• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN TENAGA KERJA INDUSTRI MENENGAH DAN BESAR DI INDONESIA TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN TENAGA KERJA INDUSTRI MENENGAH DAN BESAR DI INDONESIA TAHUN"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN TENAGA KERJA INDUSTRI MENENGAH DAN

BESAR DI INDONESIA TAHUN 2011-2017

OLEH

SRI YANTHI HUTAURUK 160523040

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)
(3)
(4)
(5)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN TENAGA KERJA INDUSTRI MENENGAH DAN BESAR DI INDONESIA TAHUN 2011-2017

Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tenaga Kerja Industri Menengah Dan Besar Di Indonesia Tahun 2011- 2017” bertujuan untuk menguji pengaruh output, jumlah perusahaan, tingkat upah, dan produktivitas tenaga kerja terhadap permintaan tenaga kerja. Penelitian ini dilakukan pada industri menengah dan besar periode tahun 2011-2017. Variabel independen penelitian ini adalah output, jumlah perusahaan, tingkat upah, dan produktivitas tenaga kerja, sedangkan variabel dependennya adalah permintaan tenaga kerja.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh berdasarkan informasi yang telah disusun dan dipublikasikan oleh instansi tertentu. Penelitian ini menggunakan data panel yang merupakan penggabungan data runtun waktu (time series) dan data antar unit (cross section).

Data time series yang digunakan yaitu tahun 2011-2017 dan data cross section yaitu 25 industri sehingga menghasilkan total 175 observasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa output, jumlah perusahaan, dan tingkat upah berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan tenaga kerja. Sedangkan produktivitas tenaga kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan tenaga kerja.

Kata Kunci: Permintaan Tenaga Kerja, Output, Jumlah Perusahaan, Tingkat Upah, Produktivitas Tenaga Kerja

(6)

This research entitled "Analysis of Factors Affecting Demand for Middle and Large Industry Labor in Indonesia in 2011-2017" aims to examine the effect of output, number of companies, wage level, and labor productivity on labor demand.

This research was conducted in medium and large industries in the period 2011- 2017. The independent variables of this study are output, number of companies, wage level, and labor productivity, while the dependent variable is labor demand.

The type of data used in this study is secondary data, namely data obtained based on information that has been compiled and published by certain agencies. This research uses panel data which is a combination of time series data and time between units (cross section). The time series data used is 2011-2017 and the cross section data is 25 industries resulting in a total of 175 observations.

The results showed that output, number of companies, and wage rates had a positive and significant effect on labor demand. While labor productivity has a negative and significant effect on labor demand.

Keywords: Labor Demand, Output, Company Number, Wage Level, Labor Productivity

(7)

Segala puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis telah mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tenaga Kerja Industri Menengah Dan Besar Di Indonesia Tahun 2011-2017”. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat diselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, teristimewa kepada kedua orangtua Ayahanda Jimmer Hutauruk dan Ibunda Marlin Panjaitan yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan selama proses perkuliahan dan pengerjaan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP., selaku Ketua Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, SE, MSi., selaku Sekretaris Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Murbanto Sinaga, MA selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan fikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini.

5. Bapak DR. Rujiman, MA selaku Dosen Penguji I dan Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier Hsb, MP selaku Dosen Penguji II yang telah membantu penulis melalui saran dan kritik yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah membagi ilmu pengetahuan yang akan bermanfaat bagi saya.

7. Seluruh Pegawai dan Staf Administrasi Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah membantu saya dalam penyelesaian kelengkapan administrasi.

8. Abang penulis yaitu Alex Chandra Hutauruk, Kakak penulis yaitu Nova Andriani Hutauruk, dan teman-teman penulis, yaitu Riko Zalukhu, Yunita Naibaho, Cristina Novalenta, Mega Tamba, Magdalena Manihuruk, Nella Hutapea, Olyphiana Sidebang, Hartati Hutahaean, Wasti Simanjuntak yang telah mendukung dan mendoakan penulis juga menemani selama proses penulisan skripsi ini.

(8)
(9)

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 9

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 9

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 11

2.1.1 Pengertian Tenaga Kerja ... 11

2.1.2 Teori Permintaan ... 13

2.1.3 Permintaan Tenaga Kerja ... 14

2.1.3.1 Permintaan Tenaga Kerja Jangka Pendek ... 20

2.1.3.2 Permintaan Tenaga Kerja Jangka Panjang ... 22

2.1.4 Teori Industri ... 22

2.1.4.1 Definisi Industri ... 22

2.1.4.2 Klasifikasi Industri ... 25

2.1.4.3 Industri Pengolahan Menengah Dan Besar ... 26

2.1.5 Hubungan Antar Variabel ... 27

2.1.5.1 Hubungan Output Dengan Permintaan Tenaga Kerja ... 27

2.1.5.2 Hubungan Jumlah Perusahaan Dengan Permintaan Tenaga Kerja ... 28 2.1.5.3 Hubungan Tingkat Upah Dengan

(10)

2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 35

2.4 Hipotesis ... 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional Variabel ... 37

3.2 Jenis Dan Sumber Data ... 41

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 42

3.4 Metode Analisis ... 42

3.4.1 Metode Analisis Data Panel ... 42

3.4.2 Uji Asumsi Klasik ... 46

3.4.2.1 Uji Multikolinearitas ... 47

3.4.2.2 Uji Heteroskedastisitas ... 47

3.4.2.3 Uji Autokorelasi ... 48

3.4.2.4 Uji Normalitas ... 49

3.4.3 Pengujian Hipotesis ... 49

3.4.3.1 Koefisien Determinasi ( ) ... 49

3.4.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 50

3.4.3.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji T) ... 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 52

4.1.1 Kondisi Geografis ... 52

4.1.2 Kondisi Demografis ... 53

4.1.3 Perkembangan Industri Menengah Dan Besar di Indonesia ... 53

4.1.4 Perkembangan Permintaan Tenaga Kerja Industri Menengah Dan Besar di Indonesia ... 55

4.1.5 Perkembangan Output Industri Menengah Dan Besar di Indonesia ... 56

4.1.6 Perkembangan Jumlah Perusahaan Industri Menengah Dan Besar di Indonesia ... 57 4.1.7 Perkembangan Tingkat Upah Industri

(11)

4.1.8 Perkembangan Produktivitas Tenaga Kerja

Industri Menengah Dan Besar di Indonesia ... 58

4.2 Uji Asumsi Klasik ... 58

4.2.1 Uji Normalitas ... 58

4.2.2 Uji Heteroskedastisitas ... 59

4.2.3 Uji Multikolinearitas ... 60

4.2.4 Uji Autokorelasi ... 60

4.3 Analisis Regresi Linier Berganda ... 61

4.4 Pengujian Hipotesis ... 63

4.4.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 63

4.4.2 Uji Koefisien Determinasi ( ... 64

4.4.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji T) ... 64

4.5 Pembahasan ... 66

4.5.1 Pengaruh Output Terhadap Permintaan Tenaga Kerja ... 66

4.5.2 Pengaruh Jumlah Perusahaan Terhadap Permintaan Tenaga Kerja ... 66

4.5.3 Pengaruh Tingkat Upah Terhadap Permintaan Tenaga Kerja ... 67

4.5.4 Pengaruh Produktivitas Tenaga Kerja Terhadap Permintaan Tenaga Kerja ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 70

5.2 Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... xi

LAMPIRAN

(12)

2.1 Klasifikasi Industri Menurut Banyaknya

Tenaga Kerja 26

2.2 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu 34

3.1 Penggolongan Industri Menurut Kode Klasifikasi

Industri 38

3.2 Jumlah Perusahaan Pada Industri Menengah Dan Besar di Indonesia Tahun 2008-2015 Berdasarkan Kode

Industri (Unit) 39

4.1 Hasil Uji Normalitas 59

4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas 59

4.3 Hasil Uji Multikolinearitas 60

4.4 Hasil Uji Autokorelasi 61

4.5 Hasil Uji Regresi 61

4.6 Hasil Uji F 63

4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi 64

4.8 Hasil Uji T 64

(13)

Nomor Judul Halaman

2.1 Menentukan Kurva Permintaan Tenaga Kerja 16

2.2 Hubungan Variabel Dalam Model Penelitian 35

(14)

1 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda 2 Hasil Uji Normalitas

3 Hasil Uji Multikolinearitas 4 Hasil Uji Heterokedastisitas 5 Hasil Uji Autokorelasi

6 Hasil Uji Koefisien Determinasi

7 Hasil Uji T

8 Hasil Uji F

9 Data Penelitian

(15)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi oleh negara-negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia. Pertambahan penduduk yang tinggi dapat menimbulkan berbagai masalah dalam proses pembangunan, seperti menyebabkan cepatnya pertambahan jumlah tenaga kerja.

