ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan intention dalam
melakukan diet pada penderita hiperkolesterolemia di Laboratorium Klinik “X”
Bandung dan juga kontribusi dari determinan-determinan intention terhadap intention serta korelasi antar determinan-determinan intention untuk melakukan diet. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik survei. Populasi sasaran
adalah penderita hiperkolesterolemia di Laboratorium Klinik “X” Bandung. Ukuran
responden ini sebesar 30 pasien.
Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner intention dan determinan-determinannya yang disusun oleh Icek Ajzen (2005) dan diadaptasi oleh peneliti yang mengacu pada teori planned behavior. Berdasarkan hasil uji validitas dengan menggunakan Pearson dan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach diperoleh 16 item yang diterima, dengan validitas berkisar antara 0,56 - 0,883 dan reliabilitas sebesar 0,7406.
Data hasil penelitian diolah dengan teknik analisis regresi. Hasil ini memperlihatkan bahwa determinan perceived behavioral control memberikan kontribusi moderat terhadap intention dalam melakukan diet (rs=0,470), determinan subjective norms berkontribusi rendah terhadap intention dalam melakukan diet (rs=0,344), dan determinan attitude toward the behavior berkontribusi sangat rendah terhadap intention dalam melakukan diet (rs=0,145). Korelasi antara determinan attitude toward the behavior dan determinan perceived behavioral control merupakan korelasi terbesar antar determinan-determinan intention (rs=0,842).
DAFTAR ISI
Lembar Judul
Lembar Pengesahan ... ii
Abstrak ... iii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ... viii
Daftar tabel ... xi
Daftar Bagan ... xiii
Daftar Lampiran ... xiv
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 9
1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Kegunaan Penelitian ... 9
1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 9
1.4.2 Kegunaan Praktis ... 10
1.5 Kerangka Pemikiran ... 10
1.6 Asumsi ... 18
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Planned Behavior ... 19
2.1.1 Pengertian Planned Behavior ... 19
2.1.2 Intention ... 20
2.1.3 Attitude Toward The Behavior ... 21
2.1.4 Subjective Norms ... 22
2.1.5 Perceived Behavior Control ... 23
2.1.7 Hubungan Antar Determinan-Determinan Intention ... 25
2.1.8 Ketidaksesuaian Antara Intention dengan Perilaku ... 26
2.1.9 Target, Action, Context, and Time ... 28
2.1.10 Control Factors ... 29
2.2 Teori Hiperkolesterolemia... 30
2.2.1 Pengertian Hiperkolesterolemia ... 30
2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hiperkolesterolemia ... 33
2.2.3 Dampak Hiperkolesterolemia ... 35
2.2.4 Diet Rendah Kolesterol ... 37
2.3 Tahap Perkembangan Dewasa Madya... 40
2.3.1 Pengertian Masa Dewasa Madya ... 40
2.3.2 Karakteristik Masa Dewasa Madya ... 40
2.3.3 Perubahan Fisik Masa Dewasa Madya ... 41
2.3.4 Tugas Perkembangan Masa Dewasa Madya ... 42
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 43
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 44
3.2.1 Variabel Penelitian ... 44
3.2.2 Definisi Operasional ... 44
3.3 Alat Ukur ... 45
3.3.1 Alat Ukur Intention dan Determinan-Determinannya ... 45
3.3.2 Prosedur Pengisian ... 46
3.3.5.2 Reliabilitas Alat Ukur ……….……...…………. 49
3.4 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 50
3.4.1 Populasi Sasaran ... 50
3.4.2 Karakteristik Populasi ... 51
3.4.3 Teknik Penarikan Sampel ... 51
3.5 Teknik Analisis Data ... 51
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 53
4.1.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 53
4.1.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia ... 54
4.1.3 Gambaran Subjek Berdasarkan Kadar Kolesterol ... 54
4.1.4 Gambaran Subjek Berdasarkan Lama Mengidap Hiperkolesterolemia...55
4.2 Gambaran Kontribusi Determinan Terhadap Intention dan Korelasi Antara Determinan-Determinan Dalam Intention ... 55
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 56
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 61
5.2 Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 64
DAFTAR RUJUKAN ... 66
DAFTAR TABEL
Tabel 3.3.1 Pembagian Item-item Alat Ukur Planned Behavior Tabel 4.1.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.1.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia
Tabel 4.1.3 Gambaran Subjek Berdasarkan Kadar Kolesterol
Tabel 4.1.4 Gambaran Subjek Berdasarkan Lama Mengidap Hiperkolesterolemia
Tabel 6.1 Gambaran Hasil Penelitian Intention
Tabel 6.2 Gambaran Hasil Penelitian Determinan-Determinan Dalam Intention
Tabel 6.3 Tabulasi Silang Antara Intention dan Attitude Toward The Behavior Tabel 6.4 Tabulasi Silang Antara Intention dan Subjective Norms
Tabel 6.5 Tabulasi Silang Antara Intention dan Perceived Behavioral Control Tabel 7.1 Crosstabs Attitude Toward The Behavior dan Subjective Norms
Tabel 7.2 Crosstabs Attitude Toward The Behavior dan Perceived Behavioral
Control
Tabel 7.3 Crosstabs Subjective Norms dan Perceived Behavioral Control
Tabel 8.1 Crosstabs Attitude Toward The Behavior dan Sumber Informasi Mengenai Diet
Tabel 8.2 Crosstabs Attitude Toward The Behavior dan Informasi Mengenai
Tabel 8.4 Crosstabs Attitude Toward The Behavior dan Informasi yang Dirasakan Mengenai Diet
Tabel 8.5 Crosstabs Attitude Toward The Behavior dan Suasana Hati yang Mendukung Diet
Tabel 8.6 Crosstabs Attitude Toward The Behavior dan Suasana Hati yang Menghambat Diet
Tabel 9.1 Crosstabs Subjective Norms dan Orang yang Paling Memotivasi
Dalam Melakukan Diet
Tabel 10.1 Crosstabs Perceived Behavioral Control dengan Hambatan/Kesulitan
Dalam Melakukan Diet
Tabel 10.2 Crosstabs Perceived Behavioral Control dengan Hal yang Mendukung
DAFTAR BAGAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Alat Ukur Planned Behavior Lampiran 2. Data Penunjang
Lampiran 3. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Lampiran 4. Karakteristik Rersponden
Lampiran 5. Skor Hasil dan Data mentah
Lampiran 6. Gambaran Hasil Penelitian Intention
Lampiran 6. Gambaran Hasil Penelitian Determinan-Determinan Dalam Intention
Lampiran 6. Tabulasi Silang Antara Intention dan Attitude Toward The Behavior Lampiran 6. Tabulasi Silang Antara Intention dan Subjective Norms
Lampiran 6. Tabulasi Silang Antara Intention dan Perceived Behavioral Control Lampiran 7. Crosstabs Attitude Toward The Behavior, Subjective Norms, dan
Perceived Behavioral Control
Lampiran 8. Crosstabs Attitude Toward The Behavior dan Data Penunjang Lampiran 9. Crosstabs Subjective Norms dan Data Penunjang
Lampiran 1. Alat Ukur Planned Behavior
KATA PENGANTAR
Sebagai mahasiswa tingkat akhir, salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk dapat lulus sebagai Sarjana Psikologi adalah dengan menyusun skripsi. Adapun judul skripsi ini adalah “Studi Deskriptif Mengenai Intention dan
Determinan-determinannya Untuk Diet Pada Penderita Hiperkolesterolemia di Laboratorium Klinik “X” Bandung”.
