• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. yang belum bersertifikat di SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. yang belum bersertifikat di SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II menjelaskan beberapa konsep yang terkait dengan penelitian tentang penguasaan kompetensi profesional antara guru yang sudah bersertifikat dan guru yang belum bersertifikat di SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa.

2.1. Profesi Guru

"Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam

mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik”.1 Dengan demikian, pekerjaan

sebagai seorang guru tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang. Pekerjaan yang tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang ini biasa disebut sebagai profesi. Jadi, guru merupakan suatu profesi. Selain tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang, profesi guru merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian dan pendidikan khusus.

Berkaitan dengan profesi guru sebagai suatu jabatan, sebenarnya pada tahun 1948 sudah muncul konsep profesi guru. Konsep ini dibuat oleh Nasional Education Association (NEA) yang mengemukakan kriteria syarat-syarat profesi guru sebagai berikut:

a. jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual;

b. jabatan khusus yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus;

c. jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama;

d. jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan;

e. jabatan yang menentukan standarnya sendiri;

1

(2)

9

f. jabatan yang lebih mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi;

g. jabatan yang mempunyai organisasi profesional.”2

Selain NEA, konsep profesi guru juga dikemukakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dalam pasal 7 ayat 1 Undang-Undang tersebut tertulis bahwa ”Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagi berikut:

a. memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;

b. memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu

pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; c. memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang

pendidikan sesuai dengan bidang tugasnya;

d. memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;

e. memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;

f. memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;

g. memiliki kesempatan untuk mengembangkan

keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;

h. memiliki jaminan perlindungan hukum dalam

melaksanakan tugas keprofesionalan;

i. memiliki organisasi profesi yang mempunyai wewenang mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas

keprofesionalan guru.”3

2.2. Guru yang Profesional

Guru mempunyai peran yang sangat strategis dalam upaya mewujudkan tujuan pembangunan nasional, khususnya di bidang pendidikan, sehingga perlu dikembangkan sebagai tenaga profesi yang bermartabat dan profesional. Status guru sebagai tenaga pendidik yang profesional didukung oleh pendapat beberapa ahli

2

Soetjipto dan Kosasi Raflis, 2000, Profesi Keguruan, PT Rineka Cipta, Jakarta, hal. 18. 3

(3)

10

seperti Hazkew yang mengatakan bahwa ”Teacher is professional person who conducts classes. Sedangkan menurut Grambs mengatakan bahwa ”Teacher are those persons who consciously direct the experiences and behavior of an individual

so that education takes places.” 4

Pada dasarnya seperangkat tugas yang harus dilakukan oleh seorang guru berhubungan dengan profesinya sebagai pengajar. Pada perkembangannya, guru yang professional tidak hanya dituntut untuk menguasai bidang ilmu, bahan ajar, metode pembelajaran, memotivasi peserta didik, memiliki ketrampilan yang tinggi dan wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan, tetapi juga harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang hakikat manusia dan masyarakat. Dengan demikian, setidaknya terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Keberhasilan seorang guru dalam menjalankan tugas-tugasnya tersebut sangat bergantung kepada kompetensi yang dimiliki.

Terdapat beberapa pengertian kompetensi, salah satunya adalah pengertian Charles yang mengemukakan bahwa “Competency as rational performance which satisfactorily meets the objective for a desired condition. Sedangkan Undan-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dalam pasal 1 : 10 dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan”.5 Dari kedua definisi tersebut, kompetensi guru menunjuk kepada

performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu di

4 Uno Hamzah, Op. Cit, hal. 15. 5

(4)

11

dalam pelaksanaan tugas-tugas pendidikan. Pembahasan lebih lanjut mengenai kompetensi ada dalam pasal 10 UUGD, yang mengemukakan bahwa “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetnsi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Penjelasan mengenai salah satu kompetensi tersebut adalah kompetensi profesional.

2.3. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional adalah ”kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional

Pendidikan”.6 Kompetensi profesional ini merupakan suatu kemampuan yang

membedakan profesi guru dengan profesi yang lain.

