• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-faktor Yang Berperan Pada Komplikasi Obstetri Ibu Dan Bayi Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-faktor Yang Berperan Pada Komplikasi Obstetri Ibu Dan Bayi Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KOMPLIKASI OBSTETRI IBU DAN BAYI DI KECAMATAN

PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT

ANALYSIS THE FACTORS THAT CORELATION WITH MATERNAL AND INFANT OBSTETRIC COMPLICATIONS IN THE PARONGPONG

WEST BANDUNG DISTRICT

Diana*, Hadyana Sukandar**, Budi Handono*** Universitas Padjadjaran

Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia memperlihatkan peningkatan Angka Kematian Ibu (2007 – 2012) dari 228 menjadi 359/100000 kelahiran hidup dan penurunan Angka Kematian Bayi dari 34 menjadi 32/1000 kelahiran hidup. Kematian ibu dan bayi dipengaruhi oleh komplikasi obstetri, yaitu pada tahun 2012 di Kecamatan Parongpong mencapai 36,7% dari seluruh persalinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan komplikasi obstetri ibu dan bayi.

Penelitian ini menggunakan rancangan Cross Sectional dengan pemilihan sampel secara Stratified Random Sampling sejumlah 266 ibu yang melahirkan pada tahun 2013 di Kecamatan Parongpong. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner. Analisis bivariabel menggunakan uji Chi Square dan analisis multivariabel menggunakan Regresi Logistik Ganda.

Hasil analisis bivariabel menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan komplikasi obstetri ibu adalah jarak kehamilan, penyakit ibu, riwayat komplikasi obstetri sebelumnya, penolong persalinan dan tempat persalinan, sedangkan faktor yang berhubungan dengan komplikasi bayi adalah penyakit ibu dan tempat persalinan. Hasil analisis multivariabel menunjukkan riwayat komplikasi obstetri sebelumnya dengan nilai POR = 5,41 (IK 95% 1,01 – 29,1) dan penyakit ibu dengan nilai POR = 2,42 (IK 95% 1,10 – 5,34) merupakan faktor yang paling berhubungan dengan komplikasi obstetri ibu dan bayi. Ada hubungan antara riwayat komplikasi obstetri sebelumnya dan penyakit ibu dengan komplikasi obstetri ibu dan bayi.

(2)

PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu cara untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang tinggi adalah dengan meningkatkan derajat kesehatan wanita. Derajat kesehatan wanita di Indonesia sendiri masih dianggap rendah karena Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih cukup tinggi.1 AKI di Indonesia menurut SDKI tahun 2012 jumlahnya meningkat kembali menjadi 359 per 100.000 KH dari sebelumnya tahun 2007 yang hanya 228 per 100.000 KH dan AKB hanya mengalami penurunan sedikit menjadi 32 per 1.000 KH dari sebelumnya tahun 2007 yaitu 34 per 1.000 KH.2

James McCarthy dan Maine mengemukakan adanya 3 faktor yang berpengaruh terhadap kematian maternal (determinan dekat) yaitu komplikasi dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas (komplikasi obstetri). Determinan dekat secara langsung dipengaruhi oleh determinan antara yaitu status kesehatan ibu, status reproduksi, akses ke pelayanan kesehatan, perilaku perawatan kesehatan/penggunaan pelayanan kesehatan dan faktor-faktor lain yang tidak diketahui atau tidak terduga. Determinan jauh yang akan memengaruhi kejadian kematian maternal melalui pengaruhnya terhadap determinan antara, yang meliputi faktor sosio-kultural dan faktor ekonomi, seperti status wanita dalam keluarga dan masyarakat, status keluarga dalam masyarakat dan status masyarakat.3

(3)

dipengaruhi oleh status reproduksi ibu atau biasa dikenal dengan istilah 4 T (terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat, terlalu sering).3 Wanita yang hamil dan melahirkan di bawah usia 20 tahun lebih berisiko terjadi abortus, anemia, malnutrisi, hipertensi, prematur, preeklampsia, eklampsia, perdarahan, partus macet, partus lama, partus dengan tindakan seperti ekstraksi vakum, ekstraksi forseps dan operasi sesar serta kematian maternal.5,6 Risiko komplikasi yang dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan yaitu BBLR, prematur, asfiksia neonatorum dan kematian perinatal.7,8,9

Hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya menunjukkan ibu dengan paritas ≥ 4 berisiko mengalami komplikasi obstetri 1,86 kali lebih besar daripada ibu dengan paritas ≤ 3,4

sedangkan ibu yang mempunyai jarak kehamilan < 6 bulan mempunyai risiko persalinan prematur 30 – 90% dibandingkan dengan ibu yang mempunyai jarak kehamilan > 12 bulan.10 Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa ibu yang memiliki jarak kelahiran kurang dari 2 tahun mempunyai peluang melahirkan BBLR 5,11 kali dibandingkan ibu yang memiliki jarak kelahiran lebih dari 2 tahun.11

(4)

Studi pendahuluan yang dilakukan di Kecamatan Parongpong, ditemukan peningkatan AKI pada tahun 2013 dari 1 orang menjadi 2 orang dan AKB dari 4 orang menjadi 9 orang. AKI di Kecamatan Parongpong juga menempati rangking ke – 13 tertinggi dan AKB rangking ke – 7 dibandingkan 15 Kecamatan lain yang ada

di Kabupaten Bandung Barat.15 PWSKIA tahun 2012 menunjukkan dari 10 program KIA di Kecamatan Parongpong, hanya 7 program yang mendekati target.16,17

Program yang pencapainya belum memuaskan diantaranya penanganan komplikasi obstetri pada ibu hamil tercapai 64,4% dari target 80,0%. Penanganan komplikasi pada ibu bersalin tercapai 55,7% dari target 80,0%. Penanganan komplikasi pada neonatus tercapai 21,1% dari target 75,0%. Cakupan Pasangan Usia Subur (PUS) berisiko 4 T yang harus menggunakan KB tercapai 11,5% dari target 74%, selain itu, masih terdeteksi ibu hamil yang berisiko tinggi 4 T sebanyak 38,9%, ibu hamil anemia 22,8% dan ibu hamil KEK 17,1%.16,17

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan komplikasi obstetri ibu dan bayi yaitu usia saat hamil, paritas, jarak kehamilan, status gizi, penyakit ibu, riwayat komplikasi obstetri sebelumnya, penggunaan KB, tempat dan penolong persalinan.

METODE

(5)

(tujuh) desa, yaitu Cihanjuang, Cihanjuang Rahayu, Karyawangi, Cihideung, Ciwaruga, Cigugur Girang dan Sariwangi. Penelitian ini menggunakan Studi Analitik Korelatif dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional.

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner setelah responden mengisi lembar Informed Consent. Petugas yang mengambil data adalah peneliti sendiri dibantu oleh kader setempat yang mengetahui lokasi dan rumah responden. Analisis univariabel dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi (frekuensi setiap variabel diubah dalam satuan persen (%)) subjek. Analisis bivariabel dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat menggunakan uji Chi Square dan analisis multivariabel menggunakan analisis Regresi Logistik Ganda.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(6)

1) Hasil

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Komplikasi Obstetri Ibu dan Bayi

No Variabel Jumlah Persentase

1. Usia ibu saat hamil < 20 atau > 35 tahun 20 – 35 tahun

68 198

25,6 74,4 2. Paritas

1 atau ≥ 4 anak

2 – 3 anak

133 133

50,0 50,0 3. Jarak kehamilan

≤ 2 tahun

> 2 tahun

15 251

5,6 94,4 4. Status gizi

Kurang gizi Tidak kurang gizi

5 261

1,9 98,1 5. Penyakit Ibu

Ada Tidak ada 30 236 11,3 88,7 6. Riwayat komplikasi obstetri sebelumnya

Ada Tidak ada 21 245 7,9 92,1 7. Penggunaan KB

Tidak menggunakan Menggunakan 83 183 31,2 68,8 8. Penolong persalinan

Non Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan

21 245

7,9 92,1 9. Tempat persalinan

Non tempat pelayanan kesehatan Tempat pelayanan kesehatan

48 218

18,0 82,0 10. Komplikasi obstetri pada ibu

Ada Tidak ada 186 80 69,9 30,1 11. Komplikasi obstetri pada bayi

Ada Tidak ada 66 200 24,8 75,2

Tabel 2. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Komplikasi Obstetri Ibu

