• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PERBANDINGAN SOSIAL DI INSTAGRAM DENGAN KETIDAKPUASAN TUBUH PADA REMAJA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PERBANDINGAN SOSIAL DI INSTAGRAM DENGAN KETIDAKPUASAN TUBUH PADA REMAJA SKRIPSI"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PERBANDINGAN SOSIAL DI INSTAGRAM DENGAN KETIDAKPUASAN TUBUH PADA

REMAJA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

Disusun oleh:

Eleonora Tricia Selina 159114028

PROGRAM STUDI PSIKOLGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

2020

(2)

iv

HALAMAN MOTTO

“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka.”

Pengkotbah 3:11

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakan dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan

syukur”

Filipi 4:6

“Even if the desert becomes cracked, no matter who shakes this world. Don’t let go of the hand you’re holding. Please don’t wake up from this dream”

Euphoria –BTS

“Maybe I fell in order to take the place of those countless stars. The target of thousands of bright arrows is me alone”

Love Myself – BTS

“You give me the best of me, so you give you the best of you”

Magic Shop – BTS

(3)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat-Nya yang luar biasa dalam setiap langkah hidup saya.

Bagi Bunda Maria yang setia mendampingi dalam setiap doa-doa yang saya haturkan.

Atas berkat dan pendampingan Tuhan Yesus Kristus serta Bunda Maria, saya dengan penuh rasa syukur dan bangga mempersembahkan karya ini kepada kedua

orangtua saya yang selalu setia mendampingi, mendidik, membesarkan serta mendoakan saya hingga saat ini. Saya juga mempersembahakn karya ini untuk kedua kakak dan keponakanku, terima kasih atas dukungan dan doa yang telah

diberikan.

Kepada keluarga besar, sahabat, dan teman-teman saya serta semua pihak yang yang membantu saya dalam menyelesaikan karya ilmiah ini, terima kasih atas waktu, kenangan, pengalaman, dan dukungan serta doa kalian sehingga saya bisa

mencapai tahap ini.

(4)

vii

HUBUNGAN ANTARA PERBANDINGAN SOSIAL DI INSTAGRAM DENGAN KETIDAKPUASAN TUBUH PADA REMAJA

Eleonora Tricia Selina

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perbandingan sosial di Instagram dengan ketidakpuasan tubuh pada remaja. Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara perbandingan sosial di Instagram dengan ketidakpuasan tubuh pada remaja. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode korelasional. Responden dalam penelitian ini berjumlah 460 remaja laki-laki dan perempuan usia 13-18 tahun yang memiliki dan menggunakan Instagram. Alat pengumpulan data perbandingan sosial merupakan skala adaptasi Iowa-Netherlands Comparison Orientation Measure (Gibbons & Buunk, 1999), sedangkan ketidakpuasan tubuh diukur menggunakan skala adaptasi Body Shape Questionnaire (Cooper dkk., 1987). Teknik analisis data menggunakan uji korelasi Spearman’s Rho. Hasil analisis menunjukkan bahwa hipotesis pada penelitian ini diterima yaitu terdapat hubungan yang positif antara perbandingan sosial di Instagram dengan ketidakpuasan tubuh pada remaja (r = 0,298; dengan p = 0,000). Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi perbandingan sosial di Instagram, maka semakin tinggi pula ketidakpuasan tubuh, begitu pula sebaliknya. Berdasarkan hasil penelitian, remaja diharapkan lebih bijak dalam memproses informasi yang diterima dari perbandingan sosial di Instagram sedangkan bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti kedua variabel dengan variabel lain yang terkait dan menggunakan dua skala yang berbeda sehingga dapat menjelaskan dinamika baik antara remaja laki-laki dan perempuan maupun rentang usia remaja awal dan remaja akhir.

Kata kunci: perbandingan sosial di Instagram, ketidakpuasan tubuh, remaja

(5)

viii

CORRELATION BETWEEN SOCIAL COMPARISON IN INSTAGRAM AND BODY DISSATISFACTION AMONG ADOLESCENTS

Eleonora Tricia Selina ABSTRACT

This study aims to measure the correlation between social comparison on Instagram and body dissatisfaction among adolescents. The hypothesis of this study is that there is a positive and significant correlation between social comparison on Instagram and body dissatisfaction among adolescents. This research used a quantitative approach with correlational method. The participants were 460 boys and girls, aging between 13-18 years old who have and use Instagram. The data of social comparison on Instagram variable was measured by using an adaptation scale of Iowa- Netherlands Comparison Orientation Measure (Gibbons & Buunk, 1999), while the body dissatisfaction variable data was measured by using an adaptation scale of Body Shape Questionnaire (Cooper et al, 1987). The correlation between the two variables was measured by using Spearman’s Rho technique. The result of this study shows that the hypothesis in which there is a positive correlation between social comparison on Instagram and body dissatisfaction among adolescents (r = 0.298; p = 0.,000) is accepted. It means that the higher social comparison on Instagram, the higher the body dissatisfaction would be, or the other way around. Based on the result of this study, adolescents are expected to be wiser in processing information received from social comparison on Instagram, while for further researchers they are expected to be able to examine the two variables with other related variables and use two different scales so that they can explain the dynamics of both boys and girls as well as the age range of early adolescence and late adolescence.

Key words: social comparison on Instagram, body dissatisfaction, adolescent

(6)

ix

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Eleonora Tricia Selina Nomor Mahasiswa : 159114028

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“HUBUNGAN ANTARA PERBANDINGAN SOSIAL DI INSTAGRAM DENGAN KETIDAKPUASAN TUBUH PADA REMAJA”

Beserta perangkat yang diperlukan bila ada. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 15 Mei 2020 Yang menyatakan,

(Eleonora Tricia Selina)

(7)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, berkat kasih dan penyertaan-Nya saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi. Kasih yang Tuhan beri bekerja pada orang-orang di sekitar saya yang selalu memberi dukungan, semangat, serta doa yang tiada hentinya. Hal tersebut yang menguatkan dan meyakinkan saya bahwa saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M. Psi., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Monica Eviandaru Madyaningrum M. App. Psych, Ph. D selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing saya dari semester satu dan telah membantu saya dalam keperluan akademik selama saya berkuliah di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

4. Ibu Diana Permata Sari, S.Psi., M.Sc selaku Dosen Pembimbing Skripsi.

Terima kasih telah menyediakan waktu untuk membimbing saya dengan sabar, memberikan nasihat dan semangat serta telah menjalin komunikasi yang baik selama proses penulisan skripsi hingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Saya senang bisa mengenal bu Diana sejak mata kuliah PAUD, Seminar hingga Penulisan Skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Terima kasih untuk ilmu dan bimbingannya dari awal hingga akhir masa perkuliahan ini.

(8)

xi

6. Seluruh Staff dan Karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

Terima kasih atas ketulusan dalam pelayanan untuk membantu saya selama kuliah di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

7. Bapak dan Ibuk. Terima kasih telah mendidik dan membesarkan Adek dengan penuh kasih sayang, kesabaran, dan perjuangan. Terima kasih atas dukungan, semangat, serta doa selama Adek kuliah hingga Adek dapat menyelesaikan skripsi ini. Adek mohon maaf apabila saya belum bisa menjadi anak yang Bapak Ibuk harapkan dan belum bisa membalas kebaikan serta perjuangan Bapak Ibuk, tapi Adek akan selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik dan membanggakan Bapak dan Ibuk. Semoga dengan selesainya penulisan skripsi sebagai salah satu pencapaian Adek ini bisa membuat Bapak dan Ibuk tersenyum bahagia.

Semoga Tuhan Yesus dan Bunda Maria selalu menyertai, memberkati, dan membalas kebaikan Bapak Ibuk. Adek sayang Bapak Ibuk. 

8. Kedua kakakku, Mas Dion dan Kak Sonya serta si kecil Mas Mikha. Terima kasih selalu mendukung dan mendoakan Adek. Terima kasih sudah menjadi penghiburan ketika Adek sedang kesulitan mengerjakan skripsi terutama Mas Mikha yang tidak pernah gagal membuatku tersenyum dan tertawa dengan tingkah lakunya. Terima kasih ya kak sudah dimasakkan makanan yang enak- enak banget! Aku sayang kalian.

9. Eyang putriku dan Tante Dinah. Terima kasih banyak atas doa Simbah dan Tante yang tiada hentinya untuk Selin. Terima kasih Mbah atas waktu berharganya dan tawanya ketika jalan-jalan naik mobil keliling Solo. Selin

(9)

xii

berharap Simbah dan Tante diberi kesehatan dan umur panjang supaya Selin bisa membuat Mbah dan Tante bahagia dan bangga. Tuhan memberkati mbah.

