiran tentang tujuan dari suatu pemidanaan dewasa ini sedikit banyak telah mendapat pengaruh dari pemikiran para pemikir atau penulis masa lalu. Pada dasarnya terdapat 3 ( tiga ) pokok pemikiran tentang tujuan yang ingin dicapai dengan suatu pemidanaan yaitu :

a. Untuk memperbaiki pribadi dari penjahatnya itu sendiri.

b. Untuk membuat orang menjadi jera mengulangi kejahatan itu kembali.

c. Untuk membuat penjahat- penjahat tertentu menjadi tidak mampu untuk melakukan kejahatan- kejahatan lainnya.

Pidana merupakan tuntutan mutlak, bukan hanya sesuatu yang perlu dijatuhkan tetapi menjadi suatu keharusan. Pidana tidaklah bertujuan untuk yang praktis seperti memperbaiki penjahat. Kejahatan itu sendirilah yang mengandung unsur- unsur untuk

6Soejono D. Bunga Rampai Kriminologi, Amrico, Bandung, 1955, hlm 45

7Sanusi, Dasar – dasar Penologi, Menara, Medan, 1976. hlm 34.

(7)

dijatuhkannya pidana. Tidaklah perlu untuk memikirkan manfaat menjatuhkan pidana.

Setiap kejahatan harus berakibat dijatuhkan pidana kepada pelanggar.8

2. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian lapangan diteliti bahwa penerapan sanksi terhadap Kendaraan Bermotor yang tidak laik jalan karena telah dimodifikasi pada dari Bulan Januari s.d Oktober tahun 2015 yang terkena razia kepolisian terdapat 61 jumlah Kendaraan Bermotor yang tidak laik jalan karena telah dimodifikasi, dimana 22 Kendaraan Bermotor yang telah dimodifikasi yang menyebabkan tidak laik jalan karena memasang knlapot racing hingga menimbulkan suara bising, 16 perubahan bentuk Kendaraan Bermotor hingga terlihat lebih rendah, 8 Kendaraan Bermotor yang menempel sticker pada lampu rem, dan 15 Kendaraan Bermotor yang mengganti lampu HID (High Intesity Discharge) dengan warna yang lebih terang sehingga menyilaukan pengguna jalan yang berlawanan arah saat berselisih jalan dengan kendaraan tersebut.

Berdasarkan sumber data dari pihak kepolisian dapat diketahui jumlah pelanggaran Kendaraan Bermotor yang tidak laik jalan karena telah dimodifikasi yang didapat pada saat digelarnya razia oleh pihak Kepolisian Polresta Banda Aceh pada beberapa titik tempat dari Bulan Januari s.d Bulan Oktober sepanjang Tahun 2015, yang mana razia ini dilakukan oleh pihak Kepolisian saja ataupun gabungan dari Kepolisian dan POM.

a) Bentuk dan Akibat terhadap pelanggaran lalu lintas bagi pengguna kendaraan yang telah dimodifikasi

Hasil pemantauan di lapangan ditemukan bahwa masih banyak dijumpai kendaraan modifikasi baik motor maupun mobil yang menyebabkan perubahan tipe secara tidak sah yang dapat digolongkan dalam tindak pidana pelanggaran. Para pelanggar kendaraan yang telah dimodifikasi secara berlebihan atau yang tidak sesuai dengan teknis dari pabrik biasanya tertangkap saat diselenggarakannya razia eh pihak kepolisian.

Para pelaku yang terjaring dalam razia ini adalah para pengemudi yang mempunyai Kendaraan Bermotor yang tidak laik jalan karena telah dimodifikasi, hal ini dikarenakan mereka tidak mengetahui Undang-Undang yang telah dibuat.

8Andi Hamzah, Hukum Pidana Indonesia, Yarsif Watampone, Jakarta, 2010, hlm 45.

(8)

Sewaktu diselenggarakan razia ini banyak pengemudi yang mempunyai Kendaraan Bermotor yang tidak laik jalan karena telah dimodifikasi, sehingga para pihak kepolisian pun harus memberhentikan dan memberitahukan bahwa Kendaraan Bermotor mereka mengganggu pengguna jalan lainnya serta memeriksa kelengkapan surat-surat kendaraan mereka.