Sementara banyaknya jumlah tenaga kerja yang tersedia tidak sebanding dengan permintaan akan tenaga kerja. Permintaan tenaga kerja berarti hubungan antara tingkat upah dan kuantitas tenaga kerja yang dikehendaki oleh pengusaha untuk dipekerjakan. Kenaikan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja, tergantung dari kenaikan permintaan masyarakat akan barang yang diproduksinya. Biasanya permintaan akan tenaga kerja ini juga dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah dan perubahan faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan hasil produksi (Arfida BR, 2003).

Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional dari tahun ke tahun menunjukkan kontribusi yang signifikan. Pada beberapa negara yang tergolong maju, peranan sektor industri lebih dominan dibandingkan dengan

(16)

sektor pertanian. Sektor industri memegang peran kunci sebagai mesin pembangunan karena sektor industri memiliki beberapa keunggulan dibandingkan sektor lain yaitu nilai kapitalisasi modal yang tertanam sangat besar, kemampuan menyerap tenaga kerja yang besar, juga kemampuan menciptakan nilai tambah (value added creation) dari setiap input atau bahan dasar yang diolah.

Pada negara-negara berkembang, peranan sektor industri juga menunjukkan kontribusi yang semakin tinggi. Kontribusi yang semakin tinggi dari sektor industri menyebabkan perubahan struktur perekonomian negara yang bersangkutan secara perlahan ataupun cepat dari sektor pertanian ke sektor industri. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dikaruniai sumber daya alam melimpah dan sumber daya manusia yang besar, potensi yang dimiliki Indonesia itu selain dapat menyediakan lapangan kerja seluas-luasnya bagi anak bangsa, juga akan mempercepat transformasi negeri ini menjadi negara maju. Dari kemajuan pembangunan ekonomi China dan Korsel serta refleksi dari perjalanan panjang pembangunan ekonomi Indonesia, setidaknya kita dapat menarik pelajaran berharga untuk menjadikan industrialisasi sebagai pionir pembangunan ekonomi. Kita perlu mendukung secara optimal percepatan transformasi fundamental ekonomi dari yang semula selalu bertumpu pada konsumsi, penjualan komoditi dan bahan mentah menjadi fokus ke produksi, investasi dan industrialisasi.

Mengingat secara historis peran Industri Manufaktur dalam PDB Indonesia telah merosot secara persisten, salah satu persoalan mendasar yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi relatif tinggi tidak berkelanjutan, bahkan cenderung melemah,

(17)

adalah derap industrialisasi yang meredup. Setelah krisis 1998, pertumbuhan sektor industri manufaktur hampir selalu lebih rendah ketimbang pertumbuhan produk domestik bruto (PDB). Sebelum krisis 1998, pertumbuhan industri manufaktur sempat dua kali lebih tinggi daripada pertumbuhan PDB. Setelah mencapai tingkat tertinggi pada 2001 sebesar 29 persen, sumbangsih industri manufaktur terus merosot sampai mencapai titik terendah pada triwulan II 2015 sebesar 20,9 persen.

Pertumbuhan penyerapan tenaga kerja di sektor industri manufaktur juga belum mampu menjadi exit strategi dalam mengatasi masalah pengangguran.

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis jumlah angkatan kerja 2015 tercatat menjadi 122,38 juta orang. Jika dibandingkan dengan posisi Agustus 2014 yang sebanyak 121,87 juta jiwa, angkatan kerja bertambah bertambah 510 ribu orang. Secara persentase, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2015 menjadi sebesar 6,18 persen, naik dari 5,94 persen pada Agustus 2014. Pengembangan yang masif indusrialisasi, utamanya padat modal diharapkan dapat mengatasi masalah pengangguran penyerapan tenaga kerja, seperti industri tekstil dan produk tekstil, alas kaki dan industri ekonomi kreatif (mebel dan kerajinan), industri perikanan dan pertanian dan industri yang berbasis ekonomi kerakyatan.

Para pemangku kepentingan diharapkan dapat fokus pada upaya penanganan beberapa isu strategis yang dapat menganggu akselerasi pengembangan industrialisasi di Indonesia, utamanya terkait isu kepastian dan kenyamanan investor, dengan mengatasi masalah anarkisme buruh, percepatan perizinan, memastikan berbagai regulasi dan insentif teraplikasi ditingkat operasional. Peningkatan peran industri

(18)

menjadi sangat penting, jika Indonesia ingin bergerak lebih maju, sektor manufaktur harus tumbuh dan menjadi jalan untuk meningkatkan kualitas perekonomian, sekaligus solusi terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat, karena industrialisasi sering dikaitkan dengan masalah-masalah ekonomi dan sosial.

Pada tahun 2008-2014 PDB Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, dimana sektor industri pengolahan adalah sektor yang memberikan kontribusi rata-rata tertinggi terhadap PDB diantara sektor-sektor lainnya yaitu sebesar 25,87%. Sementara itu sektor yang memberikan kontribusi rata-rata terendah terhadap PDB adalah sektor listrik, gas, dan air bersih sebesar 0,77%. Tingginya kontribusi yang diberikan sektor industri pengolahan dalam PDB menggambarkan bahwa sektor industri pengolahan merupakan sektor pemimpin (leading sector) yang mampu menjadi motor yang menggerakkan kemajuan sektor-sektor lain. Dengan demikian, sektor industri pengolahan juga diharapkan mampu menyediakan lapangan pekerjaan sehingga dapat menyerap banyaknya tenaga kerja yang ada di Indonesia.

Sektor industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi/setengah jadi, dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir. Termasuk dalam kegiatan ini adalah jasa industri/makloon dan pekerjaan perakitan (assembling). Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:

(19)

a) Industri besar (banyaknya tenaga kerja 100 orang atau lebih). Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemapuan dan kelayakan (fit and profer test).

Misalnya: industri tekstil, industri mobil, industri besi baja, dan industri pesawat terbang.

b) Industri sedang (banyaknya tenaga kerja 20-99 orang). Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemampuan managerial tertentu. Misalnya:

industri konveksi, industri bordir, dan industri keramik.

c) Industri kecil (banyaknya tenaga kerja 5-19 orang). Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri batubata, dan industri pengolahan rotan.

d) Industri rumah tangga (banyaknya tenaga kerja 1-4 orang). Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri kerajinan, industri tempe/ tahu, dan industri makanan ringan.

Industri besar cenderung merekrut lebih banyak tenaga kerja dibandingkan industri menengah. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya seperti banyaknya produksi yang dikeluarkan oleh industri tersebut. Industri besar cenderung

(20)

lebih banyak mengeluarkan produksi dibandingkan dengan industri menengah. Dan hal itu yang membuat industri besar lebih banyak membutuhkan tenaga kerja dibandingkan dengan industri menengah. Pekerja atau tenaga kerja dapat diartikan sebagai orang yang bekerja di suatu perusahaan/ usaha tersebut bisa berkaitan dengan produksi maupun administrasi. Atau bisa disebut sebagai penduduk yang umurnya sudah mencapai batas usia kerja, dan batas usia kerja setiap suatu negara berbeda- beda. Penduduk usia kerja adalah penduduk berumur 15 tahun dan lebih.

