• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA MELALUI STRATEGI KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GROUP TOURNAMENT) DI SMA NEGERI 4 MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA MELALUI STRATEGI KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GROUP TOURNAMENT) DI SMA NEGERI 4 MEDAN."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN

MASALAH DAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA

MELALUI STRATEGI KOOPERATIF TIPE

TGT (TEAMS GROUP TOURNAMENT)

DI SMA NEGERI 4 MEDAN

Tesis

Oleh :

PANUSUNAN TAMPUBOLON 081188710053

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

2

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Tampubolon Panusunan, NIM. 081188710053, Judul saya tuliskan dengan lengkap.Tesis. Medan: Program Studi Pendidikan Matematika Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan, 2013.

Kata Kunci: Kooperatif tipe TGT, Pemahaman dan Komunikasi Matematika Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui: (1) Peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan penerapan strategi kooperatif TGT; (2) Peningkatan pemahaman matematik siswa kelas dengan penerapan strategi kooperatif TGT; (3) Kadar aktivitas aktif siswa selama penerapan strategi kooperatif TGT; (4) Tingkat kemampuan guru dalam mengelola penerapan strategi kooperatif TGT; dan (5) Proses jawaban siswa dalam menyelesaikan tes kemampuan pemecahan masalah dan pemahaman matematika siswa.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek dari penelitian ini adalah siswa yang terdaftar pada Tahun Pelajaran 2011/2012, dan objeknya adalah penerapan strategi kooperatif TGT. Instrumen yang digunakan terdiri dari: (1) tes kemampuan pemahaman, (2) tes kemampuan pemecahan masalah, (3) tes diagnostik dan (3) lembar observasi. Instrumen tersebut dinyatakan telah memenuhi syarat validitas isi, serta koefisien reliabilitas sebesar 0.878 dan 0.968 berturut-turut untuk kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematika siswa.

(6)

ABSTRACT

Tampubolon Panusunan. I write with the full title. Thesis. Field: Mathematics Education Program Post-Graduate Studies, State University of Medan, 2013.

Keywords: Cooperative type TGT, Comprehension and Communication Mathematics

Problems in this study stems from the phenomenon of low ability students in the resolution of issues that are the application of a concept, then understanding the criteria under Complete Minimal (KKM). Suspected cause of the problem because the nature of learning Mathematics teacher centered. The purpose of this study to determine: (1) increase the ability of solving problem 4 grade students of SMA State Medan after the implementation of cooperative strategies TGT; (2) Improved understanding of mathematics 4th grade students of SMA State Medan after the implementation of cooperative strategies TGT; (3) Levels of active which is entirely conceived and developed in accordance with the cooperative strategies TGT. The instrument used consisted of: (1) test the ability of understanding, (2) test the ability of solving the problem, (3) diagnostic tests and (3) the observation sheet. The instrument has been declared eligible content validity, and reliability coefficient of 0.878 and 0968 respectively for understanding and problem solving abilities of students of mathematics.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang selalu memberikan kebijaksanaan, kekuatan dan kelimpahan berkatNya sehingga Tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Adapun judul yang penulis bahas dalam penulisan ini adalah: Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Pemahaman Matematika Siswa Dengan Menggunakan Strategi Koopertif TGT

(Team Group Tournament) di SMA Negeri 4 Medan.

Tesis ini dapat diselesaikan atas bantuan, dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan yang berbahagia ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dosen Pembimbing tesis saya, Bapak Prof. Pro f. Dr. Bo rno k S inaga, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I.dan Bapak Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, M.S, selaku Dosen Pembimbing II.

Pada kesempatan ini juga saya mengucapkan terima kasih kepada Dosen Penguji tesis saya, Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd, Bapak Dr. Muchtar M.Pd, dan Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd

Terima kasih saya ucapkan kepada yang saya hormati:

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri Medan. 2. Bapak Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan.

3. Bapak Syarifuddin, M. Sc., Ph.D, selaku Asisten Direktur I Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

(8)

5. Bapak Dr. Edi Syahputra, M. Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

6. Bapak Dr. Hasratudin, M.Pd, selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

7. Bapak Drs. Ramly, M.Pd, Selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 4 Medan 8. Bapak Dosen Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

9. Rekan-rekan Mahasiswa Angkatan IX, Program Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

10.Teristimewa buat istri ku tercinta Yanty Romauli Br. Siregar, AM.d dan untuk buah hatiku tercinta Roria Laura Elisabeth Tampubolon.

