SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur
Oleh :
SAGITA AYU KINANTI NPM : 0441010071
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
Penelitian ini didasarkan pada fenomena kemiskinan yang terjadi di Kelurahan Petemon. Hal ini terbukti dengan tidak dimilikinya sarana dan prasarana yang layak dan kurangnya kesadaran masyarakat tentang arti kehidupan yang nyaman.
Perumusan masalah yang digunakan adalah bagaimana cara mewujudkan Pemberdayaan Masyarakat melalui PNPM Mandiri di Kelurahan Petemon, Kecamatan Sawahan, Kota Surabaya, (studi mengenai pengelola Lingkungan). Sesuai dengan masalah tersebut maka dapat diketahui tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang Pemberdayaan Masyarakat melalui PNPM Mandiri di Kelurahan Petemon, Kecamatan Sawahan, Kota Surabaya mengenai pengelola lingkungan agar tercipta tata kehidupan masyarakat yang nyaman.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yang memiliki satu variabel yaitu Pemberdayaan Masyarakat melalui PNPM Mandiri. Fokus penelitian adalah pendataan kondisi prasarana dan penyusunan rencana pemanfaatan dan pemeliharaan prasarana. Pedoman yang digunakan dalam penelitian ini pada Peraturan Presiden No.07 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional 2004 - 2009 dan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor 25/KEP/MENKO/KESRA/VII/2007 tentang penanggulangan kemiskinan.
Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah Kasi Perekonomian Fisik dan Prasarana Wilayah, Ketua RW, Ketua RT, Tokoh Masyarakat Koordinator BKM “Petemon Bina Sejahtera”, Bendahara BKM “Petemon Bina Sejahtera”, UPL BKM “Petemon Bina Sejahtera” dan masyarakat yang menerima manfaat dana BLM PNPM Mandiri.
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa dalam melakukan pendataan kondisi prasarana terlebih dahulu di awali dengan pembentukan Tim Pengelola Operasi dan Pemeliharaan (O&P), tujuannya untuk mendata jenis prasarana lingkungan yang bermanfaat langsung bagi masyarakat, pendataan dilakukan setiap satu bulan sekali dengan melakukan survei ke lokasi. Sedangkan penyusunan rencana pemanfaatan dan pemeliharaan prasarana melalui perbaikan prasarana dari dana BLM (hibah) PNPM Mandiri yang tujuannya untuk manjaga prasarana agar tetap berfungsi secara optimal dan berkesinambungan.
1.1. Latar Belakang Masalah
Lingkungan merupakan bagian terbesar dari seluruh kehidupan makhluk
hidup yang ada di bumi ini. Lingkungan mempunyai fungsi dan manfaat yang
sangat berarti bagi kelangsungan hidup makhluk yang menyertainya. Agar
menjadi sumber dan penunjang bagi kehidupannya, maka kelestarian lingkungan
harus selalu dijaga sertamencegah dan menanggulangi pencemaran dan
pengerusakan lingkungan hidup. Terciptanya keselarasan dan keserasian
hubungan atara manusia dan lingkungan sangat penting, karena kondisi
lingkungan yang bersih dan sehat dapat mempengaruhi kesehatan dan
kesejahteraan hidup manusia.
Menurut Danusaputro (1980:67) lingkungan adalah atau secara lebih
lengkap dapat diterangkan sebagai semua benda dan daya serta kondisi, termasuk
didalamnya manusia dan tingkah laku perbuatannya yang terdapat dalam
masyarakat dimana manusia berada dan memperngaruhi kelangsungan hidup serta
kesejahteraan manusia dan jasad-jasad hidup lainnya.
Terciptanya suatu kondisi lingkungan yang bersih dan sehat dan lestari
merupakan idaman semua orang di dunia ini, begitu juga dengan masyarakat
Indonesia. Namun keinginan untuk mewujudkan suatu lingkungan yang bersih,
sehat dan lestari sangat sulit, hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat
tentang arti kehidupan yang nyaman. Maka upaya yang dilakukan pemerintah
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat adalah dengan penggalangan potensi
masyarakat melalui proses pemberdayaan.
Menurut Kartasasmita dalam Mashoed (2004 : 46) pemberdayaan
masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat martabat lapisan masyarakat
yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap
kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain pemberdayaan adalah
memampukan dan memandirikan masyarakat. Pemberdayaan memerlukan
keterlibatan yang lebih besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai
pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil
yang dicapai.
Menurut Sumodiningrat seperti yang dikutip oleh Abipraja (2002 : 68)
pelaksanaan program–program pemberdayaan masyarakat bertujuan mencapai
keberhasilan dalam : (1) Mengurangi jumlah penduduk miskin; (2)
Mengembangkan usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh penduduk
miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.; (3) Meningkatkan
kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan kesejahteraan keluarga miskin
di lingkungannya; (4) Meningkatkan kemandirian kelompok yang ditandai dengan
makin berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, makin kuatnya
permodalan kelompok, makin rapinya sistem administrasi kelompok, serta makin
luasnya interaksi kelompok dengan kelompok lain di dalam masyarakat; (5)
peningkatan keluarga miskin yang mampu memenuhi kebutuhan pokok dan
kebutuhan sosial dasarnya.
Masyarakat yang mandiri tidak dapat diwujudkan secara cepat / instant,
melainkan melalui serangkaian kegiatan pemberdayaan masyarakat yang
direncanakan, dilaksanakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat sendiri. Melalui
kegiatan yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat, diharapkan upaya
penanggulangan kemiskinan dapat berjalan dengan efektif.
Berdasarkan Peraturan Presiden No.07 Tahun 2005 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional 2004-2009 dan berdasar atas
Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor
25/KEP/MENKO/KESRA/VII/2007 tentang Pedoman Umum Program
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri), pemerintah secara tegas
menetapkan upaya penanggulangan kemiskinan sebagai salah satu prioritas untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara
mandiri.
Program Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri merupakan salah
satu Program Nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan
pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis
pemberdayaan masyarakat. Kegiatan PNPM Mandiri mempunyai ruang lingkup
yang terbuka bagi semua kegiatan penanggulangan kemiskinan yang diusulkan
dan disepakati oleh masyarakat salah satunya adalah penyediaan dan perbaikan
sarana dan prasarana lingkungan pemukiman, sosial dan ekonomi secara padat
Dalam melaksanakan Program Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri diperlukan suatu lembaga yang mampu memberdayakan masyarakat
melalui penciptaan kesempatan kerja produktif dan peningkatan ekonomi
produktif masyarakat. Keberadaan lembaga masyarakat yang kokoh dapat dicapai
apabila lembaga tersebut benar-benar mengakar, representative dan dipercaya oleh
masyarakat di wilayahnya, sehingga mampu mengorganisir dan menjadi wadah
masyarakat untuk bersinergi sekaligus menggalang potensi yang ada untuk
mengatasi persoalan kemiskinan di wilayahnya. Lembaga masyarakat seperti
demikian, dalam pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri di sebut Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM).
Dalam buku pedoman pelaksanaan PNPM Mandiri, (2008:1), Badan
Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi atau lembaga
masyarakat dengan kedudukan sebagai pimpinan suatu organisasi masyarakat di
tingkat Kelurahan. Sedangkan perangkat kelurahan sebagai pelaksana kebijakan
publik di tingkat lokal sedangkan organisasi masyarakat formal tingkat kelurahan
(organisasi yang dibentuk atas dasar peraturan pemerintah dan/atau perundangan,
misalnya Dewan Kelurahan, Badan Perwakilan Desa, dll) sebagai pengawas dan
regulator atau pembuat kebijakan publik di tingkat lokal. Kedudukan dan
hubungan BKM dengan perangkat kelurahan dan organisasi masyarakat formal
lainnya di tingkat kelurahan tidak bersifat struktural formal melainkan hubungan
yang bersifat koordinatif, fungsional dan komplementer atau saling melengkapi
Melalui keberadaan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) diharapkan
tidak ada lagi kelompok masyarakat yang masih terjebak dalam kemiskinan serta
dapat tercipta lingkungan kota dengan perumahan yang lebih layak huni di dalam
pemukiman yang lebih responsif, dengan sistem sosial masyarakat yang lebih
mandiri melaksanakan prinsip-prinsip pembangunan.