Tinggi rendahnya permintaan tenaga kerja dipengaruhi dari beberapa faktor- faktor seperti, output, jumlah perusahaan, upah, dan produktivitas tenaga kerja.

Perkembangan output mengindikasikan perkembangan permintaan pasar. Semakin tinggi permintaan pasar akan output, semakin banyak produk yang akan dikeluarkan oleh perusahaan. Hal tersebut akan berdampak pada meningkatnya permintaan tenaga kerja oleh sektor ekonomi.

Peningkatan output pada sektor industri pengolahan terutama industri menengah dan besar, berdampak pada peningkatan permintaan tenaga kerja walaupun peningkatannya tidak terlalu banyak. Pada tahun 2011 outputnya adalah 2.678 (triliun rupiah) dan meningkat di tahun 2012 yaitu 3.274 (triliun rupiah). Hal tersebut berdampak terhadap permintaan tenaga kerja dimana pada tahun 2011 adalah 4.625 (000 orang) dan meningkat pada tahun 2012 menjadi 4.928 (000 orang).

Perkembangan output mengindikasikan perkembangan permintaan pasar. Semakin tinggi output, semakin banyak produk yang terserap oleh pasar. Hal tersebut akan berdampak pada meningkatnya permintaan tenaga kerja oleh sektor ekonomi.

(21)

Jumlah perusahaan yang tersedia juga mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di industri. Semakin banyak jumlah industri yang tersedia, maka akan semakin banyak juga permintaan terhadap tenaga kerja. Jika unit usaha suatu industri ditambah maka permintaan tenaga kerja juga bertambah (Prabowo, 1997). Pada tahun 2011 jumlah perusahaan industri menengah dan besar di Indonesia sebanyak 23.370 (unit) dan meningkat pada tahun 2012 menjadi 23.592 (unit). Hal tersebut berdampak terhadap permintaan tenaga kerja dimana pada tahun 2011 adalah 4.625 (000 orang) dan meningkat pada tahun 2012 menjadi 4.928 (000 orang).

Berbeda dengan meningkatnya tingkat upah akan berdampak pada penurunan akan permintaan tenaga kerja. Semakin tinggi tingkat upah maka permintaan akan tenaga kerja akan semakin berkurang seperti ditahun 2013 yang dimana pada tahun tersebut terjadi penurunan tingkat upah dari 151.635 (milyar rupiah) di tahun 2012 menjadi 118.910 (milyar rupiah) di tahun 2013, dan permintaan tenaga kerja menjadi meningkat yaitu dari 4.928 (000 orang) di tahun 2012 dan meningkat di tahun 2013 menjadi 5.004 (000 orang). Peningkatan upah pada setiap tahunnnya juga belum mampu menyerap tenaga kerja. Sesuai dengan penelitian Dimas dan Nenik Woyanti (2009) yang menyatakan bahwa tingkat upah riil berpengaruh signifikan pada derajat 1% dimana jika upah meningkat 1% maka akan menurunkan penyerapan tenaga kerja.

Produktivitas tenaga kerja juga mempengaruhi permintaan tenaga kerja.

Semakin tinggi produktivitas tenaga kerja, maka permintaan akan tenaga kerja juga akan semakin berkurang. Menurut Payaman Simanjuntak (1998), apabila

(22)

produktivitas tenaga kerja meningkat maka dalam memproduksi hasil dengan jumlah yang sama diperlukan pekerja lebih sedikit.

Akan tetapi, berdasarkan pangsanya, sektor industri pengolahan belum optimal dalam menyerap tenaga kerja. Kontribusi sektor industri pengolahan dalam PDB Indonesia masih belum sejalan dengan kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kenaikan begitu juga dengan sektor industri sebagai leading sector. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kapasitas produksi yang berarti juga adanya peningkatan jumlah faktor produksi yang digunakan, salah satunya adalah tenaga kerja. Sesuai dengan sifat permintaan tenaga kerja yang merupakan derived demand yang menggambarkan bahwa permintaan tenaga kerja tergantung dari permintaan masyarakat terhadap hasil produksi.

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut di atas, penelitian ini akan menganalisis permintaan tenaga kerja oleh sektor industri dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Tenaga Kerja Industri Menengah Dan Besar Di Indonesia Tahun 2011-2017”.

1.2 Rumusan Masalah

Salah satu tujuan utama dalam pembangunan ekonomi Indonesia adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dengan menciptakan kesempatan kerja.

Pada data PDB Indonesia berdasarkan harga konstan tahun 2008-2014, sektor industri memberikan kontribusi rata-rata tertinggi dari sektor lainnya sehingga sektor industri dikatakan sebagai leading sector. Dengan demikian, sektor industri diharapkan

(23)

mampu menyediakan lapangan kerja sehingga dapat menyerap tenaga kerja. Namun demikian, sektor industri belum optimal dalam menyerap tenaga kerja yang dibuktikan dengan kontribusi rata-rata dalam menyerap tenaga kerjanya berada pada posisi ke-4 terbesar.

Berdasarkan latar belakang dan keterangan di atas, maka penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh output terhadap permintaan tenaga kerja di sektor industri menengah dan besar di Indonesia pada tahun 2011-2017?

2. Bagaimana pengaruh jumlah perusahaan terhadap permintaan tenaga kerja di sektor industri menengah dan besar di Indonesia pada tahun 2011-2017?

3. Bagaimana pengaruh tingkat upah tenaga kerja terhadap permintaan tenaga kerja di sektor industri menengah dan besar di Indonesia pada tahun 2011-2017?

4. Bagaimana pengaruh produktivitas tenaga kerja terhadap permintaan tenaga kerja di sektor industri menengah dan besar di Indonesia pada tahun 2011-2017?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh output terhadap permintaan tenaga kerja di sektor industri menengah dan besar di Indonesia pada tahun 2011-2017.

2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh jumlah perusahaan terhadap permintaan tenaga kerja di sektor industri menengah dan besar di Indonesia pada tahun 2011- 2017.

(24)

3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh tingkat upah terhadap permintaan tenaga kerja di sektor industri menengah dan besar di Indonesia pada tahun 2011-2017.

4. Untuk mengetahui besarnya pengaruh produktivitas tenaga kerja terhadap permintaan tenaga kerja di sektor industri menengah dan besar di Indonesia pada tahun 2011-2017.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1) Menambah penelitian yang terkait dengan permintaan tenaga kerja khususnya di sektor industri yang bisa dimanfaatkan sebagai referensi bagi penelitian sejenis.

2) Sebagai bahan masukan kebijakan pemerintah.

(25)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah penduduk yang berumur 10 tahun atau lebih yang sudah bekerja atau sedang bekerja, yang sedang mencari kerja dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga (Simanjuntak, 2001). UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengatakan bahwa yang disebut tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Sumarsono (2003) menyatakan tenaga kerja sebagai semua orang yang bersedia untuk sanggup bekerja. Pengertian tenaga kerja meliputi mereka yang bekerja untuk diri sendiri ataupun anggota keluarga yang tidak menerima bayaran berupa upah atau mereka yang sesungguhnya bersedia dan mampu untuk bekerja, dalam arti mereka menganggur dengan terpaksa karena tidak ada kesempatan kerja.

