PENGEMBANGAN PARIWISATA DARI SISI
DEMAND
Oleh
NI LUH MADE PRADNYAWATHI
COKORDA GEDE ALIT SEMARAJAYA
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR PERTAMANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ...1
PENGEMBANGAN PARIWISATA DARI SISI DEMAND ...2
Pendahuluan...2
Permintaan Potensial (Potential Demand) ...3
Permintaan Aktual (Actual Demand) ... Motivasi Wisatawan ...4
Faktor-Faktor Pendorong Wisatawan Untuk Berwisata ...13
Karakteristik Demand Wisata ...14
Jenis Wisatawan/Tourist Demand ...15
Hubungan Antara Demand Dan Supply ...27
Analisis Kesesuaian Permintaan (Demand) Wisatawan Dan Penawaran (Supply) Obyek Wisata ...30
Pasar Industri Pariwisata Di Indonesia ...32
2
PENGEMBANGAN PARIWISATA DARI SISI DEMAND
Pendahuluan
Berbicara tentang konteks pembahasan pengembangan kepariwisataan,
cenderung lebih sering dilakukan dari sisi penawaran (supply), sementara aspek
permintaan (demand) jarang sekali disinggung. Padahal, sisi permintaan itu justru akan
sangat menentukan keberhasilan pengembangan suatu produk, baik produk barang
3
kebudayaannya yang menjadi sumber daya manusia. Unsur lainnya yaitu aksesibilitas yang mudah dan akomodasi.
Sebagaimana halnya dengan permintaan (demand) atas produk barang dan jasa pada umumnya, permintaan atas produk pariwisata pun dipengaruhi berbagai faktor, serta terbagi menjadi permintaan potensial (potential demand) dan permintaan aktual (actual demand). Sementara itu permintaan pun besarannya tergantung pada beberapa hal lainnya.
Permintaan Potensial (potential demand)
Permintaan potensial adalah sejumlah orang yang secara potensial dianggap dan mampu melakukan perjalanan wisata. Menurut Yoeti (2008), yang dimaksud dengan potential demand adalah sejumlah orang yang berpotensi untuk melakukan perjalanan
wisata karena memiliki waktu luang dan tabungan yang relatif cukup. Sesungguhnya
permintaan potensial atas produk pariwisata dapat diperkirakan. Namun demikian,
untuk dapat memperkirakan besar kecilnya potensi pasar pariwisata, perlu diketahui
kondisi beberapa unsur di suatu negara atau wilayah pasar dimaksud, antara lain
seperti: (a) Jumlah penduduk keseluruhan (population size); (b) Persentase penduduk
yang berpenghasilan dan mampu bepergian ke luar negeri; (c) Tingkat pendapatan
(income per capita) rata-rata; (d) Tingkat kemampuan menabung (saving) rata-rata;
(e) Waktu luang (leisure time) yang mereka miliki; (f) Intensitas bepergian (travel
intensity) masyarakat pada umumnya, -terutama intensitas bepergian ke luar negeri
Untuk mengetahui berbagai unsur tersebut, sudah dapat dipastikan, memerlukan
bukan hanya sekedar pengamatan, melainkan penelitian secara intensif serta secara
berkala senantiasa dimutakhirkan (up-date) untuk mengetahui dan mengikuti
perkembangannya, terutama dalam hal terjadi gejolak pasar yang disebabkan berbagai
kondisi yang sedang terjadi agar pengembangan sisi supply dapat disesuaikan dimana
perlu. Hal ini dinilai sangat penting, mengingat penyesuaian produk pariwisata tidak
semudah membalikkan telapak tangan. Satu dan lain hal, disebabkan oleh karakteristik
4
yang membentuknya berada pada berbagai pihak yang terkait dan berwenang dari
berbagai sektor (multiple sector). Monitoring pasar secara konsisten dan cermat
memberikan kemungkinan kepada kita untuk dapat mengambil langkah-langkah yang
bersifat antisipatif mengacu pada gejala awal kecenderungan pasar di masa datang.
Permintaan Aktual (actual demand)
Permintaan actual/sebenarnya adalah sejumlah orang yang sebenarnya berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata, artinya sejumlah wisatawan yang secara nyata sedang berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata. Sedangkan menurut Yoeti (2008), yang dimaksud dengan actual demand adalah orang-orang yang sedang
melakukan perjalanan wisata pada suatu daerah tujuan wisata tertentu
Di samping berbagai kondisi tersebut di atas yang mempengaruhi permintaan
potensial, ada beberapa faktor lainnya yang sangat berpengaruh pada terwujudnya
permintaan aktual. Sehingga dengan demikian, Total Demand akan tergantung pada
besaran potential demand di mana aktual demand berada, serta tergantung juga pada
unsur-unsur yang mempengaruhi potential demand secara umum. Dalam hal ini, yang
dimaksud dengan aktual demand adalah wisatawan yang benar-benar sudah melakukan
perjalanan dan berkunjung ke suatu negara atau wilayah destinasi tertentu, seperti
yang kita lihat dalam laporan-laporan statistik pariwisata.Lazimnya, aktual demand
tersebut diuraikan dan dirinci dalam laporan statistik pariwisata berdasarkan informasi
sbb.: (a) Negara Asal. Dalam hal ini yang dimaksud adalah negara di mana wisatawan
itu bertempat tinggal; (b) Kebangsaan, yang menunjukkan kewarganegaraan
wisatawan tesebut. Hal ini perlu dibedakan, mengingat bahwa wisatawan
berkebangsaan negara tertentu bisa saja datang dari negara lain, di mana dia
bertempat tinggal, yang nota bene, kita nilai sebagai negara pasar potensial; (c)
Rata-rata masa tinggal. Kepentingan informasi ini bukan melulu untuk perhitungan
penerimaan pariwisata negara penerima, melainkan juga untuk memperkirakan berapa
banyak waktu yang mereka miliki untuk berlibur atau berkunjung; (d) Rata-rata
5
Informasi ini memberikan gambaran tentang tingkat penghasilan serta daya beli yang
mereka miliki, di samping sebagai salah satu unsur dalam perhitungan penerimaan
pariwisata suatu negara; (e) Profil lainnya yang juga penting bagi penentuan kebijakan
pengembangan produk wisata dan pemasarannya adalah: a. Jenis kelamin (gender); b.
Bidang pekerjaan (occupancy); c. Kelompok Penghasilan (income-group); d. Kelompok
umur (age-group); e. Maksud kunjungan (motivation); f. Transportasi yang digunakan
(mode of transport); g. Pintu Masuk / Pelabuhan Pendaratan (port of entry).