Namun dalam pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri masih banyak masalah-masalah yang dihadapi, antara lain : (1)
Banyak usia produktif belum mempunyai keterampilan dan pekerjaan untuk
kehidupan diri maupun keluarga; (2) Sebagian masyarakat hidup dibawah garis
kemiskinan dan sangat memprihatinkan; (3) Kurangnya sarana dan prasarana
dasar penunjang pemukiman; (4) Kurangnya modal usaha dan pinjaman yang
dapat diakses bagi pengusaha kecil dengan cepat. (Buku pedoman PJM
Pronangkis, 2007 : 14). Salah satu masalahnya antara lain adalah masalah tentang
sarana dan prasarana dasar penunjang pemukiman.
Suatu lingkungan akan dianggap bersih, sehat dan lestari, bila masyarakat
sadar tentang arti kehidupan yang nyaman. Untuk itu, masyarakat dituntut untuk
berperan aktif dan bertanggung jawab dalam memelihara dan menjaga sarana dan
prasarana yang telah dibangun, sehingga dapat memberikan manfaat yang
berkesinambungan.
Mengingat bahwa kegiatan lingkungan atau yang dikenal dengan kegiatan
infrastruktur adalah komponen kegiatan yang dibiayai oleh Bantuan Langsung
Masyarakat (BLM) PNPM Mandiri yang berasal dari APBN dan APBD. Di dalam
Unsur Pemerintah Desa/Kelurahan, Masyarakat melalui LKM dan Kelompok
Swadaya Masyarakat (KSM), Laki-laki dan perempuan berpartisipasai dalam
seluruh program infrastruktur dan Kelompok peduli (tokoh masyarakat). Keempat
unsur tersebut mendukung kebutuhan masyarakat desa atau kelurahan serta
kebutuhan masyarakat di wilayah yang lebih luas sehingga diharapkan dapat
meningkatkan tata kehidupan masyarakat yang nyaman.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Surabaya, Provinsi Jawa
Timur saat ini terdiri dari 38 kabupaten atau kota, 654 kecamatan, serta 8482 desa
atau kelurahan. (www.bps.com). Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu
lokasi sasaran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri.
Lokasi PNPM Mandiri diutamakan pada Kecamatan yang memiliki criteria,
seperti 1) Memiliki jumlah penduduk miskin cukup besar; 2) Tingkat pelayanan
dasar rendah; 3) Tingkat kapasitas fiscal rendah; 4) Memiliki desa / kelurahan
yang tertinggal.
Kelurahan Petemon termasuk dalam kriteria tersebut, dengan jumlah
penduduk 41.200 jiwa dalam 11.385 KK yang terdiri dari 18 RW dan 123 RT.
Sebagian besar masyarakat di Kelurahan Petemon mata pencariannya adalah
sebagai pedagang dengan penghasilan yang tidak mencukupi untuk kebutuhan
rumah tangga. Kelurahan Petemon adalah salah satu kelurahan yang menjadi
sasaran dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri,
karena sarana dan prasarana dasar pemukiman yang ada di Kelurahan Petemon
kurang memadai, sehingga masalah ini berdampak pada tata kehidupan
Adapun tabel jumlah sarana dan prasarana fisik yang ada di Kelurahan
Petemon Kecamatan Sawahan Kota Surabaya adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1
Jumlah Sarana dan Prasarana Fisik Kelurahan Petemon
No. Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)
1. Rumah semi permanen 621
2. Lampu 285
3. Tempat sampah Rumah Tangga 241
4. MCK umum 236
5. Gorong-gorong bulat / kotak 102
6. Jembatan 30
7. Transportasi sampah 23
8. Lahan kosong 15
9. Jalan besar 5
10. TPS 1
11. Terminal 1
Sumber : PJM Pronangkis, 2010
Berdasarkan tabel di atas, jumlah sarana dan prasarana fisik yang ada di
Kelurahan Petemon secara umum. Selain itu, untuk mengetahui secara terperinci
mengenai keadaan sarana dan prasarana yang ada di Kelurahan Petemon yang
kurang memadai, disajikan dalam bentuk table sebagai berikut :
Tabel 1.2
Jumlah Sarana dan Prasarana Fisik yang Kurang Memadai di Kelurahan Petemon
No. Sarana dan Prasarana Jumlah (unit) Prosentase (%)
1. MCK umum 110 36,7
Sumber : PJM Pronangkis, 2010
Berdasarkan tabel di atas, jumlah sarana dan prasarana fisik di Kelurahan
umum dengan jumlah 110 unit atau 36,1 %. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan
lahan dan biaya untuk membangun MCK pribadi serta MCK umum yang ada
sudah berusia tua dan tingkat pemakaiannya tinggi. Hal ini disebabkan karena
kurangnya kesadaran masyarakat Kelurahan Petemon untuk menjaga dan
memelihara prasarana tersebut, sehingga manfaat yang diterima oleh masyarakat
Kelurahan Petemon dengan adanya prasarana tersebut adalah tidak optimal dan
tidak berkelanjutan, meskipun dapat dipakai tetapi dalam jangka waktu yang
terbatas.
Upaya yang dilakukan masyarakat dalam meningkatkan kelancaran
pelaksanaan kegiatan lingkungan adalah dengan merumuskan tahap-tahap
pelaksanaan kegiatan lingkungan, antara lain : (1) Tahap Persiapan; (2) Tahap
Perencanaan; (3) Tahap Pelaksanaan Konstruksi; (4) Tahap Pasca Konstruksi
(Pemanfaatan dan Pemeliharaan). Salah satu kegiatan terpenting dari semua
proses Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, khususnya
pada pelaksanaan kegiatan lingkungan yaitu kegiatan pemanfaatan dan
pemeliharaan (Tahap Pasca Konstruksi). Sasaran dari kegiatan pemanfaatan dan
pemeliharaan ditujukan pada pendataan kondisi prasarana serta penyusunan
rencana pemanfaatan dan pemeliharaan prasarana.
Suatu prasarana dapat memberikan manfaat dalam jangka panjang bila
pemanfaatan dan pemeliharaan prasarana sesuai dengan kebutuhan / standart yang
berlaku. Dalam melaksanakan pemeliharaan prasarana dan sarana perlu
ditanamkan kesadaran kepada masyarakat bahwa pemeliharaan sarana dan
merasakan manfaat serta dapat meningkatkan tata kehidupan masyarakat yang
nyaman.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mengambil judul “Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri Di Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan Kota Surabaya (studi
mengenai Pengelola Lingkungan)”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka peneliti
ingin merumuskan masalah sebagai berikut :
“Bagaimana cara memajukan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Di Kelurahan Petemon
Kecamatan Sawahan Kota Surabaya (studi mengenai Pengelola Lingkungan)”
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian antara lain adalah untuk mengetahui dan
mendeskripsikan tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Di Kelurahan Petemon Kecamatan
Sawahan Kota Surabaya mengenai pengelola lingkungan agar tercipta tata
1.4. Kegunaan Penelitian
1. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Untuk menambah referensi dan litelatur perbendaharaan perpustakaan yang
dapat digunakan sebagai kajian untuk penelitian yang sejenis khususnya bagi
mahasiswa Jurusan Administrasi Negara.
2. Bagi Penulis
Untuk menambah ilmu pengetahuan sekaligus menambah wawasan nyata
sehingga dapat dijadikan bahan referensi yang berharga bagi peneliti.
