• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan

1.1 Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan ekonomi khususnya di Indonesia sebagian besar dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor industri manufaktur. Industri manufaktur memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 sebanyak 155 perusahaan dari keseluruhan 496 perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa peran serta industri manufaktur dalam perekonomian di Indonesia menempati posisi yang dominan. Pertumbuhan industri manufaktur tidak terlepas dari adanya pasar modal yang berfungsi sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi , penambahan modal kerja dan lain sebagainya.

Dividen merupakan salah satu kebijakan yang penting dalam perusahaan, karena menyangkut pemegang saham yang notabene merupakan sumber modal dari perusahaan tersebut. Investor dalam menginvestasikan dananya kedalam instrumen saham tentunya menginginkan return yang tinggi. Return dari saham dapat diperoleh dari capital gain maupun dari dividen. Sementara jika dikaitkan dengan pajak, maka

(2)

2

investor cenderung lebih memilih capital gain. Hal ini karena pajak dari dividen lebih tinggi dibandingkan dengan pajak capital gain. Begitu pentingnya peranan dividen, maka perusahaan enggan melakukan pemotongan terhadap dividen. Hal ini dikarenakan karena adanya efek signalling (Bhattacharya, 1979). Perusahaan yang melakukan pemotongan dividen memberikan sinyal yang buruk bagi investor yang menandakan bahwa kondisi keuangan perusahaan kurang bagus sehingga permintaan pasar terhadap saham perusahaan tersebut akan turun yang artiya para investor enggan untuk menanamkan sahamnya di perusahaan tersebut. Begitu juga sebaliknya, jika perusahaan menaikan dividen, memberikan sinyal kepada para investor bahwa kondisi keuangan perusahaan sedang bagus. Dengan adanya efek signalling tersebut maka perusahaan harus menjamin dividen terhadap investor. Selama periode 2011-2013 dapat dilihat nilai rata-rata perkembangan dividend payout ratio yang dirangkum dari situs BEI dan ICMD. Nilai rata-rata dividend payout ratio perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 adalah pada tahun 2011 sebesar 59%, selanjutnya pada tahun 2012, pembayaran dividen tersebut mengalami penurunan menjadi sebesar 31%, dan pada tahun 2013 kembali mengalami penurunan menjadi 30%.

Masalah kebijakan dividen berkaitan dengan masalah keagenan (Putri dan Nasir 2006). Pemegang saham menunjuk manajer untuk mengelola perusahaan agar dapat meningkatkan nilai perusahaan dan kesejahteraan pemegang saham (agency theory). Dengan kewenangan yang dimiliki, manajer bertindak bukan untuk kepentingan pemegang saham tetapi untuk kepentingan pribadinya sendiri. Perbedaan kepentingan

(3)

3

antara manajer dan pemegang saham yang dikenal dengan konflik keagenan (Jensen, 1986) akan mempengaruhi kedua belah pihak untuk memaksimalkan kesejahteraannya masing-masing (Widanaputra, 2008).

Dalam mengawasi dan memonitor perilaku manajer, pemegang saham harus bersedia mengeluarkan kos pengawasan yang disebut agency cost. Cara untuk mengurangi agency cost dapat dilakukan dengan meningkatkan kepemilikan manajerial (Dewi, 2008). Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan presentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen Sujono dan Soebiantoro (2007). Agency cost dalam suatu perusahaan yang dikelola oleh manajer pemilik akan lebih rendah karena ada kepentingan yang sama antara pemegang saham dan manajemen (Jensen & Meckling, 1976). Dengan keterlibatan kepemilikan saham, manajer akan bertindak secara hati-hati karena mereka ikut menanggung konsekuensi atas keputusan yang diambilnya. Selain itu, dengan adanya keterlibatan kepemilikan saham, manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya dalam mengelola perusahaan. Pada tingkat kepemilikan manajerial yang tinggi, manajer cenderung mengalokasikan laba untuk ditahan daripada membayar dividen dengan alasan sumber dana internal lebih efisien dibandingkan sumber dana eksternal dalam pertumbuhan perusahaan.