Dalam lampiran berikut, terdapat kuesioner yang berisi pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan penelitian yang saya lakukan, yaitu mengenai diet pada penderita hiperkolesterolemia. Diet yang dimaksudkan di sini adalah diet rendah kolesterol, yaitu usaha untuk mengurangi asupan makanan yang mengandung lemak seperti daging merah, produk-produk susu, makanan yang dimasak dengan menggunakan minyak yang mengandung lemak jenuh, telur, dan makanan berlemak lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut, saya harapkan kesediaan Saudara meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner mengenai masalah di atas.
Informasi yang saudara berikan akan bermanfaat bagi penelitian ini. Oleh karena itu, saudara diharapkan untuk mengisi dengan sungguh-sungguh dan sejujur-jujurnya sesuai dengan pribadi Saudara sendiri mengenai hal-hal tersebut. Identitas dan jawaban Saudara akan saya rahasiakan dalam pengisian kuesioner ini.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan dapat menjadi informasi tambahan bagi mereka yang membutuhkan.
Data Pribadi
Usia :
Jenis kelamin : Kadar kolesterol :
Didiagnosa sejak :
Petunjuk pengisian:
Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan dengan tujuh pilihan jawaban yang berkaitan dengan intention (niat) beserta determinan-determinannya untuk melakukan
diet rendah kolesterol. Jawablah semua pernyataan tersebut sesuai dengan diri Saudara dengan cara melingkari angka yang sesuai pada setiap nomor.
Contoh :
Menurut Saudara, cuaca di Kota Bandung belakangan ini …
Baik : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Buruk
Sangat Cukup Agak Netral Agak Cukup Sangat
Jika menurut Saudara cuaca di Kota Bandung belakangan ini sangat baik, maka
lingkari angka 1. Jika menurut Saudara cuaca di Kota Bandung belakangan ini cukup
baik, maka lingkari angka 2, demikian seterusnya.
Dalam menjawab, harap diingat point-point berikut ini:
- Pastikan untuk menjawab seluruh nomor, jangan sampai ada nomor yang tidak
1. Bagi saya melakukan diet rendah kolesterol secara rutin merupakan hal yang…..
Mudah : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Sulit
2. Suami / Istri saya berpikir bahwa …..
Saya harus : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Saya tidak harus melakukan diet rendah kolesterol secara rutin
3. Bagi saya melakukan diet rendah kolesterol secara rutin merupakan hal yang…..
Baik : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Buruk
4. Saya berencana untuk melakukan diet rendah kolesterol secara rutin ….. Sesuai : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Tidak sesuai
5. Saya sendiri yang memutuskan untuk melakukan/tidak melakukan diet ... Setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Tidak setuju
6. Sebagian besar rekan kerja yang saya kenal berpikir bahwa .... Saya harus : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Saya tidak harus
melakukan diet rendah kolesterol
7. Bagi saya melakukan diet rendah kolesterol secara rutin merupakan hal yang...
9. Saya yakin bahwa jika saya mau, saya dapat melakukan diet rendah kolesterol....
Benar : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Salah
10. Dokter saya berpikir bahwa ...
Saya harus : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Saya tidak harus melakukan diet rendah kolesterol secara rutin
11. Bagi saya melakukan diet rendah kolesterol secara rutin merupakan hal yang....
Menyenangkan : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Tidak menyenangkan
12. Saya ...
Akan : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Tidak akan berusaha melakukan diet rendah kolesterol
13. Bagi saya melakukan diet rendah kolesterol secara rutin merupakan hal yang... Mungkin : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Tidak mungkin
14. Anak saya berpikir bahwa ....
Saya harus : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Saya tidak harus melakukan diet rendah kolesterol secara rutin
15. Bagi saya melakukan diet rendah kolesterol secara rutin adalah hal yang ... Menarik : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Membosankan
Lampiran 2. Data Penunjang
1. Apakah Saudara mengetahui keuntungan yang akan Saudara peroleh jika melakukan diet rendah kolesterol? Ya / Tidak
Jika “Ya”, apa saja keuntungannya? ………..……… ………
2. Darimana sajakah informasi mengenai diet rendah kolesterol Saudara peroleh?
(jawaban boleh lebih dari satu pilihan) a. Dokter
b. Keluarga c. Teman d. Buku e. Internet
f. Lainnya : ...
3. Menurut Saudara, informasi yang Saudara ketahui tentang diet rendah kolesterol...
a). banyak b). cukup c). sedikit
5. Suasana hati seperti apakah yang dapat mendukung Saudara dalam melakukan diet rendah kolesterol?
...
6. Suasana hati seperti apakah yang dapat menghambat Saudara dalam melakukan diet rendah kolesterol?
...
7. Siapakah orang yang Saudara anggap paling memotivasi Saudara untuk dapat melakukan diet rendah kolesterol dengan baik?
...
8. Apakah Saudara mengalami kesulitan dalam menjalani diet rendah kolesterol? Ya/Tidak *)
Jika ya, apa saja kesulitan yang Saudara alami ketika melakukan diet rendah kolesterol?
... ...