3. Bagi Instansi
Untuk bahan pertimbangan dan bahan masukan bagi Kelurahan Petemon dan
BKM Petemon Bina Sejahtera secara teori dari peneliti dalam pelaksanaan
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri Di Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan
2.1. Penelitian Terdahulu
Kajian empirik maupun teoritik penanggulangan kemiskinan telah banyak
dilakukan. Dari beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan juga
diungkapkan mengenai usaha–usaha penangulangan kemiskinan di Indonesia,
antara lain :
1 Aditya Kusuma Admaja (2006), dari Jurusan Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “
Jawa Timur dalam skripsinya yang berjudul peran BKM dalam Pelaksanaan
Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan di Kecamatan Jombang
kabupaten Jombang. Jenis penelitian ini deskriptif kualitatif, fokus penelitian
ini ada 2 yaitu, peran BKM dalam pengawasan pelaksanaan P2KP dan peran
BKM dalam menumbuhkan berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat
miskin dalam pemanfaatan dana bantuan P2KP.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengawasan terhadap dana
bantuan P2KP yang dilakukan BKM sengon Sejahtera melalui KSM telah
dilakukan secara optimal dan berkala. Dan pemberdyaan masyarakat yang
dilakukan oleh BKM sengon sejahtera dari dana bantuan P2KP yang berupa
keterampilan dan keahlian kepada masyarakat miskin dapat dilakukan
dengan baik sesuai dengan tujuan dari P2KP yaitu pemberdayaan
masyarakat miskin.
2. Muchtar, (2000) dari Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik dalam penelitiannya yang berjudul Strategi Pemberdayaan
Berbasis Kelembagaan Lokal Dalam Penanganan Kemiskinan Perkotaan
(Kasus Implementasi P2KP di Desa Sukadanau Kecamatan Cikarang Barat
Kabupaten Bekasi), www.damandiri.or.id, (06 february 2009). Penelitian ini
dilakukan melalui pendekatan kualitatif (pemahaman, pandangan, dan
tanggapan) para informan di lapangan yang menghasilkan data deskriptif.
Fokus penelitian ini pada aspek input, proses dan hasil pencapaian program.
Teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam, observasi dan
dokumentasi. Analisa data dalam penelitian ini dilakukan melalui 3 tahapan,
yaitu Reduksi Data, Penyajian Data, dan Penarikan Kesimpulan (Miles,
Huberman, dan Yin dalam Suprayogo dan tobrani, 2001,h,192).
Hasil penelitian menunjukan, meskipun lembaga lokal (masyarakat)
telah menunjukan kinerjanya (pada awal implementasi program). Dimana
telah mampu melakukan pembangunan sejumlah sarana dan prasarana desa
melalui dana hibah program ditambah swadaya masyarakat setempat,
menyalurkan dana kepada KSM, dan telah mampu menggulirkan beberapa
kali, tetapi jika dicermati (setelah program menginjak tahun kedua) dapat
dinyatakan belum/tidak terjadi proses pemberdayaan (khususnya) bagi
warga miskin, karena tidak terjadi tranfer daya kepada warga miskin, sebaba
program lebih dimanfaatkan oleh kelompok yang mampu, proses belajar
lembaga lokal masyarakat lebih berperan sebagai penyalur kredit dari pada
lembaga pemberdayaan.
Adapun persamaan antara penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu
yaitu sama – sama menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif sedangkan perbedaan antara penelitian sekarang dengan penelitian
terdahulu adalah penelitian sekarang bertujuan untuk mendeskripsikan tentang
Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri mengenai program lingkungan agar tercipta tata kehidupan
masyarakat yang nyaman.
Analisa data menggunakan data deskriptif kualitatif yaitu memeriksa data
yang terkumpul, mengelompokan, mengklasifikasikan, pengelolaan data dan
selanjutnya dianalisa dan ditemukan kesimpulannya. Teknik pengumpulan data
menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi.
2.2. Definisi Pemberdayaan Masyarakat
Upaya pengentasan dan penanggulangan kemiskinan di Indonesia ditandai
dengan perubahan semula berorientasi pada pertumbuhan ekonomi menjadi lebih
berorientasi pada pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan dan kemiskinan
harus dimengerti oleh seluruh lapidan masyarakat. Proses sosialisasi tentang
program penanggulangan kemiskinan dengan pendekatan pemberdayaan terus
dikembangkan kearah yang lebih berkualitas.
Menurut Kartasasmita dalam Mashoed (2004 : 46) pemberdayaan
yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap
kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain pemberdayaan adalah
memampukan dan memandirikan masyarakat.
PNPM Mandiri (2007 : 11) mendefinisikan pemberdayaan masyarakat
adalah upaya untuk menciptakan atau meningkatkan kapasitas masyarakat, baik
secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait
upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan
masyarakat adalah suatu upaya meningkatkan kualitas, harkat, martabat,
masyarakat melalui proses perencanaan, pendidikan dan penelitian untuk
memandirikan serta memampukan masyarakat untuk lepas dari kemiskinan.
1.2.1. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Jamasy (2004:42) mengatakan bahwa pemberdayaan masyarakat
merupakan prasyarat mutlak bagi upaya penanggulangan masalah kemiskinan.
Adapun tujuan pemberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Menekan perasaan ketidak berdayaan masyarakat miskin bila berhadapan
dengan struktur social politik. Langkah konkritnya adalah meningkatkan
kesadaran kritis pada posisinya.
2. Memutuskan hubungan yang bersifat eksploitatif lapisan orang miskin
perlu dilakukan bila terjadi reformasi social, budaya dan politik ( artinya
mereka melakukan reorganisasi dalam rangka meningkatkan produktivitas
kerja dan kualitas hidupnya ).
3. Tertanam rasa persamaan ( egalitian ) dan berikan gambaran bahwa
kemiskinan bukan merupakan takdir, tetapi sebagai penjelmaan konstruksi
social.
4. Merealisasikan perumusan pembangunan dengan melibatkan masyarakat
miskin secara penuh.
5. Pembangunan social dan budaya bagi masyarakat miskin.
6. Distribusi Infrastruktur yang lebih merata.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa untuk memberdayakan
masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan adalah menekan perasaan
ketidakberdayaan, memutuskan hubungan yang bersifat ekploitatif terhadap
lapisan orang miskin, menanamkan perasaan sama, melibatkan masyarakat secara
penuh dalam merealisasikan perumusan pembangunan, membangun kondisi social
dan budaya pada masyarakat miskin dan mendistribusikan insfrastruktur yang
lebih merata.
1.2.2. Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Mashoed (2004:81) strategi kebijakan penangulangan kemiskinan
untuk menciptakan pemberdayaan masyarakat dapat dipilah dalam tiga kelompok,
antara lain :
1. Kebijakan secara tidak langsung mengarah pada sasaran tapi memberikan
Strategi ini digunakan pada penciptaan kondisi yang menjamin
kelangsungan setiap upaya peningkatan pemerataan pembangunan dan
penanggulangan kemiskinan, penyedian saran dan prasarana, penguatan
kelembagaan, serta penyempurnaan peraturan perundang – undangan yang
menunjang kegiatan social ekonomi masyarakat.
2. Kebijakan yang secara langsung mengarah kepada peningkatan kegiatan
ekonomi kelompok sasaran, yaitu kebijakan yang diarahkan pada
peningkatan akses terhadap sarana dan prasarana yang mendukung
penyedian kebutuhan dasar, berupa pangan, sandang, pangan, perumahan,
kesehatan, dan pendidikan, peningkatan produktivitas dan pendapatan,
khususnya masyarakat berpenghasilan rendah.
3. Kebijakan khusus menjangkau masyarakat miskin melalui upaya khusus.
Kebijakan khusus ini diutamakan pada penyiapan penduduk miskin untuk
dapat melakukan kegiatan sosial ekonomi sesuai dengan budaya setempat.
1.2.3. Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Guimares (2004 : 45) yang dikutip Mashoed dalam “ Integrated Rural
Development” menyatakan beberapa strategi pemberdayaan yang dapat dilakukan
secara simultan :
1. Strategi De – Linking
Strategi ini meletakkan sasaran penanggulangan kemiskinan dengan
kepentingan kepada sistem sehingga diharapkan adanya keberlanjutan
program pengentasan kemiskinan.
