• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang menganggap bahwa perkembangan sektor pariwisata selama ini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang menganggap bahwa perkembangan sektor pariwisata selama ini"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kepariwisataan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang menjadi suatu industri yang berdiri semenjak beberapa tahun terakhir ini. Namun rupanya ada pendapat yang menganggap bahwa perkembangan sektor pariwisata selama ini belum memenuhi harapan. Salah satu sebabnya yaitu masalah pariwisata masih dianggap sebagai suatu hal yang baru bagi kalangan masyarakat pada umumnya.

Banyak anggota masyarakat yang belum paham apa itu pariwisata.

Pariwisata merupakan salah satu fenomena global yang dapat dipandang sebagai suatu sistem. Pendapat yang dikemukakan oleh Leiper, pariwisata terdiri atas tiga komponen yaitu wisatawan (tourist), elemen geografi (geographical element) dan industri pariwisata (tourism industry). Wisatawan merupakan elemen

atau komponen yang sangat penting dalam model ini, karena pariwisata pada hakekatnya merupakan pengalaman manusia, sesuatu yang dinikmati, diantisipasi, dan diingat sepanjang hidupnya. Elemen geografi meliputi: pasar atau daerah yang dapat mendorong minat untuk berwisata, tujuan wisata, dan daerah tempat transit dari suatu perjalanan wisata. Elemen ketiga adalah industri pariwisata yang menyangkut tentang usaha atau bisnis dan organisasi yang mengatur produk pariwisata. Elemen tersebut di atas saling terkait satu dengan yang lainnya sebagai satu sistem yang utuh yakni pariwisata (tourism) (Ardika, 2007: 29).

(2)

Bali sebagai salah satu pulau yang bernafaskan pariwisata

,

maka dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Bali ditujukan untuk kemajuan pariwisata.

Dimana seluruh sumberdaya yang ada di dalamnya saling mendukung keberadaan pariwisata tersebut. Kata pariwisata mulai dipopulerkan pada tahun 1958.

Sebelum itu digunakan kata turisme, serapan dari Bahasa Belanda “tourisme”.

Sejak 1958 resmilah kata pariwisata sebagai padanan kata tourisme (Bahasa Belanda) atau (Bahasa Inggris). Perkembangan dan pengayaan makna selanjutnya adalah hadirnya istilah darmawisata, yaitu melaksankan pengabdian kepada masyarakat di luar waktu kerja, widyawisata yaitu untuk menuntut ilmu selama waktu tertentu, kata widyawisata dan darmawisata yang semuanya mengandung unsur “wisata”. Jadi, wisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang mengunjungi tempat tertentu secara sukarela dan bersifat sementara dengan tujuan berlibur atau tujuan lainnya tapi bukan untuk mencari nafkah (Warpani Suwardjoko, 2007 : 5)

Sebagai bangsa yang mempunyai warisan budaya yang begitu banyak, pemerintah telah mengembangkan pentingnya pengembangan kebudayaan. Hal ini telah dinyatakan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan dinyatakan pula dalam Pasal 32 serta penjelasannya. Pembukaan UUD45 disebutkan bahwa pemerintah mencerdaskan kehidupan bangsa, serta dalam Pasal 32 disebutkan:

pemerintah memajukan kebudayaan nasional. Mengingat Pembukaan dan Pasal 32 Undang-Undang Dasar 1945 tersebut di atas, maka pemerintah berkewajiban untuk menyediakan sarana prasarananya. Adapun salah satu sarana yang dapat

(3)

mewadahi tanggung jawab pemerintah tersebut yaitu museum (Direktorat Permuseuman, 1989/1990).

Museum mempunyai peranan penting untuk menyelamatkan dan melestarikan warisan budaya serta sebagai wadah komunikasi untuk mencerdaskan kehidupan masyarakat dan bangsa melalui pameran benda-benda koleksi budaya. Menurut ICOM (International Council of Museums), museum adalah sebuah lembaga yang bersifat permanen, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang memperoleh, merawat, meneliti, mengkomunikasikan dan memamerkan, untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan kesenangan, serta sebagai pembuktian manusia dan lingkungannya (Sutaarga, 1981 : 18-19).