10. Terima kasih untuk Om Dono, Tante Utie, Kevin, dan Vina atas dukungan serta doanya selama ini.

11. Ibu Sisca, Mbak Nino, Mas Bondhan, Mas Gian, dan Dek Jantra. Terima kasih turut mendukung dan mendoakan selama penulisan skripsi ini.

12. Mas Krisna, terima kasih atas kasih sayang, dukungan, dan doa untuk Adek.

Terima kasih, selalu meyakinkan Adek bahwa Adek bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini, selalu ada saat Adek butuh tempat untuk bercerita, dan selalu menghibur Adek. Terima kasih sudah mau menghabiskan waktu bersama, sesederhana ngobrol dan masak bareng. Apa yang kita jalani tidak selalu mudah, terima kasih untuk bertahan.

13. Papa Lukito, Mama Ruri, Kak Thea, dan Tia. Terima kasih karena sudah menjadi bagian dari keluargaku. Terima kasih atas doa serta dukungannya selama menyusun skripsi ini. Terima kasih atas waktu dan pengalaman jalan- jalan barengnya. Tuhan Yesus memberkati.

14. Devi, Tami, dan Frila. Terima kasih sudah menjadi teman yang bisa jadi tempat sharing, teman ngerjain skripsi, teman masak, teman makan, teman jalan-jalan, teman yang kadang nggak jelas tapi ada aja lucu-lucunya dan bisa jadi hiburan ketika suntuk mengerjakan skripsi. Terima kasih ya atas kenangan yang menyenangkan, tawa, dan tangisnya selama kuliah terutama selama tinggal di kos. Sungguh bersyukur bisa mengenal kalian dengan keunikannya masing- masing. Semoga pertemanan ini bisa selalu terjalin. Thank you guys!

(10)

xiii

15. Teman-temanku dekatku, Lydia, Nadya, Gicil, Novi, Panca, Dandy, Putut, Ellen, Shinta, Soma, Yolo, dan Valens. Terima kasih atas pertemanan yang penuh kenangan dan pengalaman selama duduk di bangku perkuliahan. Terima kasih sudah menjadi teman seperjuangan dari awal hingga akhir. Terima kasih atas tawa dan tangisnya, sangat senang bisa mengenal kalian!

16. Teman-teman angkatan 2015 yang tergabung dalam kelas C, kepanitiaan, UKF, maupun dalam tugas membantu kegiatan Fakultas. Mario, Intan, Ivan, Ana, Tia, Cecil, Dinar, Kunthi, Ayu, Budi, Kinan, Pandu, Emma, Axcella, Kenan, Epek, Afin, Egi, Evelin, Awit, Ika, Ben, Flora, Adi, Lia, Galuh, Inez, Jeta, Gowek, Alvin, Taufik, Pungkas, Jati dan teman-teman yang lain. Terima kasih atas dinamika selama kuliah, terima kasih atas pengalamannya, terima kasih telah berkembang bersama.

17. Teman-teman bimbingan Bu Diana. Valens, Tami, Maria, Ika, Willys, Cellinda, Kak Ellen, Mbak Gata, Aldo, Mike, Sheila, Mira. Terima kasih atas kebersamaan sejak mata kuliah Seminar hingga Penulisan Skripsi ini. Kita tahu ini tidak mudah, tetap semangat, jangan lupa berdoa, dan istirahat. Semangat!

Kalian pasti bisa!

18. Kakak-kakak tingkat. Kak Dea, Kak Gantih, Kak Indri, Kak Jo, Mas Ridho, Mas Jati, Mbak Denty, Kak Tara, Kak Rudi, Kak Anas, Mas Efan dan teman- teman yang lain. Terima kasih atas dinamikanya selama kuliah, senang bisa mengenal kalian. Semoga apapun yang kalian lakukan selalu berbuah baik.

19. Adik-adik tingkat, Alma, Dilla, Vinda, Nandya, Bregas, Ola, Linggar, Eno, Ocha, Tejo, Septian, Rian, Gravy, Alma, Vio, Bang Jem, Stella, Erick, Villia,

(11)

xiv

Tasya, Gevin, Tiora, Oeij, Silvia, Hiro, Ario, Etha, dan teman-teman yang lain.

Terima kasih atas dinamika dan kebersamaannya, semangat untuk kalian!

20. Teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu dan seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi ini hingga selesai. Terima kasih.

(12)

xv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ...x

DAFTAR ISI ...xv

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ...xx

BAB I. PENDAHULUAN ...1

Latar Belakang...1

Rumusan Masalah ...10

Tujuan Penelitian ...11

Manfaat Penelitian ...11

1. Manfaat Teoretis ...11

2. Manfaat Praktis ...11

BAB II. LANDASAN TEORI ...12

Perbandingan Sosial ...12

1. Definisi Perbandingan Sosial ...12

2. Dimensi Perbandingan Sosial ...13

Kemampuan (Ability) ...13

Pendapat (Opinion) ...14

3. Dampak Perbandingan Sosial ...15

Ketidakpuasan Tubuh ...16

1. Definisi Ketidakpuasan Tubuh...16

2. Dimensi Ketidakpuasan Tubuh ...17

Persepsi Diri Tentang Bentuk Tubuh ...18

(13)

xvi

Perbandingan Persepsi Tentang Citra Tubuh ...18

Perubahan Dalam Persepsi Tubuh ...18

Sikap Tentang Perubahan Citra Tubuh...19

3. Faktor-faktor yang memengaruhi Ketidakpuasan Tubuh ...19

Harga Diri ...19

Internalisasi Tubuh Ideal yang Langsing atau Berotot ...20

Perbandingan sosial ...21

Objektifikasi Diri ...21

Efikasi Diri ...22

Apresiasi Tubuh...22

Instagram ...23

Remaja ...25

1. Definisi Remaja ...25

2. Perkembangan Biologis Remaja ...25

3. Remaja dan Teman Sebaya ...26

4. Remaja dan Penggunaan Instagram ...27

Hubungan Perbandingan Sosial di Instagram dengan Ketidakpuasan Tubuh Pada Remaja ...28

Kerangka Penelitian...32

Hipotesis Penelitian ...32

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...33

Jenis dan Desain Penelitian ...33

Variabel Penelitian ...33

1. Variabel Bebas ...33

2. Variabel Tergantung ...33

Definisi Operasional ...34

1. Perbandingan Sosial ...34

2. Ketidakpuasan tubuh ...34

Responden Penelitian ...35

Metode dan Alat Pengumpulan Data ...35

1. Metode Pengumpulan Data ...35

2. Alat Pengumpulan Data ...36

Iowa-Netherlands Comparison Orientation Measure ...36

Body Shape Questionnaire ...37

(14)

xvii

Validitas dan Reliabilitas Alat ukur ...39

1. Validitas ...39

2. Kualitas Item ...40

3. Daya Beda Skala ...41

4. Reliabilitas ...42

Pengumpulan Data secara Online melalui Google Form ...43

Metode Analisis Data ...45

1. Uji Asumsi ...45

Uji Normalitas ...45

Uji Linearitas ...45

2. Uji Hipotesis ...45

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...47

Pelaksanaan Penelitian ...47

Deskripsi Responden Penelitian ...47

Deskripsi Data Penelitian ...48

Analisis Data Penelitian ...49

1. Uji Asumsi ...49

Uji Normalitas ...49

Uji Linearitas ...50

2. Uji Hipotesis ...51

Pembahasan ...52

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...58

Kesimpulan ...58

Keterbatasan Penelitian ...58

Saran ...58

1. Bagi Remaja Pengguna Instagram ...58

2. Bagi Peneliti Selanjutnya ...59

Daftar Pustaka ...60

LAMPIRAN ...71

(15)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Item Skala Iowa-Netherlands Comparison Orientation

Measure Sebelum Uji Coba...36

Tabel 2. Penskoran Jawaban Skala Iowa-Netherlands Comparison Orientation Measure ...37

Tabel 3. Distribusi Item Skala Body Shape Questionnaire Sebelum Uji Coba ...38

Tabel 4. Penskoran Jawaban Skala Body Shape Questionnaire ...39

Tabel 5. Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan ...46

Tabel 6. Persentase Responden Berdasarkan Usia ...47

Tabel 7. Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...48

Tabel 8. Deskripsi Statistik Penelitian ...49

Tabel 9. Hasil Uji Normalitas Komolgorov-Smirnov ...50

Tabel 10. Hasil Uji Linearitas ...50

Tabel 11. Hasil Uji Hipotesis Spearman’s Rho ...51

(16)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ...32

(17)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Hasil Adaptasi Skala ...72

LAMPIRAN 2. Skala Penelitian ...76

LAMPIRAN 3. Reliabilitas Item Skala Penelitian ...82

LAMPIRAN 4. Daya Beda Skala ...84

LAMPIRAN 5. Reliabilitas Skala Penelitian ...85

LAMPIRAN 6. Hasil Uji-T ...86

LAMPIRAN 7. Hasil Uji Normalitas ...87

LAMPIRAN 8. Hasil Uji Linearitas ...88

LAMPIRAN 9. Hasil Uji Hipotesis ...89

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

“If you’ve never gone out to see the world, you’ll probably love yourself, because you don’t look at others. But when you look at social media, you start comparing.