Menurut Jensen dan Meckling (1976) cara lain dalam mengurangi permasalahan agensi adalah dengan meningkatkan utang. Semakin besar utang maka perusahaan harus mencadangkan lebih banyak kas untuk membayar bunga serta pokok pinjaman sehingga akan memperkecil dana yang ”menganggur”. Dari pihak

(4)

4

pemegang saham, kebijakan peningkatan utang dapat mengurangi pengawasan terhadap manajemen karena pihak ketiga yang meminjamkan dana (bondholder) akan melakukan pengawasan terhadap manajemen agar pinjamannya tidak disalahgunakan. Hubungan antara utang terhadap modal dapat digambarkan melalui rasio leverage, rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (Harahap, 2013). Struktur permodalan yang lebih tinggi dimiliki oleh utang menyebabkan pihak manajemen akan memprioritaskan pelunasan kewajiban terlebih dahulu sebelum membagikan dividen. Perusahaan dalam utang jangka panjang diikat oleh sebuah perjanjian utang untuk melindungi kepentingan kreditor. Kreditor biasanya membatasi pembayaran dividen, pembelian saham beredar dan penambahan utang untuk menjamin pembayaran pokok utang dan bunga. Tingkat penggunaan utang yang relatif besar maka perusahaan akan membayar dividen yang tidak terlalu tinggi.

Berdasarkan agency theory, perusahaan yang memiliki kesempatan investasi yang tinggi cenderung akan memberikan dividen yang rendah karena pihak manajemen beranggapan bahwa dana tersebut lebih baik diinvestasikan ke dalam laba ditahan demi kelangsungan hidup perusahaan. Istilah investment opportunity set (IOS) muncul setelah dikemukakan oleh Myers (1977) memandang nilai perusahaan sebagai sebuah kombinasi assets in place (aset yang dimiliki) dengan investment options (pillihan investasi) di masa yang akan datang. Secara umum dapat dikatakan bahwa investment opportunity set menggambarkan tentang luasnya kesempatan investasi bagi suatu perusahaan, namun sangat tergantung pada pilihan expenditure

(5)

5

perusahaan di masa yang akan datang. Suharli (2007) menyatakan bahwa apabila kondisi perusahaan saat baik maka pihak manajemen akan cenderung lebih memilih investasi baru daripada membayar dividen yang tinggi. Dana yang seharusnya dapat dibayarkan sebagai dividen kepada pemegang saham akan digunakan untuk pembelian investasi yang menguntungkan.

Penelitian Jensen et al (1992) didukung oleh Sudarsi (2002) menyatakan bahwa semakin besar laba perusahaan maka semakin besar perusahaan membayar dividen. Profitabilitas merupakan salah satu pengukuran bagi kinerja suatu perusahaan, profitabilitas suatu perusahaan menunjukan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan dapat dinilai melalui berbagai cara tergantung pada laba dan modal yang akan diperbandingkan satu dengan lainnya. Return on equity adalah suatu pengukuran dari penghasilan atau income yang tersedia bagi pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Oleh karena dividen diambil dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan, maka keuntungan tersebut akan mempengaruhi besarnya dividend payout ratio. Return on equity (ROE) merupakan tingkat pengembalian atas ekuitas pemilik perusahaan (Suherli, 2006).

Beberapa penelitian telah menguji apakah faktor-faktor, seperti kepemilikan manajerial, leverage, investment opportunity set, dan profitabilitas mempengaruhi kebijakan dividen. Dari penelitian-penelitian tersebut terdapat beberapa research gap. Menurut Nuringsih (2005) pada tahun Moh’d Rimbey dan Perry (1995), Putri dan

(6)

6

Nasir (2006), Dewi (2008) serta Ullah et al (2012) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial yang lebih tinggi dapat mengurangi pembayaran dividen. Sedangkan hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Kumar (2003) dan Nuringsih (2005) menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif pada kebijakan dividen.

Hasil penelitian Karami (2011), Wicaksana (2012), dan Malik et al (2013) menemukan bahwa semakin besar utang perusahaan maka semakin besar dana yang harus disediakan untuk melunasi utang sehingga akan mengurangi jumlah dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. Sedangkan, Deitina (2009) dan Mardaleni (2014) menemukan bahwa leverage tidak berpengaruh pada kebijakan dividen. Penelitian yang dilakukan Abor dan Bokpin (2010), Hussain dan Usman (2013) serta Natalia (2013) menyatakan bahwa investment opportunity set berpengaruh negatif pada dividend payout ratio. Menurut Keown et al (2010:214) ini berarti bahwa ketika peluang investasi perusahaan naik, rasio pembayaran dividen harus turun. Dengan kata lain, ada hubungan terbalik antara besarnya investasi dengan tingkat pengembalian (return) yang diharapkan. Dengan membayar dividen yang rendah perusahaan tersebut bisa mempertahankan dana yang cukup untuk membiayai pertumbuhan dan investasi dimasa depan. Penelitian dengan hasil berbeda ditemukan oleh Putri (2015) yang menyatakan bahwa IOS berpengaruh positif pada kebijakan dividen.