2. Strategi Desentralisasi
Strategi ini menempatkan lokus pengembilan keputusan pada unit paling
dekat dengan kelompok sasaran, sehingga dapat terwujud keputusan yang
paling merefleksikan aspirasi dan kepentingan objektif masyarakat miskin.
Maka upaya yang dilakukan melalui pendekatan pelayanan dan berada
pada lingkungan masyarakat miskin.
3. Strategi Integrasi Spatial
Dengan strategi ini, pengentasan kemiskinan dilakukan melalui
perencanaan yang terintegrasi, yaitu antara desa tertinggal dengan kota
terdekat, antara desa terisolasi dengan kota kecamatan, dan seterusnya.
1.2.4. Upaya – upaya Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan harkat
martabat lapisan masyarakat, yang dalam kondisi sekarang tidak mampu
melepaskan dirinya dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.
Menurut Kartasasmita dalam Mashoed (2004:46), upaya – upaya dalam
pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui tiga tahap, antara lain :
1. Menciptakan suasana atau iklim tolaknya yang memungkinkan masyarakat
untuk berkembang. Disini titik tolaknya bahwa setiap manusia, setiap
masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan, artinya tidak ada
2. Memperkuat potensi daya yang dimiliki oleh masyarakat ( Empowering ).
Dalam rangka ini perlu langkah – langkah yang lebih positif, Selain
menciptakan iklim dan suasana. Penguatan ini merupakan / meliputi langkah
– langkah nyata dan menyangkut penyediaan berbagai masukan, serta
pembukaan akses kedalam berbagai peluang yang akan membuat
masyarakat menjadi makin berdaya. Dalam rangka pemberdayaan ini upaya
yang amat pokok adalah peningkatan taraf pendidikan, derajat kesehatan,
serta akses kedalam sumber – sumber kemajuan ekonomi seperti modal,
teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar.
3. Pemberdayaan mengandung pula arti melindungi ( Protecting )
Dalam proses pemberdayaan harus dicegah yang lemah menjadi bertambah
lemah karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena
itu, perlindungan dan pemihakkan kepada yang lemah sangat mendasar
sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi bukan berarti
mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal ini justru akan
menglunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat dari sebagai upaya
untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta
eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Pendekatan utama dalam konsep
pemberdayaan adalah masyarakat tidak dijadikan objek berbagai proyek
1.3. Definisi Lingkungan
Menurut Danusaputro (1980:67) lingkungan adalah semua benda dan daya
serta kondisi, termasuk didalamnya manusia dan tingkah laku perbuatannya yang
terdapat dalam masyarakat dimana manusia berada dan memperngaruhi
kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad-jasad hidup lainnya.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang
memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak
langsung. (afand.cybermq.com)
Sedangkan definisi lingkungan menurut Undang-Undang Republik
Indonesia No. 23 tahun 1997 adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, makhkuk hidup termasuk manusia dan prilakunya yang mempengaruhi
prikehidupan dan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan adalah
kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti
tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah
maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia
seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.
1.3.1. Tujuan, Maksud dan Indikator Kegiatan Lingkungan
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan lingkungan adalah meningkatkan
pelayanan prasarana bagi masyarakat umum maupun kelompok masyarakat
dengan mengutamakan kualitas serta didukung adanya pelaksanaan operasi dan
lingkungan adalah agar terjadi proses pembelajaran membangun lingkungan di
tingkat masyarakat, agar tercapai kebutuhan yang layak serta memenuhi
kebutuhan masyarakat. Indikator kinerja merupakan salah satu cara mengukur
tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan lingkungan. Adapun inikator kinerja
yang dipergunakan antara lain :
1 Kelompok sasaran utama adalah masyarakat miskin
2 Biaya prasarana dan sarana yang dibangun masyarakat minimum 20%
lebih murah bila dibandingkan dengan biaya prasarana sejenis yang
dibangun dengan pola pembangunan yang tidak berbasis masyarakat
3 Hasil pembangunan harus berkualitas tinggi. Salah satu ukuran kualitas
yang dipergunakan adalah umur bangunan dan lama pelayanan minimum
lima tahun
4 Penerima manfaat puas dengan perbaikan pelayanan infrastruktur yang
diberikan.
1.3.2. Macam-Macam Lingkungan
Menurut Amsyari (1997:11) lingkungan hidup terbagi dalam tiga
golongan, antara lain :
1 Lingkungan Fisik (Physical Environmental)
Lingkungan ini merupakan segala sesuatu di sekitar kita yang berbentuk
2 Lingkungan Biologis (Biologycal Environmental)
Lingkungan biologis adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia
yang berupa organisme hidup lainnya, selain dari manusia itu sendiri
seperti binatang, tumbuhan, dll.
3 Lingkungan Sosial (Social Environmental)
Lingkungan sosial merupakan manusia – manusia lain yang berada di
sekitarnya seperti tetangga, teman, dll.
1.4. Definisi Organisasi
Menurut Daniel dalam Sutarto (1995:31) organisasi adalah seluruh orang
yang melaksanakan fungsi-fungsi yang berbeda tetapi saling berhubungan dan
dikoordinasi agar supaya sebuah tugas lebih dapat diselesaikan.
Menurut Joseph dalam Sutarto (1995:33) organisasi dirumuskan sebagai
struktur dan proses kelompok orang yang bekerja sama yang membagi
tugas-tugasnya diantara para anggotanya, menetapkan hubungan-hubungan dan
menyatukan aktivitas-aktivitasnya kearah tujuan–tujuan bersama.
Sedangkan menurut Walfred dan Frederick dalam Sutarto (1995:33)
organisasi adalah satuan orang-orang yang tersusun secara sistematis untuk
mencapai tujuan-tujuan khusus dalam mana masing-masing orang mempunyai
peran yang telah ditetapkan secara formal.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah
dalam melakukan suatu pekerjaan dibutuhkan suatu kerjasama dan koordinasi
aktivitas guna mencapai tujuan bersama-sama.
1.4.1. Prinsip – Prinsip Organisasi
Prinsip-prinsip organisasi atau yang sering disebut dengan azas-azas
organisasi. Prinsip atau azas merupakan dasar, pondasi atau suatu kebenaran yang
menjadi pokok atau tumpuan berpikir. Menurut Prajudi dalam Wursanto
(2002:210) prinsip-prinsip organisasi antara lain :
1. Prinsip tujuan, yang berarti bahwa organisasi harus mempunyai tujuan.
2. Prinsip pembagian kerja, bahwa dalam organisasi harus ada pembagian kerja
dan penugasan kerja yang homogen.
3. Prinsip perimbangan antara tugas, tanggung jawab dan wewenang.
4. Prinsip pelimpahan kekuasaan harus jelas batasan-batasannya.
5. Kesatuan komando, bahwa azas ini menghendaki satu orang satu atasan.
6. Komunikasi, untuk mengadakan pertukaran informasi atara instansi yang
ada di dalam organisasi.
7. Prinsip pengecekan, yang berarti bahwa setiap pemimpin berkewajiban
untuk melakukan pengecekan terhadap pelaksanaan kegiatan.
8. Prinsip kontinuitas, yang artinya kegiatan dalam organisasi harus bersifat
terus-menerus, tidak boleh mandeg, dalam keadaan atau situasi yang
bagaimanapun.
9. Prinsip saling asuh, yang berarti antara unit (lini dengan staff) saling
organisasi. Jangan sampai suatu unit merasa lebih penting dari pada unit
yang lain.
10.Prinsip koordinasi, untuk mencegah timbulnya bahaya disintegrasi.
11.Prinsip kehayatan, yang mencerminkan bahwa organisasi itu hidup atau
berhayat.
12.Prinsip tau diri, yang berarti bahwa setiap organisasi harus sadar akan tugas
dan tanggung jawabnya serta mengetahui posisi masing-masing dalam
organisasi.
1.5. Definisi Kebijakan
Menurut Woll dalam Tangkilisan (2003:2) kebijakan merupakan sejumlah
aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah di masyarakat baik secara
langsung maupun melalui berbagai lembaga yang memperngaruhi kehidupan
masyarakat.