No Variabel

Komplikasi Obstetri Ibu

Nilai p RP

(IK 95%)

Ada Tidak Ada

n % n %

1. Usia ibu saat hamil < 20 atau > 35 tahun 20 – 35 tahun

51 135 75,0 68,2 17 63 25,0 31,8

0,290 1,10 (0,93 – 1,30) 2. Paritas

1 atau ≥ 4 anak

2 – 3 anak

95 91 71,4 68,4 38 42 28,6 31,6

0,593 1,04 (0,89 – 1,22) 3. Jarak kehamilan

≤ 2 tahun

> 2 tahun

7 179 46,7 71,3 8 72 53,3 28,7

(7)

4. Status gizi Kurang gizi Tidak kurang gizi

5 181 100 69,3 0 80 0 30,7

0,327 1,44 (1,33 – 1,56) 5. Penyakit Ibu

Ada Tidak ada 27 159 90,0 67,4 3 77 10,0 32,6

0,011 1,34 (1,15 – 1,55) 6. Riwayat komplikasi

obstetri sebelumnya Ada Tidak ada 19 167 90,5 68,2 2 78 9,5 31,8

0,032 1,33 (1,13 – 1,56) 7. Penggunaan KB

Tidak menggunakan Menggunakan 61 125 73,5 68,3 22 58 26,5 31,7

0,393 1,08 (0,91 – 1,27) 8. Penolong persalinan

Non Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan 6 180 28,6 73,5 15 65 71,4 26,5

< 0,001 0,39 (0,20 – 0,77)

9. Tempat persalinan Non tempat pelayanan kesehatan Tempat pelayanan kesehatan 26 160 54,2 73,4 22 58 45,8 26,6

0,009 0,74 (0,56 – 0,97)

RP (Rasio Prevalens); IK (Interval Konfidens)

Tabel 3. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Komplikasi Obstetri Bayi

No Variabel

Komplikasi Obstetri Bayi

Nilai p RP

(IK 95%)

Ada Tidak Ada

n % n %

1. Usia ibu saat hamil < 20 atau > 35 tahun 20 – 35 tahun

16 50 23,5 25,3 52 148 76,5 74,7

0,777 0,93 (0,57 – 1,52) 2. Paritas

1 atau ≥ 4 anak

2 – 3 anak

37 29 27,8 21,8 96 104 72,2 78,2

0,256 1,27 (0,84 – 1,95) 3. Jarak kehamilan

≤ 2 tahun

> 2 tahun

3 63 20,0 25,1 12 188 80,0 74,9

1,000 0,80 (0,28 – 2,24) 4. Status gizi

Kurang gizi Tidak kurang gizi

0 66 0 25,3 5 100 195 74,4

0,337 1,34 (1,25 – 1,44) 5. Penyakit Ibu

Ada Tidak ada 13 53 43,3 22,5 17 183 56,7 77,5

0,013 1,93 (1,20 – 3,10) 6. Riwayat komplikasi

obstetri sebelumnya Ada Tidak ada 5 61 23,8 24,9 16 184 76,2 75,1

0,912 0,96 (0,43 – 2,12) 7. Penggunaan KB

Tidak menggunakan Menggunakan 22 44 26,5 24,0 61 139 73,5 76,0

0,667 1,10 (0,71 – 1,71) 8. Penolong persalinan

Non Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan 2 64 9,5 26,1 19 181 90,5 73,9

(8)

9. Tempat persalinan Non tempat

pelayanan kesehatan Tempat pelayanan kesehatan

6 60

12,5 27,5

42 158

87,5 72,5

0,029 0,45 (0,21 – 0,99)

RP (Rasio Prevalens); IK (Interval Konfidens)

Tabel 4. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Komplikasi Obstetri Ibu Berdasarkan Regresi Logistik Ganda