Dengan segala kerendahan hati penulis mengakui bahwa tesis ini masih perlu perbaikan dalam rangka penyempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi penulis dan bagi para pembaca.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, April 2013 Penulis

Panusunan Tampubolon

NIM. 081188710053

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 14

C. Batasan Masalah ... 15

D. Rumusan Masalah ... 15

E. Tujuan Penulisan... 16

F. Manfaat Penulisan ... 17

G. Definisi Operasional ... 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 20

A. Kerangka Teoritis ... 20

1. Kemampuan Pemecahan Masalah ... 20

2. Karakteristik Pemecahan Masalah ... 22

3. Kemampuan Pemecahan Matematika ... 26

4. Karakteristik Kemampuan Pemahaman Matematika ... 28

5. Pembelajaran Matematika ... 34

6. Strategi Kooperatif TGT... 38

7. Karakteristik TGT ... 41

(10)

9. Kemampuan Guru dalam Mengelola Kegiatan Pembelajaran ... 49

10.Teori Belajar Pendukung ... 54

11.Penelitian yang Relevan ... 58

B. Kerangka Konseptual ... 62

1. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah melalui Strategi Kooperatif TGT... 62

2. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematika melalui Strategi Kooperatif TGT ... 64

3. Meningkatkan Aktivitas Siswa dengan Strategi Kooperatif TGT 67

4. Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran Kooperatif TGT ... 68

C. Hipotesis Tindakan ... 70

BAB III METODE PENELITIAN ... 71

A. Jenis Penulisan ... 71

B. Lokasi dan Waktu Penulisan ... 71

C. Subjek dan Objek Penulisan ... 72

D. Mekanisme dan Rancangan Penulisan ... 73

1. Tahap Perencanaan... 73

2. Tahap Pelaksanaan ... 75

3. Tahap Observasi ... 75

4. Tahap Refleksi ... 76

E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 76

1. Tes ... 76

(11)

1.2. Tes Pemahaman Matematika ... 79

F. Teknik Analisis Data ... 83

1. Data Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Pemahaman Matematika ... 83

2. Data Hasil Observasi ... 85

G. Indikator Keberhasilan ... 87

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 88

A. Analisis Hasil Tes Diagnostik Siswa ... 88

B. Hasil Penelitian Siklus I ... 90

C. Hasil Penelitian Siklus II ... 103

D. Temuan Penelitian ... 115

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 117

F. Keterbatasan Penelitian ... 122

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 123

A. Kesimpulan ... 123

B. Saran ... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 127

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator/aspek kemampuan guru dalam megelola pembelajaran ... 53

Tabel 3.1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 78

Tabel 3.2 Tes Pemahaman Matematika ... 79

Tabel 3.3 Kriteria Penentuan Tingkat Ketuntasan Siswa ... 83

Tabel 3.4 Intepretasi Gain yang dinormalisasi ... 84

Tabel 3.5 Persentase Waktu Ideal (PWI) Aktivitas Siswa ... 86

Tabel 4.1 Deskripsi Hasil Tes Diagnostik ... 89

Tabel 4.2 Kadar Aktivitas Siswa ... 92

Tabel 4.3 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Secara Kuantitatif .... 95

Tabel 4.4 Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Matematika Secara Kuantitatif ... 98

Tabel 4.5 Catatan Lapangan Siklus I ... 100

Tabel 4.6 Kadar Aktivitas Siswa ... 105

Tabel 4.7 Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 106

Tabel 4.8 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Secara Kuantitatif .... 108

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)  Lembar Aktivitas Siswa (LAS)

 Buku Guru (BG)  Buku Siswa (BS)

Lampiran 2  Tes Diagnostik  Kunci Jawaban  Hasil Tes Diagnostik  Hasil Uji Coba Instrumen

Lampiran 3

 Data Sampel Penelitian  Pengelompokan Siswa  Hasil Tes Siklus 1  Hasil Tes SIKLUS 2

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi pengembangan siswa agar kelak menjadi sumber daya manusia berkualitas yang mampu mengantar Indonesia ke posisi terkemuka, paling tidak sejajar dengan negara-negara lain, baik dalam pembangunan ekonomi, politik, maupun sosial budaya. Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mengajar. Hal ini karena pendidikan menyediakan lingkungan yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat berguna bagi kebutuhan dirinya serta kebutuhan masyarakat di sekitarnya.

Pendidikan adalah sarana dan alat yang tepat dalam membentuk masyarakat dan bangsa yang dicita-citakan, yaitu masyarakat yang berbudaya dan dapat menyelesaikan masalah kehidupan yang dihadapinya. Sebab hingga saat ini dunia pendidikan dipandang sebagai sarana yang efektif dalam berusaha melestarikan dan mewariskan nilai-nilai hidup. Salah satu pendidikan yang dapat dilakukan masyarakat adalah pendidikan di sekolah mulai SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA dengan segala aspeknya. Kurikulum, pendekatan, metode, strategi dan model yang sesuai, fasilitas yang memadai dan sumber daya manusia yang profesional adalah aspek yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan yang direncanakan.

(15)

2

Di dalam proses belajar mengajar tercakup komponen, pendekatan, dan berbagai metode pengajaran yang dikembangkan dalam proses tersebut. Tujuan utama diselenggarakannya proses belajar adalah demi tercapainya tujuan pembelajaran. Dan tujuan tersebut utamanya adalah keberhasilan siswa dalam belajar dalam rangka pendidikan baik dalam suatu mata pelajaran maupun pendidikan pada umumnya. Jika guru terlibat di dalamnya dengan segala macam metode yang dikembangkannya maka yang berperan sebagai pengajar berfungsi sebagai pemimpin belajar atau fasilitator belajar, sedangkan siswa berperan sebagai pelajar atau individu yang belajar. Usaha-usaha guru dalam proses tersebut utamanya adalah membelajarkan siswa agar tujuan khusus maupun umum proses belajar itu tercapai.