Sub sistem demand (permintaan) berkaitan dengan budaya wisatawan sebagai individu. Latar belakang pola perilaku wisatawan dipengaruhi oleh motivasi baik fisik, sosial, budaya, spiritual, fantasi dan pelarian serta didukung oleh informasi, pengalaman sebelumnya, dan kesukaan yang akan membentuk harapan dan image. Motivasi, informasi, pengalaman sebelumnya, kesukaan, harapan dan image wisatawan merupakan komponen dari subsistem permintaan sebagai bagian dari sistem pariwisata.
Permintaan dalam industri pariwisata terdiri dari beberapa fasilitas atau produk
yang berbeda bukan saja dalam hal sifat, akan tetapi juga manfaat dan kebutuhannya
bagi wisatawan. Dalam ilmu ekonomi kebutuhan-kebutuhan yang dapat diperoleh
dengan mudah tidak merupakan barang-barang ekonomi karena dapat diperoleh secara
bebas seperti udara segar, pemandangan yang indah atau cuaca yang cerah. Hal itu
tidak berlaku dalam industri pariwisata, justru barang-barang yang termasuk free goods
ini dapat meningkatkan kepuasan bagi wisatawan.
Fasilitas dan produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang berbeda dan
diperlukan oleh wisatawan pada waktu yang berbeda-beda pula. Permintaan dalam
industri pariwisata tidak hanya terbatas pada waktu yang diperlukan pada saat
perjalanan wisata diperlukan, akan tetapi jauh sebelum melakukan perjalanan,
permintaan itu sudah mengemuka seperti informasi tentang daerah tujuan wisata, hotel
tempat untuk menginap, transportasi yang akan digunakan, tempat-tempat yang akan
6
Permintaan dalam industri pariwisata tidak hanya membutuhkan A Single
Services tetapi juga membutuhkan kombinasi dan bermacam-macam pelayanan yang
ditawarkan dalam suatu paket wisata yang dalam ilmu ekonomi pariwisata sebagai
Assortment of Services. Karena itu permintaan dapat dibagi menjadi enam kelompok
yang saling melengkapi menurut G.A.Schmoll (Yoeti, 2008).
1. Travel preparation, sebelum membeli paket wisata akan terlebih dahulu
memerlukan information, advice, reservations, tickets and vouchers, money
exchanges, travel clothing and equipments.
2. Movement, dalam perjalanan wisatawan memerlukan transportation to and from
destination, sightseeing and tours, safaries, act at the tourist destination.
3. Accommodation and catering, setibanya pada suatu daerah tujuan wisata
wisatawan akan memerlukan hotel and motel rooms, camping sites and
restaurant, bar and cafe.
4. Activities at the destination, didaerah tujuan wisata wisatawan memerlukan
entertaiment, sports sightseeing, snooping, visit to museums.
5. Purchases and personal needs, sebagai kenang-kenang pada suatu daerah
tujuan wisata wisatawan akan membeli bermacam-macam oleh-oleh dalam
bentuk purchases of personal items, clothing, medical care, souvenirs dan
lain-lain.
6. Recording an preserving impressions, untuk keperluan dokumen perjalanan
wisatawan memerlukan purchases of film, camera, photos or studio shooting dan
7
Menurut Yoeti (2008) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
permintaan pariwisata antara lain sebagai berikut:
1. General Demand Factors
Secara umum permintaan terhadap barang dan jasa industri pariwisata
tergantung pada hal-hal sebagai berikut:
a. Purchasing power
Kekuatan untuk membeli banyak ditentukan oleh disposible income yang erat
kaitannya dengan tingkat hidup (standard of living) dan intensitas perjalanan
(travel intensity) yang dilakukan. Semakin besar pendapatan yang bebas
digunakan akan semakin besar kemungkinan perjalanan yang diinginkan.
b. Demographic structure and trends
Besarnya jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk akan
mempengaruhi permintaan terhadap produk industri pariwisata. Negara yang
memiliki penduduk banyak tetapi pendapatan perkapitanya kecil akan memiliki
kesempatan kecil untuk melakukan perjalanan wisata.
Faktor lain adalah struktur usia penduduk. Penduduk yang masih muda
dengan pendapatan rata-rata relatif tinggi akan lebih besar pengaruhnya
dibanding denangan penduduk yang berusia pensiun.
c. Sosial and cultural factors
Industrialisasi tidak hanya menghasilkan struktur pendapatan masyarakat
relatif tinggi, juga meningkatkan pemerataan pendapatan dalam masyarakat
sehingga memungkinkan memiliki kesempatan melakukan perjalanan wisata
untuk menghilangkan kejenuhan bekerja, menghilangkan strees, sehingga
8 d. Travel motivations and attitudes
Motivasi untuk melakukan perjalanan wisata sangat erat hubungan
dengan kondisi sosial dan budaya masyarakatnya. Masih eratnya hubungan
kekeluargaaan masyarakat dan sering melakukan saling berkunjung membuat
perjalanan akan sering dilakukan dan tentunya akan meningkatkan permintaan
untuk melakukan perjalanan wisata.
e. Opportunities to travel and tourism marketing intensity
Adanya insentif untuk melakukan perjalanan wisata akan meningkatkan
perjalanan wisata ke seluruh dunia seperti meeting, incentive, convention and
exhibition (MICE). Kesempatan untuk melakukan perjalanan wisata tidak hanya
karena biaya perjalanan ditanggung perusahaan, juga memberi kesempatan
kepada keluarga ikut melakukan perjalanan wisata, anak dan istri mendampingi
suami dalam berpartisipasi dalam suatu konferensi tertentu.
2. Factors Determining Specific Demand
Faktor-faktor yang akan mempengaruhi permintaan khusus terhadap daerah
tujuan wisata tertentu yang akan dikunjungi ditentukan oleh beberapa faktor yaitu:
a. Harga
Pada kebanyakan industri jasa harga biasanya menjadi masalah kedua
karena yang terpenting adalah kualitas yang harus disesuaikan dengan
kebutuhan dan keinginan sesuai dengan waktu yang diinginkan. Dalam
kepariwisataan sudah biasa dilakukan price differentiation secara umum sebagai
suatu strategi dalarn pemasaran. Sebagai contoh misalnya sedikitnya dijumpai
15 tarif perjalanan round trip yang disusun oleh International Air Transportation
Association (IATA) berdasarkan musim, rata-rata lamanya tinggal, umur
9 b. Daya tarik wisata
Keputusan untuk melakukan perjalanan lebih banyak menyangkut
pernilihan daerah tujuan wisata. Pemilihan ini ditentukan oleh daya tarik yang
terdapat di daerah yang akan dikunjungi.
c. Kemudahan berkunjung
Aksesibilitas ke daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi banyak
mempengaruhi pilihan wisatawan, wisatawan menginginkan tersedianya
macam-macam transportasi yang dapat digunakan dengan harga yang bervariasi. Karena
biaya transportasi akan mempengaruhi biaya perjalanan secara keseluruhan.