No Variabel Koefisien B S.E (B) Nilai p POR (IK 95%)

I. Model Awal

Jarak kehamilan - 1,028 0,626 0,101 0,36 (0,10 – 1,22) Penyakit Ibu 1,259 0,644 0,051 3,52 (0,99 – 12,4) Riwayat komplikasi

obstetri sebelumnya

1,710 0,858 0,046 5,53 (1,03 – 29,7) Penolong persalinan - 1,973 0,667 0,003 0,14 (0,04 – 0,51) Tempat persalinan 0,207 0,471 0,661 1,23 (0,49 – 3,10) II. Model Akhir

Jarak kehamilan - 1,027 0,626 0,101 0,36 (0,10 – 1,22) Penyakit Ibu 1,244 0,643 0,053 3,47 (0,98 – 12,2) Riwayat komplikasi

obstetri sebelumnya

1,689 0,857 0,049 5,41 (1,01 – 29,1) Penolong persalinan - 1,789 0,519 0,001 0,17 (0,06 – 0,46)

Ket : Akurasi Model 72,9%; POR (Prevalence Odds Rasio); IK (Interval Konfidens)

Tabel 5. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Komplikasi Obstetri Bayi Berdasarkan Regresi Logistik Ganda

No Variabel Koefisien B S.E (B) Nilai p POR (IK 95%)

I. Model Awal

Penyakit Ibu - 0,925 0,407 0,023 2,52 (1,13 – 5,60) Penolong persalinan - 0,612 0,928 0,510 0,54 (0,08 – 3,34) Tempat persalinan - 0,929 0,467 0,047 0,39 (0,16 – 0,99) II. Model Akhir

Penyakit Ibu 0,884 0,404 0,028 2,42 (1,10 – 5,34) Tempat persalinan - 0,897 0,465 0,054 0,41 (0,16 – 1,01)

Ket : Akurasi Model 75,2%; POR (Prevalence Odds Rasio); IK (Interval Konfidens)

2) Pembahasan

(1) Usia Saat Hamil

(9)

hamil dengan komplikasi obstetri ibu dan bayi. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menyebutkan bahwa wanita yang hamil di bawah usia 16 tahun mempunyai risiko kematian 2 – 4 kali lebih besar daripada wanita yang hamil di usia 20 – 35 tahun.18,19

Wanita yang hamil di bawah usia 20 tahun lebih berisiko terjadi abortus, anemia, malnutrisi, hipertensi, preeklampsia dan eklampsia pada kehamilan, sedangkan komplikasi lain yang dapat terjadi pada persalinan wanita di bawah usia 20 tahun antara lain partus prematur, preeklampsia, eklampsia, perdarahan, partus macet, partus lama, partus dengan tindakan seperti ekstraksi vakum, ekstraksi forsep dan operasi sesar serta kematian maternal.20 Komplikasi obstetri yang dapat terjadi akibat usia wanita hamil di atas 35 tahun antara lain abortus, ketidaknormalan kromosom, congenital anomaly, diabetes gestasional, plasenta previa, abrusio plasenta, BBLR, macrosomia dan persalinan dengan SC.21

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Sistiarani dan Suparmi juga menunjukkan tidak ada hubungan antara paritas ibu dengan kejadian komplikasi obstetri pada bayi.11,22 Penelitian Wahyuningsih dan Ariana menunjukkan asfiksia neonatorum dan persalinan prematur pada bayi juga terbukti tidak dipengaruhi oleh paritas ibu.23,24

(2) Paritas

(10)

dengan komplikasi obstetri ibu dan bayi. Penelitian sebelumnya yaitu Huda dan Kamaliah menunjukkan hubungan yang bermakna antara paritas ibu dengan kejadian komplikasi pada persalinan yaitu ibu dengan paritas ≥ 4 berisiko mengalami komplikasi obstetri 1,86 kali lebih besar daripada ibu dengan paritas ≤ 3.4,13