Tenaga kerja adalah bagian penduduk yang mampu bekerja memproduksi barang dan jasa. Perserikatan Bangsa-Bangsa menggolongkan penduduk usia 15-64 tahun sebagai tenaga kerja. Indonesia menggolongkan penduduk usia 10 tahun ke atas sebagai tenaga kerja, dengan alasan terdapat banyak penduduk usia 10-14 dan 65 tahun ke atas yang bekerja (Ananta, 1990).

(26)

Pernyataan Simanjuntak (2001) yang mengatakan bahwa tenaga kerja (man power) adalah penduduk yang sudah bekerja dan sedang bekerja, yang sedang

mencari pekerjaan dan yang sedang melaksanakan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus kegiatan dalam rumah tangga. Masyarakat seperti ini dapat dikatakan sebagai angkatan kerja, kecuali mereka yang tidak melakukan aktivitas kerja. Ada empat hal yang berkaitan dengan tenaga kerja, yaitu :

a. Bekerja (employed)

Jumlah orang yang bekerja sering dipakai sebagai petunjuk kesempatan kerja.

Dalam pengkajian ketenagakerjaan, kesempatan kerja sering dipicu sebagai permintaan tenaga kerja.

b. Pencari kerja (unemployed)

Penduduk yang menawarkan tenaga kerja, tetapi belum berhasil memperoleh pekerjaan dianggap terus mencari pekerjaan. Secara konseptual mereka yang dikatakan pengangguran harus memenuhi peryaratan bahwa mereka juga aktif dalam mencari pekerjaan.

c. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

TPAK suatu kelompok tertentu adalah perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk dalam usia kerja dalam kelompok yang sama. TPAK dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang masih bersekolah dan mengurus rumah tangga, umur, tingkat upah dan tingkat pendidikan.

(27)

d. Profil angkatan kerja

Profil angkatan kerja meliputi umur, seks, wilayah kota dan pedesaan dan tingkat pendidikan.

2.1.2 Teori Permintaan

Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Permintaan seseorang atau sesuatu masyarakat kepada suatu barang ditentukan oleh banyak faktor. Di antara faktor-faktor tersebut, yang terpenting adalah seperti yang dinyatakan di bawah ini (Sukirno, 2013):

1. Harga barang itu sendiri

2. Harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut 3. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat 4. Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat

5. Cita rasa masyarakat 6. Jumlah penduduk

7. Ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang

Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, semakin tinggi harga suatu barang, maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Sifat hubungan tersebut disebabkan oleh (Sukirno, 2013):

1. Kenaikan harga menyebabkan para pembeli mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti barang tersebut. Sebaliknya, jika harga turun maka

(28)

orang akan mengurangi pembelian terhadap barang lain yang sejenis dan menambah pembelian barang yang mengalami penurunan harga.

2. Kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil para pmbeli berkurang. Pendapatan yang merosot tersebut memaksa para pembeli untuk mengurangi pembeliannya terhadap berbagai jenis barang, terutama barang yang mengalami kenaikan harga.

2.1.3 Permintaan Tenaga Kerja

Permintaan produsen atas tenaga kerja berlainan dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Orang membeli barang karena barang itu memberikan manfaat (utility) kepada si pembeli. Akan tetapi pengusaha mempekerjakan seseorang karena seseorang itu membantu memproduksi barang atau jasa untuk dijual kepada masyarakat konsumen. Dengan kata lain, pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang diproduksinya. Permintaan akan tenaga kerja yang seperti itu disebut derived demand (Simanjuntak, 1985). Artinya, permintaan tenaga kerja oleh pengusaha sangat tergantung permintaan masyarakat terhadap hasil produksinya. Dengan demikian, untuk mempertahankan tenaga kerja yang digunakan perusahaan, maka harus dijaga bahwa permintaan masyarakat terhadap produk perusahaan harus tetap stabil dan kalau mungkin meningkat. Untuk menjaga stabilitas permintaan produk perusahaan serta kemungkinan pelaksanaan ekspor, maka perusahaan harus memiliki kemampuan bersaing baik untuk pasar dalam negeri maupun luar negeri. Dengan demikian bisa diharapkan permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja bisa dipertahankan atau bahkan ditinggalkan (Sumarsono, 2003).

(29)

Maksud lain dari derived demand adalah tenaga kerja dipekerjakan oleh perusahaan dengan tujuan untuk digunakan dalam menghasilkan barang-barang yang akan mereka jual. Dengan demikian permintaan atas tenaga kerja sangat ditentukan oleh sifat permintaan atas barang-barang yang diwujudkannya. Pengusaha akan terus menambah jumlah pekerja selama pekerja tambahan tersebut dapat menghasilkan penjualan tambahan yang melebihi upah yang dibayarkan kepadanya. Seorang pengusaha baru berhenti menambah pekerjanya apabila tambahan pekerja yang terakhir hanya dapat menghasilkan tambahan produksi yang sama nilainya. Ini adalah syarat yang perlu dipenuhi apabila perusahaan ingin memaksimumkan keuntungannya. Secara formula, syarat pemaksimuman keuntungan ini dapat dinyatakan secara berikut:

dimana W adalah tingkat upah dan adalah produksi marginal pekerja yang keduanya dinyatakan dalam nilai fisikal (dalam nilai riil) dan bukan dalam nilai uang (Sukirno, 2005).

Gambar 2.1 pada grafik (a) menunjukkan bahwa semakin banyak tenaga kerja digunakan, semakin sedikit produksi marginal yang diciptakan oleh setiap tambahan pekerja. Misalkan tingkat upah dalam perekonomian adalah . kegiatan produksi mencapai produksi marginal sebanyak = apabila perusahaan menggunakan tenaga kerja sebanyak . Seperti digambarkan oleh titik A dalam grafik (b) pada tingkat upah sebanyak tenaga kerja akan digunakan. Untuk memaksimumkan

W =

(30)

keuntungan perusahaan akan menggunakan tenaga kerja sehingga ke tingkat di mana produksi marginal sama nilainya dengan . Misalkan kesamaan itu dicapai pada

= . Dengan demikian permintaan tenaga kerja adalah sebanyak . Hubungan antara tingkat upah dan permintaan tenaga kerja ditunjukkan oleh titik B. Untuk memaksimumkan keuntungan perusahaan harus menggunakan tenaga kerja sehingga upah = produksi marginal dan ini dicapai di = . Berarti sebanyak tenaga kerja akan digunakan. Sifat hubungan diantara upah dengan tenaga kerja ditunjukkan oleh titik C. Permintaan tenaga kerja oleh perusahaan tersebut diperoleh dari menarik satu garis melalui titik A, B dan C, yaitu kurva .

Gambar 2.1

Menentukan Kurva Permintaan Tenaga Kerja Sumber: Sukirno, 2005

(31)

Permintaan tenaga kerja merupakan fungsi yang menggambarkan hubungan antara tingkat upah dengan jumlah tenaga kerja yang diminta. Semakin besar permintaan barang dan jasa dari masyarakat semakin besar pula permintaan tenaga kerja perusahaan ke masyarakat. Perusahaan meminta tenaga kerja karena kemampuannya menghasilkan barang dan jasa. Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan oleh perusahaan atau instansi secara keseluruhan. Berapa jumlah tenaga kerja yang diminta di pasar tenaga kerja ditentukan oleh faktor-faktor seperti (Haryani, 2002):

1. Tingkat upah

Kenaikan tingkat upah akan mengakibatkan kenaikan biaya produksi, yang selanjutnya akan meningkatkan harga per unit produk yang dihasilkan. Kondisi ini memaksa produsen untuk mengurangi jumlah produk yang dihasilkan, yang juga dapat mengurangi permintaan tenaga kerja. Penurunan jumlah tenaga kerja akibat perubahan skala produksi disebut efek skala produksi (scale effect).