Tersedianya prasarana yang memadai akan menjadi pilihan seperti bandara yang
nyaman dan bersih, jalan yang tidak berlubang-lubang menuju obyek wisata,
tersedianya tenaga listrik dan air bersih.
d. Informasi dan layanan sebelum kunjungan
Wisatawan biasanya memerlukan pre-travel service didaerah tujuan
wisata yang mereka kunjungi dan tersedia tourist information service yang dapat
menjelaskan tempat-tempat yang akan dikunjungi wisatawan, kendaraan yang
digunakan, waktu perjalanan dan keperluan yang dibutuhkan.
e. Citra
Wisatawan memiliki kesan dan impian tersendiri tentang daerah tujuan
wisata yang akan dikunjungi. Citra dari daerah tujuan wisata akan
mempengaruhi permintaan wisata daerah tersebut.
10
1. Harga. Harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata akan memberikan imbas atau timbal balik pada wisatawan yang akan bepergian, sehingga permintaan wisatapun akan berkurang begitu pula sebaliknya.
2. Pendapatan. Apabila pendapatan suatu negara tinggi, kecendrungan untuk memilih daerah tujuan wisata sebagai tempat berlibur akan semakin tinggi dan bisa jadi calon wisatawan membuat sebuah usaha pada Daerah Tujuan Wisata jika dianggap menguntungkan.
3. Sosial Budaya. Dengan adanya sosial budaya yang unik dan bercirikan atau berbeda dari apa yang ada di negara calon wisata berasal maka, peningkatan permintaan terhadap wisata akan tinggi hal ini akan membuat sebuah keingintahuan dan penggalian pengetahuan sebagai khasanah kekayaan pola pikir budaya wisatawan.
4. Sosial dan Politik. Dampak sosial politik belum terlihat apabila keadaan Daerah Tujuan Wisata dalam situasi aman dan tenteram, tetapi apabila hal tersebut berseberangan dengan kenyataan, maka sospol akan sangat terasa dampak dan pengaruhnya dalam terjadinya permintaan.
5. Intensitas Keluarga. Banyak atau sedikitnya keluarga juga berperan serta dalam permintaan wisata hal ini dapat diratifikasi, jumlah keluarga yang banyak maka keinginan untuk berlibur dari salah satu keluarga tersebut akan semakin besar, hal ini dapat dilihat dari kepentingan wisata itu sendiri.
6. Harga Barang Substitusi. Disamping kelima aspek di atas, harga barang pengganti juga termasuk dalam aspek permintaan, dimana barang-barang pengganti dimisalkan sebagai pengganti DTW yang dijadikancadangan dalam berwisata seperti: Bali sebagai tujuan wisata utama di Indonesia, akibat suatu dan lain hal Bali tidak dapat memberikan kemampuan dalam memenuhi syarat-syarat Daerah Tujuan Wisata sehingga secara tidak langsung wisatawan akan mengubah tujuannya ke daerah terdekat seperti Malaysia dan Singapura.
11
melengkapi, dimana apabila dikaitkan dengan pariwisata, barang komplementer ini sebagai obyek wisata yang saling melengkapi dengan object wisata lainnya. Sedangkan Jackson, 1989 (dalam Pitana, 2005) melihat bahwa faktor penting yang menentukan permintaan pariwisata berasal dari komponen daerah asal wisatawan antara lain, jumlah penduduk (population size), kemampuan finansial masyarakat (financial means), waktu senggang yang dimiliki (leisure time), sistem transportasi, dan sistem pemasaran pariwisata yang ada.
Sedangkan Gamal Suwanto (2004) berpendapat bahwa permintaan (demand) terhadap hasil atau produk pariwisata tidak tetap dan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor non-ekonomis. Terjadinya kekacauan, peperangan atau bencana alam akan mengakibatkan permintaaan berkurang. Sebaliknya bilamana musim berlibur dengan kondisi normal, permintaan akan meningkat, sehingga kadang terjadi kekurangan dalam supply.
Middleton (2001) menyimpulkan delapan faktor penentu utama dalam permintaan pariwisata yaitu: (1) faktor ekonomi dan perbandingan harga, (2) demografi, termasuk pendidikan, (3) geografi, (4) sikap sosial budaya pariwisata, (5) mobilitas, (6) peraturan pemerintah, (7) media komunikasi, (8) teknologi komunikasi dan informasi.
Spillane (1987), setidaknya terdapat 3 faktor yang secara signifikan mempengaruhi permintaan (demand) industri pariwisata, yaitu:
1. Faktor Sosio-Ekonomi dan Pariwisata
a. Undang-Undang Sosial
12
b. Pendapatan yang Meningkat
Meningkatnya pendapatan masyarakat berarti meningkat pula masyarakat yang akan melakukan perjalanan wisata. Masyarakat yang mepunyai pendapatan yang meningkat akan menyisihkan sebagian uangnya untuk berwisata. Perpedaan penghasilan juga akan mempengaruhi cara berwisata seseorang. Sebagai contohnya, seseorang yang berpenghasilan lebih rendah akan melakukan perjalanan wisata dengan carabackpacking.
c. Pendidikan dan perasaan ingin tahu
Sekolah, radio, dan TV mengembangkan hasrat ingin tahu terhadap negara dan kebudayaan lain sehingga mendorong masyarakat untuk berwisata. Saat ini banyak acara yang menayangkan acara tentang berwisata yang menunjukkan informasi tentang keindahan alam, peninggalan sejarah, dan informasi menarik lagi.
d. Urbanisasi dan kebutuhan untuk menghindari kebisingan kota
Kebisingan kota akan menyebabkan masyarakat mencari kegiatn untuk refreshing dan mencari kesegaran jasmani.
e. Hasrat untuk meniru
Mendengarkan kesan-kesan liburan dari orang lain akan mengembangkan hasrat untuk berwisata. Saat kita mendengar cerita dari tetangga, saudara, maupun teman yang lain, maka kita juga akan mencoba melakukan hal yang sama.
2. Faktor Administrasi dan Pariwisata
13
3. Faktor-faktor teknis: kemajuan dunia angkutan
a. Angkutan Kereta Api
Kereta api di Indonesia semakin dimodernisasi dan disesuaikan dengan wisatawan dengan jalan peningkatan fasilitas, penambahan kecepatan, dan lain-lain
b. Angkutan Mobil dan Bus
Menggunakan mobil pribadi saat melakukan perjalan wisata akan lebih memberikan kenyamanan. Untuk bus juga akan memberikan kenyamanan ketika bus mempunyai trayek khusus dan tidak banyak berhenti di jalan.
c. Angkutan Sungai/Laut
Pemanfaatan sungai sebagai sarana wisata dilengkapi dengan kapal (boat) yang sesuai dengan sungai tersebut. Saat ini juga makin berkembang wisata kapal pesiar (cruise ship) yang mengarungi atlantik, dan eropa.
d. Angkutan Udara
Banyaknya kapal terbang dan semakin majunya teknologi akan mendorong masyarkat melakukan perjalanan lebih jauh. Harga tiket saat ini juga semakin murah.
