SEJARAH PERLAWANAN SULTAN DAULAT DARI KERAJAAN
BATU-BATU TERHADAP KOLONIAL BELANDA
DI SUBULUSSALAM (TANAH SINGKIL)
1901-1912
Diajukan Sebagai Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana
Skripsi
Oleh:
HERA RISNANDA
308121073
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
Hera Risnanda, Nim : 308121073, “Perlawanan Sultan Daulat dari Kerajaan Batu-Batu terhadap Belanda di Subulussalam (Tanah Singkil) 1901-1912”, Skripsi Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan, 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui situasi Kerajaan Batu-Batu sebelum ekspedisi kolonial Belanda, faktor penyebab kolonial Belanda masuk ke wilayah Kerajaan Batu-Batu di Subulussalam (Tanah Singkil), perlawanan Sultan Daulat dalam menentang kolonial Belanda, dan peranan Sultan Daulat melawan kolonial Belanda di Subulussalam (tanah Singkil) dari penjajahan Belanda pada tahun 1901-1912.
Untuk memperoleh data yang diperlukan didalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian sejarah, dengan menggunakan metode penelitian lapangan (field research) dan studi pustaka (library research).
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa situasi Kerajaan Batu-Batu sebelum kedatangan kolonial Belanda termasuk dalam Kerajaan Aceh Darussalam yang berpusat di Kutaraja (Banda Aceh), merupakan kerajaan yang merdeka dan berdaulat. Faktor-faktor kolonial Belanda masuk ke Kerajaan Batu-Batu karena Sultan Daulat membuat benteng pertahanan, alat-alat perang seperti peluru meriam dan mesiu. Dan Kerajaan Batu-Batu satu-satunya yang tidak mau tunduk terhadap kolonial Belanda sedangkan kerajaan-kerajaan diwilayah Singkil telah tunduk terhadap kolonial Belanda.
DAFTAR ISI
BAB II. KAJIAN PUSTAKA………...….7
A. Kerangka Teori………...7
E. Alat Pengumpulan Data ………...………..…...15
F. Teknik Analisa Data ………...16
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…..……...18
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………..…....…...18
1. Sejarah Kota Subulussalam………..18
2. Kota Subulussalam Sekarang………...…21
C. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan
Batu-Batu…...…………...32
D. Situasi Kerajaan Batu-Batu sebelum Ekspedisi Kolonial Belanda……….………..………...37
E. Sejarah Berdirinya Kerajaan Batu-Batu…………...……….………….38
F. Sistem Pemerintahan Kerajaan Batu-Batu ……...………..…...40
G. Hubungan Sultan Daulat dengan Sisimangaraja XII………...42
H. Faktor-Faktor Penyebab Kolonial Belanda masuk ke Wilayah Kerajaan Batu-Batu di Subulussalam (Tanah Singkil)…………..……….47
I. Perlawanan Sultan Daulat dalam Menentang Kolonial Belanda………...49
1. Agresi I dan Agresi II Belanda………...49
2. Perang Gerilya I dan II………...56
J. Peranan Sultan Daulat melawan Kolonial Belanda dalam memperjuangkan daerah Subulussalam (Tanah Singkil) dari Penjajahan Kolonial Belanda pada tahun 1901-1912...………...……...………..……...63
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN…...………...67
A. Kesimpulan………..….………..………67
B. Saran…...………...………...68
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah penjajahan kolonial Belanda di Indonesia kita ketahui bahwa telah terjadi
serentetan perlawanan dari rakyat Indonesia terhadap penjajahan. Bentuk perlawanan
tersebut ada dalam ruang lingkup besar dan kecil serta dalam ruang lingkup yang berbeda.
Semua bentuk perlawanan yang dilakukan merupakan tindakan dari raja, rakyat atau etnis
tertentu sebagai sebuah reaksi dalam upaya mempertahankan atau membebaskan diri dari
situasi penjajahan ke situasi bebas dari penekanan dan penindasan.
Meskipun jumlah dan bentuk penjajahan yang berbeda, tetapi perlawanan terhadap
kolonial Belanda dapat dijumpai pada setiap daerah di Indonesia. Salah satunya adalah
perlawanan didaerah Singkil (Aceh). Perlawanan terhadap kolonial Belanda didaerah
Singkil terdapat tokoh-tokoh yang terlibat untuk mempertahankan wilayah Singkil seperti
Sultan Daulat, Siti Ambia, Panglima Saman, Teuku Paneh, Pak Onah, Juhur, Timang dan
lain-lain.
