• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Transfer Anggaran Belanja Departemen Kesehatan Dan Penyusunan Formula Anggaran.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kebijakan Transfer Anggaran Belanja Departemen Kesehatan Dan Penyusunan Formula Anggaran."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN TRANSFER

ANGGARAN BELANJA DEPARTEMEN KESEHATAN

DAN PENYUSUNAN FORMULA ANGGARAN

Oleh

Dewi Marhaeni Diah Herawati

PROGRAM DOKTOR ILMU KEDOKTERAN DAN KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

(2)

KEBIJAKAN TRANSFER

ANGGARAN BELANJA DEPARTEMEN KESEHATAN DAN PENYUSUNAN FORMULA ANGGARAN

ISBN : 978 – 602 – 96793 – X– X

Penulis :

Dewi Marhaeni Diah Herawati

Diterbitkan oleh:

Program Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah mada

Gedung Pasca Sarjana FK UGM , Jl. Farmako, Sekip Utara, Yogyakarta 55281

Telp & Fax. 0274 (545458) Website : www.s3fk.ugm.ac.id

(3)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan buku ini.

Penyusunan buku dimaksudkan mengingat bahwa tugas Kementrian Kesehatan dalam era desentralisasi ini cukup berat, utamanya dalam transfer anggaran Kementrian Kesehatan baik berupa Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan maupun Dana Alokasi Khusus yang langsung di transferkan oleh Pemerintah kepada Propinsi dan Kabupaten/kota. Kementrian Kesehatan harus mampu membagi anggaran tersebut secara berkeadilan agar tidak menjadi polemik bagi seluruh Propinsi dan Kabupaten/Kota.

Desentralisasi Fiskal untuk sektor kesehatan sangat penting bagi daerah agar mereka dapat mengatasi permasalahan kesehatan sesuai dengan kondisi lokal spesifik. Keberhasilan pembangunan kesehatan di daerah sangat tergantung dari kebijakan desentralisasi fiskal. Dengan demikian formula anggaran sangat dibutuhkan agar pembagian anggaran menjadi adil, merata dan berkecukupan.

Penyusunan buku ini tidak akan berjalan dengan lancar dan baik bila tidak ada dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada:

1. Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc., PhD; Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, MSc., PhD; Prof. Dr. Warsito Utomo dan Prof. Dr. Abdul Halim, MBA. 2. Suamiku tercinta Dr. Deni K Sunjaya, dr. DESS

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penyusunan buku ini masih banyak kelemahan dan kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak, Harapan penulis semoga buku ini dapat menjadi acuan bagi Kementrian Kesehatan dalam membagi anggaran ke kabupaten/kota. Selain itu semoga buku ini dapat menjadi acuan bagi mahasiswa Pasca Sarjana FK Unpad yang melakukan penelitian dengan menggunakan metode“Mix Method”.

(4)

DAFTAR ISI

Hal

PRAKATA iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR SINGKATAN x

INTISARI xii

ABSTRACT xiii

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.A. Latar Belakang 1

1.B. Perumusan Masalah 10

1.C. Keaslian Penelitian 10

1.D. Tujuan Penelitian 11

1.E. Manfaat Penelitian 12

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

KONSEP 13

2.A. Tinjauan Pustaka 13

A.1.Desentralisasi 13

A.2.Desentralisasi Fiskal 17

A.2.1. Transfer Anggaran Kesehatan 19 A.2.2. Formula Anggaran Kesehatan 22

A.2.3. Ruang Keputusan 24

A.3. Penyusunan Formula Anggaran Kesehatan 25

2.B. Landasan Teori 28

2.C.Kerangka Konsep Penelitian 29

(5)

BAB III. METODE PENELITIAN 31

3.A.Tahap Pertama 31

A.1.Rancangan Dan Jenis Penelitian 31 A.2.Lokasi, Unit Analisis Dan Subyek Penelitian 31 A.3.Populasi Dan Sampel Penelitian 32

A.4.Instrumen Penelitian 32

A.5.Variabel Penelitian 32

A.6. Definisi Konseptual 33

A.7. Definisi Operasional 33

A.8. Analisis Data 34

3.B.Tahap Kedua 35

3.C.Etika Penelitian 35

3.D. Jalannya Penelitian 36

3.E.Kesulitan dan Kelemahan Penelitian 37

3.F.Sistematika Pembahasan 38

BAB IV. HASIL RISET TAHAP I 39

4.A.Hasil Riset Di Pusat 39

A.1. Pengantar 39

A.2. Deskripsi Tentang Anggaran APBN 39 A.2.1. Proses Penganggaran Dana APBN 39 A.2.2. Proses Penganggaran Dana Dekonsentrasi 41 A.2.3.Proses Penganggaran Tugas Pembantuan 41 A.3. Mekanisme Transfer Anggaran 43