Kompetensi profesional merupakan satu dari empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Kompetensi profesional seorang guru adalah ”seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat

melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil”.7 Kompetensi profesional ini

disusun agar dalam mengajar guru terarah dan kreatif dalam mengajar. Disamping itu juga kompetensi profesional ini disusun untuk membantu guru melakukan tugasnya dalam mengajar, apa saja yang harus dilakukan agar dapat mengajar dengan baik. Berbeda dengan tiga kompetensi yang lain, kompetensi profesional ini terkait langsung dengan langkah-langkah yang harus dikuasai guru dalam mengajar agar dapat dikatakan seorang guru yang profesional. Kompetensi profesional guru

6

Ibid. hal 135. 7

(5)

12

terkait dengan pelaksanaan tugas mengajar seorang guru. Dalam kompetensi profesional terdapat lima kompetensi inti guru yang harus dikuasai oleh guru.

”Lima kompetensi inti guru tersebut adalah:

1. menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. 2. menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.

3. mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.

4. mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.

5. memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

mengembangkan diri”.8

Kompetensi profesional ini terkait langsung dengan mata pelajaran yang akan diajarkan oleh guru. Lima kompetensi inti guru ini harus benar-benar dikuasai oleh guru untuk dapat mengajar dengan benar pula. Salah satu yang dianggap penting untuk dilaksanakan secara benar adalah mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.

2.4. Profesionalisasi Guru

Dalam kaitannya dengan tugas guru dalam bidang profesi, seorang guru dituntut untuk mengembangkan keprofesionalannya dengan melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan professional. Upaya ini sering disebut sebagai profesionalisasi. Profesionalisasi dalam bidang keguruan mengandung arti peningkatan segala daya dan usaha dalam rangka pencapaian secara optimal layanan yang akan diberikan kepada masyarakat. Dengan kata lain, profesionalisasi guru berarti upaya peningkatan profesionalisme guru.

8

Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 16 Tahun 2007

dalam Undang-Undang Guru dan Dosen UU RI No. 14 Tahun 2005, Sinar Grafika, Jakarta,2007, hal

(6)

13

“Enam asumsi perlunya profesionalisasi dalam bidang pendidikan, yakni sebagai berikut:

1. subjek pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan, pengetahuan, emosi, perasaan, dan dapat dikembangkan segala potensinya;

2. pendidikan dilakukan secara intensional, yakni secara sadar dan bertujuan, maka pendidikan diikat oleh norma-norma dan nilai-nilai yang baik secara universal, nasional, maupun lokal;

3. teori-teori pendidikan merupakan kerangka hipotesis dalam menjawab permasalahan pendidikan;

4. pendidikan bertolak dari asumsi pokok tentang manusia, yakni manusia mempunyai potensi yang baik untuk berkembang;

5. inti pendidikan terjadinya dialog antara peserta didik dengan pendidik yang memungkinkan peserta didik tumbuh kearah yang dikehendaki oleh pendidik dan selaras dengan nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat;

6. sering terjadinya dilemma antara tujuan utama pendidikan, yakni menjadikan manusia yang baik, dengan misi instrumental yakni merupakan alat untuk

perubahan atau mencapai sesuatu”9

.

Peningkatan profesionalisme guru merupakan hal yang tidak bisa ditawar lagi untuk meningkatkan mutu pendidikan. Profesionalisme guru disini adalah upaya untuk membantu guru belum memiliki kualifikasi profesional menjadi profesional.

“Upaya peningkatan profesionalisme guru dapat dilakukan melalui kegiatan:

1. peningkatan kualifikasi melalui jenjang pendidikan formal;

2. peningkatan kompetensi melalui pendidikan dan pelatihan;

3. peningkatan kompetensi melalui kegiatan yang

dirancang oleh organisasi profesi;

4. belajar mandiri”.10

Profesional guru sebagai suatu proses tidak dapat terlepas dari beberapa teori yang melatar belakanginya, seperti teori konvergensi, konstruktivisme, dan

9

Soetjipto dan Kosasi Raflis, Op. Cit, hal.18.