9. Menurut Saudara, hal apa saja yang dapat mendukung Saudara dalam melakukan diet rendah kolesterol?
Lampiran 3. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
A. Validitas Intention
No.Item Koefisien Keterangan
4 0,766 Diterima
8 0,859 Diterima
12 0,870 Diterima
16 0,883 Diterima
B. Validitas Attitude Toward The Behavior
No.Item Koefisien Keterangan
3 0,561 Diterima
7 0,614 Diterima
11 0,742 Diterima
15 0,597 Diterima
C. Validitas Subjective Norms
No.Item Koefisien Keterangan
2 0,737 Diterima
6 0,825 Diterima
10 0,720 Diterima
14 0,797 Diterima
D. Validitas Perceived Behavioral Control
No.Item Koefisien Keterangan
1 0,643 Diterima
5 0,746 Diterima
9 0,605 Diterima
13 0,775 Diterima
E. Reliabilitas
Lampiran 4. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Subjek Usia Jenis Kelamin Kadar Kolesterol Lama Mengidap
1 46 L 220 mg/dl 1 TAHUN
2 48 P 201 mg/dl 1 TAHUN
3 54 L 210 mg/dl 1 TAHUN
4 49 L 222 mg/dl 1 TAHUN
5 40 L 235 mg/dl 1 TAHUN
6 46 L 240 mg/dl 6 TAHUN
7 43 L 207 mg/dl 2 TAHUN
8 51 L 239 mg/dl 1 TAHUN
9 41 P 457 mg/dl 2 TAHUN
10 52 L 210 mg/dl 1 TAHUN
11 45 L 200 mg/dl 1 TAHUN
12 42 L 207 mg/dl 1 TAHUN
13 45 L 235 mg/dl 1 TAHUN
14 45 P 200 mg/dl 1 TAHUN
15 46 L 210 mg/dl 11 TAHUN
16 53 P 240 mg/dl 3 BULAN
17 50 L 270 mg/dl 3 TAHUN
18 58 L 240 mg/dl 18 TAHUN
19 50 P 220 mg/dl 1 TAHUN
20 44 L 239 mg/dl 2 TAHUN
21 41 P 240 mg/dl 1 TAHUN
22 53 P 210 mg/dl 8 TAHUN
23 52 L 210 mg/dl 5 TAHUN
25 42 L 242 mg/dl 1 TAHUN
26 54 L 210 mg/dl 19 TAHUN
27 54 L 265 mg/dl 1 TAHUN
28 55 L 235 mg/dl 1 TAHUN
29 36 L 201 mg/dl 1 TAHUN
17 7 7 5 5 6 7 7 7 3 7 7 6 7 6 5 6
18 2 5 3 3 3 6 6 5 3 2 5 6 6 6 6 6
19 7 6 5 5 5 4 7 6 6 7 7 6 6 6 6 7
20 6 7 6 6 6 4 5 5 6 6 7 7 6 7 6 7
21 6 6 1 2 6 6 6 4 2 5 6 6 4 6 4 6
22 4 4 2 6 5 5 4 5 2 4 4 4 4 5 5 5
23 7 7 2 2 6 7 7 7 2 7 7 6 7 6 6 7
24 5 4 4 4 4 4 2 4 4 5 4 4 5 4 4 4
25 5 6 1 6 5 4 6 4 3 7 6 6 4 5 5 4
26 6 4 4 4 4 5 6 4 3 6 4 6 4 4 4 4
27 4 4 4 4 3 4 7 6 1 5 6 4 4 4 5 4
28 7 7 6 5 6 6 7 6 3 7 6 6 6 6 6 6
29 7 7 6 5 5 3 7 1 7 7 7 7 7 7 7 7
Lampiran 5. Skor Hasil Data Mentah
Skor Jawaban Data Primer Responden
Lampiran 6. Gambaran Hasil Penelitian
Tabel 6.1 Gambaran Hasil Penelitian Intention
Intention Frekuensi
∑ %
Kuat 29 96,67%
Lemah 1 3,33%
Total 30 100%
Tabel 6.2 Gambaran Hasil Penelitian Determinan-Determinan Dalam
Intention
Determinan
Profil
Attitude Toward The Behavior
Subjective Norms Perceived Behavioral
Control
∑ % ∑ % ∑ %
Positif 26 86,67% 27 90% 27 90%
Negatif 4 13,33% 3 10% 3 10%
Tabel 6.3 Tabulasi Silang Antara Intention dan Attitude Toward The
Behavior
ATB
Intention Positif Negatif Total
Kuat 25
Tabel 6.4 Tabulasi Silang Antara Intention dan Subjective Norms
SN
Intention Positif Negatif Total
Tabel 6.5 Tabulasi Silang Antara Intention dan Perceived Behavioral
Control
PBC
Intention Positif Negatif Total
Kuat 26
(89,7%)
3 (10,3%)
29 (100%)
Lemah 1
(100%)
- (0%)
1 (100%)
Lampiran 7. Crosstabulation Attitude Toward The Behavior, Subjective Norms,
dan Percveived Behavioral Control
Tabel 7.1 Crosstabs Attitude Toward The Behavior dan Subjective Norms SN
Tabel 7.3 Crosstabs Subjective Norms dan Percveived Behavioral Control PBC
SN Positif Negatif Total
Positif 24
(88,9%)
3 (11,1%)
27 (100%)
Negatif 3
(100%) -
3 (100%)
Total 27
(90%)
3 (10%)
Lampiran 8. Crosstabulation Attitude Toward The Behavior dengan Data
Penunjang
Tabel 8.1 Crosstabs Attitude Toward The Behavior dan Sumber Informasi Mengenai Diet
ATB
Sumber Informasi Mengenai Diet
Total
Tabel 8.2 Crosstabs Attitude Toward The Behavior dan Informasi Mengenai Kegunaan Diet
ATB
Informasi Mengenai Kegunaan Diet
Negatif - 2
Tabel 8.3 Crosstabs Attitude Toward The Behavior dan Informasi Yang Dimiliki Mengenai Diet
ATB
Informasi Yang Dimiliki Mengenai Diet
Total
Sedikit Cukup banyak Banyak
Tabel 8.4 Crosstabs Attitude Toward The Behavior dan Informasi Yang Dirasakan Mengenai Diet
ATB
Informasi Yang Dirasakan Mengenai Diet
Total Kurang membantu Cukup membantu Sangat membantu
Positif 2
Suasana hati yang mendukung Total
Tabel 8.6 Crosstabs Attitude Toward The Behavior dan Suasana Hati Yang Menghambat Diet
ATB
Suasana hati yang menghambat
Lampiran 9. Crosstabulation Subjective Norms dengan Data Penunjang
Tabel 9.1 Crosstabs Subjective Norms (SN) dengan Orang Yang Paling Memotivasi Dalam Melakukan Diet
SN
Orang Yang Paling Memotivasi Dalam Melakukan Diet
Total
Suami/Istri Dokter Anak
Lampiran 10. Crosstabulation Perceived Behavioral Control (PBC) dengan Data
Penunjang
Tabel 10.1 Crosstabs PBC dengan hambatan dalam melakukan diet
Tabel 10.2 Crosstabs PBC dengan hal yang mendukung diet
PBC
Hal yang mendukung diet
Lampiran 11. Kisi-Kisi Alat Ukur Intention dan Determinan-Determinannya
Item
Attitude Toward The Behavior
3. Bagi saya melakukan diet rendah kolesterol secara rutin merupakan hal yang (Baik – Buruk)
7. Bagi saya melakukan diet rendah kolesterol secara rutin merupakan hal yang (Penting – Tidak Penting)
11. Bagi saya melakukan diet rendah kolesterol secara rutin merupakan hal yang (Menyenangkan – Tidak Menyenangkan)