A.4. Formula Anggaran 49

A.5. Ruang keputusan 52

4.B.Hasil Riset Di Propinsi DIY 58

B.1. Mekanisme Transfer Anggaran 58

B.2. Ruang keputusan 62

4.C.Hasil Riset Di Kabupaten Bantul 65 C.1. Mekanisme Transfer Anggaran 65

C.2. Ruang keputusan 70

4.D.Hasil Riset Di Propinsi Kalimantan Timur 74 D.1. Mekanisme Transfer Anggaran 74

D.2. Ruang keputusan 78

4.E.Hasil Riset Di Kota Balikpapan 81

E.1. Mekanisme Transfer Anggaran 81

E.2. Ruang keputusan 84

(6)

BAB V. PENYUSUNAN FORMULA DAN HASIL SIMULASI 90 5.A.Penyusunan Formula Anggaran Kesehatan 90

5.B.Hasil Simulasi 100

BAB VI. PEMBAHASAN 129

6.A.Pengantar 129

6.B.Kebijakan Transfer Anggaran Kesehatan Saat Ini 129

B.1. Mekanisme Anggaran 132

B.2. Formula Anggaran 135

B.3. Ruang keputusan 137

6.C. Faktor- Faktor Yang Berperan Dalam Transfer Anggaran

Kesehatan 139

C.1. Intervensi Politik 139

C.2. Pertimbangan Teknis 142

C.3. Dukungan Kebijakan 149

6.D. Reformasi Hubungan Fiskal Pusat-Daerah 150

BAB VII.SCENARIO PLANNINGDAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 152

7.A.Scenario Planning 152

7.B. Rekomendasi Kebijakan 155

BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 162

8.A.Kesimpulan 162

8.B.Saran 163

(7)

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1. Grafik Anggaran Program Kesehatan ibu Tahun 2000-2006 4 Gambar 2. Grafik Anggaran Dana Dekonsentrasi Program

Pencegahan Penyakit Tahun 2000-2006 5 Gambar 3. Grafik Persentase Alokasi Dana Sektoral Pada Masing-Masing

Kuadran Tahun 1999-2005 6

Gambar 4. Grafik Anggaran Pembangunan Kesehatan Tahun 1998-2005 6

Gambar 5. FlowAPBN 20

Gambar 6. Kerangka Konsep Transfer Anggaran Kesehatan 29 Gambar 7. Kerangka Konsep Penyusunan Formula Anggaran Kesehatan 30 Gambar 8. Grafik Trend Anggaran Kesehatan Ibu, TBC, Rumah Sakit,

Gakin Dan Obat Tahun 2004-2009 48 Gambar 9. Grafik Trend Proporsi Anggaran Kesehatan Ibu, TBC,

Rumah Sakit, Gakin Dan Obat Tahun 2005-2009 48 Gambar 10. Perubahan Pola Transfer Yang Diusulkan 90 Gambar 11. Proses Politik Dalam Penganggaran Dana APBN 140 Gambar 12. Matrik Skenario (Ringland, 1998) 153

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Peta Ruang Keputusan Program Kesehatan Ibu Di Daerah DHS I

Tahun 2006 8

Tabel 2. Peta Ruang keputusan Program Kesehatan Ibu Di Propinsi DIY

Tahun 2006 9

Tabel 3. Peta Ruang keputusan 24

Tabel 4. Hasil Analisis Korelasi Anggaran Program Kesehatan Ibu, TBC,

Rumah Sakit, Obat dan Gakin Tahun 2006 51 Tabel 5. Perbandingan Transfer Anggaran Program Kesehatan Ibu,

TBC, Rumah Sakit, Gakin dan Obat Tahun 2006 57 Tabel 6. Ruang Keputusan Pusat Tahun 2006 dan 2007 57 Tabel 7. Perbandingan Ruang Keputusan Program Kesehatan Ibu

Tahun 2006 dan 2007 86

Tabel 8. Perbandingan Ruang Keputusan Program TBC Tahun 2006

dan 2007 87

Tabel 9. Perbandingan Ruang Keputusan Program Rumah Sakit

(8)