Kenaikan upah dengan asumsi harga barang-barang modal yang lain tetap, maka pengusaha cenderung menggantikan tenaga kerja dengan mesin. Penurunan jumlah tenaga kerja akibat adanya penggantian dengan mesin disebut efek substitusi (substitution effect).

2. Teknologi

Yang lebih berpengaruh dalam menentukan permintaan tenaga kerja adalah kemampuan mesin untuk menghasilkan produk dalam kuantitas yang jauh lebih besar daripada kemampuan manusia.

(32)

3. Produktivitas

Produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dapat dicapai dengan keseluruhan sumberdaya yang dipergunakan per satuan waktu. Peningkatan produktivitas tenaga kerja merupaan sasaran yang strategis karena peningkatan produktivitas faktor-faktor lain sangat tergantung pada kemampuan tenaga manusia yang memanfaatkannya (Sumarsono, 2003). Jumlah tenaga kerja yang diminta dapat ditentukan oleh seberapa tingkat produktivitas dari tenaga kerja itu sendiri.

4. Kualitas tenaga kerja

Tenaga kerja yang berkualitas akan menyebabkan produktivitasnya meningkat.

Kualitas tenaga kerja ini tercermin dari tingkat pendidikan, keterampilan, pengalaman, dan kematangan tenaga kerja dalam bekerja.

5. Fasilitas modal

Pada suatu industri, dengan asumsi faktor-faktor produksi yang lain konstan, maka semakin besar modal yang ditanamkan akan semakin besar permintaan tenaga kerja.

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan tenaga kerja (Sumarsono, 2009):

a) Naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan. Apabila permintaan hasil produksi perusahaan meningkat, produsen cenderung untuk menambah kapasitas produksinya, untuk maksud tersebut produsen akan menambah penggunaan tenaga kerjanya.

(33)

b) Apabila harga barang-barang modal turun, maka biaya produksi turun dan tentunya mengakibatkan pula harga jual per unit barang akan turun. Pada keadaan ini produsen cenderung untuk meningkatkan produksi barangnya karena permintaan tambah besar di samping itu permintaan akan tenaga kerja dapat bertambah besar karena peningkatan kegiatan perusahaan. Efek selanjutnya akan terjadi apabila harga barang-barang modal turun adalah efek substitusi. Keadaan ini dapat terjadi karena produsen cenderung untuk menambah jumlah barang- barang modal (mesin) sehingga terjadi kapital intensif dalam proses produksi.

Jadi secara relatif penggunaan tenaga kerjanya adalah berkurang.

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi dikombinasikan dengan faktor-faktor produksi lainnya khususnya modal akan dapat menghasilkan suatu output berupa barang dan jasa. Oleh karena itu, perusahaan dalam kegiatan menghasilkan produksinya membutuhkan jasa tenaga kerja, dengan asumsi perusahaan dalam menghasilkan outputnya menggunakan faktor tenaga kerja dan modal (dalam jangka pendek), dimana faktor modal jumlahnya tetap. Maka secara matematis fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut (Donna, 2011):

dimana:

Q = jumlah output yang dihasilkan

L = jumlah sumber tenaga kerja (jasa tenaga kerja) K = jumlah sumber modal (jasa barang modal)

Q = f (L,K)

(34)

2.1.3.1 Permintaan Tenaga Kerja Dalam Jangka Pendek

Apabila diberikan kebebasan penuh untuk memilih, maka pengusaha akan menghasilkan setiap jenis output khusus dengan kombinasi modal dan tenaga kerja yang paling sedikit biayanya. Namun demikian, karena perusahaan berada dalam jangka pendek, maka ia tidak mampu untuk merubah kuantitas modal yang digunakan. Perusahaan dalam jangka pendek tidak dapat menambah output kecuali dengan menambah pengguna tenaga kerja.

Output keseluruhan yang diperoleh dari berbagai macam jumlah tenaga kerja adalah kurang penting bagi permintaan tenaga kerja dibandingkan dengan tambahan terhadap output keseluruhan yang dihubungkan dengan tambahan jumlah tenaga kerja yang digunakan. Tambahan terhadap output keseluruhan yang dilakukan dengan cara suatu penambahan satu unit tenaga kerja adalah produk fisik marjinal dari tenaga kerja ( ). MPP tenaga kerja secara normal akan bertambah dengan suatu penambahan dalam modal perusahaan.

Apabila setiap perusahaan menyelenggarakan unit tenaga kerja tambahan terhadap suatu persediaan modal yang sudah tetap, maka output akan mulai mengalami kenaikan. Dapat atau tidaknya output mengalami kenaikan pada mulanya menurut tingkat pertambahan sangat tergantung pada ciri-ciri unik proses produksi khusus perusahaan itu. Setelah sejumlah tenaga kerja digunakan, maka output akan mulai bertambah menurut suatu tingkat pengurangan. MPP akan menjadi positif tetapi dengan pertambahan yang berkurang (diminishing). Implikasi utama

(35)

diminishing returns ialah bahwa setelah menggunakan sejumlah tenaga kerja,

perusahaan akan bersedia untuk menggunakan input tenaga kerja tambahan hanya dengan pemberian upah yang lebih rendah; hal ini karena setelah sejumlah tenaga kerja digunakan, setiap unit tambahan akan menghasilkan sedikit output tambahan.

Apabila perusahaan menambahkan satu unit tenaga kerja lagi, maka penerimaannya akan bertambah dengan jumlah nilai produk fisik marjinal(VMPP), yang merupakan harga dari tiap unit output P, dikalikan dengan jumlah unit output yang dihasilkan oleh unit tenaga kerja tambahan (MPP bagi tenaga kerja). Nilai produk fisik marjinal (VMPP) merupakan permintaan perusahaan akan tenaga kerja karena menentukan harga maksimum yang akan dibayarkan oleh perusahaan bagi berbagai jumlah tenaga kerja. Setiap perusahaan yang diasumsikan hendak memaksimalkan keuntungan tidak akan mau dengan sengaja membayar setiap input lebih daripada input yang ditambahkan kepada penerimaan perusahaan keseluruhan.

Jumlah tenaga kerja yang diminta oleh setiap perusahaan berhubungan terbalik dengan tingkah upah. Perusahaan yang menghendaki keuntungan maksimal dapat memilih jumlah terbaik bagi tenaga kerja untuk digunakan. Jumlah itu dalam persaingan murni selalu merupakan jumlah yang menjadikan VMPP tenaga kerja sama dengan upah, oleh karena upah merupakan biaya marjinal bagi suatu unit tenaga kerja. Oleh karena asumsi input modal telah ditetapkan dalam jangka pendek, maka suatu penyesuaian dalam jumlah tenaga kerja merupakan satu-satunya penyesuaian yang mungkin dilakukan bagi perusahaan yang berada dalam persaingan murni dalam jangka pendek (Bellante dan Jackson, 1990).

(36)

2.1.3.2 Permintaan Tenaga Kerja Jangka Panjang

Jangka panjang dalam teori perusahaan adalah konsep perusahaan dalam melakukan penyesuaian penuh terhadap keadaan ekonomi yang berubah. Hal ini bukanlah sesuatu yang dapat dibeli pada suatu saat tertentu, misalnya pada bulan Juli depan, juga bukanlah merupakan sesuatu soal yang dapat tiba begitu saja pada suatu hari di waktu mendatang. Perbedaan antara permintaan tenaga kerja jangka pendek dan jangka panjang adalah perbedaan antara:

1. Penyesuaian dalam penggunaan tenaga kerja yang dapat dilakukan oleh perusahaan apabila perusahaan itu tidak sanggup mengadakan perubahan terhadap inputnya yang lain.

2. Penyesuaian dalam penggunaan tenaga kerja yang dapat dilakukan oleh perusahaan apabila perusahaan itu sanggup mengadakan perubahan terhadap inputnya yang lain.

