• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air susu ibu (ASI) diciptakan oleh Tuhan degan segala kelebihannya. Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI memberi semua energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama hidupnya. ASI adalah cairan kehidupan terbaik yang sangat dibutuhkan oleh bayi. ASI mengandung berbagai zat yang penting untuk tumbuh kembang bayi dan sesuai dengan kebutuhannya. Meski demikian, tidak semua ibu mau menyusui bayinya karena berbagai alasan. Misalnya takut gemuk, sibuk, payudara kendor dan sebagainya. Di lain pihak, ada juga ibu yang ingin menyusui bayinya tetapi mengalami kendala. Biasanya ASI tidak mau keluar atau produksinya kurang lancar, serta banyak hal lain yang dapat mempengaruhi produksi ASI.1

Pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Akibat dari pemberian ASI dan pemberian makanan tambahan yang salah, diantaranya sekitar 6,7 juta balita atau 27,3 % dari seluruh balita di Indonesia menderita kurang gizi dan sebanyak 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk.i Kebijakan yang ditempuh dalam program peningkatan pemberian ASI di Indonesia adalah menetapkan cakupan ASI ekslusif pada suatu wilayah sebesar 80%. Namun realitanya, sampai saat ini pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Keprihatinan ini cukup mendasar, karena masih banyak masyarakat yang memberikan makanan pendamping pada waktu bayi berumur sangat muda.1

Data dari Depkes RI secara nasional pada tahun 2014 menetapkan target sebesar 80%, namun cakupan secara nasional pemberian ASI eksklusif hanya sebesar

(2)

52,3% sehingga belum mencapai target. Keadaan lain yang memprihatinkan, adalah 13 % dari bayi berumur di bawah 2 bulan telah diberi susu formula dan 15 % telah diberi makanan tambahan.ii

Pemberian ASI eksklusif di Jawa Tengah hanya sebesar 54 % pada usia 2-3 bulan dan untuk usia 4-12 bulan hanya 35 %. Hasil rekap laporan ASI Eksklusif di seluruh Puskesmas Kota Semarang tahun 2006 jumlah bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif yaitu 40.07%. Namun pada tahun 2007 jumlah bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif menurun menjadi 38,44%. 1

Banyak alasan yang menjadi faktor penyebab kenapa ibu tidak memberikan ASI ekslusif kepada bayinya. Alasan pekerjaan menjadi salah satu penyebab yang cukup besar bagi ibu-ibu yang tinggal di perkotaan dan mempunyai pekerjaan di luar rumah.

Kesibukan kerja yang membutuhkan waktu hingga 8 jam untuk bekerja di luar rumah yang menjadi alasan tidak dapat memberikan ASI ekslusif kepada bayi hingga usia 6 bulan.iii Beberapa hal yang menjadi alasan yaitu adalah karena kelelahan akibat bekerja adalah produksi ASI yang mulai menurun, yang akibatnya bayi tidak lagi mau disusui dan saluran ASI menjadi tersumbat. Namun demikian ada juga karena keengganan untuk menyusui yang menyebabkan anak harus berhenti merasakan ASI ekslusif dari ibunya. Alasan yang mengkhawatirkan adalah adanya anggapan yang salah tentang pemberian ASI ekslusif yang biasanya hal ini terjadi pada masyarakat pedesaan. Orangtua memberikan MPASI <

6 bulan. Umumnya banyak ibu yg beranggapan bahwa apabila anaknya akan kelaparan dan akan tidur nyenyak jika diberi makan. Meskipun tidak ada relevansinya banyak yang beranggapan bahwa hal ini benar. Terkadang anak yang menangis terus dianggap sebagai anak yang tidak kenyang, padahal menangis bukan semata-mata tanda bahwa bayi sedang merasa lapar. iv

Faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan pemberian ASI eksklusif ini adalah karena karena faktor sosial budaya, faktor psikologis, faktor fisik, kurangnya petugas

(3)

kesehatan, meningkatnya prmosi susu kaleng sebagai pengganti ASI dan keterangan yang salah.v Menurut Siregar terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayi yaitu usia, pendidikan, pengetahuan dan ibu yang bekerja di luar rumah.4

Penelitian Meiyana Dianning Rahmawati tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian asi eksklusif pada ibu menyusui di Kelurahan Pedalangan Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Hasil penelitian ini menemukan bahwa variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian ASI eksklusif adalah usia ibu, status pekerjaan, urutan kelahiran bayi dan dukungan petugas kesehatan. Uji regresi logistik menunjukkan bahwa faktor paling dominan yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah status pekerjaan dengan p=0,008. dan OR=4,137 yang menandakan bahwa ibu yang tidak bekerja berpeluang memberikan ASI ekskusif pada bayinya 4 kali dibanding ibu yang bekerja.vi

Suksesnya suatu program termasuk pemberian ASI eksklusif tergantung pada keseriusan penanganan masalah tersebut. Penanganan masalah ini dapat dilakukan melalui pendekatan sistem. Model dasar pendekatan sistem terdiri masukan (input), pengolahan (proses) dan keluaran (output) sebagai salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan ASI eksklusif. Unsur atau komponen sistem yang berupa input merupakan jenis dan jumlah masukan yang dapat diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan sehingga penghamburan sumber, tata cara dan kesanggupan yang sifatnya terbatas akan dapat dihindari.vii

Survei pendahuluan melalui wawancara terhadap ibu menyusui telah dilakukan guna mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi ibu yang tidak dapat memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya, yang berdasarkan teori pendekatan sistem hal ini masuk unsur input. Identifikasi masalah yang dapat ditemukan adalah ditemukan ibu yang

(4)

mengalami sakit pada putting susu sehingga tidak dapat memberikan ASI kepada bayi oleh karena itu kebutuhan susu bayi diberikan menggunakan susu formula.