(16)

3

Matematika sebagai Queen of Sciences mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun kenyataannya bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit dipahami siswa (Wahyudin, 1999:57). Sehingga tidak heran kalau banyak siswa yang tidak senang terhadap matematika yang kemungkinan disebabkan oleh sulitnya memahami mata pelajaran matematika.

Mengajarkan matematika tidaklah mudah karena masih terdapat atau ditemukan sejumlah siswa yang merasakan tidak mudah/kesulitan dalam belajar matematika (Jaworski, 1994:43). Di sisi lain ditemukan fakta bahwa tidaklah mudah bagi pendidik untuk mengubah gaya mengajarnya (Dean,1982:94). Sementara kita dituntut, sebagai pendidik, untuk selalu menyesuaikan strategi pembelajaran kita sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman (Alexander, 1994:22). Revitalisasi pendidikan matematika berusaha menempatkan peran penting guru untuk mewujudkan pendidikan matematika yang lebih sesuai dengan (dikembalikan kepada) makna mendidik dalam arti yang sebenar-benarnya dan hakekat keilmuan yang merupakan objek bagi pembelajaran itu sendiri.

(17)

4

sifat dari matematika yang dibelajarkan kepada anak didik. Jangan sampai guru memandang matematika hanya sebagai kumpulan rumus belaka, tidak pula hanya sebagai proses berpikir saja. Pemahaman yang komprehensif tentang matematika akan memungkinkan guru menyelenggarakan pembelajaran dengan lebih baik.

Dalam belajar matematika pada dasarnya seseorang siswa tidak terlepas dari masalah. The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) menyatakan: “Belajar menyelesaikan masalah adalah alasan utama untuk

mempelajari matematika” (NCTM, Position Paper on Basic Mathematics Skil,

1997). Adanya peningkatan kemampuan untuk menyelesaikan suatu masalah, berarti siswa tersebut telah mengalami perubahan dalam tingkah lakunya, dengan demikian dalam pembelajaran matematika kemampuan memecahkan masalah sangat penting. Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh (Soejadi, 2001:15) bahwa dalam matematika kemampuan pemecahan masalah bagi seseorang siswa akan membantu keberhasilan siswa tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

(18)

5

sangat ditekankan tumbuhnya atau terjadinya perubahan tingkah laku seseorang dalam matematika, seperti perubahan kemampuan pemahaman, keterampilan proses dalam memecahkan masalah, maupun menggunakan rumus-rumus yang tepat, sehingga diharapkan siswa yang mempelajari matematika akan mampu mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri.

Utari (1994:78) menegaskan bahwa pemecahan masalah dapat berupa kemampuan untuk menciptakan ide baru, menemukan teknik atau produk baru. Bahkan di dalam pembelajaran matematika, selain pemecahan masalah mempunyai arti khusus, pemecahan masalah juga mempunyai interpretasi yang berbeda. Misalnya menyelesaikan soal cerita atau soal yang tidak rutin dan mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa pemecahan masalah merupakan usaha nyata dalam rangka mencari jalan keluar atau ide yang berkenaan dengan tujuan yang ingin dicapai.

(19)

6

Selain kemampuan pemecahan masalah yang menjadi salah satu goal dalam pembelajaran matematika di sekolah, kemmapuan pemahaman matematik dapat dipandang sebagai proses dan tujuan dari suatu pembelajaran matematika. Pemahaman matematik sebagai proses, berarti pemahaman matematik adalah suatu proses pengamatan kognisi yang tak langsung dalam menyerap pengertian dari konsep/teori yang akan dipahami, mempertunjukkan kemampuannya di dalam menerapkan konsep/teori yang dipahami pada keadaan dan situasi-situasi yang lainnya. Sedangkan sebagai tujuan, pemahaman matematik berarti suatu kemampuan memahami konsep, membedakan sejumlah konsep-konsep yang saling terpisah, serta kemampuan melakukan perhitungan secara bermakna pada situasi atau permasalahan-permasalahan yang lebih luas. Dengan demikian Wiharno (2009:76) menyimpulkan bahwa “kemampuan pemahaman matematik merupakan suatu kekuatan yang harus diperhatikan dan diperlakukan secara fungsional dalam proses dan tujuan pembelajaran matematika, terlebih lagi sense memperoleh pemahaman matematik pada saat pembelajaran, hal tersebut hanya bisa dilakukan melalui pembelajaran dengan pemahaman.”

(20)

7

menyampaikan ide/gagasan, berbagi ide, menyusun strategi dan solusi. Kenyataanya dalam menyelesaikan soal-soal atau masalah matematika, siswa jarang diminta untuk mengungkapkan alasannya dan menjelaskan secara lisan atau tertulis mengapa siswa memperoleh jawaban tersebut sehingga terjadi kesalahan konsep pada siswa itu sendiri serta siswa kurang terbiasa menyimpulkan materi yang telah dipelajari secara sistematis.