You start comparing yourself to other girls, and you’ll start to wonder why you’re not looking like them, that’s why you start changing.”

(Chua & Chang, 2016) Latar Belakang

Pada masa remaja yaitu usia 11-18 tahun (Berk, 2014), individu akan lebih sering menghabiskan waktu bersama teman sebayanya. Teman sebaya dalam kehidupan remaja memiliki peran yang penting karena remaja memiliki kebutuhan untuk disukai dan diterima oleh temannya. Remaja belajar dari teman sebaya apakah mereka lebih baik, serupa, atau lebih buruk daripada yang dilakukan oleh teman sebaya. Kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan melakukan perbandingan sosial (Santrock, 2013). Perbandingan sosial merupakan kunci dari proses sosial pada masa remaja (Myers, 2009).

Individu membandingkan dirinya dengan individu lain untuk mengevaluasi pendapat serta kemampuannya. Tujuan utama perbandingan sosial untuk memperoleh informasi tentang diri sendiri (Festinger, 1954;

Gibbons & Buunk, 1999) akan tetapi, remaja terkadang menolak bahwa mereka telah melakukan perbandingan sosial karena dianggap tidak diinginkan secara sosial (Santrock, 2013). Festinger (1954) menambahkan selama melakukan perbandingan sosial, individu memiliki dorongan untuk

(19)

2

menentukan perkembangan dan kedudukan mereka dalam kehidupan sehingga individu mencari standar atau target perbandingan yang dapat dibandingkan dengan diri mereka. Penelitian telah menyatakan bahwa remaja perempuan dan laki-laki memilih teman sebaya telah memilih teman sebaya sebagai target perbandingan (Jones, 2001). Remaja dapat menerima umpan balik dari teman sebaya tentang kemampuan mereka sehingga remaja dapat belajar apakah yang mereka lakukan lebih baik, setara, atau lebih buruk dari yang dilakukan oleh teman sebaya (Santrock, 2013).

Individu membandingkan dirinya dengan individu lain di kehidupan nyata terjadi ketika individu berinteraksi satu sama lain secara langsung.

Perkembangan zaman membuat perbandingan sosial relevan dengan kemajuan teknologi terutama dengan adanya media sosial karena media sosial menyediakan sarana untuk menampilkan diri individu melalui gambar dan unggahan lainnya (Vogel dkk., 2014) serta menawarkan pengguna untuk mengakses kehidupan sehari-hari dari pengguna lain dengan mudah sehingga menyediakan kesempatan untuk melakukan perbandingan sosial (Yang dkk., 2018). Media sosial saat ini menjadi platform yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia, terbukti sebanyak 150 juta penduduk Indonesia aktif menggunakan media sosial per Januari 2019 (We Are Social [WAS], 2020).

Instagram merupakan sebuah aplikasi untuk berbagi foto dan video secara gratis yang terdapat pada perangkat IOS Apple, Android, dan Windows Phone (SearchCIO, 2017). Instagram memiliki fitur utama yaitu mengunggah foto atau video sehingga pengguna dapat segera mengabadikan serta membagikan

(20)

pengalaman mereka dan berinteraksi dengan pengguna lain seperti teman, keluarga, bahkan selebriti (Hendrickse dkk., 2017). Instagram digunakan sebagai sarana dokumentasi (documenting) dan pengawasan (surveillance).

Dokumentasi merupakan aktivitas mengabadikan momen dengan cara merekam aktivitas melalui foto atau video sedangkan pengawasan adalah perilaku melihat aktivitas pengguna lain melalui foto dan video yang diunggah oleh pengguna lain. Instagram juga dianggap sebagai aplikasi untuk melakukan interaksi sosial yaitu mempertemukan para pengguna dengan ketertarikan yang sama (Lee dkk., 2015).

Instagram merupakan salah satu media sosial yang banyak digemari dan berkembang dengan pesat. Hasil survei dari badan statistik Statista (2019) menunjukkan perkembangan jumlah pengguna Instagram dari tahun 2016.

Pengguna Instagram di dunia mencapai 428 juta pada tahun 2016 dan mengalami lonjakan hingga mencapai 600 juta pengguna pada tahun 2017 dan terus beranjak naik dari tahun ke tahun. Pada Januari 2020, Indonesia berada di peringkat empat di dunia sebagai pengguna Instagram terbanyak yaitu sekitar 63 juta pengguna (WAS, 2020).

Teori Using and Gratification digunakan untuk menjelaskan alasan individu menggunakan Instagram. Teori tersebut menjelaskan pengguna media yang aktif daripada menjadi penerima yang pasif seperti pada model komunikasi media-sentris. Individu sebagai pengguna aktif secara sadar terlibat dalam media untuk memenuhi kebutuhan yang mencerminkan kecenderungan sosial dan psikologis (Katz dkk.,1974dalam Al-Kandari dkk.,

(21)

4

2016; Sheldon & Bryant, 2016). Pemenuhan kebutuhan tersebut merupakan efek dari media (Rosegren, 1974 dalam Al-Kandari dkk., 2016).

Instagram digunakan sebagai sarana ekspresi diri secara visual dengan cara mengambil foto terbaik, menyunting atau melakukan proses editing, lalu mengunggahnya ke Instagram. Proses editing dilakukan dengan menambahkan filter atau perubahan digital sehingga dapat meningkatkan ketertarikan (Chua

& Chang, 2016). Foto yang dipilih menggambarkan perasaan, sikap, serta pikiran dari penggunanya, hal tersebut merupakan salah satu prediktor pengungkapan diri (self-disclosure) yang merujuk pada presentasi diri (self- presentation). Presentasi diri merupakan tindakan penyampaian informasi mengenai diri sendiri yang biasanya melibatkan informasi positif saja sehingga pengguna Instagram akan mengedit foto agar dapat menampilkan citra yang positif bagi pengguna lain (Al-Kandari dkk., 2016). Instagram tampaknya dipenuhi oleh individu yang memiliki tubuh, kehidupan, dan hubungan yang sempurna (Victoria, 2018)

Remaja sebagai pengguna Instagram akan dengan mudah untuk melihat unggahan teman sebayanya yang menampilkan gambar-gambar yang menarik dan membuat perbandingan pada gambar yang dianggap ideal (Perloff, 2014), karena mereka percaya bahwa teman sebaya memiliki tingkat daya tarik yang lebih dapat dicapai (Fardouly, 2015). Remaja melakukan perbandingan sosial terhadap teman sebaya tanpa mengetahui bahwa teman mereka menyunting foto secara digital, maka dari itu Instagram dapat menjadi salah satu sarana

(22)

yang dapat memberi kesempatan untuk melakukan perbandingan sosial (Tiggemann, 2015).

Jejaring sosial (social network sites) memiliki kelebihan yang mendukung terjadinya perbandingan sosial karena jejaring sosial berguna sebagai fasilitas untuk presentasi diri, sumber informasi, dan penerimaan realisme yang terus- menerus diterima remaja melalui konten yang diunggah teman sebaya. Media sosial sebagai bentuk media baru memberikan internalisasi tubuh ideal bagi perempuan maupun laki-laki melalui konten yang disajikan (Grogan, 2017).

Konsep peran teman sebaya dalam media sosial yang membentuk standar kecantikan pada remaja putri dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana standar ideal terbentuk secara sosial. Peran teman sebaya yaitu sebagai penonton bayangan, juri yang memberi persetujuan, dan ketidaksetujuan terhadap penampilan fisik, tempat belajar fotografi serta editing dan sasaran untuk perbandingan remaja putri dalam hal kecantikan (Chua & Chang, 2016).

Masyarakat juga turut memberikan gambaran tubuh ideal, perempuan yang ideal merupakan perempuan yang langsing dan laki-laki memiliki tubuh yang berotot (Berk, 2014).

Foto atau video yang diunggah di Instagram sering berhubungan dengan penampilan sehingga dapat menjadi standar ideal maupun target perbandingan (Hendrickse dkk., 2017). Remaja akan mengalami ketidakpuasan tubuh bila tidak dapat mencapai standar ideal yang ditentukan. Remaja yang berada pada periode pubertas secara keseluruhan lebih tidak puas dengan tubuhnya daripada masa remaja akhir (Santrock, 2013), namun seiring remaja menuju

(23)

6

masa remaja akhir mereka memiliki gambaran tubuh yang lebih positif (Holsen dkk., 2012 dalam Santrock, 2013). Ketidakpuasan tubuh merupakan pikiran negatif seseorang tentang tubuh mereka yang dapat disebabkan karena terdapat jarak gambaran tubuh ideal dari media dengan diri sendiri (Grogan, 2017).

