• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR. PENGAMATAN TINGKAT SERANGAN Hyphotenemus hampei PADA TANAMAN KOPI ARABIKA DAN KOPI ROBUSTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TUGAS AKHIR. PENGAMATAN TINGKAT SERANGAN Hyphotenemus hampei PADA TANAMAN KOPI ARABIKA DAN KOPI ROBUSTA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

PENGAMATAN TINGKAT SERANGAN Hyphotenemus hampei PADA TANAMAN KOPI ARABIKA DAN KOPI

ROBUSTA

OLEH : ZULHAM SAHDAM

102 42 11

JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP

2013

(2)

i

HALAMAN PENGESAHAN

PENGAMATAN TINGKAT SERANGAN Hypothenemus Hampei PADA TANAMAN KOPI ARABIKA DAN KOPI

ROBUSTA

Oleh :

ZULHAM SAHDAM 1024211

Sebagai Salah Satu Syarat Penyelesaian Studi Pada Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

( Andi Ridwan SP.,MP )

( Rahmad.D..SP..M.Si )

Nip.196906161999031002 Nip.196702021998031002

Diketahui Oleh :

Direktur Ketua Jurusan

( Ir. Andi Asdar Jaya, M.Si )

(Rahmad.D.,SP.,M.Si ) NIP. 196306101988031003 NIP.196702021998031002

(3)

PERSETUJUAN PENGUJI

Judul Tugas Akhir : Pengamatan Tingkat Serangan Hyphotenemus Hampei Pada Tanaman Kopi Arabika dan Kopi Robusta

Nama : Zulham Sahdam

NIM : 1024211

Jurusan : Budidaya Tanaman Perkebunan Perguruan Tinggi : Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

Telah Diuji Oleh Tim Penguji dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Kelulusan

Disetujui Oleh :

Tim Penguji

1. Pembimbing I (Andi Ridwan ,SP., MP)

2. Pembimbing II (Rahmad D , SP., M.Si)

3. Penguji I (Sri Muliani SP.,MP)

4. Penguji II (Nildayanti SP.,M.Si)

(4)

iii

ABSTRAK

ZULHAM SAHDAM (1024211) . Pengamatan Tingkat Serangan Hypotenemus hampei Pada Tanaman Kop iArabika dan Kopi Robusta. Di bimbing oleh bapak Andi Ridwan SP, MP. Dan bapak Rahmad D SP.,M.Si .

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui varietas kopi yang rentan terserang hama Hypothenemus hampei. Pengamatan ini dilaksanakan di kebun kopi di Desa Baroko, Kecamatan Baroko, Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan.Berlangsung pada tanggal 16 Desember - 30 desember 2012. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui jenis kopi yang paling rentan terhadap serangan PBKo (Hypotenemus hampei), . Percobaan ini dilakukan dengan cara mengambil pohon sampel sebanyak 10 pohon sampel, dan setiap pohon diambil 4 cabang yaitu yang mengarah keutara, timur, barat dan selatan kemudian setiap cabang di ambil 15 biji kopi kemudian melihat berapa kopi yang tidak terserang dan berapa yang terserang hama bubuk kopi pada cabang tersebut. Hasil pengamatan ini menunjukkan bahwa tingkat serangan hama Penggerek buah kopi (Hyphotenemus hampei) lebih tinggi pada jenis kopi arabika dari pada kopi jenis robusta

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah serta izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir yang disusunsebagaisalahsatupersyaratanuntukmenyelesaikan program studi pada jurusan budidaya tanaman perkebunan di Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

Penulis mengucapkan terimah kasih kepada kedua orang tua beserta keluarga yang senantiasa memberikan dukungan bantuan moril, material serta do a sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini .Serta ucapan terimah kasih pula kepada bapak Andi Ridwan selaku dosen pembimbing pertama yang telah banyak meluangkan waktunya dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.