Motivasi Wisatawan
Untuk melakukan perjalanan wisata dengan tujuan kesuatu daerah wisata, seorang wisatawan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut :
1. Kebutuhan akan alat angkutan, bis, kereta api 2. Kebutuhan akan penginapan, hotel
3. Kebutuhan akan makan dan minum, restoran, rumah makan 4. Kebutuhan akan hiburan dan kegiatan rekreasi
14
7. Kebutuhan akan barang konsumsi keperluan pribadi melalui pusat perbelanjaan Suwantoro (1997)
Faktor-Faktor Pendorong Wisatawan Untuk Berwisata
Faktor-faktor pendorong untuk berwisata sangatlah penting untuk diketahui oleh siapapun yang berkecimpung dalam industri pariwisata (Pitana, 2005). Dengan adanya faktor pendorong, maka seseorang ingin melakukan perjalanan wisata, tetapi belum jelas mana daerah yang akan dituju.
Berbagai faktor pendorong seseorang melakukan perjalanan wisata menurut Ryan, 1991 (dalam Pitana,2005), sebagai berikut:
1. Escape. Ingin melepaskan diri dari lingkungan yang dirasakan menjemukan, atau kejenuhan daripekerjaan sehari-hari.
2. Relaxation. Keinginan untuk penyegaran, yang juga berhubungan dengan motivasi untuk escape di atas.
3. Play. Ingin menikmati kegembiraan, melalui berbagai permainan, yang merupakan kemunculan kembali sifat kekanak-kanakan, dan melepaskan diri sejenak dari berbagai urusan yang serius.
4. Strengthening family bond. Ingin mempererat hubungan kekerabatan, khususnya dalam konteks (visiting, friends and relatives). Biasanya wisata ini dilakukan bersama-sama (group tour)
5. Prestige. Ingin menunjukkan gengsi, dengan mengunjungi destinasi yang menunjukkan kelas dan gaya hidup, yang juga merupakan dorongan untuk meningkatkan status atau social standing.
6. Social interaction. Untuk melakukan interaksi sosial dengan teman sejawat, atau dengan masyarakatlokal yang dikunjungi.
15
8. Educational opportunity. Keinginan melihat suatu yang baru, memperlajari orang lain dan/atau daerah lain atau mengetahui kebudayaan etnis lain. Ini merupakan pendorong dominan dalam pariwisata.
9. Self-fulfilment. Keinginan menemukan diri sendiri, karena diri sendiri biasanya bisa ditemukan pada saat kita menemukan daerah atau orang yang baru.
10.Wish-fulfilment. Keinginan merealisasikan mimpi-mimpi, yang lama dicita-citakan, sampai mengorbankan diri dalam bentuk penghematan, agar bisa melakukan perjalanan. Hal ini juga sangat jelas dalam perjalanan wisata religius, sebagai bagian dari keinginan atau dorongan yang kuat dari dalam diri
Karakteristik Demand Wisata
Permintaan pariwisata ditandai dengan beberapa ciri khas;antara lain adalah kekenyalan (elasticity) dan kepekaan (sensitivity). Elastisitas disini berarti seberapa jauh tingkat kelenturan permintaan tersebut terhadap perubahan struktur harga /perubahan berbagai macam kondisi ekonomi di pasar. Titik awal munculnya permintaan pariwisata dengan keadaan ekonomi sedemikian rupa sehingga memungkinkan orang memiliki kelebihan pendapatan dan lamanya hari-hari libur yang tetap dibayar. Karena pengeluaran wisatawan merupakan penyisihan sebagian anggaran pribadi dan keluarga yang bersaing dengan barang keperluan lain (mobil, televisi dan sebagainya), maka dapat dipahami mengapa permintaan pariwisata dapat menunjukkan elastisitas langsung dengan jumlah pendapatan di lain pihak.
Permintaan pariwisata juga sangat peka (sensitive) terhadap kondisi sosial, politik dan perubahan mode perjalanan. Daerah tujuan wisata yang mengalami ketidak tenangan (instability) kondisi politik atau keguncangan sosial tidak akan menarik wisatawan meskipun harga fasilitas pariwisata yang ditawarkan sangat murah.
16
gejala pariwisata yang menyangkut manusia, yang mempunyai waktu luang, kelebihan pendapatan dan kemauan untuk melakukan perjalanan ternyata ada unsur-unsur lain yang beberapa diantaranya bersifat rasional dan beberapa yang lain tidak masuk akal (irasional). Dalam hal ini Gromy (2005) mencoba untuk menganalisis beberapa faktor rasional sebagai suatu dorongan yang disadari bagi wisatawan untuk melakukan perjalanan pariwisata tersebut antara lain: aset-aset wisata, pengorganisasian industri pariwisata, fasilitas, sikap masyarakat tempat tujuan, kondisi demografi, situasi politik dan keadaan geografis. Sedangkan faktor-faktor irasional terdiri atas lingkungan perjalanan dan ikatan keluarga, tingkah laku, prestise, mode, perasaan keagamaan, hubungan masyarakat dan promosi pariwisata. Dari hal ini dapat dilihat bahwa permintaan pariwisata tidak menggambarkan sekelompok homogen orang-orang yang sedang berusaha bepergian setelah terdorong oleh motivasi tertentu. Ada sekelompok keinginan, kebutuhan, rasa kesukaan dan ketidak sukaan yang kadang berbaur dan bertentangan dalam diri seseorang. Perbedaan struktur permintaan dalam pariwisata ini tidak mengikuti pola sistematis yang didasarkan pada kebangsaan, kesukuan, tempat tinggal, jabatan, susunan keluarga /tingkat sosial yang tidak bergantung kepada tingkat umur atau jenis kelamin. Semua unsur yang beragam ini cenderung digunakan sebagai batas /patokan agar tetap memberi arti segmentasi masyarakat yang merupakan permintaan pasar potensial.
17
Bali yang terkenal sebagai objek wisata, menyebabkan destinasi ini harus bertindak sebagai penyedia fasilitas pariwisata yang dibutuhkan wisatawan mancanegara yang berkunjung. Fasilitas tersebut termasuk restoran khas tradisional yang mampu menarik minat wisatawan untuk mencoba menikmati kelezatan makanan tradisional tersebut, tentu dengan pelayanan yang berstandar internasional, seperti restoran-restoran yang berada di Kawasan Pariwisata Sanur. Penawaran dan permintaan wisata oleh Wahab (2003) adalah :
1. Penawaran Pariwisata mencakup yang ditawarkan oleh hotel kepada wisatawan yang nyata maupun potensial. Penawaran pariwisata ditandai oleh tiga ciri khas utama yaitu merupakan penawaran jasa-jasa yang ditawarkan bersikap kaku dalam arti sulit mengubah sasaran penggunaandi luar pariwisata dan karena pariwisata belum merupakan kebutuhan pokok manusia maka penawaran pariwisata harus bersaing ketat dengan penawaran barang dan jasa lainnya.
