• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU SOPAN SANTUN MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU SOPAN SANTUN MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

64 Bimbingan dan Konseling

Vol. 1, No. 1, Januari 2015

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU SOPAN SANTUN MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK

SOSIODRAMA

Ita Roshita

SMP N 2 Wonopringgo Kabupaten Pekalongan - Jawa Tengah

Abstrak

Sopan santun adalah budi pekerti yg baik, tata karma, peradaban, dan kesusilaan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama dapat meningkatkan perilaku sopan santun siswa. Subyek penelitian yaitu 10 siswa dari kelas VII C dengan metode pengumpulan datanya menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan tindakan deskriptif kuantitatif dan analisis observasi. Hasil pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama dapat meningkatkan perilaku sopan santun siswa.

Kata Kunci: Layanan Bimbingan Kelompok, Perilaku Sopan Santun, Teknik Sosiodrama

PENDAHULUAN

Pada era Globalisasi pada masa sekarang ini, arus informasi begitu deras masuk dari berbagai macam media, yang mana arus informasi ini tidak ada penyaringannya semua manusia bisa bebas mengaksesnya tanpa batas usia, seperti media Televisi, Media Masa dan Internet. Arus informasi tersebut semakin lama membuat cara pandang dan perilaku masyarakat sedikit demi sediki berubah meninggalkan perilaku asli leluhur bangsa Indonesia.

Perubahan perilaku sangat terasa pada kalangan remaja. Remaja yang masih duduk pada bangku sekolah seharusnya memempunyai perilaku positif karena mereka masih dalam proses pendidikan dalam pembentukan karakter, tetapi seiringin dengan adanya pengaruh tayangan televisi, internet, majalah, gambar-gambar porno dan masih banyak lagi yang lain yang sangat mudah diakses oleh remaja, memberikan dampak negatif pada perilaku remaja. hal ini kalau dibiarkan terus menerus nantinya bisa merusak perkembangan generasi penerus bangsa.

Dampak negatif dari arus informasi yang bebas sudah bisa dirasakan pada perubahan perilaku siswa sekolah, khususnya pada jenjang sekolah menengah pertama, seringkali siswa melakukan perbuatan yang kadang-kadang tidak pantas dan kurang sopan terhadap guru dan teman- temannya, melalui perilaku yang tidak mempunyai etika sopan santun dan dari tutur kata yang kurang pantas diucapkan oleh seorang siswa.

Sopan santun adalah budi pekerti yg baik, tata karma, peradaban, kesusilaan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sopan santun juga dapat diartikan sebagai suatu tingkah laku seseorang dalam kehidupan sehari-hari harus sesuai dengan kodratnya, tempat, waktu dan kondisi lingkungannya dimana siswa itu berada, sehingga membuat siswa itu akan sukses dalam pergaulannya atau dalam hubungan sosialnya dan akan sukses dalam kehidupan keseluruhannya.

(2)

65

Fenomena yang terjadi di sekolah, siswa banyak yang tidak mengerti sopan santun dalam pergaulan di lingkungan sekolah, hal ini dibuktikan dari kartu kasus, banyak siswa yang berkata jorok dan tidak sepantasnya diucapkan oleh seoang siswa kepada temannya, selain itu kasus yang terjadi dengan guru, banyak guru yang mengeluh dengan perilaku sopan santun siswa, khususnya siswa kelas VII, mereka tidak bisa berbicara sopan dengan gurunya, mereka menganggap berbicara dengan guru sama dengan berbicara dengan teman, dan ketika bertemu guru mereka hanya lewat saja tidak menunjukan etika sopan santun ketika bertemu dengan seorang guru.

Peneliti melihat kenyataan di sekolah banyak siswa yang berperilaku kurang sopan santun dalam bersosialisasi baik itu dalam berkomunikasi dengan guru atau dengan temannya seperti yang banyak dilakukan oleh siswa, kalau di ajak berbicara baik dengan guru atau teman jawabnya tidak mengunakan bahasa yang baik dan siswa sering sekali berkata jorok dengan siswa lawan jenisnya.

Menurut pengamatan penulis, siswa yang kurang sopan santun dalam pergaulan itu dibawa dari lingkungan rumah dimana orang tua itu kurang memperhatikan anak-anaknya karena mayoritas orang tua sibuk bekerja sebagai buruh, tempat tinggal yang lingkunganya juga tidak mendukung dan keluarga yang broken home dan pendidikan orang tuannya yang kurang, Hal itulah yang menyebabkan siswa kurang sopan santun dalam pergaulan baik dengan teman atau warga sekolah lain.

Guru BK selaku agen o change mempunyai tugas dalam membentuk karakter siswa, dalam kasus ini perilaku yang dirubah adalah perilaku sopan santun siswa dalam pergaulannya. Dalam merubah perilaku siswa yang mempunyai perilaku kurang sopan, BK mempunyai berbaga jenis layanan yang bisa digunakan dalam membantu siswa dalam membentuk perilaku sopan santun.