15. Bagi saya melakukan diet rendah kolesterol secara rutin adalah hal yang
(Menarik – Membosankan)
Subjective Norms 2. Suami / Istri saya berpikir bahwa
(Saya harus - Saya tidak harus) melakukan diet rendah kolesterol secara rutin
6. Sebagian besar teman saya berpikir bahwa
(Saya harus – Saya tidak harus ) melakukan diet rendah kolesterol secara rutin
14.Anak saya berpikir bahwa
(Saya harus – Saya tidak) melakukan diet rendah kolesterol secara rutin
Perceived Behavioral Control
1. Bagi saya melakukan diet rendah kolesterol secara rutin merupakan hal yang
(Mudah - Sulit)
5. Saya sendiri yang memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan diet (Setuju – Tidak Setuju)
9. Saya yakin bahwa jika saya mau, saya dapat melakukan diet rendah kolesterol (Benar – Salah)
13.Bagi saya melakukan diet rendah kolesterol secara rutin merupakan hal yang (Mungkin – Tidak Mungkin)
Intention 4. Saya berencana untuk melakukan diet rendah kolesterol secara rutin (Sesuai – Tidak Sesuai)
12. Saya (Akan - Tidak akan) berusaha untuk melakukan diet rendah kolesterol
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Memasuki era globalisasi saat ini, telah terjadi berbagai perubahan dalam berbagai aspek kehidupan. Perubahan tersebut tampak melalui adanya pertumbuhan ekonomi, industrialisasi, dan peningkatan standar hidup manusia. Berbagai
kemudahan hidup pun tercipta berkat adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, misalnya dalam hal kemudahan transportasi, komunikasi, dan bahkan
kemudahan dalam mendapatkan makanan seperti munculnya makanan cepat saji. Tidak dapat dipungkiri, mengkonsumsi junk food telah menjadi bagian dari gaya
hidup sebagian masyarakat di Indonesia. Berbagai gerai makanan yang terdapat di mal-mal selalu penuh oleh pengunjung dengan beragam usia, mulai dari kalangan anak-anak hingga kalangan dewasa. Padahal junk food banyak mengandung sodium
(MSG), lemak jenuh, dan kolesterol (http://id.inaheart.or.id, 21 Oktober 2007). Pola makan yang tidak sehat, ditambah dengan kurangnya olahraga,
merupakan faktor risiko tingginya kadar kolesterol dalam darah. Kolesterol sebenarnya merupakan salah satu komponen lemak. Seperti diketahui, lemak merupakan salah satu sumber energi yang memberikan kalori paling tinggi.
2
farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr. Suhartati KS, tanpa kolesterol seseorang tidak dapat hidup. Tetapi, bila jumlah atau kadarnya dalam darah
terlalu tinggi (lebih dari 200 mg/dl pada pemeriksaan darah setelah minimal 10 jam puasa), maka kolesterol bukan lagi berguna tetapi dapat menjadi penyebab berbagai
penyakit, seperti jantung, stroke, dan lain-lain. Kondisi kolesterol yang berlebih ini disebut sebagai hiperkolesterolemia.
Seseorang yang menderita hiperkolesterolemia akan merasakan beberapa
gejala fisik. Menurut dr. Heddy Herdiman, gejala fisik yang timbul akibat kolesterol berlebih tergantung dari letak terjadinya penumpukan kolesterol. Jika kolesterol
menumpuk pada dinding pembuluh darah jantung, maka penderita hiperkolesterolemia akan merasa jantungnya berdebar-debar. Jika kolesterol
menumpuk pada arteri yang mengalirkan darah ke mata, maka penderita hiperkolesterol akan merasa penglihatannya buram, mata lelah, dan yang terburuk adalah mengalami kebutaan. Jika kolesterol menumpuk pada daerah kaki dan tangan,
maka penderita akan merasa nyeri dan pegal-pegal. Selain itu, penderita hiperkolesterolemia juga dapat merasakan leher bagian belakang kaku, berat, dan
tegang, serta sering merasa pusing.
Apabila hiperkolesterolemia tidak segera ditanggulangi, maka dapat memperbesar resiko terkena penyakit yang lebih parah. Menurut dr Suhartati KS,
3
berdenyut dengan sempurna. Selain itu, pembuluh darah juga akan menjadi lebih menyempit. Kelenturan pembuluh darah ini sangat penting agar aliran darah ke alat
tubuh yang penting seperti jantung, otak, ginjal, usus dan saraf, dan ke jaringan tubuh yang lain tetap berjalan dengan normal. Organ tubuh yang tidak mendapatkan suplai
darah yang cukup akan mengalami gangguan fungsi tubuh. Gangguan pada fungsi tubuh yang sangat vital seperti jantung, otak, dan ginjal, dapat mengancam jiwa penderita (http://www.republika.co.id, Selasa, 26 April 2005).
Jumlah kolesterol yang tinggi dalam darah bisa meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung koroner. Ancaman penyakit jantung koroner dua kali
lebih besar menimpa orang-orang yang memiliki kadar kolesterol 200-240 mg/dl dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki kadar kolesterol di bawah 200
mg/dl. Bahkan ancaman itu bisa meningkat empat kali lebih besar apabila kadar kolesterolnya di atas 300 mg/dl (http://www.republika.co.id, Selasa, 26 April 2005). Menurut perkiraan World Health Report tahun 2001, 29% kematian di Asia
Tenggara disebabkan oleh Cardiovascular Disease (CVD). Tahun 1998, CVD merupakan penyebab 23,4% kematian di rumah sakit di Srilanka, hampir 33% di
Thailand dan di Indonesia, 200 orang dari 100.000 penduduk meninggal karena CVD (http://www.cbn.net.id, 16 Agustus 2007).