(7)

14

behavior. Ketiga toeri filsafat psikologi perkembangan tersebut memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.

“Teori konvergensi menjelaskan bahwa seorang guru telah memiliki bakat

sebagai pendidik sejak dilahirkan”11. Perkembangan bakat itu sangat tergantung

dari lingkungannya. Jika lingkungan mendukung perkembangan tersebut, maka besar kemungkinan terbentuk guru yang profesional. Demikian pula sebaliknya jika lingkungan tidak mendukung, maka kemungkinan terbentuk guru yang profesional sangat kecil.

Berbeda dengan teori konvergensi, teori konstruktivisme lebih dekat dengan teori empirisme karya John Locke. “Teori konstruktivisme menekankan pada

pengetahuan yang merupakan bentukan dari pengalaman seseorang”12.

Pengetahuan akan berkembang seiring dengan penambahan pengalaman. Dalam kerangka proses profesionalisasi guru, pengetahuan yang dimaksud adalah profesionalisme guru. Dengan demikian, profesioanlisme guru akan berkembang seiring dengan pengalaman guru dalam kaitan dengan profesinya sebagai seorang guru.

Teori behaviorisme yang dipelopori oleh John Watson, Skinner dan Pavlov menyatakan bahwa manusia akan melakukan suatu respon tertentu apabila dia dikenai dengan suatu stimulus tertentu. Dalam kerangka profesionalisasi guru, seorang guru akan berpartisipasi aktif dalam upaya pengembangan profesionalisme apabila terdapat stimulus tertentu. Stimulus yang dimaksud dapat berasal dari lingkungan yang alami, dan lingkungan yang terkondisi. Lingkungan yang alami

11

Suparno Paul, 1997, Filsafat Konstrukstivisme dalam Pendidikan, Kanisius, Yogyakarta, hal. 11.

12

(8)

15

adalah teman guru, siswa, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan yang terkondisi adalah peraturan perundang-undangan, seperti UUGD yang menjajikan tunjangan profesi bagi guru professional.

Bertolak dari teori-teori tersebut, pemerintah dirasa perlu campur tangan dalam upaya profesionalisasi guru. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan kemampuan profesional guru dilakukan dengan mengadakan sertifikasi guru dalam jabatan.

2.5. Sertifikasi Guru

Pasal 1 ayat 11 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, mengemukakan “sertifikasi adalah proses pemberian

sertifikat pendidik untuk guru dan dosen”.13 Sedangkan dalam buku 2 pedoman

sertifikasi guru dalam jabatan dikemukakan bahwa “sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi persyaratan yang

dibuktikan dengan dimilikinya sertifikat profesi pendidik”14.

“Sertifikasi guru bertujuan untuk:

1. melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan; 2. melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak

kompeten, sehingga merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan;

3. membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan, dengan menyediakan rambu-rambu dan instrument untuk melakukan seleksi terhadap pelamar yang kompeten;

4. membangun citra masyarakat terhadap profesi

pendidik dan tenaga kependidikan;

5. memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan dan tenaga kependidikan”15.

13

Yamin Martinis, 2007, Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP, Gaung Persada Press, Jakarta, hal. 196.

14

Samani Muchlas, 2008, Buku 2 Pedoman Sertifikasi Guru dalam Jabatan Melalui Penilaian

Portofolio, Dirjen Dikti, Jakarta, hal 1.

15

Wibowo, Mungin Eddy, 2004, Standardisasi, Sertifikasi, dan Lisensi Profesi Pendidik dan

(9)

16

Guru dapat memperoleh sertifikat pendidik melalui dua jalur, yaitu pemberian sertifikat pendidik secara langsung dan melalui penilaian rencana pembelajaran. Penilaian rencana pembelajaran pada hakikatnya adalah uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik. Penilaian tersebut dilakukan terhadap kumpulan dokumen yang mencerminkan jejak prestasi guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan agen pembelajaran. Penilaian menjadi dasar untuk menentukan tingkat profesionalitas guru bersangkutan. Rencana Pembelajaran (RPP) terdiri atas tujuh komponen, yaitu: materi pokok, alokasi waktu, tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, media alat dan sumber belajar, langkah-langkah pembelajaran, dan penilaian.