Ketika Van Daalen dengan ekspedisinya melintasi Tanah Gayo menuju Tanah
Alas, Raja Batu-Batu (Sultan Daulat) membuat benteng pertahanan. Dengan demikian Raja
Batu-Batu (Sultan Daulat) dianggap menentang kolonial Belanda. Dari daerah Batu-Batu
merupakan pusat perlawanan daerah Singkil terhadap Belanda.
Pada awalnya bangsa asing datang ke tanah Singkil hanya untuk berdagang, karena
pada saat itu tanah Singkil penghasil damar, sutera, lada dan emas. Pada waktu itu Singkil
telah dikuasai oleh Sultan Iskandar Muda dan juga kerajaan-kerajaan lainnya di wilayah itu
Sumatera yaitu Batanghari, Passaman, Tiku, Pariaman, Padang, Barus, Singkil, Labo
(Meulaoh), Nias dan Sileda dilakukan sistem monopoli dalam bidang perdagangan hasil
bumi seperti lada, kemenyan dan kapur barus. Sultan Iskandar Muda membeli lada di
Pantai Barat Sumatera lalu diangkut ke ibukota kerajaan Aceh Darussalam yaitu Banda
Aceh Dar As Salam.
Kapal-kapal asing tidak diberi izin menyinggahi Pantai Barat Sumatera. Pedagang
asing harus membeli lada di ibukota Kerajaan Aceh Darussalam dengan harga yang sangat
tinggi. Memasuki abad ke 19 pantai Barat Sumatera semakin ramai, dengan datangnya
pedagang-pedagang Amerika dengan kapal mereka. Apabila kapal Amerika datang harga
lada melonjak naik hal itu membuat pusing badan dagang Belanda VOC (Vereenigde Oost
Indische Compagnie) dan badan dagang Inggris EIC (East Indian Compagny).
Dengan alasan atau berdalih untuk melindungi pedagang-pedagang Belanda yang
tergabung dalam VOC, maka perlu ditempatkan serdadu-serdadu Belanda di
kerajaan-kerajaan yang telah mengikat kerjasama perdagangan dengan Belanda. Pada tahun 1840
Belanda dengan paksa menduduki Singkil dengan menempatkan pasukannya disana.
Menjelang beberapa tahun kemudian dan Belanda merasa semua kerajaan-kerajaan kecil
yang berada di kawasan itu sudah takluk. Walaupun pemerintahan Belanda telah
mengklaim Kerajaan Batu-Batu telah termasuk dalam kekuasaan Belanda, tetapi
kenyataannya Raja Batu-Batu tidak pernah tunduk kepada pemerintah Belanda. Sehingga
Konteler di Singkil menjadi kewalahan menghadapi Sultan Daulat yang tidak mau tunduk
kepada pemerintah Belanda, sedangkan kerajaan-kerajaan lainnya baik di Simpang Kiri
maupun Simpang Kanan dan Pulau Banyak semuanya telah tunduk kepada Belanda.
Setelah Belanda menempuh berbagai macam cara agar Sultan Daulat menyerah
kepada Sultan Daulat, Belanda akan menyerang Kerajaan Batu-Batu dengan cara
mengirimkan 1 (satu) muk biji lenga (bayam) symbol perang, Mereka pikir Sultan Daulat
akan takluk tetapi kenyataannya Sultan Daulat membalas kiriman biji lenga sebanyak 1
(satu) bambu, Sultan Daulat tidak akan takut dan menyerah. Maka terjadilah perang antara
Sultan Daulat dan Belanda dengan ditandai Agresi Militer I pada tahun 1901 tetapi
serangan Belanda tersebut gagal dan agresi militer II yang terjadi pada tahun sama yang
menghancurkan benteng dan istana Kerajaan Batu-Batu. Pada tahun 1902-1906 Sultan
Daulat bergerilya di hutan melawan kolonial Belanda. Pada tahun 1907, Belanda dan
Sultan Daulat melakukan penandatanganan perjanjian perdamaian di Kutaraja, ternyata
perjanjian itu tidak pernah disepakati oleh pihak kolonial Belanda sampai pada tahun 1909.
Karena pemerintah Belanda tidak memenuhi janjinya, Sultan Daulat bergerilya di hutan
melawan kolonial Belanda pada tahun 1909-1912.