Menurut Andersson dalam Widodo ( 2001: 190 ) mengartikan kebijakan
publik sebagai serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti
dan dilaksanakan oleh perilaku dan sekelompok pelaku guna memecahkan
masalah tertentu.
Selain itu menurut Fredrich dalam Widodo ( 2001:190 ) mengartikan
kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh
seseorang, sekelompok atau pemerintahan dalam lingkungan tertentu sehubungan
dengan adanya hambatan – hambatan tertentu seraya mencari peluang – peluang
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan
public adalah merupakan serangkaian keputusan yang dibuat untuk mencapai
tujuan dan sasaran yang diinginkan.
1.5.1. Macam-macam Teori Kebijakan
Dalam buku Wahab (2001:190) teori pengambilan keputusan yang palin
dikenal dan banyak diterima oleh kalangan luas adalah teori rasional
komprehensif dan teori inkremental.
a. Teori Rasional Komprehensif
Unsur – unsur utama dari teori ini dapat ditemukan sebagai berikut :
1. Pembuatan keputusan dihadapkan pada suatu masalah – masalah yang
dapat dibedakan dalam masalah – masalah lain atau setidaknya dinilai
sebagai masalah – masalah yang dapat diperbandingkan satu sama lain
2. Tujuan – tujuan, nilai – nilai atau sasaran yang mempedomani pembuat
keputusan amat jelas dan dapat ditetapkan rangkaiannya sesuai dengan
urutan kepentingannya
3. Pelbagai alternative untuk memecahkan masalah tersebut diteliti secara
seksama
4. Akibat – akibat ( biaya dan manfaat ) yang ditimbulkan oleh setiap
alternative yang dipilih diteliti
5. Setiap alternative dan masing – masing akibat yang menyertainya,
dapat diperbandingkan dengan alternative – alternative lainnya
dapat memaksiamsikan tercapainya tujuan, nilai atau sasaran yang
telah digariskan
b. Teori Inkremental
Teori inkremental dalam pengambilan keputusan mencerminkan
suatu teori pengambilan keputusan yang menghindari banyak masalah
yang harus dipertimbangkan ( seperti dalam teori rasional komprehensif )
dan, pada saat yang sama, merupakan teori yang lebih banyak
menggambarkan cara yang ditempuh oleh pejabat – pejabat pemerintah
dalam mengambil keputusan sehari – hari .
Pokok – pokok teori incremental ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pemilihan tujuan atau sasaran dan analisis tindakan empiris yang
diperlukan untuk mencapainya dipandang sebagai sesuatu yang
saling terkait dari pada sebagai sesuatu hal yang saling terpisahkan.
2. Pembuat keputusan dianggap hanya mempertimbangkan beberapa
alternative yang langsung berhubungan dengan pokok masalah, dan
alternative – alternative ini hanya dipandang berbeda secara
inkremental atau marginal bila dibandingkan dengan kebijaksanaan
yang ada sekarang.
3. Bagi tiap alternative hanya sejumlah kecil akibat – akibat yang
mendasar saja yang akan dihadapi .
4. Masalah yang akan dihadapi oleh pembuat keputusan akan
diredifinisikan secara teratur. Pandangan inkrementalisme
menyesuaikan tujuan dan sarana serta sana dan tujuan sehingga
menjadikan dampak dari masalah itu lebih dapat ditanggulangi.
5. Bahwa tidak ada keputusan atau cara pemecahan yang tepat bagi tiap
masalah. Batu uji bagi keputusan yang baik terletak pada keyakinan
bahwa berbagai analisis pada akhirnya akan sepakat pada keputusan
itu adalah yang paling tepat sebagai sarana untuk mencapai tujuan.
6. Pembuatan keputusan yang inkremental pada hakikatnya bersifat
perbaikan – perbaikan kecil dan hal ini dapat lebih diarahkan untuk
memperbaiki ketidaksempurnaan dari upaya – upaya konkrit dalam
mengatasi masalah sosial yang ada sekarang daripada sebagai upaya
untuk menyodorkan tujuan – tujuan sosial yang sama sekali baru
dimasa yang akan datang.
1.6. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat ( PNPM ) Madiri
Untuk meningkatkan efektifitas penaggulangan kemiskinan dan
penciptaan lapangan kerja, pemerintah meluncurkan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri mulai tahun 2007. Melalui PNPM
Mandiri, penangulanggan kemiskinan melibatkan unsur masyarakat, melalui dari
tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri adalah
program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan
pelaksanaan program–program penanggulangan kemiskinan berbasis
dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, peneydian
pendampingan dan pendanaan penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.
2.6.1. Tujuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri
Dalam Buku Pedoman Umum PNPM Mandiri,(2007:11) tujuan dari
PNPM Mandiri ada 2 yaitu sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Meningkatakan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin
secara mandiri.
2. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat
miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok
masyarakat lainnya yang rentan dan terpinggir ke dalam pengambilan
keputusan dan pengelolaan pembangunan.
2. Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar,
representatif.
3. Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan,
program yang berpihak kepada masyarakat miskin.
4. Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta,
masyarakat, dan kelompok peduli lainnya,untuk mengefektifkan upaya –
upaya penanggulangan kemiskinan.
5. Meningkatnya pemberdayaan dan kemandirian masyarakat, serta
kapasitas pemerintah daerah dan kelompok peduli lainnya dalam
menanggulangi kemiskinan didaerahnya.
6. Meningktanya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan
potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifanlokal.
7. Meningkatkan inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi
dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat.
2.6.2. Strategi Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri
Dalam buku Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri (2007 : 12), untuk mewujudkan tujuan yang akan
dicapai dalam pelaksanaan PNPM Mandiri maka diperlukan strategi umum dan
strategi khusus.
1. Strategi Umum terdiri dari :
a. Strategi Dasar, meliputi upaya-upaya pemberdayaan untuk meningkatkan
kemampuan serta menjalin kemitraan yang seluas-luasnya dengan
berbagai pihak dalam mewujudkan keberdayaan dan kemandirian
masyarakat, menerapkan keterpaduan dan sinergi pendekatan
pembangunan sektoral, pembangunan kewilayahan dan pembangunan
b. Strategi Operasional meliputi, pengoptimalan seluruh potensi dan sumber
daya yang dimiliki masyarakat, pemerintah pusat, pemerintah daerah,
swasta, lembaga swadaya masyarakat dan kelompok peduli lainnya secara
sinergis, mengutamakan pemerintah kota/kabupaten sebagai program
penanggulangan kemiskinan di wilayahnya, menerapkan konsep
pembangunan partisipatif secara konsisten dan dinamis serta
berkelanjutan.
2. Strategi Khusus terdiri dari :
a. Mengembangkan lembaga keswadayaan masyarakat yang mengakar
representative dan dapat dipercaya.
b. Mengembangkan program pembangunan jangka menengah dan rencana
tahunan dalam rangka penanggulangan kemiskinan.
c. Berpartisipasi aktif dalam musrenbang kelurahan dan kecamatan
d. Meningkatkan kapasitas pemerintah agar mampu bersinergi dengan
masyarakat dan para memangku kepentingan setempat dalam
penanggulangan kemiskinan.
2.7. Badan Keswadayaan Masyarakat
Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) adalah sebagai penggerak modal
sosial untuk menanggulangi kemiskinan diwilayah kelurahan/desa sasaran,
mempunyai tugas–tugas pokok merumuskan kebijakan penangulangan
kemiskinan yang ada diwiliyahnya, merealisasikan penyusuran program
Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, dalam pelaksanaan tugasnya
BKM dibantu oleh perangkat organisasi berupa unit–unit pengelola. Oleh karena
itu fungsi pelaksanaan kegiataan akan dilakukan oleh unit–unit pengelola : UPL
sebagai unit pengelola kegiataan lingkungan, UPS sebagai unit pengelola
kegiataan sosial dan UPK sebagai unit pengelola keuangan.