Ditinjau dari koleksi yang dikumpulkan museum di Indonesia secara garis besarnya dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu museum umum dan museum khusus. Adapun yang dimaksud dengan museum umum ialah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan lingkunganya yang berkaitan dengan lebih dari satu cabang seni, displin ilmu dan teknologi. Museum khusus adalah museum yang koleksinya terdiri atas kumpulan bukti material manusia atau lingkunganya yang berkaitan dengan satu cabang teknologi. Adapun salah satu museum yang bersifat umum antara lain adalah Museum Semarajaya Klungkung dan museum yang bersifat khusus antara lain: Museum Lemayur, Museum Subak, dan Museum Antonio Blanco (Utami, 2008:4).

Museum daerah yang diberi nama Museum Semarajaya merupakan Museum Daerah Kabupaten Klungkung yang dikelola oleh Dinas Kebudayan dan

(4)

Pariwisata Kabupaten Klungkung. Museum Semarajaya ini berdiri dan diresmikaan pada tanggal 28 April 1992. Museum ini berdiri megah dan berada di jantung Kota Semarapura yang merupakan perpaduan dari arsitektur Belanda yang klasik dengan variasi Tradisional Bali yang artistik. Museum ini terletak di jalan Untung Surapati No.3, Semarapura berdekatan dengan beberapa objek wisata bersejarah antara lain: Balai Kerta Gosa (Balai Pengadilan Adat), Pemedal Agung (Candi atau Kori Agung Kerajaan Klungkung), dan Monumen Puputan Klungkung (Memamerkan Diorama Perjuangan Klungkung).

Museum Semarajaya ini memiliki koleksi bersejarah, dilihat berdasarkan koleksi yang ada di Museum Semarajaya antara lain: koleksi prasejarah, klasik, peralatan kesenian, alat-alat teknologi, alat-alat rumah tangga, alat-alat upacara, koleksi Kolonial dan dipamerkan juga karya seni Ambron (Pelukis Italia) berupa lukisan dan patung.

Museum Semarajaya merupakan salah satu daya tarik wisata yang disuguhkan oleh Pemerintah Daerah Klungkung. Pemanfaatan Museum Semarajaya sebagai objek wisata tentunya memiliki nilai dan dampak baik positif maupun dampak negatif, bagi masyarakat Klungkung pada khususnya. Dampak positif pemanfaatan Museum Semarajaya sebagai daya tarik wisata antara lain meningkatkan pemasukan daerah (devisa), memperkenalkan museum dan kebudayaan Klungkung ke seluruh pelosok negeri, menunjang pembangunan daerah, meningkatkan dan memeratakan pendapatan masyarakat, dan memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat (Widjaja, 2005:62).

(5)

Berdasarkan hal ini, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang persepsi dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan Museum Semarajaya sebagai daya tarik wisata. Mempelajari persepsi dan partisipasi masyarakat kita akan lebih mengetahui kekurangan dan kelebihan pengelolaan museum, dan keikutsertaan masyarakat dalam menjaga museum. Hal inilah yang menjadi dasar penulis untuk mengadakan penelitian dan karena belum adanya penelitian yang secara khusus membahas persepsi dan partisipasi masyarakat terhadap museum ini

1.2 Rumusan Masalah

Bertolak dari uraian di atas maka penulis dalam penelitian ini berusaha untuk memaparkan permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimana persepsi dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan Museum Semarajaya Klungkung sebagai daya tarik wisata?