Ucapan terimah kasih juga penulis hanturkan kepada :

1. Ir. Andi Asdar Jaya, M.Si, selaku direktur pertanian negeri pangkep 2. Bapak Rahmad D, SP, Msi, selaku ketua jurusan budidaya tanaman

perkebunan dan pembimbing kedua

3. Seluruh staf dosen budidaya tanaman perkebunan yang setia membimbing dan mendidik kami selama ini

4. Teman teman mahasiswa angkatan XXIII Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

(6)

v

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan tugas akhir ini masih banyak kekurangan, sehingga sangat diharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan laporan ini. Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Pengkep, juli 2013

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... ii

Persetujuan penguji ... iii

Ringkasan ... iv

Kata pengantar ... v

Dafrat Isi ... vii

Daftar Tabel ... viii

Daftar Gambar ... ix

Daftar lampiran ... x

I. Pendahuluan ... 1

A. Latar belakang ... 1

B. Tujuan dan kegunaan ... 2

II. Tinjauan pustaka ... 3

A. Kopi . 3 B. Hama Tanaman Kopi (Hyphotenemus hampei) ... 7

III. Metodologi ... 13

A. Waktu dan tempat ... 13

B. Bahan dan alat .. 13

C. Metode Pelaksanaan ... 13

IV. Hasil dan Pembahasan ... 15

A. Hasil ... 15

B. Pembahasan ... 16

V. Kesimpulan dan saran ... 18

A. Kesimpulan ... 18

B. Saran ... 18

Daftar Pustaka ... 19

(8)

vii

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

Tabel 1.Hasil ... 15

(9)

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

Ganbar 1. Diagram presentase serangan hama H. hampei ... 16

(10)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman

Lampiran 1 Tabel hasil pengamatan serangan H. hampei .. 21 Lampiran 2 Hasil pengamatan serangan H. hampei ... 22 Lampiran 3 Tabel uji T. ... 24 Lampiran 4 Dokumentasi kegiatan ... 26

(11)

1

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kopi menjadi salah satu komoditas ekspor penting pada sub sektor perkebunan Indonesia. Komoditas ini mempunyai peranan sangat besar sebagai penghasil devisa negara dan sumber pendapatan petani. Pada tahun 2009, total luas areal perkebunan kopi di Indonesia mencapai 1.266.235 Ha dengan produksi 682.591 Ton. Sekitar 95% dari luas areal perkebunan kopi tersebut merupakan perkebunan rakyat. Secara umum pada perkebunan rakyat, pesatnya peningkatan luas areal tidak diimbangi dengan pesatnya peningkatan produktivitas dan mutu. Produktivitas kopi Indonesia rata-rata masih rendah yaitu 641,6 kg/ha dari standar 800 kg/ha. Rendahnya produktivitas maupun mutu kopi pada perkebunan rakyat antara lain disebabkan oleh adanya serangan hama penyakit, umur tanaman yang sudah tua dan kurangnya perawatan kebun oleh petani. Selain itu kopi Indonesia umumnya dikenal mempunyai citra mutu yang rendah di pasar internasional, sehingga dihargai rendah.

Serangga hama PBKo (Hypothenemus hampei) menjadi hama sangat merusak pada buah kopi sehingga mengakibatkan penurunan produksi dan kualitas hasil secara nyata karena menyebabkan banyak biji kopi yang berlubang. Kehilangan hasil oleh hama PBKo dapat mencapai lebih dari 50%

apabila serangannya tinggi dan tidak dilakukan tindakan pengendalian secara tepat. Tingkat serangan sebesar 20% dapat mengakibatkan penurunan produksi sekitar 10% (Puslitkoka, 2009)

Pengendalian hama khususnya H. hampei masih mengandalkan penggunaan pestisida kimiawi. Penggunaan pestisida kimia yang tidak bijaksana dapat berbahaya bagi lingkungan sekitar dengan adanya masalah pecemaran,

(12)

2

juga dapat memicu terjadinya ledakan hama kedua, resistensi, dan residua atau sisa pestisida yang masih bertahan pada komoditi (untung, K. 1996).