2.7.1. Tugas Badan Keswadayaan Masyarakat
BKM berfungsi sebagai penggerak dan pengendali agar program
penanggulangan kemiskinan dapat berjalan. Adapun tugas pokok BKM dapat
diuraikan :
1. Merumuskan kebijakan serta aturan main secara demokratis mengenai
hal–hal yang berhubungan dengan penanggulangan kemiskinan.
2. Mengorganisasikan masyarakat utuk merumuskan visi, misi, rencana
strategi, pronangkis.
3. Memonitor, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan
keputusan-keputusan yang diambil.
4. Memverifikasikan penilaian yang telah dilaksanakaan oleh unit-unit
pelaksanaan.
5. Mengawal terlembaganya nilai–nilai kemanusian dan prinsip
kemasyarakatan.
6. Mewakili masyarakat untuk memberikan kontrol dan masukan terhadap
kebijakan pemerintah.
2.8. Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori diatas, penelitian ini merupakan penelitian
yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam
pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Adapun kerangka berpikirnya
antara lain :
Gambar 1 Kerangka Berpikir
Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat No:25/Kep/Menko/Kesra/VII/2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan
Program Kegiatan Lingkungan BKM Petemon Bina Sejahtera tahun 2007-2009
Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Pendataan Kondisi Prasarana
Penyusunan rencana pemanfaatan dan pemeliharaan prasarana
Tercipta tata kehidupan masyarakat yang nyaman
3.1. Jenis Penelitian
Dalam melakukan suatu penelitian ilmiah diperlukan metode penelitian
yang disesuaikan dengan pokok permasalahan yang akan diteliti. Metode
penelitian itu sendiri adalah merupakan suatu proses atau rangkaian langkah yang
terencana dan sistematis yang digunakan dalam mencari strategi pemecahan
masalah yang akan diteliti. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian juga
merupakan suatu tahap dari penelitian.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan maksud ingin
memperoleh gambaran yang komperhensif atau menyeluruh dan mendalam
tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri Di Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan Kota
Surabaya (studi mengenai Pengelola Lingkungan).
Secara teoritis, menurut Bagdan dan Taylor dalam Moleong (2007:4),
penelitian kualitatif digunakan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati.
Sedangkan menurut Denzin dan Lincoln dalam Moleong (2007:5),
penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan
maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan
melibatkan berbagai metode yang ada.
Dari kajian tentang definisi-definisi tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk
menggambarkan dan memahami fenomena tentang apa yang dialami subyek
peneliti misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara
holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah
bersifat deskriptif, yang mencoba menggambarkan secara mendalam suatu obyek
penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya.
Nawawi (2005:63), mengartikan penelitian deskriptif sebagai prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan
keadaan subyek dan obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta
yang tampak atau sebagaimana adanya.
Penelitian deskriptif mempunyai beberapa cirri-ciri, antara lain :
1. Penelitian deskriptif diupayakan untuk menggambarkan fenomena tertentu
secara terperinci.
2. Hasil akhir dari penelitian adalah suatu kesimpulan yang tidak berlaku
umum, tetapi hanya berlaku pada lokasi penelitian saja.
3. Menggambarkan subyek atau obyek penelitian berdasarkan fakta
sebagaimana adanya.
Penelitian kualitatif–deskriptif ini menitikberatkan pada Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
mengenai Pengelola Lingkungan). Dalam penelitian dengan metode kualitatif ini,
peneliti bertujuan untuk mendeskripsikan tentang Pemberdayaan Masyarakat
Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Di
Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan Kota Surabaya mengenai pengelolaan
lingkungan agar tercipta tata kehidupan masyarakat yang nyaman.
3.2. Fokus Penelitian
Menurut Moleong (2007:94), menyatakan bahwa ada dua maksud tertentu
yang ingin peneliti capai dalam merumuskan masalah penelitian dengan jalan
memanfaatkan fokus. Pertama, fokus dapat membatasi studi penelitian, jadi dalam
hal ini fokus akan membatasi bidang inkuiri sehingga peneliti tidak perlu kesana
kemari untuk mencari subyek penelitian. Kedua, penetapan fokus itu berfungsi
untuk memenuhi criteria inklus – eksklusi atau kriteria masuk – keluar (inclucion
– exclution criteria) suatu informasi yang baru diperoleh dilapangan. Jadi dengan
penetapan fokus yang jelas dan mantap, seorang peneliti dapat membuat
keputusan yang tepat tentang data mana yang akan dikumpulkan dan data mana
yang tidak perlu dijamah ataupun data mana yang akan dibuang.
Dalam penelitian kualitatif diguanakan variabel mandiri tanpa membuat
perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain. Yang menjadi variabel
dalam penelitian ini adalah Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Di Kelurahan Petemon Kecamatan
Sawahan Kota Surabaya mengenai pengelola lingkungan agar tercipta tata
Fokus dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan rumusan masalah,
dimana masalah penelitian dijadikan acuan dalam menentukan fokus penelitian.
Dalam hal ini fokus penelitian dapat berkembang atau berubah sesuai dengan
perkembangan masalah penelitian dilapangan. Dalam penelitian ini yang menjadi
perumusan masalah adalah Bagaimana cara memajukan Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri Di Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan Kota Surabaya mengenai
pengelola lingkungan agar tercipta tata kehidupan masyarakat yang nyaman.
Dilihat dari perumusan masalah di atas, maka dapat disimpulkan yang menjadi
fokus dalam penelitian ini adalah :
1. Pendataan kondisi prasarana
Pendataan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi prasarana yang telah
dibangun, apakah ada kerusakan / kekurangan ataupun permasalahan lainnya
yang perlu ditangani. Sasaran kajian pada fokus ini, meliputi :
a. Pembentukan Tim
b. Pendataan Jenis Prasarana
c. Waktu Pendataan
2. Penyusunan rencana pemanfaatan dan pemeliharaan prasarana
Rencana pemeliharaan merupakan serangkaian kegiatan pemeliharaan yang
dilakukan untuk menjaga prasarana agar tidak rusak atau tetap berfungsi
secara optimal. Sasaran kajian pada fokus ini, meliputi :
a. Musyawarah / Rembuk Warga
c. Dana Kegiatan
d. Pembangunan dan perbaikan prasarana
e. Penggunaan prasarana secara optimal
3.3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat atau lokasi dalam suatu penelitian
yang dilakukan oleh peneliti, dimana dalam mencari dan mengumpulkan
sumber-sumber data dilapangan. Dalam penelitian kualitatif ini yang menjadi lokasi
penelitian adalah Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Petemon Bina
Sejahtera.
Adapun alasan obyektif penulis memilih Badan Keswadayaan Masyarakat
(BKM) Petemon Bina Sejahtera karena pelaksanaan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri merupakan wewenang dan
tanggungjawab dari BKM. Selain itu BKM Petemon Bina Sejahtera merupakan
badan yang dinilai baik dan dipercaya oleh masyarakat Kelurahan Petemon
khususnya dalam pelaksanaan PNPM Mandiri.
3.4. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah subyek
dimana data diperoleh (Suharsimi Akrikunto, 2002:107). Sedangkan menurut
Lofland dalam Moleong (2007:157), sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lainnya, dalam penelitian kualitatif ini menggunakan data
Data primer adalah data yang diambil secara langsung dari sumbernya atau
melalui pengumpulan data dari pihak-pihak yang terkait dengan perumusan
masalah penelitian, dalam penelitian ini yang terkait dengan perumusan masalah
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri mengenai program lingkungan agar tercipta tata kehidupan
masyarakat yang nyaman., adalah Koordinator Unit Pengelola Lingkungan (UPL)
yaitu bapak Joko Suroto.
Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari data yang ada
pada lembaga atau instansi serta bahan lainnya yang berkaitan dengan variable
penelitian ini atau sumber data tertulis yang berkaitan. Dalam penelitian ini yang
menjadi data sekunder adalah data yang relevan dengan Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri (studi mengenai Program Lingkungan).