2. Upaya apa yang dilakukan oleh pihak Museum Semarajaya Klungkung dalam pengembangan museum sebagai daya tarik wisata?

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian memiliki tujuan yang ingin dicapai demikian pula penelitian ini, karena penelitian yang dilandasi oleh tujuan yang jelas akan memudahkan peneliti dalam menentukan langkah-langkah yang akan diambil sehingga dapat ditempuh cara kerja yang lebih efektif untuk mendapatkan hasil yang optimal. Secara garis besar penelitian ini memiliki dua tujuan yaitu umum dan khusus.

(6)

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini yaitu mengetahui apresiasi masyarakat dan pengelolaan museum sebagai lembaga yang berfungsi sebagai wadah melestarikan, memamerkan, dan menjadi sarana pendidikan serta daya tarik wisata.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui secara rinci mengenai persepsi dan partisipasi masyarakat dan mengetahui upaya pengelola Museum Semarajaya sebagai daya tarik wisata dalam mengembangkan pariwisata di Kabupaten Klungkung.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya dan berguna bagi masyarakat umum agar dapat memberikan informasi kepada para pembaca tentang partisipasi masyarakat dalam pengembangan Museum Semarajaya Klungkung sebagai daya tarik wisata. Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta pengetahuan bagi mahasiswa arkeologi dan para arkeolog khususnya, serta dapat memberikan data dan informasi tambahan kepada masyarakat umum, pengunjung museum serta para peneliti di lapangan dalam usaha meningkatkan kepariwisataan di Kabupaten Klungkung.

(7)

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah dan memberikan masukan kepada pemerintah daerah terkait dengan keberadaan tinggalan arkeologi, memberikan masukan kepada pengelola Museum Semarajaya tentang partisipasi masyarakat dalam pengembangan sebagai daya tarik wisata.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Pembatasan ruang lingkup penelitian dimaksudkan agar hasil yang dicapai lebih terarah. Ini sangat penting untuk membatasi permasalahan yang begitu dalam dan luas. Penelitian ini di lakukan untuk memperoleh hasil penelitian yang sistematis dan terperinci perlu adanya batasan objek penelitian. Ruang lingkup penelitian dianggap perlu ditentukan terlebih dahulu untuk menghindari berkembangnya permasalahan yang di bahas dalam setiap penelitian. Lingkup objek adalah pengelola museum, pengunjung atau masyarakat yang ada di sekitar Museum Semarajaya Klungkung dan lingkup subjek adalah Museum Semarajaya Klungkung dan lingkup masalahnya meliputi persepsi dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan museum sebagai daya tarik wisata serta upaya-upaya yang dilakukan pengelola dalam meningkatkan daya tarik museum sebagai objek wisata di Kabupaten Klungkung.

Referensi

Dokumen terkait

Berkaitan dengan hal di atas, maka tujuan penelitian ini antara lain mendeskripsikan kondisi persepsi modal sosial (social capital) yang dimiliki kelompok tani

Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa sistem ini dapat bekerja secara realtime dengan respon pembacaan ketinggian air dan pembacaan peta kurang dari satu detik, tingkat

Pendapatan jasa kamar memberikan kontribusi kurang lebih 65% dari total pendapatan hotel, dan pendapatan kedua terbesar dari makanan dan minuman yang memberikan kontribusi

Adanya faktor genetik dalam pembentukan kanker ini terjadi karena salah satu penyebab kanker adalah mutasi DNA yang memang diturunkan dari orangtua kepada anaknya, akan tetapi

Keisapan Finansial/ dana pun harus diprioritaskan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) itu sendiri yang dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota

Hasil perhitungan break even point dari 30 usaha dagang yang menjadi objek penelitian dapat dilihat pada tabel 5. Berdasarkan hasil perhitungan break even point untuk

Upaya yang dilakukan guru ini diwujudkan dengan selalu meminta siswa untuk bertanya saat guru selesai menjelaskan materi, kesempatan yang diberikan ini tidak

Distorsi yang terdapat pada model pendidikan kepramukaan Indonesia secara tidak langsung mengarahkan pendidikan kepramukaan sebagai ekstrakurikuler wajib pada praktik