Tabel 10. Perbandingan Ruang Keputusan Program Obat

Tahun 2006 dan 2007 87

Tabel 11. Perbandingan Ruang Keputusan Program Gakin

Tahun 2006 dan 2007 88

Tabel 12. Perbandingan Ruang keputusan Program Kesehatan Ibu, TBC,

Rumah Sakit, Obat Gakin Tahun 2006 dan 2007 88 Tabel 13. Perbandingan Anggaran Simulasi Dengan Anggaran

Depkes Program Kesehatan Ibu Th 2006 101 Tabel 14. Perbandingan Hasil Korelasi Antara Anggaran Simulasi Dan

Anggaran Depkes Program Kesehatan Ibu 101 Tabel 15. Perbandingan Hasil Regresi Antara Anggaran Simulasi Dan

Anggaran Depkes Program Kesehatan Ibu 102 Tabel 16. Perbandingan Anggaran Simulasi Dengan Anggaran

Depkes Program TBC Th 2006 104 Tabel 17. Perbandingan Hasil Korelasi Antara Anggaran Simulasi Dan

Anggaran Depkes Program TBC 104 Tabel 18. Perbandingan Hasil Regresi Antara Anggaran Simulasi Dan

Anggaran Depkes Program TBC 105 Tabel 19. Perbandingan Anggaran Simulasi Dengan Anggaran

Depkes Program Rumah Sakit Th 2008 (Model 1) 107 Tabel 20. Perbandingan Hasil Korelasi Antara Anggaran Simulasi Dan

Anggaran Depkes Program Rumah Sakit 108 Tabel 21. Perbandingan Hasil Regresi Antara Anggaran Simulasi Dan

Anggaran Depkes Program Rumah Sakit 108 Tabel 22. Perbandingan Perolehan Anggaran Tugas Pembantuan Rumah Sakit

Antara Propinsi Kaltim dan NTT Tahun 2008(Model 1) 109 Tabel 23. Perbandingan Anggaran Simulasi Dengan Anggaran

Depkes Program Rumah Sakit Th 2008 (Model 2) 110 Tabel 24. Perbandingan Perolehan Anggaran Tugas Pembantuan Rumah Sakit

Antara Propinsi Kaltim dan NTT Tahun 2008(Model 2) 111 Tabel 25. Perbandingan Anggaran Simulasi Dengan Anggaran

Depkes Program Rumah Sakit Th 2008 (Model 3) 112 Tabel 26. Perbandingan Perolehan Anggaran Tugas Pembantuan Rumah Sakit

Antara Propinsi Kaltim dan NTT Tahun 2008 (Model 3) 113 Tabel 27. Perbandingan Anggaran Simulasi Dengan Anggaran Depkes

Program Obat Th 2006 114

Tabel 28. Perbandingan Hasil Korelasi Antara Anggaran Simulasi Dan

Anggaran Depkes Program Obat 115 Tabel 29. Perbandingan Hasil Regresi Antara Anggaran Simulasi Dan

Anggaran Depkes Program Obat 116

Tabel 30. Perbandingan Anggaran Simulasi Dengan Anggaran

(9)

Tabel 31. Perbandingan Hasil Korelasi Antara Anggaran Simulasi Dan

Anggaran Depkes Program Gakin 119 Tabel 32. Perbandingan Hasil Regresi Antara Anggaran Simulasi Dan

Anggaran Depkes Program Gakin 119 Tabel 33. Perbandingan Anggaran Simulasi Dengan Anggaran

DAK Puskesmas Th 2008 120

Tabel 34. Perbandingan Hasil Korelasi Antara Anggaran Simulasi Dan

Anggaran DAK Puskesmas 121

Tabel 35. Perbandingan Hasil Regresi Antara Anggaran Simulasi Dan

Anggaran DAK Puskesmas 121

Tabel 36. Perbandingan Anggaran Simulasi Dengan Anggaran DAK

Puskesmas Kabupaten/Kota Di Propinsi DIY Tahun 2008 123 Tabel 37. Perbandingan Anggaran Simulasi Dengan Anggaran DAK

Puskesmas Kabupaten/Kota Di Propinsi Kaltim Tahun 2008 124 Tabel 38. Perbandingan Anggaran Simulasi Dengan Anggaran DAK RS