2.1.4 Teori Industri 2.1.4.1 Definisi Industri

Istilah industri berasal dari bahasa latin, yaitu industria yang artinya buruh atau tenaga kerja. Istilah industri sering digunakan secara umum dan luas, yaitu semua kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam rangka mencapai kesejahteraan. Definisi industri menurut Sukirno adalah perusahaan yang menjalankan kegiatan ekonomi yang tergolong dalam sektor sekunder. Kegiatan itu antara lain adalah pabrik tekstil, pabrik perakitan dan pabrik pembuatan rokok.

Industri merupakan suatu kegiatan ekonomi yang mengolah barang mentah, bahan

(37)

baku, barang setengah jadi atau barang jadi untuk dijadikan barang yang lebih tinggi kegunaannya. Dalam pengertian yang sempit, industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.

Secara umum pengertian industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya

berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.

Industri merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk. Selain itu industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan mutu sumberdaya manusia dan kemampuan untuk memanfaatkan sumber daya alam secara optimal. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengelola bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya termasuk kegiatan rancangan bangun dan perekayasaan industri.

Dari sudut pandang geografi, Industri sebagai suatu sistem, merupakan perpaduan sub sistem fisis dan sub sistem manusia.

Industri mencakup semua usaha dan kegiatan dibidang ekonomi yang bersifat produktif. Sedangkan pengertian industri atau industri pengolahan adalah suatu kegiatan yang mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan

(38)

tangan sehingga menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Dalam hal ini termasuk kegiatan jasa industri dan pekerja perakitan (assembling). Dalam istilah ekonomi, industri mempunyai dua pengertian. Pertama, industri merupakan himpunan perusahaan-perusahaan sejenis, contoh industri kertas berarti himpunan perusahaan-perusahaan penghasil kertas. Kedua, industri adalah sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah barang mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.

Dalam pengertian kedua, kata industri sering disebut sektor industri pengolahan/manufaktur yaitu salah satu faktor produksi atau lapangan usaha dalam perhitungan pendapatan nasional menurut pendekatan produksi. Pengertian industri adalah: Suatu unit atau kesatuan produk yang terletak pada suatu tempat tertentu yang meletakan kegiatan untuk mengubah barang-barang secara mekanis atau kimia, sehingga menjadi barang (produk yang sifatnya lebih dekat pada konsumen terakhir), termasuk disini memasang bahagian dari suatu barang (assembling).

Ketika satu negara telah mencapai tahapan dimana sektor industri sebagai leading sector maka dapat dikatakan negara tersebut sudah mengalami industrialisasi.

Dapat dikatakan bahwa industrialisasi sebagai transformasi struktural dalam suatu negara. Oleh sebab itu, proses industrialisasi dapat didefenisikan sebagai proses perubahan struktur ekonomi dimana terdapat kenaikan kontribusi sektor industri dalam permintaan konsumen, PDB, ekspor dan kesempatan kerja.

(39)

2.1.4.2 Klasifikasi Industri

Industri manufaktur merupakan kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah dan macam industri berbeda-beda untuk tiap negara atau daerah. Pada umumnya, makin maju tingkat perkembangan perindustrian di suatu negara atau daerah, makin banyak jumlah dan macam industri, dan makin kompleks pula sifat kegiatan dan usaha tersebut. Cara penggolongan atau pengklasifikasian industri pun berbeda-beda. Tetapi pada dasarnya, pengklasifikasian industri didasarkan pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa pasar, modal, atau jenis teknologi yang digunakan.

Selain faktor-faktor tersebut, perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara juga turut menentukan keanekaragaman industri negara tersebut, semakin besar dan kompleks kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi, maka semakin beranekaragam jenis industrinya. Secara garis besar ada sembilan jenis industri di bawah ini:

a. Industri makanan, minuman dan tembakau.

b. Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit.

c. Industri kayu dan barang dari kayu, termasuk perabot rumah tangga.

d. Industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan penerbitan.

e. Industri kimia dan barang dari kimia, minyak bumi, batu bara, karet dan plastik.

f. Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batu bara.

g. Industri logam dasar.

h. Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya.

i. Industri pengolahan lainnya.

(40)

Industri dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor industri, yaitu kelompok industri besar mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih, industry sedang memiliki tenaga kerja 20-99 orang, dan industri kecil memiliki tenaga kerja 5-19 orang, dan industri rumah tangga memiliki tenaga kerja 1- 4 orang. Klasifikasi industri menurut tenaga kerja dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.1

Klasifikasi Industri Menurut Banyaknya Tenaga Kerja

No. Klasifikasi Industri Jumlah Tenaga Kerja

(orang)

1. Industri besar 100 ke atas

2. Industri sedang 20-99

3. Industri kecil 5-19

4. Industri rumah tangga 1-4

Sumber: Desperindag, 2009

2.1.4.3 Industri Pengolahan Menengah dan Besar

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2014 Pasal 1 tentang Perindustrian, yang dimaksud dengan industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan/ atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri.

Industri manufaktur adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi/ setengah jadi, dan atau barang yang kurang nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir. Termasuk dalam kegiatan ini adalah jasa industri dan pekerjaan perakitan (Badan Pusat Statistik, 2010).

(41)

Kegiatan usaha industri meliputi industri kecil, industri menengah dan industri besar. Industri kecil ditetapkan berdasarkan jumlah tenaga kerja dan nilai investasi tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Industri menengah dan besar ditetapkan berdasarkan jumlah tenaga kerja atau nilai investasi. Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang diserap, industri sedang mempunyai pekerja antara 20 hingga 99 orang, sedangkan industri besar mempunyai pekerja sebanyak 100 orang atau lebih (Badan Pusat Statistik, 2010).

2.1.5 Hubungan Antar Variabel

2.1.5.1 Hubungan Output dengan Permintaan Tenaga Kerja

Output adalah nilai keluaran yang dihasilkan dari proses kegiatan industri yang berupa barang yang dihasilkan, yang selanjutnya akan dijual kepada masyarakat konsumen. Pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang diproduksi oleh tenaga kerja tersebut. Banyaknya barang yang diproduksi tergantung pada tinggi rendahnya permintaan konsumen. Semakin tinggi permintaan konsumen terhadap barang yang dihasilkan oleh perusahaan, maka semakin tinggi juga permintaan perusahaan tersebut terhadap tenaga kerja. Dimana, pengusaha akan mempekerjakan seseorang karena seseorang itu membantu memproduksi barang atau jasa untuk dijual kepada masyarakat konsumen (Simanjuntak, 1985).

Dalam pasar persaingan sempurna, setiap perusahaan hanya dapat menyesuaikan jumlah outputnya. Tujuan untuk memaksimumkan laba dikejarnya dengan menaikkan atau menurunkan jumlah outputnya sampai ia menyamakan biaya

(42)

marjinal jangka pendeknya dengan harga yang berlaku untuk produknya, yaitu harga yang ditetapkan oleh pasar. Untuk itu perusahaan dapat menambah atau mengurangi jumlah tenaga kerja yang bekerja dalam perusahaannya (Lipsey, 1991).

2.1.5.2 Hubungan Jumlah Perusahaan dengan Permintaan Tenaga Kerja

Perusahaan atau usaha industri adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa. Squire dalam Setiawan (2010) berpendapat bahwa secara umum, pertumbuhan unit usaha pada suatu sektor produksi pada suatu wilayah akan menambah jumlah tenaga kerja.

Jumlah unit usaha mempunyai pengaruh yang positif terhadap jumlah tenaga kerja.

Artinya, jika jumlah unit usaha bertambah maka jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh unit usaha yang bersangkutan akan bertambah pula.