Sementara itu, jika pasokan darah ke otak terpengaruh maka bisa
4
dialirkan. Agar darah dapat mengalir, maka tekanannya harus lebih tinggi. Kondisi inilah yang disebut sebagai hipertensi. Bila hipertensi tidak segera diatasi, pembuluh
darah akan menjadi lebih kaku lagi (http://www.republika.co.id, 26 April 2005). Selain mengalami berbagai keluhan fisik, penderita hiperkolesterolemia juga
mengalami keluhan psikis. Menurut dr. Heddy Herdiman, mereka yang memiliki kolesterol berlebih akan mudah lelah secara fisik yang kemudian berdampak pada kondisi psikisnya. Secara emosional, penderita hiperkolesterolemia akan sering
merasa gelisah dan resah. Berbagai macam keluhan fisik dan psikis yang mereka alami tersebut mengakibatkan aktivitas sehari-hari mereka pun menjadi terganggu
dan produktivitas hidup mereka pun menjadi tidak optimal. Mereka yang menderita hiperkolesterolemia akan menjadi mudah merasa lemas dan lelah. Selain itu, dalam
bekerja mereka juga akan menjadi kurang dapat berkonsentrasi.
Hiperkolesterolemia dapat terjadi pada siapa saja, terutama pada orang dewasa. Menurut Harmani Kalim dan Arini Setiawati dalam media edukasi tentang
penyakit kolesterol di Jakarta, diperkirakan satu dari lima orang dewasa menderita kolesterol tinggi (http://www.pikiran-rakyat.com, 4 April 2005). Sementara itu,
berdasarkan data penelitian yang dilakukan oleh PT. Nestle Indonesia, Selasa (15/8/2006), terungkap bahwa satu dari empat peserta tes kolesterol di beberapa kota besar di Indonesia menderita penyakit hiperkolesterolemia. Dari hasil tes cuma-cuma
5
Menurut Head of Medical and Nutrition Service Nestle, tingginya jumlah penderita hiperkolesterolemia di kota-kota besar antara lain disebabkan karena perubahan gaya
hidup. Orang di perkotaan semakin malas bergerak karena beragam fasilitas yang ada. Sayur dan buah mulai ditinggalkan dan beralih ke makanan lezat berlemak tinggi.
Akhirnya kadar kolesterolnya meninggi dan pembuluh darah menyempit.
Dengan banyaknya penderita kolesterol berlebih, maka resiko untuk berkembang ke arah penyakit lain yang lebih parah pun akan semakin tinggi. Untuk
itu, perlu penanggulangan dini agar hiperkolesterolemia tidak berkembang menjadi penyakit mematikan. Terdapat berbagai cara untuk menurunkan kadar kolesterol
dalam darah, diantaranya adalah olah raga, mengonsumsi obat-obatan tertentu, atau dengan diet. Olah raga memang perlu untuk dilakukan, akan tetapi alasan yang
mendasari manfaat olah raga tidak terlalu jelas, barangkali meliputi berkurangnya berat badan, menurunnya tekanan darah, dan meningkatnya kadar kolesterol HDL (Dr. Mike Laker, 2006).
Penggunaan obat untuk hiperkolesterolemia juga dapat dipertimbangkan jika metode tanpa menggunakan obat tidak membuahkan hasil, namun perlu diperhatikan
efek samping dari penggunaan obat tersebut. Pada obat golongan statin misalnya, meskipun dapat diterima tubuh dengan baik namun obat tersebut memiliki beberapa efek samping seperti sakit di otot-otot karena peradangan, radang hati (hepatitis)
6
Sementara itu, mengubah pola makan dengan diet juga sangat penting jika ingin mengurangi kadar kolesterol, apapun penyebabnya. Diet merupakan cara
menurunkan kadar kolesterol yang aman jika dilakukan dengan cara yang tepat (Dr. Mike Laker, 2006). Diet bisa juga dikatakan sebagai makanan seimbang, yaitu
makanan sehari-hari yang mengandung berbagai zat gizi dalam jumlah dan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan tubuh untuk hidup sehat secara optimal
(http://id.inaheart.or.id, 21 Oktober 2007).
Diet merupakan salah satu upaya pengendalian kolesterol yang sulit dilakukan oleh penderita hiperkolesterolemia. Hal ini dapat dilihat dari hasil survei terhadap 20 orang penderita hiperkolesterolemia di Laboratorium Klinik “X” Bandung, dimana
75% mengatakan bahwa mereka belum mampu untuk membatasi makanan berlemak
sesuai dengan anjuran dokter karena mereka mudah tergoda untuk memakan makanan berlemak. Sementara itu, 25% mengatakan bahwa mereka sudah dapat membatasi makanan berlemak sesuai dengan anjuran dokter. Agar diet dapat berjalan
lancar, maka diperlukan niat yang kuat dari para pelakunya. Menurut Icek Ajzen (2005), niat untuk menampilkan suatu perilaku disebut intention. Intention juga
merupakan penentu utama dan paling dekat dengan perilaku yang akan ditampilkan. Jika intention untuk diet kuat, maka diet yang dilakukan dapat berhasil. Sebaliknya jika intention untuk diet lemah, maka pelaksanaan diet dapat terhambat, bahkan
7
evaluasi positif atau negatif individu dalam menampilkan perilaku. Determinan kedua adalah subjective norms, yaitu persepsi mengenai ada tidaknya tuntutan dari
orang-orang signifikan dan kesediaan untuk mematuhi orang-orang-orang-orang tersebut. Determinan ketiga adalah perceived behavioral control, yaitu persepsi mengenai kemampuan
untuk menampilkan perilaku.