Th 2008 124

Tabel 39. Perbandingan Hasil Korelasi Antara Anggaran Simulasi Dan

Anggaran DAK RS 126

Tabel 40. Perbandingan Hasil Regresi Antara Anggaran Simulasi Dan

Anggaran DAK RS 126

Tabel 41. Perbandingan Anggaran Simulasi Dengan Anggaran

DAK RS Kabupaten/Kota Di Propinsi DIY Tahun 2008 127 Tabel 42. Perbandingan Anggaran Simulasi Dengan Anggaran

(10)

DAFTAR SINGKATAN

ADKIi : Alokasi Dana Kesehatan Ibu di propinsi ke-i ADTBi : Alokasi Dana TBC di propinsi ke-i

ADRSi : Alokasi Dana Rumah Sakit di propinsi ke-i ADOi : Alokasi Dana Obat di propinsi ke-i

ADGi : Alokasi Dana Gakin di propinsi ke-i ADPi : Alokasi Dana Puskesmas di propinsi ke-i AKI : Angka Kematian Ibu

APBN : Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara APN : Asuhan Persalinan Normal

AHS : Area Health Services AHP : Analityc Hierarchy Process

Balai POM : Balai Pengawasan Obat dan Makanan BTA : Basil Tahan Asam

Binkesmas : Bina Kesehatan Masyarakat BOR : Bed Occupancy Rate BLN : Bantuan Luar Negeri Bumil Resti : Ibu Hamil Resiko Tinggi CF : Celah Fiskal

CE :Center of Excellence DB : Daerah Bencana

DIPA : Daftar Isian Perencanaan Anggaran DAU : Dana Alokasi Umum

DAK : Dana Alokasi Khusus DHS : District Health Services

DOTS : Directly Observed Treatment, Shortcourse chemotherapy DJPB : Dirjen Perbendaharaan

DJAPK : Direktorat Jendral Anggaran Perimbangan Keuangan Form R/R : Form Reporting dan Recoding

GER :Gap of Existing Resources to Standard HWS : Health Workforce Strategy

HPI : Human Poverty Index IA : Indeks Akhir

IKK : Indeks Kemahalan Konstruksi IPM : Indeks Pembangunan Manusia

JPKMM : Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin JPN : Jumlah Persalinan Normal

JBdn : Jumlah Bidan JBP : Jumlah BTA Positip

JPKTB : Jumlah Penemuan Kasus TBC JRS : Jumlah Rumah Sakit

JPDBD : Jumlah Penderita Demam Berdarah Dengue JPD : Jumlah Penderita Diare

(11)

KBF : Kebutuhan Fiskal

LAKIP : Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LPLPO : Laporan Penggunaan dan Permintaan Obat LW : Luas Wilayah

MOU : Memorandum of Understanding MDGs : Millenium Development Goals OAT : Obat Anti Tuberkulose

PPGDON : Pelatihan Penanganan Gawat Darurat Obstetri Neonatal PDRB : Produk Domestik Regional Bruto

POK : Petunjuk Operasional Kegiatan PMO : Pendamping Minum Obat

PONED : Penanganan Obstetri Neonatal Emergency Dasar PBF : Pabrik Besar Farmasi

PP : Peraturan Pemerintah

RJHRIRS : Rata-rata Jumlah Hari Rawat Inap Rumah Sakit RJKRJRS : rata-rata Jumlah Kunjungan rawat Jalan Rumah Sakit RDF : Resource Distribution Formula

RKP : Rencana Kerja Pembangunan

RKAKL : Rencana Kerja Anggaran Kementrian Lembaga RAPBD : Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Obat PKD : Obat Pelayanan Kesehatan Dasar

SPM : Standar Pelayanan Minimal SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah SPJ : Surat Pertanggung Jawaban SRAA : Surat Rincian Alokasi Anggaran

UKRJP : Utilisasi Kunjungan Rawat Jalan Puskesmas UHRIP : Utilisasi Hari rawat Inap Puskesmas

(12)

INTISARI

Transfer anggaran belanja Depkes yang meliputi dana dekonsentrasi, tugas pembantuan dan sektoral banyak digunakan untuk membiayai program-program di daerah. Permasalahan pokok dalam transfer anggaran belanja Depkes adalah belum adanya dasar atau kriteria dalam pembagian anggaran. Hal ini menyebabkan daerah yang mempunyai celah fiskal tinggi justru mendapat anggaran yang besar. Dengan demikian keadilan dan pemerataan antar daerah tidak dapat tercapai. Permasalahan pokok yang lain adalah menu kegiatan diatur oleh pusat, daerah hanya sebagai pelaksana kegiatan sehingga ruang keputusan daerah adalah sempit. Akibatnya, anggaran tersebut diatas tidak dapat memenuhi kebutuhan kabupaten/kota.