Matz (1990) mengatakan, untuk menentukan ukuran dalam menambah atau mengurangi sejumlah tenaga kerja yang dilakukan oleh pengusaha, maka:

a. Para pengusaha akan membutuhkan sejumlah uang yang akan diperoleh dengan tambahan perusahaan tersebut, demikian juga dengan tenaga kerja. Apabila jumlah output dihasilkan oleh perusahaan yang jumlahnya lebih besar maka akan menghasilkan output yang besar pula, sehingga semakin banyak jumlah perusahaan yang berdiri maka akan semakin banyak kemungkinan untuk terjadi penambahan output produksi.

b. Nilai output suatu daerah memperkirakan akan mengalami peningkatan hasil produksi dengan bertambahnya jumlah perusahaan yang memproduksi barang yang sama.

(43)

Dengan menambah jumlah perusahaan, maka diperkirakan akan meningkatkan jumlah produksi, sehingga peningkatan jumlah tenaga kerja juga akan meningkat karena tenaga kerja diperlukan dalam proses produksi. Prabowo dalam Lestari (2011) berpendapat bahwa semakin banyak jumlah perusahaan atau unit usaha yang berdiri, maka akan semakin banyak untuk terjadi penambahan tenaga kerja artinya jika unit usaha suatu industri ditambah, maka permintaan tenaga kerja juga bertambah.

2.1.5.3 Hubungan Tingkat Upah dengan Permintaan Tenaga Kerja

Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada karyawan untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau dilakukan dan dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan atas dasar suatu persetujuan atau peraturan perundang-undangan serta dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan karyawan termasuk tunjangan, baik untuk karyawan itu sendiri maupun untuk keluarganya (Sumarsono, 2003).

Menurut Kuncoro (2002), kuantitas tenaga kerja yang diminta akan menurun sebagai akibat dari kenaikan upah tenaga kerja karena bagi perusahaan upah tenaga kerja merupakan biaya produksi. Simanjuntak (1985) mengatakan, perubahan tingkat upah akan mempengaruhi permintaan tenaga kerja. Naiknya tingkat upah yang akan dibebankan kepada konsumen dengan cara menaikkan harga jual barang hasil produksi di pasar akan menurunkan jumlah permintaan masyarakat akan hasil produksi. Selanjutnya, turunnya permintaan masyarakat terhadap hasil produksi mengakibatkan penurunan dalam jumlah permintaan akan tenaga kerja.

(44)

2.1.5.4 Hubungan Produktivitas Tenaga Kerja dengan Permintaan Tenaga Kerja

Produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dapat dicapai dengan keseluruhan sumberdaya yang dipergunakan per satuan waktu. Peningkatan produktivitas tenaga kerja merupaan sasaran yang strategis karena peningkatan produktivitas faktor-faktor lain sangat tergantung pada kemampuan tenaga manusia yang memanfaatkannya (Sumarsono, 2003). Jumlah tenaga kerja yang diminta dapat ditentukan oleh seberapa tingkat produktivitas dari tenaga kerja itu sendiri.

Produktivitas mengandung pengertian filosofis-kualitatif dan kuantitatif teknis operasional. Secara filosofis-kualitatif, produktivitas mengandung pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan. Secara filosofis-kuantitatif, produktivitas merupakan perbandingan hasil yang dicapai (keluaran) dengan keseluruhan sumberdaya (masukan) yang dipergunakan per satuan waktu. (Payaman Simanjuntak, 1998).

Produktivitas tenaga kerja dapat juga didefinisikan sebagai perbandingan antara hasil kerja yang telah dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan dalam waktu tertentu (Sudarsono, 1998). Satuan ukurannya adalah angka yang menunjukkan ratio antara input dan output. Kenaikan produktivitas tenaga kerja berarti pekerja dapat menghasilkan lebih banyak dalam jangka waktu yang sama, atau tingkat produksi tertentu dapat menghasilkan dalam waktu yang singkat.

Menurut Payaman Simanjuntak (1998), peningkatan produktivitas tenaga kerja dapat terwujud dalam empat bentuk :

(45)

a. Jumlah produksi yang sama diperoleh dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit.

b. Jumlah produksi yang lebih besar dicapai dengan menggunakan sumber daya yang kurang.

c. Jumlah produksi yang lebih besar dicapai dengan menggunakan sumber daya yang sama.

d. Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan penambahan sumber daya yang relatif lebih kecil.

Dari uraian diatas, maka dengan semakain tingginya produktivitas tenaga kerja maka tenaga kerja yang terserap akan rendah. Seiring dengan penurunan biaya tenaga kerja ini, maka dapat dilakukan penambahan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan usaha. Sehingga produktivitas tenaga kerja ini juga mempengaruhi permintaan tenaga kerja.

2.2 Penelitian Terdahulu

Berikut akan dibahas hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini berdasarkan urutan penelitian yang paling dekat dengan penelitian ini.

Setiawan (2010) meneliti pengaruh jumlah unit usaha, nilai investasi, nilai output, dan upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kota Semarang, selama periode 1993-2007. Penelitian ini menyimpulkan bahwa jumlah unit usaha memiliki pengaruh paling besar terhadap jumlah tenaga kerja, sehingga semakin banyak jumlah unit usaha yang berdiri, maka akan semakin banyak menciptakan lapangan pekerjaan yang nantinya penyerapan

(46)

tenaga kerja akan meningkat dan tingkat pengangguran dapat ditekan. Dilihat dari sisi nilai investasi, semakin besar nilai investasi yang ditanamkan, maka kapasitas untuk berusaha juga semakin besar. Hal itu berdampak pada meningkatnya kebutuhan akan tenaga kerja, sehingga jumlah tenaga kerja juga akan meningkat. Dari variabel upah minimum kota, semakin meningkat upah minimum kota, penyerapan jumlah tenaga kerja justru berkurang.

Selanjutnya, Yanuwardani dan Woyanti (2009) meneliti pengaruh modal kerja, nilai produksi dan tingkat upah terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil tempe di Kota Semarang. Hasilnya menunjukkan bahwa dengan peningkatan sebesar 1 (puluhan juta rupiah) dalam modal kerja akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja dengan 0,00006 orang secara rata-rata. Peningkatan nilai produksi sebesar 1 (puluhan juta rupiah) akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja rata-rata 0,00004 orang. Sedangkan dengan peningkatan sebesar 1 (ratusan ribu rupiah) dalam tingkat upah akan menurunkan penyerapan tenaga kerja rata-rata 0,006 orang.

Karib (2012) dalam penelitiannya tentang pengaruh produksi, investasi dan unit usaha terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor industri Sumatera Barat periode tahun 1997-2008 menyimpulkan bahwa nilai investasi memegang peranan yang sangat penting dalam rangka menunjang dan mempercepat pertumbuhan sektor industri yang mempunyai daya serap yang tinggi terhadap tenaga kerja sehingga dapat membantu pemerintah dalam mengatasi masalah pengangguran. Jumlah unit usaha pada sektor industri mempengaruhi pihak pengusaha untuk menentukan berapa jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam melaksanakan proses produksinya.

(47)

Dalam penelitian mengenai pengaruh modal kerja, produktivitas tenaga kerja, tingkat upah, dan usia usaha yang dilakukan oleh Siburian (2013) menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1% produktivitas maka akan meningkatkan jumlah penyerapan tenaga kerja sebesar 0,258% dengan asumsi variabel lainnya konstan, setiap penurunan 1% upah maka akan meningkatkan jumlah penyerapan tenaga kerja sebesar 0,353% dengan asumsi variabel lainnya konstan, dan setiap kenaikan 1% usia usaha akan meningkatkan jumlah penyerapan tenaga kerja sebesar 0,212% dengan asumsi variabel lainnya konstan.