2. Permintaan wisata ditandai dengan ciri-ciri khas tertentu, ada yang terpenting di antaranya adalah sebagai berikut: (a) kekenyalan (elasticity), kekenyalan permintaan wisata berarti seberapa jauh tingkat kelenturannya terhadap perubahan-perubahan struktur harga atau perubahan-perubahan macam-macam ekonomi di pasar, (b) kepekaan (sensitivity), permintaan wisata sangat peka terhadap keadaan sosial politik dan terhadap perubahan mode perjalanan, (c) perluasan (expansion), meskipun terjadi goncangan, namun permintaan terus meningkat, (d) musim (seasonality), ciri khas lain dari permintaan wisata yang sangat mempengaruhi hari depan pariwisata yaitu musim wisata atau padat dan senggangnya kunjungan wisatawan.
Menurut Wahab (1975) dan Yoeti (1996), beberapa karakteristik dari permintaan pariwisata yaitu :
1. Elastisitas (elasticity)
18
bahwapermintaan menunjukkan elastisitas langsung dengan besarnya pendapatan (income) di satu pihak dan perjalanan di pihak lain.
2. Kepekaan (sensitivity)
Permintaan terhadap perjalanan wisata sangat peka atau sensitive terhadap keadaan sosial, politik, dan keamanan negara/daerah yang akan dikunjungi. Hal ini dilatar belakangi bahwa wisatawan merupakan orang-orang yang melakukan perjalanan untuk mencari kesenangan.
3. Musim (seasonality)
Permintaan terhadap perjalanan wisata juga ditentukan oleh musim ramai (peak season) dan musim sepi (off-season). Biasanya musim ramai terjadi pada hari-hari libur seperti libur sekolah, Lebaran, Natal. Pada musim ramai permintaan terhadap perjalanan wisata akan meningkat jika dibandingkan dengan hari biasa. Permintaan juga dipengaruhi oleh keadaan iklim yang sedang terjadi di lokasi wisata. Banyak obyek wisata yang bahkan mengandalkan daya tarik wisatanya berdasarkan keadaan iklim wisata tersebut seperti suhu udara yang dingin, sinar matahari yang panas, dan lain-lain.
4. Perluasan (expansion)
Permintaan terhadap perjalanan wisata cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun meskipun terjadi hambatan akibat ketidak seimbangan antara penyediaan dan permintaan. Kecenderungan ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : (a) Kemajuan teknologi transportasi khususnya teknologi penerbangan; (b) Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi; (c) Meningkatnya kegiatan ekonomi di negara-negara asal wisatawan; (d) Bertambahnya waktu luang (leave time) atau semakin singkatnya waktu kerja (working hours); (e) Meningkatnya kesadaran masyarakat negara-negara industri terhadap lingkungan; (f) Semakin padatnya penduduk kota-kota metropolitan; (g) Meningkatnya pemilikan kendaraan pribadi.
19
1. Sangat dipengaruhi oleh musim; 2. Terpusat pada tempat-tempat tertentu; 3. Tergantung pada besar kecilnya pendapatan; 4. Bersaing dengan permintaan akan barang-barang mewah; 5. Tergantung tersedianya waktu senggang; 6. Tergantung teknologi transportasi; 7. Size of family (jumlah orang dalam keluarga); 8. Aksesibilitas
Jenis Wisatawan/Tourist Demand
Ada 12 jenis wisatawan / tourism demand yaitu family, hedonistic, back packer, visiting friends and relatives, excursionist, educational tourist, religious tourist, snow bird, ethnic minority, disable tourist, social tourist dan short break market.
1. Family
Family tourist atau keluarga wisatawan dapat terbagi atas keluarga kecil yang terdiri dari orang tua dan anak, maupun keluarga besar yang terdiri dari orang tua, anak, paman, bibi, kakek, nenek, dan yang lainnya. Wisatawan ini umumnya melakukan perjalanan pada waktu liburan sehingga mereka benar-benar ingin menikmati liburannya itu di suatu tempat yang mereka inginkan.
Dampak Positif :
a. Memberikan keuntungan ekonomi secara langsung kepada hotel dan restaurant. Wisatawan jenis ini umumnya memerlukan kamar yang besar dan makanan yang lebih banyak. Dampak ekonomi tidak langsung dapat dirasakan oleh pedagang-pedagang di pasar karena permintaan terhadap barang/bahan makanan akan bertambah.
b. Wisatawan jenis ini umumnya menggunakan travel agent untuk mengatur jadwal perjalanannya. Hal ini akan meningkatkan keuntungan travel agent tersebut, semakin banyak pula membutuhkan tenaga kerja sehingga secara tidak langsung dapat mengurangi pengangguran.
20
sehingga tempat-tempat tersebut dapat berkembang dan memperoleh keuntungan.
d. Memberikan keuntungan kepada perajin dan penjual souvernir atau oleh-oleh karena wisatawan jenis ini biasanya akan membeli kenang-kenangan untuk dirinya dan kerabatnya.
Dampak Negatif :
a. Anak-anak biasanya suka bermain-main hingga merusak fasilitas-fasilitas yang ada, seperti di hotel, objek wisata, dan sebagainya.
b. Agak sulit untuk mengelola atau mengatur jadwal tourist family ini karena anak-anaknya biasanya rewel dan dapat merusak atau membatalkan jadwal yang telah direncanakan.
2. Hedonistic
Hedonistic adalah wisatawan yang menginginkan kebebasan, kebebasan yang tidak bisa mereka dapatkan di Negara asalnya, misalnya drugs, sex, drunk, dan sebagainya. Wisatawan jenis ini umumnya dari kalangan berusia muda dan menyukai kehidupan malam.
Dampak Positif :
a. Memberikan keuntungan ekonomi kepada hotel dan restaurant.
b. Memberikan keuntungan kepada rental mobil atau motor karena wisatawan ini tidak suka di atur dan ingin bebas pergi kemanapun ia inginkan.
c. Memberikan keuntungan kepada bar, night club, dan tempat-tempat night life lainnya.
Dampak Negatif :
21
dibawa tourist hedonistic ini seperti budaya minum-minuman keras, pakaian seksi, merokok, dugem, drugs, dan lain-lain.
b. Prostitusi semakin meningkat karena adanya permintaan dari tourist-tourist hedonistic.
c. Muncul dan berkembangnya barang-barang illegal seperti obat-obatan terlarang. d. Wisatawan ini seringkali merusak fasilitas-fasilitas umum dan menyebabkan
polusi terhadap lingkungan.