Berdasarkan survei terhadap 20 penderita hiperkolesterolemia tersebut diketahui juga bahwa 95% responden mempersepsi bahwa menjalani diet rendah
kolesterol dapat menghasilkan konsekuensi positif yaitu mengurangi kadar kolesterol dalam darah dan membuat tubuh terasa lebih fit. Hal ini membuat penderita
hiperkolesterolemia berusaha melakukan diet dengan sungguh-sungguh (attitude
toward the behavior), yaitu mereka mengurangi konsumsi makanan yang
mengandung lemak seperti daging, keju, kuning telur, makanan bersantan, dan makanan yang digoreng dengan minyak kelapa. Sementara itu, sebanyak 5% responden mempersepsi bahwa menjalani diet rendah lemak memiliki konsekuensi
negatif, yaitu mereka tidak bisa mengkonsumsi makanan berlemak yang mereka sukai karena makanan tersebut tidak dianjurkan bagi mereka yang memiliki kadar
kolesterol berlebih. Hal ini membuat penderita hiperkolesterolemia tidak menjalani diet dengan sungguh-sungguh, dan mereka tetap mengkonsumsi makanan berlemak sesuka hati mereka (attitude toward the behavior).
orang-8
dari perintah dokter untuk diet ataupun teguran dari suami/isteri, anak, dan teman bila mereka makan makanan berlemak. Sementara itu, sebanyak 20% responden
mempersepsi bahwa suami/isteri, anak, teman, dan dokter kurang mengharapkan mereka untuk melakukan diet sehingga mereka memiliki persepsi bahwa suami/isteri,
anak, teman, dan dokter tidak menuntut mereka untuk melakukan diet (subjective
norms).
Sebanyak 70% responden menyatakan mereka mempersepsi bahwa terdapat
hal-hal yang menghambat mereka melakukan diet misalnya sangat menyukai makanan berlemak yang tidak dianjurkan untuk dikonsumsi secara berlebih, sehingga
menimbulkan persepsi bahwa diet adalah hal yang sulit untuk dilakukan (perceived
behavioral control). Sisanya sebanyak 30% responden menyatakan mereka
mempersepsi bahwa terdapat hal-hal yang mendukung mereka melakukan diet misalnya tidak menyukai makanan berlemak yang memang tidak dianjurkan untuk dikonsumsi secara berlebih, sehingga menimbulkan persepsi bahwa diet adalah hal
yang cukup mudah untuk dilakukan (perceived behavioral control).
Berdasarkan paparan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
9
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
permasalahan yang akan dibahas dan ingin diteliti adalah seperti apakah intention dan determinan-determinannya untuk diet pada penderita hiperkolesterolemia di Laboratorium Klinik “X” Bandung.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang
intention dan determinan-determinannya untuk diet pada penderita hiperkolesterolemia di Laboratorium Klinik “X” Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran kekuatan
intention dan kekuatan kontribusi determinan-determinannya untuk diet pada
penderita hiperkolesterolemia di Laboratorium Klinik “X” Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoretis
10
2. Memberikan masukan bagi peneliti-peneliti lain yang berminat untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai gambaran intention dan
determinan-determinannya dari teori Planned Behavior.
1.4.2 Kegunaan Praktis
1. Memberikan informasi kepada para penderita hiperkolesterolemia mengenai gambaran intention dan determinan-determinannya untuk diet guna dijadikan
bahan pertimbangan dalam upaya mengurangi kolesterol.
2. Memberikan informasi kepada lembaga kesehatan, khususnya dokter yang
menangani penyakit hiperkolesterolemia mengenai gambaran intention dan determinan-determinannya untuk diet yang dimiliki penderita
hiperkolesterolemia sehingga para dokter dapat memotivasi pasien agar memiliki intention yang kuat dalam melakukan diet.
3. Memberikan informasi kepada keluarga penderita hiperkolesterolemia
mengenai gambaran intention dan determinan-determinannya yang dimiliki penderita hiperkolesterolemia dalam melakukan diet sehingga keluarga dapat
memotivasi penderita hiperkolesterolemia dalam melakukan diet.
1.5 Kerangka Pemikiran
11
Salah satu perubahan jasmani yang terjadi pada usia dewasa madya adalah perubahan pada sistem cardiovascular. Penyakit cardiovascular meningkat secara tajam pada
usia ini. Simpanan lemak secara perlahan terakumulasi dalam pembuluh darah dan berangsur-angsur mengurangi aliran darah ke berbagai organ tubuh, termasuk hati
dan otak (Santrock, 2004). Selain masalah penurunan fungsi tubuh, gaya hidup merupakan faktor penting yang berperan bagi kemunculan berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang sering muncul pada usia ini adalah kolesterol berlebih
(hiperkolesterolemia).
Kolesterol sebenarnya merupakan salah satu komponen lemak yang
memberikan kalori paling tinggi dan berfungsi sebagai zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita untuk membentuk dinding sel-sel dalam tubuh dan hormon steroid.
Tetapi bila kolesterol dalam tubuh berlebih (hiperkolesterolemia) maka akan menimbulkan penyempitan atau pengerasan pembuluh darah. Kondisi ini merupakan cikal bakal terjadinya penyakit jantung atau stroke. Oleh karena itu, perlu
penanggulangan dini agar hiperkolesterolemia tidak memicu timbulnya penyakit lain, dimana salah satu caranya adalah dengan diet.
Diet adalah aturan makanan khusus untuk kesehatan (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis, 1994). Pada individu penderita hiperkolesterolemia, diet
yang perlu dilakukan adalah diet rendah kolesterol. Diet ini berfungsi untuk menjaga
12
Menurut Icek Ajzen (1991), manusia berperilaku berdasarkan akal sehat dan selalu mempertimbangkan dampak dari perilaku tersebut. Hal inilah yang membuat
seseorang berniat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku tersebut. Di dalam teori planned behavior, niat seseorang untuk berperilaku disebut sebagai intention.
Intention tersebut ditentukan oleh tiga determinan, yaitu attitude toward the behavior,
subjective norms, dan perceived behavioral control.
Attitude toward the behavior adalah sikap favourable atau unfavourable
terhadap evaluasi positif atau negatif individu dalam menampilkan suatu perilaku, apakah banyak membawa dampak positif atau negatif. Hal tersebut dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi sikap penderita hiperkolesterolemia terhadap diet adalah emosi. Individu sering tidak dapat
bertanggung jawab atas tingkah laku yang ditampilkan saat stress atau pada saat adanya emosi yang kuat. Oleh karena itu, penderita hiperkolesetrolemia yang sedang berada dalam kondisi tertekan atau stress sering lupa akan diet yang sedang
dijalankannya dan makan secara tidak terkendali. Sementara itu, faktor eksternal yang mempengaruhi sikap penderita hiperkolesterolemia terhadap diet adalah banyaknya
informasi yang dimiliki oleh individu. Semakin banyak informasi yang dimiliki, maka penderita hiperkolesterolemia dapat menentukan konsekuensi apa saja yang akan diperolehnya jika melakukan diet.
