• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan etnis budaya, dimana setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing – masing etnis tersebut memiliki ciri khas seni dan budaya tersendiri. Seni dan budaya dari tiap – tiap etnis tersebut tidak semuanya dapat kita ketahui, bahkan lebih banyak di antaranya yang belum terdata atau diketahui dan bahkan juga telah punah. Banyak seni dan budaya dari tiap etnis yang belum diketahui bagaimana asal usul terciptanya, keberadaannya dan bagaimana masyarakat pemilik dari seni dan budaya tersebut menggunakannya.

Kebudayaan berasal dari bahasa sangsekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal – hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris kebudayaan disebut culture yang berasal dari kata lain colore yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.

(Koentjaraningrat, 2002:180-181 “Pengantar Ilmu Antropoogi”)

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. “Segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun – temurun dari satu generasi ke generasi yang lain yang kemudian disebut sebagai

1

(2)

superorganik”.(Melville Jean Herskovits dan Bronislaw Kasper Malinowski dalam Nooryan Bahari, 2008 : 27-29, “Kritik Seni : Wacana, Apresiasi dan Kreasi”)

Dari defenisi diatas dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia. Sehingga dalam kehidupan sehari – hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda – benda yang tercipta oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya. Berupa perilaku dan benda – benda yang bersifat nyata, misalnya pola – pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni dan lain – lain yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Seni dan budaya merupakan cerminan dari masyarakat dalam berkehidupan, dikarenakan melalui seni masyarakat berkeyakinan dapat menuangkan keinginan dan hasrat mereka untuk mencapai tujuan lewat berbagai kegiatan yang dilakukan oleh mereka. Begitu besarnya peran dari seni budaya dalam kehidupan masyarakat, meyebabkan diperlukannya perhatian yang cukup serius untuk menjaga dan melestarikannya.

Seni pada mulanya adalah sebuah proses dari manusia. Seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreativitas manusia. Seni juga dapat diartikan dengan sesuatu yang diciptakan manusia yang mengandung unsur keindahan. Seni merupakan suatu cara dari diri kita sendiri untuk mengekspresikan sesuatu yang

(3)

mungkin tidak dapat kita ungkapkan dengan kata – kata dan bisa dengan musik bisa dengan lukisan, bisa dengan tarian sesuai dengan ciri khasnya.

Bangsa Indonesia sebagai negara yang beraneka ragam (Bhineka Tunggal Ika) yang sekaligus merupakan ciri khas dan aset dari bangsa Indonesia, salah satunya adalah Kabupaten Aceh Tenggara. Termasuk dalam hal ini adalah tari – tarian yang dimiliki oleh masyarakat Aceh yang ada di Kabupaten Aceh Tenggara, khususya pada masyarakat suku Alas. Kabupaten Aceh Tenggara memiliki tari – tarian yang cukup beragam seperti Tari Bru Dihe, Tari Muwed Kuang, Tari Ngaleng Lawe, Tari Belo Mesusun, Landok Alun, Tari Ndukhung dan lain sebagainya.

Nama Alas diperuntukan bagi seorang atau kelompok etnis, sedangkan daerah Alas disebut dengan kata Tanoh Alas. Menurut Kreemer (1922:64) kata

“Alas” berasal dari nama seorang kepala etnis (cucu dari Raja Lambing), beliau bermukim di desa paling tua di Tanoh Alas yaitu Desa Batu Mbulan (Marhalimselian.wordpress.com)

Suku Alas merupakan salah satu suku yang bermukim di Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh (yang juga lazim disebut Tanah Alas). Kata "alas" dalam bahasa Alas berarti "tikar". Hal ini ada kaitannya dengan keadaan daerah itu yang membentang datar seperti tikar di sela-sela Bukit Barisan. Daerah Tanah Alas dilalui banyak sungai, salah satu di antaranya adalah Lawe Alas (Sungai Alas).

Sebagian besar suku Alas tinggal di pedesaan dan hidup dari pertanian dan peternakan. Tanah Alas merupakan lumbung padi untuk daerah Aceh. Tapi selain itu mereka juga berkebun karet, kopidan kemiri, serta mencari berbagai hasil

(4)

hutan, seperti kayu, rotan, damar dan kemenyan. Sedangkan binatang yang mereka ternakkan adalah kuda, kambing, kerbau, dan sapi.

Kampung atau desa orang Alas disebut kute. Suatu kute biasanya didiami oleh satu atau beberapa klan, yang disebut merge. Anggota satu merge berasal dari satu nenek moyang yang sama. Pola hidup kekeluargaan mereka adalah kebersamaan dan persatuan. Mereka menarik garis keturunan patrilineal, artinya garis keturunan laki-laki. Mereka juga menganut adat eksogami merge, artinya jodoh harus dicari di merge lain.

Suku Alas 100% adalah penganut agama Islam. Namun masih ada juga yang mempercayai praktik perdukunan misalnya dalam kegiatan pertanian.

Mereka melakukan upacara-upacara dengan latar belakang kepercayaan tertentu agar pertanian mereka mendatangkan hasil baik atau terhindar dari hama.

Masyarakat Alas adalah masyarakat yang matapencahariannya di dapat dari bertani atau berkebun dan beternak.

Pria dan wanita masyarakat suku Alas bekerja sehari hari sebagai petani dan peternak dimana pria lebih sering mengolah lahan pertanian danperkebunan.

Biasanya para pria lebih sering mengolah lahan perkebunan yang terletak di daerah perbukitan sedang wanitanya lebih sering mengolah lahan di daratan seperti bersawah menanam padi. Akan tetapi terkadang juga selain berkebun para pria Alas suka beternak lembu, tambak ikan terutama ikan mas, kambing, domba, bebek dan ayam.