3. Back Packer
Back Packer adalah jenis wisatawan yang melakukan aktivitas pariwisata dengan dana terbatas. Oleh karena itu, wisatawan ini biasanya menggunakan fasilitas-fasilitas berstandar lokal. Ciri khas wisatawan ini adalah biasanya menggendong tas ransel di punggungnya.
Dampak Positif :
a. Memberikan keuntungan kepada penginapan-penginapan dan makanan
berstandar lokal, seperti motel atau bungalow.
b. Wisatawan jenis ini peduli dan ramah lingkungan karena mereka lebih sering melakukan perjalanan dengan berjalan kaki atau dengan sepeda gayung.
c. Wisatawan jenis ini mudah berinteraksi dengan masyarakat sekitar sehingga dapat terjadi akulturasi budaya misalnya bahasa, cara mereka mengelola waktu, dan sebagainya.
Dampak Negatif :
22
b. Wisatawan ini juga perlu diwaspadai karena bisa saja mereka melakukan tindakan mencuri karena keadaan ekonomi mereka sangat pas-pasan.
4. Visiting Friends and Relatives
Visiting friends and relatives adalah jenis wisatawan yang mempunyai tujuan tertentu, yaitu mengunjungi teman dan kerabatnya. Wisatawan jenis ini biasanya dikelola oleh teman maupun kerabatnya sendiri, mulai dari tempat tinggal, makan, hingga transportasi.
Dampak Positif :
a. Wisatawan jenis ini tetap menguntungkan objek wisata dan atraksi-atraksi wisata karena mereka pasti akan diajak oleh kerabatnya untuk menikmati waktunya di tempat tersebut.
b. Memberikan keuntungan kepada perajin dan penjual souvernir atau oleh-oleh karena wisatawan jenis ini biasanya akan membeli kenang-kenangan untuk keluarganya.
Dampak Negatif :
a. Tidak banyak memberikan devisa bagi Negara, karena segala sesuatunya biasanya disediakan oleh teman atau kerabatnya tersebut seperti akomodasi, makanan, transportasi, dan sebagainya.
5. Excursionist
Excursionist adalah wisatawan yang mengunjungi suatu tempat dalam waktu yang kurang dari 24 jam. Yang termasuk wisatawan jenis ini misalnya penumpang kapal pesiar yang singgah ke suatu daerah.
Dampak Positif :
23
b. Menguntungkan perajin dan penjual souvernir atau oleh-oleh karena wisatawan ini biasanya pasti menyempatkan diri untuk membeli souvernir khas daerah yang dikunjungi/disinggahinya.
Dampak Negatif :
a. Tidak menguntungkan akomodasi, transportasi, dan tempat-tempat wisata karena wisatawan ini tidak mempunyai banyak waktu untuk menikmati kunjungannya karena mereka hanya sekedar berkunjung atau singgah di tempat tersebut.
6. Educational Tourist
Educational tourist adalah wisatawan yang melakukan perjalanan dengan tujuan pendidikan, misalnya untuk belajar maupun studi banding di suatu sekolah atau universitas.
Dampak Positif :
a. Memberikan keuntungan ekonomi kepada fasilitas-fasilitas berstandar lokal, seperti boarding house (kos-kosan) dan tempat makan lokal.
b. Dapat menyebabkan terjadinya pertukaran pikiran dan pertukaran kebudayaan (akulturasi budaya) misalnya dalam bahasa, teknologi, pola pikir, dsb.
c. Dapat mengembangkan suatu sekolah atau universitas yang dipilih sehingga dapat meningkatkan gengsi dan akreditas sekolah tersebut.
d. Sebagai sarana politik dalam membina hubungan yang baik antar Negara penerima educational tourist dengan Negara pengirim Educational tourist.
Dampak Negatif :
24
b. Wisatawan ini juga bisa saja memberikan pengaruh yang buruk terhadap kebudayaan lokal, seperti mengajarkan temannya untuk minum-minuman keras, free sex, merokok, dan sebagainya.
7. Religious Tourist
Religious Tourist adalah wisatawan yang melakukan perjalanan suci ke tempat-tempat yang berhubungan dengan agama, misalnya kegiatan naik haji, tirta yatra, dan lain sebagainya.
Dampak Positif :
a. Menguntungkan akomodasi, restaurant, transportasi, travel agent (sesuai dengan ekonomi mereka.)
b. Dapat membantu mengembangkan daerah-daerah yang mempunyai tempat ibadah atau kawasan religious.
c. Dapat mengadakan pertukaran kebudayaan dan penyebarkan ajaran agama. d. Wisatawan jenis ini juga pasti membeli oleh-oleh atau souvenir khas daerah
setempat, hal ini menguntungkan penjual atau perajin oleh-oleh atau souvenir. Dampak Negatif :
a. Wisatawan jenis ini juga terkadang perlu diwaspadai karena mereka bisa saja menyebarkan ajaran-ajaran atau aliran sesat kepada penduduk lokal.
8. Snowbird
Snowbird adalah jenis wisatawan dari Negara yang bermusim dingin yang melakukan perjalanan ke daerah-daerah tropis.
Dampak Positif :
25
b. Memberikan keuntungan kepada hotel, travel agent, dan restaurant, perajin atau penjual souvenir sebagai penyedia barang dan jasa, baik berupa akomodasi, transportasi, maupun penyedia makanan dan minuman.
c. Memberikan keuntungan kepada tempat-tempat dan atraksi wisata terutama yang berhubungan langsung dengan matahari, seperti pantai, waterboom, dan sebagainya.
Dampak Negatif :
a. Daerah-daerah dingin biasanya lebih sepi dan kurang diuntungkan karena wisatawan jenis ini umumnya menyukai matahari dan ingin menikmati panas karena di negaranya sedang mengalami musim dingin.
9. Ethnic Minority
Dampak Positif :
a. Memberikan keuntungan kepada hotel, restaurant, dan travel agent.
b. Memberikan keuntungan pada museum-museum, dan tempat-tempat bersejarah lainnya.
Dampak Negatif :
a. Tidak begitu menguntungkan dalam bidang ekonomi karena wisatawan jenis ini lebih memilih menggunakan fasilitas-fasilitas lokal ketimbang memilih fasilitas mewah dan modern.
10. Disable Tourist
Disable tourist adalah jenis wisatawan yang mempunyai kekurangan fisik atau cacat.
Dampak Positif :
26
agent, dengan begitu walaupun ia mempunyai ketidakmampuan (cacat) namun ia tetap dapat menikmati wisatanya di daerah yang dituju.
b. Memberikan keuntungan kepada tourist attraction terutama yang bersifat natural karena wisatawan jenis ini lebih merasa nyaman berada di daerah yang memiliki keindahan alam.