Karena belum banyak orang yang meneliti dan menjadikan objek skripsi tentang
perlawanan Sultan Daulat terhadap Belanda. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Sejarah Perlawanan Sultan Daulat dari
Kerajaan Batu-Batu terhadap Belanda di Subulussalam (Tanah Singkil) 1901-1912”.
B. Identifikasi Masalah
Agar peneliti dapat lebih jelas dan terarah, maka permasalahan diidentifikasikan
sebagai berikut:
1. Situasi di Kerajaan Batu-Batu sebelum ekspedisi kolonial Belanda.
2. Faktor penyebab kolonial Belanda masuk ke wilayah Kerajaan Batu-Batu di
Subulussalam (Tanah Singkil).
4. Peranan Sultan Daulat dalam memperjuangkan daerah Subulussalam (Tanah
Singkil) dari penjajahan kolonial Belanda pada tahun 1901-1912.
C. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana situasi Kerajaan Batu-Batu sebelum ekspedisi kolonial Belanda?
2. Apa factor-faktor penyebab kolonial Belanda masuk ke wilayah Kerajaan
Batu-Batu di Subulussalam (Tanah Singkil)?
3. Bagaimana Perlawanan Sultan Daulat dalam menentang kolonial Belanda?
4. Bagaimana peranan Sultan Daulat dalam memperjuangkan daerah Subulussalam
(Tanah Singkil) dari penjajahan kolonial Belanda pada tahun 1901-1912?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui situasi Kerajaan Batu-Batu sebelum ekspedisi kolonial Belanda?
2. Untuk mengetahui faktor penyebab kolonial Belanda masuk ke wilayah Kerajaan
Batu-Batu di Subulussalam (Tanah Singkil)?
3. Untuk mengetahui perlawanan Sultan Daulat dalam menentang kolonial Belanda.
4. Untuk mengetahui peranan Sultan Daulat melawan kolonial Belanda di
Subulussalam (tanah Singkil) dari penjajahan Belanda pada tahun 1901-1912.
1. Memberi pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dan pembaca tentang
Perlawanan Sultan Daulat dari Kerajaan Batu-Batu terhadap kolonial Belanda
di Subulussalam (Tanah Singkil) pada tahun 1901-1912.
2. Menambah pengetahuan masyarakat Kota Subulussalam, khususnya mahasiswa
sejarah tentang adanya Kerajaan Batu-Batu di Kecamatan Sultan Daulat Kota
Subulussalam.
3. Memperkaya khasanah pengetahuan peneliti mengenai Perlawanan Sultan
Daulat terhadap kolonial Belanda di Subulussalam (Tanah Singkil) 1901-1912
serta mengetahui bukti-bukti sejarah yang masih tertinggal.
4. Sebagai informasi bagi peneliti lain untuk mangkaji masalah ini dan dapat
menggunakan hasil penelitian ini pada waktu dan tempat yang berbeda.
5. Menambah koleksi buku-buku serta data mengenai Perlawanan Sultan Daulat
terhadap kolonial Belanda di Subulussalam (Tanah Singkil) 1901-1912 bagi
peneliti.
6. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah Kota Subulussalam untuk
memperhatikan peninggalan Kerajaan Batu-Batu sebagai salah satu aset sejarah
dan budaya di Kota Subulussalam.
7. Sebagai dokumentasi dan inventarisasi bagi Jurusan Sejarah dan khususnya
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Kerajaan Batu-Batu berasal dari Kerajaan Sarah. Kerajaan Batu-Batu didirikan oleh
Sultan Daulat, kerajaan ini bermarga Sambo. Kerajaan Batu-Batu merupakan
kerajaan yang berada di Kecamatan Sultan Daulat Kota Subulussalam. Sebelum
kedatangan kolonial Belanda Kerajaan Batu-Batu termasuk dalam kekuasaan
Sultan Iskandar Muda yaitu Kerajaan Islam Aceh yang berpusat di Kutaraja (Banda
Aceh).
2. Faktor-faktor kolonial Belanda masuk ke Kerajaan Batu-Batu karena Sultan Daulat
tidak mau tunduk terhadap kolonial Belanda, karena Sultan Daulat menganggap
adanya perbedaan agama dengan kolonial Belanda dan kolonial Belanda selalu
ingin menjajah negerinya.