Selanjutnya Sumarno (2002:123) membedakan dua jenis pemahaman konsep, yaitu pemahaman instrumental dan pemahaman relasional. Pemahaman instrumental adalah pemahaman atas konsep yang saling terpisah dan hanya hapal rumus dalam perhitungan sederhana, mengerjakan sesuatu secara algoritmik saja. Sedangkan pemahaman relasional dapat mengaitkan sesuatu dengan hal lainnya secara benar dan menyadari proses yang dilakukan. Pemahaman relasional sifat pemakaiannya lebih bermakna, termuat suatu skema atau struktur yang dapat digunakan pada penyelesaian masalah yang lebih luas.

(21)

8

Kenyataan di lapangan dari penelitian pendahuluan yang penulis lakukan selama bulan Januari 2012 terhadap kemampuan pemecahan masalah dan pemahaman matematika siswa di SMA Negeri 4 Medan mengungkap kemamapuan pemecahan masalah terkait dengan pemahaman matematik sangat rendah, nilai rata-rata tes Ujian Akhir Sekolah (UAS) siswa secara klasikal adalah 5,3. Dari indikator kemampuan pemahaman konsep matematika dari 38 orang siswa terdapat; 4 orang siswa mampu “menuliskan konsep”; 2 orang siswa mampu “menyusun model matematika” dan hanya 3 orang siswa mampu untuk “menerapkan konsep dalam pemecahan masalah”. Berikut ini soal ulangan tengah semester yang terkait dengan materi yaitu “Mesin produksi A menghasilkan 100

(22)

9

Karena itu kemampuan pemecahan masalah dalam matematika perlu dilatihkan dan dibiasakan kepada siswa sedini mungkin. Kemampuan ini diperlukan siswa sebagai bekal dalam memecahkan masalah matematika dan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini seperti yang dikemukakan Ruseffendi (1991:291) bahwa: kemampuan memecahkan masalah amatlah penting bukan saja bagi mereka yang dikemudian hari akan mendalami matematika, melainkan juga bagi mereka yang akan menerapkannya baik dalam bidang studi lain maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Pengamatan juga dilakukan terhadap guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, teramati bahwa guru menyampaikan materi yang ada dalam buku paket, memberikan informasi pengertian konsep sistem persamaan linier secara langsung dengan cara menjelaskan di depan kelas kepada siswa, memberikan contoh perhitungan dalam menyelesaikan sistem persamaan dengan salah satu metode yaitu eliminasi, mengerjakan latihan-latihan dan langkah-langkah penyelesaikan soal serta kurang mengaitkan fakta real dalam kehidupan nyata dengan persoalan matematika. Pembelajaran yang terjadi di kelas cenderung berpusat pada guru (teacher oriented) dan tidak berorientasi pada membangun kemampuan pemecahan masalah dan pemahaman matematika dari siswa sendiri serta aktivitas belajar yang rendah.

(23)

10

siswa memahami berbagai konsep, prinsip matematika, menunjukkan kegunaan konsep dan prinsip matematika serta memampukan siswa untuk berkomunikasi secara matematik dalam memecahkan masalah. Guru tidak yakin bahwa siswa mampu membangun pengetahuan matematika melalui masalah yang diajukan dan lebih yakin berhasil membelajarkan siswa berdasarkan pengalaman yang telah dilakukan sebelumnya. Sinaga (1999:48) menyatakan bahwa pembelajaran seperti itu dikenal dengan 3M yaitu “membosankan, membahayakan dan kurang memotivasi belajar matematika”. Bila pembelajaran seperti ini terus dilaksanakan

maka pemahaman konsep, komunikasi matematik dan tujuan pembelajaran matematika yang lain tidak akan dapat tercapai secara maksimal serta kebiasaan guru mengajar sangat sulit diubah, Untuk itu harus dilakukan inovasi pembelajaran untuk merubah kebiasaan guru dan upaya untuk mengatasi masalah yang dihadapi siswa.

(24)

11

Dengan permasalahan tersebut, guru hendaknya dapat menciptakan atau menerapkan salah satu strategi pembelajaran yang dapat memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar. Sebab berdasarkan pengamatan peneliti, pembelajaran matematika selama ini kelihatannya kurang memberikan motivasi kepada siswa untuk terlibat langsung dalam pembentukan pengetahuan matematika mereka. Mereka lebih banyak bergantung pada guru sehingga sikap ketergantungan inilah yang kemudian menjadi karakteristik seseorang yang secara tidak sadar guru biarkan tumbuh melalui gaya pembelajaran tersebut.