2.5.1. Penguasaan Materi Pokok

Penguasaan materi pokok adalah “pokok- pokok materi yang harus dipelajari siswa sebagai sarana pencapaian kompetensi dasar dan yang akan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian yang disusun berdasar indikator pencapaian

belajar”.16 Secara umum materi pokok dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis

yaitu fakta, konsep, prinsip dan prosedur. Materi jenis fakta adalah materi yang berupa nama-nama objek, tempat, orang, lembaga, peristiwa sejarah, bagian atau komponen suatu benda, dan sebagainya. Materi konsep berupa pengertian, definisi dan hakikat. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus dan paradigma. Materi jenis prosedur berupa langkah- langkah mengerjakan sesuatu secara urut.

Materi pokok merupakan butir-butir bahan pelajaran yang dibutuhkan siswa untuk mencapai suatu kompetesni dasar. Pengurutan materi pokok dapat menggunakan pendekatan procedural, konkret ke abstrak, dan pendekatan tematik.

16

(10)

17

“Dalam mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang

menunjang pencapaian kompetensi dasar dengan

mempertimbangkan: 1. potensi peserta didik;

2. relevansi dengan karakteristik daerah;

3. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik;

4. kebermanfaatan bagi peserta didik; 5. struktur keilmuan;

6. aktualisasi, kedalaman, dan keluasaan materi

pembelajaran;

7. relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan;

8. alokasi waktu”.17

2.5.2. Penguasaan Alokasi Waktu

Alokasi waktu adalah “waktu yang diperlukan untuk menguasai

masing-masing kompetensi dasar”.18 Alokasi pada setiap kompetensi dasar dilakukan

dengan memperhatikan jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran perminggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingannya. Alokasi waktu dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu yang dibutuhkan oleh rata-rata peserta didik untuk menguasai kompetensi dasar.

Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu, meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran termasuk muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan pengembangan diri. Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan pembelajaran terjadwal pada satuan pendidikan yang dimaksud. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus.

17

Ibid, hal.232.

18

(11)

18 2.5.3. Penguasaan Tujuan Pembelajaran

“Penetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru dalam

memilih metode yang akan digunakan di dalam menyajikan materi pengajaran”.19

Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran, sertá kemampuan yang harus dicapai siswa. Sasaran tersebut dapat terwujud dengan menggunakan metode-metode pembelajaran.

Dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan bahwa tujuan pembelajaran memberikan petunjuk untuk memilih isi mata pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih alat-alat bantu pengajaran dan prosedur pengajaran, serta menyediakan

ukuran (standar) untuk mengukur prestasi belajar siswa”.20

2.5.4. Penguasaan Metode Pembelajaran

“Metode pembelajaran merupakan cara melakukan atau menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa

untuk mencapai tujuan tertentu”.21

Di bawah ini digambarkan sinkronisasi antara metode dengan kemampuan yang akan dicapai berdasrkan indikator yang telah dirancang atau disepakati oleh guru atau guru bersama-sama siswa.

Tabel 2.5.1. Macam-macam Metode Pembelajaran

No Metode Kemampuan Yang Akan Dicapai Berdasarkan Indikator

1 Ceramah Menjelas konsep/prinsip/prosedur

2 Demonstrasi Menjelaskan suatu ketrampilan berdasarkan stándar prosedur

tertentu

3 Tanya Jawab Mendapatkan umpan balik/partisipasi/menganalisis

19

Martinis Yamin, 2008, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, Gaung Persada Press, Jakarta, hal. 133.