Dampak Negatif :
a. Pengelolaan wisatawan jenis ini lebih sulit dibandingkan dengan wisatawan lainnya karena kita harus ekstra waspada dan membuat jadwal yang sesuai dengan fisiknya.
11. Social Tourist
Social tourist adalah jenis wisatawan yang melakukan perjalanan bukan untuk berlibur, melainkan mencari sponsor di suatu Negara.
Dampak Positif :
a. Memberikan keuntungan kepada hotel/motel sebagai tempat peristirahatan para social tourist.
b. Dapat menciptakan hubungan yang baik antara Negara pengirim wisatawan dan Negara penerima wisatawan sehingga dapat tercipta suasana tolong menolong antar negara.
Dampak Negatif :
a. Wisatawan jenis ini tidak banyak memberikan devisa bagi Negara, karena tujuannya bukan berlibur, melainkan melakukan aksi social atau mencari sponsor di suatu Negara untuk tujuan tertentu.
12. Short Break Market
27 Dampak Positif :
a. Memberikan keuntungan kepada hotel/motel sebagai tempat peristirahatan para short break market tourist, biasanya satu hingga tiga hari.
b. Memberikan keuntungan pada rental transportasi (mobil, motor) karena wisatawan jenis ini biasanya tidak menggunakan travel agent dalam berwisata. Beberapa wisatawan juga menggunakan angkutan umum sebagai sarana transportasinya.
c. Wisatawan jenis ini biasanya berkunjung ke tempat-tempat atraksi wisata yang sudah terkenal. Wisatawan ini juga senang berwisata kuliner di daerah yang dikunjunginya dan membeli beberapa cendera mata khas sehingga hal ini sangat menguntungkan dalam bidang ekonomi, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dampak Negatif :
a. Wisatawan jenis ini tidak mempunyai waktu yang lama dalam berkunjung, biasanya antara sehari hingga tiga hari saja. Oleh karena itu, kita harus mampu mengelola wisatawan ini dengan baik dan mengusahakan agar ia merasa puas dan menikmati kunjungannya sehingga ia akan kembali ke tempat itu dikemudian hari.
Hubungan Antara Demand Dan Supply
28
Ada lima jenis supply yaitu tourist attraction, accessibility, amenities, ancillaries, dan community involvement. Adapun hubungan masing-masing supply dengan demand dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Hubungan Demand dengan Tourist Attraction
Tourist attraction sangat mempengaruhi demand atau jumlah wisatawan yang berkunjung ke suatu destinasi pariwisata. Semakin bagus tourist attraction-nya, semakin banyak demand yang akan mengunjunginya sehingga tourist attraction itu akan semakin berkembang. Tourist attraction ada yang bersifat natural dan ada pula yang bersifat kultural. Hal ini sangat menarik perhatian wisatawan, semakin khas dan menarik sebuah tourist attraction akan semakin banyak pula wisatawan yang ingin melihat atau mengunjunginya. Seiring dengan permintaan demand, maka berkembanglah man-made tourist attraction atau tourist attraction buatan manusia, misalnya taman bermain, dan sebagainya. Dari penjelasan tersebut, maka dapat kita simpulkan bahwa demand sangat mempengaruhi tourist attraction, begitu juga sebaliknya.
2. Hubungan Demand dengan Accessibility
Accessibility merupakan suatu hal vital yang sangat mempengaruhi kunjungan demand. Jika di suatu daerah tidak tersedia aksesibilitas yang mencukupi, seperti airport, pelabuhan dan jalan raya maka tidak akan ada demand yang mengunjungi daerah tersebut. Demand pulalah yang mempengaruhi perkembangan accessibility di suatu daerah. Jika suatu daerah memiliki potensi pariwisata, maka harus disediakan aksesibilitas yang memadai sehingga daerah tersebut dapat dikunjungi deman atau wisatawan.
3. Hubungan Demand dengan Amenities
29
permintaan dan harapan konsumen, contohnya spa. Dewasa ini spa sudah menjadi kebutuhan demand. Oleh karena itu, hampir semua hotel kini menyediakan fasilitas spa. Fasilitas-fasilitas inilah yang menyebabkan demand merasa betah dan nyaman berada di suatu destinasi pariwisata. Jika amenitiesnya tidak berkualitas dan mencukupi, maka demand tidak akan tertarik untuk mengunjungi daerah tersebut. Begitu pula sebaliknya, jika tidak ada demand maka amenities pun tidak akan berkembang karena tidak ada pemasukan atau keuntungan.
4. Hubungan Demand dengan Ancillaries
Ancillaries adalah hal-hal kecil atau pendukung, misalnya warung-warung kecil dan tourist information centre. Adanya hal-hal pendukung ini disebabkan oleh demand yang berkunjung ke suatu tempat karena hal-hal tersebut dibutuhkan oleh demand dan dirasa dapat menghasilkan keuntungan. Contohnya, di suatu kawasan pariwisata terdapat pedagang-pedagang asongan yang menjual makanan, minuman, maupun souvenir. Hal itu merupakan inisiatif pedagang yang timbul karena adanya demand yang ingin membeli barang dagangannya. Disisi lain, ancillaries ini juga dibutuhkan oleh para wisatawan yang menginginkan kemudahan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ancillaries ini timbul karena adanya permintaan dari demand.
5. Hubungan Demand dengan Community Involvement
Community involvement adalah keterlibatan atau dukungan masyarakat dalam kegiatan pariwisata. Community involvement ini sangat mempengaruhi kunjungan demand. Masyarakat harus dapat mendukung jalannya kegiatan pariwisata ini. Jika masyarakat tidak mendukung atau melakukan tindakan-tindakan anarkis seperti pencurian, perampokan, pengeboman, pembunuhan, maka demand tidak akan berani mengunjungi daerah tersebut. Sebaliknya, jika masyarakat bersikap baik dan ramah terhadap tamu, maka wisatawan akan betah tinggal di daerah tersebut
30
adanya supply yang berkualitas dan menarik maka akan banyak wisatawan yang tertarik mengunjungi daerah tersebut. Demand pulalah yang memberikan pemasukan atau keuntungan agar supply dapat terus berkembang.
Analisis Kesesuaian Permintaan (Demand) Wisatawan dan Penawaran
(Supply) Obyek Wisata.