(25)

12

seorang individu; (2) kelompok lebih banyak memberikan bermacam-macam saran/pendapat dibandingkan dengan seorang individu saja; (3) macam-macam pendapat yang berbeda-beda lebih representatif daripada pendapat seorang saja; (4) adanya bermacam-macam latar belakang, minat, dan tujuan dalam kelompok, mungkin mempersukar tercapainya suatu persetujuan yang riil. Tetapi perbedaan-perbedaan tersebut akan menjadikan masalah itu lebih riil atau nyata; (5) kelompok lebih produktif dalam memberikan kritik terhadap usul-usul; (6) anggota kelompok sering merangsang dalam setiap usaha kelompok. Saran dari X yang dikritik oleh Y merangsang Z yang kemudian memberi saran baru yang berbeda; (7) dinamika interpersonal merupakan suatu unsur yang penting dalam pertukaran pendapat.

(26)

13

Selain itu, dalam Lie (2008:56) pemecahan masalah secara berkelompok mempunyai keuntungan, antara lain: (1) strategi pemecahan masalah yang tersusun lebih kuat dan kompleks. Pemecahan masalah secara berkelompok memberikan siswa kesempatan untuk melatih strategi; (2) kelompok dapat menyelesaikan permasalahan secara lebih kompleks dibandingkan perseorangan; (3) setiap anggota dapat berlatih merencanakan dan memonitor kemampuan-kemampuan yang mereka perlukan untuk menjadikan dirinya sebagai problem solver yang lebih baik; (4) dalam diskusi, setiap anggota mendapatkan giliran

dalam berpendapat dan dapat mengecek ulang miskonsepsi mereka; (5) ketika mendapat kesulitan, siswa tidak begitu takut menghadapinya, karena hakikatnya mereka tidak berdiri sendiri tetapi berkelompok.

(27)

14

kemudian dibagi banyaknya anggota kelompok tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan tim berupa sertifikat dengan mencantumkan predikat tertentu.

Melalui strategi pembelajaran kooperatif TGT, peneliti mengharapkan dapat membuat perubahan bagi para siswa SMA Negeri 4 Medan sehingga kemampuan pemecahan masalah dan pemahaman dalam belajar matematika dapat lebih mengalami peningkatan. Berdasarkan latar belakang itulah penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Pemahaman Matematika Siswa Melalui Strategi Pembelajaran Kooperatif TGT di SMA Negeri 4 Medan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat diidentifikasi beberapa masalah yaitu;

1. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih sangat rendah. 2. Kemampuan pemahaman matematika siswa masih rendah.

3. Pembelajaran matematika masih bersifat teacher centred yang mengakibatkan siswa bersifat pasif dalam pembelajaran matematika

4. Model pembelajaran yang diterapkan guru selama ini belum variatif dalam melibatkan partisipasi aktif siswa menemukan konsep dan pemecahan masalah.

(28)

15

C. Batasan Masalah

Mengingat ruang lingkup daripada permasalahan dalam proses pembelajaran matematika cukup banyak, maka peneliti merasa perlu untuk membatasi permasalahan yang diteliti agar tidak terdapat kerancuan ataupun tumpang tindih. Penelitian ini hanya membahas pada:

1. Kemampuan pemahaman matematika siswa yang akan dilihat dari tes pemahaman matematika siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT. 2. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang akan dilihat dari

tes kemampuan pemecahan masalah melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT.

3. Kegiatan pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe TGT

4. Materi pada penelitian ini adalah Sistem Persamaan Linier (SPL) pada SMA yang dimuat dalam KTSP Matematika 2006.

D. Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang di atas, masalah yang dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut;

1. Bagaimanakah strategi pembelejaran kooperatif TGT dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematika siswa SMA Negeri 4 Medan?

(29)

16

3. Bagaimana kadar aktivitas aktif siswa SMA Negeri 4 Medan dalam pembelajaran dengan strategi kooperatif TGT?.

4. Bagaimana tingkat kemampuan guru dalam mengelola strategi pembelajaran kooperatif TGT di SMA Negeri 4 Medan?

5. Bagaimana proses jawaban siswa dalam menyelesaikan tes kemampuan pemecahan masalah dan pemahaman matematika siswa ?

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas SMA Negeri 4 Medan setelah penerapan strategi kooperatif TGT. 2. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman matematik siswa kelas SMA

Negeri 4 Medan setelah penerapan strategi kooperatif TGT.

3. Mendeskripsikan kadar aktivitas aktif siswa SMA Negeri 4 Medan selama penerapan strategi kooperatif TGT

4. Mendeskripsikan tingkat kemampuan guru dalam mengelola penerapan strategi kooperatif TGT di SMA Negeri 4 Medan.

(30)

17

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi usaha-usaha memperbaiki proses pembelajaran matematika dengan menerapkan strategi kooperatif TGT. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan juga memberikan :

1) Manfaat bagi Siswa.

Memberikan motivasi dan aktivitas dalam kegiatan belajar mengajar, dapat membantu siswa dalam menggali konsep-konsep matematika dan memudah siswa untuk memahami konsep dan dapat menyelesaikan masalah melalui strategi kooperatif TGT.

2) Manfaat bagi Guru.

Meningkatkan kemampuan guru dalam perencanaan kegiatan belajar mengajar dan membiasakan guru menggunakan strategi belajar mengajar serta meningkatkan profesional guru dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di sekolah.

3) Manfaat bagi Sekolah.