Hambatan Dalam Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Kendaraan yang Tidak Laik Jalan Karena Telah Dimodifikasi

Menurut Rasyidin, Polisi Polresta Banda Aceh,dalam menjalankan tugasnya tentunya polisi lalu lintas juga sering mengalami beberapa kendala diantaranya:

1. kurangnya jumlah mobil yang tersedia untuk melakukan patrol lalu lintas.

2. kurangnya jumlah personel polisi lalu lintas.

3. kurangnya jam patrol lalu lintas.

4. kurangnya kerjasama dari pihak masyarakat untuk mewujudkan kondisi lalu lintas yang tertib aman dan lancar hal ini diantaranya :

 Pengendara yang melarikan diri dengan kecepatan tinggi saat dilakukannya oprasi lalu lintas.

 Pengendara tidak pernah merasa jera padahal dia telah berulang kali melakukan pelanggaran lalu lintas.

 Banyaknya masyarakat yang memberitahu informasi adanya oprasi lalu lintas kepada pihak pengendara lain sehingga pengendara lain enggan melawati jalan yang sedang diadakan oprasi lalu lintas.

 Selalu menyalahgunakan jabatan orang tua, keluarga maupun kerabatnya ketika sedang melakukan oprasi lalu lintas.9

b) Upaya YangDilakukan Pihak Kepolisian Untuk Mencegah Adanya Modikasi Kendaraan Yang Melanggar Hukum

Upaya pihak Satlantas Polresta Kota Banda Aceh dalam menanggulangi permasalahan Kendaraan Bermotor yang tidak laik jalan karena telah dimodifikasi dianggap belum maksimal, karena dari data pelanggaran yang diperoleh dari SatlantasPolresta Banda Aceh menggambarkan jumlah tingkat pelanggaran Kendaraan Bermotor yang tidak laik jalan

9Rasyidin, Polisi Polresta Banda Aceh, Wawancara, Rabu, 05 Oktober 2016

(9)

karena telah dimodifikasi dari Bulan Januari s.d Oktober tahun 2015 tidak mengalami penurunan.

Menurut Dirja, Polisi Polresta Banda Aceh, keamanan berkendara merupakan kegiatan untuk keselamatan berkendara. Kegiatan ini mencakup pada kegiatan pendidikan, pelatihan keterampilan mengendarai kendaraan bermotor, kiat-kiat aman berkendara dan mengetahui persyaratan teknis pada kendaraan bermotor agar laik jalan. Kegiatan ini diselenggarakan oleh polisi yang bekerjasama dengan sektor bisnis, media dan LSM yang ditujukan baik dari tingkat pelajar, mahasiswa, masyarakat umum atau siapa saja yang peduli terhadap masalah keselamatan berkendaradengan bertujuan untuk mengetahui persyaratan teknis pada kendaraan bermotor agar laik jalan, meningkatkan kemampuan serta kesadaran berlalu lintas untuk keselamatan para pengguna jalan.10

KESIMPULAN

Penerapan sanksi terhadap kendaraan yang tidak laik jalan karena telah dimodifikasi adalah sanksi pidana modifikasi kendaraan bermotor dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas yaituterdapat dalam pada Pasal 285, adapun sanksi pidana denda yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mengacu kedalam ketentuan denda yang terdapat dalam Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 31 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), Pidana denda sebagai pengganti penerapan pidana penjara sejauh ini dirasakan dalam masyarakat masih belum memenuhi tujuan pemidanaan, hal ini disebabkan oleh karena faktor-faktor dapat digantikan pelaksanaan denda oleh bukan pelaku, menyebabkan rasa dipidananya pelaku menjadi hilang, Nilai ancaman pidana denda dirasakan terlampau rendah, sehingga tidak sesuai dengan keselarasan antara tujuan pemidanaan dengan rasa keadilan dalam masyarakat.

Hambatan dalam penerapan sanksi pidana terhadap kendaraan yang tidak laik jalan karena telah dimodifikasi adalah kurangnya jumlah mobil yang tersedia untuk melakukan patrol lalu lintas, kurangnya jumlah personel polisi lalu lintas, kurangnya jam patrol lalu lintas, kurangnya kerjasama dari pihak masyarakat untuk mewujudkan kondisi lalu lintas yang tertib aman dan lancar.