Ibu hamil dengan paritas ≥ 4 berisiko 1,8 kali lebih besar untuk mengalami perdarahan postpartum karena relaksasi abnormal dari uterus daripada wanita dengan paritas 2 – 3.4 Hasil penelitian yang tidak berhubungan ini didukung oleh penelitian Suparmi yang menunjukkan tidak ada hubungan antara usia ibu saat hamil dengan kejadian komplikasi obstetri pada bayi.22

(3) Jarak Kehamilan

Hasil analisis bivariabel memperlihatkan bahwa komplikasi obstetri sebagian besar terjadi pada ibu dengan jarak kehamilan > 2 tahun dan hasil analisis dengan uji Chi Square menunjukkan ada hubungan antara jarak kehamilan dengan komplikasi obstetri pada ibu, sedangkan pada komplikasi bayi tidak ada hubungan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sistiarani, Gitta, Sinaga dan Kamaliah yang menunjukkan ada hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian abortus dan BBLR serta komplikasi kehamilan dan persalinan.11,13,14,25

(11)

yang bermakna antara jarak kehamilan dengan kejadian melahirkan melalui seksio sesarea.11,26

(4) Status Gizi

Hasil analisis bivariabel memperlihatkan bahwa komplikasi obstetri sebagian besar terjadi pada ibu dengan status kurang gizi, dan hasil analisis dengan uji Chi Square menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan komplikasi obstetri ibu dan bayi. Penelitian sebelumnya menunjukkan status gizi seorang wanita memengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil seperti penelitian yang dilakukan oleh Utami yaitu ibu hamil yang mempunyai IMT kurang berisiko mengalami anemia pada kehamilan lebih tinggi 0,67 kali daripada ibu hamil yang mempunyai IMT normal.27

Penelitian Sativa juga menunjukkan IMT ibu berpengaruh terhadap komplikasi kehamilan yaitu preeklampsia.28 Trihardiani, Simbolon, Ferial, Hanifah dan Sativa dalam penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status gizi ibu dengan kejadian BBLR.12,29,30,31,29

(5) Penyakit Ibu

(12)

penyakit jantung, hipertensi, epilepsi dan asma bronkhiale berhubungan secara bermakna dengan komplikasi kehamilan dan persalinan.13,32

Pengaruh asma terhadap kehamilan adalah kehamilan usia muda, hipoksemia ibu yang berefek pada janin, hipertensi dalam kehamilan, preeklampsia, abrusio plasenta, korioamnionitis, BBLR, prematur, dan persalinan

seksio sesarea.33,34,35 Beberapa sumber juga mengatakan peranan TBC terhadap kehamilan antara lain abortus, preeklampsia serta sulitnya persalinan.36

Hasil model akhir analisis multivariabel juga menunjukkan hasil yang berhubungan antara penyakit ibu dengan komplikasi pada bayi yaitu nilai p = 0,028 (POR = 2,42; IK 95% = 1,10 – 5,34), artinya adalah ibu yang mempunyai penyakit berisiko untuk mengalami komplikasi bayi 2,42 kali lebih besar daripada ibu yang tidak mempunyai penyakit.

(6) Riwayat Komplikasi Obstetri Sebelumnya

Hasil analisis bivariabel memperlihatkan bahwa komplikasi obstetri sebagian besar terjadi pada ibu yang mempunyai riwayat komplikasi obstetri sebelumnya, dan hasil analisis dengan uji Chi Square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara riwayat komplikasi obstetri sebelumnya dengan komplikasi obstetri ibu, sedangkan pada komplikasi bayi tidak ada hubungan.

(13)

komplikasi obstetri pada ibu yaitu nilai p = 0,049 (POR = 5,41; IK 95% = 1,01 – 29,06), artinya adalah ibu yang mempunyai riwayat komplikasi obstetric berisiko untuk mengalami komplikasi obstetri ibu 5,41 kali lebih besar daripada ibu yang tidak mempunyai riwayat komplikasi obstetri sebelumnya.