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan efektifitas dan efisien pegelolaan pendidikan dalam mengambil kebijakan dalam penerapan inovasi pembelajaran baik matematika maupun pelajaran lain sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan kualitas guru.

(31)

18

5) Sebagai upaya pengembangan khasanah ilmu pegetahuan, khususnya dalam inovasi proses belajar mengajar baik dalam metematika maupun pelajaran lain.

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terdapat pada rumusan masalah dalam penelitian ini, perlu dikemukakan definisi operasional sebagai berikut :

1. Strategi Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompoknya untuk mempersiapkan diri agar dapat menyelesaikan soal-soal dalam turnamen akademik.

2. Kemampuan pemahaman matematika adalah kemampuan menangkap konsep-konsep materi matematika dan melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien dan tepat kemampuan siswa diukur berdasarkan kemampuan siswa dalam menjawab soal tes kemampuan pemahaman konsep matematika berbentuk uraian yang terdiri dari tiga kemampuan: (1) menuliskan konsep, (2) memberikan contoh konsep dan bukan contoh konsep dan dapat, (3) menerapkan konsep dalam pemecahan masalah.

(32)

19

menemukan jawaban berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah, yaitu:

a. Memahami masalah.

b. Merencanakan penyelesaian/memilih strategi penyelesaian yang sesuai.

c. Melaksanakan penyelesaian menggunakan strategi yang direncanakan. d. Memeriksa kembali kebenaran jawaban yang diperoleh.

4. Peningkatan adalah peningkatan kemampuan siswa sebelum pemberian strategi pembelajaran dan setelah pemberian strategi pembelajaran.

5. Aktivitas aktif siswa adalah semua kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan diamati oleh dua orang observer diukur berdasarkan pencapaian waktu ideal yang meliputi: (1) mendengar, meperhatikan penjelasan guru, (2) membaca/memahami masalah kontekstual di LAS, (3) menyelesaikan masalah/menemukan cara dan jawaban dari masalah, (4) menulis penyelesaian masalah, merangkum, mengikuti turnamen, dan meyimpulkan suatu prosedur/konsep, (5) memperagakan hasil/presentasi, (6) berdiskusi/bertanya kepada teman/bertanya pada guru, (7) menarik kesimpulan suatu prosedur/konsep, (8) mencatat hal-hal yang relevan dengan proses belajar belajar mengajar, (9) perilaku siswa yang tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar. 6. Aktivitas guru adalah semua kegiatan yang dilakukan oleh guru selama

(33)

126

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan temuan penelitian selama diterapkan pembelajaran melalui strategi kooperatif tipe TGT dengan menekankan pada kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematika, maka peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan pemahaman matematika siswa melalui strategi kooperatif tipe TGT meningkat dari siklus I sebesar 77% kemudian pada siklus II sebesar 97%.

2. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa melalui strategi kooperatif tipe TGT meningkat dari siklus I sebesar 76% kemudian pada siklus II sebesar 97%

3. Aktivitas siswa dengan penerapan strategi kooperatif tipe TGT adalah efektif. Dengan merujuk pada kriteria yang ditetapkan yaitu pengelolaan pembelajaran dikatakan efektif jika delapan kategori dari kriteria toleransi pencapaian keefektifan waktu yang digunakan pada sepuluh butir dipenuhi.

4. Pola jawaban siswa dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe TGT menjadi lebih baik dalam hal menyelesaikan permasalahan.

(34)

127

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, strategi kooperatif tipe TGT yang diterapkan pada kegiatan pembelajaran matematika memberikan hal-hal penting untuk perbaikan. Untuk itu peneliti menyarankan beberapa hal berikut :

1. Bagi guru matematika

a. Strategi kooperatif tipe TGT pada pembelajaran matematika yang menekankan kemampuan pemahaman matematika dan kemampuan pemecahan masalah siswa dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk menerapkan pembelajaran matematika yang inovatif khususnya dalam mengajarkan materi sistem persamaan linier.

b. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai bandingan bagi guru dalam mengembangkan perangkat pembelajaran matematika melalui strategi kooperatif tipe TGT pada materi sistem persamaan linier.

c. Aktivitas siswa dalam strategi kooperatif tipe TGT adalah efektif. Diharapkan guru matematika dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan karena adanya kegiatan turnamen antar kelompok, memberi kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan ide/gagasannya dalam bahasa dan cara mereka sendiri, berani berargumentasi sehingga siswa akan lebih percaya diri dan kreatif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Dengan demikian matematika bukan lagi menjadi hal yang menakutkan dan menyulitkan siswa.

(35)

128

mengajar yang baik dengan daya dukung sistem pembelajaran yang baik (Buku Guru, Buku Siswa, LAS, RPP dan yang terpenting adalah soal-soal yang akan diberikan pada saat turnamen nanti).

e. Diharapkan guru perlu menambah wawasan tentang teori-teori pembelajaran dan strategi pembelajaran yang inovatif agar dapat melaksanakannya dalam pembelajaran matematika sehingga pembelajaran konvensional secara sadar dapat ditinggalkan sebagai upaya peningkatan hasil belajar siswa.