Secara umum, terdapat dua jenis biji kopi, yaitu arabika (kualitas terbaik) dan robusta. Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan berenergi pertama kali ditemukan oleh Bangsa Etiopia di benua Afrika sekitar 3000 tahun (1000 SM) yang lalu. Kopi kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi salah satu minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat. Indonesia sendiri telah mampu memproduksi lebih dari 400 ribu ton kopi per tahunnya. Di samping rasa dan aromanya yang menarik, kopi juga dapat menurunkan risiko terkena penyakit kanker, diabetes, batu empedu, dan berbagai penyakit jantung.

Desa Baroko Kecamatan Baroko merupakan salah satu sentra produksi kopi. Umumnya jenis kopi yang diusahakan adalah kopi Arabika dan Robusta.

Oleh karena itu, dilakukan pengamatan untuk mengetahui tingkat serangan PBKo pada kedua jenis kopi tersebut.

B. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan Tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui jenis kopi yang rentan terhadap penggerek buah kopi (Hyphotenemus hampei) berdasarkan tingkat serangannya.

Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat berguna Sebagai informasi bagi pihak pihak yang membutuhkan, khususnya dalam kaitannya dengan hama penggerek buah kopi (Hyphotenemus hampei )

(13)

3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kopi

Klasifikasi

Dalam taksonomi tumbuhan, menurut Rahardjo. (2012) kedudukan tanaman lada diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae Sub kingdom : Tracheobionta Super divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida/Dicotyledons Sub class : Asteridae

Ordo : Rubiales Famili : Rubiaceae Genus : Coffea

Spesies : Coffea arabica L

Di dunia perdagangan dikenal beberapa golongan kopi, tetapi yang paling sering dibudidayakan hanya kopi arabika, robusta, dan liberika. Pada umumnya,penggolongan kopi berdasarkan spesies, kecuali kopi robusta. Kopi robusta bukan nama spesies karena kopi ini merupakan keturunan dari beberapa spesies kopi, terutama Coffea canephora (AAK, 1988).

Morfologi Akar

Secara alami, tanaman kopi memiliki akar tunggang sehingga tidak mudah rebah. Namun, akar tunggang tersebut hanya dimiliki oleh tanaman kopi yang berasal dari bibit semai atau bibit sambung (okulasi) yang batang bawahnya

(14)

4

berasal dari bibit semai. Sementara tanaman kopi yang berasal dari bibit setek, cangkok, atau okulasi yang batang bawahnya berasal dari bibit setek tidak memiliki akar tunggang sehingga relatife mudah rebah (AAK, 1988).

Batang

Batang dan cabang kopi berkayu, tegak lurus dan beruas-ruas. Tiap ruas hampir selalu ditumbuhi kuncup. Tanaman ini mempunyai dua macam pertumbuhan cabang, yaitu cabang Orthrotropdan Plagiotrop. Cabang Orthrotrop merupakan cabang yang tumbuh tegak seperti batang, disebut juga tunas air atau wiwilan atau cabang air. Cabang ini tidak menghasilkan bunga atau buah. Cabang Plagiotrop merupakan cabang yang tumbuh ke samping. Cabang ini menghasilkan bunga dan buah (AAK, 1988).

Daun

Daun kopi berbentuk bulat, ujungnya agak meruncing sampai bulat dengan bagian pinggir yang bergelombang. Daun tumbuh pada batang, cabang dan ranting. Pada cabang Orthrotrop letak daun berselang seling, sedangkan pada cabang Plagiotrop terletak pada satu bidang. Daun kopi robusta ukurannya lebih besar dari arabika (Wachjar, 1984).

Bunga

Pada umumnya, tanaman kopi berbunga setelah berumur sekitar dua tahun.

Bunga kopi berukuran kecil. Mahkota berwarna putih dan berbau harum. Kelopak bunga berwarna hijau. Bunga tersusun dalam kelompok, masing-masing terdiri dari 4-6 kuntum bunga. Tanaman kopi yang sudah cukup dewasa dan dipelihara dengan baik dapat menghasilkan ribuan bunga. Bila bunga sudah dewasa, kelopak dan mahkota akan membuka, kemudian segera terjadi penyerbukan.

Setelah itu bunga akan berkembang menjadi buah (AAK, 1988).