3. Pada agresi I Belanda terjadi pada tahun 1901, agresi I Belanda untuk menyerang
dan menghancurkan Kerajaan Batu-Batu sama sekali gagal yang memakan korban
begitu banyak, atas kejadian ini membuat pemerintah kolonial Belanda semakin
berang dan marah kepada Sultan Daulat. Selanjutnya, pada tahun yang sama
kolonial Belanda melakukan penyerangan ke Kerajaan Batu-Batu ditandai dengan
agresi II Belanda, pada penyerangan yang ke dua ini berkecamuklah perang yang
begitu dahsyat yang menghancurkan Kerajaan Batu-Batu, tetapi pada perang ini
Sultan Daulat dapat lolos dari penyerangan kolonial Belanda dan lari kehutan.
Pada tahun 1902 – 1906 Sultan Daulat bergerilya di hutan, tetapi selama 4 (empat)
tahun itu kolonial Belanda juga tidak tinggal diam, menempuh berbagai cara agar
Sultan Daulat kembali ke Kerajaan Batu-Batu untuk di buat perjanjian. Maka pada
(Banda Aceh), tetapi selama 2 (tahun) berlalu kolonial Belanda tidak menepati
janjinya. Kemudian pada tahun 1909 – 1912 Sultan Daulat bergerilya lagi ke hutan,
akhirnya kolonial Belanda merealisasikan perjanjian yang dilakukan di Kutaraja,
dan karena bantuan wakil madu dari Kerajaan Binanga akhirnya Sultan Daulat
keluar dari hutan dan tidak bergerilya lagi. Pada tahun 1929 Sultan Daulat
meninggal dunia.
4. Peranan Sultan Daulat melawan kkolonial Belanda dalam memperjuangkan daerah
Subulussalam (Tanah Singkil) dari penjajahan kkolonial Belanda yaitu Sultan
Daulat membangun benteng pertahanan pada tahun 1897, membuat peluru dan
mesiu meriam.
B. SARAN
1. Disarankan kepada pemerintah daerah dan pusat agar dapat melestarikan dan
menjaga keutuhan dari peninggalan-peninggalan Kerajaan Batu-Batu yang saat ini
keadaannya sangat memprihatinkan.
2. Disarankan kepada pemerintah daerah agar sumber dan bukti sejarah perjuangan
pada masa lalu yang telah diwariskan kepada anak cucu dapat terjaga dengan baik,
kini hanya tinggal bukti sejarah saja tanpa ada perhatian dari pemerintah daerah
maupun pusat.
3. Penulis menyarankan kepada pemerintah daerah dan pusat agar Kota Subulussalam
terdapat sebuah museum dari bukti-bukti peninggalan sejarah perjuangan pada msa
penjajahan Belanda.
4. Penulis menyarankan peninggalan-peninggalan Kerajaan Batu-Batu dapat
digunakan sebagai media pembelajaran sejarah bagi peserta didik, khususnya dalam
bukti-bukti peradaban masa lalu nenek moyang, perasaan memiliki akan masa lalu
dapat ditumbuhkan dalam diri peserta didik, sehingga menumbuhkan kesadaran
untuk turut menjaga dan melestarikan peninggalan-peningglan sejarah tersebut.
5. Penulis menyarankan juga kepada tokoh masyarakat untuk ikut menjaga kelestarian
peninggalan sejarah pada masa lalu, serta mengenalkan kembali kepada masyarakat
yang tidak mengetahui sejarah dari Kerajaan Batu-Batu.
6. Penulis menyarankan kepada masyarakat Kota Subulussalam supaya menjaga dan
melestarikan peninggalan Kerajaan Batu-Batu dan Kerajaan-Kerajaan lainnya pada
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Dudung. 2007. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Ar-ruzz Media Group
Gotschalk, Louis. 1985. Mengerti Sejarah. Jakarta. UI Press
Harumsyah & Harisman. 2002. Sejarah Ringkas Perang Kerajaan Batu-Batu Sultan Daulat Melawan Belanda. Batu-Batu
Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta. Benteng Pustaka
Simatupang, TB. 1968. Pengantar Ilmu Perang di Indonesia. Jakarta : Kinta
Sjamsudin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak
Suryohadiprojo, Sayidiman. 1981. Pengantar Ilmu Perang. Jakarta. Pustaka Intermasa
, 2005. Si Vis Pacem Para Bellum, Membangun Pertahanan Negara Yang Modren dan Efektif. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama
Tim Balai Pustaka. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Makalah :
Makalah Seminar Sehari Hari Jadi Kota Subulussalam ke-48, 2010.
Tengku Luckman Sinar. 1989. Makalah Seminar Sejarah dan Kebudayaan Aceh Selatan.
Artikel :