Dalam penelitian kualitatif ini, pengumpulan data dan informasi yang
berhubungan dengan penelitian ini diperoleh melalui informan, peristiwa dan
dokumen, antara lain :
1 Informan atau Key Informan
Informan atau Key Informan dipilih secara “Purposive” yaitu didasarkan
pada subyek yang menguasai permasalahan dan berada pada obyek
penelitian, yang memiliki data dan bersedia memberikan data yang
benar-benar relevan dan kompeten dengan masalah penelitian yaitu berupa data
keterangan, cerita atau kata-kata yang bermakna sehingga data yang
penelitian ini yang menjadi informan kunci awal peneliti adalah Koordinator
Unit Pengelola Lingkungan (UPL).
2 Sumber tertulis
Data ini diperoleh dari sumber tertulis yang secara tidak langsung berkaitan
dengan focus penelitian seperti sumber buku, majalah, arsip dan
dokumen-dokumen pribadi resmi.
3 Dokumen
Dokumen disisni adalah yang dipakai sebagai sumber data lain yang sifatnya
melengkapi data utama yang relevan dengan masalah dan focus penelitian,
seperti data demografi dan monografi dilokasi penelitian.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Data merupakan bagian terpenting dari penelitian karena hakekat dari
penelitian adalah pencarian data yang nantinya diinterprestasikan dan dianalisis
dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data diperlukan suatu teknik untuk
memudahkan dalam upaya-upaya mengumpulkan data di lapangan.
a. Wawancara
Menurut Moleong (2007:186), wawancara adalah percakapan dengan
maksud tertentu dan dilakukan oleh dua pihak, pewawancara yang
mengajukan pertanyaan dan diwawancarai memberikan jawaban atas
pertanyaan tersebut. Teknik wawancara bertujuan untuk mendapat data yang
b. Pengamatan Langsung (Observasi)
Teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung pada saat
survey pendahuluan yang bertujuan untuk mengamati fenomena yang terjadi
yang berkaitan dengan obyek penelitian. Data observasi yang berupa
deskripsi yang actual, cermat dan terinci mengenai keadaan lapangan,
kegiatan manusia dan situasi social serta konteks dimana kegiatan-kegiatan
yang terjadi.
c. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan menyalin arsip-arsip yang ada di instansi-instansi
terkait. Dolumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji,
menafsirkan bahkan untuk meramalkan. Dalam penelitian ini, dokumen
yang dikumpulkan adalah dokumen yang relevan dengan fokus penelitian.
3.6. Analisa Data
Taylor dan Bogdan dalam Moloeng (2007:103) menyatakan bahwa analisa
data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasi data, memilah–milah, mencari dan menemukan pola, menemukan
apa yang penting, apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain. Untuk mencapai analisis data yang yang baik perlu dilakukan
analisi interaktif. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal
dan sepanjang proses berlangsung (Miles dan Huberman, 1992:16), melalui tahap
1. Reduksi Data
Sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan tranformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis
dilapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisa yang menajam,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data dengan cara yang sedemikian rupa sehingga dapat
ditarik kesimpulan atau verifikasi. Data yang diperoleh dari lokasi penelitian
atau data dilapangan ditulis dalam uraian yang jelas dan lengkap, yang
nantinya akan direduksi, dirangkum dan difokuskan pada hal ini yang
berkaitan dengan penelitian kemudian dicari tema atau pola melalui proses,
penyutingan, mpemberian kode dan pembuatan tabel.
2. Penyajian Data
Dilakukan dengan mendeskripsikan data yang ada secara sederhana, rinci,
utuh dan integrativeyang digunakan sebagai pijakan untuk menetukan
langkah berikutnya dalam menarik kesimpulan dari data yang ada.
3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi
Hal ini dilakukan secara terus menerus sepanjang proses penelitia, mulai
penelitian memasuki lapangan dan proses pengumpulan data berlangsung.
Penulis berusaha untuk menganalisis dan mencari pola, tema, hubungan,
persamaan dan hal–hal yang sering timbul yang dituangkan dalam
kesimpulan yang tentatif, namun dengan bertambahnya data melalui
verifikasi terus–menerus akan memperoleh kesimpulan yang bersifat
Proses analisa data secara interaktif dapat disajikan dalam bentuk skema
sebagai berikut :
Gambar 2
Analisa Data Kualitatif Model Interaktif
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Kesimpulan
Sumber : Miles dan Huberman (1992:20)
Berdasarkan sekema diatas, jelaslah bahwa data yang diperoleh dilapangan
tidak terbukti dengan angka-angka tetapi berisikan uraian-uraian sehingga
menggambarkan hasil yang sesuai dengan data yang dianalisa kemudian
diinterprestasikan. Masalah yang dihadapi, diuraikan dengan berpatokan pada
teori-teori serta temuan-temuan yang diperoleh pada saat penelitian tersebut,
kemudian dicarikan kesimpulan dan pemecahannya.
3.8. Keabsahan Data
Dalam setiap penelitian memerlukan standart untuk melihat derajat
kepercayaan atau kebenarannya dari hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatif
standart tersebut disebut dengan keabsahan data. Menurut Lincon dan Guba dalam
pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan ini didasarkan atas kriteria yang
digunakan yaitu :
1. Derajat Kepercayaan ( Credibility )
Pada dasarnya penerapan kriteria derajat kepercayaan menggantikan konsep
validitas dari non kualitatif. Kriteria ini berfungsi untuk melakukan inquiri
(penyelidikan) sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya.
2. Transferability ( Keteralihan )
Konsep ini menyatakan bahwa generalisasi suatu penemuan dapat berlaku
atau diterapkan pada semua konteks dalam populasi yang sama atas dasar
penemuan yang diperoleh pada sampel yang secara representative mewakili
populasi itu.
3. Dependability ( Ketergantungan )
Konsep ini memperhitungkan segala – galanya yaitu yang ada pada
reabiltasi itu sendiri ditambah faktor – faktor lainnya yang tersangkut dan
bagaimana hal itu dibicarakan dalam konteks pemeriksaan.
4. Conformabilty ( Kepastian )
Dalam hal ini obyektifitas – subyektifitas suatu hal tergantung pada orang
seorang. Hal itu digali dari pengertian bahwa jika sesuatu itu obyektif berarti
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian
4.1.1. Keadaan Geografis Kelurahan Petemon
Kelurahan Petemon merupakan bagian dari Wilayah Kotamadya Surabaya
yang berada di bawah Kecamatan Sawahan. Kelurahan Petemon dipimpin oleh
seorang Lurah yang bernama Riadi Agus, SH. Kelurahan Petemon memiliki luas
wilayah 135 Ha. Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah Utara : Kelurahan Tembok Dukuh
- Sebelah Selatan : Kelurahan Kupang Krajan
- Sebelah Barat : Kelurahan Simo Mulyo
- Sebelah Timur : Kelurahan Sawahan
Kondisi geografis Kelurahan Petemon dengan ketinggian tanah dan
permukaan laut adalah 3 meter dan curah hujan 200 mm pertahun, sedangkan
suhu rata-ratanya 36 C. Jarak Kelurahan Petemon dari pusat pemerintah adalah
sebagai berikut:
- Jarak dari pusat kota : 5 km
- Jarak dengan kantor Kecamatan : 3 km
4.1.2. Keadaan Penduduk Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan
Jumlah penduduk di Kelurahan Petemon adalah 41.411 jiwa dengan
jumlah Kepala Keluarga 11.385 kk. Wilayah administrasi Kelurahan Petemon
memiliki jumlah Rukun Warga sebanyak 18 RW yang membawahi 123 RT.