(15)

5

Buah dan biji

Buah kopi terdiri dari daging buah dan biji. Daging buah terdiri dari tiga bagian yaitu lapisan kulit luar (eksokarp), lapisan daging buah (mesokarp),dan lapisan kulit tanduk (endokarp) yang tipis, tetapi keras. Buah kopi yang muda berwarna hijau, tetapi setelah tua menjadi kuning dan kalau masak warnanya menjadi merah. Besar buah kira-kira 1,5 x 1 cm dan bertangkai pendek. Pada umumnya buah kopi mengandung dua butir biji, biji tersebut mempunyai dua bidang, bidang yang datar (perut) dan bidang yang cembung (punggung). Tetapi ada kalanya hanya ada satu butir biji yang bentuknya bulat panjang yang disebut kopi

"lanang". Kadang- kadang ada yang hampa, sebaliknya ada pula yang berbiji 3-4 butir yang disebut polysperma (AAK, 1988).

Biji kopi kering mempunyai komposisi sebagai berikut: air 12%, protein 13%, lemak 12%, gula 9%, caffeine 1-1,5% (arabika), 2-2,5% (robusta), caffetanic acid 9%, cellulose dan sejenisnya 35%, abu 4%, zat-zat lainnya yang larut dalam air 5% (Wachjar, 1984). Biji kopi secara alami mengandung cukup banyak senyawa calon pembentuk citarasa dan aroma khas kopi antara lain asam amino dan gula (PPKKI, 2006).

Syarat Tumbuh

Pertumbuhan dan produksi tanaman kopi sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim dan tanah, bibit unggul yang produksinya tinggi dan tahan terhadap hama dan penyakit. Hal yang juga penting harus dipenuhi adalah pemeliharaan antara lain:

pemupukan, pemangkasan, pohon peneduh dan pemberantasan hama dan penyakit (AAK, 1988).

(16)

6

Iklim

Faktor-faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan kopi yang terpenting adalah curah hujan. Kopi memerlukan tiga bulan kering berturut-turut yang kemudian diikuti curah hujan yang cukup. Masa kering ini diperlukan untuk pembentukan primordia bunga, florasi dan penyerbukan, terutama lebih penting bagi kopi robusta. Jumlah curah hujan yang optimal bagi pertumbuhan kopi adalah 2000- 3000 mm per tahun.

Daerah kopi terbaik di Brasil mempunyai curah hujan 1778-2032 mm per tahun, dengan curah hujan 127-152,4 mm selama tiga bulan yang terkering. Kopi arabika walaupun tidak memerlukan bulan kering seperti robusta, tetapi dapat tahan terhadap masa kering yang berat. Hal ini disebabkan karena kopi arabika ditanam pada elevasi tinggi yang dingin dan relatif lebih lembab serta akarnya yang lebih dalam dari pada robusta (Wachjar, 1984). Setiap jenis kopi menghendaki suhu atau ketinggian tempat yang berbeda. Misalnya, kopi robusta dapat tumbuh optimum pada ketinggian 400-700 m dpl dengan temperatur rata- rata tahunan 20°-24°C, tetapi beberapa diantaranya juga masih tumbuh baik dan ekonomis pada ketinggian 0-1000 m dpl.

Kopi arabika menghendaki ketinggian tempat antara 500 - 1700 m dpl dengan temperatur rata-rata tahunan 17°-21°C. Bila kopi arabika ditanam di dataran rendah (kurang dari 500 m dpl), biasanya produksi dan mutunya rendah serta mudah terserang penyakit karat daun yang disebabkan oleh cendawan Hemmileia vastatrix(HV) (AAK, 1988).

Tanaman kopi menghendaki penyinaran matahari yang cukup panjang, akan tetapi cahaya matahari yang terlalu tinggi kurang baik. Oleh karena itu dalam praktek kebun kopi diberi naungan dengan tujuan agar intensitas cahaya

(17)

7

matahari tidak terlalu kuat. Sebaliknya naungan yang terlalu berat (lebat) akan mengurangi pembuahan pada kopi. Produksi kopi dengan naungan sedang, akan lebih tinggi dari pada kopi tanpa naungan. Kopi termasuk tanaman hari pendek (short day plant), yaitu pembungaan terjadi bila siang hari kurang dari 12 jam (Wachjar, 1984).