Cramer dan Inkster (2017) juga menjelaskan bahwa penggunaan media sosial memiliki dampak buruk terhadap kesehatan mental serta kesejahteraan remaja dan diterbitkan dalam Royal Society for Public Health (RSPH). Pada penelitian tersebut remaja sebagai partisipan mengatakan bahwa salah satu dampak negatif dari media sosial adalah masalah body image, terbukti sembilan dari sepuluh remaja tidak senang dengan tubuh mereka. Hasil tersebut sesuai dengan dampak negatif paling tinggi yang terdapat di Instagram yaitu tentang body image. Chua dan Chang (2016) menyatakan bahwa responden penelitian yang menggunakan media sosial mengarah pada ketidakpuasan tubuh, ragu tentang harga diri mereka, dan terlibat dalam perilaku menyakiti diri sendiri (self-harm).

Penelitian terkait perbandingan sosial dan ketidakpuasan tubuh di media sosial pernah dilakukan sebelumnya. Ho dkk. (2016) melakukan penelitian pada remaja perempuan dan laki-laki usia 12-19 tahun di Singapura. Penelitian tersebut mencari tahu tentang hubungan perbandingan sosial di jejaring sosial.

Remaja melakukan perbandingan sosial terhadap teman sebaya dan selebriti.

Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa perbandingan sosial yang dilakukan di jejaring sosial terhadap teman sebaya memiliki hubungan yang lebih kuat daripada perbandingan sosial terhadap selebriti.

(24)

Penelitian lain dilakukan oleh Hendrickse dkk. (2017) dengan responden mahasiswa dan dilakukan di Australia. Penelitian tersebut mencari tahu tentang aktivitas foto di Instagram dan hubungannya dengan ketidakpuasan tubuh. Kedua variabel tersebut dimediasi oleh perbandingan sosial. Hasil penelitian menyatakan bahwa penggunaan Instagram dapat berpotensi berbahaya bagi individu karena sering terlibat dalam membandingkan diri dengan individu lain sehingga juga dapat menyebabkan ketidakpuasan tubuh.

Tiggemann dan Brown (2018) melakukan penelitian eksperimen tentang perbandingan sosial yang dilakukan mahasiswi terhadap gambar iklan di majalah. Pada penelitian eksperimen, mahasiswi dihadapkan pada gambar yang diberi label yaitu tanpa label, gambar yang diubah secara digital, gambar dengan konsekuensi yang dapat membuat mahasiswi merasa buruk tentang diri mereka, gambar dengan model yang berat badannya kurang, dan gambar grafis. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa perbandingan sosial yang dilakukan terhadap gambar iklan di majalah dapat meningkatkan ketidakpuasan tubuh pada mahasiswi dan pemberian label pada gambar tidak memberikan efek khusus pada ketidakpuasan tubuh.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, penelitian ini memiliki beberapa perbedaan sebagai kebaruan penelitian. Pertama, penelitian ini memilih remaja laki-laki dan perempuan yang berusia 13-18 tahun sebagai responden sedangkan penelitian sedangkan Hendrickse dkk. (2017) memilih mahasiswi sebagai respondennya, kriteria responden tersebut juga dipilih atas saran penelitian dari Tiggemann dan Brown (2018) untuk mencari tahu bagaimana

(25)

8

perilaku perbandingan sosial terhadap ketidakpuasan tubuh pada usia yang lebih muda dan sedang dalam masa perkembangan identitas. Kedua, penelitian ini akan menggunakan metode survei sehingga diharapkan hasil yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi responden yang sesungguhnya karena penelitian Tiggeman dan Brown (2018) dilakukan dalam konteks eksperimen dan menurut mereka hal tersebut tidak dapat menggambarkan hasil yang natural. Ketiga, penelitian tersebut dilakukan pada media massa konvensional yaitu majalah sedangkan penelitian ini memilih Instagram sebagai bentuk media baru. Keempat, penelitian-penelitian tersebut dilakukan di luar negeri yaitu Singapura (Ho dkk., 2016), Australia (Tiggemann &

Brown, 2018), dan Australia (Hendrickse, dkk., 2017) sedangkan penelitian ini akan dilakukan di Indonesia.

Penelitian Ho dkk. (2016) telah melakukan penelitian pada responden yang sama, tetapi penelitian tersebut dilakukan dalam konteks jejaring sosial sehingga tidak fokus pada satu media sosial. Pada penelitian ini akan dilakukan di Instagram karena informasi sosial yang diperoleh melalui Instagram berbeda dari informasi sosial pada media sosial lain (Pittman & Reich, 2016). Pertama, pemusatan pada gambar di Instagram membedakan pada media sosial lain yang berpusat pada teks (Pittman & Reich, 2016). Instagram sebagai media sosial yang berpusat pada gambar memiliki konsekuensi yang berbeda terhadap perasaan pengguna (Johnson & Knobloch-Westerwick, 2016), selain itu Instagram memiliki peran dalam menggeser fungsi foto sebagai objek memori dan sebagai pengingat menjadi sebuah pembentukan jati diri karena

(26)

foto yang dipilih menggambarkan perasaan, sikap, serta pikiran dari penggunanya (Al-Kandari dkk., 2016).

Kedua, hubungan di Instagram merupakan nonrecripocal yaitu individu dapat mengikuti (follow) unggahan terbaru dari pengguna lain tanpa pengguna tersebut mengikuti kembali (followback) (Hu dkk., 2014 dalam de Vries dkk., 2017). Ketiga, unggahan di Instagram cenderung memiliki bias yang positif karena pengguna Instagram melakukan presentasi diri dan cenderung memilih serta mempertegas aspek positif dari diri mereka dan kehidupan mereka secara umum di media sosial (Lup dkk., 2015). Instagram sebagai media sosial yang mengedepankan gambar akan sesuai dengan penelitian ini, karena foto atau video yang diunggah oleh teman sebaya menampilan citra yang positif terhadap pengguna lain karena telah dilakukan proses editing (Al-Kandari dkk., 2016) dan unggahan tersebut sering berhubungan dengan penampilan (Hendrickse dkk., 2017) sehingga menyebabkan remaja akan melakukan internalisasi tubuh ideal dan memilihnya sebagai target perbandingan karena menganggapnya sebagai sesuatu yang lebih nyata (Perloff, 2014). Selain itu, Sundar (2008) menyatakan bahwa otak manusia secara implisit mempercayai modalitas visual seperti gambar dan video daripada tulisan. Foto dianggap lebih nyata dan mudah dipercaya karena bisa dilihat daripada tulisan yang hanya bisa dibaca.

Berdasarkan kekurangan penelitian terdahulu dan kebaruan penelitian ini, peneliti berinisiatif meneliti hubungan perbandingan sosial di Instagram dengan ketidakpuasan tubuh pada remaja. Responden pada penelitian ini

(27)

10

adalah remaja laki-laki dan perempuan dengan rentang usia 13-18 tahun yang memiliki dan menggunakan Instagram. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk melihat hubungan perbandingan sosial di Instagram dengan ketidakpuasan tubuh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yang menyediakan data dalam bentuk angka tentang tren, sikap, pendapat dari populasi yang diperoleh melalui sampel populasi tersebut (Creswell, 2014).

Penelitian ini penting untuk dilakukan karena dapat memberikan penjelasan tentang hubungan perbandingan sosial di Instagram dengan ketidakpuasann tubuh pada remaja. Para remaja akan belajar untuk memahami selama mereka menggunakan Instagram, mereka bisa saja melakukan perbandingan sosial terhadap teman sebaya yang dapat menghantar mereka pada ketidakpuasan tubuh. Hal tersebut dapat berguna bagi remaja untuk menghindari dampak-dampak negatif dari perbandingan sosial seperti merasa tidak percaya diri, tidak berharga, dan merasa buruk sehingga remaja juga dapat terhindar dari dampak ketidakpuasan tubuh seperti perilaku menyakiti diri bahkan gangguan makan. Hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan refleksi bagi remaja untuk lebih bijak selama menggunakan Instagram.

Rumusan Masalah

Remaja yang membandingkan dirinya dengan teman sebaya dapat mengalami ketidakpuasan tubuh karena terdapat celah antara gambaran tubuh ideal dengan tubuh yang dimiliki saat ini. Remaja juga dapat membandingkan

(28)

dirinya dengan unggahan teman sebaya di Instagram yang menampilkan gambar yang dianggap ideal (Perloff, 2014). Penelitian terhadulu belum banyak dilakukan di Indonesia, penelitian yang pernah dilakukan banyak memilih wanita dewasa sebagai responden, ada pula penelitian yang dilakukan pada remaja tetapi belum fokus pada perbandingan sosial di Instagram sehingga peneliti merumuskan pertanyaan penelitian bahwa terdapat hubungan antara perbandingan sosial di Instagram dengan ketidakpuasan tubuh pada remaja.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perbandingan sosial di Instagram dengan ketidakpuasan tubuh pada remaja.

Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dengan memberi sumbangan teoretis tentang hubungan perbandingan sosial di Instagram dengan ketidakpuasan tubuh pada remaja khususnya dalam bidang ilmu Psikologi Sosial dan Psikologi Perkembangan Remaja.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan refleksi bagi remaja untuk membantu mereka memahami dan meningkatkan kesadaran tentang hubungan antara perbandingan sosial di Instagram dengan ketidakpuasan tubuh.

(29)

12 BAB II

LANDASAN TEORI

Perbandingan Sosial

1. Definisi Perbandingan Sosial

Perbandingan sosial atau social comparison merupakan dorongan untuk mengevaluasi pendapat dan kemampuan diri (Festinger, 1954), melalui perbandingan sosial untuk mendapat informasi tentang diri mereka (Gibbons & Buunk, 1999) dan mendapat jawaban tentang seberapa baik diri mereka (Baron dkk., 2006). Perbandingan sosial merupakan karakteristik umum seorang manusia (Guimond, 2006) serta perhatian utama individu yang digunakan untuk memahami diri dan dunia sosial melalui individu lain.

Perbandingan sosial merupakan mekanisme psikologis mendasar yang memengaruhi penilaian, pengalaman, dan perilaku individu. Individu yang menerima informasi tentang individu lain akan menghubungkan informasi tersebut dengan diri mereka sendiri. Individu terkadang tidak mencari umpan balik yang akurat tapi berusaha untuk menjaga pandangan diri yang positif (Corcoran dkk., 2011).

Individu akan memperoleh informasi dari individu lain berarti mereka memilih individu tersebut sebagai patokan atau target perbandingan. Target perbandingan merupakan hal yang penting sebagai standar yang relevan agar menghasilkan informasi yang tepat dan sesuai kebutuhan individu

(30)

(Corcoran dkk., 2011). Festinger (1954, dalam Branscombe & Baron, 2017) juga mengatakan hal yang sama yaitu membandingkan diri dengan individu yang serupa akan menghasilkan informasi yang lebih akurat. Individu akan membandingkan dengan individu lain karena tidak ada tolok ukur yang objektif atau jika ada individu kesulitan untuk mencapainya (Festinger, 1954).

Berdasarkan pemaparan tentang perbandingan sosial dapat disimpulkan bahwa perbandingan sosial merupakan perilaku individu yang membandingkan dirinya dengan individu yang serupa agar memperoleh informasi yang akurat, perilaku tersebut terbentuk dari dorongan untuk mengevaluasi dan memahami dirinya dalam hal kemampuan dan pendapat.

2. Dimensi Perbandingan Sosial

Perbandingan sosial terdiri dari dua dimensi yaitu kemampuan (abiliy) dan pendapat (opinion) yang berperan bersama dalam menentukan perilaku.

Kognisi seseorang (pendapat dan kepercayaan) tentang situasi di mana ia berada dan penilain tentang apa yang mampu ia lakukan (evaluasi tentang kemampuan) akan bersama-sama mendasari perilakunya (Festinger, 1954).

Kemampuan (Ability)

Perbandingan sosial tentang kemampuan adalah perbandingan yang berorientasi pada kompetisi sehingga individu melihat target perbandingan sebagai kompetitor. Individu fokus pada pencapaian dan kinerja. Individu akan melihat apakah kemampuan atau pencapaian mereka lebih baik atau lebih buruk dari target perbandingan. Ketika

(31)

14

individu memiliki kemampuan yang jauh lebih rendah daripada individu lain maka perbandingan ini akan mengantar individu pada pengembangan kemampuan mereka (Festinger, 1954).

Kemampuan digambarkan dengan kinerja yang dianggap sebagai kemampuan khusus. Kejelasan dari kinerja dapat bervariasi sehingga tidak ada kriteria yang jelas tentang kinerja yang mencerminkan kemampuan seseorang. Evaluasi kemampuan tidak dapat diuji secara langsung dalam realitas objektif.

Pendapat (Opinion)

Perbandingan sosial tentang pendapat berfokus pada pengumpulan informasi sebagai cara untuk belajar tentang konteks dan diri sendiri (Suls, 2002 dalam Yang, 2018). Individu akan lebih memperhatikan persamaan dan perbedaan sikap, keyakinan, dan nilai di antara individu dan target. Individu akan melakukan pendekatan secara sosial, seperti diskusi dan persuasi untuk mengurangi kesenjangan pendapat dan menyesuaikan perspektif di antara individu dengan target perbandingan (Festinger, 1954).

Individu tidak mengevaluasi benar atau salah suatu pendapat jika pendapat individu lain yang jauh berbeda dari miliknya. Pada dimensi ini individu merasa bahwa mereka tidak membandingkan dirinya sendiri dengan individu lain yang merupakan anggota kelompok lain atau individu dengan latar belakang yang berbeda (Festinger, 1954). Individu

(32)

melihat target perbandingan sebagai informan, konsultan, dan panutan (Park & Baek, 2018 dalam Yang, 2018)

3. Dampak Perbandingan Sosial

Perbandingan sosial dapat memiliki konsekuensi positif maupun negatif. Hal tersebut tergantung pada respon individu ketika membandingkan dirinya dengan individu lain. Individu yang merasa lebih baik dari individu lain akan menimbulkan perasaan lega dan bangga maka akan meningkatkan pengaruh positif, sebaliknya jika individu merasa lebih buruk daripada individu lain maka hal tersebut memicu perasaan frustrasi dan dendam sehingga meningkatkan pengaruh negatif (Dijkstra dkk., 2010 dalam de Vries, 2017).

Perbandingan sosial dengan teman sebaya dapat memberikan individu gambaran tubuh yang dianggap menjadi standar ideal. Individu yang membandingkan diri sendiri dengan standar ideal tersebut dapat menyebabkan beberapa dampak buruk. Chua dan Chang (2016) memaparkan responden penelitiannya menganggap bahwa perbandingan sosial terhadap teman sebaya dinilai tidak sehat, tidak diperlukan, dan tidak masuk akal. Mereka merasa tidak percaya diri, tidak berharga, dan merasa lebih buruk. Hal tersebut dapat menghantar pada ketidakpuasan terhadap tubuh mereka, konsekuensi kesehatan yang negatif seperti program diet yang tidak sehat dan perilaku menyakiti diri sendiri bahkan gangguan makan.

(33)

16

Membandingkan diri sendiri dengan individu lain di Instagram juga dapat memengaruhi perasaan seseorang seperti depresi. Individu yang log in di Instagram akan melihat unggahan pengguna lain dan menilai bahwa mereka memiliki hidup yang lebih baik atau mereka melakukan lebih baik daripada dirinya. Penggunaan Instagram sehari-hari yang menghantar pada perbandingan sosial tersebut bahkan dapat memberi efek negatif pada kesejahteraan mereka (Hwnag, 2019).

Ketidakpuasan Tubuh

1. Definisi Ketidakpuasan Tubuh

Ketidakpuasan tubuh merupakan perbedaan antara gambaran ideal dan persepsi atas tubuh yang disertai dengan perasaan gemuk (Cooper dkk., 1987). Ketidakpuasan tubuh merupakan bagian dari body image. Body image merupakan persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang tentang tubuhnya. Ketidakpuasan tubuh adalah pikiran negatif individu tentang tubuh mereka yang disebabkan oleh jarak antara gambaran tubuh ideal dengan tubuh mereka sendiri. Ketidakpuasan muncul dalam konteks citra tubuh yang subjektif serta ditentukan secara sosial (Grogan, 2017). Individu yang memiliki perasaan dan pikiran negatif tentang tubuh mereka dapat mengembangkan ketidakpuasan tubuh (National Eating Disorder Collaboration [NEDC], n.d.). Heider dkk. (2018) menyatakan ketidakpuasan tubuh sebagai sikap negatif terhadap tubuhnya sendiri karena ada ketidaksesuaian antara keadaan tubuh yang sesungguhnya dengan citra tubuh ideal.

(34)

Grogan (2017) juga menyatakan bahwa ketidakpuasan tubuh berkaitan dengan pandangan negatif terhadap ukuran dan bentuk tubuh, otot, serta berat badan yang terbentuk karena celah antara tubuh ideal dengan tubuh yang dimiliki. Dittmar dkk. (2006, dalam Omori, 2016) dan Schilder (1950, dalam Grogan, 2017) memiliki pernyataan serupa mengenai ketidakpuasan tubuh yaitu pikiran atau perasaan negatif serta harga diri tentang tubuh mereka sendiri. Cash dan Pruzinsky (2002) mendefinisikan ketidakpuasan tubuh sebagai suatu bentuk pikiran dan perasaan negatif terhadap bentuk tubuh yang dimiliki.

Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa ketidakpuasan tubuh merupakan pikiran dan perasaan negatif individu tentang tubuh mereka sendiri karena terdapat celah antara gambaran tubuh ideal yang diinginkan dengan tubuh yang dimiliki.

2. Dimensi Ketidakpuasan Tubuh

Cooper dkk. (1987, dalam Di Pietro & Silveira, 2008) mengatakan bahwa terdapat empat dimensi ketidakpuasan tubuh yaitu persepsi diri tentang bentuk tubuh (self perception of body shape), perbandingan persepsi tentang citra tubuh (comparative pereption of body image), perubahan dalam persepsi tubuh (severe alterations in body perception), dan sikap tentang perubahan citra tubuh (attitude concerning body image alteration).

(35)

18

Persepsi Diri Tentang Bentuk Tubuh (Self Perception of Body Shape)

Pada dimensi ini menggambarkan persepsi individu terhadap bentuk tubuhnya. Persepsi individu tersebut dijelaskan dalam bentuk perasaan mereka terhadap tubuh seperti khawatir tentang bentuk tubuh saat orang lain dapat melihatnya, mengkonsumsi makanan tinggi kalori, saat bersama orang lain yang lebih kurus, merasa canggung dengan bentuk tubuh, merenungi bentuk tubuh dan lain sebagainya. Perasaan-perasaan tersebut menghantarkan individu pada perilaku-perilaku seperti diet, berolahraga, mencubit bagian tubuh yang berlemak, menghindari pakaian yang menunjukkan bentuk tubuh, bahkan membayangkan memotong bagian tubuh yang tidak diinginkan.

Perbandingan Persepsi Tentang Citra Tubuh (Comparative Perception of Body Image)

Dimensi ini menggambarkan tentang perasaan seseorang terhadap tubuhnya saat mereka membandingkan dengan orang lain. Perasaan tersebut misalnya malu, tidak senang dengan bentuk tubuh, merasa lebih buruk dari orang lain, dan merasa tidak adil jika orang lain memiliki bentuk tubuh yang lebih baik.

Perubahan Dalam Persepsi Tubuh (Severe Alteration in Body Perception)

Pada dimensi ini menggambarkan perubahan persepsi individu yang buruk atau parah terhadap tubuhnya. Individu cenderung akan

(36)

menghindari aktivitas sosial atau menarik diri dari situasi dan lingkungan yang dapat memperlihatkan tubuhnya secara berlebihan.

Sikap Tentang Perubahan Citra Tubuh (Attitude Concerning Body Image Alteration)

Dimensi ini menggambarkan perilaku individu yang dilakukan sebagai reaksi terhadap perubahan cara mereka memandang tubuhnya.

Perilaku tersebut seperti mengkonsumsi obat pencahar, memuntahkan makanan agar merasa kurus, menghindari pergi ke acara yang dihadiri banyak orang, hingga pikiran tentang bentuk tubuh yang dapat mengganggu konsentrasi mereka.

3. Faktor-faktor yang memengaruhi Ketidakpuasan Tubuh

Grogan (2017) menyatakan beberapa faktor yang memprediksi ketidakpuasan tubuh antara lain harga diri (self-esteem), internalisasi tubuh ideal yang langsing atau berotot (internalization of the thin/muscular ideal), perbandingan sosial (social comparison), objektifikasi diri (self- objectification), efikasi diri (self-efficacy), dan apresiasi tubuh (body appreciation).

Harga Diri (Self-esteem)

Harga diri merupakan evaluasi positif individu terhadap dirinya sendiri (Rosenberg, 1965 dalam Abdel-Khalek, 2016) dan digunakan untuk menjelaskan serta mengukur perasaan dan keberhargaan atas diri (Cash & Smolak, 2011). Individu dengan tingkat harga diri tinggi akan

(37)

20

menghormati dan menganggap dirinya berharga begitu juga sebaliknya (Grogan, 2017).

Internalisasi Tubuh Ideal yang Langsing atau Berotot (Internalization of the thin/muscular ideal)

Ketidakpuasan tubuh dapat dipengaruhi secara sosial melalui tripartite influence model yang mengemukakan bahwa internalisasi tubuh ideal menjadi perantara antara sosio kultural dan body image (Grogan, 2017). Tripartite influence model terdiri dari keluarga, teman sebaya, dan media.

Keluarga memiliki peran utama dalam memberikan pesan tentang tubuh yang ideal bagi remaja termasuk kritik tentang bentuk tubuh, berat badan, dan dorongan untuk melakukan diet. Remaja juga mendapat pengaruh dari orangtua melalui observasi perilaku dan dari anggota keluarga lain melalui kritik, dorongan, dan pujian. (Rodgers & Chabrol, 2009 dalam Ricciardelli & Yager, 2016).

Teman sebaya juga memberi pengaruh dalam ketidakpuasan tubuh.

Hubungan pertemanan membentuk norma secara informal untuk mengatur anggota kelompok serta sikap dan perilaku untuk menyesuaikan diri, secara tidak langsung dalam interaksi tersebut akan terjadi perbandingan yang melibatkan penilaian karakteristik orang lain dan membuat individu melakukan evaluasi terhadap dirinya sendiri (Ricciardelli & Yager, 2016).

(38)

Media juga ikut serta dalam memengaruhi ketidakpuasan tubuh karena menyediakan tentang apa yang dianggap menarik dan bagaimana individu dapat mencapainya. Internet sebagai bentuk media yang baru menampilkan gambar yang sama seperti media tradisional (majalah, koran, dan televisi) yaitu gambar laki-laki dengan tubuh yang berotot dan perempuan dengan tubuh yang langsing (Ricciardelli & Yager, 2016).

Perbandingan sosial (social comparison)

Perbandingan sosial dilakukan untuk mendapat informasi tentang diri sendiri melalui orang lain. Ketika individu memilih orang lain menjadi target perbandingan sebenarnya tidak ada patokan yang objektif (Branscombe, 2017). Individu memilih individu yang serupa untuk jadi target perbandingan karena lebih mudah dicapai dan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan individu (Festinger, 1954 dalam Corcoran dkk., 2011).

Objektifikasi Diri (Self-objectification)

Self-objectification adalah pandangan kronis individu yang melihat tubuhnya sebagai objek (Grogan, 2017). Teori objektifitas dari Frederickson dan Robert (1997, dalam Grogan 2017) menjelaskan self- objectification dari sudut pandang budaya, dalam hal ini ia menjelaskan bagaimana tubuh wanita dipandang sebagai objek. Pertama, state of self- objectification yaitu perhatian pada tubuh wanita dalam konteks tertentu seperti komentar tentang bagaimana tubuh wanita dalam foto. Kedua,

(39)

22

trait self-objectification yaitu wanita memiliki pandangan kronis tentang tubuh mereka yang dianggap sebagai objek sehingga mengarah pada kebiasaan untuk mengecek tubuh, malu, dan khawatir tentang tubuh mereka.

Efikasi Diri (Self-efficacy)

Efikasi diri adalah keyakinan individu pada kemampuannya untuk mencapai suatu hal tertentu (Bandura, 2010). Grogan (2017) menyatakan remaja dengan efikasi diri yang tinggi cenderung merasa lebih puas dengan tubuhnya begitu juga sebaliknya. Ricciardelli dan Yager (2016) menjelaskan efikasi diri dalam hal kemampuan fisik, ketika remaja memiliki keyakinan positif yang kuat tentang kemampuannya maka mereka memiliki keyakinan yang positif pula terhadap tubuh mereka.

Apresiasi Tubuh (Body Appreciation)

Tylka dan Wodd-Barcalow (2015, dalam Grogan, 2017) menjelaskan tentang body appreciation dalam konteks wanita. Wanita dengan citra tubuh positif lebih fokus pada kelebihan daripada kekurangan yang dimiliki dan merasa nyaman dengan tubuh mereka meski tidak sesuai dengan standar sosial. Individu yang memiliki citra tubuh positif akan melindungi tubuh mereka dengan menerima dan menghormatinya. Mereka akan menolak gambaran ideal yang dibuat oleh media.

(40)

Instagram

Instagram merupakan media sosial untuk berbagi foto dan video yang terdapat di sistem operasi IOS Apple, Android, dan Windows Phone. Instagram memiliki beberapa fitur yaitu membagikan foto dan video, membagikan cerita (story), menjelajahi foto dan video (explore), mengirim pesan langsung (direct message), dan Instagram Television (Instagram Help Centre). Instagram diciptakan oleh Kevin Systrom dan Mike Krieger yang diluncurkan pada Oktober 2010 (SearhCIO, 2017). Individu yang menggunakan Instagram dapat berinteraksi dengan pengguna lain seperti teman, keluarga, bahkan selebriti.

Instagram menjadi aplikasi berbagi foto yang menyediakan komunikasi efektif dan media pemasaran dengan deskripsi visual (Ting dkk., 2015).