Hasil identifikasi masalah juga menemukan bahwa ibu bekerja di luar rumah sehingga tidak dapat memberikan ASI kepada bayi, identifikasi masalah juga menemukan ada ibu yang menderita TB paru sehingga tidak dapat memberikan ASI kepada bayinya.

Hasil identifikasi juga menemukan pemahaman yang salah yaitu bayi memerlukan makanan tambahan secepatnya karena ASI saja dianggap tidak cukup ditambah lagi dengan bayi yang setelah diberikan makanan tambahan merasa tenang dan tidak rewel berarti bayi merasa kenyang. Hasil identifikasi yang terakhir adalah adanya anggapan bahwa dengan memberikan susu formula kepada bayi menunjukkan status sosial yang lebih tinggi di lingkungan.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Jepara yang terdiri dari 16 desa pada bayi dengan usia 5-6 bulan berdasarkan data rekapan tahun 2014 dari 107 bayi berusia 6 bulan terdapat 74 bayi (69,15%) yang mendapat ASI ekslusif.

Sedangkan data tahun 2015 dari 125 bayi usia 6 bulan terdapat 45 bayi (36,0%) yang mendapat ASI eksklusif. Berdasarkan usia bayi antara 6-11 bulan di tahun 2015 tercatat sebanyak 798 bayi, namun yang mendapatkan ASI eksklusif hanya sebesar 329 bayi (41,23%). Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 ibu telah memberikan MP ASI sebelum bayinya berusia 6 bulan memberikan alasan bahwa para ibu yang terpaksa meninggalkan bayi untuk bekerja di luar rumah. Susu formula akhirnya menjadi satu alternatif yang harus diberikan kepada bayinya disaat ditinggal bekerja. Selain itu rendahnya pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI eksklusif dan adanya anggapan bahwa melalui pemberian makanan tambahan dapat memberi kenyamanan kepada bayi serta dapat membuat bayi menjadi cepat gemuk, serta ada satu ibu yang terpaksa tidak dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayi karena menderita TB paru sehingga untuk

(5)

menghindari penularan kepada bayinya maka ibu ini tidak memberikan ASI kepada bayinya.

Posyandu sebagai satu institusi kesehatan yang sangat dekat dengan ibu dan bayi disetiap lingkungan. Sebagai salah satu institusi kesehatan posyandu memiliki program kerja yang terdiri dari Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang salah satunya berkaitan dengan Ibu Nifas dan Menyusui, yang dalam pelayanannya meliputi penyuluhan/konseling kesehatan, KB pasca, persalinan, Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI, eksklusif dan gizi, serta pemberian 2 kapsul vitamin A. Berkaitan dengan program tersebut kader diharapkan dapat melakukan pemantauan dan pengawasan berkaitan dengan pelaksanaan ASI eksklusif agar cakupannya mencapai target yaitu 80%.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas maka peneliti tertarik untuk mengevaluasi pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Jepara.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan fenomena tersebut maka rumusan masalah ”Bagaimana evaluasi program ASI eksklusif di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Jepara?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengevaluasi program ASI eksklusif di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Jepara.

2. Tujuan khusus meliputi:

a. Mengetahui cakupan ASI eksklusif di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Jepara.

b. Mendeskripsikan karakteristik kader di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Jepara.

(6)

c. Mendeskripsikan dukungan kader terhadap ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Jepara terhadap pemberian ASI eksklusif

d. Mendeskripsikan penyuluhan dari kader posyandu pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Jepara terhadap pemberian ASI eksklusif.

e. Mendeskripsikan pendampingan dari kader posyandu pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Jepara terhadap pemberian ASI eksklusif.

f. Mendeskripsikan pengawasan puskesmas pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Jepara terhadap pemberian ASI eksklusif.

g. Menganalisis hubungan karakteristik kader dengan cakupan ASI eksklusif di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Jepara.

h. Menganalisis hubungan dukungan kader terhadap ibu menyusui dengan cakupan ASI eksklusif di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Jepara.

i. Menganalisis hubungan penyuluhan dari kader posyandu pada ibu menyusui dengan cakupan ASI eksklusif di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Jepara.

j. Menganalisis hubungan pendampingan dari kader posyandu pada ibu menyusui dengan cakupan ASI eksklusif di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Jepara.

k. Menganalisis hubungan pengawasan puskemas dengan cakupan ASI eksklusif di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Jepara.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan digunakan sebagai bahan masukan:

1. Manfaat Praktis

Para kader posyandu dapat menigkatkan penyuluhan dan pendampingan serta dukungan terhadap ibu menyusui agar dapat memberikan ASI eksklusif kepada

(7)

bayinya. Hasilnya dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk lebih memberikan perhatian, dan lebih banyak penjelasan tentang arti penting ASI eksklusif.