Kebiasaan para wanita Alas sebelum melaksanakan tugasnya pergi kesawah, di pagi hari mereka pergi ke kali untuk mandi, berwudhu dan mencuci

(5)

pakaian. Dikarenakan sungai Alas sangat bersih dan jernih banyak ikan yang hidup di dalamnya. Oleh karena itu para wanita yang pergi ke kali untuk mandi di pagi hari tidak lupa membawa alat Ndukhung yaitu alat seperti jaring/tanggok untuk menangkap ikan yang akan di olah menjadi lauk pauk makanan keluarga mereka.

Berdasarkan kebiasaan para wanita Alas inilah maka tercipta sebuah tarian yang bernama tari Ndukhung. Tari Ndukhung merupakan salah satu tarian tradisi masyarakat Alas yang keberadaannya masih tetap terjaga dan terus berkembang ditengah – tengah masyarakat Alas. Ndukhung berarti alat untuk menangkap ikan seperti jala/jaring/tanggok berbentuk bulat dan bergagang dari rotan.

Tarian ini ditarikan oleh penari wanita dengan membawa properti yaitu ndukhung (jaring/jala/tanggok) dan juga sumpit yang terbuat dari anyaman pandan untuk meletakkan ikan. Hingga kini keberadaan Tari Ndukhung masih tetap ada dan masih tetap dipertunjukan oleh masyarakat Alas. Tari Ndukhung berfungsi sebagai tari hiburan pada masyarakat Alas. Dikarenakan masyarakat menempatkan tari ini sebagai pengungkapan rasa kegembiraan dan mempererat pergaulan dikalangan mereka pada saat mencari ikan di sungai.

Penulis sangat tertarik dengan tari Ndukhung, penulis ingin sekali meneliti dan mengetahui lebih dalam tarian ini. Oleh karena itu penulis mengambil judul untuk laporan seminar proposal ini adalah “Struktur Tari Ndukhung Pada Masyarakat Alas Kabupaten Aceh Tenggara”. Penulis berharap setelah membaca laporan seminar proposal ini, kita akan semakin bangga dengan kebudayaan yang

(6)

dimiliki oleh bangsa Indonesia.Teruslah kita jaga dan lestarikan budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita.

B. Identifikasi Masalah

Dari hasil uraian latar belakang diatas, penulis perlu membuat identifikasi masalah agar dapat mengetahui hal – hal yang akan diteliti :

1. Bagaimana struktur tari Ndukhung pada masyarakat Alas ? 2. Bagaimana iringan tari Ndukhung pada masyarakat Alas?

3. Bagaimana nilai estetis tari Ndukhung pada masyarakat Alas?

4. Bagaimana keberadaan tari Ndukhung pada masyarakat Alas?

5. Bagaimana fungsi tari Ndukhung pada masyarakat Alas?

6. Bagaimana bentuk penyajian tari Ndukhung pada masyarakat Alas?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah di uraikan di atas, maka batasan masalah ditetapkan sebagai berikut :

- “Bagaimana struktur tari Ndukhung pada masyarakat Alas?”

D. Perumusan Masalah

Begitu banyaknya masalah–masalah yang akan dibahas di dalam penelitian ini, maka demi hasil penelitian yang lebih terarah, penulis merumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini. Perumusan

(7)

masalah tersebut adalah “Bagaimana struktur Tari Ndukhung pada masyarakat Alas”.

E. Tujuan Penelitian

Setiap hal yang dilakukan pastilah mempunyai tujuan tertentu. Sama halnya dengan laporan penelitian seminar proposal terdapat tujuan ingin penulis ketahui lebih dalam yaitu :

- Mengetahui struktur tari Ndukhung pada masyarakat Alas.

F. Manfaat Penelitian

Penulis berharap dengan terciptanya tujuan di atas tidak hanya tercapai begitu saja, tetapi tujuan yang telah dicapai tersebut dapat memiliki manfaat yang berguna baik untuk diri pribadi penulis dan juga masyarakat luas khususnya masyarakat Alas. Hasil penelitian ini akan berguna untuk menambah wawasan para generasi muda untuk membangkitkan rasa cinta terhadap warisan budaya dari leluhur. Selain itu, manfaat penelitian ini juga dapat membantu para seniman untuk menelaah lebih jauh mengenai kesenian lainnya yang ada di Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara.

Referensi

Dokumen terkait

Perpaduan unsur arsitektur islam dengan gaya arsitektur kolonial pada Masjid Cut Meutia dapat dilihat pada dinding interior masjid yang diberi kaligrafi,

Dalam penelitian ini penyebaran penyakit busuk buah pada tanaman kakao dibangun berdasarkan asumsi - asumsi dan diadaptasi dari model SEI, sebingga Gambaran

Reply Yudho Setyo January 6, 2014 at 3:07 PM Halo Fasdheva, You’re welcome.. Semoga bermanfaat. Monggo gan, langsung aja  Reply 19. 

tuk spora. Mikroorganisme yang ada di udara akan cepat mati karena kelaparan dan radiasi UV. Bakteri yang mampu hidup di lingkungan udara bersifat gram positif

1 Penetapan %asil kritis dan amang nilai kritis 2 4aftar in,entaris alat  Bukti kalirasi alat " 4aftar reagensia esensial $ Penetapan rentang nilai

masih hidup selama 830 tahun. Sepanjang hidupnya, Mahalalel menjadi bapak dari beberapa anak laki-laki * 5:3 anak laki-lakinya Dalam bahasa Ibrani sudah jelas dari kisah

Metode adalah sebuah prosedur untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengertian metode tersebut menekankan pada langkah-langkah  pembelajaran. Pendapat lain