Menurut AAK (1988), naungan yang sering dipergunakan di dalam perkebunan ialah jenis dadap (Eurythrina lithosperma),sengon laut (Albizzia falcata)dan lamtoro (Leucaena glauca), karena tumbuhnya cepat, bentuk dari naungannya merata, daunnya banyak, kalau dipangkas cepat tumbuh dan mudah ditanam dengan stek. Selain pohon pelindung biasanya disertai tanaman penutup tanah seperti Centrosema, kecipir gunung (Psophocarpus), semacam koro (krotok), wedusan dan sebagainya. Semua ini sangat baik sebagai mulsa.

Menurut percobaan-percobaan di luar negeri, dengan mulsa itu dapat menaikkan produksi 66% - 213% selama tiga tahun. Dengan demikian mulsa dan penutup tanah itu sangat penting untuk semua perkebunan.

B. Hama Tanaman Kopi PBKo (Hyphotenemus hampei)

Hypothenemus hampei (H. hampei) merupakan salah satu penyebab utama

penurunan produksi dan mutu kopi Indonesia, bahkan di seluruh negara penghasil kopi. Kerusakan yang ditimbulkannya berupa buah menjadi tidak berkembang, berubah warna menjadi kuning kemerahan, dan akhirnya gugur mengakibatkan penurunan jumlah dan mutu hasil (Puslit kopi dan kakao,1986).

(18)

8

Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insekta Ordo : Coleoptera Family : Scolytidae Genus : Hypothenemus

Spesies : Hypothenemus hampei Biologi H. hampei

H. hampei perkembangannya dengan metamorfosa sempurna dengan tahapan

telur, larva, pupa dan imago atau serangga dewasa Kumbang betina lebih besar dari kumbang jantan. Panjang kumbang betina lebih kurang 1,7 mm dan lebar 0,7 mm, sedangkan panjang kumbang jantan 1,2 mm dan lebar 0,6-0,7 mm.

Kumbang betina yang akan bertelur membuat lubang gerekan dengan diameter lebih kurang 1 mm pada buah kopi dan biasanya pada bagian ujung Kemudian kumbang tersebut bertelur pada lubang yang dibuatnya. Telur menetas 5-9 hari. Stadium larva 10-26 hari dan stadium pupa 4-9 hari. Pada ketinggian 500 m dpl, serangga membutuhkan waktu 25 hari untuk perkembangannya. Pada ketinggian 1200 m dpl, untuk perkembangan serangga diperlukan waktu 33 hari . Lama hidup serangga betina rata-rata 156 hari, sedangkan serangga jantan maksimal 103 hari (Jumar,1997).

Kumbang betina menggerek ke dalam biji kopi dan bertelur sekitar 30 -50 butir. Telur menetas menjadi larva yang menggerek biji kopi. Larva menjadi kepompong. di dalam biji. Dewasa (kumbang) keluar dari kepompong. Jantan

(19)

9

dan betina kawin di dalam buah kopi, kemudian sebagian betina terbang ke buah lain untuk masuk, lalu bertelur lagi . (Jumar,1997).

Serangga dewasa atau imago , perbandingan antara serangga betina dengan serangga jantan rata-rata 10:1. Namun, pada saat akhir panen kopi populasi serangga mulai turun karena terbatasnya makanan, populasi serangga hampir semuanya betina, karena serangga betina memiliki umur yang lebih panjang dibanding serangga jantan. Pada kondisi demikian perbandingan serangga betina dan jantan dapat mencapai 500:1. Serangga jantan H.hampei tidak bisa terbang, oleh karena itu mereka tetap tinggal pada liang gerekan di dalam biji. Umur serangga jantan hanya 103 hari, sedang serangga betina dapat mencapai 282 hari dengan ratarata 156 hari. Serangga betina mengadakan penerbangan pada sore hari, yaitu sekitar pukul 16.00 sampai dengan 18.00 (Puslitkoka, 1986).