13
biaya makan, dan membuat tubuh lebih fit, sehingga mereka akan mempersepsi bahwa diet merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Mereka akan menunjukkan
sikap yang disiplin dalam melakukan diet dan taat terhadap aturan diet. Hal ini membuat intention mereka akan semakin kuat ke arah perilaku diet.
Sebaliknya, penderita hiperkolesterolemia yang memiliki sikap unfavourable terhadap perilaku diet akan mempersepsi bahwa diet tidak membawa dampak yang positif bagi diri, melainkan membawa dampak negatif bagi diri seperti merasa lapar
dan tidak dapat mengonsumsi makanan berlemak sesuka hati mereka, sehingga mereka menganggap bahwa diet adalah hal yang tidak penting. Dalam hal ini
intention-nya akan semakin lemah ke arah perilaku diet.
Determinan subjective norms adalah persepsi individu mengenai tuntutan dari
orang yang signifikan baginya (important others) untuk menampilkan atau tidak menampilkan suatu perilaku dan kesediaan untuk mematuhi orang-orang yang signifikan tersebut. Apabila penderita hiperkolesterolemia memiliki keyakinan bahwa
suami/isteri, anak, teman, dan dokter menuntutnya untuk diet, maka mereka akan memiliki persepsi bahwa orang-orang tersebut menuntutnya untuk diet (subjective
norms). Tuntutan tersebut dapat berupa perintah dokter untuk diet ataupun teguran dari suami/isteri, anak, dan teman bila mereka makan makanan berlemak. Hal ini membuat intention mereka untuk diet menjadi kuat. Sebaliknya, jika penderita
orang-14
orang tersebut tidak menuntutnya untuk diet (subjective norms) sehingga intention mereka untuk diet menjadi lemah.
Determinan ketiga yaitu perceived behavioral control adalah persepsi individu mengenai kemampuan mereka untuk menampilkan perilaku.
Kemunculannya dilatarbelakangi oleh keyakinan mengenai ada atau tidaknya barrier atau rintangan yang dapat menghambat munculnya perilaku. Persepsi tersebut akan mempengaruhi kuat lemahnya intention seseorang. Apabila penderita
hiperkolesterolemia mengetahui bahwa tidak terdapat barrier yang dapat menghambat mereka untuk diet seperti tidak menyukai makanan yang memang tidak
dianjurkan, maka mereka akan memiliki persepsi bahwa diet mudah untuk dilakukan
(perceived behavior control), sehingga intention mereka untuk diet menjadi kuat.
Tetapi bila penderita hiperkolesterolemia merasa bahwa terlalu banyak barrier yang menghambat mereka untuk diet seperti merasa bahwa makanan yang dianjurkan dalam diet kurang enak, berada jauh dari rumah atau sedang bersama teman, dan
ketersediaan healthy food di lingkungan sekitarnya, maka mereka akan memiliki persepsi bahwa diet sulit untuk dilakukan (perceived behavior control), sehingga
intention mereka untuk diet menjadi lemah.
Interaksi dari attitude toward behavior, subjective norms, dan perceived
behavioral control akan mempengaruhi kuat lemahnya intention penderita
15
diet akan semakin kuat. Sebaliknya, jika attitude toward behavior, subjective norms, dan perceived behavioral control penderita hiperkolesterolemia untuk diet seluruhnya
negatif, maka intention penderita hiperkolesterolemia dalam memunculkan perilaku diet akan semakin lemah.
Lain halnya jika terdapat variasi dari ketiga determinan tersebut dimana tidak seluruhnya positif atau negatif. Menurut teori Planned Behavior, walaupun dua dari ketiga determinan bernilai positif terhadap intention untuk diet, namun belum tentu
intention penderita hiperkolesterolemia untuk diet akan semakin kuat. Hal ini
dikarenakan intention penderita hiperkolesterolemia bukan ditentukan berdasarkan
jumlah determinan yang positif terhadap perilaku, tetapi seberapa besar pengaruh masing-masing determinan terhadap intention. Oleh karena itu, masih terdapat
kemungkinan bahwa walaupun dua determinan bernilai positif namun intention yang ditimbulkan justru lemah.
Jika subjective norms yang dimiliki individu terhadap suatu perilaku adalah
positif, maka walaupun attitude toward the behvior dan perceived behavioral control-nya negatif, intention untuk menampilkan perilaku tersebut akan kuat karena
subjective norms merupakan determinan yang memberikan pengaruh paling kuat bagi
intention. Demikian pula halnya jika subjective norms yang dimiliki individu
terhadap suatu perilaku adalah negatif, walaupun attitude toward the behavior dan
perceived behavioral control-nya positif, intention untuk melakukan perilaku menjadi
16
Ketiga determinan tersebut juga dapat saling berhubungan satu sama lain. Bila hubungan antara attitude toward behavior dan subjective norms erat, maka penderita
hiperkolesterolemia yang memiliki sikap favorable terhadap diet juga akan memiliki persepsi bahwa suami/istri, anak, teman dan dokter menuntut mereka untuk diet dan
mereka bersedia untuk mematuhi orang-orang tersebut, sehingga sikapnya akan semakin menyukai diet.
Bila terdapat hubungan yang erat antara attitude toward behavior dan
perceived behavior control, maka penderita hiperkolesterolemia yang memiliki sikap
favorable terhadap diet juga akan memiliki persepsi bahwa diet itu mudah untuk
dilakukan, sehingga sikapnya akan semakin menyukai untuk diet.
Bila terdapat hubungan yang erat antara subjective norms dan perceived
behavior control, maka penderita hiperkolesterolemia yang memiliki persepsi bahwa
suami/istri, anak, teman dan dokter menuntut mereka untuk diet dan mereka bersedia untuk mematuhi orang-orang tersebut juga akan memiliki persepsi bahwa diet itu
mudah untuk dilakukan, sehingga sikapnya akan semakin menyukai untuk diet. Kontribusi dan korelasi dari ketiga determinan tersebut akan mempengaruhi
17
Skema Kerangka Pemikiran Penderita
Hiperkolesterolemia di Laboratorium Klinik “X” Bandung
Attitude toward the behavior
Subjective norms
Perceived
behavioral control
Intention Diet Faktor-faktor yang mempengaruhi:
- Internal: Emosi - Eksternal:
Informasi mengenai diet
18
1.6 Asumsi
1. Penderita hiperkolesterolemia perlu melakukan diet rendah lemak agar
sebagai salah satu cara menjaga kadar kolesterol dalam taraf seimbang.