Pelayanan konseling di sekolah/madrasah merupakan usaha membantu siswa dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir.

Pelayanan konseling memfasilitasi pengembangan siswa, secara individual, kelompok dan atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluang- peluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi siswa di sekolah. Jenis layanan konseling meliputi layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan penguasaan konten, layanan konseling perorangan, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok, layanan konsultasi, layanan mediasi dan layanan advokasi (Prayitno, 2012).

Disini layanan yang bisa digunakan untuk membentuk perilaku sopan santun, peneliti menggunakan layanan bimbingan kelompok. Layanan bimbingan kelompok yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.

Dengan menggunakan teknik sosiodrama, Winkel (1991) menjelaskan bahwa sosiodrama merupakan dramatisasi dari persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam pergaulan dengan orang lain termasuk konflik-konflik yang dialami dalam pergaulan sosial. Pendapat tersebut dapat dimaknai bahwa teknik sosiodrama merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk memberikan layanan bimbingan kelompok di sekolah dengan cara memerapkan perilaku yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial.

Pemilihan penggunaan teknik sosiodrama didasarkan pada alasan karena permasalahan yang muncul berkaitan dengan permasalahan sosial yaitu kurang mempunyai etika sopan santun dalam hubungannya lingkungan sekitar utamanya dengan lingkungan sekolah, sehingga sosiodrama dipandang tepat untuk meningkatkan sopan santun. Melalui teknik sosiodrama, siswa akan belajar melakukan berperilaku sopan dan santun kepada orang lain dalam bentuk kegiatan memainkan sebuah peran. Teknik tersebut melatih siswa berperilaku sopan santun dengan orang lain baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun di masyarakat.

(3)

66

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama dapat meningkatkan perilaku sopan santun siswa? Sedangkan tujuan penelitian yaitu mengetahui apakah melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama dapat meningkatkan perilaku sopan santun siswa.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Prosedur penelitian tindakan kelas menurut Arikunto (2009) model bagan penelitian tindakan secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui yaitu (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi.

Penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2015 bertempat di SMP N 2 Wonopringgo dengan subjek penelitian yaitu 10 siswa dari kelas VII C. Metode pengumpulan datanya menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi.

Dalam menganalisis data penelitian tindakan bimbingan dan konseling, peneliti membandingkan antara data yang diperoleh pada saat kondisi awal sebelum diadakan tindakan, dibandingkan dengan data yang diperoleh setelah melalui tindakan pada siklus pertama dengan melalui tindakan pada siklus kedua, disebut juga dengan menggunakan tindakan deskriptif kuantitatif dan analisis observasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan obsevasi yang dilakukan oleh peneliti pada kondisi awal sebelum penelitian, Perilaku sopan santun siswa pada subyek penelitian 10 siswa dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Observasi Sopan Santun pada Kondisi Awal

Kategori Frekuensi %

Rendah 6 60

Sedang 4 40

Tinggi 0 0

Jumlah 10 100

Banyaknya siswa yang kurang memiliki perilaku sopan santun dikarenakan dari lingkungan pergaulan tempat siswa yang banyak menggunakan bahasa yang kurang sopan dan kurang berperilaku yang sopan terhadap sesama, sehingga berimbas pada perilaku dan bahasa yang diucapkan siswa kepada orang tua dan juga pada guru di sekolah.

Siklus I

1. Perencanaan

Tindakan pada siklus I direncanakan selama tiga pertemuan. Pertemuan dilakukan di ruang bimbingan kelompok dan dilaksanakan pada siang hari. Pertemuan pertama untuk menyusun jadwal pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama, menentukan tempat untuk pelaksanaan tindakan, menyiapkan satuan layanan bimbingan kelompok, menyiapkan seluruh bahan dan sekenario, pertemuan kedua melaksanakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama dan pertemuan ketiga membahas evaluasi dan tindak lanjut mengenai hasil yang dicapai.

(4)

67 2. Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus I diantaranya:

a. Mengelompokkan siswa yang akan dijadikan obyek penelitian yaitu dikelompokkan menjadi 2 kelompok dari 10 siswa dan peneliti menjelaskan tujuan serta tata cara pelaksanaan teknik sosidorama. Tujuan teknik sosiodrama yaitu siswa belajar berperilaku sopan dan santun kepada orang lain dalam bentuk kegiatan memainkan sebuah peran.

b. Subyek melaksanakan layanan bimbingan kelompok sesuai dengan tahapan layanan bimbingan kelompok yaitu (1) tahap pembentukan meliputi penerimaan, memimpin doa, menjelaskan pengertian dan tujuan layanan, menjelaskan cara pelaksanaan layanan, menjelaskan asas-asas layanan, kesepakatan waktu, dan permainan, (2) tahap kegiatan meliputi mengemukakan topik sopan santun di sekolah, anggota memainkan peran model seorang guru dan lain menjadi siswa, semua anggota memainkan peran dengan tuntas, (3) tahap penutupan meliputi menjelaskan kegiatan akan segera berakhir, melakukan penilaian keberhasilan layanan, kegiatan lanjutan dan ucapan terimakasih.