Penelitian dilakukan di program kesehatan ibu, TBC, rumah sakit, obat dan gakin. Penelitian ada dua tahapan, tahap pertama merupakan tahap analysis of policy dan tahap kedua merupakan analysis for policy berupa penyusunan formula anggaran kesehatan. Hasil tahap satu, mekanisme anggaran di lima program tersebut sangat bervariasi. Mekanisme anggaran program kesehatan ibu dan gakin telah diatur oleh Kepmenkes dan PerMenkes, sedang yang lain tidak diatur. Pembagian anggaran untuk lima program belum menggunakan dasar atau formula. Hal ini disebabkan karena kapasitas pengelola program dalam membuat formula sangat kurang. Selain itu juga tidak adanya dukungan kebijakan dalam pembagian anggaran. UU 33 tahun 2004 hanya mengatur formula anggaran untuk DAU dan DAK. PP 7 tahun 2008 belum mengatur pembagian anggaran dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan dengan menggunakan formula. Akibatnya intervensi politik DPR lebih berperan dalam perolehan anggaran kabupaten/kota. Pusat mengatur menu kegiatan atau rambu-rambu di lima program. Terlihat jelas bahwa intervensi pusat sangat besar dalam mengatur alokasi anggaran, karena pusat (prinsipal) tidak percaya terhadap agen (daerah). Akibatnya daerah hanya sebagai pelaksana kegiatan saja sehingga ruang keputusannya adalah sempit.

Hasil analysis for policy, merekomendasikan bahwa sebaiknya pembagian anggaran dengan menggunakan prinsip-prinsip equity, equality dan adequacy. Equity dihitung dari celah fiskal yang merupakan selisih dari kapasitas fiskal dikurangi kebutuhan fiskal.Equality dihitung dari health need masing-masing program. Adequacy dihitung dari jumlah bidan, jumlah puskesmas, jumlah rumah sakit dll. Hasil simulasi menunjukkan bahwa pembagian anggaran simulasi lebih memenuhi prinsip equity, equality dan adequacydibanding pembagian anggaran Depkes.

(13)

ABSTRACT

The MoH budget transfer including deconcentrated fund, assissting fund, and sector fund is frequently applied in funding the local programs. The core problem on the MoH budget transfer lies on the absence of budget division criteria or bases. This results in that the local having high fiscal gap receives higher budget. Hence, the principles of equity and sound distribution among the locals are not achieved. The other problem is that the government determines the activity menu, where as the local serves as the program executor. In such circumstance the decision space of the local is limited. The impact is that the budget does not fulfill the needs of the district/local.

The research studies the programs of maternal health, TB, hospital, pharmacy and impoverished household. The research carries out two stages; the first is theanalysis of policystage and the second is theanalysis for policy stage in form of generating the formula of health budgeting. The result of the first stage; the budget mechanism of the five programs varies. The budget mechansim of the maternal health and impoverished household programs are specified by Kepmenkes and PerMenkes; others were not. The budget division of the five programs does not apply any formula or basis. This is due to the limited capacity of the program manager in generating formula. Besides, there hardly any supported policy on the budget division. Law No. 33 Year 2004 only specifies the budget formula of DAU(General Allocated Fund) andDAK (Specific Allocated Fund). Government Regulation (PP) No. 7 Year 2008 has not yet specified the budget division of deconcentrated fund, assissting fund on the basis of any formula. The impact is that the House of Legislative’s political intervention plays more role on the budget distributed to the district/municipality. The central determines the activity menu or the program requirement. It is obvious that the central intervention is quite extensive in managing the budget allocation because the central (principal) does not traust the agent (local). As a result, the local merely serves as the program executor retaining limited decision space.

The result of theanalysis for policyrecommends that it is better to apply the principles of equity, equality dan adequacy in distributing the budget. Equity is measured on the fiscal gap which represents the fiscal capacity subtracted by the fiscal needs. Equality is measured on thehealth needs of each program. Adequacy is measured on the number of midwives, health centers, hospitals, etc. The simulation results in that the simulated budget division fulfills the principles of equity, equalitydanadequacyas compared to that of the MoH.