Per Januari 2020 sebanyak 150 juta penduduk Indonesia aktif menggunakan media sosial serta mengakses media sosial selama tiga jam 26 menit per hari.

Indonesia menjadi negara keempat dengan pengguna Instagram terbanyak yaitu 63 juta pengguna. Hal tersebut juga mendukung data bahwa Instagram menjadi media sosial keempat yang sering digunakan masyarakat Indonesia dengan persentase 79% (WAS, 2020).

Teori Using and Gratification yang digunakan dalam penelitian Sheldon dan Bryant (2016) memaparkan bahwa individu menggunakan Instagram untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan sosialnya. Teori tersebut menjelaskan individu yang secara aktif memilih dan menggunakan media sesuai dengan kebutuhan mereka yang mulai dikembangkan pada bentuk media baru yang berhubungan dengan teknologi komunikasi (Wu dkk., 2010). Individu

(41)

24

menggunakan Instagram untuk menjaga dan menambah informasi tentang apa yang dilakukan pengguna lain melalui unggahan yang terdapat di Instagram (surveillance) dan mendokumentasikan momen dalam hidup mereka melalui foto atau video dengan menambahkan teks di bawah unggahan mereka (documenting) (Sheldon & Bryant, 2016).

Pengguna Instagram juga dapat melakukan visual self-expression atau ekspresi diri secara visual dan interaksi sosial. Visual self-expression merupakan keinginan individu untuk mengunggah gambar yang dapat memuaskan kebutuhan psikologis dan sosial seperti pada media sosial lain sedangkan melalui interaksi sosial individu dapat berkomunikasi dengan pengguna lain dengan ketertarikan yang sama. Individu perlu mengungkapkan beberapa informasi kepada orang lain dan mengakui individu yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut agar dapat menjaga hubungan yang baik.

Visual self-expression dan interaksi sosial merupakan faktor yang kuat untuk memprediksi self-disclosure yaitu pengungkapan informasi pribadi kepada khalayak umum. Pengungkapan diri tersebut merujuk pada self- presentation atau presentasi diri. Melalui self-presentation individu menyampaikan informasi tentang dirinya dan biasanya hanya melibatkan informasi positif, dalam hal ini pengguna Instagram mengedit foto agar bisa menampilkan citra yang positif terhadap pengguna yang lain (Al-Kandari dkk., 2016). Pengguna Instagram dapat mengunggah berbagai jenis foto maupun video. Hu dkk. (2014) memperoleh data dalam penelitiannya bahwa sebanyak 49% pengguna Instagram mengunggah konten swafoto (selfie) dan menurut

(42)

Hendrickse dkk. (2017) foto maupun video yang diunggah sering berhubungan dengan penampilan.

Remaja

1. Definisi Remaja

Remaja adalah masa peralihan antara anak-anak dan dewasa. Remaja tidak hanya dibagi berdasarkan usia tetapi juga dipandang melalui perubahan yang dapat dilihat dari sudut pandang biologis, kognitif, dan sosioemosional (Santrock, 2013). Masa remaja dimulai ketika individu sudah mengalami pubertas. Pubertas adalah peristiwa biologis yang merubah ukuran tubuh menjadi ukuran orang dewasa dan memulai terjadinya kematangan seksual. Rentang usia pada masa remaja dibagi menjadi tiga yaitu remaja awal (11-14 tahun), remaja tengah (14-16 tahun), dan remaja akhir (16-18 tahun) (Berk, 2014).

2. Perkembangan Biologis Remaja

Perkembangan biologis merupakan perubahan fisik yang diawali dengan pubertas. Pubertas terjadi pada masa remaja awal yang merupakan proses neuroendrokin otak yang menyediakan stimulasi perubahan fisik yang cepat dan akan berkembang selama masa remaja. Remaja akan mengalami kematangan fisik yang cepat dan perubahan hormonal (Santrock, 2011).

Pada masa remaja, individu akan mengalami percepatan pertumbuhan (growth spurt). Bagi remaja perempuan, percepatan pertumbuhan dimulai pada usia 9 tahun dan laki-laki usia 11 tahun. Puncak percepatan

(43)

26

pertumbuhan bagi remaja perempuan pada usia 11 tahun 6 bulan dan laki- laki 13 tahun 6 bulan. Remaja perempuan akan mengalami percepatan pertumbuhan sebelum menarche (menstruasi pertama) dan akan selesai lebih awal sedangkan remaja laki-laki akan mengalami percepatan pertumbuhan lebih akhir dan selesai lebih lama daripada remaja perempuan (Santrock, 2013).

Masa pubertas merupakan masa ketika remaja lebih tidak puas dengan tubuhnya daripada masa remaja akhir (Santrock, 2013). Remaja perempuan dan laki-laki mempertimbangkan, tidak hanya selama mengalami pubertas, mereka merasa bahwa gambaran tubuh mereka semakin positif selama mereka bergerak sejak awal hingga akhir masa remaja (Holsen dkk., 2012 dalam Santrock, 2013).

3. Remaja dan Teman Sebaya

Masa remaja merupakan periode yang penting untuk mengembangkan hubungan dengan teman sebaya. Remaja memiliki kebutuhan untuk diakui dan diterima oleh teman sebayanya sehingga teman sebaya dijadikan sebagai target perbandingan oleh remaja karena teman sebaya merupakan target yang relevan dan remaja dapat memperoleh informasi lebih tentang individu lain yang akrab dan dikenal baik (Krayer dkk., 2008). Remaja yang menganggap bahwa ia akan diterima jika dapat mencapai kesesuaian tubuh ideal akan rentan mengalami ketidakpuasan tubuh (Jones & Smolak, 2011).

(44)

4. Remaja dan Penggunaan Instagram

Remaja menggunakan media sosial sebagai fasilitas untuk menjaga hubungan dengan teman, mengetahui apa yang sedang terjadi diantara hubungan pertemanan, mengikuti norma, dan membangun rasa kebersamaan (Boudreau, 2007 dalam Chua & Chang, 2016). Remaja biasanya menggunakan Instagram untuk ekspresi diri dan pengawasan terhadap teman sebaya (Sheldon & Bryant, 2016), selain itu melihat unggahan dari individu lain dianggap sebagai motivasi utama menggunakan Instagram sehingga perbandingan sosial menjadi hal yang biasa (Lee dkk., 2015).

Instagram sebagai salah satu media sosial juga memberikan tiga kelebihan yang memfasilitasi perbandingan sosial. Pertama, media sosial memberikan informasi sosial melalui presentasi dan promosi diri terutama melalui konten swafoto ketika individu ingin memberikan hasil yang terbaik (Van Dijck, 2013). Kedua, remaja menerima informasi sosial secara terus- menerus baik dari teman sebaya maupun selebriti. Remaja akan menerima informasi tersebut selama mereka memiliki gawai, laptop, atau komputer dan terhubung dengan internet. Ketiga, konten yang diunggah ke media sosial telah dipersonalisasi sesuai keinginan pengguna sehingga remaja menerima hal tersebut sebagai sesuatu yang lebih nyata (Perloff, 2014).

(45)

28

Hubungan Perbandingan Sosial di Instagram dengan Ketidakpuasan Tubuh Pada Remaja

Pada masa remaja, individu akan mengalami perkembangan fisik yang diawali dengan pubertas. Selama mengalami perkembangan tersebut, remaja akan mengalami kematangan fisik yang cepat dan perubahan hormonal (Santrock, 2011). Perubahan bentuk tubuh pada masa remaja membuat mereka semakin jauh dari tubuh ideal (Burgess, 2006). Perubahan penampilan akan membuat remaja berbeda dengan teman-temannya sehingga remaja lebih nyaman bersama dengan teman yang memiliki tahap perkembangan fisik yang sama (Stattin & Magnusson, 1990 dalam Berk, 2014).

Remaja memiliki kebutuhan untuk diakui dan diterima oleh teman sebaya, maka dari itu untuk memenuhi kebutuhan tersebut, mereka melakukan perbandingan sosial sehingga remaja tahu seberapa baik diri mereka (Santrock, 2013). Perbandingan yang dilakukan terhadap teman sebaya akan memberikan informasi yang lebih akurat karena standar yang lebih dapat dicapai (Festinger, 1954; Tatangelo & Ricciardelli, 2015). Remaja dapat melakukan perbandingan sosial di media sosial (Chua & Chang, 2016). Perbandingan sosial memiliki dua dimensi yaitu pendapat (opinion) dan kemampuan (ability).