3. Observasi

Observer melakukan pengamatan dalam sosiodrama yaitu observer mengamati siswa dalam memerankan tokoh yang harus dilakoninya, dan mengamati penghayatan siswa dalam melakukan peran tersebut. Dalam pelaksanaan tindakan sosiodrama, siswa masih merasa canggung dalam memerankan perilaku tokoh yang digelutinya. Meskipun begitu siswa sangat antusias dalam memerankan tokoh yang dimainkannya.

4. Refleksi

Refleksi dilakukan dengan menggunakan hasil observasi dan menggunakan wawancara kepada siswa. Berdasar hasil pengamatan dan wawancara kepada siswa, catatan peneliti dan observasi pengamat diperoleh sebagai berikut:

a. Keberhasilan peneliti, yaitu peneliti mampu mengelola kelompok, teknik yang digunakan mampu memberikan pembelajaran pada siswa mengenai bagaimana seharusnya berperilaku sopan santun terhadap teman, orang lain dan orang tua. Siswa terlihat cukup antusias melaksanakan layanan bimbingan kelompok meskipun awalnya masih banyak siswa yang canggung dalam memainkan peran.

b. Hambatan yang dihadapi peneliti, yaitu masih ada 4 siswa yang belum aktif dan kurang antusias mengikuti layanan bimbingan kelompok.

c. Rencana perbaikan, peneliti merencanakan kembali melaksanakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama. Agar siswa lebih aktif dan antusias maka pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan cara : (1) Temanya diperluas menjadi perilaku sopan santun di lingkungan masyarakat, dan (2) dan memberikan kebebasan siswa memilih peran atau karakter yang mereka ingin mainkan, hal ini supaya siswa lebih antusias melakukan permainan peran dan siswa lebih mengenai mengenai peran yang mereka mainkan.

d. Perubahan perilaku sopan santun siswa dari kondisi awal dan setelah siklus I berdasar pengamatan saat siswa melaksanakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama meningkat yang sebelumnya tidak ada siswa yang masuk kategori tinggi dalam berperilaku sopan santun, sekarang sudah ada 2 siswa yang masuk kategori tinggi, 4 siswa masuk kategori sedang, dan 4 siswa masih dalam kategori rendah. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut:

42

(5)

68

Tabel 2. Hasil observasi perilaku sopan santun siswa (Kondisi Awal dan Siklus I)

Kategori Kondisi Awal Siklus I

Frekuensi % Frekuensi %

Rendah 6 80 4 40

Sedang 4 20 4 40

Tinggi 0 0 2 20

Jumlah 10 100 10 100

Siklus II

1. Perencanaan

Pertemuan siklus II direncanakan 3 kali pertemuan dan kegiatan layanan bimbingan kelompok dilakukan pada siang hari hari. Rencana tindakan pada siklus II pada dasarnya sama dengan siklus I, hanya ada perbedaan yaitu tema sosiodrama lebih diperluas lagi, pada saat siklus pertama hanya melingkupi lingkungan sekolah, siklus II diperluas menjadi lingkup lingkungan masyarakat.

2. Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus II diantaranya:

a. Mengelompokkan siswa yang akan dijadikan obyek penelitian yaitu dikelompokkan menjadi 2 kelompok dari 10 siswa dan peneliti menjelaskan tujuan dan tata cara pelaksanaan teknik sosidorama. Tujuan teknik sosiodrama yaitu siswa belajar berperilaku sopan dan santun kepada orang lain dalam bentuk kegiatan memainkan sebuah peran.

b. Subyek melaksanakan layanan bimbingan kelompok sesuai dengan tahapan layanan bimbingan kelompok yaitu (1) tahap pembentukan meliputi penerimaan, memimpin doa, menjelaskan pengertian dan tujuan layanan, menjelaskan cara pelaksanaan layanan, menjelaskan asas-asas layanan, kesepakatan waktu, dan permainan, (2) tahap kegiatan meliputi mengemukakan topik bebas sopan santun di masyarakat, anggota memainkan peran model bebas menjadi tokoh masyarakat yang berperilaku sopan, semua anggota memainkan peran dengan tuntas, (3) tahap penutupan meliputi menjelaskan kegiatan akan segera berakhir, melakukan penilaian keberhasilan layanan, kegiatan lanjutan dan ucapan terimakasih.