Penelitian yang dilakukan oleh Nisfihani (2015) yang berjudul pengaruh upah dan output terhadap permintaan tenaga kerja pada sektor pertambangan kabupaten kutai kartanegara. Menggunakan analisis linear berganda yang menunjukkan nilai koefisien konstanta variabel (X1) upah sebesar 0.000009246 dengan α sebesar 0.95 bermakna tingkat upah (X1) tidak berpengaruh terhadap permintaan tenaga kerja pada sektor pertambangan di kab. kutai kartanegara.

(48)

Tabel 2.2

Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu

No. Penulis Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian

1. Yanuwardani dan Woyanti (2009)

Analisis Pengaruh Faktor Ekonomi Terhadap Penyerapan

Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Tempe di Kota Semarang

Variabel dependen:

Jumlah tenaga kerja Variabel independen:

- Modal kerja - Nilai produksi

- Tingkat upah Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda

 Variabel modal kerja dan nilai produksi berpengaruh positif terhadap jumlah tenaga kerja sedangkan variabel tingkat upah

berpengaruh negatif terhadap jumlah tenaga kerja

 Variabel yang paling berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil tempe di Kota Semarang adalah variabel modal

kerja 2. Setiawan (2010) Analisis Penyerapan Tenaga

Kerja Pada Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kota

Semarang

Variabel dependen:

Jumlah tenaga kerja Variabel independen:

- Jumlah unit usaha - Nilai investasi

- Nilai output - Upah minimum kota Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda

 Variabel jumlah unit usaha, nilai investasi, dan nilai output berpengaruh positif terhadap jumlah tenaga kerja sedangkan

variabel upah minimum kota berpengaruh negatif terhadap

jumlah tenaga kerja

 Varibel yang paling berpengaruh pada sektor UKM di Kota Semarang adalah jumlah unit usaha, sedangkan variabel nilai output memiliki pengaruh paling kecil di antara variabel yang lain 3. Karib (2012) Analisis Pengaruh Produksi

Investasi dan Unit Usaha Terhadap Penyerapan Tenaga

Kerja Pada Sektor Industri Sumatera Barat

Variabel dependen:

Jumlah tenaga kerja Variabel independen:

- Nilai produksi - Nilai investasi - Jumlah unit usaha Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda

Variabel nilai produksi, nilai investasi, dan jumlah unit usaha berpengaruh positif terhadap jumlah tenaga kerja di Sumatera Barat

4. Siburian dan Woyanti (2013)

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil dan Menengah (Studi Kasus Pada Industri Kecil dan Menengah Furniture Kayu di Kabupaten

Jepara)

Variabel dependen:

Penyerapan tenaga kerja Variabel independen:

- Modal kerja - Produktivitas tenaga kerja

- Tingkat upah - Usia usaha Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda

 Variabel modal kerja, produktivitas tenaga kerja, usia

usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan

tenaga kerja

 Variabel upah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

penyerapan tenaga kerja 5. Nisfihani (2015) Pengaruh Upah Dan Output

Terhadap Permintaan Tenaga Kerja Pada Sektor Pertambangan Kabupaten Kutai

Kartanegara

Variabel dependen:

Permintaan tenaga kerja Variabel independen:

Upah dan Output Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda

Tingkat upah (X1) tidak berpengaruh terhadap permintaan

tenaga kerja pada sektor pertambangan di kabupaten kutai

kartanegara

(49)

2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis

Industri manufaktur adalah sektor yang memberikan kontribusi penting pada PDB yang dibuktikan dengan kontribusi rata-rata tertinggi diantara sektor-sektor lainnya. Hal ini membuat sektor industri manufaktur disebut dengan sektor pemimpin mampu memberikan kontribusi yang optimal terhadap permintaan tenaga kerja.

Berdasarkan kajian pustaka dan penelitian terdahulu, maka dapat disusun skema hubungan antar variabel dalam model penelitian dengan variabel dependennya yaitu permintaan tenaga kerja yang dipengaruhi oleh output, jumlah perusahaan, tingkat upah dan produktivitas tenaga kerja yang merupakan variabel independennya. Untuk lebih jelas, hubungan antar variabel dalam penelitian ini dapat dilihat dalam bentuk skema berikut:

Gambar 2.2

Hubungan Variabel Dalam Model Penelitian Output

(𝑋 )

Jumlah Perusahaan (𝑋 )

Produktivitas Tenaga Kerja (𝑋4)

Tingkat Upah (𝑋3)

Permintaan Tenaga Kerja (Y)

(50)

Gambar 2.2 menjelaskan hubungan antara variabel dalam model empiris yang dilakukan dalam penelitian ini.

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan fakta-fakta empiris (Sugiyono, 2004).

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran teoritis di atas, hipotesis dari penelitian ini ditabulasikan sebagai berikut:

1. Output berpengaruh positif terhadap permintaan tenaga kerja pada industri menengah dan besar di Indonesia pada tahun 2011-2017.

2. Jumlah perusahaan berpengaruh positif terhadap permintaan tenaga kerja pada industri menengah dan besar di Indonesia pada tahun 2011-2017.

3. Tingkat upah berpengaruh negatif terhadap permintaan tenaga kerja pada industri menengah dan besar di Indonesia pada tahun 2011-2017.

4. Produktivitas tenaga kerja berpengaruh negatif terhadap permintaan tenaga kerja pada industri menengah dan besar di Indonesia pada tahun 2011-2017.

(51)

METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Unit penelitian dalam penelitian ini adalah sektor industri manufaktur menengah dan besar di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (2010), industri manufaktur adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir. Termasuk dalam kegiatan jasa industri dan pekerjaan perakitan (assembling).

Selanjutnya, Badan Pusat Statistik membedakan skala industri menjadi empat lapisan berdasarkan jumlah tenaga kerja per unit usaha, yaitu:

1. Industri besar (banyaknya tenaga kerja 100 orang atau lebih).

2. Industri sedang (banyaknya tenaga kerja 20-99 orang).

3. Industri kecil (banyaknya tenaga kerja 5-19 orang).

4. Industri rumah tangga (banyaknya tenaga kerja 1-4 orang).

Dalam penelitian ini, industri manufaktur dibedakan menurut klasifikasinya.

Badan Pusat Statistik mengklasifikasikan industri berdasarkan sub sektornya.

Menurut klasifikasi 2-digit Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) penggolongan industri manufaktur dikembangkan menjadi:

Referensi

Dokumen terkait

Tim Kunjungan Komisi VII DPR RI mendukung langkah-langkah yang dilakukan PT Pertamina (Persero) dalam menjamin pasokan BBM bagi masyarakat menjelang dan pada perayaan

menjelaskan bahwa ALLAH sudah disebut, dipanggil sejak agama Islam belum ada, ini betul, buktinya: sebelum nabi Muhammad SAW lahir (nabinya saudara kita Islam) nama bapaknya

Setiap tahun dilakukan kegiatan Pemantauan Status Gizi (PSG) dengan mengambil sejumlah sampel balita di tiap-tiap wilayah Puskesmas untuk mengetahui proporsi status gizi

Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat dalam penempatan dan pelindungan tenaga kerja asal Jawa Barat telah mengeluarkan kebijakan daerah berupa Peraturan Daerah Provinsi

Topik-topik yang dibahas dalam modul ini meliputi; Pengertian media pembelajaran, Kedudukan media dalam konteks komunikasi pendidikan, Kedudukan media dalam sistem

19 95% B.. Hasil kerja siswa pada tindakan siklus kedua, menunjukan bahwa peningkatan pemahaman konsep siswa dalam memahami materi sudah sesuai dengan yang

Faktor-faktor yang menyebabkan tidak berkembangnya sistem agribisnis kelapa di Indragiri Hilir, antara lain adalah: (1) sebagian besar teknologi belum dapat digunakan petani, (2)

Desain ini dilakukan untuk memberikan alternative pengkondisian udara system geothermal Berdasarkan pembahasan, dapat diambil kesimpulan bahwa pengkondisian udara dengan