(14)

15

Formatted: Font: (Default) Arial, 10 pt

Formatted: Font: (Default) Arial, 10 pt

BAB I

PENDAHULUAN

1.A. Latar Belakang

Terbitnya Undang-Undang (UU) No 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang kemudian di amandemen menjadi UU 32 Tahun 2004 dan UU No 33 Tahun 2004

merupakan langkah penting yang diambil Pemerintah Indonesia. Terjadi perubahaan tata pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi, ,

dimanamemberikan wewenang dan tanggung jawab yang lebih luas kepada daerah. Menurut Sidik dkk (2004) terjadi perubahan tata pemerintahan dengan pemberian wewenang dan tanggung jawab kepada daerah. Pemerintah Indonesia melakukan perubahan atas penyelenggaraan pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi. Ddesentralisasi diyakini dapat meningkatkan efektifitas dalam membuat kebijakan-kebijakan nasional dengan cara mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab yang lebih besar kepada daerah.

Bentuk desentralisasi yang dikembangkan dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia saat ini sesuai dengan teori Mills (1991) maupun Cheema dan Rondinelli (1983). Adapun bentuk-bentuk desentralisasi tersebut meliputi dekonsentrasi, devolusi, delegasi dan pemberian wewenang kepada lembaga non pemerintah. Pelaksanaan desentralisasi diwujudkan dengan pemberian otonomi yaitu hak wewenang dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sesuai dengan peraturan perundangan yang ada.

Pelaksanaan kebijakan desentralisasi dapat berjalan dengan baik bila dalam kewenangan dan tanggung jawab untuk membuat keputusandilakukan oleh daerah sendiri serta tidak diatur oleh pusat atau ada intervensi dari pusat. Selain itu daerah juga berada pada sistem yang menerapkan prinsip-prinsip akuntabilitas, transparan, terbuka dan melibatkan partisipasi masyarakat. Kebijakan penyelenggaraan pemerintah daerah tidak lagi diatur oleh pemerintah pusat. Desentralisasi dipandang dapat mendorong pengambilan keputusan secara cepat dan sesuai dengan aspirasi masyarakat. Kebijakan desentralisasi harus diikuti dengan desentralisasi fiskal. Desentralisasi fiskal membawa konsekwensi, bahwa dalam penyerahan atau pelimpahan wewenang ke daerah diikuti dengan pemberian anggaran untuk melaksanakan kewenangan tersebut.

Pelaksanaan UU No 22 Tahun 1999 yang kemudian diamandemen menjadi UU No 32 Tahun 2004, masih diselimuti dengan berbagai masalah dan kendala. Hal ini disebabkan oleh persoalan desentralisasi yang sangat rumit dan kompleks serta banyak sekali terkait dan melibatkan variabel lainnya. Salah satu isu penting pelaksanaan desentralisasi adalah hubungan

Formatted: Space Before: 3 pt, Line spacing: single, Tab stops: 1.75", Left

Formatted: Left: 0.79", Right: 0.79", Top: 0.79", Bottom: 0.98", Width: 6.4", Height: 9.84"

Formatted: Space Before: 3 pt, Line spacing: single

Formatted: Font: 11 pt

Formatted: Font: 10 pt

Formatted: Font: 10 pt

Referensi

Dokumen terkait

Mahasiswa yang memiliki motif berafiliasi tinggi terdorong untuk mengadakan hubungan sosial, karena ada keinginan untuk disukai dan diterima oleh orang lain, serta

 Peserta didik dalam kelompok menghitung berapa kali penuangan beras dari wadah yang berbentuk kerucut kedalah wadah yang berbentuk setengah bola hingga

Penulis merancang bentuk flowchart yang disesuaikan dengan kondisi perusahaan, beserta dokumen- dokumen yang dibutuhkan dalam menghitung kos produksi.. Selain

A szociáldarwinista geopolitika elemzése során két szerzőt emel ki Szilágyi István: Friedrich Ratzelt, aki a német geopolitikai iskola atyja volt, illetve Rudolf Kjellént, aki

Hasil yang diperoleh didalam tahapan pengujian hipotesis ketiga menunjukan bahwa struktur kepemilikan asing tidak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap

Semua bahan yang digunakan pada produk yang bersentuhan dengan makanan atau kulit (seperti botol air minum, pelindung mulut, stiker perekat untuk pemakaian pada kulit, dll.)

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada 30 orang responden yang diteliti, diketahui masing-masing stadium ulkus diabetikum responden dari jumlah yang terbanyak adalah