3. Observasi

Di dalam hasil dari pengamatan jika pada siklus I masih dijumpai anak yang masih canggung dalam memainkan peran dan kurang aktif dalam kegiatan, pada siklus II ini sudah tidak ada. Dari hasil pengamatan siswa, siswa sudah antusias dan mulai terbiasa menanamkan perilaku sopan santun dalam memeran sosiodrama dalam kegiatan layanan bimbingan kelompok secara keseluruhan.

4. Refleksi

Refleksi dilakukan dengan menggunakan hasil observasi dan menggunakan wawancara kepada siswa. Berdasar hasil pengamatan dan wawancara, catatan peneliti dan observasi pengamat diperoleh sebagai berikut:

a. Keberhasilan peneliti, yaitu pada siklus II peneliti mampu memotivasi siswa agar mampu berperilaku sopan, tema yang diberikan menjadi menarik karena lingkupnya menjadi masyarakat jadi mereka berperan ke dalam karakter yang mereka inginkan, itu membuat siswa menjadi tertarik mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok, serta anggota kelompok yang tergolong rendah merasakan dan mengerti akan perilaku sopan santun itu sendiri.

b. Siswa yang dulunya masih canggung dan masih bersikap seenaknya sendiri tanpa melihat sopan santun, sekarang sudah tidak tampak lagi pada siklus II.

(6)

69

Perubahan perilaku sopan santun siswa setelah siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 3 berikut:

Tabel 3. Hasil observasi perilaku sopan santun (Siklus I dan Siklus II)

Kategori Siklus I Siklus II

Frekuensi % Frekuensi %

Rendah 4 40 0 0

Sedang 4 40 6 60

Tinggi 2 20 4 40

Jumlah 10 100 10 100

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:

Gambar 1. Perilaku Sopan Santun Siswa SIMPULAN

Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama dapat meningkatkan sopan santun siswa. Dari penelitian siklus I, terdapat 4 siswa yang berperilaku sopan santun yang rendah, 4 siswa yang berperilaku sopan santun sedang dan 2 siswa yang tinggi. Dari hasil pengamatan ini masih ada beberapa siswa yang mempunyai perilaku yang kurang sopan. Maka pada pelaksanaan siklus II diadakan beberapa perubahan diantaranya (1) Temanya diperluas menjadi perilaku sopan santun di lingkungan masyarakat, dan (2) dan memberikan kebebasan siswa memilih peran atau karakter yang mereka ingin mainkan, hal ini supaya siswa lebih antusias melakukan permainan peran dan siswa lebih mengenai mengenai peran yang mereka mainkan. Dari berbagai perubahan tersebut, pada siklus II dari hasil pengamatan terdapat peningkatan yang sangat signifikan yaitu siswa yang berperilaku sopan santun rendah menjadi 0 siswa, yang sedang menjadi 6 siswa dan yang tinggi menjadi 4 siswa.

44

(7)

70 UCAPAN TERIMAKASIH

Kepala Sekolah, Guru, Karyawan dan Siswa kelas VII C SMP 2 Wonopringgo Kabupaten Pekalongan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2009. Peneitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara Kamus Besar Bahasa Indonesia (online)

Prayitno. 2012. Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: Universitas Negeri Padang Winkel W.S. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta : PT Grasindo.

Gambar

Tabel 1.  Hasil Observasi Sopan Santun pada Kondisi Awal
Tabel 2.  Hasil observasi perilaku sopan santun siswa (Kondisi Awal dan Siklus I)
Gambar 1. Perilaku Sopan Santun Siswa  SIMPULAN

Referensi

Dokumen terkait

Satu-satunya gadis dalam anggota Laskar Pelangi. Di sekolah dia termasuk siswa yang pintar.. berpendirian kuat yang sangat patuh kepada agama. Ia adalah gadis

[r]

Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan akhir karya tulis ilmiah yang berjudul “Kejadian Batu Saluran Kemih pada Pasien

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

BPR Wlingi Pahala Pakto harus dapat mengelola aset yang dimiliki lebih baik lagi, dimana BPR harus dapat menyalurkan dan menggunakan aset yang dimiliki tepat

I NEVER REALLY KNEW YOU YOU WERE JUST ANOTHER FRIEND BUT WHEN I GOT TO KNOW YOU I LET MY HEART UNBEND I COULDN’T HELP PAST MEMORIES THAT WOULD ONLY MAKE ME CRY I HAD TO FORGET

Jika dalam waktu dua bulan setelah pemberhentian sementara dijatuhkan belum ada keputusan mengenai pemberhentian anggota Direksi berdasarkan ayat (3) maka

Tujuan : Menghasilkan personel yang mempunyai kompetensi sebagai Petugas Proteksi Radiasi pada pemanfaatan sumber radiasi dalam industri dan medik sesuai dengan peraturan yang