Adapun perincian jumlah penduduk Kelurahan Petemon berdasarkan jenis
kelamin dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.1
Daftar Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Prosentase (%)
1. Laki-laki 20.519 49,5
2. Perempuan 20.892 50,5
Jumlah 41.411 100
Sumber: PJM Pronangkis 2010
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk
Kelurahan Petemon terdiri dari penduduk perempuan dengan prosentase 50,5%
hal ini dikarenakan tingkat kelahiran untuk jenis kelamin perempuan lebih banyak
Tabel 4.2
Daftar Jumlah Penduduk Menurut Agama
No. Agama Jumlah (Orang) Prosentase (%)
1. Islam 30.835 74.4
2. Protestan 6.488 15.7
3. Katolik 2.772 6.7
4. Hindu 150 0.4
5. Budha 1.166 2.8
Jumlah 41.411 100
Sumber: PJM Pronangkis 2010
Kehidupan beragama merupakan bagian yang sangat penting dalam
kehidupan manusia, karena seluruh aspek kehidupan manusia diatur dalam agama.
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa penduduk di Kelurahan
Petemon mayoritas memeluk agama Islam dengan prosentase 74.4% hal ini
Tabel 4.3.
Daftar Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Prosentase (%)
1. Strata 3 ( S3 ) 216 0,6
2. Strata 2 ( S2 ) 634 1,7
3. Strata 1 ( S1 ) 2.270 6
4. Diploma 2.465 6,5
5. SLTA/Sederajat 9.932 26,4
6. SLTP/Sederajat 13.730 36,4
7. SD/Sederajat 8.445 22,4
Jumlah 37.692 100
Sumber: PJM Pronangkis 2010
Pendidikan merupakan suatu faktor penunjang keberhasilan
pembangunan karena dengan pendidikan dapat meningkatkan kualitas SDM yang
dapat membentuk watak dan mental serta pola pikir yang baik. Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan
Petemon adalah SLTP/Sederajat dengan prosentase 36,4%, hal ini dikarenakan
Tabel 4.4
Daftar Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No. Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Prosentase (%)
1. PNS 954 11.8
2. TNI 198 2.4
3. Pensiun 2.227 27.4
4. Buruh / Swasta 687 8.5
5. Pedagang 3.014 37.2
6. Jasa 11 0.1
7. Pertukangan 1.023 12.6
Jumlah 8.114 100
Sumber: PJM Pronangkis 2010
Keadaan sosial ekonomi suatu daerah erat kaitannya dengan jenis mata
pencaharian penduduknya dan sarana perekonomian yang tersedia didaerah
tersebut. Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat di
Kelurahan Petemon sebagian besar bermata pencaharian sebagai pedagang
dengan prosentase 37.2%, hal ini dikarenakan dengan berdagang dapat
4.1.3. Visi, Misi, Tugas Pokok dan Fungsi Kelurahan Petemon Kecamatan
Sawahan
A. Visi Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan
Mewujudkan Kelurahan Petemon yang unggul dan kompetitif dalam
pelayanan serta berusaha menciptakan pemukiman yang bersih, tertib serta
berwawasan lingkungan.
B. Misi Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan
1. Mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan
religius.
2. Meningkatkan sarana dan prasarana Infrastruktur yang berwawasan
lingkungan.
3. Menciptakan situasi yang aman, tertib, nyaman dan kondusif.
4. Meningkatkan kinerja Aparatur Kelurahan untuk selalu dapat
memberikan pelayanan prima kepada Masyarakat.
C. Tugas Pokok Dan Fungsi Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan
Tugas pokok dari Kelurahan Petemon adalah menyelenggarakan urusan
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Untuk melaksanakan tugas
pokok Kelurahan Petemon mempunyai fungsi, sebagai berikut :
1. Penyusunan dan pelaksanaan Rencana Strategis dan Rencana Kerja;
2. Pelaksanaan kegiatan pemerintahan;
4. Pengkoordinasian kegiatan pembangunan;
5. Pemberdayaan masyarakat;
6. Pelayanan masyarakat;
7. Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum;
8. Pemeliharaan sarana dan prasarana pelayanan umum;
9. Pembinaan lembaga kemasyarakatan;
10.Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM);
11.Penyusunan dan pelaksanaan Standar Pelayanan Publik (SPP);
12.Pelaksanaan fasilitasi pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
dan/atau pelaksanaan pengumpulan pendapat pelanggan secara periodik
yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas layanan;
13.Pengelolaan pengaduan masyarakat;
14.Pengelolaan administrasi umum meliputi penyusunan program,
ketatalaksanaan, ketatausahaan, keuangan, kepegawaian, rumah tangga,
perlengkapan, kehumasan, kepustakaan dan kearsipan;
15.Pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi;
16.Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
4.1.4. Struktur Organisasi Kelurahan Petemon
Wilayah administrasi Kelurahan Petemon memiliki jumlah rukun warga
sebanyak 18 RW. Yang membawahi 123 Rukun Tetangga (RT). Struktur
Gambar 3
Struktur Organisasi Pemerintah Kelurahan Petemon
SEKRETARIS
Kamid, SH LURAH
Riadi Agus Susanto, SH
KASI
Sumber: Profil Kelurahan Petemon ( 2010 )
4.1.5. Kedudukan Tugas dan Kewajiban Perangkat Kelurahan
Untuk kelancaran tugas-tugas dari perangkat Kelurahan, maka perlu
ditetapkan tugas pokok dan fungsi perangkat Kelurahan sebagai berikut :
1. Lurah
Lurah mempunyai tugas, yaitu:
a. Menyelenggarakan Pemerintah, Pembangunan dan Kemasyarakatan.
b. Melaksanakan urusan Pemerintah yang dilimpahkan oleh Kepala
Daerah.
Lurah mempunyai fungsi, yaitu :
a. Pembina lembaga masyarakat.
b. Pelaksanaan kegiatan Pemerintah Kerlurahan.
d. Pelayanan Masyarakat.
e. Penyelenggaraan Ketentram dan Ketertiban Umum.
f. Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas Pelayanan Umum.
g. Penyusunan Program, Pembinaan Administrasi dan Ketata Usahaan.
2. Sekretaris Desa/Kelurahan
Sekretaris Kelurahan mempunyai tugas antara lain :
a. Membantu Lurah dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan
Pemerintahan.
b. Memberikan pelayanan administratif kepada seluruh Perangkat
Kelurahan.
Sekretaris Kelurahan mempunyai fungsi, yaitu :
a. Pelaksanaan koordinasi penyususnan rencana program, anggaran dan
laporan Kelurahan.
b. Pelaksanaan pembinaan organisasi dan Ketatalaksanaan.
c. Pengelolaan Administrasi Kepegawaian.
d. Pengelolaan surat menyurat, dokumentasi, Rumah Tangga,
perlengkapan/peralatan kantor/kearsipan dan perpustakaan.
e. Pelaksanaan Hubungan Masyarakat (Humas).
f. Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian pelaksanaan tugas di
bidang Ketata Usahaan.
h. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Lurah sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
3. Kepala Seksi (Kasi), terdiri dari :
A. Kepala Seksi (Kasi) Pemerintahan
Kepala Seksi (Kasi) Pemerintahan mempunyai tugas, yaitu :
a. Membantu Lurah dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan,
pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan urusan Pemerintah.
Kepala Seksi (Kasi) Pemerintahan mempunyai Fungsi, yaitu :
a. Penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang urusan
Pemerintahan.
b. Pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di bidang urusan
Pemerintahan.
c. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan Lembaga dan
Instansi lain di Bidang urusan Pemerintahan.
d. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian di bidang urusan
Pemerintahan.
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.
f. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Lurah sesuai
B. Kepala Seksi (Kasi) Ketentraman dan Ketertiban Umum
Kepala Seksi (Kasi) Ketentraman dan Ketertiban Umum mempunyai
tugas, yaitu :
a. Membantu Lurah dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan,
pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan urusan Ketentraman dan
Ketertiban Umum.
Kepala Seksi (Kasi) Ketentraman dan Ketertiban Umum mempunyai
fungsi, yaitu :
a. Penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang urusan
Ketentraman dan Ketertiban Umum.
b. Pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di bidang urusan
Ketentraman dan Ketertiban Umum.
c. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan Lembaga dan
Instansi lain di Bidang urusan Ketentraman dan Ketertiban Umum.
d. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian di bidang urusan
Ketentraman dan Ketertiban Umum.
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.
f. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Lurah sesuai