Gejala Serangan

Pada umumnya H. hampei menyerang buah dengan endosperma yang telah mengeras, namun buah yang belum mengeras dapat juga diserang. Buah kopi yang bijinya masih lunak umumnya hanya digerek untuk mendapatkan makanan dan selanjutnya ditinggalkan. Buah demikian tidak berkembang, warnanya berubah menjadi kuning kemerahan dan akhirnya gugur. Serangan pada buah yang bijinya telah mengeras akan berakibat penurunan mutu kopi karena biji berlubang . Biji kopi yang cacat sangat berpengaruh negatif terhadap susunan senyawa kimianya, terutama pada kafein dan gula pereduksi. Biji berlubang merupakan salah satu penyebab utama kerusakan mutu kimia, sedangkan citarasa kopi dipengaruhi oleh kombinasi komponen-komponen senyawa kimia yang terkandung dalam biji .

(20)

10

Serangga H. hampei masuk ke dalam buah kopi dengan cara membuat lubang di sekitar diskus. Serangan pada buah muda menyebabkan gugur buah, serangan pada buah yang cukup tua menyebabkan biji kopi cacat berlubang- lubang dan bermutu rendah (Puslit kopi dan kakao, 1986).

Perkembangan dari telur menjadi imago berlangsung hanya di dalam biji keras yang sudah matang. Kumbang penggerek ini dapat mati secara prematur pada biji di dalam endosperma jika tidak tersedia substrat yang dibutuhkan. Kopi setelah pemetikan adalah tempat berkembang biak yang sangat baik untuk penggerek ini, dalam kopi tersebut dapat ditemukan sampai 75 ekor serangga perbiji. Kumbang ini diperkirakan dapat bertahan hidup selama kurang lebih satu tahun pada biji kopi dalam kontainer tertutup (Kalshoven, 1981).

Pola Penyebaran

Serangga H. hampei diketahui menyukai tanaman kopi yang rimbun dengan naungan yang gelap. Kondisi demikian tampaknya berkaitan dengan daerah asal dari hama PBKo, yaitu Afrika dimana serangga PBKo menyerang tanaman kopi liar yang berada di bawah hutan tropis yang lembab. Kondisi serupa juga dijumpai di Brazil, di mana serangan berat hama PBKo biasanya terjadi pada pertanaman kopi dengan naungan berat dan berkabut sehingga kelembaban udara cukup tinggi..

Berdasarkan fenologi pada pembuahan tanaman kopi, pengelolaan PBKo dapat berbeda antara daerah satu dengan daerah lainnya. Karena fenologi pembuahan tanaman kopi tersebut sangat bervariasi menurut ketinggian tempat, curah hujan, suhu, tipe tanah, varietas atau klon kopi dan praktek agronomis.

Kondisi pertanaman kopi di daerah Sumatera yang tergolong daerah basah dan sebagian besar memiliki tipe iklim B dan A (menurut tipe iklim Schmidt dan

(21)

11

Ferguson) akan sulit menerapkan sistem sanitasi untuk memutuskan siklus hidup hama karena pertanaman kopi berbuah sepanjang tahun. Pada daerah dataran tinggi (lebih dari 1200 m dpl.) serangga H. hampei perkembangannya terhambat, sehingga pada daerah-daerah tersebut biasanya intensitas serangan H. hampei juga rendah (Untung K. 1996).

Pengaruh Lingkungan

Perkembangan H. hampei dipengaruhi oleh suhu dan ketersediaan buah kopi.

H.hampei dapat hidup pada suhu 15 C-35 C, suhu optimal untuk perkembangan telur antara 30 C-32 C dan untuk larva, pupa dan dewasa antara 27 C-30 C.

Serangga betina dapat menggerek buah kopi antara suhu 20 C-33 C, pada suhu 15 C dan 35 C serangga betina gagal menggerek buah kopi atau mampu menggerek buah kopi tapi tidak bertelur.

Gejala Kerusakan

PBKo masuk ke dalam buah kopi dengan cara membuat lubang di sekitar diskus.

Serangan pada buah muda menyebabakan gugur buah. Serangan pada buah yang cukup tua menyebabkan biji kopi cacat berlubang lubang dan bermutu rendah.