2. Kepada Lembaga terkait

a. Pembelajaran melalui strategi kooperatif tipe TGT dengan menekankan kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematika siswa masih sangat asing bagi guru maupun siswa, oleh karenanya perlu disosialisasikan oleh sekolah atau lembaga terkait dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa, khususnya meningkatkan kemampuan matematika yang lainnya.

(36)

129

3. Kepada peneliti lanjutan

a. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan strategi kooperatif tipe Jigsaw dalam meningkatkan kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematika siswa secara maksimal untuk memperoleh hasil penelitian yang maksimal.

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Adinawan, C., (2005), Matematika Untuk SMP/MTs Kelas VIII, Jakarta : Erlangga Ansari, B.I. (2009). Komunikasi Matematik. Banda Aceh: Yayasan PeNA.

Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (Eds.). (2001). A taxonomy for learning, teaching and assessing: A revision of Bloom's Taxonomy of educational objectives: Complete edition, New York : Longman.

Alipandie, imansjah. (1984). Didaktik Metodik Pendidikan Umum. surabaya: Usaha Nasional.

Alexander, J. M., & Schnick, A. K. (2008). Motivation. In J. A. Plucker & C. Callanan (Eds.), Critical Issues and Practices in Gifted Education (pp. 383-407). Waco, TX: Prufrock Press.

Arikunto, S., (1999), Prosedur Penelitian Suatu Strategi Praktek, Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto, S., (2001), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta. Baroody, A.J., (1993), Problem Solving, Reasoning and Communicating, K-8

(Helping Children Think Mathematically), New York Mac Millan : Publishing Company

Dahar, Ratna W. (1998), Teori-teori Belajar, Jakarta : Depdikbud

Dean, Peter (1982). “Teaching and Learning Mathematics. Third Edision. Illinois. F.E Peacock Publisers. Inc.

Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Sekolah Menengah Atas.Jakarta: Depdiknas.

Dimyati, (2006), Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta

Djaali, H. (2008). Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta, P.T.Gramedia Widiasarana Indonesia

Djamarah, (1994), Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: P.T. Asdi Mahasatya Duren, P.,E. dan Cherrington, A. (1992). “The Effective of Cooperative Group

Work Versus Independent Practice on the Learning of Some Problem Solving Strategies”. Official Journal of School Science and Mathematics, 92 (2). 80-83.

(38)

Driver, R and Leach, J. (1993). A Constructivistview of Learning : Children’s Conceptions and Nature of Science. What research says to the Science Teacher . 7.103-112. Washington : National science Teachers Association. Freudenthal, H., (1993), Mathematics as an Educational Task, Freudenthal

Institution, Utrecht

Gagne, R.M., (1983), Some Issues in the Psychology of Mathematics Instruction, Journal for Research in Mathematics Education

Glori, Indira. (2009). “Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa.” Tesis. Medan: PPs.Unimed. (tidak dipublikasi).

Hamalik, O., (1999), Strategi Baru Strategi Belajar-Mengajar Berdasarkan CBSA, Bandung : Sinar Baru

Hasanah, A (2004).”Mengembangkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa Sekolah Menegah Pertama Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Yang Menekankan Pada Reperesentasi Matematik Tesis. UPI Bandung.

Hiebert, J., & Wearne, D. 1993. Long term effects of conceptually-based instruction in mathematics. National Science Foundation Grant (No. 8855627), September 1,

Hudojo, H., (1998), Mengajar Belajar Matematika, Jakarta, Debdikbud

Ibrahim, M., (2000), Pengajaran Berdasarkan Masalah, Surabaya : University Press

Jarnawi, (2003), “Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Pemahaman Matematika Siswa SLTP Melalui Pendekatan Pembelajaran

Open-Ended” Disertasi. UPI Bandung

Jaworski, B., Wood, T. and Dawson, S. (1999) Mathematics teacher education: Critical international perspectives. London: Falmer Press.

Johnson, D.W., Johnson, R.T., (1994), Cooperative Learning in the Classroom, Alexandria, VA: Association for Supervision and Curriculum Development

(39)

Karnasih, I., (2001), Prospek Pendidikan Matematika di Sumatera Utara, Dalam Seminar Sehari 5 Nopember 2001

Karno To, (1996), Mengenal Analisis Tes (Pengantar ke Program Komputer ANATES), Jurusan Psikologi dan Bimbingan FIP IKIP : Bandung

Lie, Anita, (2008), Cooperative Learning, PT. Gramedia, Jakarta Nasution, S., (2000), Sosiologi Pendidikan, Bumi Aksara: Bandung

NCTM, (1996c), Mathematical Communication in Student’s Response to a Performance Assessment Task, Virginia ; NCTM Inc.

Oakley, (2004), A Theory of Education, Ithaca: Cornell University Press.

Ong Eng Tek, (1999), The Effect of Cooperative Learning on the Mathematics Achievement of Form 4 Students in A Malaysian Secondary School, Journal of Science and Mathematics Education in South East Asia Vol.XXI No.2

Polya, G., (2001), Upaya Menciptakan Pengajaran Matematika yang Menyenangkan, Buletin Pelangi Pendidikan.