20

http://www.artikelbagus.com/2011/11/pengertian-tujuan-dan-cara-merumuskan-tujuan-pembelajaran.html 21

(12)

19

4 Penampilan Melakukan sesuatu ketrampilan

5 Diskusi Menganalisis/memecahkan masalah

6 Studi Mandiri Menjelaskan/menerapkan/menganalisis/mensistesis/mengevalu

asi/melakukan sesuatu baik yang bersifat kognitif maupun psikomotor 7 Kegiatan Pembelajaran Terprogram Menjelaskan konsep/prinsip/prosedur 8 Latihan Bersama Teman

Melakukan sesuatu ketrampilan

9 Simulasi Menjelaskan/menerapkan/menganalisis suatu konsep dan

prinsip 10 Pemecahan

Masalah

Menjelaskan/menerapkan/menganalisis konsep/prosedur/prinsip tertentu

11 Studi Kasus Menganalisis dan memecah masalah

12 Insiden Menganalisis dan memecah masalah

13 Praktikum Melakukan sesuatu ketrampilan

14 Proyek Melakukan sesuatu/menyusunkan laporan suatu kegiatan

15 Bermain Peran

Menerapkan suatu konsep/prinsip/prosedur

16 Seminar Menganlisis/memecahkan masalah

17 Simposium Menganalisis masalah

18 Tutorial Menjelaskan/menerapkan/menganalisis

konsep/prosedur/prinsip

19 Deduksi Menjelaskan/menerapkan/menganalisis

konsep/prosedur/prinsip

20 Induksi Mensintesis suatu konsep, prinsip atau perilaku

21 Computer Assisted Learning

Menjelaskan/menerapkan/menganalisis/mensintesis/mengeval

uasi sesuatu”.22

2.5.5. Penguasaan Media Alat dan Sumber Belajar

Sumber belajar adalah “rujukan, objek dan bahan yang digunakan untuk

kegiatan pembelajaran”.23 Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik,

nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar dilakukan berdasarkan stándar kompetensi dan kompetensi dasar, indikator kompetensi, serta materi pokok, dan kegiatan pembelajaran.

22

Ibid, hal 139. 23

(13)

20

Sumber belajar yang perlu dikembangkan dalam KTSP di sekolah antara lain laboratorium, pusat sumber belajar, dan perpustakaan, serta tenaga pengelola yang profesional. Sumber belajar tersebut perlu didayagunakan seoptimal mungkin, dipelihara, dan disimpan dengan sebaik-baiknya. Dalam pada itu, kreativitas guru dan peserta didik perlu senantiasa ditingkatkan untuk membuat dan mengembangkan alat-alat pembelajaran serta alat peraga lain yang berguna bagi peningkatan kualitas pembelajaran.

Dalam pengembangan sumber belajar, guru disamping harus mampu membuat sendiri alat pembelajaran dan alat peraga, juga harus berinisiatif mendayagunakan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar yang lebih konkrit. Pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar, misalnya memanfaatkan batu-batuan, tanah, tumbuh-tumbuhan, keadaan alam, pasar, kondisi sosial, ekonomi, dan budaya kehidupan yang berkembang di masyarakat.

2.5.6. Penguasaan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran adalah “bentuk atau pola umum kegiatan

pembelajaran yang akan dilaksanakan”.24 Strategi pembelajaran meliputi kegiatan

tatap muka dan non tatap muka (pengalaman belajar). Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan mengembangkan bentuk-bentuk interaksi langsung antar guru dengan siswa, seperti ceramah, diskusi, presentasi, kuis, dan sebagainya. Pengalaman belajar adalah kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi ajar, baik dilakukan di dalam maupun di luar kelas untuk menguasai kompetensi dasar yang telah ditentukan.

24

(14)

21

“Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.

1. memberikan bantuan guru agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.

2. memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.

3. penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran.

4. rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur perinci yang

mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar

peserta didik, yaitu kegiatan siswa dan materi”.25

“Langkah-langkah Pembelajaran: 1. Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu

pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk

membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

2. Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. 3. Penutup

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau simpulan, penilaian dan

refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut”.26

2.5.7. Penguasaan Penilaian

Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunkan tes dan nontes dalam bentuk

25

Ibid, hal. 235.

26

(15)

22

tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas.

“Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi

informasi yang bermakna dalam pengambilan

keputusan”.27

“Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian adalah sebagai berikut:

1. penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.

2. penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu

berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran dan bukan

untuk menentukan posisi seseorang terhadap

kelompoknya.

3. sistem yang direncanakan adalah sistema penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih.

4. hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa proses pembelajaran berikutnya.

5. sistema penilaian harus disesuaikan dengan

pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses

pembelajaran”.28

2.6.Kerangka Penelitian

Gambar 2.1. Kerangka Penelitian Penguasaan Kompetensi Profesional Antara Guru Yang Sudah Bersertifikat dan Guru Yang Belum Bersertifikat di SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa

27

Ibid, hal.235-236.

28

Ibid, hal.236.

Penguasaan Kompetensi Profesional

Guru Sudah Bersertifikat Guru Belum Bersertifikat

(16)

23 2.7. Hipotesis

Dengan mengacu pada kesimpulan teoritis yang telah dibuat, peneliti merumuskan hipotesis kerja sebagai berikut.

1. Hipotesis kerja 1 :

Penguasaan kompetensi profesional antara guru yang sudah bersertifikat lebih tinggi dibandingkan dengan guru yang belum bersertifikat di SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa.

H0 : µ1 = µ2

H1 : µ1 > µ2

Nilai rata-rata penguasaan kompetensi profesional guru yang sudah bersertifikat adalah µ1. Sedangkan nilai rata-rata penguasaan kompetensi profesional

guru yang belum bersertifikatµ2.

2. Hipotesis kerja 2 :

Penguasaan kompetensi Profesional guru SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa yang belum bersertifikat adalah rendah.

Ho: µ0 = 85

H1: µ1 < 85

Nilai rata-rata penguasaan kompetensi profesional guru supaya lolos penilaian rencana pembelajaran adalah µ1. Sedangkan nilai rata-rata kompetensi

profesional guru yang belum bersertifikat adalah µ2.

3. Hipotesis kerja 3 :

Penguasaan kompetensi Profesional guru SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa yang sudah bersertifikat adalah tinggi.

(17)

24

H1: µ1 > 85

Nilai rata-rata penguasaan kompetensi profesional guru supaya lolos penilaian rencana pembelajaran adalah µ1. Sedangkan nilai rata-rata kompetensi

Gambar

Tabel 2.5.1. Macam-macam Metode Pembelajaran
Gambar 2.1. Kerangka Penelitian Penguasaan Kompetensi Profesional Antara Guru  Yang Sudah Bersertifikat dan Guru Yang Belum Bersertifikat di SMP  Negeri se Kecamatan Ambarawa

Referensi

Dokumen terkait

Apabila pengguna jasa menghendaki perubahan atas sebagian atau seluruh isi, lingkup rancangan bangunan setelah memberikan persetujuan atas rancangan bangunan yang telah diselesaikan

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Aplikas Rencana Anggaran

Kepuasan kerja mempunyai peranan penting terhadap kinerja apoteker, ketika seorang apoteker merasakan kepuasan dalam bekerja maka apoteker tersebut akan berupaya

Jumlah Penyedia Jasa yang telah mendaftar untuk mengikuti Pelelangan Umum Pekerjaan Pemetaan Gudang Dalam Rangka Ketahanan Pangan Nasional Dan Sistem Resi Gudang

Masalah utama berkaitan dengan proses pertumbuhan adalah bila eksplan yang ditanam mengalami stagnasi, dari mulai tanam hingga kurun waktu tertentu tidak mati tetapi tidak

/. Penatalaksanaan dis$agia se&#34;ara komprehensi$. A&#34;ara ilmiah  penglepasan purna tugas Pro$ 0r.. Menelan adalah mekanisme ang komplek ! terutama karena $aring pada

Dengan referensi penelitian-penelitian tersebut, serta melihat fenomena manajemen laba di sekitar IPO dan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, oleh

NO TAHAPAN RINCIAN KEGIATAN MEDIA WAKTU dari kegiatan Pembimbingan VIII  Pembimbing menjelaskan tentang strategi Pembimbingan pada kegiatan Pembimbingan VIII  Tanya