(7)

7

Kebijakan dividen juga dapat dipengaruhi melalui nilai profitabilitas perusahaan. Hal ini ditemukan penelitian yang dilakukan oleh Maharani (2013), Nursalam (2013) dan Estiaji (2014) yang menyatakan bahwa profitabilitas perusahaan yang diukur melalui return on equity berimplikasi positif terhadap kebijakan dividen. Namun, hasil penelitian lain yakni Deitina (2013) dan Rahayuningtyas (2014) menyatakan bahwa profitabilitas yang diproksikan dengan return on equity tidak berpengaruh pada dividend payout ratio.

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini mengangkat judul, “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Leverage, Investment Opportunity Set dan Profitabilitas pada Kebijakan Dividen Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

1) Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh negatif pada kebijakan dividen? 2) Apakah leverage berpengaruh negatif pada kebijakan dividen?

3) Apakah investment opportunity set berpengaruh negatif pada kebijakan dividen?

(8)

8 1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial pada kebijakan dividen. 2) Untuk mengetahui pengaruh leverage pada kebijakan dividen.

3) Untuk mengetahui pengaruh investment opportunity set pada kebijakan dividen. 4) Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas pada kebijakan dividen.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis dan teoritis bagi berbagai pihak yang berkaitan dengan penelitian ini:

1) Kegunaan teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dalam memperluas wawasan mengenai pengaruh kepemilikan manajerial, leverage, investment opportunity set dan profitabilitas pada kebijakan dividen.

2) Kegunaan praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dan pemegang saham di dalam pengambilan keputusan khususnya yang berkaitan dengan kebijakan dividen dalam membuat keputusan investasi yang dapat memberikan tingkat pengembalian investasi yang diharapkan.

(9)

9 1.5 Sistematika Penulisan

Berikut ini disajikan uraian singkat materi pokok yang akan dibahas. 1) BAB I : Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

2) BAB II : Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian

Bab ini menguraikan tentang landasan teori dan konsep serta rumusan hipotesis penelitian.

3) BAB III : Metodologi Penelitian

Bab ini menguraikan tentang desain penelitian, lokasi atau ruang lingkup wilayah penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel, dan metode penentuan sampel, metode pengumpulan data serta teknik analisis data penelitian.

4) BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini menguraikan tentang karakteristik sampel, deskripsi variabel penelitian, uji asumsi klasik, hasil penelitian, uji hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.

5) BAB V : Simpulan dan Saran

Referensi

Dokumen terkait

Dalam menulis karya sastra, seorang penulis memiliki gaya atau caranya masing- masing yang akan menjadi ciri khasnya. Adapum alasan penulis memilih judul ini yaitu untuk

Secara keseluruhan dari hasil penelitian, diketahui bahwa tanaman yang mendapat perlakuan pupuk hayati dikombinasikan dengan 0.5 sampai 1 dosis NPK dan perlakuan 1 dosis NPK

Penggilingan padi skala kecil, yang hanya menggunakan satu unit mesin pemecah kulit dan satu unit mesin sosoh umumnya menghasil- kan bekatul dengan mutu kurang baik dan

Seiring dengan kepesatan teknologi, KFC mestilah menggunakan video, namun durasi video mestilah kurang daripada 20 minit Íh kepada pembelajaran di luar kelas melalui

• Apakah kita telah berupaya untuk menghadirkan damai- sejahtera Kristus dengan menyuarakan dan memperjuangkan keadilan serta kebenaran bagi semua orang

Determinan suatu matriks sering digunakan dalam menganalisa Determinan suatu matriks sering digunakan dalam menganalisa suatu matriks, seperti : untuk memeriksa

Ketidakseimbangan beban sistem distribusi tenaga listrik pada kerja normal dapat mengakibatkan arus yang mengalir pada penghantar netral, sirkulasi arus urutan nol

PLTN berperasi dengan prinsip yang sama dengan PLK, hanya saja panas yang digunakan untuk menghasilkan uap tidak dihasilkan dari pembakaran bahan fosil, tetapi dihasilkan