2. Penderita hiperkolesterolemia memiliki intention yang berbeda-beda dalam
melakukan diet.
3. Intention penderita hiperkolesterolemia untuk diet dipengaruhi oleh attitude toward the behavior, subjective norms, dan perceived behavioral control yang
berbeda-beda.
4. Kuat lemahnya intention penderita hiperkolesterolemia untuk diet tergantung
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian mengenai intention beserta determinan-determinannya dalam melakukan diet guna menjaga kadar kolesterol dalam darah terhadap 30 penderita hiperkolesterolemia di Laboratorium Klinik “X” Bandung, dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Sebesar 96,67% penderita hiperkolesterolemia di Laboratorium Klinik “X”
Bandung memiliki intention kuat dalam melakukan diet.
2. Determinan yang memberi kontribusi dalam kategori moderat terhadap
intention dalam melakukan diet adalah determinan perceived behavioral
control (rs = 0,470). Artinya penderita hiperkolesterolemia yang menghayati
bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan diet, maka hal tersebut
akan cukup mempengaruhinya untuk memiliki intention dalam mengendalikan kolesterol dalam darah dengan cara diet.
3. Determinan subjective norms memberi kontribusi rendah (rs = 0,344) terhadap intention untuk melakukan diet, artinya meskipun para penderita hiperkolesterolemia memperoleh dukungan atau tuntutan dari orang-orang
62
4. Determinan attitude toward the behavior memberikan kontribusi yang sangat rendah terhadap intention untuk melakukan diet (rs = 0,145), artinya sikap
favourable atau unfavourable akan diet berpengaruh sangat rendah terhadap
niat untuk melakukan diet.
5. Ketiga determinan yaitu attitude toward the behavior, subjective norms, dan
perceived behavioral control saling berkorelasi satu sama lain. Determinan
attitude toward the behavior dan determinan perceived behavioral control
memiliki hubungan timbal balik yang kuat (rs = 0,842). Penderita hiperkolesterolemia yang memiliki sikap yang favorable terhadap diet akan
mempersepsi bahwa mereka mampu untuk melakukan diet, demikian pula penderita hiperkolesterolemia yang mempersepsi bahwa mereka mampu
melakukan diet akan memiliki sikap favorable terhadap diet.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
1. Untuk penelitian lebih lanjut:
Melakukan wawancara terhadap penderita hiperkolesterolemia mengenai
intention dan determinan-determinannya agar hasil yang diperoleh lebih
63
2. Bagi penderita hiperkolesterolemia:
Belajar menyukai makanan yang rendah kolesterol agar diet yang dilakukan
tidak terasa sulit.
3. Bagi para dokter di Laboratorium Klinik “X” Bandung, disarankan untuk:
- Memberikan aturan mengenai diet rendah kolesterol secara bertahap agar para pasien tidak merasa kaget dengan pembatasan asupan makanan sehingga dapat beradaptasi secara bertahap terhadap perilaku
diet.
- Menyarankan para pasien untuk membawa bekal makanan yang rendah
kolesterol jika hendak bepergian jauh dari rumah mengingat ketersediaan makanan rendah kolesterol sulit ditemui.
4. Bagi keluarga penderita hiperkolesterolemia:
Memberikan dukungan terhadap kegiatan diet yang dilakukan penderita hiperkolesterolemia. Dukungan ini dapat berupa meyakinkan penderita
hiperkolesterolemia bahwa mereka mampu untuk melakukan diet dan tetap mengawasi kegiatan diet yang dilakukan tersebut. Selain itu keluarga dapat
DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, Icek. 2005. Attitudes, Personality and Behavior. England: Open University Press, McGraw-Hill Education.
.2006. Constructing a TpB Questionnaire: Conceptual and Methodological Considerations.
Arora, Dr. Anjali. 2007. Kontrol Kolesterol: Memahami Kolesterol dan Mengukur
Risiko Yang Anda Miliki. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.
Bamberg, Sebastian., Ajzen, Icek., Schimdt, Peter. 2003. Choice of Travel Mode in the Theory of Planned Behavior: The Roles of Past Behavior, Habit, and Reasoned Action. Journal of Basic and Applied Social Psychology, 25. 175-187. Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Bangun, Dr. A. P. 2003. Terapi Jus dan Ramuan Tradisional Untuk Kolesterol. Jakarta: Agro Media Pustaka.
Denscombe, Martin. 2003. The good research guide (second edition). Glasgow: Open University Press.
Filla, Stefanie A. 2006. Applying the theory of planned behavior to healthy eating behaviors in urban native American youth. International journal
of behavioral nutrition and physical activity. 1-10. America Biomedical
Central. Ltd.
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Hurlock, Ellizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan
Santrock, John W. 2004. Life Span Development. Dubuqu, Iowa: Wm.C. Brown Publisher. Ninth Edition.
Siegel, Sidney, N. John Castellan Jr. 1988. Nonparametric Statistic for Behavioral
DAFTAR RUJUKAN
http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/common/ptofriend.aspx?x=Health+Man&y=cyberm ed%7C0%7C0%7C13%7C557, diakses tanggal 16 Agustus 2007
http://id.inaheart.or.id/?p=39, diakses tanggal 21 Oktober 2007
http://id.inaheart.or.id/?p=32, diakses tanggal 21 Oktober 2007
http://www.mail-archive.com/dokter@yahoogroups.com/msg01288.html
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0405/04/0502.htm, Senin, 04 April 2005
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=199649&kat_id=150, Selasa,31 Mei 2005
Republika online -http://www.republika.co.id, Selasa, 26 April 2005
Ariestya, Yovanny. 2007. Studi Deskriptif mengenai Intention dan
Determinan-Determinannya Dalam Pengelolaan Diabetes Dengan Diet Pada Pengidap Diabetes Melitus Di Rumah Sakit “X” Bandung. Skripsi sarjana. Bandung: Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung. Fahmi, Muhamad. 2007. Studi Deskriptif mengenai Intention dan
Determinan-Determinannya Dalam Kegiatan Melayani Nasabah Pada Teller Bank „X“ Karawang. Skripsi sarjana. Bandung: Program Sarjana Fakultas Psikologi