Analisis Kesesuaian Permintaan (demand) Wisatawan dan Penawaran (supply) Obyek Wisata pengembangan atraksi wisata hakekatnya menekankan pada analisis terhadap kondisi pemuasan (satisfying) antara kebutuhan/permintaan (demand) dengan penyediaan/penawaran (supply) Perencanaan dan pengembangan kegiatan wisata pada suatu wilayah memang perlu mengusahakan keterpaduan antar dua komponen utama pengembangan yaitu sisi permintaan (demand side) dan sisi
penawaran (supply side). Pendekatan ini merupakan salah satu pendekatan yang sangat mendasar, karena pada hakekatnya perencanaan dan pengembangan suatu obyek dan daya tarik wisata tidak lain ditujukkan untuk menarik kunjungan wisatawan ke suatu obyek. Sehingga pengembangan yang akan dilakukan harus memperhatikan dan mendasarkan pada kajian terhadap kesesuaian antara karakteristik sisi penawaran Obyek wisata dengan karakteristik sisi permintaan pengunjung. Kesesuaian antara
Permintaan (demand) dan Penawaran (supply) akan berdampak pada kepuasan wisatawan yang pada akhirnya mampu menciptakan nilai jual dan meningkatkan daya saing obyek wisata (Cravens, 1997). Oleh karena itu pendekatan pengembangan tidak bisa hanya berangkat dari sisi produk atau sisi penawaran saja (product driven), sehingga dengan pendekatan ini produk yang dikembalikan akan dapat diterima dan diapresiasi oleh pasarwisatawan.
31
1. What to see
Di tempat tersebut harus ada objek dan atraksi wisata yang berbeda dengan yang dimiliki daerah lain. Dengan kata lain daerah tersebut harus memiliki daya tarik khusus dan atraksi budaya yang dapat dijadikan “entertainment” bagi wisatawan. What to see meliputi pemandangan alam, kegiatan, kesenian dan atraksi wisata.
2. What to do
Di tempat tersebut selain banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus disediakan fasilitas rekreasi yang dapat membuat wisatawan betah tinggal lama ditempat itu.
3. What to buy
Tempat tujuan wisata harus tersedia fasilitas untuk berbelanja terutama barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk di bawa pulang ke tempat asal.
4. What to arrived
Di dalamnya termasuk aksesbilitas, bagaimana kita mengunungi daya tarik wisata tersebut, kendaraan apa yang akan digunakan dan berapa lama tiba ketempat tujuan wisata tersebut.
5. What to stay
32 Pasar Industri Pariwisata Di Indonesia
Di dalam Spillane (1987), disebutkan bahwa pasar industri pariwisata di Indonesia setidaknya bisa diidentifikasi dengan 3 faktor utama yaitu susunan pasar menurut penghasilan konsumen, pemasaran, dan fasilitas angkutan, pelayanan, dan pola perjananan.
1. Penghasilan konsumen
Spillane (1987) menyatakan bahwa wisatawan yang datang ke Indonesia bisa dibedakan menjadi tiga, yaitu: (a) Wisatawan internasional pengeluaran tinggi; (b) Wisatawan internasional pengeluaran rendah, (c) Wisatawan domestik
Menurutnya, wisatawan domestik dan kelas rendah menggunakan fasilitas-fasilitas yang ditijukan untuk rakyat. Mereka bepergian memakai angkutan, ppenginapan, dan makan di restoran-restoran yang lebih murah dibandingkan imbangan mereka yang jauh lebih mewah sehingga keuntungan terhadap neraca pembayaran dan akibat yang berganda sangat minimum.Namun kalau diukur pengaruh perkapita turis domestic dan kelas rendah mungkin sekali mempunyai suatu akibat ekonomis yang lebih kuat daripada kelas tinggi.Oleh karenanya, menurut dia pengaruh ekonomi kelas rendah dan domestic mungkin sekali lebih luas dan dirasakan langsung.
2. Pemasaran
Menurut H.F Stanley, seorang PATA Konsultan dalam Spillane (1987) marketing mix (paduan pemasaran), sebuah strategi operasi untuk mempertemukan penawaran dan permintaan, memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
a. Product mix
33
b. Distribution mix
Hal ini mencakup proses pengangkutan seorang wisatawan hingga sampi ke tempat wisata.
c. Communication mix
Konsumen atau turis harus diberitahu, diperkenalkan, ditarik, dan didorong agar mau mengunjungi suatu daerah tujuan wisata. Hal ini bias dilakukan dengan cara sales promotion, image promotion, pendidikan, latihan, atau penyukuhan, dan pemberian jasa penerangan pariwisata (buku-buku, dll).
d. Service mix
Hal ini merupakan kebijakan instansi-instansi pemerintah termasuk pejabat pabean, pejabat imigrasi, pejabat kesehatan, polisi, dan sebagainya untuk menunjang usaha menarik wisatawan.
3. Fasilitas
Fasilitas merupakan hal penting untuk keberhasilan pengembangan pariwisata. Fasilitas itu melingkupi:
a. Fasilitas angkutan
Meliputi angkutan udara, jalan raya, dan laut. b. Akomodasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan terkait akomodasi adalah: (a) Nama dan lokasi; (b) Jenis dan kamar tiap bangunan (c) Fasilitas yang diberikan (misalnya restoran, kolam renang); (d) Tarip kamar; (e) Jumlah tamu (occupancy rate) per bulan; (f) Jumlah karyawan menurut jenis tingkat gaji dan pendidikan, (g) Masalah-masalah yang ada di hotel, (h) Rencana untuk membangun/mengembangkan tempat akomodasi yang baru; (i) Sumber-sumber informasi mengenai hal tersebut
c. Pelayanan sosial
34
d. Pelayanan umum
Pelayanan umum yang dimaksud disini adalah persediaan, tenaga listrik, pembuangan air, telepon, radio, telebisi, bahan bakar untuk memasak dll. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah: (a) Kapasitas dan kualitas system yang ada; (b) Penilaian terhadap sumber-sumber air (untuk membagun system baru); (c) Sistem pembangunan saluran air; (d) Tenaga listrik; (e) komunikasi
Bahan Bacaan
Arifta Budi, (2013). Analisis Permintaan Obyek Wisata Masjid Agung Semarang (Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Skripsi
Gunn, C.A. (1994). Tourism Planning (3rd ed.) New York: Taylor and Francis
Hariyono (2012) Pariwisata dalam Wacana Otonomi Daerah, PB4P. http://pesona4rejanglebong.blogspot.co.id/2012/03/pariwisata-dalam-wacana-otonomi-daerah.html.
Oka. A. Yoeti. 2008. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata , cetakan kedua. PT. Pradnya Paramita .
Pertiwi, PR (2011) Perencanaan Dan Pengembangan Kawasan Pariwisata (Negeri Khayal)
http://www.academia.edu/7967768/Tourism_Planning_and_Development_PERE NCANAAN_and_PENGEMBANGAN_KAWASAN_PARIWISATA_NEGERI_KHAYAL_ Rai Utama, IGB (2007). Penawaran dan Permintaan Agrowisata. Agrowisata sebagai
pariwisata alternative di Indonesia
https://tourismbali.wordpress.com/2013/03/10/penawaran-dan-permintaan-agrowisata-2/