2. Mafaat Teoritis

Hasil penelitian dapat dijadikan sumbangan referensi dan pemikiran bagi perkembangan ilmu kesehatan khususnya tentang permasalahan pemberian ASI eksklusif pada bayi hingga usia 6 bulan.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Nama

Peneliti Judul Desain

Penelitian Variabel Hasil Isnaini

Agam (2012)

Faktor-faktor yang mempengaruhi

pemberian asi eksklusif

di Kelurahan

Tamamaung Kecamatan Panakkukang

Kota Makassar

Penelitian survei bersifat deskriptif analitik dengan pendekat an desain Cross Sectional

Pendidikan, pekerjaan, status gizi ibu, IMD, penolong persalinan, pendapatan keluarga, dan ASI eksklusif

Tidak terdapat hubungan antara umur, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, status gizi ibu, IMD, penolong persalinan dan pendapatan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif

Meiyana Diannin g Rahma wati (2010)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian asi eksklusif pada ibu menyusui di Kelurahan Pedalangan Kecamatan Banyumanik Kota Semarang

Penelitian survei bersifat deskriptif analitik dengan pendekat an desain Cross Sectional.

Usia ibu, tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan, urutan

kelahiran bayi, pengetahuan ibu,

dukungan suami, dukungan petugas

kesehatan dan sosial budaya.

variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap

pemberian ASI eksklusif adalah usia ibu, status pekerjaan, urutan kelahiran bayi dan dukungan petugas kesehatan. Uji regresi logistik menunjukkan bahwa faktor

(8)

paling dominan yang

mempengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah ststus pekerjaan

Perbedaan penelitian ini dengan keaslian penelitian pada tabel diatas adalah pada penelitian ini ditambahkan variabel pengaruh iklan susu formula. Perbedaan lain adalah terletak pada analisis data menggunakan regresi logistic sementara pada penelitian ini hanya sebatas bivariat.

F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Lingkup Keilmuan

Penelitian ini termasuk dalam Ilmu kesehatan Masyarakat dengan kajian di bidang Manajemen Kesehatan.

2. Lingkup Materi

Materi ini adalah evalusi program ASI eksklusif di posyandu 3. Lingkup Metode

Jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan korelasi.

4. Lingkup Sasaran

Sasaran dalam penelitian ini adalah kader posyandu yang memberikan yang salah satu tugasnya memberikan penyuluhan, pendampingan dan dukungan terhadap ibu menyusui agar dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayi.

5. Lingkup Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Jepara 6. Lingkup Waktu

(9)

Penelitian ini dilaksanakan Bulan Januari Tahun 2016

i Dinkes Kota Semarang. ASI Eksklusif Wajib Bagi Semua Ibu Menyusui, Agar Anak Jadi Sehat dan Cerdas. 2007.

ii Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indoesia 2014. Kemenkes RI. Jakarta. 2015.

iii Siregar, A. Pemberian ASI ekslusif dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 2004.

iv Soraya, L. Resiko Pemberian MPASI Terlalu Dini. 2006.

v Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta : EGC. 2005.

vi Meiyana Dianning Rahmawati. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian asi eksklusif pada ibu menyusui di Kelurahan Pedalangan Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Jurnal KesMaDaSka, Vol 1 No. 1, Juli 2010. (8-17)

vii Henni Djuhaeni S.K. Pendekatan Sistem. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. 1989

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa penelitian di atas memberikan sebuah pemahaman bahwa manajemen pemasaran dalam konteks rumah sakit merupakan upaya yang dapat dilakukan agar

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini adalah keterampilan mengajar guru menurut persepsi siswa dan motivasi belajar berhubungan dengan hasil

Teknik kompresi jenis ini adalah dengan mengaplikasikan langsung metode Huffman melalui pendekatan statistik di mana nilai warna atau keabuan yang sering muncul di

Hasil pengujian ini sejalan dengan hasil penelitian Steffi Sigilipu (2013) yang menunjukkan bahwa sistem informasi akuntansi manajemen, sistem pengukuran kinerja dan sistem

Hasil pembuktian hipotesis yang ketiga dapat dijelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan ROE (Return On Equity) yaitu besarnya jumlah laba bersih yang dihasilkan dari

Ngeow (Nurjanah, 2004: 2) juga menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan pembelajaran yang menantang siswa untuk belajar di mana siswa bekerja

Skenario 15 dan 20 memang menghasilkan model yang lengkap, semua aktivitas dapat tergambarkan termasuk aktivitas baru yang tidak ditemukan pada model dengan fitness yang lebih

Berdasarkan Tabel 10, hasil validasi aspek kelayakan bahasa oleh ahli pembe- lajaran dapat diketahui bahwa skor rata- rata dari ahli pembelajaran 1 yaitu 3,83 atau persentase