Puskur dan Balitbang, (2003), Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Mata Pelajaran Matematika Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Jakarta : Depdiknas

Russefendi, (1991), Pengantar Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA, Bandung : Tarsito

Sanjaya, W., (2006), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana Prenada Media Group: Jakarta

Santoso, Singgih, (2008), Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 15, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta

Saragih, S., (2007), Mengembangkan Kemampuan Berfikir Logis dan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalaui Strategi Matematika Realistik, Tesis : UPI Bandung

Savery, (2004), Educational Psycology: A Cognitive View, New York: Holt, Rinehart and Winston

(40)

Sinambela, P. (2005), Efektifitivitas Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Instruction) dalam Pembelajaran Matematika di Kelas X SMA pada Pokok bahasan Sistem Persamaan Linier dan Kudrat. Tesis tidak diterbitkan. Surabaya : PPs UNESA

Slavin, R.E., (1995), Cooperative Learning : Theory, Research and Practise, Boston Ally and Bacon

Soedjadi, R., (1995), Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia (Konstatasi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan), Jakarta : Dirjen Dikti Depdiknas.

Sudijono, (2001), Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta, Bandung

Sudjana, (1989), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya

Sudjana, (1996), Metoda Statistika, Bandung : Tarsito

Suhendra. (2005). Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Kelompok Belajar Kecil Untuk Mengembangkan Kemampuan Siswa SMA Pada Aspek Problem Solving Matematik. Tesis Bandung : UPI (tidak dipublikasi).

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta Suherman, E., (1990), Evaluasi Pendidikan Matematika, Bandung : Wijaya

Kesuma

Suherman, E., (2001), Strategi Belajar Mengajar Matematika, Jakarta : Depdibud Sumarno, U. (2003), Daya dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa dan

Bagaimana dikembangkan Pada Siswa Sekolah Dasar dan Menengah. Makalah disajikan pada Seminar Sehari di Jurusan Matematika ITB, Oktober 2003.

Suparno, P., (1997), Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta : Kanisius

Surakhmad, (1999), Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar Metode dan Teknik, Bandung: Tarsito

Suryadi, (1999), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : Rajawali Suryadi, D. (2000). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

(41)

Suryosubroto, (1990), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta

Suyitno, Amin, (2004), “Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika”, Semarang: FMIPA Unnes.

Syah, M., (2003), Psikologi Pendidikan (Suatu Strategi Guru), Bandung : Remaja Rosda Karya

Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Kencana Prenada Media Group: Jakarta

Utari-Sumarmo, (2005), Alternatif Pembelajaran Matematika Dalam Menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), UPI Bandung, Bandung

Wardhani, S., (2006), Contoh Silabus dan RPP Matematika Sekolah Menengah Pertama (SMP). Bahan Ajar Diklat di PPPG matematika, Yogyakarta: PPPG Maatematika

Wihatma, (2004), Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SLTP Melalui Cooperative Learning Tipe STAD, Tesis, UPI Bandung, Tidak Dipublikasikan

Wahyudin. (2004). “Peranan Problem Solving”. Makalah Bahan Kuliah: Tidak Dipublikasikan

Wiharno. (2009). Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Dalam Bahasa Inggris Siswa Kelas VII RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf

Internasional) di SMP Negeri 1 Bantul. [on line]

Winkel, W.S., (1987), Psikologi Pengajaran, Jakarta : Gramedia

Yadnya, (2003), Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Prestasi Pustaka: Jakarta

Zamroni. (2000). Paradigma Pendidikan Masa Depan, Jogjakarta : Bigraf Publissing.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perubahan tutupan lahan terhadap suhu udara dan Temperature Humidity Index (THI) kawasan kampus IPB

Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar peserta didik antara kelas eksperimen 1 yang menggunakan model cooperative learning teknik TSTS dengan kelas kontrol yang

bahwa skripsi dengan judul “ANALISIS PENGARUH HARGA, DESAIN PRODUK, DAN CITRA MEREK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (Studi Kasus pada Produk Crooz di Distro Ultraa

Oleh sebab itu diusulkan metode Voting based Extreme Learning Machine (V-ELM) untuk mengatasi kelemahan dari ELM sehingga diharapkan memiliki akurasi yang lebih

Hal ini mengindikasikan kontribusi dari personal adjustment dan dukungan keluarga sebesar 52,5% sedangkan sisanya 47,5% menyangkut sumbangan dari variabel atau

(Online) diakses dari: ce.byu.edu/cw/fuf/archives/2000/DouglasBrinley.pdf pada tanggal 8 Maret 2006.. Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among

Dan hal terindah yang selalu mereka persembahkan kepada saya yaitu doa yang selalu membimbing saya selama masa studi sampai akhirnya menjadi seorang Sarjana bahkan takkan

Pengumpulan data menggunakan instrument Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) untuk remaja umur 13-15 tahun (Yang didapat dari Nurhasan dan D. Dengan demikian