Adanya upaya yang dilakukan pihak kepolisian untuk mencegah adanya modikasi kendaraan yang melanggar hukum.

10Dahlan, Kasat Lantas Polresta Banda Aceh, Wawancara, Senin, 24 Oktober 2016

(10)

DAFTAR PUSTAKA 1. Buku-buku

Abdurrahman, Aneka Masalah Hukum Dalam Pembangunan di Indonesia, Alumni, Bandung, 1979

Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Cetakan Kedua, Jakarta, Sinar Grafika, 2002.

---, Hukum Pidana Indonesia, Yarsif Watampone, Jakarta, 2010.

Bernard L. Tanya, Teori Hukum, Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi, Genta Publishing, 2010.

Hasan Shadily, Ensklopedi Umum, Kanisius, Yogyakarta, 1990.

Kansil, C.S.T. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta 1986Lamintang P.A.F, Hukum Penetentier Indonesia, Armico, Bandung, 1997.

Lamintang P.A.F, Hukum Penitensier Indonesia. Armico, Bandung 1988.

Mahadi, Peranan Kesadaran Hukum Dalam Proses Penegakan Hukum, Majalah BPHN, Jakarta, 1986.

Marpaung Leden, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana,Sinar Grafika, Jakarta 2005.

Muladi dan Barda Nawawi, Teori- teori dan Kebijakan Pidana, Alumni Bandung, 2005.

Poerwadarminta W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1985.

Romli Atmasasmita, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, Bandung, 1993.

Ronny Hanitijo Soemitro, Permasalahan Hukum di Dalam Masyarakat, Alumni Bandung, 1985.

Sanusi, Dasar – dasar Penologi, Menara, Medan, 1976.

Simanjuntak B, Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial, Medan 1994.

Soejono D. Bunga Rampai Kriminologi, Amrico, Bandung, 1955.

Soerjono Soekanto, Kegunaan Sosiologis Hukum Bagi Kalangan Hukum, Alumni Bandung, 1989.

---, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan, Rajawali Pers, Jakarta, 1982.

---, Ketertiban Berlalu Lintas Menuju Terciptanya Rasa Aman dan Nyaman di Jalan raya, Seleupa, Jakarta, 1998.

(11)

---, Suatu Tinjauan Sosiologi Hukum Terhadap Masalah-Masalah Sosial, Alumni Bandung, 1982.

Tri Andrisman, Asas-Asas dan Dasar Aturan Hukum Pidana Indonesia, Unila, Bandar Lampung, 2009.

Von, Hirsch, Andrew, and Robert, Juliant, Bottoms Anthony E, Roach Kent, and Schiff Mara, Restorative Justice & Criminal Justice, Hart Publishing, Oxford and Portland, Oregon, 2003.

2. Peraturan Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Indonesia(KUHAP).

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia(KUHP).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Lalu Lintas.

Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui daya beli atau kemampuan membayar dari calon pengguna jasa kereta api commuter terhadap tarif rencana commuter di kota Malang maka perlu

27 Al-Saybany, Falsafah Pendiidkan, 76.. dijelaskan sebelumnya, paradigma pendidikan kritis memiliki banyak persamaan dengan paradigma pendidikan Islam. Pendidikan Islam

Sampel berukuran n dibagi kedalam sejumlah m set secara acak dengan ukuran yang sama, kemudian pengukuran diambil dari peringkat terkecil untuk set pertama, set

Bertolak dari uraian di atas, sudah dilakukan penelitian untuk mengetahui waktu yang efektif pada pelapisan spermatozoa dengan media TALP yang disuplementasi 4%

Perbedaan fenotipe antar populasi udang galah terekspresikan dari ukuran-ukuran badan, yang diperkuat dengan terbentuknya dendrogram menjadi dua kelompok yaitu Bone dan

Bukti Kas Keluar (payment voucher) dibuat berdasarkan dokumen-dokumen pendukung yang ada, yaitu surat jalan dan sales order. Setelah giro dibuka berdasarkan payment voucher

Penerapan pidana terhadap pelaku tindak pidana mengemudikan kendaraan bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan korban luka berat

Di indonesia produksi cabai belum memenuhi kebutuhan secara nasional sehingga pemerintah harus mengimpor cabai mencapai lebih dari 16.000 ton per tahunnya (DBPH,