(7) Penggunaan KB

Program KB memiliki peranan yang besar dalam mencegah kematian maternal. Kematian maternal dapat dihindari salah satunya dengan memakai KB atau alat kontrasepsi. Ibu yang memakai alat kontrasepsi dapat merencanakan kehamilan dan persalinan sehingga ibu dapat hamil pada usia reproduksi sehat. Jika ibu hamil pada reproduksi sehat, maka akan mengurangi kejadian komplikasi obstetri baik pada ibu maupun bayi.

Hasil analisis bivariabel memperlihatkan bahwa komplikasi obstetri sebagian besar terjadi pada ibu yang tidak menggunakan KB, dan hasil analisis dengan uji Chi Square menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara penggunaan KB dengan komplikasi obstetri ibu dan bayi. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Fibriana yang mengatakan, ibu yang tidak pernah menggunakan KB memiliki risiko untuk mengalami kematian maternal 33,1 kali lebih besar bila dibandingkan dengan ibu yang mengikuti program KB.3

(8) Penolong Persalinan

(14)

analisis dengan uji Chi Square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara penolong persalinan dengan komplikasi obstetri ibu, sedangkan pada komplikasi bayi tidak ada hubungan.

Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa ibu yang persalinannya ditolong oleh dukun paraji berisiko lebih besar untuk mengalami kematian dibandingkan dengan ibu yang melahirkan dibantu oleh tenaga kesehatan.4 Hasil penelitian berhubungan, tetapi hasilnya berkebalikan yaitu ibu yang melahirkan di tempat pelayanan kesehatan lebih banyak mengalami komplikasi obstetri, padahal teori yang ada menyebutkan ibu yang melahirkan bukan di tempat pelayanan kesehatan lebih berisiko untuk mengalami komplikasi obstetri ibu.

(9) Tempat Persalinan

Hasil analisis bivariabel memperlihatkan bahwa komplikasi obstetri sebagian besar terjadi pada ibu yang melahirkan di tempat pelayanan kesehatan, dan hasil analisis dengan uji Chi Square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara tempat persalinan dengan komplikasi obstetri ibu dan bayi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fibriana dan Huda menunjukkan ibu yang melahirkan bukan di tempat pelayanan kesehatan berpeluang mengalami kematian maternal sebanyak 0,7 kali.3,4

(15)

T (Terlambat), yaitu terlambat memutuskan, terlambat mencapai tempat pelayanan kesehatan dan terlambat mendapat penanganan kegawatdaruratan.38

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan pada penelitian ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan komplikasi obstetri ibu adalah jarak kehamilan, penyakit ibu, riwayat komplikasi obstetri sebelumnya, penolong dan tempat persalinan, sedangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan komplikasi bayi adalah penyakit ibu dan tempat persalinan. Faktor yang paling berhubungan dengan komplikasi obstetri ibu dan bayi adalah riwayat komplikasi obstetri sebelumnya dan penyakit ibu.

Saran yang dapat diberikan untuk peneliti selanjutnya adalah meneliti faktor-faktor lain yang berhubungan dengan komplikasi obstetri ibu dan bayi menggunakan metode kualitatif dengan rancangan penelitian Cohort dan Case Control. Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat diharapkan dapat

mendirikan Puskesmas PONED di Kecamatan Parongpong untuk mencegah kematian pada ibu dan bayi yang disebabkan oleh komplikasi obstetri karena 3 T.

UCAPAN TERIMAKASIH

(16)

DAFTAR PUSTAKA

1. Kusmiran Eny. Kesehatan reproduksi remaja dan wanita. Bandung : STIKES Rajawali; 2010.

2. Badan Pusat Statistik. Survei demografi dan kesehatan Indonesia 2012.

[diunduh 19 Maret 2013]. Tersedia dari :

http://www.bkkbn.go.id/litbang/pusdu/Hasil%20Penelitian/SDKI%202012/L aporan%20Pendahuluan%20SDKI%202012.pdf.

3. Fibriana A.I. Faktor – faktor risiko yang memengaruhi kematian maternal (studi kasus Di Kabupaten Cilacap). Semarang : Program Magister Epidemiologi Universitas Diponegoro; 2007.

4. Huda L.N. Hubungan status reproduksi, status kesehatan, akses pelayanan kesehatan dengan komplikasi obstetri di Banda Sakti Lhokseumawe Tahun 2005. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Volume 1 Juni 2007; 2005.

5. Bayisenge Jeannette. Early marriage as a barrier to girl’s education : a developmental challenge in Africa.National University of Rwanda. [diunduh 04 Maret 2013]. Tersedia dari : http://www.ifuw.org/fuwa/docs/Early-marriage.pdf.

6. International Center for Research on Women (ICRW). New insights on preventing child marriage : a global analysis of factors and programs.

[diunduh 04 Maret 2013]. Tersedia dari :

http://www.icrw.org/files/publications/New-Insights-on-Preventing-Child-Marriage.pdf

7. Hervish A & Jacobs FC. Who speaks for me ? Ending child marriage. Population Reference Bureau. [diunduh 04 Maret 2013]. Tersedia dari : http://www.prb.org/pdf11/ending-child-marriage.pdf.

8. World Health Organization (WHO). Preventing early pregnancy and poor reproductive outcomes among adolescents in developing countries : what the evidence says. [diunduh 21 Maret 2013]. Tersedia dari : http://www.who.int/maternal-child-adolescent/en/.

9. World Health Organization (WHO). Adolescent pregnancy. [diunduh 21

Maret 2013]. Tersedia dari :

http://www.who.int/maternal_child_adolescent/topics/maternal/adolescent_pr egnancy/en/.

10. Krisnadi S.R, Effendi J.S, Pribadi A. Prematuritas. Bandung : PT. Refika Aditama; 2009.

11. Sistiarani Colti. Faktor maternal dan kualitas pelayanan antenatal yang berisiko terhadap kejadian berat badan lahir rendah (BBLR). Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang; 2008.

12. Trihardiani Ismi. Faktor risiko kejadian berat badan lahir rendah di wilayah kerja Puskesmas Singkawang Timur dan Utara Kota Singkawang. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang; 2011.

(17)

14. Gitta Almira, dkk. Hubungan jarak kehamilan dengan kejadian berat badan lahir rendah di RSP Panembahan Senopati Bantul Tahun 2007; 2007.

15. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat Tahun 2012. 16. Profil Puskesmas Parongpong Kabupaten Bandung Barat Tahun 2012. 17. Profil Puskesmas Ciwaruga Kabupaten Bandung Barat Tahun 2012.

18. Destaria Selvi. Perbandingan luaran maternal dan perinatal kehamilan trimester ketiga antara usia muda dan usia reproduksi sehat. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2011.

19. World Health Organization (WHO). Adolescent pregnancy : a culturally complex issue; 2012. [diunduh 19 Maret 2013]. Tersedia dari : http://www.who.int/bulletin/volumes/87/6/09-020609/en/.

20. Omarsari S.D, Djuwita Ratna. Kehamilan pranikah remaja di Kabupaten Sumedang. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Volume 3 Oktober 2008; 2008.

21. Goldman Jane C, et.al. Impact of maternal age on obstetri. American College of Obstetricians and Gynecologists Volume 105 Mei 2005; 2005.

22. Suparmi, Tejayanti T. Determinan kematian neonatal di Indonesia tahun 2010. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jurnal Kesehatan Reproduksi Volume 2 Desember 2011; 2010.

23. Wahyuningsih Endang, Zuhri Saifudin. Hubungan paritas dengan kejadian asfiksia di Rumah Sakit Islam Surakarta.

24. Ariana D.N, dkk. Faktor risiko kejadian persalinan prematur (studi di bidan praktek mandiri wilayah kerja Puskesmas Geyer dan Puskesmas Toroh tahun 2011). Jurnal Universitas Muhammadiyah Semarang, 2011.

25. Sinaga Elvipson. Hubungan karakteristik ibu hamil dengan kejadian abortus di Puskesmas Jorlang Huluan Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun Tahun 2012. Jurnal Darma Agung, 2012.

26. Pandensolang Rivo S. Faktor – faktor yang berhubungan dengan persalinan seksio sesarea pada ibu tanpa riwayat komplikasi kehamilan dan atau penyulit persalinan di Indonesia (analisis data Riskesdas 2010). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012.

27. Utami Eka Dewi, dkk. Hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada kehamilan di Poli Hamil RSD dr. Soegiri Lamongan. Jurnal Surya Volume 01 Nomer V Tahun 2010; 2010.

28. Sativa Gadis. Pengaruh indeks massa tubuh pada wanita saat persalinan terhadap keluaran maternal dan perinatal di RSUP DR. Kariadi periode tahun 2010. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2010.

29. Simbolon Demsa, Aini Nur. Kehamilan usia remaja prakondisi dampak status gizi terhadap berat lahir bayi di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu. Prosiding Seminar Nasional Kependudukan Jember; 2013.

(18)

31. Hanifah Lilik. Hubungan antara status gizi ibu hamil dengan berat badan bayi lahir (studi kasus di RB Pokasi). Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta; 2009.

32. Sarwani Dwi SR, Nurlaela Sri. Analisis faktor risiko kematian ibu (studi kasus di Kabupaten Banyumas). Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman.

33. Rai I.B Ngurah. Prevalensi asma eksaserbasi pada ibu hamil dan pengaruhnya terhadap janin dan ibu di RSUP Sanglah Denpasar. Divisi Pulmonologi Bag/SMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud/RSUP Sanglah Denpasar. Artikel Volume 10 Nomer 3 Tahun 2009; 2009.

34. Subijanto Achmad A. Keanekaragaman genetik HLA-DR dan variasi kerentanan terhadap penyakit asma; tinjauan khusus pada asma dalam kehamilan. Biodiversitas Volume 9 Nomer 3 Tahun 2008; 2008.

35. Andammori Feby, dkk. Hubungan tekanan darah ibu hamil aterm dengan berat badan lahir di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas Volume 2 Nomer 2 Tahun 2013; 2013.

36. Warouw N.N, Suryawan A. Manajemen TBC dalam kehamilan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 6 Nomer 2 tahun 2007; 2007.

37. Ratu Mayang N, dkk. Hubungan faktor risiko ibu bersalin dengan retensio plasenta. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi; 2012. 38. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman penyelenggaraan

Gambar

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Faktor-Faktor  yang  Berhubungan dengan Komplikasi Obstetri Ibu dan Bayi
Tabel 3.  Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Komplikasi Obstetri Bayi
Tabel 4.  Faktor-Faktor  yang  Berhubungan dengan Komplikasi Obstetri Ibu Berdasarkan Regresi Logistik Ganda

Referensi

Dokumen terkait

merupakan jenis leguminosa pohon yang memiliki tinggi tanaman antara 1-2 meter bahkan lebih dan dapat dipanen pada umur antara 6-8 bulan dengan produksi biomasa serta

Dibawah ini terdapat pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan Pengaruh Penetapan Harga Produk Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen (Studi Pada Rumah Makan Soto dan Sop Nanda

Kondisi sumber daya perkebunan Jawa Barat yang cukup melimpah tersebut dalam pengembangan/pemanfaatannya tentu saja perlu direncanakan secara benar melalui mekanisme

1) Peng Pengemba embanga ngan n pra prasara sarana na tran transpo sportas rtasi i meli meliputi prasa puti prasarana untuk pejala rana untuk pejalan n kak kakii

Pada suhu annealing 45 o C berupa pita ganda yang menunjukkan bahwa pada suhu ini belum tepat untuk menghasilkan produk yang baik. Hal ini dikarenakan untuk melihat

Data-data hasil pengukuran di lapangan kemudian diplot dalam kertas bilogaritmik, setelah dilakukan dengan cara Curve Matching yaitu kurva hasil pemetaan antara nilai

Program bimbingan konseling sesungguhnya merupakan program yang bukan hanya penting di sekolah tingkat menengah dan atas, namun sama pentingnya untuk dilaksanakan di sekolah sejak

Hasil regresi data eksperimen dengan menggunakan model Langmuir dan Toth adalah 3,45% dan 2,72% untuk karbon aktif komersial dan 3,95% dan 2,78% untuk karbon aktif KT.. Kata