Pengendalian

1. Pengendalian secara kultur teknis

a. Memutus daur hidup PBKo, meliputi tindakan : - Petik Bubuk

Yaitu mengawali panen dengan memetik semua buah yang masak yang terserang PBKo maupun yang tidak 15 30 hari menjelang panen besar.

(22)

12

- Lelesan

Yaitu pemungutan semua buah kopi yang jatuh di tanah baik terhadap buah yang terserang maupun yang tidak terserang.

- Racutan / Rampasan

Yaitu memetik seluruh buah yang ada di pohon pada akhir panen. Semua buah hasil petik bubuk, Lelesan dan Racutan direndam dalam air panas ± 5 menit.

b. Pengaturan naungan

Yaitu bertujuan untuk menghindari kondisi pertanaman terlalu gelap yang sesuai bagi perkembangan PBKo ( Hyphotenemus hampei ).

2. Pengendalian secara biologi

Menggunakan parasitoid Cephalonomia stephanodoris dan Jamur pathogen (Beauveria bassiana). Aplikasi B. bassiana dianjurkan dengan dosis 2,5 kg biakan padat per hektar selama tiga kali aplikasi per musim panen.

(23)

13

BAB III. METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat

Kegiatan ini dilaksanakan pada Hari Minggu, tanggal 16 Desember 30 Desember 2012. Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Baroko, Kecamatan Baroko, Kabupaten Enrekang.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah tanaman kopi arabika dan robusta yang sedang berbuah yang ada di Desa Baroko, Kec Baroko, Kab Enrekang. Alat yang digunakan yaitu buku, pulpen, dan kamera.

C. Metode Pelaksanaan

Pelaksanaan di lakukan di kebun masyarakat Desa Baroko yaitu Desa Baroko, Kecematan Baroko, Kabupaten Enrekang.

Kegiatan survey ini dilakukan pada daerah pertanaman kopi milik petani.

Hal yang diamati adalah intensitas serangan PBKo.

Pengamatan tingkat serangan PBKo pada buah dilakukan dengan cara sebagai berikut :

- Di areal pertanaman kopi ditentukan 10 pohon sampel untuk setiap jenis kopi

- Ditentukan 4 cabang untuk setiap pohon sampel dengan posisi cabang berada ditengah bagian pohon dan posisi keempat cabang tersebut adalah utara, selatan, timur, dan barat

- Setiap cabang diambil 15 buah kopi atau 60 buah kopi per pohon sampel

- Tingkat serangan PBKo dihitung dengan menggunakan rumus :

(24)

14

I = A / B X 100%

Keterangan : I = Tingkat serangan PBKo

A= Jumlah buah kopi terserang PBKo B= Jumlah buah kopi total yang diamati

Hasil pengamatan tingkat serangan PBKo kemudian dianalisis dengan menggunakan uji T tidak berpasangan.

Referensi

Dokumen terkait

Pori anti banjir (HAKI 079102) telah dirancang untuk meningkatkan presipitasi air hujan ke dalam tanah sehingga dapat menurunkan risiko banjir akibat air larian.Semua

Secara definitif anthropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia (Wignjosoebroto, 1995).  Dimensi Tubuh Yang Penting

Manfaat teoritis dalam penelitian ini ialah dengan menggunakan pengembangan media pembelajaran sparkol videoscribe berbantuan pendekatan open ended pada materi

Serta dalam penelitiannya Nugroho (2017) menunjukkan masih banyak kendala dalam implementasi kurikulum 2013 pada beberapa aspek diantaranya keterbatasan

Karena itu, penulis sebagai penutur jati bahasa Melayu Kupang tertarik untuk menganalisis makna kedua kata tersebut untuk melihat persamaan dan perbedaannya melalui analisis

a) Masyarakat yang diusulkan sebagai calon penerima penghargaan adalah mereka yang memberikan kontribusi nyata dan memenuhi persyaratan umum antara lain: (i)

Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di Wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang

13 Saya akan belajar kembali dirumah untuk lebih memahami materi pelajaran dasar listrik dan elektronika yang telah dijelaskan oleh guru 14 Saya dapat mengerjakan