Pada dimensi pendapat, individu fokus untuk mengumpulkan informasi agar dapat belajar tentang konteks dan diri sendiri (Suls, 2002 dalam Yang, 2018). Individu akan memperhatikan persamaan dan perbedaan sikap, keyakinan, dan nilai antara individu dengan target perbandingan (Festinger, 1954). Remaja yang melakukan perbandingan sosial di media sosial akan

(46)

melihat unggahan teman sebaya berupa foto atau video yang sudah disunting (editing) sehingga menampilan diri dalam versi terbaik sebagai bentuk presentasi diri (Al-Kandari dkk., 2016). Foto atau video yang diunggah di Instagram sering berhubungan dengan penampilan sehingga dapat menjadi standar ideal maupun target perbandingan (Hendrickse dkk., 2017), dalam hal ini remaja perempuan dan laki-laki memilih teman sebaya mereka sebagai target perbandingan (Jones, 2001). Melalui unggahan tersebut remaja akan menerima informasi sosial dari presentasi dan promosi diri dari teman sebaya (Van Dijck, 2013) sehingga remaja juga akan menerima internalisasi tubuh ideal (Grogan, 2017). Internalisasi mengacu pada sejauh mana individu dalam hal ini remaja menerima cita-cita daya tarik lalu memasukkan standar ini pada kepercayaannya (Thompson & Stice, 2001), karena dalam dimensi pendapat individu memandang target perbandingan sebagai informan, konsultan, dan panutan (Park & Baek, 2018). Remaja yang memiliki celah antara gambaran tubuh ideal dengan tubuhnya sendiri akan mengalami ketidakpuasan tubuh (Grogan, 2017).

Pada dimensi kemampuan, individu akan melihat apakah kemampuan atau pencapaiannya lebih baik atau lebih buruk sehingga individu melihat target sebagai kompetitor (Festinger, 1954), dapat dikatakan juga bahwa dimensi ini fokus pada penilaian. Salah satu bentuk penilaian ketika perbandingan sosial terjadi di media sosial adalah daya tarik fisik (Chua & Chang, 2016). Remaja yang telah menerima informasi sosial berupa internalisasi tubuh ideal dan cita- cita daya tarik akan berkomitmen untuk melakukan perilaku-perilaku untuk

(47)

30

mencapai cita-cita ideal tersebut (Thompson & Stice, 2001), seperti melakukan diet dan olahraga (Grogan, 2017) atau dalam hal ini remaja dapat menyunting (editing) foto agar remaja menjadi sama dengan tubuh ideal yang diinginkan (Chua & Chang, 2016). Remaja yang tidak dapat memenuhi cita-cita tubuh ideal tersebut akan mengalami ketidakpuasan tubuh karena terdapat celah antara diri sendiri dan tubuh ideal (Grogan, 2017).

Perbandingan sosial yang dilakukan terbukti dapat membentuk persepsi remaja tentang body image (Krayer dkk., 2008). Perbandingan sosial pada media sosial sangat menonjol bagi remaja karena terdapat gambar-gambar yang diunggah oleh teman sebaya (Ho dkk., 2016; Perloff, 2014) terutama Instagram sebagai media sosial yang mengedepankan fitur foto dan video. Perbandingan sosial yang dilakukan dapat memberikan beberapa dampak buruk seperti remaja akan merasa tidak berharga dan merasa dirinya lebih buruk dari teman sebaya (Chua & Chang, 2016). Pikiran serta perasaan negatif terhadap tubuhnya yang disebut sebagai ketidakpuasan tubuh (Grogan, 2017).

Berdasarkan pemaparan di atas remaja melakukan perbandingan sosial di Instagram karena Instagram memberikan sarana bagi internalisasi tubuh ideal.

Remaja dapat melihat unggahan dari teman sebaya selama mereka memiliki gawai dan terhubung dengan internet, remaja akan menerima informasi sosial dari presentasi diri dan promosi diri dari teman sebayanya (Van Dijck, 2013).

Remaja akan menerima informasi tersebut dan menganggap unggahan dari teman sebaya sebagai sesuatu yang nyata (Perloff, 2014). Remaja akan mulai membandingkan tubuhnya dengan teman sebaya yang dianggap memiliki tubuh

(48)

ideal. Jika terdapat celah antara keduanya maka perbandingan tersebut akan menyebabkan ketidakpuasan tubuh. Peneliti berasumsi bahwa semakin sering remaja melakukan perbandingan sosial di Instagram maka ketidakpuasan tubuh remaja akan semakin meningkat, sehingga peneliti tertarik mengukur kedua hubungan tersebut.

(49)

32

Kerangka Penelitian Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan positif dan signifikan antara perbandingan sosial di Instagram dan ketidakpuasan tubuh pada remaja. Semakin tinggi perbandingan sosial di Instagram maka semakin tinggi ketidakpuasan tubuh pada remaja.

Perbandingan Sosial di Instagram

• Remaja mendapatkan informasi dari unggahan teman sebaya sehingga mereka mengalami internalisasi tubuh ideal dan menentukannya sebagai target perbandingan (dimensi pendapat).

• Remaja berusaha mencapai cita-cita tubuh ideal agar menjadi sama dengan teman sebaya sebagai target perbandingan dengan cara-cara tertentu seperti diet, olahraga, bahkan melakukan editing pada foto mereka supaya terlihat lebih baik (dimensi kemampuan).

• Remaja tidak dapat mencapai cita-cita tubuh ideal.

• Remaja memiliki pikiran yang negatif terhadap tubuhnya.

• Remaja memiliki jarak antara tubuh ideal yang diinginkan dengan tubuh yang dimiliki saat ini.

• Remaja tidak puas dengan tubuhnya sendiri.

Ketidakpuasan Tubuh

(50)

33 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian mengenai hubungan perbandingan sosial dengan ketidakpuasan tubuh pada remaja termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah metode yang menguji teori secara objektif dengan cara meneliti hubungan antara variable-variabel (Supratiknya, 2015). Penelitian ini menggunakan desain survei yang menyediakan data berupa angka atau kuantitaif tentang tren, sikap, pendapat dari populasi melalui sampel populasi tersebut (Creswell, 2014).

Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah karakteristik atau atribut individu atau kelompok yang menyebabkan atau memengaruhi hasil (Creswell, 2014). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perbandingan sosial.

2. Variabel Tergantung

Variabel tergantung adalah karakteristik atau atribut individu atau kelompok sebagai dampak dari pengaruh variabel bebas (Creswell, 2014). Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah ketidakpuasan tubuh.

(51)

34

Definisi Operasional 1. Perbandingan Sosial

Perbandingan sosial adalah perilaku individu yang membandingkan dirinya dengan individu yang serupa agar memperoleh informasi yang akurat, perilaku tersebut terbentuk dari dorongan untuk mengevaluasi dan memahami dirinya dalam hal kemampuan dan pendapat. Individu melakukan perbandingan sosial untuk mendapat informasi tentang diri mereka. Perbandingan sosial terdiri dari dua dimensi yaitu kemampuan (ability) dan pendapat (opinion). Perbandingan sosial dalam penelitian ini diukur dengan skala Iowa-Netherlands Comparison Orientation Measure yang diadaptasi dari Gibbons dan Buunk (1999).

2. Ketidakpuasan tubuh

Ketidakpuasan tubuh merupakan pikiran negatif individu tentang tubuh mereka karena terdapat jarak antara tubuh ideal dengan tubuh mereka sendiri (Grogan, 2017). Ketidakpuasan tubuh juga didefinisikan sebagai perbedaan antara gambaran ideal dan persepsi atas tubuh yang disertai dengan perasaan gemuk. Ketidakpuasan tubuh terdiri dari empat dimensi yaitu persepsi diri tentang bentuk tubuh (self-perception of body shape), perbandingan persepsi tentang citra tubuh (comparative perception of body image), sikap tentang perubahan citra tubuh (attitude concerning body image alteration), dan perubahan dalam persepsi tubuh (severe alteration in body perception). Ketidakpuasan tubuh akan

Referensi

Dokumen terkait

Instagram adalah media yang memberi kemudahan cara berbagi secara online oleh foto-foto, video dan juga layanan jejaring sosial yang dapat digunakan pengguna

Namun, instagram telah menjadi tempat ekspresi yang paling diminati masyarakat karena melalui foto maupun video yang diunggah ke dalam media sosial menimbulkan

Konten yang diunggah dalam Instagram adalah foto maupun video yang dianggap menarik, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa akun-akun tersebut di atas menampilkan

Hasil koefisien korelasi antara variabel dukungan sosial teman sebaya dengan perilaku bullying sebesar 0,062 dengan p sebesar 0,0269 (p>0,05) ini berarti tidak

Hal ini menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara religiusitas dan dukungan sosial teman sebaya dengan regulasi emosi pada remaja, dengan

Instagram merupakan salah satu akun media sosial online yang digunakan untuk menyampaikan pesan, baik dalam bentuk teks, gambar, audio, maupun video. Pesan yang

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara social comparison melalui media sosial Instagram dengan body

HUBUNGAN ANTARA PERBANDINGAN SOSIAL DENGAN TEMAN SEBAYA DAN MATERIALISME PADA REMAJA Studi Pada Remaja Ida Ayu Putu Gayatri Praba Putra ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk