ABSTRAK
ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DITINJAU DARI USIA, PENGALAMAN KERJA, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI
Alfonsa Ika Andriani
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2008
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari usia, (2) perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari pengalaman kerja, (3) perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari status sosial ekonomi.
Populasi penelitian ini adalah guru-guru SMA se Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan sampel sebanyak 359 guru. Teknik pengambilan sampel dilakukan proportionate stratified random sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang berisi angket pertanyaan tertutup. Teknik analisis data yang digunakan adalah Chi-Square dengan taraf signifikansi 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Tidak terdapat perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari usia (χ2 tabel 12,59 > χ2hitung 8,94), (2)
Tidak terdapat perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari pengalaman kerja (χ2tabel 12,59 > χ2hitung 6,23), dan (3) Tidak terdapat perbedaan kompetensi
pedagogik guru ditinjau dari status sosial ekonomi (χ2 tabel 9,48 > χ2hitung 1,08).
ABSTRACT
AN ANALYSIS ON TEACHERS’ PEDAGOGIC COMPETENCE PERCEIVED FROM THEIR AGES, WORKING EXPERIENCE, AND
SOCIAL ECONOMICAL STATUS
Alfonsa Ika Andriani
SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA
2008
This study aims to answer 3 problems : (1) the difference of teachers’ pedagogic competence perceived from their ages (2) the difference of teachers’ pedagogic competence perceived from their working experience,(3) The difference of teachers’ pedagogic competence perceived from their social economical status.
The populations of this study are the high school teachers in the special province of Yogyakarta with the total samples are 359 teachers. The method used in taking the samples was proportionate stratified random sampling. The data were collected by using questionnaire that contains closed questions. In analyzing the data, the writer used Chi-Square method with 5% signification rate.
The result of this study shows that (1) there’s no difference on the teachers’ pedagogic competence perceived from their ages (χ2 table 12,59 > χ2count 8,94) (2)
there’s no difference on the teachers’ pedagogic competence perceived from their working experience, (χ2table 12,59 > χ2count 6,23) (3) There’s no difference on the
teachers’ pedagogic competence perceived from their social economical status (χ2
table 9,48 > χ2count 1,08).
ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DITINJAU DARI USIA, PENGALAMAN KERJA, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI
Studi Empirik pada Beberapa Guru SMA di Daerah Istimewa Yogyakarta
SKRIPSI
Oleh:
Alfonsa Ika Andriani 041334020
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Doa Yang Indah
Aku minta Tuhan menyingkirkan deritaku. Tuhan menjawab,” Tidak. Itu bukan untuk kusingkirkan tetapi agar kau mengalahkannya”
Aku minta Tuhan menyempurnakan kecacatanku. Tuhan menjawab, “Tidak. Jiwa itu sempurna, badan hanyalah sementara.”
Aku meminta Tuhan memberiku kebahagiaan. Tuhan menjawab, “Tidak. Aku memberimu berkat, kebahagiaan itu tergantung padamu.”
Aku meminta Tuhan untuk menjauhkan penderitaan. Tuhan menjawab, “Tidak. Penderitaan menjauhkanmu dari perhatian duniawi, dan membawamu dekat kepadaku.”
Aku minta Tuhan menumbuhkan roh. Tuhan menjawab, “Tidak. Kau harus menumbuhkannya sendiri, tetapi aku akan memangkas untuk membuat kamu berubah.”
Aku meminta Tuhan segala hal yang membuatku menikmati hidup. Tuhan menjawab, “Tidak aku akan memberimu hidup, sehingga kau dapat menikmati segala hal.”
Aku meminta Tuhan membantuku mengasihi orang lain, seperti Ia mengasihi aku. Tuhan menjawab,”Aghhh….,akhirnya kau mengerti. Hari ini adalah milikmu, jangan sia-siakan. Tuhan memberkatimu. Bagi dunia mungkin kau hanyalah seseorang, tetapi bagi seseorang kau mungkin
dunianya.” <<<
Skripsiku ini aku persembahkan kepada :
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria sebagai sumber hidupku Papa dan Mama yang selalu memberikan kasih dan doa untuk keberhasilanku Adik-adikku tersayang yang selalu memberikan aku keceriaan dalam hari-hariku Mas Agung yang telah setia mendengar keluh kesahku, atas segala doa, semangat dan cinta…
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesunguh-sunguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 06 November 2008
Penulis
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Alfonsa Ika Andriani
Nomor Mahasiswa : 041334020
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DITINJAU DARI USIA, PENGALAMAN KERJA, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada Tanggal : 14 Januari 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul: ” Analisis Kompetensi Pedagogik Guru Ditinjau dari Usia, Pengalaman Kerja, dan Status Sosial Ekonomi”.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan memeperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan, bantuan, dorongan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu di kesempatan ini sudah selayaknya bagi penulis untuk menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta beserta stafnya, yang telah memberikan berbagai fasilitas serta kemudahan selama penulis mengikuti pendidikan.
2. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
3. Bapak Yohanes Harsoyo, S. Pd., M. Si., selaku ketua jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
4. Bapak L. Saptono, S. Pd., M.Si., selaku ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
5. Bapak Sebastianus Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar dan bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, dukungan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Orang tuaku tercinta Bpk. Andreas Wargunanto dan Ibu. Maria Sugiharyani, adikku Bernadeti Dwi Esterina, Marieta Dea Karina yang selalu setia
memberikan doa, semangat dan dukungannya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Untuk teman seperjuanganku Agustina Susanti dan Putri Kurnia Jati terima kasih atas kerjasama, semangat, masukan, dan atas kenangan indah saat kita penelitian bersama
8. Sahabat-sahabat terbaikku Rani, Pasca, Cece, Puput, Shela, Astri, Yanita, Gareth, Yoga, Koco, Blacki, Agung, Beny, TePe terima kasih untuk segala canda tawa dan semangat kalian, dengan persahabatan ini kalian telah memberi warna baru bagi hidupku.
9. Victorius Dwi Prasetyo Agung Nugroho,SS, terima kasih atas doa, cinta, kasih sayang, perhatian, dan semangat dalam setiap langkah hidupku.
10. Mas Regar atas kerelaan hatinya untuk setia mengantar kami dalam penelitian yang luar biasa melelahkan.
11. Teman-temanku serta pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun bagi
kesempurnaan skripsi ini sangat penulis harapkan.
Yogyakarta, 06 November 2008 Penulis
Alfonsa Ika Andriani
ABSTRAK
ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DITINJAU DARI USIA, PENGALAMAN KERJA, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI
Alfonsa Ika Andriani
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2008
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari usia, (2) perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari pengalaman kerja, (3) perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari status sosial ekonomi.
Populasi penelitian ini adalah guru-guru SMA se Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan sampel sebanyak 359 guru. Teknik pengambilan sampel dilakukan proportionate stratified random sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang berisi angket pertanyaan tertutup. Teknik analisis data yang digunakan adalah Chi-Square dengan taraf signifikansi 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Tidak terdapat perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari usia (χ2 tabel 12,59 > χ2hitung 8,94), (2)
Tidak terdapat perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari pengalaman kerja (χ2tabel 12,59 > χ2hitung 6,23), dan (3) Tidak terdapat perbedaan kompetensi
pedagogik guru ditinjau dari status sosial ekonomi (χ2 tabel 9,48 > χ2hitung 1,08).
ABSTRACT
AN ANALYSIS ON TEACHERS’ PEDAGOGIC COMPETENCE PERCEIVED FROM THEIR AGES, WORKING EXPERIENCE, AND
SOCIAL ECONOMICAL STATUS
Alfonsa Ika Andriani
SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA
2008
This study aims to answer 3 problems : (1) the difference of teachers’ pedagogic competence perceived from their ages (2) the difference of teachers’ pedagogic competence perceived from their working experience,(3) The difference of teachers’ pedagogic competence perceived from their social economical status.
The populations of this study are the high school teachers in the special province of Yogyakarta with the total samples are 359 teachers. The method used in taking the samples was proportionate stratified random sampling. The data were collected by using questionnaire that contains closed questions. In analyzing the data, the writer used Chi-Square method with 5% signification rate.
The result of this study shows that (1) there’s no difference on the teachers’ pedagogic competence perceived from their ages (χ2 table 12,59 > χ2count 8,94) (2)
there’s no difference on the teachers’ pedagogic competence perceived from their working experience, (χ2table 12,59 > χ2count 6,23) (3) There’s no difference on the
teachers’ pedagogic competence perceived from their social economical status (χ2
table 9,48 > χ2count 1,08).
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT... ix
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL... xii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Batasan Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN TEORITIK ... 8
A. Pengertian Kompetensi ... 8
B. Kompetensi Profesional Guru... 9
C. Hakikat Guru... 14
D. Umur ... 16
E. Pengalaman Kerja ... 17
F. Status Sosial Ekonomi ... 18
G. Kerangka Berfikir dan Hipotesis ... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 27
A. Jenis Penelitian... 27
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 27
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel... 27
E. Operasionalisasi Variabel ... 28
F. Teknik Pengumpulan Data... 42
G. Pengujian Instrumen Penelitian ... 43
H. Teknik Analisis Data... 45
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN... 52
A. Deskripsi Data... 52
B. Analisis Data ... 57
C. Pembahasan... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73
A. Kesimpulan ... 73
B. Saran ... 74
C. Keterbatasan Penelitian... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 76
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jumlah Pengambilan Sampel Per Wilayah ... 29
Tabel 3.2 Variabel Kompetensi Pedagogik... 31
Tabel 3.3 Variabel Usia ... 35
Tabel 3.4 Variabel Pengalaman Kerja ... 35
Tabel 3.5 Variabel Status Sosial Ekonomi... 35
Tabel 3.6 Kriteria Kompetensi Pedagogik... 36
Tabel 3.7 Kriteria Usia... 36
Tabel 3.8 Kriteria Pengalaman Kerja... 36
Tabel 3.9 Pendapatan Keluarga Per Bulan... 37
Tabel 3.10 Jumlah Anggota Keluarga... 37
Tabel 3.11 Jumlah Tanggungan Keluarga ... 38
Tabel 3.12 Rumah ... 38
Tabel 3.13 Fasilitas Khusus Barang Yang Dimiliki ... 38
Tabel 3.14 Sumber Air yang Dipergunakan ... 39
Tabel 3.15 Jumlah Kamar Mandi... 39
Tabel 3.16 Sawah Yang Dimiliki... 39
Tabel 3.17 Kebun Yang Dimiliki... 39
Tabel 3.18 Pangkat Guru ... 40
Tabel 3.19 Ruang Golongan ... 40
Tabel 3.20 Jabatan Dalam Keorganisasian ... 41
Tabel 3.21 Keaktifan Dalam Keorganiasian Keagamaan ... 41
Tabel 3.22 Keaktifan Dalam Pertemuan Kemasyarakatan ... 41
Tabel 3.23 Pendidikan Terakhir... 42
Tabel 3.24 Hasil Pengukuran Validitas Kompetensi Pedagogik Guru ... 44
Tabel 3.25 Interpretasi C maks... 51
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia... 52
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 53
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Ststus Sosial Ekonomi ... 54
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kompetensi Pedagogik... 56
Tabel 4.5 Pengujian Normalitas... 57
Tabel 4.6 Pengujian Homoginetas ... 58
Tabel 4.7 Pengujian Hipotesis Kompetensi Pedagogik Ditinjau dari Usia... 59
Tabel 4.8 Pengujian Hipotesis Ditinjau dari Pengalaman Kerja... 61
Tabel 4.9 Pengujian Hipotesis Ditinjau dari Sosial Ekonomi... 63
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu usaha untuk menumbuhkan potensi sumber daya manusia (SDM) melalui pengajaran. Kegiatan pengajaran tersebut diselenggarakan pada semua satuan dan jenjang pendidikan yang meliputi wajib belajar 9 tahun, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi (Muhibin, 1995).
Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pendidikan menduduki peranan penting sehingga perlu mendapatkan prioritas tinggi dalam pembangunan nasional. Dalam rangka peningkatan sumber daya manusia itu, pendidikan mempunyai tugas untuk memberikan bekal kepada seseorang agar potensinya berkembang sehat, wajar, optimal dan bersifat adaptif sehingga sifat dasar manusia yang eksploratif dan adaptif bisa berkembang dan menemukan artikulasinya dalam wadah pendidikan (Pudjo Suharso,1993;7)
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar mengajar adalah proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Dalam hal ini bukan hanya sekedar penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman
sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar. Peranan guru adalah serangkaian
tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta
berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa
yang menjadi tujuannya (Wrightman, 1977). Tapi dalam prakteknya guru hanya
sekedar menyampaikan materi kepada murid tanpa disertai keteladanan yang
seharusnya dapat dicontoh oleh peserta didik. Tidak jarang pula guru yang hanya
cenderung mengacu pada buku pelajaran semata. Padahal dengan adanya KTSP,
sebenarnya guru bisa lebih kreatif dalam mengajar. Sebagai dampaknya banyak
siswa yang kurang tertarik dengan materi yang disampaikan oleh guru, sehingga
tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai, lebih parahnya lagi hal tersebut dapat
menjadi salah satu faktor banyaknya siswa tidak lulus dalam mengikuti Ujian Akhir
Nasional (UNAS). Seperti dikutip dari www.kapanlagi.com menyatakan bahwa
Sebanyak 3.084 siswa tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah (MA) se-Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) tidak lulus Ujian Nasional (Unas) 2006/2007.
Hal di atas merupakan salah satu bukti keprihatinan dari pemerintah oleh
sebab itu pemerintah tidak lelah untuk terus melakukan perbaikan mutu pendidikan
mulai dari upaya peningkatan standar lulusan sekolah dasar dan menengah,
perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, kurikulum, hingga bagian yang
terpenting, peningkatan kompetensi para pendidik yang kerap menjadi keluhan
terbesar.
Oleh dari itu pemerintah menetapkan kebijakan bahwa guru harus ikut uji
3
ia seorang profesional. Presiden telah mencanangkan bahwa guru adalah sebuah
profesi, maka tentu harus ada perubahan. Dituangkan dalam peraturan perundangan,
UU Guru dan Dosen. No 14/2005 yang diudangkan pada 30 Desember 2005.
“Intinya mengatur bahwa guru dan dosen sebagai sebuah profesi memerlukan
kualifikasi dan persyaratan tertentu serta pemberian jaminan. Standarnya demikian.
Guru profesional harus punya standar kualifikasi akademik tertentu. Guru S1/D4,
dosen S2. kemudian harus ada bukti dalam bentuk sertifikat bahwa memang dia
sebagai tenaga profesi. Karenanya dituntut pula untuk mempunyai sertifikasi
pendidik” jelas Dirjen PMPTK, Depdiknas, Prof Fasli Jalal, Ph.D yang dikutip dari
www.dimasnugraha.wordpress.com.
Dalam uji tersebut guru diwajibkan memiliki beberapa kompetensi dalam diri
guru itu sendiri yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi
profesional, dan kompetensi sosial. Selanjutnya dalam Undang-Undang Guru,
kompetensi pedagogik diartikan sebagai kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik, kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap,
berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik, kompetensi
profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan
mendalam, sedangkan kompetensi sosial guru didefinisikan sebagai kemampuan
guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan peserta didik,
semua guru, orangtua peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Namun pada kenyataannya ternyata tersebut belum sesuai dengan harapan
karena setelah dilakukan uji sertifikasi pada guru, banyak sekali guru di berbagai
dosen di 14 kabupaten kota DIY – Jawa Tengah Sebanyak 400 guru dari 1.710 guru
yang mengikuti akreditasi di Universitas Negeri Yogyakarta (DIY) dinyatakan tidak
lulus.(http://www.indonesia.go.id). Sedangkan di Bandung Sebanyak 10.000 dari
17.000 kuota guru di Jabar yang berhak mendapatkan sertifikasi pada 2007
kemungkinan gagal tes sertifikasi. Hanya 7.000 guru yang dipastikan lulus tes
tersebut. Lebih memprihatinkan lagi sebanyak 1.600 dari 2.000 guru yang teregistrasi
di Nusa Tenggara Timur dipastikan tak lolos sertifikasi guru karena tidak memenuhi
persyaratan. Di lain sisi, data di atas juga membuktikan bahwa kompetensi guru antar
daerah berbeda-beda satu dengan yang lainnya, tentu saja juga akan berbeda pula
kompetensi antar pribadi guru.
Kompetensi guru yang berbeda-beda diduga disebabkan oleh faktor-faktor
yang terdapat dalam diri guru itu sendiri, misalnya faktor usia guru itu sendiri yang
mungkin akan mempengaruhi cara guru memahami peserta didik saat dalam kelas,
atau kematangan usia guru akan berpengaruh terhadap kepribadian guru sehingga
mampu memahami siswa sehingga bisa memilih metode yang tepat untuk
pembelajaran bagi siswa.
Faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi kompetensi guru adalah
pengalaman kerja guru itu sendiri, seorang guru yang sudah banyak memiliki
pengalaman kerja dalam mengajar pasti berbeda dengan guru yang baru saja lulus
dalam cara dia mengajar, ataupun bersikap kepada anak didiknya. Selain faktor umur
dan pengalaman kerja, faktor status sosial ekonomi guru mungkin juga dapat
mempengaruhi tingkat kompetensi guru satu dengan yang lainnya misalnya dalam
5
yang memiliki tingkat ekonomi yang tinggi pasti juga berbeda dengan guru yang
memiliki status sosial ekonomi rendah.
Dari keempat kompetensi yang membentuk sosok guru professional di atas,
yang ingin diamati oleh penulis adalah kompetensi pedagogik yaitu suatu
kompetensi yang dapat mencerminkan kemampuan mengajar seorang guru. Untuk
dapat mengajar dengan baik maka yang bersangkutan harus menguasai teori dan
praktek pedagogik dengan baik. Misalnya dengan memahami karakter peserta didik,
dapat menjelaskan materi pelajaran dengan baik, mampu memberikan evaluasi
terhadap apa yang sudah diajarkan, juga mengembangkan potensi yang dimiliki oleh
peserta didik. Dan kompetensi pedagogik guru dalam pengajaran sangatlah penting
dalam pencapaian tujuan pembelajaran di kelas.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin meneliti tentang “ ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DITINJAU DARI ASPEK UMUR, PENGALAMAN KERJA DAN STATUS SOSIAL EKONOMI”.
B. Batasan Masalah
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
keprefesionalan guru-guru dari berbagai aspek, tetapi agar penelitian lebih terarah
dan mengingat keterbatasan waktu, tenaga, biaya, serta kemampuan peneliti, maka
penelitian ini hanya dibatasi pada satu kompetensi saja yaitu kompetensi pedagogik
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Apakah ada perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari aspek usia?
2. Apakah ada perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari aspek
pengalaman kerja ?
3. Apakah ada perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari aspek sosial
ekonomi ?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui adanya perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau
dari aspek usia.
2. Untuk mengetahui adanya perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau
dari aspek pengalaman kerja.
3. Untuk mengetahui adanya perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau
dari sosial ekonomi.
E. Manfaat Penelitian 1) Sekolah
Dari hasil penelitian ini sekolah dapat menilai kembali sejauh mana
7
kompetensi guru yang ditinjau dari aspek usia, pengalaman kerja, dan sosial
ekonomi guru.
2) Bagi Dinas Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu referensi penelitian
yang berkaitan dengan kompetensi guru sehingga dapat digunakan sebagai
salah satu alat untuk melihat kompetensi guru SMA di DIY kaitannya dengan
kompetensi pedagogik.
3) Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pemacu perbaikan lulusan
khususnya mahasiswa FKIP untuk dipersiapkan menjadi seorang guru
profesional nantinya.
4) Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan memberi wawasan baru tentang profil guru,
sehingga termotivasi untuk semakin memdalami dan benar-benar
BAB II
TINJAUAN TEORITIK
A. Pengertian KompetensiKompetensi (Competency) didefinisikan dengan berbagai cara, namun pada dasarnya kompetensi merupakan kebulatan penguasaan, pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang ditampilkan melalui unjuk kerja, yang diharapkan bisa dicapai seseorang setelah menyelesaikan suatu program pendidikan. Sementara itu, menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No.045/U/2002, kompetensi diartikan sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu.
Menurut Mc Ashan (dalam Fransisca,2004:15) mengemukakan bahwa kompetensi “…Behaviour”. Dalam hal ini, “is a knowledge, skill, and abilities or capabilitas that a person, achives whit become part of his or her
being to the event he or she can satisfactority perform particular cogniyive,
effective and psychomotor”. Kompetensi diartikan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Sejalan dengan itu, menurut Fiich & Crunkilton (dalam Herlina,2005:22) mengartikan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan.
9
Kompetensi berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi /
kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun yang kuntitatif.
Kompetensi guru merupakan kemampuan guru dalam melaksanakan
kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak (Moh.Uzer
Usman,2004:4,14).
B. Kompetensi Profesional Guru
Ada 4 hal penting yang dapat diusahakan oleh guru untuk
mengembangkan kompetensi diri dan kompetensi mengajarnya, yaitu :
1. Membangun kemantapan diri daripada mereduksi ekspektasi dengan terus
melakukan regulasi diri yang relevan dengan pengembangan profesinya.
2. Mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah (seminar, lokakarya, diskusi ilmiah,
dsb) secara berkesinambungan dalam merespons secara aktif setiap isu-isu
terbaru yang berkembang di dunia pendidikan.
3. Mempelajari hasil-hasil penelitian dari berbagai literatur tentang
kompetensi mengajarnya yang berhubungan dengan prestasi subjek didik.
4. Sebagai hasil dari analisis tugas mengajar pada tingkat dan kurikulum yang
berbeda.
Menurut PP RI 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal
28, pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis
kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Dalam konteks itu, maka
keterampilan dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan
cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang guru untuk
memangku jabatan guru sebagai profesi. Keempat jenis kompetensi guru
yang dipersyaratkan beserta subkompetensi dan indikator esensialnya
diuraikan sebagai berikut.
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Pedagogik merupakan kemampuan yang berkenan
dengan pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik
dan dialogis. Secara subtantif kompetensi ini mencakup kemampuan
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci
masing-masing elemen kompetensi pedagogik tersebut dapat dijabarkan menjadi
subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut.
a. Memahami peserta didik. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial :
memahami peserta didik denagn memanfaatkan prinsip-prinsip
perkembangan kognitif; memahami peserta didik dengan memanfaatkan
prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta
didik.
b. Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan
untuk kepentingan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator
esensial: menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi
11
ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancanagn pembelajaran
berdasarkan strategi yang dipilih.
c. Melaksanakan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator
esensial : menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan
pembelajaran yang kondusif.
d. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Subkompetensi ini
memiliki indikator esensial : melaksakan evaluasi proses dan hasil belajar
secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil
penilaian proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan
belajar (mastery level); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran
untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.
e. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial:
memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi
akademik: dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan
berbagai potensi nonakademik.
2. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
Secara rinci, setiap elemen kepribadian tersebut dijabarkan menjadi
a. Memiliki kepribadian yang mantab dan stabil. Subkompetensi ini
memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum;
bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai pendidik; dan
memiliki kosistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
b. Memiliki kepribadian yang dewasa. Subkompetensi ini memiliki
indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagi
pendidik dan memiliki etos kerja sebagi pendidik.
c. Memiliki kepribadian yang berwibawa. Subkompetensi ini memiliki
indikator esensial: memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap
peserta didik dan memiliki perilaku disegani.
d. Memiliki kepribadian yang arif. Subkompetensi ini memiliki indikator
esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan
peserta didik, sekolah, dan masyarakat dan menunjukkan keterbukaan
dalam berpikir dan bertindak.
e. Memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan. Subkompetensi ini
memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma
relegius(imtaq, jujur, iklas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang
diteladani peserta didik.
3. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang
berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas
dan meneladan yang mencangkup penguasaan substansi isi materi kurikulum
13
kurikulum tersebut, serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru. Secara
rinci masing-masing elemen kompetensi tersebut memiliki subkompetensi
dan indikator sebagai berikut.
a Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi.
Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memahami materi ajar
yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan
metode keilmuan yang menangui atau koheren dengan materi ajar;
memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan
menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
b Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk menambah
wawasan dan memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.
4. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial berkenan dengan kemampuan pendidik sebagai
bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki
subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut.
a Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik.
Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara
efektif dengan peserta didik.
b Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama
c Mampu berkomunikasi dan bergaul seara efektif dengan orangtua/wali
peserta didik dan masyarakat sekitar.
Keempat standar kompetensi, subkompetensi dan jabaran indikator
esensial digunakan sebagai acuan untuk menyusun kisi-kisi instrumen
ujian sertifikasi.
C. Hakikat Guru
1. Pengertian Guru
Secara etimologis (asal-usul kata), istilah’guru’ berasal dari bahasa
India yang artinya’orang yang mengajarkan tentang kelepasan dari
sengsara’ (shambuan, Republika, 25 November 1997). Dalam pengertian
umum Guru didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tugas sebagai
fasilitator sehingga siswa dapat belajar dan atau mengembangkan potensi
dasar dan kemampuannya secara optimal, melalui lembaga pendidikan
sekolah, baik yang didirikan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat atau
swasta.
Menurut Poerwadarminta (1996:35), guru adalah orang yang kerjanya
mengajar. Sementara itu, Zakiyah Daradjat (1992:39) menyatakan bahwa
guru adalah pendidik profesional karena guru telah menerima dan memikul
beban dari orang tua untuk ikut mendidik anak-anak. Secara legal formal,
guru adalah seseorang yang memperoleh surat keputusan (SK), baik dari
15
Berdasarkan tanggung jawab yang diembannya, pengertian guru dapat
dibedakan menjadi beberapa macam, misalnya :
a Guru Kelas, jika mempunyai tugas untuk mengajarkan sebagian besar
mata pelajaran di satu kelas saja, dan ia tidak mengajar di kelas lainnya.
b Guru Mata Pelajaran, jika ia hanya memiliki tugas untuk mengajarkan
satu mata pelajaran saja.
c Guru Bimbingan atau Konseling, yakni guru yang diberikan tugas untuk
memberikan bimbingan bagi peserta didik, baik dalam menghadapi
kesulitan belajar maupun untuk memilih karier di masa depan yang
sesuai dengan bakat dan minatnya.
d Guru Ekstra kulikuler, yakni guru yang diberi tugas tambahan lain
sebagai pembimbing kegiatan ekstrakulikuler.
f Guru Pustakawan, yakni guru yang selain bertugas untuk mengajar di
kelas, ia juga diberikan tugas tambahan lain untuk mengurus
perpustakaan sekolah.
2. Peran dan Fungsi Guru
Guru memiliki satu kesatuan peran dan fungsi yang tidak
terpisahkan, antara kemampuan mendidik, membimbing, mengajar, dan
melatih. Keempat kemampuan tersebut merupakan kemampuan integratif,
antara yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan. Seseorang yang
dapat mendidik, tetapi tidak memiliki kemampuan membimbing,
mengajar, dan melatih, ia tidaklah dapat disebut sebagai guru yang
tetapi tidak memiliki kemampuan mendidik, membimbing, dan melatih,
juga tidak dapat disebut sebagai guru sebenarnya.
Wright(1987) sebagaimana dikutip oleh Robiah Sidin(1999:8),
dalam buku bertajuk Classroom Management, menyatakan bahwa guru
memiliki dua peran utama, yakni (1) the management role atau peran
menejemen, dan (2) the instructional role atau peran instruksional. Dari
kedua peran ini, guru dapat disebut sebagai manajer sekaligus sebagai
instruktur. Selain kedua peran tersebut guru juga memiliki fungsi yang
lain di dalam kelas, yaitu sebagai (1) pembimbing siswa dalam
memecahkan kesulitan pembelajaran, (2) narasumber yang dapat
membantu memecahkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa atau
untuk menemukan jawaban atau untuk memperoleh informasi lanjutan,
dan (2) penilai hasil belajar, untuk menentukan perkembangan hasil
belajar siswa, serta untuk menentukan nilai siswa.
D. Umur
Umur adalah lamanya rentang waktu dalam tahun yang dihitung
mulai seseorang lahir ke dunia sampai saat penelitian tersebut diadakan.
Menurut Stephen P. Robbins (1996:217), pekerja dengan umur
semakin tua akan semakin memiliki disiplin kerja, rasa tanggung jawab dan
kesetiaan yang semakin tinggi pula terhadap pekerjaan dan perusahaan
17
Gallerman (1987) berpendapat bahwa para pekerja muda pada
umumnya mempunyai tingkat harapan dan ambisi yang tinggi. Mereka
mempunyai tantangan dalam pekerjaan dan menjadi bosan dengan
tugas-tugas rutin. Mereka tidak puas dengan kedudukan yang kurang berarti. Hal ini
yang terjadi pada pekerja pada usia menengah. Status menjadi suatu yang
penting. Pada usia inilah mereka akan ditentukan apakah sukses atau tidak.
Sebaliknya di usia lanjut, kompetensi biasanya dielakkan karena menurunnya
stamina.
E. Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja merupakan salah satu syarat yang sering
diminta oleh sekolah dalam menyerap tingkat tenaga kerja. Menurut Moh.
As’ad (1986:5) pengalaman kerja adalah lamanya waktu karyawan bekerja.
Pengalaman kerja yang banyak, memberikan memberikan kecenderungan
bahwa yang bersangkutan memiliki keahlian dan keterampilan kerja yang
relatif tinggi. Sebaliknya terbatasnya pengalaman yang dimiliki maka
semakin rendah tingkat keahlian dan keterampilan tenaga kerja yang
bersangkutan. Pengalaman kerja yang dimiliki seseorang terkadang lebih
dihargai daripada tingkat pendidikan yang lebih tinggi (Susila Murtoyo,
1987:90). Menurut S.P Siagian (1984:174) seseorang yang mempunyai
pengalaman kerja membawa dampak berbagai hal, seperti :
1. Cakrawala pandangan makin luas yang memungkinkan seseorang untuk
2. Meningkatkan produktivitas yang pada gilirannya dapat meningkatkan
penghasilan seseorang, sekaligus menambah kepuasan batin yang
semakin besar.
3. Memungkinkan promosi yang besar.
Dalam bekerja, seorang guru akan mendapatkan tambahan
pengetahuan dan keterampilan dalam bidang pekerjaan. Pengalaman kerja
merupakan modal utama untuk terjun dalam suatu bidang garapan.
Dengan pengalaman kerja yang dimiliki, seorang guru akan dapat bekerja
lebih efisien, sehingga ini akan menguntungkan bagi pihak sekolah.
F. Status Sosial Ekonomi
Setiap masyarakat senantiasa mempunyai suatu penghargaan
tertentu terhadap hal-hal yang terkait dalam masyarakat. Hal-hal yang
dihargai di dalam masyarakat itu dapat berupa uang atau benda yang
bernilai ekonomis, dan juga berupa tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan,
kesalehan dalam agama atau mungkin keturunan dari keluarga tersebut.
Sorokim menyatakan bahwa sistem berlapis-lapis itu merupakan
ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur
(Soekanto, 1982:219). Manusia yang memiliki sesuatu yang berharga dan
dengan jumlah yang cukup banyak, dianggap oleh masyarakat
berkedudukan dalam lapisan atas dan mereka yang sedikit sekali atau
sama sekali tidak memiliki sesuatu yang berharga tersebut, dalam
19
lapisan atas dan rendah terdapat lapisan yang jumlahnya dapat ditentukan
sendiri oleh mereka yang hendak memelajari sistem berlapis-lapis dalam
masyarakat itu. Sistem lapisan dalam masyarakat ini dikenal dengan
istilah social stratification. Kata stratification berasal dari stratum. Arti
social stratification adalah pembedaan penduduk atau masyarakat dalam
kelas-kelas yang tinggi dan kelas yang rendah. Dasar dan inti dari
lapisan-lapisan dalam masyarakat adalah tidak adanya keseimbangann dalam
pembagian hak dan kewajiban, terutama kewajiban dan tanggung jawab
dalam nilai-nilai sosial dan pengaruhnya di antara anggota-anggota
masyarakat.
Schumpeter menyatakan bahwa terbentuknya kelas-kelas
dalam masyarakat sangat diperlukan untuk menyesuaikan masyarakat
dengan keperluan-keperluan yang nyata. Akan tetapi makna kelas-kelas
dan gejala-gejala kemasyarakatan lainya hanya dapat dimengerti dengan
benar apabila diketahui riwayat terjadinya (Soekanto, 1982: 229).
Bentuk nyata dari lapisan-lapisan di dalam masyarakat
tersebut tidak sedikit, akan tetapi secara prinsipil bentuk-bentuk tersebut
dapat diklarifikasikan ke tiga macam kelas, yaitu ekonomis, politis dan
yang didasarkan pada jabatan tertentu dalam masyarakat. Umumnya
ketiga bentuk pokok tadi mempunyai hubungan yang erat satu sama
lainnya, dimana terjadi saling pengaruh mempengaruhi, misalnya mereka
yang termasuk ke dalam suatu lapisan tertentu atas dasar ekonomis atau
tidak semua demikian keadannya karena hal tersebut tergantung pada
sistem nilai-nilai yang berlaku serta berkembang dalam masyarakat yang
bersangkutan.
Kedudukan (status) diartikan sebagai tempat atau posisi
seseorang dalam suatu kelompok sosial. Sehubungan dengan orang-orang
lainnya status sendiri mempuyai dua aspek yang penting yaitu aspek yang
statis yang sifatnya hierkis, maksudnya mengandung perbandingan tinggi
dan rendahnya secara relatif terhadap status yang lain dan aspek
fungsional yang berhubungan erat dengan peranan sosial tertentu. Dalam
hal ini dapat berhubungan dengan jabatan, tingkah laku yang formal dan
jasa yang diharapkan dari fungsi jabatan tersebut (Polak, 1964: 367
Soekanto, 1982:233)
Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam
kedudukan, yaitu ascribed status yang merupakan kedudukan yang
diperoleh tanpa memperlihatkan perbedaan-perbedaan rohaniah dan
kemampuan yang diperoleh melalui kelahiran dan achieved status, yaitu
kedudukan yang dicapai seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja
dan diperoleh tidak melalui kelahiran, akan tetapi bersifat terbuka bagi
siapa saja dan ini tergantung dari kemampuan masing-masing dalam
mengejar serta mencapai tujuannya (Soekanto, 1982:217).
Dengan demikian sistem pelapisan dalam masyarakat dapat
terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu, ada
21
menjadi alasan terjadinya system pelapisan tersebut, seperti kepandaian,
tingkat umur, sifat keaslian keanggotaan, kerabat. Ukuran atau kriteria
yang dipakai untuk menggolongkan masyarakat yang satu dengan yang
lainnya adalah sebagai berikut (Soekanto, 1982, 231-232).
Pertama, ukuran kekayaan dapat dijadikan sebagai suatu
ukuran. Barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak, ia termasuk
dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut misalnya dapat dilihat dalam
bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya, cara-caranya
menggunakan pakaian yang dipakainya dan sebagainya.
Kedua, ukuran kekuasaan dapat dijadikan sebagai ukuran.
Barang siapa memiliki kekuasaan atau memiliki wewenang, menempati
lapisan yang tertinggi. Kekuasaan mencakup baik suatu kemampuan
untuk memerintah dan juga untuk memberi keputusan-keputusan yang
secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi tindakan-tindakan
pihk lain. Max Webber menyatakan, bahwa kekuasaan adalah kesempatan
dari seseorang atau sekelompok orang-orang untuk menyadarkan
masyarakat akan kemauan-kemaunnya sendiri dengan sekaligus
menerapkannya terhadap tindakan perlawanan dari orang-orang atau
golongan tertentu.
Ketiga, ukuran kehormatan yang terlepas dari ukuran-ukuran
kekayaan atau kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati
mendapat tempat teratas. Ukuran semacam ini banyak dijumpai pada
Keempat, ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh
masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi
ukuran-ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat
yang negatif. Karena ternyata bukan mutu ilmu pengetahuan yang
dijadikan ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaannya.
G. Kerangka Berpikir dan Hipotesis
1. Adanya perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari aspek usia
Kematangan usia seseorang akan mempengaruhi daya pikir
dan tindakan seseorang. Begitu pula seorang guru yang masih muda
akan memiliki temperamental yang labil dibandingkan seorang guru
yang telah berumur. Hal tersebut akan mempengaruhi guru tersebut
dalam mengajar dan sikapnya dalam menghadapi murid di kelas. Atau
kata lain, seorang guru yang lebih tua akan lebih memiliki
wawasan/landasan kependidikan, dan lebih memiliki pemahaman
terhadap peserta didik dibandingkan seorang guru yang lebih muda.
Di sisi lain, kadang kala seorang guru yang lebih muda
memiliki daya pengembangan perancangan pembelajaran yang lebih
inovatif ataupun dalam pemanfaatan teknologi pembelajaran
dibandingkan dengan guru yang telah berumur, karena biasanya guru
yang sudah berumur 45 tahun ke atas kadang kala dalam
23
pembelajarannya karena dia menganggap caranya tersebut adalah cara
yang paling baik dan telah diterapkan bertahun-tahun saat dia
mengajar sehingga enggan untuk mengganti metode pengajarannya.
Dari sini tampaklah bahwa kompetensi pedagogik setiap guru akan
berbeda satu sama lainnya ditinjau dari segi umur guru.
Berdasarkan penjelasan di atas, diturunkan hipotesis seperti
berikut:
H1 : Adanya perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari
aspek usia
2. Adanya perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari aspek pengalaman kerja
Pengalaman kerja merupakan salah satu syarat yang
sering diminta oleh sekolah dalam menyerap tingkat tenaga kerja.
Pengalaman kerja yang banyak, memberikan kecenderungan bahwa
yang bersangkutan memiliki keahlian dan keterampilan kerja yang
relatif tinggi. Begitu pula seorang guru yang telah memiliki banyak
pengalaman kerja akan berbeda dalam hal kompetensi pedagogiknya
dibandingkan seorang guru yang belum memiliki pengalaman kerja.
Seorang guru yang telah memiliki pengalaman kerja akan memiliki
keterampilan mengajar yang lebih dibandingkan dengan guru yang
belum memiliki pengalaman dalam mengajar, misalnya dalam
menguasai kelas, menerangkan bahan, ataupun penggunaan metode
Seorang guru yang sudah memiliki pengalaman kerja memiliki
nilai tambah karena ia memiliki pengalaman-pengalaman
sebelum-sebelumnya yang dapat digunakan sebagai pelajaran sehingga kini
dapat mengajar lebih baik lagi. Sedangkan guru yang belum memiliki
pengalaman kerja biasanya masih belum mengetahui betul tentang
bagaimana mengelola kelas dengan benar, bagaimana memahami
peserta didik atau cara menerangkan bahan secara efisien, guru
tersebut hanya tahu dari teori-teori yang terdapat dalam buku semata
belum merasakan dalam praktek yang sesungguhnya. Sehingga akan
membedakan tingkat kompetensi pedagogik guru yang
berpengalaman dengan guru yang belum memiliki pengalaman dalam
mengajar.
Berdasarkan penjelasan di atas, diturunkan hipotesis seperti berikut:
H2 : Adanya perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari
aspek pengalaman kerja
3. Adanya perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari aspek sosial ekonomi
Setiap orang di dalam masyarakat pasti memiliki status sosial
yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya, begitu pula dengan guru
pasti memiliki latar belakang sosial yang berbeda satu sama lainya,
faktor tersebut akan menyebabkan perbedaan pula dalam tingkat
kompetensi pedagogik antar guru yang berbeda status sosialnya.
25
yang terpandang maka dalam gaya mengajarnya juga akan berbeda
dengan guru yang memiliki status sosial menengah ke bawah, guru
yang memiliki status sosial yang terpandang misalnya tokoh agama,
atau pejabat tinggi yang disegani di masyarakat cenderung gaya
mengajarnya dengan penuh wibawa sehingga hubungan antar peserta
didik tidak begitu dekat karena murid sudah segan dengan status yang
diembannya.
Sedangkan guru yang memiliki status sosial menengah, atau
orang biasa memiliki gaya mengajar dengan penuh antusias dan
berusaha dekat dengan peserta didik untuk tahu apa yang sedang
dibutuhkan peserta didik, misalnya dengan lelucon-lelucon yang
terlontar saat mengajar, ataupun pendekatan secara personal.
Gaya bahasa yang digunakan saat mengajar juga berbeda
antara guru yang memiliki status sosial terpandang dan guru yang
berstatus sosial menengah ke bawah. Seorang guru yang memiliki
status sosial yang tinggi maka peluang untuk terus meningkatkan
pendidikan terus menerus juga akan tinggi, maka kebanyakan guru
yang memiliki status sosial yang tinggi memiliki tingkat kecerdasan
yang tinggi pula, dari situlah akan membedakan gaya bahasa yang
dimiliki guru tersebut dalam mengajar di kelas, dia menggunakan
istilah-istilah asing yang mungkin malah tidak di mengerti oleh siswa.
Kompetensi pedagogik guru akan berbeda jika ditinjau
yang berbeda-beda satu dengan yang lain, akibatnya akan berdampak
pada pengajarannya di kelas dalam menghadapi para peserta didik.
Misalnya dalam penyediaan fasiltas bagi peserta didik atupun dalam
pengolahan metode pembelajaran, seorang guru yang memiliki tingkat
status ekonomi yang mantap akan semakin banyak memberikan
variasi gaya mengajar dengan berbagai media yang dimilikinya.
Wawasan yang dimiliki guru yang memiliki status ekonomi tinggi
akan semakin baik karena didukung dengan dapatnya pengadaan
buku-buku yang mendukung profesinya. Berbeda dengan guru yang
memiliki status ekonomi menengah ke bawah mereka cenderung
memprioritaskan penghasilannya untuk memenuhi kebutuhannya
sehari-hari daripada untuk membeli buku-buku baru yang mendukung
kinerjanya mereka cenderung mengandalkan sarana dan prasarana
yang telah disediakan oleh sekolah saja.
Berdasarkan penjelasan di atas, diturunkan hipotesis seperti berikut:
H3 : Adanya perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari aspek
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian komparatif. Penelitian komparatif merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk membandingkan dan menganalisis perbedaan-perbedaan dalam variabel. Jadi tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan kompetensi pedagogik guru di Daerah Istimewa Yogyakarta ditinjau dari usia, pengalaman kerja, dan status sosial ekonomi.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas di Daerah Istimewa Yogyakarta. Waktu penelitian adalah dari bulan Juli sampai dengan Agustus 2008.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah guru Sekolah Menengah Atas di Daerah Istimewa Yogyakarta. Objek penelitiannya adalah kompetensi pedagogik guru.
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas (Maman Rachman, 1993: 57).
Populasi dalam penelitian ini adalah para guru Sekolah Menengah Atas di
Daerah Istimewa Yogyakarta. Menurut perhitungan Badan Pusat Statistik 2007
jumlah guru Sekolah Menengah Atas di Daerah Istimewa Yogyakarta berjumlah
5.618 guru, sehingga jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 5.618 guru.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang diteliti (Sugiono, 1999). Untuk menentukan besarnya sampel dari
populasi tersebut, peneliti menggunakan rumus Slovin (1960), yaitu sebagai berikut:
2
Dalam penelitian ini, ditentukan nilai kritis sebesar 5%.
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan sebuah propinsi yang mempunyai 4
kabupaten (yaitu; Bantul, Sleman, Kulon Progo, dan Gunung Kidul) dan 1 kota
madya (yaitu Kotamadya Yogyakarta). Oleh sebab itu penarikan sampel dilakukan
dengan berdasarkan pada proporsi jumlah guru untuk setiap kabupaten dan
kotamadya. Perhitungan jumlah sampel tersebut adalah sebagi berikut:
29
= 373,41dibulatkan menjadi 373
Dari perhitungan di atas jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 373
guru, sampel sebanyak itu akan diambil dari 5 wilayah, yaitu dari Kabupaten Sleman,
Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Gunung Kidul, dan dari
Kotamadya Yogyakarta.
Pengambilan banyaknya sampel guru dari masing-masing wilayah berbeda
satu sama lain sesuai dengan total guru yang ada di setiap wilayah. Di bawah ini
akan dijelaskan sebaran wilayah pengambilan sempel serta jumlah pengambilan
sempelnya .
Tabel 3.1
Jumlah Pengambilan Sampel Per Wilayah
Keterangan Jumlah sekolah Jumlah guru
Sleman 8 89
Bantul 9 85
Kulon Progo 6 25
Gunung Kidul 8 49
Kotamadya Yogyakarta 10 125
3. Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
proportionate stratified random sampling, dimana populasi mempunyai anggota atau
unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.
E. Operasionalisasi Variabel 1. Variabel
Variabel adalah segala sesuatu yang dapat menjadi objek pengamatan atau
faktor yang berperan dalam gejala yang akan diteliti. Sugiono (1999) mengatakan
bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat, objek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulannya
Variabel dalam penelitian ini adalah:
1) Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Pedagogik merupakan kemampuan yang berkenan
dengan pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang
mendidik dan dialogis.
2) Usia
Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu seseorang (guru)
dalam menjalani hidupnya.
3) Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja disini berkaitan dengan masa kerja seorang guru
31
4) Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi adalah tempat atau posisi guru dalam
lingkungan masyarakat dilihat dari keadaan sosial dan ekonomi.
2. Indikator Penelitian
Indikator penelitian masing-masing variabel adalah sebagai berikut :
a.Variabel Kompetensi Pedagogik
Tabel 3.2 Variabel Kompetensi Pedagogik Kompetensi inti
Guru
Kompetensi Guru Mata Pelajaran
1) Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial-budaya.
2) Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.
3) Mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.
4) Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.
19
1) Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik terkait dengan mata pelajaran yang diampu.
2) Menetapkan berbagai pendekatan, strategi, metode,
dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran yang diampu.
mata pelajaran yang diampu
3) Menemukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran mata pelajaran yang diampu 4) Memilih materi pembelajaran
secara benar sesuai dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran
5) Menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik 6) Mengembangkan indikator dan
instrumen penilaian.
baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan.
4) Melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di laboratorium, dan di lapangan dengan memperhatikan standar
keamanan yang dipersyaratkan.
5) Menggunakan media pembelajaran dan sumber
belajar yang relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh.
6) Mengambil keputusan transaksional dalam pembelajaran yang diampu
33
1) Memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif, empatik, dan santun, secara lisan, tulisan, dan/atau bentuk lain.
2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik dengan bahasa yang khas dalam interaksi kegiatan/permainan yang mendidik yang terbangun secara siklikal dari (a) penyiapan kondisi psikologis peserta didik untuk ambil bagian dalam permainan melalui bujukan atau contoh, (b) ajakan kepada peserta didik untuk ambil bagian, (c) respons peserta didik terhadap ajakan guru, (d) reaksi guru terhadap respons peserta didik, dan seterusnya. tentang penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu.
2) Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan
14
15
karakteristik mata pelajaran yang diampu
3) Menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses
dan hasil belajar.
4) Mengembangkan instrumen penilaian dan ealuasi proses dan hasil belajarnya.
5) Mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan menggunakan berbagai instrumen.
6) Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai tujuan
7) Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar.
1) Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan ketuntasan belajar 2) Menggunakan informasi hasil
penilaian dan evaluasi untuk merancang program remidial dan pengayaan
3) Mengkomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi kepada pemangku kepentingan
4) Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi
1) Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan
2) Memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan pengembangan pembelajaran dalam mata pembelajaran yang diampu
3) Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dala mata pelajaran yang diampu.
22
23
24
3
35
b. Variabel usia
Tabel 3.3 Variabel usia
Variabel Indikator
Usia (X1) - Sangat muda
- Muda - Tua - Lanjut
c. Variabel pengalaman kerja
Tabel 3.4 Variabel pengalaman kerja
Variabel Indikator
Masa Kerja - Baru
- Cukup - Lama
- Sangat Lama
d. Variabel status sosial ekonomi
Tabel 3.5 Variabel status sosial ekonomi
Variabel Indikator
Status Sosial Ekonomi - Rendah - Menengah - Tinggi
3. Pengukuran Variabel
Pengukuran Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Kompetensi pedagogik guru
Kompetensi Pedagogik merupakan kemampuan yang berkenan
mendidik dan dialogis . Untuk mengukur kompetensi pedagogik tersebut
digunakan skala Likert
Tabel 3.6 Kriteria Kompetensi Pedagogik
No Frekuensi Skor
Dalam hal ini untuk mengukur variabel usia peneliti menggunakan skala
Likert, yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.7 kriteria usia
Kriteria Jawaban Skor Keterangan < 20 th
c. Pengalaman kerja
Untuk mengukur pengalaman kerja peneliti menggunakan skala Likert,
yaitu sebagai berkut :
Tabel 3.8 Kriteria Pengalaman Kerja
37
d. Status sosial ekonomi
Untuk mengetahui status sosial ekonomi seorang guru, skala
pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan rating
scale dimana data yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan
dalam pengertian kualitatif. Pengukuran status sosial ekonomi dalam
penelitian ini berdasarkan pada pendapat Soerjono Soekamto (1990),
adalah :
1) Ukuran Kekayaan
Ukuran kekayaan dapat diukur melalui beberapa indikator antara
lain pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, harta benda yang
dimiliki, serta fasilitas yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut ini adalah indikator pengukuran kekayaan dalam penelitian
ini:
a) Pendapatan keluarga
Tabel 3.9 Pendapatan keluarga Per Bulan
No Pendapatan Skor Rp 2.000.000– Rp. 2. 600.000 Rp 2.600.000 – Rp. 3. 400.000 b) Jumlah anggota keluarga
Tabel 3.10 Jumlah Anggota Keluarga No. Jumlah anggota Skor
Lebih dari 5 orang
c) Jumlah tanggungan keluarga
Tabel 3.11 Jumlah Tanggungan Keluarga No Jumlah tanggungan Skor 1.
e) Fasilitas khusus barang yang dimiliki
Tabel 3.13 Fasilitas Khusus Barang Yang Dimiliki
39
f) Sumber air
Tabel 3.14 Sumber Air Yang Digunakan No Jenis sumber Skor
Sumur timba milik sendiri Air
Tabel 3.15 Jumlah Kamar Mandi
No Jumlah Skor
Tabel 3.16 Sawah Yang Dimiliki
No Jumlah Skor
2) Ukuran kekuasaan
Seseorang yang memiliki kekuasaan atau mempunyai wewenang
dalam masyarakat, maka ia menempati lapisan tertinggi statusnya
dalam masyarakat.
a) Pangkat guru
Tabel 3.18 Pangkat Guru
No Pangkat Skor
1. 2. 3. 4.
Penata Muda, Penata Muda Tingkat I Penata, Penata Tingkat I
Pembina, Pembina Tingkat I
Pembina Utama Muda, Pembina Utama Madya, Pembina Utama
Tabel 3.19 Ruang Golongan
No Golongan Skor
Orang yang disegani dan dihormati dalam masyarakat merupakan
orang yang mempunyai status sosial ekonomi tinggi dalam
41
a) Jabatan dalam keorganisasian
Tabel 3.20 Jabatan Dalam Keorganisasian
No Jabatan Skor
b) Keaktifan dalam organisasi
Tabel 3.21 Keaktifan Dalam Kegiatan Keagamaan
No Keaktifan Skor
c) Keaktifan dalam kegiatan pertemuan kemasyarakatan
Tabel 3.22
Keaktifan Dalam kegiatan Pertemuan Kemasyarakatan
No Keaktifan Skor
4) Ukuran ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan dipakai pada masyarakat yang menghargai ilmu
pengetahuan. Masyarakat sering menggunakan tingkatan pendidikan
sebagai indikator penggolongan status sosial ekonomi, semakin tinggi
ekonomi yang tinggi dalam masyarakat. Dalam penelitian ini
indikator pendidikan terakhir guru dapat dijadikan kriteria dalam
dalam mengukur status sosial ekonomi.
Tabel 3.23 Pendidikan Terakhir Guru No Pendidikan terakhir Skor 1.
2. 3. 4.
Non keguruan < S1
S1 >S1
1 2 3 4
Untuk perhitungan ukuran status sosial ekonomi, dilakukan
dengan cara menjumlahkan skor-skor ukuran tersebut dengan
Penilaian Acuan Norma tipe II (PAN II) dan perhitungan mean serta
standar deviasi dilaksanakan dengan bantuan program SPSS versi 12.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah
kuesioner (angket). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiono, 1999:135).
Kuesioner dalam penelitian ini ditujukan bagi guru guna mengumpulkan data
dan informasi berkaitan dengan kepribadian yang dimiliki. Oleh sebab itu pertanyaan
dalam kuesioner berisi mengenai kompetensi kepribadian guru yang mantap dan
43
G. Pengujian Instrumen Penelitian a. Validitas
Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian ini untuk menguji
validitas instrumen penelitian digunakan rumus product moment, yaitu sebagai
berikut:
rxy = Koefisien korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan
N = Jumlah responden
Σx = Jumlah kuadrat skor x
Σy = Jumlah skor x
Σx2 = Jumlah kuadrat skor y
Σy2 = Jumlah kuadrat skor y
Untuk menguji interpretasi dari nilai r digunakan tabel r Product Moment
dengan taraf signifikansi 5%. Jika r hitung lebih besar dari r tabel maka
instrumen penelitian tersebut valid. Sedangkan jika r hitung lebih kecil dari
pada r tabel maka dapat dikatakan bahwa intrumen tersebut tidak valid.
Dalam hal ini pengukuran validitas dilaksanakan dengan bantuan program
Berikut ini adalah ringkasan hasil pengujian validitas data dari 30 responden:
Tabel 3.24
Hasil pengukuran validitas kompetensi pedagogik guru No
Item hitung
r rtabel Keterangan
1 0,813 0,239 Valid 2 0,813 0,239 Valid 3 0,774 0,239 Valid 4 0,802 0,239 Valid 5 0,774 0,239 Valid 6 0,778 0,239 Valid 7 0,946 0,239 Valid 8 0,900 0,239 Valid 9 0,871 0,239 Valid
10 0,758 0,239 Valid 11 0,871 0,239 Valid 12 0,900 0,239 Valid 13 0,900 0,239 Valid 14 0,946 0,239 Valid 15 0,813 0,239 Valid 16 0,813 0,239 Valid 17 0,802 0,239 Valid 18 0,774 0,239 Valid 19 0,778 0,239 Valid 20 0,946 0,239 Valid 21 0,900 0,239 Valid 22 0,871 0,239 Valid 23 0,758 0,239 Valid 24 0,871 0,239 Valid
b. Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik. Untuk menguji reliabilitas instrumen penelitian digunakan
45
Keterangan: r = reliabilitas instrumen 11 k = jumlah item
Tingkat reliabilitas kuesioner diuji dengan taraf signifikansi 6%.
Untuk menentukan apakah instrumen penelitian itu reliabel atau tidak, maka
ketentuannya sebagai berikut :
a. Jika r hitung > r tabel dengan taraf signifikansi 6%, maka variabel
dikatakan reliabel.
b. Jika r hitung < r tabel dengan taraf signifikansi 6%, maka variabel
dikatakan tidak reliabel.
Dari hasil analisis dengan jumlah data (n) sebanyak 30 responden
pada taraf signifikasi 6% atau 0,06 denngan bantuan program SPSS versi 12
didapat hasil rhitung adalah variabel kompetensi pedagogik guru dengan
koefisien alpha sebesar 0,978 dengan r tabel sebesar 0,239
H. Teknik Analisis Data 1.Uji prasyarat analisis
a. Uji Normalitas
Tujuan dilakukan pengujian analisis ini agar kesimpulan yang ditarik